• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG MATERI WUJUD BENDA DAN SIFATNYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG MATERI WUJUD BENDA DAN SIFATNYA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman Pengesahan

(2)

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 1. Siklus I ... 48 2. Siklus II ... 60

C. Pembahasan ………...

1. Siklus I ... 72 2. Siklus II ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....………...………... 79 B. Saran ...………... 80

DAFTAR PUSTAKA 82

(3)

4.1 Rencana Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 48 4.2 Deskripsi Hasil Pengamatan Observer Perencanaan Tindakan

Siklus I ... 49 4.3 Deskripsi Hasil Pengamatan Observer terhadap Aktivitas Guru dan

Siswa pada Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ... 53 4.4 Deskripsi Hasil Pengamatan Observer terhadap Aktivitas Guru dan

Siswa pada Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ... 55 4.5 Rencana Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 61 4.6 Deskripsi Hasil Pengamatan Observer Perencanaan Tindakan

Siklus II ... 62 4.7 Deskripsi Hasil Pengamatan Observer terhadap Aktivitas Guru dan

Siswa pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ... 66 4.8 Deskripsi Hasil Pengamatan Observer terhadap Aktivitas Guru dan

(4)

2.1 Contoh Wujud Benda Padat dan Penerapannya ... 26

2.2 Contoh Wujud Benda Cair dan Penerapannya ... 27

2.3 Contoh Wujud Benda Gas dan Penerapannya ... 27

3.1 Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart ... 36

4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 57

4.2 Rekapitulasi Angket Siswa pada Siklus I ... 58

4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 70

4.4 Rekapitulasi Angket Siswa pada Siklus II ... 71

4.5 Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan KKM pada Siklus I ... 74

4.6 Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan KKM pada Siklus II ... 77

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, terutama bagi guru SD yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di zaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru yang berperan sebagai agen pembelajaran harus mampu mengikuti perubahan yang bersifat positif dalam dunia pendidikan. Termasuk perubahan paradigma proses pembelajaran yang sedang mendunia ini. Perubahan paradigma dari paradigma behaviorisme menjadi paradigma konstruktivisme ini memicu guru agar mampu menjadi fasilitator dan pemberi inspirasi belajar bagi siswa.

Filosofi dalam pendidikan ini mengartikan belajar dan pembelajaran

sebagai proses membangun pengetahuan yang bermakna melalui pencarian hubungan

antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa

berinteraksi multi arah dengan memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar

sebagai wahana proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru.

Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan dasar, pembelajaran di sekolah seharusnya dititikberatkan pada aktivitas siswa. Menurut Suparno (1997:12) „Kurikulum pendidikan sains dan matematika mulai disesuaikan berdasarkan prinsip konstruktivisme‟. Dalam

(6)

1) Empat pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri (learning to be)); 2) Inkuiri IPA; 3) Konstruktivisme; 4) Sains (IPA), lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 5) Penyelesaian Masalah; 6) Pembelajaran IPA yang bermuatan nilai.

Salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pembelajaran IPA adalah konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA konstruktivisme tersebut dikembangkan menjadi sebuah pendekatan yang efektif dalam pembelajaran. Karena pendekatan ini memungkinkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari prinsip pembelajaran konstruktivisme menurut Driver &Leaach (Karlimah, 2006) [online] berikut:

(1) beranjak dari pengetahuan awal siswa (Prior Knowledge); (2) memberikan pengalaman langsung (experimence) melalui aktivitas hands-on dan mind-hands-on; (3) mengaktifkan interaksi sosial (social Interaktihands-ons) dan konteks natural &cultural yang cocok dengan kehidupan siswa; dan (4) pencapaian kepahaman (sense making); dengan terjadinya perubahan konseptual pada diri siswa.

Salah satu teori belajar yang mendukung pendekatan konstruktivisme adalah teori asimilasi Ausubel (Suparno, 1997:60) yang menjelaskan bagaimana belajar bermakna terjadi, yaitu “bila siswa mengasimilasikan apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang ia miliki sebelumnya”. Teori belajar bermakna Ausubel

ini sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme. Karena keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru ke dalam struktur kognitif yang dimiliki siswa.

(7)

Namun pada kenyataannya selama ini pembelajaran IPA di kelas yang penulis teliti masih berorientasi pada: (1) Pembelajaran yang lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa

menghafal informasi faktual; (2) Siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya; (3) Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor; (4) Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses. Akibatnya pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi tidak bermakna dan hasil pembelajaranpun tidak memuaskan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan mata pelajaran IPA yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 25 siswa kelas IV SDN Binabudi Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (70) dan telah dinyatakan tuntas belajar hanya 36% (9 siswa) sementara 64% (16 siswa) mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (70) dan dinyatakan belum tuntas belajar. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN Binabudi Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

Rendahnya penguasaan materi IPA dikarenakan adanya masalah dalam pembelajaran IPA. Menurut Wartono (dalam Adun Rusyana, 2011), masalah pembelajaran IPA adalah :

1. Guru kurang berusaha mengajak siswa menemukan konsep/prinsip yang melibatkan pikiran siswa;

2. Siswa kurang dilibatkan untuk berpartisipasi aktif; 3. Proses pembelajaran bersifat informatif;

(8)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu upaya yang harus dilakukan, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Menurut Irjan (2008) kegiatan pembelajaran IPA di sekolah haruslah “membelajarkan siswa bagaimana belajar IPA”. Tujuan pokoknya adalah

meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Hal ini berkaitan dengan berbagai temuan penelitian yang menyebutkan bahwa “fakta-fakta, prinsip, dan konsep IPA seringkali berumur pendek, karena dominasi peran guru sebagai satu-satunya komunikator. Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran IPA di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah bagi dirinya sendiri.

Dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam proses pembelajarannya pendekatan pembelajaran konstruktivisme mengarahkan siswa belajar dengan mengembangkan minds-on activities (keterampilan intelektual) dan hands-on activities (keterampilan manual). learning by doing (belajar sambil berbuat). Dalam konstruktivisme dan penelitian menurut Suparno (1997:77) “Konstruktivisme dapat sangat membantu penelitian tentang proses

belajar dan juga tentang kesulitan yang dialami siswa ketika belajar”.

(9)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya dengan menerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Binabudi?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya dengan menerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Binabudi?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya dengan penerapan pendekatan konstruktivisme di kelas IV SDN Binabudi?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya dengan menerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Binabudi

(10)

3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya dengan penerapan pendekatan konstruktivisme di kelas IV SDN Binabudi?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan bermanfaat bagi: siswa, guru,

peneliti, dan sekolah.

1. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran IPA

tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya.

b. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran mata pelajaran IPA

tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya.

c. Melatih siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dalam

pembelajaran mata pelajaran IPA tentang Materi Wujud Benda dan

Sifatnya.

2. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA di kelas IV SD tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya

(11)

3. Peneliti

a. Membantu peneliti dalam meningkatkan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin dan merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran.

b. Untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas. c. Memberikan dasar untuk meneliti pelaksanaan pembelajaran IPA atau

mata pelajaran lainnya dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme d. Memberikan peluang untuk meneliti hasil belajar siswa pada ranah afektif

dan psikomotorik dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme

4. Sekolah

Dengan hasil penelitian ini sekolah diharapkan dapat mengembangkan kurikulum dan memotovasi guru dalam mengimplementasikan kurikulum agar kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

E. Definisi Operasional

(12)

1. Pendekatan konstruktivisme yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sudut pandang dalam pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui kegiatan dan pengalaman belajar siswa melalui prinsip belajar sebagai berikut: (1) pengetahuan awal siswa; (2) memberikan pengalaman langsung; (3) mengaktifkan interaksi sosial; dan (4) pencapaian kepahaman.

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan kognitif

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut (Suhardjono, dalam Arikunto dkk, 2009: 58) “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran”.

Kunandar (2010:51) menjelaskan Ada beberapa alasan PTK menjadi salah satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah:

(1) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error; (2) menggarap maalah-masalah faktual yang dihadapi guru dalam pembelajaran; (3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar; (4) guru sebagai peneliti; (5) mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru; (6) dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan; (7) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; (8) murah biayanya; (9) disain lentur atau fleksibel; (10) analisis data seketika dan tidak rumit; dan (11) manfaat jelas dan langsung.

Fokus penelitian tindakan kelas pada siswa atau proses pembelajaran di kelas. Tujuan PTK menurut (Suhardjono, dalam Arikunto dkk, 2009: 61) adalah “meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah

(14)

“Untuk memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.”

Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa,

baik yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif),

ulangan tengah semester (sub-sumatif) dan ulangan akhir semester (sumatif)

maupun yang bersifat nonakademis, seperti motivasi, perhatian, aktivitas, minat,

dan lain sebagainya.

Bentuk penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme

guru SD dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, serta mampu

menjalin kemitraan antara peneliti dengan guru SD dalam memecahkan masalah

aktual pembelajaran IPA di lapangan.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatan hasil

belajar siswa dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme. Penelitian

tindakan kelas ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan dilaksanakan secara

kolaboratif. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah perubahan, perbaikan dan

peningkatan pada proses pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai suatu rangkaian

langkah-langkah (a spiral of steps). Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas

dapat digolongkan menjadi empat tahapan yaitu: 1). Tahap perencanaan, 2) tahap

(15)

B. Model Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian mengguanakan model penelitian tindakan

yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2009: 16) yang

menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) dan tersaji dalam

bagan berikut ini.

Gambar 3.1

Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

Pengamatan SIKLUS II Refleksi

Perencanaan

(16)

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke

langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai

dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Secara utuh keempat langkah di

atas terurai sebagai berikut (Arikunto, 2009: 17-21);

1. Rancangan Tindakan (Planning)

Pada tahap ini dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh

siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun

rancangan ini ditentukan fokus peristiwa atau masalah yang perlu mendapatkan

perhatian khusus untuk diamati, kemudian dibuat berbagai instrument yang

diperlukan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini mengimplementasikan isi rancangan di dalam kancah, yaitu

mengenakan tindakan kelas dengan menerapkan taat asas pada apa yang sudah

dirumuskan dalam rancangan.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Dalam tahap ini dicatat atau direkam semua hal yang diperlukan dan terjadi

selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil catatan atau rekaman tersebut

(17)

4. Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi mencakup analisis,

sintesis, dan penilaian hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika

ditemukan masalah maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus

berikutnya hingga permasalahan dapat teratasi.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam

bentuk kegiatan yang berbeda yang bersifat spesifik, agar terjadi perbaikan. Pada

tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat atau

direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IVA SDN Binabudi Cipanas yang

beralamat di Jl. Pasir Kampung, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV

SDN Binabudi Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, tahun akademik

2012/2013 dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 16 orang perempuan

(18)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dirancang untuk dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan (@3x35 menit) dengan 1 x pertemuan untuk tes siklus yaitu pada pertemuan ke-3. Siklus II dirancang untuk dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan (@3x35 menit) dengan 1 x pertemuan dialokasikan untuk tes siklus.

Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Planning), pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan menerapkan empat prinsip pendekatan konstruktivisme sebagai berikut: 1).

Pengetahuan awal siswa digali dengan memberikan pertanyaan langsung

tentang Konsep Wujud Benda dan Sifatnya; 2). Pemberian pengalaman

langsung melalui metode percobaan; 3) Mengaktifkan interaksi sosial

melalui metode diskusi kelompok, 4) Pencapaian kepahaman dengan memberikan tes siklus.

b. Menetapkan dan merancang media pembelajaran untuk menerapkan pendekatan konstruktivisme pada mata pelajaran IPA kelas IV tentang materi wujud benda dan sifatnya.

c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk kegiatan unjuk kerja siswa yang dilengkapi dengan pembahasan hasil kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan prinsip pemberian pengalaman

langsung dan mengaktifkan interaksi sosial melalui metode diskusi

(19)

d. Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes uraian siklus I. e. Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan guru

dalam pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan media yang telah disiapkan

b. Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Wujud Benda dan Sifatnya melalui penerapan pendekatan konstruktivisme

c. Mencatat aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi. d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada

lembar observasi. 3. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pengamat mengamati seluruh kegiatan dan mencatatnya dalam lembar pengamatan yang telah disiapkan.

4. Tahap Refleksi

(20)

1. Tahap Perencanaan

a. Menginventarisir kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

b. Menetapkan sub materi yang lebih komplek dari materi siklus I.

c. Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus I.

d. Menyiapkan media dan sumber pembelajaran e. Merancang kegiatan yang lebih variatif dalam LKS f. Menyiapkan instrumen tes siklus II.

g. Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaiakan pada siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks. Diharapkan pada siklus II ini siswa sudah lebih menguasai materi wujud benda dan sifatnya pada mata pelajaran IPA di kelas IV melalui penerapan pendekatan konstruktivisme, sehingga mereka dapat dengan mudah mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui kegiatan yang dirancang oleh guru.

b. Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data hasil belajar siswa pada siklus II.

c. Mencatat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan pada lembar observasi.

(21)

Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu:

a. Mencatat aktivitas belajar siswa oleh pengamat melalui lembar observasi. b. Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini

sudah sesuai dengan yang diharapkan. 4. Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu simpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II ini, hasil belajar siswa kelas IVA SDN Binabudi Kec. Cipanas, Kab. Cianjur pada mata pelajaran IPA tentang wujud benda dan sifatnya melalui penerapan pendekatan konstruktivisme ini dapat meningkat.

5. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian

Setelah semua proses selesai dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan yang mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen bentuk tes tertulis, RPP, LKS dan lembar observasi.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(22)

LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam pembelajaran sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif anatara siswa dan guru, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam peningkatan hasil belajarnya. LKS dibuat bertujuan untuk menuntun siswa pada berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS dalam penelitian ini yaitu LKS pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme tentang Wujud Benda dan Sifatnya terdiri dari dua paket LKS (1 LKS untuk 1 kali pertemuan).

3. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas belajar guru dan siswa yang dilakukan oleh pengamat tentang aktivitas pembelajaran IPA dalam menerapkan pendekatan konstruktivisme. Lembar obeservasi yang digunakan berbentuk lembar observasi terbuka yang harus diisi oleh pengamat secara naratif pada kolom deskripsi yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan. Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yakni pengamat mengamati dan mencatat objek yang diteliti (aktivitas guru dan siswa) selama proses pembelajaran.

4. Tes tertulis

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar

siswa pada ranah kognitif tentang Wujud Benda dan Sifatnya pada mata

pelajaran IPA melalui pendekatan konstruktivisme. Pelaksanaannya yaitu pada

(23)

diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Adapun bentuk tes yang digunakan

yaitu tes tertulis berbentuk uraian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen-instrumen

penelitian yaitu instrumen lembar observasi dan instrumen tes bentuk uraian.

Observasi dilakukan oleh seorang pengamat melalui lembar observasi untuk

mengamati aktivitas belajar siswa dan guru dalam pembelajaran IPA melalui

penerapan pendekatan konstruktivisme. Observasi dilakukan oleh satu orang

pengamat dimaksudkan untuk mengurangi bias data penelitian yang dikumpulkan

melalui instrumen lembar observasi. Sedangkan data hasil belajar siswa pada

ranah kognitif dikumpulkan melalui intrumen tes berbentuk uraian yang diberikan

pada setiap siklus.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya

penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapat

dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

(24)

Data kuantitatif berasal dari tes siklus untuk hasil belajar IPA siswa. Setelah data kuantitatif diperoleh, selanjutnya dilakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut.

a. Pengolahan data hasil belajar

Tes tertulis dilakukan setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan pendekatan konstruktivisme. Tes tertulis tiap siklus dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa adalah:

Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat ditentukan dengan rumus :

(25)

Data kualitatif didapatkan dari lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas, berupa lembar pengamatan terbuka. Sehingga pengamat harus mengisi kolom deskripsi jawaban berbentuk narasi pada kolom yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan pada lembar observasi. Dalam penelitian ini dilibatkan tiga pengamat, dengan tujuan untuk mengurangi bias data hasil pengamatan. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan cara menerjemahkan dan mendiskusikan dengan pengamat jika terdapat jawaban pengamat yang perlu diklarifikasi dari setiap item pertanyaan. Kemudian peneliti mengelompokkan jawaban pengamat yang positif dan negatif dari setiap item pertanyaan/ pernyataan. Jika banyaknya observer yang menjawab positif lebih banyak dari yang menjawab negatif, maka aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran sudah sesuai dengan harapan penelitian. Jika terjadi sebaliknya, maka aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran tidak sesuai dengan harapan penelitian.

(26)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV SDN Binabudi Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dalam pembelajaran IPA tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme ini meliputi penyusunan RPP dengan melaksanakan keempat prinsip pendekatan konstruktivisme yang meliputi prinsip pengetahuan awal, pemberian pengalaman langsung, mengaktifkan interaksi sosial dan pencapaian kepahaman. Dalam perencanaan juga disusun Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi terbuka guru dan siswa, serta angket siswa. Pada siklus I, perencanaan masih jauh dari sempurna dan belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. sedangkan perencanaan tindakan siklus II dapat mengefektifkan waktu dan dapat memberikan konstribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

(27)

sama kepada masing-masing kelompok, dan seluruh anggota kelompok melakukan kegiatan aktif melakukan percobaan; 3) prinsip mengaktifkan

interaksi sosial dilakukan dengan memfasilitasi siswa melalui diskusi

kelompok untuk mendiskusikan hasil pengamatan pada saat melakukan percobaan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan Konsep Wujud Benda dan Sifatnya ; 4) prinsip pencapaian kepahaman guru bersama siswa menyimpulkan Konsep Wujud Benda dan Sifatnya.

3. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa Kelas IV SDN Binabudi Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dari siklus I dan siklus II sebesar 16,8. Hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 60,4 dan pada siklus II sebesar 77,2. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN Binabudi pada mata pelajaran IPA tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme.

B. Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, khususnya dalam menerapkan dan mengembangkan pendekatan konstruktivisme.

(28)

konstruktivisme yaitu: pengetahuan awal, pemberian pengalaman langsung, mengaktifkan interaksi sosial dan pencapaian kepahaman.

2. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini ternyata hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme, siswa lebih senang dan tertarik pada pembelajaran sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa bagus. Hal ini sejalan dengan pernyataan Iskandar, 1996:29 (dalam Lestiawati 2008) ”Hal ini disebabkan anak-anak yang berada dalam tahap berikir intuitif dan tahap berfikir konkrit harus bekerja dengan benda-benda konkrit dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal yang bersifaat abstrak.”. Untuk itu diharapkan kepada guru-guru untuk selalu menggunakan benda konkret atau media yang dekat dengan siswa pada saat kegiatan pembelajaran supaya membuat siswa semangat dalam belajar.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Adun Rusyana, Nuryani Y, Rustaman, Sri Rejeki & Adianto. (2011). Pengembangan Program Perkuliahan Zoologi Invertebrata Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis-Kreatif. Pedagogik Praktis Yang Berkualitas (pp. 203-204). Bandung: Rizqi Press.

Ari Widodo; Sri Wuryastuti; Margaretha. (2010). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Budiningsih, A. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Strategi Pembelajaran MIPA. Jakarta: Depdiknas

Dimyati, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djojosoediro, W. (n.d.). Pengembangan dan Pembelajaran IPA [online]

Tersedia:http://search.sweetim.com/search.asp?src=2&crg=3.1010000.100 11&q=ipa+unit+1[09 Juni 2012]

Djumhana, N. (2011). Prinsip Pembelajaran IPA yag Menyenangkan: Workshop Pedagogik Praktis yang Berkualitas. Bandung: Rizqi Press.

Guritningsih, Hanurani, L., Efendi, S., & Pramono, B. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam Paket A Tingkatan II Derajat Dasar. Jakarta.

Haryanto. (2004). Sains untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Imade Alit Marina; Wandy Praginda. (2009). Hakikat IPA dan Pendidikan IPA Untuk Guru SD & SMP. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik.

Karlimah. (2006). Repository UPI [online], Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0804973_chapter2.pdf) [09 Juni 2012]

Kusmoro.(2008). Tinjauan Filsafat “Model PAKEM dengan Pendekatan Konstruktivisme dan Cooperative Learning dalam Pembelajaran Sains dengan Lingkungan Belajar Siswa. [online]. Tersedia:

(30)

Lestiawati, L (2010). Penggunaan Alat Peraga Tiga Dimensi Pada Pembelajaran Gaya Dan Pesawat Sederhana Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Di SD Gunung Batu. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Akasara.

Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA. Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Tn. (n.d.). Berkenalan dengan Pendidikan IPA di SD. [online] Tersedia:

Gambar

Gambar 3.1 Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart

Referensi

Dokumen terkait

(3) Diklat Reserse sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bidang penyidikan dan bidang khusus penyidik pegawai

Penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh cerita islami dengan menggunakan boneka tangan terhadap pembinaan moral anak usia dini, penelitian ini akan dilakukan

Perhitungan efisiensi menggunakan asumsi Variabel Return to scale (VRS) secara rata-rata pada asuransi syariah memberikan hasil perhitungan efisiensi sebesar 28,57 persen

Berdasarkan pada tabel dan penganalisaan data, maka dapat diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ternyata pariwisata Air panas Siria-ria dapat memberikan

dampak aktivitas jasmani (sepakbola dan boxing) terhadap kepercayaan diri dengan HIV positif di rumah cemara bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang

Sahabat MQ/ Meski hingga kini soal Rancangan Undang-Undang Keistimewaan RUUK DIY belum ada kejelasan yang pasti/ namun Sri Sultan Hamengku Buwono X/ baik selaku pribadi maupun

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah kota yang diambil dari beberapa kedalaman berpengaruh nyata terhadap peningkatan C-organik, Cd-total tanah, dan