Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS
SISWA SMP
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikaan Matematika
Oleh
Seftine Wulansari Sunarya
1000081
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2014
Pengaruh Pendekatan
Brain Based
Learning
terhadap Peningkatan
Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa SMP
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung)
Oleh
Seftine Wulansari Sunarya
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Seftine Wulansari Sunarya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
SEFTINE WULANSARI SUNARYA
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA SMP
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa kelas VIII Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I,
Entit Puspita, S.Pd, M.Si
NIP. 196704081994032002
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Ririn Sispiyati, S. Si, M.Si
NIP. 198106282005012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Turmudi, M.Ed, M.Sc, Ph.D NIP. 196101121987031003
SEFTINE WULANSARI SUNARYA
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA SMP
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa kelas VIII Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Entit Puspita, S.Pd, M.Si
NIP. 196704081994032002
Pembimbing II,
Ririn Sispiyati, S. Si., M.Si NIP. 198106282005012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Definisi Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Cara Kerja Otak ... 8
B. Brain Based Learning ... 11
C. Kemampuan Penalaran Matematis . ...15
D. Sikap ... ... 17
E. Pendeketan Konvensional ... 17
F. Kaitan kemampuan penalaran dengan pendekatan Brain Based Learning ... 18
G. Hipotesis Penelitian ...18
BAB III HASIL UJI INSTRUMEN DAN PEMBAHASAN A. Metode Penelitian ... 19
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
D. Variabel Penelitian ... 20
E. Instrumen Penelitian ... 21
1. Instrumen Tes ... 21
a. Validitas ... 22
b. Realibilitas ... 25
c. Daya Pembeda ... 26
d. Indeks Kesukaran ... 28
2. Instrumen Nontes ... 29
a. Lembar Observasi ... 29
b. Jurnal Harian ... 29
c. Angket ... 29
3. Teknik Analisis Data ... 29
a. Analisis Data Kuantitatif ... 30
1) Analisis Data Pretes ... 29
a) Analisi Data Secara Deskriptif ...30
b) Uji Normalitas ... 31
b. Analisis Data Kualitatif ... 35
1) Analisis Angket ... 35
2) Analisis Jurnal Harian ... 36
3) Analisis Lembar Observasi ... 36
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 38
1. Analisis Data Kuantitatif ... 38
a. Analisis Data Pretes ... 39
1)Uji Normalitas ... 39
2)Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 40
b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Analisis Matematis Siswa ... 41
1) Uji Normalitas ... 42
2) Uji Homogenitas ...42
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 43
2. Analisis Data Kualitatif ... 45
a. Analisis Data Angket ... 45
1) Minat Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Brain Based ... 47
2) Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Brain Based ... 48
3) Manfaat Brain Based Leaning dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 48
b. Analisis Lembar Observasi ... 49
c. Analisis Jurnal Harian ...54
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LAMPIRAN C ...177
LAMPIRAN D ...219
LAMPIRAN E ...222
LAMPIRAN F ...238
LAMPIRAN G ...240
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF BRAIN-BASED LEARNING APPROACH ON THE
ABILITY ENHANCEMENT OF JUNIOR HIGH STUDENTS’
MATHEMATICAL REASONING Seftine Wulansari Sunarya
NIM. 1000081
The research studies “The Influence of Brain-Based Learning Approach on The Ability Enhancement of Junior High Students’ Mathematical Reasoning.” The
research used a quasi-experiment method in the Cube and Beam Discussion, carried out at 8th Grade Class of the Kartika XIX-1 Junior High School during the second semester of 2013/2014 educational year. It is aimed at: (1) knowing if the ability enhancement of the junior high students’ mathematical reasoning taking the brain-based learning is higher than that of the junior high students taking a conventional learning and (2) knowing how students respond to the brain-based learning approach. The research used the non-equivalent control group design. Samples were not randomised. The research instruments were the test instrument of student mathematical reasoning (both pre- and post-test) and the non-test instrument (questionnaire, daily journals, and observation sheets). The research reveals that the ability enhancement of the students’ mathematical reasoning in the experimental classroom is higher than that of the control classroom. The students’ response (attitude) toward brain-based learning approach and their mathematical reasoning are good.
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS
SISWA SMP
Seftine Wulansari Sunarya NIM. 1000081
Penelitian ini mengkaji “Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning
terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP”. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen pada pokok bahasan Kubus dan Balok yang dilaksanakan di kelas VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung semester genap tahun ajaran 2013/2014. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan brain based learning lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional; 2) mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain
based learning. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah the nonequivalen control group design. Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan penalaran matematis siswa (pretes dan postes) dan instrumen nontes (angket, jurnal harian, dan lembar observasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa di kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa di kelas kontrol. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain
based learning dan kemampuan penalaran matematis tergolong baik.
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam setiap
jenjang pendidikan, merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi
modern, mempunyai peranan penting dalam disiplin ilmu, dan
mengembangkan daya pikir manusia. Matematika dapat mengembangkan
cara berpikir logis, sistematis dan cermat. Hal ini karena sifat matematika
yang hierarkis, dinamis, deduktif, dan generatif.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan. Wardani (Prabawati 2011:2) mengemukakan bahwa
pembelajaran matematika hendaknya lebih mengutamakan pada
pengembangan daya matematika siswa yang meliputi kemampuan
menemukan kembali (reinvention), menyusun konjektur dan menalar secara
logic (mathematical reasoning), menyelesaikan soal yang tidak rutin dan
menyelesaikan masalah (mathematical problem solving), berkomunikasi
secara matematik (mathematical communication), dan mengaitkan ide
matematis dengan kegiatan intelektual lainnya (mathematical connection).
Depdiknas (Shadiq, 2004 : 2) menyatakan materi matematika dan
penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatih melalui
belajar materi matematika. Namun kebanyakan siswa mempelajari
matematika hanya sekedar mengikuti apa yang gurunya ajarkan tanpa dia
memahaminya, sehingga cederung kemampuan penalarannya tidak terlatih.
Suherman (2010) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa pasif. Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi.
Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah
soal yang sama dan tidak bervariasi, hanya berkisar pada pertanyaan apa,
berapa, tentukan, selesaikan. Jarang sekali bertanya dengan menggunakan kata mengapa, bagaimana, darimana, atau kapan”. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kemampuan penalaran dalam matematika. Namun pada
kenyataannya, baik nilai rata-rata matematika maupun kemampuan penalaran
matematika di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini tampak dari hasil
PISA tahun 2012 dan TIMSS tahun 2011.
Berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment
(PISA) pada tahun 2012, capaian siswa Indonesia masih terpuruk di peringkat
bawah. Secara statistik, nilai rata-rata matematika siswa Indonesia adalah 375
tidak berbeda dengan Qatar dan Kolombia yang memiliki nilai rata-rata lebih
tinggi, yaitu 376, ataupun Peru dengan nilai 368 yang ada di urutan terbawah,
sementara nilai rata-rata negara-negara OECD (Organisation for Economic
Co-operation and Development) dalam matematika adalah 494. Selain itu
fakta lain menunjukkan bahwa skor rata-rata prestasi matematika kelas 8 di
Indonesia berdasarkan TIMSS pada tahun 2011 menduduki diperingkat 38
dari 42 negara dengan skor 386 dari rata-rata internasional 500 (Mullis, et al,
2011: 7). Bahkan Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Rata-rata
persentase paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah
pada level penalaran (reasoning) yaitu 17%. Selain itu, masih rendahnya
kemampuan penalaran siswa SMP khususnya di kota Bandung ditunjukkan
oleh hasil penelitian Priatna (2003) dengan kesimpulan bahwa kemampuan
penalaran siswa SMP Negeri di kota Bandung hanya sekitar 49% dari skor
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kluster baik, sedang, dan kurang. Penelitian yang lain
mengungkapkan bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan
sejumlah siswa gagal dalam menguasai pokok-pokok bahasan matematika,
akibat siswa tersebut kurang menggunakan nalar yang logis dalam
menyelesaikan soal (Wahyudin, 1999: 191).
Berdasarkan paparan di atas, maka diduga bahwa kemampuan penalaran
matematis siswa SMP pada umumnya masih kurang. Kemampuan penalaran
matematis akan berkembang jika proses pembelajaran yang di lakukan guru
di kelas melibatkan siswa secara aktif. Namun nyatanya saat pembelajaran di
kelas guru umumnya menggunakan pendekatan konvensional yang sifatnya
cenderung pasif. Pembelajaran yang terjadi bersifat searah. Siswa biasanya
hanya menerima informasi yang guru berikan tanpa proses mencari terlebih
dahulu.
Penalaran sangat berkaitan dengan otak. Penalaran diatur oleh salah satu
bagian otak, yaitu otak besar (cerebrum), lebih spesifiknya di bagian lobus
frontal (Johny, 2011). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan
penalaran matematis dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang berorientasi
pada struktur dan cara kerja otak.
Brain based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang
didasarkan pada struktur dan cara kerja otak serta melibatkan siswa secara
aktif. Pada dasarnya terdapat lima komponen primer dalam otak yaitu
emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif (Given, 2007). Dalam brain
based learning, pembelajaran dirancang berdasarkan kelima komponen dasar
tersebut. Given (2007: 31) juga berpendapat bahwa jika setiap guru dan
pengelola sekolah mampu menggunakan Brain Based Learning, maka akan
mengubah kegiatan belajar mengajar secara mendasar, tidak saja menjadi
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajar akan terbangkitkan. Langkah-langkah Brain Based Learning
(Jensen, 2011: 269-299) adalah: 1)Pra-paparan; 2)Persiapan; 3)Inisiasi dan
akuisisi; 4)Elaborasi; 5)Inkubasi dan pengkodean memori; 6)Verifikasi dan
pengecekkan kepercayaan; dan 7)Selebrasi dan integrasi.
Selain meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, hal penting
lain yang perlu diperhatikan adalah sikap siswa terhadap pembelajaran
matematika. Jika sikap siswa cenderung negatif, pembelajaran akan
berlangsung tidak maksimal sehingga kemampuan penalaran matematis siswa
yang diperoleh pun tidak maksimal juga. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Begle (Darhim, 2004: 3-4) bahwa paling tidak sikap dapat
dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu sikap positif, sikap netral, dan
sikap negatif, sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan
prestasi belajar matematika. Oleh karena itu, sikap positif terhadap
matematika merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika tidak hanya diukur
dari lulus atau tidaknya siswa tersebut dalam suatu tes, tetapi juga
terbentuknya sikap atau pribadi yang diharapkan sesuai dengan kompetensi
yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Menurut Ruseffendy (Darhim,
2004: 2), untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika,
pembelajaran harus menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan, dan
ditunjukkan kegunaannya. Berdasarkan paparan tersebut, agar sikap siswa
tergolong positif, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran yang bermakna
dan menyenangkan di dalam kelas, yaitu dengan menggunakan pendekatan
brain based learning sehingga diharapkan peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa akan optimal.
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Putri (2013), yang mengkaji tentang penerapan collaborative learning
untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa SMP. Hasil
dari penelitian ini menyatakan peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa yang menggunakan model collaborative learning lebih
baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Lestari (2013), yang mengkaji tentang implementasi brain based learning
untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis
siswa SMP. Hasil dari penilitian ini menyatakan bahwa pendekatan brain
based learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan berpikir
kritis matematis siswa.
3. Putri (2010), yang mengkaji tentang pembelajaran matematika dengan
pendekatan brain based learning untuk meningkatkan kemampuan
metakognisi siswa SMP. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
peningkatan kemampuan metakognisi siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan brain based learning
lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning terhadap
Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan brain based learning lebih
tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain
based learning dan kemampuan penalaran matematis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik brain based learning
lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan konvensional.
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan
pendekatan brain based learning dan kemampuan penalaran matematis.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Pendekatan pembelajaran brain based learning dapat dijadikan
alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa.
2. Bagi Siswa
Pendekatan pembelajaran brain based learning diharapkan dapat
membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide baru untuk
penelitian lebih lanjut, sehingga hasil-hasil penelitian semakin berkembang
dan dapat menjawab kebutuhan di lapangan.
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Pendekatan Brain Based Learning
Brain based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada struktur dan cara kerja otak dirancang secara alamiah
untuk belajar. Pembelajaran ini mempertimbangkan bagaimana otak
belajar dengan optimal. Langkah-langkah dalam brain based learning
adalah sebagai berikut:
a. Pra-paparan
b. Persiapan
c. Inisiasi dan akuisisi
d. Elaborasi
e. Inkubasi dan pengkodean memori
f. Verifikasi dan pengecekkan kepercayaan.
g. Selebrasi dan integrasi.
2. Kemampuan Penalaran
Kemampuan penalaran adalah suatu proses berpikir yang di dalamnya
terdapat unsur kompleksitas, yaitu proses lebih cermat, berbagai aspek
ditinjau, dan dampaknya pun diperkirakan. Indikator kemampuan
penalaran yaitu: 1)Membuat generalisasi dari pola dan hubungan suatu
permasalahan matematika; 2)Memberikan penjelasan dengan
menggunakan model; 3)Memeriksa validitas argumen dan memberikan
contoh penyangkal; 4)Menyusun dan menguji dugaan (conjecture);
5)Menyusun pembuktian;
3. Pendekatan Konvesional
Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang
banyak dilaksanakan di sekolah-sekolah. Dalam praktiknya pendekatan ini
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah dalam pendekatan konvensional
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Menurut Russefendi (2010: 35), seperti halnya metode
eksperimen, metode kuasi eksperimen mengamati hubungan sebab akibat dari
variabel bebas dan variabel terikat. Jika pada penelitian eksperimen subjek
dikelompokkan secara acak dan perlakuan dimanipulasi (perlakuan dan
kontrol diatur), pada metode kuasi eksperimen perlakuan sudah terjadi dan
kontrol tidak sepenuhnya bisa dilakukan sepenuhnya. Dengan kata lain kuasi
eksperimen hampir mirip dengan eksperimen, namun pada kuasi eksperimen,
subjek tidak diambil secara acak, melainkan diambil dari kelompok yang
sudah ada.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain the nonequivalen
control group. Seperti yang diungkapkan oleh Ruseffendi (2010:52), desain
penelitian ini melibatkan setidaknya dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan brain based learning, sedangkan kelompok kontrol
adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
konvensional. Adapun desain eksperimen dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut Ruseffendi (2010: 53):
0 X 0
0 0
Gambar 3.1
Desain nonequivalen control group
Keterangan:
0 = pretes / postes
X = pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
Brain Based Learning
--- = subjek tidak dipilih secara acak
C. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2012: 117-118) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diartikan
kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung, sedangkan
sampelnya adalah kelas VIII B dan VIII E. Kelas VIII B merupakan kelas
eksperimen sedangkan kelas VIII E merupakan kelas kontrol. Kelas
eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan brain
Based Learning, sedangkan di kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan
pendekatan konvensional.
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 60) Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Varibel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas: pendekatan Brain Based Learning.
E. Instrumen penelitian 1. Instrumen tes
Instrumen tes yang dibuat adalah tes tipe subjektif yang diberikan di
awal dan di akhir pembelajaran matematika, atau disebut juga dengan
pretes untuk tes awal dan postes untuk tes akhir. Soal yang dibuat
ditujukan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa.
Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian
instrumen/soal. Hal ini dilakukan untuk mengukur kualitas tiap butir soal
serta layak tidaknya soal-soal tersebut digunakan untuk mengukur
kemampuan penalaran matematis siswa.
Adapun pedoman pemberian skor terhadap kemampuan penalaran
matematis ini diadaptasi pada panduan Holistic Scoring Rubrics. Holistic
Scoring Rubrics adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan
skor terhadap respon siswa. Skor ini diberi level 0,1,2,3, dan 4. Sesuai
dengan pendapat Mertler (Nimpuna, 2013: 25) bahwa rubrik holistik
digunakan untuk melakukan penskoran terhadap kualitas konten,
kemampuan atau pemahaman tertentu secara keseluruhan.
Tabel 3.1
Holistic Scoring Rubrics
Skor Kriteria
4 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban benar.
3 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar tetapi jawaban tidak tepat. Atau jawaban menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban tepat.
1 Tidak menunjukan pemahaman konsep sama sekali 0 Tidak menjawab sama sekali.
Pedoman penskoran yang peneliti gunakan mengadaptasi dari Holistic
Scoring Rubrics diatas. Level satu hingga empat dibuat menjadi selang
berskala lima, seperti tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Kriteria pemberian skor penalaran matematis
Skor Kriteria
16-20 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban benar.
11-15 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar tetapi jawaban tidak tepat. Atau jawaban menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban tepat.
6-10 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan salah dan jawaban tidak tepat.
1-5 Tidak menunjukan pemahaman konsep sama sekali 0 Tidak menjawab sama sekali.
Berdasarkan pedoman pemberian skor di atas, skor maksimum
untuk setiap butir soal adalah 20. Sehingga untuk 5 butir soal skor
maksimum yang diperoleh siswa adalah 100.
Agar mendapatkan hasil evaluasi yang baik, instrumen yang
digunakan dalam suatu penelitian haruslah instrumen yang memiliki
kualitas baik. Instrumen yang baik merupakan instrumen yang memiliki
validitas dan reliabilitas tinggi serta daya pembeda dan indeks kesukaran
yang baik (Suherman, 2003: 102). Berikut ini pengujian yang terhadap
validitas, realibillitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda butir soal
dari instrumen yang diberikan terhadap siswa kelas IXB SMP Kartika
XIX-1, pengujian dilakukan dengan menggunakan software Anates V.4,
sebagai berikut ini:
Menurut Suherman (1990 : 135) suatu alat evaluasi disebut valid
jika dapat mengevaluasi dengan tepat apa yang seharusnya dievaluasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi
karakteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X pula.
Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid
untuk tujuan yang lain.
Berdasarkan pelaksanaannya, validisitas dikelompokkan ke dalam
dua jenis, yaitu validitas teoritik dan dan validitas empirik. Jenis
validitas yang ditinjau pada penelitian ini adalah validitas empirik.
Validitas empirik adalah validitas instrumen evaluasi yang ditentukan
setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil uji coba tersebut, dapat
ditentukan validitas butir soal dan validitas internal yang ditentukan
berdasarkan perhitungan korelasi.
Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi
Nilai validitas tersebut perlu diuji keberartiannya. Untuk menguji
keberartian validitas tiap butir soal dilakukan uji t, adapun statistik
ujinya adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 380):
√ √
Keterangan:
r = Koefisien validitas n = Jumlah siswa
dengan hipotesis:
H0 : validitas tiap butir soal tidak berarti
H1 : validitas tiap butir soal berarti
Kriteria pengujian:
Dengan mengambil taraf nyata= , maka H0 diterima jika:
Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n – 2).
Dalam hal lain H0 ditolak.
Menurut J. P Guilford (Suherman, 1990: 147), koefisien validitas rxy
diklasifikasikan seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefesien Validitas
No Koefisien Validitas Kriteria
1. 0,80rxy 1, 00 Sangat tinggi (sangat baik) 2. 0, 60rxy 0,80 Tinggi (baik) 3. 0, 40rxy 0, 60 Sedang (cukup) 4. 0, 20rxy 0, 40 Rendah 5. 0, 00rxy 0, 20 Sangat rendah
6. rxy 0, 00 Tidak valid
Berikut ini hasil perhitungan koefisien validitas instrumen tes tiap
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas IX-B Nomor Soal Koefisien Validitas Kriteria
Validitas untuk semua butir soal tergolong tinggi. Selanjutnya nilai validitas
tersebut diuji keberartiannya. Dengan mengambil = 0,05 diperoleh hasil
pengujian yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Uji Keberartian Butir Soal
No.
untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa.
b. Reliabilitas
Suherman (1990 : 167) menyatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur atau alat
evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama
(konsisten), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika
pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang,
waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan
kondisi. Untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian (secara manual)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:
2
Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990 :
177) adalah sebagai berikut.
Derajat reliabilitas pada instrumen tes yang diujicobakan adalah 0,67. Dengan
demikian, instrumen tes evaluasi tersebut memiliki derajat reliabilitas yang tinggi.
c. Daya Pembeda
Menurut Suherman (1990 : 199) daya pembeda dari sebuah butir soal
menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan
antara testi yang pintar dan kurang pintar. Untuk menentukan daya pembeda tipe
A B
atau rata-rata kelompok atas
B
X = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar atau rata-rata kelompok bawah
SMI = Skor Maksimal Ideal
Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel
berikut.
Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal
yang baik. Dapat disimpulkan bahwa secara umum instrumen tes memiliki
daya pembeda yang cukup baik.
d. Indeks Kesukaran
Suherman (1990 : 212) mengemukakan bahwa derajat kesukaran suatu
butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran.
Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00 yang
menyatakan tingkatan mudah atau sukarnya suatu soal.Untuk menentukan
indeks kesukaran soal tipe uraian (secara manual) digunakan rumus:
X
Adapun klasifikasi indeks kesukaran disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.9
Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
Berdasarkan tabel di atas, soal nomor 1, 2, 3, 5 tergolong sedang, dan
soal nomor 4 tergolong soal yang sukar. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa instrumen tes memiliki tingkat kesukaran sedang. Karena
kriteria-kriteria soal yang baik umumnya dipenuhi dan semua butir soal berarti,
maka instrumen ini layak digunakan untuk penelitian.
2. Instrumen Non Tes a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa
selama pembelajran berlangsung. Dalam penelitian ini ada dua jenis
lembar observasi, yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi
siswa, masing-masing memuat aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan
selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi diisi oleh observer
pada setiap pertemuan. Observer dalam penelitian ini terdiri dari dua
orang, yaitu guru mata pelajaran dan rekan mahasiswa.
b. Jurnal Harian
Jurnal harian digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran dengan pendekatan brain based learning. Jurnal harian ini
diisi oleh siswa setiap akhir pembelajaran. Pada jurnal harian, siswa
diminta untuk mengemukakan pendapat mereka mengenai pembelajaran
pada pertemuan tersebut serta saran agar pembelajaran berikutnya lebih
baik lagi
c. Angket
Menurut Suherman (2003: 56) angket merupakan sebuah daftar
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh subjek yang akan
dievaluasi (responden). Angket diberikan kepada seluruh siswa kelas
eksperimen untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan
pendekatan brain based learning dan kemampuan penalaran matematis.
Penilaian angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Pada
skala Likert, angket disajikan dalam bentuk pernyataan positif
3 untuk N (Netral), 2 untuk TS (Tidak Setuju), dan 1 untuk STS (Sangat
Tidak Setuju). Untuk pernyataan negatif (unfavorable) skor yang
diberikan sebaliknya.
Pembuatan angket ini didasarkan pada indikator-indikator yang
peneliti buat sesuai dengan apa yang ingin peneliti ukur. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan sugiyono (2011: 134-135) bahwa variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator
tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Indikator-indikator yang
menjadi acuan pembuatan angket pada penelitian ini adalah minat,
manfaat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
pendekatan brain based learning untuk meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa.
3. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri dari data kuantitatif
dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari data hasil pretes dan
postes, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengisian angket,
jurnal harian siswa dan lembar observasi.
a. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis data
pretes dan analisis data indeks gain. Agar memudahkan proses
pengolahan data, digunakan bantuan software SPSS Versi 16.0 for
Windows. Adapun langkah- langkahya adalah sebagai berikut:
1)Analisis Data Pretes
Analisis data pretes dilakukan pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Analisis ini dilakukan untuk menentukan kemampuan
penalaran matematis awal kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis secara
deskriptif terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
gambaran umum pencapaian siswa mengenai data yang
diperoleh. Analisis data secara deskriptif meliputi penghitungan
skor minimum, skor maksimum, dan rata-rata.
b) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya
sebaran data hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang kemudian akan menjadi syarat pengujian memakai statistik
parametrik atau non parametrik pada tahap selanjutnya.
Hipotesis yang digunakan:
H0: Data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen (keduanya)
berasal dari populasi berdistribusi normal;
H1: Data pretes kelas kontrol atau kelas eksperimen (salah satu
atau keduanya) berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal.
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05 H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun apabila H0
ditolak, maka pengujian dilanjutkan dengan analisis statistika
nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.
c) Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama
(homogen) atau tidaknya variansi populasi kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : = (Variansinya homogen)
H1 : (Variansinya tidak homogen)
: variansi kelas kontrol
: variansi kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05 H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka
dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t.
Namun apabila H0 ditolak, maka dilanjutkan dengan uji t’.
d) Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui sama
atau tidaknya kemampuan penalaran matematis awal kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
Hipotesis yang digunakan:
H0: μe = μk (rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama atau tidak berbeda secara signifikan)
H1: μe μk (rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak sama/ berbeda secara signifikan)
Dengan,
μk : rata-rata skor pretes pada kelas kontrol
μe : rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05 H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
2) Analisis Data Indeks Gain
Analisis data indeks gain dilakukan pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematis pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Indeks gain adalah gain
ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus dari
Indeks Gain = –
Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan kategori sebagai berikut.
Tabel 3.11 Interpretasi Indeks Gain
Indeks gain (g) Interpretasi
g 0 g,7 tinggi 0,3 < 0,7 sedang
g < 0,3 rendah
Semakin tinggi nilai indeks gain, maka semakin tinggi pula
peningkatan yang terjadi. Adapun tahapan analisis yang dilakukan
pada data indeks gain adalah sebagai berikut:
a) Uji normalitas
Uji normalitas data hasil indeks gain kelas kontrol dan kelas
eksperimen digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya
sebaran data hasil indeks gain yang kemudian akan menjadi
syarat pengujian memakai statistik parametrik atau non
parametrik pada tahap selanjutnya.
Hipotesis yang digunakan:
H0: Data indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen
(keduanya) berasal dari populasi berdistribusi normal;
H1: Data indeks gain kelas kontrol atau kelas eksperimen
(salah satu atau keduanya) berasal dari populasi yang
tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05 H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima (data
berdistribusi normal), maka dilanjutkan dengan uji
berdistribusi normal), maka pengujian dilanjutkan dengan
analisis statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama
(homogen) atau tidaknya variansi populasi kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : = (Variansinya homogen)
H1 : (Variansinya tidak homogen)
Dengan,
: variansi kelas kontrol
: variansi kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05 H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
Apabila dari hasil pengujinan diperoleh H0 diterima, maka
dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t.
Namun apabila H0 ditolak, maka dilanjutkan dengan uji t’.
c) Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata pada data Indeks gain digunakan
untuk membandingkan kualitas peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Hipotesis yang digunakan:
H0: μe μk (rata-rata indeks gain kelas eksperimen sama atau
tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata indeks
gain kelas kontrol)
H1: μe μk (rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih
besar dibandingkan rata-rata indeks gain kelas kontrol)
Dengan,
μe : rata-rata indeks gain pada kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05 H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
b. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari angket, jurnal harian dan lembar
observasi akan dianalisis melalui langkah- langkah berikut ini:
1) Analisis Angket
Angket disajikan dalam dua jenis pernyataan, yaitu
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap pilihan siswa
diberi skor tertentu. Adapun ketentuan pemberian skor tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12 Skor Tiap Pilihan
Pernyataan Skor Tiap Pilihan
SS S N TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Data hasil angket siswa diolah dengan menghitung rata-rata
skor angket keseluruhan untuk setiap aspek yang dinilai. Jika nilai
rata-ratanya lebih besar dari 3 (skor untuk sikap netral), maka
siswa bersikap positif, dan sebaliknya jika nilai rata-ratanya
kurang dari 3, maka responden bersikap negatif. Rata-rata skor
subjek yang semakin mendekati 5, berarti sikapnya semakin
positif, sebaliknya jika mendekati 1, berarti sikap subjek semakin
negatif.
Data angket siswa yang terkumpul selanjutnya ditabulasi
kemudian dilakukan perhitungan dengan persentase yang
rumusnya sebagai berikut:
f = frekuensi jawaban
n = banyaknya responden
Setelah diperoleh persentasenya, dilakukan penafsiran data
atau interpretasi data angket dengan mengadaptasi interpretasi
menurut kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.13 Penafsiran Hasil Angket
Persentase Tafsiran Kualitatif
Tak seorangpun
Data yang diperoleh dari jurnal dianalisis secara deskriptif.
3) Analisis Lembar Observasi
Lembar Observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara
tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
Brain Based Learning di kelas eksperimen. Data hasil observasi
diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan dirangkum untuk
membantu menggambarkan suasana pembelajaran.
F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Perencanaan
a. Mengidentifikasi masalah
b. Membuat proposal penelitian
c. Menyusun instrumen dan bahan ajar.
d. Pemilihan subjek penelitian
e. Uji coba instrumen
f. Analisis hasil uji coba instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
b. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan brain based
learning pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan
pendekatan konvensional pada kelas kontrol. Kegiatan observasi
dilakukan pada tahap pembelajaran ini. Tiap akhir pembelajaran
siswa harus menulis dan mengumpulkan jurnal harian.
c. Pelaksanaan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
d. Penyebaran angket pada seluruh siswa.
3. Tahap Analisis
a. Mengumpulkan data hasil penelitian.
b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif (hasil tes).
c. Mengolah dan menganalisis hasil data kualitatif (hasil angket dan
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada BAB IV, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan brain based learning lebih tinggi daripada
peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan konvensional.
2. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain based learning
dan kemampuan penalaran matematis tergolong baik.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti
beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan kajian yang lebih
mendalam mengenai pembelajaran dengan pendekatan brain based learning,
apakah cocok atau tidak digunakan untuk meningkatkan kemampuan
matematis lainnya.
2. Kelemahan pada pembelajaran dengan pendekatan brain based learning ini
adalah adanya waktu yang tersita untuk melakukan beberapa kegiatan
tertentu seperti brain gym dan bercerita mengenai kisah-kisah inspiratif
sehingga peneliti menyarankan untuk lebih baik lagi dalam mengatur waktu
ketika menggunakan pendekatan pembelajaran ini.
3. Walaupun konsep dasar dalam pembelajaran ini cukup memperhatikan
emosi, keseriusan siswa dalam belajar harus tetap diperhatikan. Oleh karena
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa yang kurang serius dalam belajar karena akan berimbas pada
peningkatan kemampuan yang tidak optimal.
4. Sebelum dilakukan penelitian sebaiknya dilakukan pra-penelitian terlebih
dahulu agar penelitian yang akan dilakukan berlangsung secara terarah
Seftine Walansari Sunarya, 2014
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Darhim (2004), Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Sikap Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan. Hal: 2-4.
Given, K Barbara. (2007). Brain Based Teaching. Bandung: Kaifa.
Hake, R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf yang direkam pada 1999. [13 Februari 2014].
Hendrinova. (2011). Air Penting Bagi Otak. [Online]. Tersedia: http://hendrinova.wordpress.com/2011/06/23/air-penting-bagi-otak/ yang direkam pada 23 Juni 2011. [13 Februari 2014].
Herdian. (2010). Kemampuan Penalaran Matematis. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-penalaranmatematis yang direkam pada 27 Mei 2010 13:05:37 GMT. [2 Mei 2013].
Jensen, Eric. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak (Edisi Kedua). Jakarta: Indeks.
Johny. (2012). Struktur Otak dan Fungsinya. [Online]. Tersedia: http://www.info-kes.com/2012/10/struktur-otak-dan-fungsinya.html yang direkam pada 2012. [27 Maret 2014].
Kusnandi. (2012). Handout Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika: tidak diterbitkan.
Lestari, Karunia (2013). Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan
Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Mullis, I., et al. (2011). TIMSS 2011: International Resesarch in Mathematics. United States: TIMSS & PIRL International Study Center.
Nimpuna, Anjar S. (2013). Pembelajaran Menggunakan Teknis Solo/superitem untuk
Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan
(OECD). (2012). Program for International Student Assessment (PISA).
Prabawati, Mega Nur (2011). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual dengan
Teknik SQ3R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung:
Tidak diterbitkan.
Priatna, N. (2003). Kompetensi Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa kelas 3
SLTP Negeri di Kota Bandung. [Online]. Tersedia: http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1208105-113844/ yang direkam pada 2003. [27 April 2013].
Putri, Inggar Resmita (2013). Penerapan Model Collaborative Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan
Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Putri, Megawati Subagyo (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Brain
Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rehman, A dan Bokhari, M. A (2011), Effectiveness of Brain-Based Learning Theory At
Secondary Level. International Journal of Academic Research. 3, (4), 354-359.
Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sapa’at, A. (2009) . Brain Based Learning. [Online]. Tersedia:
http://matematika.upi.edu/index.php/brain-based-learning yang direkam pada 2009. [19 Juni 2013].
Shadiq, Fajar. (2004). Pemecahan masalah, penalaran, dan Komunikasi. Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMA Jenjang Dasar. Yogyakarta: Depdiknas
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharto (2009). Perbedaan Pengaruh antara Pendekatan Kooperatif dan Konvensional
terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau sari Kreativitas Siswa. Tesis pada
Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta: Tidak diterbitkan.
Suherman, Erman. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: JICA UPI.
Wahyudin. (1999). Kompetensi Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa
dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika