• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Disusun Oleh :

DEDE SALIM NAHDI 1201442

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

i

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Tesis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kemampuan Berpikir Kritis ... 11

B. Kemampuan Penalaran Matenatis ... 17

C. Model Brain-Based Learning ... 21

D. Hubungan Brain Based Learning dengan kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Matematis ... 27

E. Penelitian yang Relevan ... 29

F. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

B. Metode dan Desain Penelitian ... 35

C. Definisi Operasional Variabel ... 36

(3)

ii

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

G. Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Analisis Data Kuantitatif ... 56

B. Analisis Data Kualitatif ... 74

C. Pembahasan ... 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Simpulan ... 92

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(4)

iii

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

halaman Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis... 37 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran

Matematis ... 38 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 39 Tabel 3.4 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Validitas Butir Soal

Kemampuan Berpikir kritis Matematis ... 40 Tabel 3.5 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Validitas Butir Soal

Kemampuan Penalaran Matematis ... 40 Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 41 Tabel 3.7 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Validitas Butir Soal

Kemampuan Berpikir kritis dan Penalaran Matematis ... 42 Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 43 Tabel 3.9 Hasil Perhitungan dan Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 43 Tabel 3.10 Hasil Perhitungan dan Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 43 Tabel 3.11 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 44 Tabel 3.12 Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis ... 45 Tabel 3.13 Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Penalaran

(5)

iv

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis ... 59 Tabel 4.4 Hasil Uji t Independent Sample Test Data Pretes

Kemampuan awal berpikir kritis matematis ... 60 Tabel 4.5 Hasil Data Postes Kemampuan Berpikir kritis Matematis .. 61 Tabel 4.6 Hasil Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis ... 62 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis ... 63 Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test Data N-Gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 64 Tabel 4.9 Hasil Uji t Independent Sample Test Data N-Gain

Kemampuan Berpikir Kritis matematis ... 65 Tabel 4.10 Hasil Data Pretes Kemampuan Penalaran Matematis ... 66 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan

Penalaran Matematis ... 67 Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test Data Pretes

Kemampuan Penalaran Matematis ... 68 Tabel 4.13 Hasil Uji t Independent Sample Test Data Pretes

Kemampuan Penalaran Matematis ... 69 Tabel 4.14 Hasil Data Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 70 Tabel 4.15 Hasil Data N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 71 Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Penalaran

Matematis ... 72 Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test Data N-Gain

(6)

v

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

halaman Tabel 4.21 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Inisiasi dan

Akuisisi ... 78 Tabel 4.22 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Elaborasi ... 80 Tabel 4.23 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Inkubasi dan

Penyimpanan Memori ... 81 Tabel 4.24 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Verifikasi dan

Pengecekan Pemahaman Siswa ... 82 Tabel 4.25 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Perayaan dan

(7)

vi

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

DAFTAR BAGAN

halaman

Bagan 2.1 Proses Berpikir Kritis ... 13

Bagan 2.2 Roadmap Penelitian ... 32

Bagan 3.1 Desain Penelitian ... 35

Bagan 3.2 Rancangan Alur Kegiatan Penelitian ... 48

(8)

i

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Matematis Siswa Melalui Model

Brain-Based Learning” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di

dalamnya yang merupakan karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2014

Yang membuat pernyataan,

(9)

ii

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

NIM 1201442

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan keprihatinan peneliti terhadap rendahnya kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa di sekolah dasar. Hal ini dapat dilihat dari beberapa studi yang telah dilakukan, baik oleh lembaga internasional maupun studi yang dilakukan oleh individu. Peneliti memberikan solusi model Brain-Based Learning (BBL), suatu model pembelajaran yang mengoptimalkan kerja otak serta diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan dan penalaran matematis siswa.

Penelitian ini berbentuk studi kuasi eksperimen dengan desain penelitian berbentuk desain kelompok kontrol non ekuivalen. Peneliti memilih kuasi eksperimen karena pemilihan sampel tidak secara random tetapi menerima keadaan sampel seadanya atau disebut purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Cijati di Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2013/2014 dengan sampel penelitiannya adalah siswa kelas V-1 dan V-2. Dari dua kelas yang diambil sebagai sampel, salah satunya digunakan sebagai kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran BBL, sedangkan kelas lainnya sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Kedua kelompok diberikan pretes dan postes kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis. Adapun untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen digunakan lembar observasi. Data pretes dan N-gain yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan uji perbedaan dua rata-rata parametrik uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan BBL lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(10)

iii

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan rahmat, kekuatan, dan kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Matematis Siswa Melalui Model Brain-Based Learning” ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan dalam Pendidikan Dasar di Sekolah Pascasarjana (SPs)

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karenanya peneliti sangat berlapang dada untuk menerima segala kritikan yang

konstruktif untuk perbaikan pada karya selanjutnya. Dengan segala kerendahan

hati, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga semua informasi yang

ada pada tesis ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak

dan bagi dunia pendidikan dasar pada umumya.

Bandung, Juli 2014

(11)

iv

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan baik

moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih, terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed dan Dr. Turmudi, M.Ed., M.Sc. sebagai pembimbing

1 dan Pembimbing 2 yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan dan arahan dengan tulus dan penuh kesabaran kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd. selaku Ketua program studi Pendidikan Dasar

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan yang senanatiasa selalu

memberikan motivasi pada semua mahasiswa pendidikan dasar.

3. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia.

4. Seluruh keluarga tercinta selaku motivator sejati yang selalu memberikan dukungan

baik moril ataupun materil, sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis tepat pada

waktunya.

5. Semua pihak yang telah membantu banyak dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis berharap mudah – mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya, walaupun ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran penulis ucapkan

(12)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun dapat dipandang sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, termasuk kualitas berpikirnya. Salah satu fungsi pendidikan adalah menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik daripada generasi saat ini. Jika kehidupan yang akan datang sarat dengan problematika dan tantangan yang semakin kompleks, maka pendidikan harus dapat menyiapkan generasi yang mampu menjawab tantangan dan problematika yang dihadapinya, yakni menyiapkan generasi yang berkepribadian, terampil, kritis, dan kreatif.

Perubahan zaman yang terjadi seiring dengan berubahnya peradaban manusia menuntut adanya pola pikir yang mencari dan menganalisis suatu informasi guna menyelesaikan masalah. “Aktivitas mencari dan menganalisis ini merupakan dua indikator yang termuat dalam kemampuan berpikir kritis”(Suwarma, 2009: 4). Guru sekolah dasar perlu membekali kemampuan berpikir kritis siswanya. Hal ini dikarenakan seorang siswa SD yang hanya mempelajari materi saja tanpa dibekali kemampuan ini akan mengalami kesulitan ketika bekerja pada bagian aktivitas mencari dan menganalisis informasi.Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir matematis yang perlu dimiliki oleh setiap siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan. Menurut Anderson (Lestari, 2013: 2) bila berpikir kritis dikembangkan, seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir secara mandiri.

Saat ini, kemampuan berpikir kritis di tingkat pendidikan dasar diserahkan sepenuhnya kepada mata pelajaran-mata pelajaran yang ada, tanpa ada koordinasi yang jelas. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah

(13)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa di tingkat pendidikan dasar belum tertangani secara sisitematis.Pendidikan di masa sekarang dianggap sangat mempersempit wawasan siswa, karena tidak membantu para siswanya untuk berpikir secara kritis.

Pendidikan matematika memiliki posisi yang strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.Melalui kemampuan matematika diharapkan dapat terbentuk generasi muda Indonesia yang memiliki sifat-sifat mampu berpikir logis, mampu berpikir rasional,cermat, jujur, efisien dan efektif. Hal-hal tersebut akan tercapai jika para siswa sendiri mau mengembangkan pengetahuannya dengan cepat, yaitu kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu, secara garis besar, cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Maka dari itu, keterampilan lain yang juga penting untuk dimiliki oleh siswa sekolah dasar adalah kemampuan penalaran. Seperti yang dijelaskan oleh Putri (2011: 1), bahwa “... kemampuan penalaran matematis sangat penting dimiliki siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap kegunaan matematika itu sendiri”.Sejalan dengan hal tersebut, Kariadinata (2012: 12) menjelaskan “pentingnya daya nalarbagi siswa tertuang pula dalam Permendiknas 2006 yang menyebutkan bahwasiswa belajar matematika agar memiliki kemampuan menggunakan penalaranpada pola dan sifat”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ekayanti (2013: 2) bahwa salah satu kompetensi dasar didalam matapelajaran matematika untuk tingkat sekolah dasar adalah agar siswa memilikikemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:

(14)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media yang lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Dari uraian di atas, maka dalam menghadapi era globalisasi dengan segala tantangan dan problematikanya sangat penting bagi siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis. Namun pada kenyataannya beberapa hasil studi menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa masih belum memuaskan. Studi yang dilaksanakan oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), sebuah lembaga internasional yangmengukur hasil pendidikan di dunia, pada tahun 2011 melaporkan peringkat Indonesia di bidang matematika hanya berada di posisi 39 dari jumlah peserta seluruhnya 43 negara. Dalam studi tersebut, Indonesia hanya memperoleh skor 386 jauh di bawah rata-rata skor internasional, yaitu 500. Dari studi tersebut juga terungkap bahwa siswa Indonesia masih lemah dalammenyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan pembuktian,pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematika, menemukangeneralisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan. Berdasarkan fakta di atas,dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis,kreatif, dan reflektif siswa pada umumnya masih rendah.

(15)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

dan Pengembangan (LITBANG) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa), diketahui negara Indonesia hanya menduduki posisi 61 dari jumlah peserta sebanyak 65 negara. Kemampuan dalam bidang matematika Indonesia menunjukkan skor yang sangat rendah, yaitu 371 masih berada di bawah rata-rata Organization for Economic Cooperation and Development(OECD). Padahal soal-soal

matematika dalam PISA mengukur kemampuan komunikasi, menalar, representasi, pemecahan masalah, berargumentasi, berkomunikasi dan berpikir tingkat tinggi.

Hasil Penelitian dari Windayana pada tahun 2007memperlihatkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor tes awal siswa yang hanya memperoleh 5,80.Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa juga terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh Arvyaty dan Saputra pada tahun 2012. Penelitian yang dilakukan pada siswa SMP ini memperlihatkan hasil rata-rata skor tes kemampuan berpikir kritis hanya sebesar 58,18 dengan sekitar 85,72% siswa masuk dalam kategori di bawah cukup.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Yulianti di tahun 2012 siswa SMP di kelas VII memperoleh hasil rata-rata skorkemampuan penalaran matematis hanya 11,20. Ini menggambarkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa terungkap pada penelitian yang dilakukan Permana dan Sumarno pada tahun 2011. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil rata-rata skor kemampuan penalaran matematis siswa hanya sebesar 12,74 dari skor ideal maksimal sebesar 20.

(16)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demikian dapatdisimpulkan bahwa hasil survey tersebut memperlihatkan bahwa siswa mengalami kesulitan jikadihadapkan kepada permasalahan yang memerlukan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis.

Dari temuan-temuan di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswamemang tidak dibiasakan untuk dikembangkan sejak sekolah dasar. Sehingga tampak dengan jelasketika siswa beranjak ke tingkat menengah kemampuan kemampuanberpikir kritis dan penalaran matematis menjadi masalah terhadap siswa itu sendiri. Hal ini akan menjadi sebuah kekhawatiran yang sangat besar jika kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis tidak dikembangkansejak sekolah dasar. Dengan demikian pengembangan kemampuan berpikir kritis dan penalaran siswa sekolah dasar perlu segera diperhatikan, karena akan berdampak pada jenjang pendidikan berikutnya.

(17)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

memperlakukan siswa berstatus sebagai obyek; (2) guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator; (3) materi bersifat subject-oriented; dan (4) manajemen bersifat sentralistis.

Seharusnya proses pembelajaran matematika di sekolah bukan hanya guru mentransfer gagasannya kepada siswa. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Priatna (2012)bahwa pembelajaran matematika haruslah merupakan suatu proses yang dinamis, di mana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan memikirkan gagasan yang diberikan. kegiatan pembelajaran matematika merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru untuk mengklarifikasi pikiran dan pemahaman terhadap suatu gagasan matematika. Dengan kata lain, kemampuanberpikir kritis dan penalaran matematis merupakan kemampuan yang esensial dan fundamental dalam pembelajaran yang harus dikembangkan kepada diri siswa.

(18)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1998:94) bahwa “emosi sangat panting dalam proses belajar. Belajar tanpa keterlibatan emosi, maka kegiatan saraf otak menjadi kurang dari yang dibutuhkan dalam melekatkan pelajaran dalam ingatan”.Sejalan dengan hal tersebut, Rakhmat (2005:13) menyatakan bahwa “belajar itu harus berbasis otak. Dengan kata lain revolusi belajar dimulai dari otak. Otak adalah organ paling vital manusia yang selama ini kurang dipedulikan oleh guru dalam pembelajaran”. Desmita menambahkan (2012:94) bahwa “otak anak mempunyai kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antarneuron. Namun, kemampuan itu berhenti pada usia 10-11 tahun jika tidak dikembangkan dan digunakan”. Oleh sebab itu, untuk terus meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses pematangan otak harus dilaksanakan secara terus-menerus serta diiringi dengan peluang-peluang untuk mengenal dan mengalami dunia yang makin luas.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mengoptimalkan kerja otak serta diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan dan penalaran matematis siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa serta menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan aktif melibatkan siswa adalah model Brain-Based Learning (BBL).Menurut Akyurek (2013: 105) “BBL adalah

(19)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Beberapa penelitian tentang model BBL sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti oleh Ozden dan Gultekin, Duman serta Indrayudha. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut terungkap bahwa model ini mampu meningkatkan kemampuan akademik siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mencoba meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa melalui model Brain-Based Learning (BBL). Upaya ini, penulis tuangkan dalam sebuah penelitian dengan judul“Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Matematis Siswa melalui Model

Brain-Based Learning. Penelitian ini akan diimplementasikan di kelas V siswa Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Apakah modelBBLdapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V Sekolah Dasar secara signifikan?

2. Apakah modelBBLdapat meningkatkan kemampuanpenalaran matematissiswa kelas V Sekolah Dasar secara signifikan?

3. Bagaimana proses dan prosedur pelaksanaan model BBL di kelas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BBLdibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

(20)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Mendeskripsikanproses dan prosedur pelaksanaan model BBL di kelas..

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagisemua pihak yang berkaitan dengan pendidikan, terutama bagi guru dan siswa yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, adapun manfaat penelitian tersebut yaitu :

1. Manfaatbagi guru

a. Menambah wawasanguru dalam menggunakan modelBBLdan mampu memahami tahapan, perencanaan, langkah-langkah, keunggulan dan kelemahan modelini.

b. Menambah pengetahuan guru dalam menyajikan pembelajaran di lingkungan sekolah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir penalaran matematissiswa dalam rangka mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi siswa.

2. Manfaatbagi siswa

a. Menambah wawasan siswa mengenai cara belajar yang sesuai dengan kemampuan otak secara alami dengan konsep berpikir kritis dan penalaran matematis.

b. Menambah pengetahuan siswa mengenai cara belajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kristis dan kemampuan penalaran matematissiswa.

c. Menambah pemahaman siswa bahwasanya berpikir kritis dan penalaran matematisakan mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan teman sebaya dan keluarga.

E. Struktur Organisasi Tesis

Urutan penulisan dari setiap bab dalam tesis ini terdiri dari :

1. BabIpendahuluan, berisi latar belakang penelitian,rumusan masalah, tujuan

(21)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

2. Bab II kajianpustaka, menjelaskan tentang kemampuan berpikir kritis dan

penalaran matematis; model Brain-Based Learning serta hubungannya

dengan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis; penelitian

yang relevan; dan hipotesis penelitian

3. Bab III metode penelitian, menggambarkan beberapa komponen

diantaranya lokasi dan subjek penelitian; metode dan desain penelitian;

definisi operasional variabel; prosedur dan pelaksanaan penelitian;

instrumen penelitian; teknik pengumpulan data; dan teknik analisis data.

4. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan,membahas analisis data secara

kuantitatif dan kualitatif sehingga menghasilkan temuan berkaitan dengan

masalah dan hipotesis penelitian.

5. Bab V simpulan dan saran,memaparkan tafsiran dan pemaknaan peneliti

terhadap hasil analisis temuan penelitian. Saran ditujukan pada peneliti

(22)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah dasar yang terletak di Kabupaten Majalengka, tepatnya berlokasi di jalan Abdul Qodir nomor 560

Dusun Pusaka Indah kelurahan Cijati kecamatan Majalengka.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Kabupaten Majalengka pada tahun ajaran 2013/2014. Dari populasi tersebut selanjutnya peneliti mengambil sampel. Adapun pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 68). Peneliti memilih kelas V-1 dan V-2 dengan penimbang wakil kepala sekolah dan guru. Peneliti memilih kelas V sebagai subjek penelitian di SD Negeri Cijati, yaitu kelas V-1 sebagai kelas eksperimen (Kelas yang memperoleh pembelajaran Model BBL)

dan kelas V-2 sebagai kelas kontrol (kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional).

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan desain penelitian berbentuk desain kelompok kontrol non ekuivalen. Peneliti memilih kuasi eksperimen karena pemilihan sampel tidak secara random tetapi menerima keadaan sampel seadanya. Hal ini dikarenakan eksperimen yang menjadikan manusia sebagai objek, seringkali dijumpai kondisi yang kurang memungkinkan peneliti melaksanakan penugasan random yang disebabkan oleh aturan administratif dan disebabkan tidak alaminya situasi kelompok subjek apabila

(23)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

penugasan random dilakukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Syaodih (2013: 207) bahwa eksperimen kuasi dipilih jika penelitian sulit sekali untuk melaksanakan eksperimen murni, hal ini terutama dikarenakan dengan pengontrolan variabel.

Peneliti memilih desain kelompok kontrol non ekuivalen karena desain ini

merupakan bagian dari bentuk kuasi eksperimen dengan jumlah kelas yang digunakan sebanyak dua kelas. Satu kelas dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol. Terhadap kedua kelompok ini, sebelum pelaksanaan pemberian perlakuan, dilakukan pengukuran perlakuan awal atau pretes (O).

Selanjutnya terhadap kelompok eksperimen diberi perlakuan model Brain Based Learning (BBL) (X), sedangkan untuk kelompok kontrol tidak diberi

perlakuan. Setelah itu, terhadap kedua kelompok diberi perlakuan pasca

pemberian perlakuan atau postes (O).

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis menentukan desain untuk penelitian ini tersaji dalam bagan adalah sebagai berikut :

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Syaodih (2013: 207)

Bagan 3.1 Desain Penelitian

(24)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model BBL yang diberikan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diberikan pada kelompok kontrol. Kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis sebagai variabel terikat. Supaya tidak terjadinya salah penafsiran, maka diperlukan penjelasan dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini, penjelasan tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Model Brain-Based Learning adalah pembelajaran yang multidisipliner dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan penggunaan otak yang optimal serta didesain secara alamiah untuk belajar”.

2. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah proses berpikir untuk memfokuskan permasalahan dan membuat strategi pemecahannya berdasarkan bukti-bukti pendukung sehingga diperoleh sebuah kesimpulan.

Berdasarkan definisi operasional di atas, maka penulis menentukan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(1) memfokuskan pertanyaan, (2) mengidentifikasi asumsi, (3) menentukan solusi atau strategi pemecahan masalah, dan (4) menentukan kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh.

3. Kemampuan penalaran matematis adalah proses berpikir untuk menyimpulkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi berdasarkan adanya kesamaan pola atau sifat yang tersaji dalam bentuk kalimat matematika, gambar atau diagram setelah dilakukan manipulasi matematika.

Berdasarkan definisi operasional kemampuan penalaran matematis di atas, maka

(25)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

gejala matematis, (3) melakukan manipulasi matematika, dan (4) menarik kesimpulan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes dalam penelitian ini berupa soal tes matematika dalam bentuk uraian. Adapun instrumen non tes dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang digunakan selama kegiatan berlangsung.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes dalam penelitian ini berupa soal tes matematika, yaitu tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa. Adapun soal tes ini berbentuk soal uraian. Pemilihan bentuk tes uraian ini

bertujuan melihat proses pengerjaan yang dilakukan siswa agar dapat diketahui sejauh mana siswa mampu berpikir kritis dan bernalar matematis. Dalam penyusunan tes kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis, terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal, yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta alternatif kunci jawaban.

a. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa terdiri dari 5 butir soal yang berbentuk uraian. Untuk memberikan

penilaian yang objektif, dibuat pedoman penskoran untuk tes kemampuan berpikir kritis sebagai berikut :

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Jawaban Siswa Terhadap Soal Skor

Tidak menjawab, atau semua aspek dijawab dengan salah 0

Hanya terpenuhi satu aspek yang benar 1

(26)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terpenuhi tiga aspek yang benar 3

Semua aspek terpenuhi dengan benar 4

b. Instrumen Tes Penalaran Matematis

Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa terdiri dari 5 butir soal yang berbentuk uraian. Untuk memberikan penilaian yang objektif, dibuat pedoman penskoran untuk tes kemampuan berpikir kritis sebagai berikut :

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Jawaban Siswa Terhadap Soal Skor

Tidak menjawab, atau semua aspek dijawab dengan salah 0

Hanya terpenuhi satu aspek yang benar 1

Hanya terpenuhi dua aspek yang benar 2

Terpenuhi tiga aspek yang benar 3

Semua aspek terpenuhi dengan benar 4

Bahan tes diambil dari materi mata pelajaran matematika SD kelas V semester genap pada materi sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Sebelum soal-soal diujicobakan, peneliti meminta pertimbangan dosen pembimbing untuk memberikan penilaian terhadap soal-soal tersebut. Peneliti bersama dengan beberapa orang rekan mahasiswa S2 Pendidikan Dasar angkatan 2012 mendiskusikan kelayakan soal kemudian dengan guru wali kelas V Sekolah

(27)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Selanjutnya peneliti melakukan uji coba soal yang dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri Cijati kelas VI-1 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Data hasil uji coba tersebut selanjutnya peneliti analisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran tes tersebut dengan menggunakan SPSS 20. Proses analisis data hasil uji coba soal meliputi hal-hal

berikut ini.

1) Analisis Validitas Tes

Analisis validitas tes dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen yang digunakan. Arikunto (2009: 59) menyatakan bahwa suatu tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Peneliti menganalisis validitas tes dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, dengan cara mengkorelasikan antara skor yang

didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total. Ada pun rumusnya

Interpretasi besarnya koefisien korelasi validitas soal menurut Arikunto (2009: 75) adalah sebagai berikut :

(28)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada taraf signifikansi 5% dengan df = n – 2 = 31 diperoleh rtabel sebesar 0,3440, selanjutnya rhitung dibandingkan dengan rtabel dengan interpretasi validitas soal sebagai berikut :

rhitung < rtabel , maka soal valid rhitung≥ rtabel , maka soal tidak valid

Dengan menggunakan SPSS 20, hasil perhitungan dan interpretasi validitas butir soal untuk tes kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir kritis Matematis

No. Soal

Koef. Korelasi

(r) Interpretasi Keterangan

2 0,708 Tinggi Valid

7 0,439 Cukup Valid

8 0,579 Cukup Valid

9 0,709 Tinggi Valid

10 0,294 Rendah Tidak Valid

Adapun hasil perhitungan dan interpretasi validitas butir soal untuk tes kemampuan penalaran matematis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Validitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis

No. Soal

Koef. Korelasi

(r) Interpretasi Keterangan

1 0,593 Cukup Valid

(29)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

No. Soal

Koef. Korelasi

(r) Interpretasi Keterangan

4 0,446 Cukup Valid

5 0,769 Tinggi Valid

6 0,632 Tinggi Valid

2) Analisis Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah derajat keajegan (konsistensi) suatu tes. Dengan kata

lain reliabilitas mengukur sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah).

Untuk menghitung reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan rumus Alpha-Cronbach. Menurut Sugiyono (2011: 365) pengujian reliabilitas teknik

Alpha-Cronbach dilakukan jika jenis data interval/essay. Adapun rumusnya

adalah sebagai berikut :

= −

1 1−

�2

2

Selanjutnya nilai reliabilitas diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi skor reliabilitas soal. Menurut Suherman, (2003:139) tingkat relaibilitas soal uji coba didasarkan pada klasifikasi Guilford sebagai berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi 0,900 ≤ r11 < 1,000 Sangat Tinggi 0,700 ≤ r11 < 0,900 Tinggi

0,400 ≤ r11 < 0,700 Cukup 0,200 ≤ r11 < 0,400 Rendah

(30)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan menggunakan SPSS 20, hasil perhitungan dan interpretasi klasifikasi reliabilitas soal untuk tes kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir kritis dan Penalaran Matematis

No. Tes r11 Klasifikasi

1. Kemampuan berpikir kritis 0,425 Cukup 2. Kemampuan penalaran matematis 0,603 Cukup

Dari tabel di atas diketahui uji coba reliabilitas untuk tes kemampuan berpikir kritis diperoleh sebesar 0,425 dengan klasifikasi cukup. Sedangkan uji coba reliabilitas untuk tes kemampuan penalaran matematis diperoleh sebesar 0,603 juga dengan klasifikasi cukup.

3) Daya Pembeda Soal

Menurut Arifin (2012: 145) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (menguasai materi)

(31)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

SM X X

DPKAKB

Keterangan :

DP : Daya pembeda

XKA : Rata-rata kelompok atas XKB : Rata-rata kelompok bawah SM : Skor maksimum

Nilai daya pembeda (DP) selanjutnya diklasifikasikan dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.8

Klasifikasi Daya Pembeda Soal Koefisien Korelasi Interpretasi

0,400 ≤ DP < 1,000 Sangat Baik

0,300 ≤ DP < 0,400 Baik

0,200 ≤ DP < 0,300 Cukup

0,000 ≤ DP < 0,200 Kurang baik, soal perlu dibuang

Hasil perhitungan dan interpretasi klasifikasi daya pembeda soal untuk tes kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.9

Hasil Perhitungan dan Klasifikasi Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

No. Soal Daya Pembeda Klasifikasi

2 0,297 Cukup

7 0,234 Cukup

8 0,375 Baik

9 0,375 Baik

(32)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun hasil perhitungan dan interpretasi klasifikasi daya pembeda soal untuk tes kemampuan penalaran matematis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.10

Hasil Perhitungan dan Klasifikasi Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis

No. Soal Daya Pembeda Klasifikasi

1 0,188 Kurang baik, soal perlu dibuang

3 0,422 Sangat Baik

4 0,281 Cukup

5 0,375 Baik

6 0,359 Baik

4) Tingkat Kesukaran

Menurut Arifin (2012: 147) tingkat Kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. Semaikn besar indeks tingkat kesukaran soal berarti soal tersebut semakin mudah. Untuk menghitung timgkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus sebagai berikut :

� � � � � � = � � − � � �� �

� � �� �

Selanjutnya indeks tingkat kesukaran soal diinterpretasikan dengan kriteria pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.11

Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

Koefisien Korelasi Interpretasi

(33)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,30 ≤ TK < 0,70 Sedang

0,7 ≤ TK< 1,00 Mudah

(Arifin, 2012: 148)

Hasil perhitungan dan interpretasi klasifikasi tingkat kesukaran soal untuk tes kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.12 Tingkat Kesukaran Soal

Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

No. Soal Tingkat Kesukaran Klasifikasi

2 0,680 Sedang

7 0,555 Sedang

8 0,563 Sedang

9 0,516 Sedang

10 0,273 Sukar

Adapun hasil perhitungan dan interpretasi klasifikasi tingkat kesukaran soal untuk tes kemampuan penalaran matematis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.13 Tingkat Kesukaran Soal

Tes Kemampuan Penalaran Matematis

No. Soal Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1 0,797 Mudah

3 0,695 Sedang

(34)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 0,578 Sedang

6 0,586 Sedang

2. Instrumen Non tes

Instrumen non tes dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Menurut Syaodih (2013: 220) “observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung”. Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan

observasi terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa pada setiap pertemuan dengan metode nonparticipatory observation. Menurut Syaodih (2013:220) nonparticipatory observation adalah suatu observasi dimana peneliti tidak ikut

serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan. Adapun kegiatan observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan siswa, aktivitas, kinerja, partisipasi, dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran apakah sudah sesuai dengan pedoman pembelajaran yang digunakan atau belum.

Instrumen lembar observasi diisi oleh peneliti. Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa berupa hasil pengamatan

tentang jalannya pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga dapat diketahui aspek-aspek apa yang harus diperbaiki atau ditingkatkan.

E. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

(35)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

d. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar. e. Membuat instrumen penelitian dan bahan ajar.

f. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian. g. Mengujicobakan instrumen penelitian.

h. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Menentukan sampel penelitian.

b. Mengadakan pretes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis dan penalaran matematis siswa sebelum mendapat perlakuan.

c. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan

menggunakan pembelajaran BBL di kelas eksperimen dan pembelajaran matematika secara konvensional di kelas kontrol.

d. Penulis mengisi lembar observasi pada setiap pertemuan untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran melalui BBL. e. Mengadakan postes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol

untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa setelah mendapat perlakuan.

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.

b. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap data pretes dan postes. c. Melakukan analisis data kualitatif terhadap data lembar observasi.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:

(36)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menarik kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai proses pembelajaran BBL.

c. Penyusunan laporan.

Dari tahapan-tahapan penelitian tersebut di atas, selanjutnya penulis merangkumnya dalam bentuk diagram penelitian. Secara umum alur atau prosedur

pelaksanaan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini :

Tahap 1: Persiapan

 Pengajuan judul dan pembuatan proposal.

 Seminar proposal dan perbaikan hasil seminar.

 Menyusun instrumen dan bahan ajar.

 Mengurus perizinan melakukan penelitian.

 Uji coba instrumen.

 Analisis dan revisi hasil uji coba instrumen.

Tahap 2: Pelaksanaan

Pretes kemampuan awal berpikir kritis dan penalaran

matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelas Kontrol

Data kuantitatif : pretes dan postes

Data kualitatif: lembar observasi

Tahap 4: Penarikan Kesimpulan

Menarik kesimpulan dari data kuantitatif

(37)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Bagan 3.2

Rancangan Alur Kegiatan Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

(38)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu penalaran matematis

siswa (kelas

eksperimen dan kelas kontrol).

(postes) indikator kemampuan berpikir kritis dan dijelaskan sebagai berikut.

1. Analisis Data Kuantitatif

Penulis memperoleh data kuantitatif dari pretes dan postes yang memuat indikator soal berpikir kritis dan penalaran matematis. Data kuantitatif

tersebut selanjutnya diolah secara statistik dan dianaslisis inferensial. Secara inferensial, data kuantitatif akan dianalisis menggunakan statistik parametrik.

Dalam menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, peneliti mengupayakan pengujian dengan menggunakan statistik parametrik terebih dahulu. Adapun jika pada prosesnya asumsi untuk pengujian statistik parametrik tidak terpenuhi, maka pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik.

(39)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

digunakan teknik statistik lain yang tidak harus berasumsi bahwa data berdistribusi normal. Teknik statistik ini disebut statistik parametrik.

Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis komparatif yaitu membandingkan rata-rata kedua kelas yang mewakili suatu populasi. Statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut yaitu uji t. Dalam

melakukan uji t, memerlukan terpenuhinya dua asumsi, yaitu data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan data kedua kelompok yang diuji memiliki varians yang homogen.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Dikarenakan jumlah data lebih dari 30, maka untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Saphiro-Wilk dengan taraf

signifikansi 5%. Uji normalitas ini dilakukan terhadap data pretes dan N-Gain dari dua kelompok siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

Jika kedua data diketahui memiliki distribusi yang normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Sedangkan jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sebaran dari salah satu atau semua data tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis dilanjutkan dengan statistika non parametrik, yaitu dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut: H0 : Data berdistribusi normal.

H1 : Data tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value (significance atau sig) sebagai berikut:

Jika sig < ∝ dengan ∝ = 0,05, maka H0 ditolak

Jika sig ≥∝dengan ∝ = 0,05, maka H0 diterima

b. Uji Homogenitas

(40)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langkah analisis data selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji statistik Levene’s test dengan taraf signifikansi 5%. Berikut ini rumusan hipotesisnya:

H0 : 12 = �22, varians data kemampuan matematis siswa kedua kelas homogen.

H1 : 12 ≠ �22, varians data kemampuan matematis siswa kedua kelas tidak homogen.

Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value (significance atau sig) sebagai berikut:

Jika sig < ∝ dengan ∝ = 0,05, maka H0 ditolak

Jika sig ≥∝dengan ∝ = 0,05, maka H0 diterima

c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada data pretes dan data N-Gain dari setiap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data pretes dianalisis agar diperoleh gambaran awal tentang kemampuan berpikir kritis dan penalaran

matematis siswa baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Adapun untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa setelah mendapatkan perlakuan; pada kelas eksperimen pembelajaran melalui BBL dan pada kelas kontrol pembelajaran konvensional, dilakukan analisis terhadap data data N-Gain.

Meltzer (2002: 21) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut normalized gain (gain ternormalisasi) yang dirumuskan sebagai gerikut :

��� � � � �= −

(41)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Selanjutnya nilai gain ternomalisasi (N-gain) dibandingkan dengan kriteria indeks gain sebagai berikut :

Tabel 3.15

Selanjutnya, jika hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data pretes dan data N-Gain pada kedua kelas menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Karena dua sampel independen atau tidak berhubungan maka yang digunakan adalah uji t independent sample test. Pengujian perbedaan dua rata-rata data menggunakan uji t independent sample menggunakan rumus berikut:

2

Adapun rumusan hipotesis dari uji perbedaan dua rata-rata tersebut adalah sebagai berikut :

H0 : �1 =�2, tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan matematis

antara siswa yang mendapatkan pembelajaran BBL dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

H1 : �1 > �2, rata-rata kemampuan matematis siswa yang mendapatkan

pembelajaran matematika melalui BBL lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.

(42)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apabila data tidak berdistribusi normal tidak perlu melakukan uji homogenitas, tetapi langsung dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney U.

Dalam menghitung uji perbedaan dua rata-rata ini penulis menggunakan software SPSS 20. Sehingga pengujian hipotesisnya berdasarkan P-value (significance atau sig) dengan kriteria sebagai berikut:

Jika sig (1 �� ) =1

2sig(2 �� ) < ∝dengan ∝ = 0,05, maka H0 ditolak

Jika sig (1 �� ) =1

2sig(2 �� ) ≥∝dengan∝ = 0,05, maka H0 diterima

(43)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Bagan 3.3

Alur Analisis Data Kuantitatif

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini akan mengamati semua aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran di kelas eksperimen. Peneliti melakukan analisis kualitatif terhadap data hasil observasi dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pelaksanaan pembelajaran BBL di kelas eksperimen.

(44)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu mengenai kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa melalui model Brain-Based Learning (BBL), diperoleh kesimpulan berikut ini.

1. Siswa yang memperoleh pembelajaran melalui model BBL mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibanding siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa (konvensional)

2. Siswa yang memperoleh pembelajaran melalui model BBL mengalami peningkatan kemampuan penalaran matematis yang lebih baik dibanding siswa yang belajar melalui pembelajaran biasa (konvensional)

B. Saran

1. Pembelajaran dengan model BBL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa.

2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika melalui BBL, diantaranya:

a. Dalam pembelajaran BBL, siswa dianjurkan untuk membawa minuman dan makanan ringan saat pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk menghindari siswa dari dehidrasi dan juga sebagai ketercukupan nutrisi bagi otak. Namun hendaknya minuman dan makanan ringan yang dibawa jangan berlebihan tetapi secukupnya saja.

b. Salah satu strategi dalam pembelajaran BBL adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Hal ini dapat dilakukan salah satunya melalui penyajian materi dalam bentuk

(45)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

slide Microsoft power point. Namun hendaknya pengemasannya dengan tanpa mengurangi tujuan dan isi materi yang akan disampaikan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah penggunan papan tulis hendaknya dikelola semaksimal mungkin. Meskipun guru menyampaikan materi dalam bentuk slide Microsoft power point dan disajikan dengan bantuan komputer serta proyektor tetapi guru perlu menuliskan contoh soal di papan tulis dan cara menyelesaikannya secara bertahap.

c. Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya guru menginstruksikan para siswa untuk terlebih dahulu menata ruang kelas menjadi kondisi siap belajar. Hal ini dimaksudkan agar waktu pembelajaran yang tersedia dapat digunakan dengan lebih efisien.

(46)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

94

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, G. & Sintawati, M. (2013). Strategi Brain-Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa. Dalam Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya. Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.

Akyurek, E. (2013). Effects of Brain-Based Learning Approach on Students’ Motivation and Attitudes Levels in Science Class. Mevlana International Journal of Educations. (3). hlm. 104-119.

Anisah, Z. & Darmawijoyo. (2011). Pengembangan soal matematika model pisa Pada konten quantity untuk mengukur Kemampuan penalaran matematis siswa Sekolah menengah pertama. Jurnal Pendidikan Matematika. (5).

hlm. 25-28

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara

Ariyadi, W. (2012). Pendidikan Matematika Realistik (suatu alternatif pendekatan pembelajaran matematika).Yogyakarta. Graha Ilmu

Bilal, D. (2010). The Effects of Brain-Based Learning on the Academic Achievement of Students with Different Learning Styles. Journal of Educational Sciences : Theory & Practice. (10). hlm. 2077-2103.

Dahlan, J.A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematik Siswa Sekolah Menengah Lanjutan Pertama melalui Pendekatan Pembelajaran Open-Ended. Disertasi Sekolah Pascasarjana, UPI Bandung.

(47)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Ekayanti, S., B & Rudiana, U. (2013). Pemanfaatan CD Interaktif sebagai Upaya meningkatkan Penalaran Siswa pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. (2). hlm. 1 -14.

Fahrurozi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan UPI.(2). hlm. 76-89.

Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis SebuahPengantar. Jakarta. Erlangga.

Gulpinar, M. (2005). The Principles of Brain-Based Learning and Constructivist Models in Education. Journal of Educational Science : Theory and Practice. (5). hlm. 299-306.

Hadi. S. (2003). Pendidikan Realistik: Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih Bermakna bagi Siswa. Dalam Makalah yang Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika ’Perubahan Paradigma dari Paradigma Mengajar ke Paradigma Belajar’. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma

Haryani, D. (2011). Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Hasliza, A. (2012). New Way to Learn, New Way to Succes : Transforming a Brain-Based Learning Library Via Active Learning Instruction. Proceeding of the IATUL Conferences. Universitas Sains Malaysia.

Hassoubah, Z.I. (2004).Developing Creative & Critical Thinking Skills. Terjemahan Bambang Suryadi. Bandung. Penerbit Nuansa.

Jensen, E. (1998). Teaching with Brain in Mind. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia.

(48)

Dede Salim Nahdi, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jensen, E. (2008). Brain-Based Learning : Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Kariadinata, R. (2012). Menumbuhkan Daya Nalar (Power of Reason) Siswa Melalui Pembelajaran Analogi Matematika. Jurnal Infinity. (1). hlm. 10-18.

Kommer, D. (2000). ABC’s of Brain-Based Learning. Inquiry Seminar. Ashland University

Kusumah, Y.S. (2008). “Konsep Pengembangan dan Implementasi

Computer-Based Learning dalam Peningkatan Kemampuan High-Order Thinking”. UPI Bandung: tidak terbitkan.

Lestari, K.E., (2013). Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis Sekolah Pascasarjana, UPI Bandung..

Mandar, D.S. (2011). Peranan Cognitive Neuroscience dalam Dunia Pendidikan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan.(2)

Manfaat, B. (2013). Analisis kemampuan berpikir kritis matematik Siswa dengan menggunakan graded responseModels (GRM). Makalah dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. 119-124.

Meltzer, D. E. (2002). The relationship between mathematic preparation and Conceptual Learning Gains in Physic : A Possible hidden variabel in Diagnostic Pretest Scores. Ames. Departement of Physics and Astronomy Lowa State University.

Muhibbin,S. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta. Raka Grafindo Persada.

Orlich, D. C., Harder, R., Callahan, R., Trevisan, M., & Brown, A.(2007). Teaching strategies. A guide to effective instruction. Boston. Houghton Miffling Company.

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA KELAS 7 SMP PADA TEMA PERUBAHAN BENDA-BENDA DI SEKITAR

Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya

Pembabatan hutan di Indonesia berdasarkan situs kompasiana yang diakses 20 April 2015, setiap tahun sekitar 1.3 juta hektare hutan mengalami kerusakan(FAO, 2012),

Sama hal nya yang terjadi pada dokter PUSKESMAS, kondisi hubungan dokter - pasien yang terus - menerus, tekanan profesi, tekanan dari tempat kerja, serta idealisme sebagai dokter

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal apa yang menyebabkan janda cerai mencari pasangan melalui Internet, bagaimana gambaran keterbukaan diri janda cerai yang mencari

The data security techniques layered security with a combination of symmetric cryptographic algorithm Advanced Encryption Standard ( AES ) with RC4 by applying the hybrid

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah..

Pembagian peran pada pasangan orientasi seksual sejenis yang memiliki komitmen marriage-like Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu1.