• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

TESIS

Disusun Oleh :

KARUNIA EKA LESTARI 1101196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Implementasi Brain-based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan karya orang

lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung, Juni 2013

Yang membuat pernyataan,

(3)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

KATA PENGANTAR

Sujud serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Implementasi Pembelajaran Brain-Based Learning untuk Meningkatkan

Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP ini tepat

pada waktunya.

Penelitian tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari syarat

memperoleh gelar Master Pendidikan Matematika. Ucapan terima kasih yang tak

terkira kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan

tesis ini. Semoga semua kebaikannya menjadi amal baik dan mendapat balasan

dari Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karenanya peneliti sangat berlapang dada untuk menerima segala kritikan yang

konstruktif untuk perbaikan pada karya selanjutnya. Dengan segala kerendahan

hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian tesis ini. Semoga semua informasi yang ada pada tesis ini

dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak dan bagi dunia

pendidikan matematika pada umumya, Amin.

Bandung, Juni 2013

(4)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Karunia Eka Lestari , lahir di Bandung pada tanggal 21 Oktober 1989.

Penulis terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan suami istri,

Komarudin Sah, S.Pd., dan Iis Rojiah, S.Pd.,

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah lulus dari SDN

Tanjungsari 2 Pada tahun 2001, lulus dari SMPN 1 Tanjungsari pada tahun 2004

dan lulus dari SMAN 1 Tanjungsari pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai

mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia pada Jurusan Pendidikan

Matematika, melalui jalur PMDK pada Tahun 2007, dan lulus sebagai Sarjana

Pendidikan di bidang matematika pada tahun 2011. Selanjutnya penulis

melanjutkan studi di Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Program

Studi Pendidikan Matematika pada tahun 2011 sampai 2013.

“ Sing cageur,bageur tur bener.”

(5)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

ABSTRAK

Karunia Eka Lestari. (1101196). Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP

This research is motivated by the facts on the ground which indicates that the critical thinking skills and mathematical connections students have not been as expected. One of the factors causing these problems is learning not to give freedom to students to empower the potential for optimal brain, where learning is generally more focused on getting the left brain function. Meanwhile, teaches critical thinking skills and mathematical connections need to be supported by the movement of the right brain. These characteristics can be found in Brain-based learning Learning (BbL) because the BbL offers a concept of learning that is aligned with the workings of the brain which is designed by nature to learn.

The research method used was quasi-experimental, with a population of eighth grade students of SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang consisting of five classes and two classes taken as sanpel research. Quantitative data obtained from the pretest and posttest critical thinking skills and mathematical connections further processed by descriptive and inferential. While the qualitative data obtained from the questionnaire motivation, daily journal and observation sheet further processed descriptively.

The results showed that: 1) an increase in critical thinking skills and mathematical connections through BBL students better students who received conventional learning, 2) the overall response of the students' learning motivation and learning of mathematics that gets through BBL, show a positive attitude.

Keyword: Brain-based Learning, mathematical connections, critical thinking

(6)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR BAGAN... ix

DAFTAR DIAGRAM... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Koneksi Matematis... 9

B. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 12

C. Motivasi Belajar Siswa... 15

D. Pembelajaran Brain-based Learning (BbL)... 20

1. Peran Otak dalam Pembelajaran... 20

2. Pengertian BbL... 21

3. Prinsip BbL... 22

4. Strategi dalam BbL... 24

5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam BbL... 25

6. Fase Pembelajaran dalam BbL... 31

7. Sistem Penilaian dalam BbL... 34

E. Penelitian yang Relevan... 34

F. Hipotesis Penelitian... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian... 36

(7)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

C. Instrumen Penelitian... 37

1. Instrumen Utama... 38

a. Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 38

b. Angket Motivasi Belajar Siswa... 48

c. Jurnal Harian Siswa... 48

d. Lembar Observasi... 49

2. Instrumen Penunjang Penelitian... 49

a. Silabus... 49

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 50

c. Lembar Kerja Siswa... 50

D. Prosedur Penelitian... 51

E. Teknik Pengumpulan Data... 54

F. Teknik Analisis Data... 55

1. Analisis Data Kuantitatif... 55

2. Analisis Data Kualitatif... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Kuantitatif... 63

1. Analisis Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematis... 63

2. Analisis N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis... 67

3. Analisis Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 73

4. Analisis Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 76

B. Analisis Data Kualitatif... 81

1. Analisis Angket Motivasi Belajar Siswa... 81

2. Analisis Jurnal Harian Siswa... 87

(8)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Indikator Aspek Kemampuan Matematis pada Uji Coba

Instrumen... 38

Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 39

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen... 41

Tabel 3.4 Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 41

Tabel 3.5 Kasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen... 43

Tabel 3.6 Analisis Reliabilitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 43

Tabel 3.7 Kasifikasi Indeks Daya Pembeda Instrumen... 44

Tabel 3.8 Analisis Daya Pembeda Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 44

Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen... 46

Tabel 3.10 Analisis Indeks Kesukaran Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 46

Tabel 3.11 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 47

Tabel 3.12 Teknik Pengumpulan Data... 54

Tabel 3.13 Klasifikasi Indeks Gain... 58

Tabel 3.14 Kriteria Persentase Jawaban Angket... 61

Tabel 4.1 Hasil Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematis... 63

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematis... 65

Tabel 4.3 Hasil Uji Nonparametris Mann-Whitney U Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematis... 66

(9)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan

Koneksi Matematis... 69

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test Data N-Gain

Kemampuan Koneksi Matematis... 69

Tabel 4.7 Hasil Data N-gain Kemampuan Koneksi Matematis... 70

Tabel 4.8 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain Kemampuan

Koneksi Matematis... 71

Tabel 4.9 Hasil Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis... 73

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis... 74

Tabel 4.11 Hasil Uji Nonparametris Mann-Whitney U Data Pretes

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 75

Tabel 4.12 Hasil Data N-gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis... 76

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis... 78

Tabel 4.14 Hasil Uji Nonparametris Mann-Whitney U Data

N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 79

Tabel 4.15 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis... 79

Tabel 4.16 Analisis Data Angket Mengenai Adanya Dorongan dan

Kebutuhan Belajar... 82

Tabel 4.17 Analisis Data Angket Mengenai Perhatian dan Minat

terhadap Materi atau Tugas yang Diberikan... 84

Tabel 4.18 Analisis Data Angket Mengenai Ketekunan

Menghadapi Tugas... 85

Tabel 4.19 Analisis Data Angket Mengenai Keuletan Menghadapi

Kesulitan... 85

Tabel 4.20 Analisis Data Angket Mengenai Adanya Hasrat dan

(10)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.21 Respon Siswa terhadap Penyajian Materi melalui BbL... 88

Tabel 4.22 Respon Siswa terhadap Proses Pembelajaran melalui

BbL... 88

Tabel 4.23 Respon Siswa terhadap Evaluasi Pembelajaran melalui

BbL... 89

Tabel 4.24 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Pra Pemaparan.... 91

Tabel 4.25 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Persiapan... 93

Tabel 4.26 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Inisiasi dan

Akuisisi... 95

Tabel 4.27 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Elaborasi... 97

Tabel 4.28 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Inkubasi dan

Penyimpanan Memori... 99

Tabel 4.29 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Verifikasi dan

Pengecekan Pemahaman Siswa... 100

Tabel 4.30 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Perayaan dan

(11)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data Pretes

Kemampuan Koneksi Matematis... 64

Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis... 68

Gambar 4.3 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 74

Gambar 4.4 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 77

Gambar 4.5 Aktivitas pada Tahap Pra Pemaparan... 93

Gambar 4.6 Aktivitas pada Tahap Persiapan... 94

Gambar 4.7 Aktivitas pada Tahap Inisiasi dan Akuisisi... 96

Gambar 4.8 Aktivitas pada Tahap Elaborasi... 98

Gambar 4.9 Aktivitas pada Tahap Inkubasi dan Penyimpanan Memori... 99

Gambar 4.10 Aktivitas pada Tahap Verifikasi dan Pengecekan Pemahaman... 101

(12)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3.1 Rancangan Alur Kegiatan Penelitian... 53

(13)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain Kemampuan

Koneksi Matematis... 94

Diagram 4.2 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain Kemampuan

(14)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A

A.1 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes... 118

A.2 Format Soal Pretes dan Postes... 119

A.3 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa... 124

A.4 Format Angket Motivasi Belajar Siswa... 125

A.5 Format Jurnal Harian Siswa... 127

A.6 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa... 128

A.7 Format Lembar Observasi Catatan Perkembangan Siswa... 131

LAMPIRAN B B.1 Silabus... 134

B.2 RPP Kelas Eksperimen... 139

B.3 RPP Kelas Kontrol... 145

B.4 Lembar Kerja Siswa... 149

B.5 Materi Ajar... 164

B.6 Mind Map... 177

LAMPIRAN C C.1 Soal Uji Instrumen Tes Matematis... 179

C.2 Analisis Hasil Uji Instrumen... 185

C.3 Hasil Validasi Angket Motivasi Belajar Siswa.. 191

LAMPIRAN D D.1 Analisis Hasil Penskoran Pemeriksa 1 dan 2.... 196

D.2 Analisis Data Tes Kemampuan Koneksi Matematis... 210

D.3 Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 214

D.4 Analisis Data Angket Motivasi Belajar Siswa... 218

LAMPIRAN E E.1 Jawaban Pretes Siswa Kelas Eksperimen... 226

E.2 Jawaban Pretes Siswa Kelas Kontrol... 230

(15)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

E.4 Jawaban Postes Siswa Kelas Kontrol... 240

E.5 Jawaban Pengerjaan LKS... 244

E.6 Hasil Pengerjaan Mind Map oleh Siswa... 253

E.7 Jawaban Angket Motivasi Belajar Siswa... 258

E.8 Respon Jurnal Harian Siswa... 262

E.9 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa... 267

E.10 Hasil Lembar Observasi Catatan Perkembangan Siswa... 274

LAMPIRAN F F.1 Surat Izin Penelitian... 281

F.2 Surat Keterangan Penelitian... 282

F.3 Surat Prnyatan Validator Angket... 283

F.4 Surat Pernyataan Observer... 284

(16)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain

maupun dalam pengembangan matematika itu sendiri. Dalam perkembangannya,

konsep matematika banyak diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah

dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya untuk membantu manusia dalam

memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Semua upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan matematis

siswa tidak hanya berguna untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi, lebih dari

itu sebagai bekal bagi siswa untuk menjalani kehidupan bermasyarakat, dan inilah

konsep kehidupan matematika dan matematika untuk kehidupan (Hikmah, 2012).

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap

jenjang pendidikan sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

rangka mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, sistematis, logis,

kreatif, dan bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat

dikembangkan melalui pembelajaran matematika, karena matematika memiliki

struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga

memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil dalam berpikir secara

rasional dan siap menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

(Setiawan, 2011)

Matematika dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan

sistematis, serta mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka.

Maka dari itu, mengembangkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis dalam

pembelajaran matematika sangatlah penting.

Kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan

berpikir tingkat tinggi yang sangat penting dan harus dikembangkan karena dalam

(17)

2

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya. Bruner (1977) menyatakan bahwa anak perlu menyadari bagaimana

hubungan antar konsep, karena antara sebuah bahasan dengan bahasan

matematika lainnya saling berkaitan.

Menurut Wahyudin (2008), apabila para siswa dapat menghubungkan

gagasan-gagasan matematis, pemahaman siswa akan lebih dalam dan bertahan

lama. Melalui pembelajaran yang menekankan saling keterhubungan dari

gagasan-gagasan matematis, para siswa tidak hanya belajar matematika,

melainkan juga belajar tentang kegunaan matematika. Dengan melakukan

koneksi, konsep-konsep matematika yang telah dipelajari tidak ditinggalkan

begitu saja sebagai bagian yang terpisah, tetapi digunakan sebagai pengetahuan

dasar untuk memahami konsep yang baru (Wahyuni, 2010).

Sejalan dengan hal tersebut, Lasmawati (2011) mengungkapkan bahwa

melalui koneksi matematis, wawasan siswa akan semakin terbuka terhadap

matematika, yang kemudian akan menimbulkan sikap positif terhadap matematika

itu sendiri. Melalui proses koneksi matematis, konsep pemikiran dan wawasan

siswa terhadap matematika akan semakin lebih luas, tidak hanya terfokus pada

topik yang sedang dipelajari.

Jika siswa memiliki wawasan yang luas, maka siswa akan memiliki

kecakapan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara masuk

akal (reasonable), mendalam (reflektif), dapat dipertanggungjawabkan

(responsible) dan berdasarkan pemikiran yang cerdas (skillfull thinking).

Kecakapan-kecakapan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis.

Dengan demikian, penguasaan kemampuan koneksi yang baik dapat menunjang

kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir

matematis yang perlu dimiliki oleh setiap siswa dalam menghadapi berbagai

permasalahan. Menurut Anderson (2003) bila berpikir kritis dikembangkan,

seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka

dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis masalah dengan baik,

berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan

(18)

3

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penalaran sebagai landasan berpikir, berani megambil keputusan dan konsisten

dengan keputusan tersebut (Spliter dalam Hanaswati, 2000).

Pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis juga didasarkan

pada visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan yang

dikemukakan oleh Sumarmo (2002) yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan

masa yang akan datang. Visi pertama untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran

matematika mengarah pada konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan

masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Visi kedua untuk kebutuhan

masa yang akan datang atau mengarah ke masa depan, mempunyai arti lebih luas

yaitu pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis,

sistematis, kritis, serta berpikir objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu berubah.

Berdasakan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir

kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi permasalahan dalam

realita kehidupan yang tak bisa dihindari. Dengan berpikir kritis, seorang dapat

mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya, sehingga

dapat mengambil keputusan untuk bertindak lebih tepat. Oleh karena itu,

kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika

untuk mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh,

pembuat keputusan yang matang dan orang yang tak pernah berhenti belajar.

Kemampuan koneksi dan berpikir kritis siswa akan berkembang dengan

baik apabila siswa dapat menerima pelajaran matematika. Agar siswa dapat

menerima pelajaran matematika perlu ditanamkan motivasi belajar siswa terhadap

matematika. Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar matematika,

karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh

siswa.

Motivasi belajar yang perlu ditanamakan selama pembelajaran diantaranya

dengan menumbuhkan dorongan yang kuat dan kebutuhan belajar, menumbuhkan

perhatian dan minat terhadap matematika, melatih ketekunan dan keuletan dalam

(19)

4

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar maka kemampuan koneksi dan

berpikir kritis matematis akan berkembang dengan optimal.

Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi dan

berpikir kritis matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu

faktor penyebab munculnya permasalahan ini adalah pembelajaran yang masih

menganut paradigma lama yaitu belajar yang kurang mengaktifkan siswa.

Menurut Park (Hulu, 2009) pendidikan yang menganut paradigma transfer of

knowledge didasarkan pada asumsi-asumsi: 1) orang mentransfer pembelajaran

secara mudah dengan mempelajari konsep abstrak dan konsep yang tidak

berhubungan dengan konteksnya; 2) siswa merupakan penerima pengetahuan;

3) siswa itu bersifat behavioristik dan melibatkan penguatan stimulus dan respon;

4) siswa dalam keadaan kosong yang siap diisi dengan pengetahuan;

5) keterampilan dan pengetahuan sangat baik diperoleh dengan terlepas dari

konteksnya.

Pembelajaran yang menganut paradigma tersebut tidak memberikan

keleluasaan kepada siswa untuk memberdayakan potensi otaknya, karena

pembelajaran semacam itu lebih menekankan pada penggunaan fungsi otak kiri.

Sementara itu, mengajarkan kemampuan koneksi matematis dan berpikir kritis

perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan melibatkan

unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi seperti unsur-unsur estetika, serta melalui proses

belajar yang menyenangkan dan menggairahkan sehingga pembelajaran menjadi

lebih efektif dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar matematika.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu

menyeimbangkan seluruh potensi berpikir siswa. Dengan kata lain, pembelajaran

yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menyeimbangkan antara potensi

otak kanan dan otak kiri siswa. Jika pembelajaran dalam kelas tidak melibatkan

kedua fungsi otak itu, maka akan terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri

siswa, yaitu potensi salah satu bagian otak akan melemah dikarenakan tidak

digunakannya fungsi bagian otak tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat

(20)

5

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

koneksi dan berpikir kritis matematis siswa, serta menumbuhkan motivasi belajar

siswa. Pembelajaran yang cocok dengan karakteristik tersebut adalah

pembelajaran berbasis kemampuan otak atau Brain-based Learning (BbL), karena

pembelajaran ini diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara

alamiah untuk belajar (Jensen, 2008:5).

Pembelajaran berbasis kemampuan otak ini tidak terfokus pada

keterurutan, tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan siswa

akan belajar, sehingga siswa dapat dengan mudah menyerap materi yang sedang

dipelajari. BbL mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan

bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman (Jensen, 2008: 12).

Dengan demikian, pembelajaran ini tidak mengharuskan atau menginstruksikan

siswa untuk belajar, tetapi merangsang serta memotivasi siswa untuk belajar

dengan sendirinya.

Syafa’at (2009) juga mengungkapkan bahwa BbL menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya

pemberdayaan otak siswa. Upaya pemberdayaan otak tersebut dilakukan melalui

tiga strategi berikut: (1) menciptakan lingkungan belajar yang menantang

kemampuan berpikir siswa; (2) menciptakan lingkungan pembelajaran yang

menyenangkan; (3) menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna

bagi siswa.

Strategi-strategi tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengasah kemampuan berpikir, khususnya kemampuan berpikir matematis

seperti kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis. Dengan menciptakan

lingkungan belajar yang menantang, jaringan sel-sel saraf akan terkoneksi satu

sama lain. Semakin terkoneksi jaringan-jaringan tersebut, akan semakin

merangsang kemampuan berpikir siswa, yang pada akhirnya akan semakin besar

pula pemaknaan yang diperoleh siswa dari pembelajaran. Tugas-tugas matematika

yang bervariasi, dapat melatih siswa untuk menggunakan dan mengembangkan

koneksi matematis. Tantangan berupa masalah, dapat mendorong siswa untuk

berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

(21)

6

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dan beraktifitas secara optimal dalam

pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan dan pengaruh BbL

dalam pembelajaran matematika yang dilakukan oleh Suganda (2012)

menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan prosedural dan pemahaman

matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL lebih baik dari pada siswa

yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Firdaus (2012) mengungkapkan

bahwa peningkatan kreatifitas matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran

BbL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran cooperatif

learning STAD. Selanjutnya, kedua peneliti tersebut menyarankan diadakan

penelitian lebih lanjut mengenai penerapan BbL untuk kemampuan matematis

yang lain. Maka dari itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian serta

analisis lebih mendalam mengenai implementasi pembelajaran Brain-based

Learning terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis

serta motivasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran secara konvensional?

3. Bagaimana motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran BbL?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan

(22)

7

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan koneksi

matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan

dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

2. Memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan

dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

3. Mendeskripsikan motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran

BbL.

4. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran BbL.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi berbagai pihak, baik siswa, guru maupun

pembaca. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam

meningkatkan kemampuan koneksi matematis, kemampuan berpikir kritis

serta motivasi belajar siswa dalam matematika.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bahwa

pembelajaran BbL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk

meningkatkan kemampuan koneksi matematis, berpikir kritis dan motivasi

belajar siswa.

3. Bagi penulis dan pembaca, penelitian ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan

pembelajaran BbL.

E. Definisi Operasional

Guna menghindari terjadinya perbedaan pemahaman terhadap

istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah-istilah didefinisikan

sebagai berikut:

1. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan dalam mengaitkan

(23)

8

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun mengaitkan konsep matematika dengan bidang lain. Indikator

kemampuan koneksi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini

yaitu (1) mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan

matematika; (2) antara konsep atau aturan matematika dengan bidang studi

lain; dan (3) antara konsep atau aturan matematika dengan aplikasi pada

kehidupan nyata.

2. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan berpikir dalam

menyelesaikan masalah matematika yang melibatkan pengetahuan

matematika, penalaran matematika dan pembuktian matematika. Indikator

kemampuan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini diantaranya:

(1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); (2)

membangun keterampilan dasar (basic support); (3) membuat kesimpulan

(inference); (4) membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification);

(5) menentukan strategi dan taktik (strategi and tactics) untuk

memecahkan masalah.

3. Motivasi belajar adalah suatu daya, dorongan atau kekuatan, baik yang

datang dari diri sendiri maupun dari luar yang mendorong siswa untuk

belajar. Indikator motivasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah

(1) adanya dorongan dan kebutuhan belajar; (2) menunjukkan perhatian

dan minat terhadap tugas; (3) tekun menghadapi tugas; (4) ulet

menghadapi kesulitan; (5) adanya hasrat dan keinginan berhasil.

4. Pembelajaran BbL adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara

kerja otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar. Pembelajaran ini

mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana otak

dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman, serta tidak terfokus pada

keterurutan, tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan

siswa akan belajar. Fase pembelajaran BbL yaitu: (1) pra-pemaparan; (2)

persiapan; (3) inisiasi dan akuisisi; (4) elaborasi; (5) inkubasi dan

memasukkan memori; (6) verifikasi dan pengecekan keyakinan; serta (7)

(24)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran melalui metode

ilmiah. Penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan secara sistematis

dengn metode-metode tertentu melalui pengumpulan data, pengolahan data, dan

penarikan kesimpulan atas jawaban dari suatu permasalahan. Metode yang

dilakukan dalam suatu penelitian beraneka ragam tergantung dari tujuan

penelitian yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, jenis

penelitian yang diterapkan adalah quasi experiment.

Penggunaan quasi experiment sangat disarankan dalam melakukan

penelitian terkait dunia pendidikan, terutama pendidikan di Indonesia, mengingat

kondisi obyek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya pemilihan

sampel secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok

utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas

(Sumarno, 2006). Pada kuasi eksperimen, peneliti menerima keadaan subjek

seadanya, hal tersebut dikarenakan jika dilakukan lagi pengelompokkan secara

acak maka akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah ada di

sekolah.

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non

randomized control-treatment group, pretest–posttest design disebut juga sebagai

non equivalent control group design. Desain ini mirip dengan pretest-posttest di

dalam true experiment namun tidak dilakukan pemilihan sampel secara acak.

Penelitian ini melibatkan dua varibel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Pembelajaran melalui Brain-based Learning (BbL) dan pembelajaran

konvensional sebagai bebas. Kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis

siswa sebagai variabel terikat. Pada penelitian ini terdapat dua kelompok subjek

penelitian yaitu kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran BbL dan

(25)

37

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Desain dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Kelas eksperimen : O X O

Kelas kontrol : O O

Keterangan:

O: Pretes dan postes (tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis)

X: Perlakuan pembelajaran melalui Brain-based Learning

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sugiyono (2006)

menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa-siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik probability

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel

(Sugiyono, 2006).

Selanjutnya, dipilih dua kelas secara acak dengan cara mengundi untuk

dijadikan sampel penelitian. Satu dari dua kelas tersebut dijadikan sebagai kelas

eksperimen dan satu kelas lainnya dijadikan sebagai kelas kontrol. Berdasarkan

hasil pengundian tersebut diperoleh kelas VIII B sebagai kelas kontrol dan kelas

VIII D sebagai kelas eksperimen.

C. Instrumen Penelitian

Berdasarkan fungsinya, instrumen dalam penelitian ini digolongkan ke

dalam dua kelompok, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang penelitian.

(26)

38

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Instrumen Utama

Instrumen utama dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non

tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan dan berpikir kritis matematis,

sedangkan instrumen non tes berupa angket motivasi belajar siswa, jurnal harian

siswa dan lembar observasi.

a. Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis diberikan pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.

Tes awal (pretes) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal koneksi dan

berpikir kritis matematis siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan tes akhir

(postes) dilakukan untuk mengetahui kemampuan koneksi dan berpikir kritis

matematis siswa setelah diberi perlakuan.

Soal pretes dan postes ini memuat indikator-indikator kemampuan koneksi

matematis dan kemampuan berpikir kritis matematis serta mengacu pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar dari materi yang dipelajari saat pembelajaran

berlangsung. Soal-soal yang disajikan pada postes serupa dengan soal-soal yang

disajikan pada pretes.

Sebelum dijadikan sebagai soal pretes dan postes, instrumen tes yang

digunakan dalam penelitian ini diujicobakan terlebih dahulu pada 34 orang siswa

kelas IX di SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang. Instrumen yang diujicobakan

berupa dua paket soal yang masing-masing terdiri atas 3 soal mengenai

kemampuan koneksi matematis dan 3 soal mengenai kemampuan berpikir kritis

matematis. Adapun indikator dari aspek kemampuan matematis pada instrumen

tes yang diujicobakan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Indikator Aspek Kemampuan Matematis pada Uji Coba Instrumen

Aspek Indikator kemapuan yang diukur Nomor Soal

Paket A Paket B

Mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan aplikasi pada kehidupan nyata.

1 1

(27)

39

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu konsep atau aturan matematika.

Mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan bidang studi lain.

(Elementary Clarification) 2 2,3b Membangun keterampilan dasar (Basic

Support) 6a 3a

Menyimpulkan (Inference) 6b 3c

Membuat penjelasan lebih lanjut (Advanced

Clarification) 6c 3d Menyusun strategi dan taktik (Strategies

and Tactics) 4a,4b 6

Tes yang digunakan berbentuk uraian, dengan maksud untuk melihat

proses penyelesaian jawaban siswa sehingga diketahui sejauh mana siswa tersebut

mampu mengkoneksikan konsep atau aturan matematika dan mampu berpikir

kritis.

Penentuan skor jawaban siswa ditetapkan berdasarkan suatu pedoman

penskoran untuk masing-masing jenis tes, yaitu tes kemampuan koneksi

matematis dan tes berpikir kritis matematis. Tujuan dari penetapan penskoran ini

adalah untuk memberikan keseragaman dalam menilai jawaban siswa, sehingga

penilaian lebih objektif. Berikut ini pedoman penilaian tes kemampuan koneksi

dan berpikir kritis matematis.

Tabel 3.2

Kriteria Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Skor Respon Siswa terhadap Soal

Koneksi Matematis Berpikir Kritis

4 Menyatakan keterkaitan antar konsep atau aturan

matematika secara benar dan lengkap, perhitungan

dilakukan dengan benar.

Identifikasi argumen, memberikan alasan serta menganalisa argumen dan memberikan kesimpulan.

(28)

40

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 Menyatakan keterkaitan antar konsep matematika tidak secara lengkap, atau hanya sedikit saja yang benar.

Identifikasi salah, jarang menerangkan alasan dan pandangan berdasarkan minat diri atau praduga.

1 Tidak ada pernyataan yang menghubungkan keterkaitan antar konsep matematika.

Menggunakan argumen-argumen keliru atau alasan tidak sesuai, tidak memberikan hasil atau langkah atau penjelasan alasan.

0 Tidak ada respon. Tidak ada respon.

Setelah instrumen diujikan dan diberi skor sesuai kriteria di atas,

selanjutnya dilakukan analisis uji instrumen untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari soal. Analisis uji instrumen

tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dilakukan sebagai berikut.

1) Analisis Validitas Butir Soal

Menurut Anderson (Arikunto, 2005) sebuah tes dikatakan valid apabila tes

tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu

instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu

yang harus diukur. Validitas instrumen yang dianalisis dalam penelitian ini

meliputi validitas logis dan validitas empiris.

a) Validitas Logis (Logical Validity)

Validitas logis atau validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi

menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid

berdasarkan teori dan ketentuan yang ada. Suatu tes matematika dikatakan

memiliki validitas yang baik apabila dapat mengukur kesesuaian antara indikator

dan butir soal serta (content validity) dan kejelasan bahasa, gambar atau simbol

dalam soal (face validity).

Selanjutnya peneliti berkonsultasi dengan dua orang dosen pembimbing

terkait content validity dan face validity dari instrumen yang akan diujikan.

Setelah dilakukan beberapa perbaikan, peneliti kemudian melakukan uji coba dan

analisis instrumen ditinjau dari validitas empiris, reliabilitas, daya pembeda dan

indeks kesukaran.

(29)

41

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas empiris adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria

ini untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas instrumen, yang

ditentukan melalui perhitungan korelasi Product Moment Pearson (Suherman,

2003: 120), yaitu:

rxy: koefisien korelasi antara skor X dan skor Y

N : banyak subjek

X : skor tes

Y : total skor

Tinggi rendahnya validitas suatu alat evaluasi sangat tergantung pada

koefisien korelasinya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh John W.

Best (Suherman, 2003:111) dalam bukunya Research in Education, bahwa suatu

alat tes mempunyai validitas tinggi jika koefisien korelasinya tinggi pula. Tolak

ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas digunakan kriteria menurut

Guilford (Suherman, 2003,112) sebagai berikut.

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen

Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Validitas

Sangat tinggi Sangat tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah

Sangat rendah Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Sukasari

Sumedang, dengan bantuan program Anates4.0, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.4

Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Nomor Soal

Paket Soal A Paket Soal B

(30)

42

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Korelasi Validitas Korelasi Validitas

1 0,61 Sedang 0,48 Sedang

2 0,29 Rendah 0,67 Sedang

3 0,64 Sedang 0,86 Tinggi

4 0,81 Tinggi 0,80 Tinggi

5 0,79 Tinggi 0,61 Sedang

6 0,59 Sedang 0,59 Sedang

Berdasarkan hasil analisis validitas instrumen pada tabel di atas, terdapat

satu butir soal yang memiliki validitas rendah yaitu butir soal nomor 2 pada paket

soal A. Hal ini berarti bahwa butir soal tersebut tidak mampu mengukur

kemampuan yang hendak diukur melalui butir soal tersebut, dalam hal ini yaitu

kemampuan koneksi matematis siswa. Oleh sebab itu, butir soal tersebut tidak

digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini.

Sementara itu, butir soal yang lain pada umumnya mempunyai validitas

yang sedang dan tinggi. Dengan demikian, butir soal yang ada pada

masing-masing paket soal dapat dikatakan telah mampu mengukur kemampuan koneksi

dan berpikir kritis matematis sesuai dengan indikator yang diukur pada

masing-masing butir soal.

Adapun nilai korelasi xy untuk paket soal A sebesar 0,75, sedangkan

untuk paket soal B sebesar 0,51. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria

validitas tes dari Guilford, maka secara keseluruhan instrumen tes kemampuan

koneksi dan berpikir kritis matematis pada paket soal A memiliki validitas tinggi,

sedangkan pada paket soal B memiliki validitas sedang. Hasil analisis validitas

instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2 halaman 185.

2) Analisis Reliabilitas Soal

Reliabilitas suatu instrumen evaluasi adalah keajegan atau kekonsistenan

instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh orang

yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan

(31)

43

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui tingkat reliabilitas pada instrumen tes kemampuan koneksi dan

berpikir kritis matematis dengan bentuk soal uraian, digunakan rumus Alpha

Cronbach (Suherman, 2003:153) berikut:

Keterangan:

: koefisien reliabilitas n : banyak butir soal

: variansi skor butir soal ke-i : variansi skor total

Setelah koefisien reliabiitasnya diketahui, kemudian dikonversikan dengan

kriteria reliabilitas Guilford (Suherman, 2003: 139) sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas Interpretasi Derajat Reliabilitas

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Berikut ini hasil analisis reliabilitas instrumen tes kemampuan koneksi dan

berpikir kritis matematis dengan bantuan Anates 4.0.

Tabel 3.6

Analisis Reliabilitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Paket Soal Koefisien reliabilitas Interpretasi Reliabilitas

Paket A 0,86 Tinggi

Paket B 0,67 Tinggi

Berdasarkan analisis reliabilitas uji instrumen tes kemampuan koneksi dan

berpikir kritis matematis pada tabel di atas, diperoleh reliabilitas untuk paket soal

A sebesar 0,86 dan paket soal B sebesar 0,67. Bila diinterpretasikan dalam kriteria

Guilford, keduanya memiliki reliabilitas tinggi. Dengan kata lain, instrumen tes

dalam paket A dan paket B memiliki kekonsistenan yang tinggi atau akan

(32)

44

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meskipun pada waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda. Hasil analisis reliabilitas

instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2 halaman 185.

3) Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan

butir soal tersebut membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya

dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa

yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal

adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai

kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

: daya pembeda butir soal

: jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. : jumlah siswa kelompok atas.

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda adalah

seperti pada tabel berikut (Suherman, 2003:161).

Tabel 3.7

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Instrumen

Nilai Interpretasi Daya Pembeda

Sangat baik

Baik

Cukup

Jelek

Sangat jelek

Berikut ini hasil analisis daya pembeda instrumen tes kemampuan koneksi

dan berpikir kritis matematis dengan bantuan Anates 4.0.

Tabel 3.8

Analisis Daya Pembeda Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

(33)

45

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soal Daya

Pembeda Interpretasi

Daya

Pembeda Interpretasi

1 0,46 Baik 0,38 Cukup

2 0,17 Jelek 0,56 Baik

3 0,33 Cukup 0,38 Cukup

4 0,50 Baik 0,19 Jelek

5 0,83 Sangat baik 0,50 Baik

6 0,71 Sangat baik 0,13 Jelek

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda pada tabel di atas, terdapat 3

butir soal yang memiliki daya pembeda jelek yaitu butir soal nomor 2 pada paket

soal A dan butir soal nomor 4 dan 6 pada paket soal B. Hal ini berarti butir-butir

soal tersebut tidak mampu membedakan mana siswa yang berkemampuan tinggi

(pandai) dan mana siswa berkemampuan rendah (tidak pandai). Oleh sebab itu,

butir-butir soal tersebut tidak digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi

dan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini.

Sementara itu, butir soal yang lain dapat dikatakan sudah cukup baik, baik

dan sangat baik dalam membedakan siswa yang mempunyai kemampuan koneksi

dan berpikir kritis yang tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan

koneksi dan berpikir kritis yang rendah. Hasil analisis daya pembeda instrumen

tes selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2 halaman 185.

4) Analisis Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derjat kesukaran

suatu butir soal. Suatu butir soal dikatakan memiliki indeks kesukaran yang baik

jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk soal tipe

uraian, rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal

yaitu:

Keterangan:

(34)

46

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

: jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. : jumlah siswa kelompok atas.

Indeks kesukaran diinterpretasikan dalam kriteria sebagai berikut

(Suherman, 2003: 170).

Berikut ini hasil analisis indeks kesukaran instrumen tes kemampuan

koneksi dan berpikir kritis matematis dengan bantuan Anates 4.0.

Tabel 3.10

Analisis Indeks Kesukaran Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

sangat mudah dan mudah (butir soal nomor 4 dan 6). Hal ini berarti bahwa seua

siswa kelompok atas maupun bawah, menjawab soal yang bersangkutan dengan

(35)

47

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini. Hasil

analisis indeks kesukaran instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam

Lampiran C.2 halaman 185.

5) Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan

Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil uji coba instrumen tes

kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis disajikan secara lengkap dalam

tabel berikut:

Tabel 3.11

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Nomor

V : interpretasi validitas instrumen tes

R : interpretasi reliabilitas instrumen tes

DP : interpretasi daya pembeda instrumen tes

IK : interpretasi indeks kesukaran instrumen tes

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil uji coba instrumen

(36)

48

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kriteria instrumen yang baik berdasarkan tingkat validitas, reliabilitas, daya

pembeda dan indeks kesukaran, maka peneliti memutuskan untuk memilih butir

soal nomor 1, 3, 4, 5, dan 6 pada paket soal A serta butir soal nomor 2 pada paket

soal B. Butir-butir soal tersebut selanjutnya digunakan sebagai soal pretes dan

postes untuk mengukur kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dalam

penelitian ini. Bentuk soal selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran A.2

halaman 119.

b. Angket Motivasi Belajar Siswa

Angket digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa, aspek afektif yang

diukur dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa. Angket diberikan

kepada siswa kelas eksperimen setelah seluruh pembelajaran berakhir, yakni

seteah pelaksanaan postes.

Tujuan pemberian angket tersebut untuk mengetahui motivasi belajar

siswa setelah mendapatkan pembelajaran melalui BbL. Angket yang disusun

dalam penelitian ini memuat lima indikator, yaitu;(1) adanya dorongan dan

kebutuhan belajar; (2) menunjukkan perhatian dan minat terhadap materi atau

tugas yang diberikan; (3) tekun menghadapi tugas; (4) ulet menghadapi kesulitan;

(5) adanya hasrat dan keinginan berhasil.

Jenis angket yang diberikan berupa angket tertutup, yaitu angket yang

memuat atau menyediakan jawaban sehingga responden (siswa) hanya tinggal

memilih salah satu jawaban yang disediakan. Alternatif jawaban yang diberikan

ada empat buah, yaitu SS (sangat sering), S (sering), J (jarang), dan JS (jarang

sekali). Pilihan Netral (kadang-kadang) dihilangkan dengan maksud untuk

mengantisipasi siswa yang tidak berpartisipasi serta menghindari kebiasan

terhadap hasil penelitian.

Sebelum angket digunakan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian

ini, peneliti melakukan uji validitas kontruk, validitas muka, dan validitas isi,

dengan meminta pertimbangan dua orang dosen pembimbing, dan seorang

mahasiswa jurusan Psikologi UPI. Dari 38 pernyataan yang disusun 10

(37)

49

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

indikator yang dimaksud. Sementara itu, 25 pernyataan lainnya digunakan dalam

angket motivasi belajar pada penelitian ini. Daftar pernyataan angket

selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran A.4 halaman 125.

c. Jurnal Harian Siswa

Jurnal harian adalah karangan bebas dan singkat yang dibuat oleh siswa di

setiap akhir pertemuan. Jurnal ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

respon siswa yang berupa kesan-kesan siswa terhadap pembelajaran melalui BbL.

Format jurnal harian yang diberikan kepada siswa dapat dilihat dalam Lampiran

A.5 halaman 127.

d. Lembar Observasi

Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi terhadap aktivitas

yang dilakukan guru dan siswa pada setiap pertemuan. Kegiatan observasi ini

bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa, aktivitas, kinerja, partisipasi,

dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran apakah sudah sesuai dengan

pedoman pembelajaran yang digunakan atau belum.

Instrumen lembar observasi diisi oleh observer, selain peneliti. Lembar

observasi dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu lembar observasi

aktivitas guru dan siswa, serta lembar observasi catatan perkembangan siswa.

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa berupa hasil pengamatan dan

kritik atau saran tentang jalannya pembelajaran yang sedang berlangsung,

sehingga dapat diketahui aspek-aspek apa yang harus diperbaiki atau ditingkatkan.

Format lembar observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat dalam Lampiran

A.6 halaman 128.

Sementara itu, lembar observasi catatan perkembangan siswa digunakan

untuk mengevaluasi perkembangan siswa ditinjau dari aspek kognitif dan aspek

afektif dalam setiap pertemuan. Aspek kognitif yang diamati selama pembelajaran

yaitu kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis. Sedangkan aspek afektif

(38)

50

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bersama kelompok. Format lembar observasi catatan perkembangan siswa dapat

dilihat dalam Lampiran A.7 halaman 131.

2. Instrumen Penunjang Penelitian

Instrumen penunjang penelitian ini berupa bahan ajar yang terdiri atas

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS).

a. Silabus

Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi

dasar, yang bertujuan agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam melakukan

perlakuan, dan disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian

kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut, maka silabus mata pelajaran

matematika memuat identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian yang meliputi jenis tes,

bentuk tes, contoh instrumen, serta alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus

yang dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian ini dapat dilihat dalam

Lampiran B.1 halaman 134.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran bertujuan membantu peneliti dalam

mengarahkan jalannya proses pembelajaran agar terlaksana dengan baik. RPP

disusun secara sistematis memuat standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, model dan metode pembelajaran,

langkah-langkah pembelajaran, bahan atau sumber belajar dan penilaian hasil

belajar yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran.

RPP yang disusun memuat indikator yang mengukur penguasaan siswa

terhadap materi yang diajarkan yaitu mengenai kubus dan balok, mengukur

kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa pada pokok bahasan

kubus dan balok, serta motivasi belajar siswa.

Tujuan pembelajaran lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan

koneksi dan berpikir kritis matematis serta motivasi belajar siswa. Metode dan

(39)

51

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan; pada kelas eksperimen disesuaikan dengan BbL, sedangkan pada kelas

kontrol disesuaikan dengan pembelajaran konvensional. Sementara itu, materi,

bahan atau sumber belajar, dan penilaian hasil belajar untuk kedua kelas diberi

perlakuan yang sama. RPP yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Lampiran B.2 halaman 139 dan Lampiran B.3 halaman 145.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) yang dirancang, disusun, dan dikembangkan

dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yakni

mengukur kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis, khususnya pada

pokok bahasan kubus dan balok, serta melalui pertimbangan dosen pembimbing.

Soal-soal dalam LKS tersebut kemudian dikerjakan oleh siswa secara

berkelompok.

Terdapat 6 set LKS yang disusun dalam penelitian ini, masing-masing set

memuat soal-soal koneksi dan berpikir kritis matematis pada sub pokok bahasan

yang disampaikan pada masing-masing pertemuan. LKS 1 mengenai unsur-unsur

kubus dan balok, LKS 2 mengenai kerangka kubus dan balok, LKS 3 mengenai

jaring-jaring dan menggambar kubus dan balok, LKS 4 mengenai luas permukaan

kubus dan balok, LKS 5 mengenai volume kubus dan balok dan LKS 6 mengenai

penerapan kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari. LKS selengkapnya dapat

dilihat dalam Lampiran B.4 halaman 149.

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Mengajukan judul penelitian.

b. Menyusun proposal penelitian.

c. Seminar proposal penelitian.

d. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar.

Gambar

Tabel 4.21 Respon Siswa terhadap Penyajian Materi melalui BbL...
Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data Pretes
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran model problem-based

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN SPATIAL ABILITY SISWA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TIPE PROJECT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA..

Adapun untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis siswa setelah mendapatkan perlakuan; pada kelas eksperimen pembelajaran melalui

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Collaborative Learning lebih baik daripada siswa

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ Situation-Based Learning (SBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self- Efficacy Matematis Siswa SMP

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama. Hal ini berarti bahwa butir soal

Penelitian ini mengkaji penerapan model Integratif Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan sikap siswa terhadap penerapan model Integratif

Namun kenyataannya kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih menunjukkan nilai yang rendah, dengan demikian dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis