• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

IMPLEMENTASI BRAIN-BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

TESIS

Disusun Oleh :

KARUNIA EKA LESTARI 1101196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Implementasi Brain-based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2013

Yang membuat pernyataan,

(3)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

Karunia Eka Lestari. (1101196). Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP

This research is motivated by the facts on the ground which indicates that the critical thinking skills and mathematical connections students have not been as expected. One of the factors causing these problems is learning not to give freedom to students to empower the potential for optimal brain, where learning is generally more focused on getting the left brain function. Meanwhile, teaches critical thinking skills and mathematical connections need to be supported by the movement of the right brain. These characteristics can be found in Brain-based learning Learning (BbL) because the BbL offers a concept of learning that is aligned with the workings of the brain which is designed by nature to learn.

The research method used was quasi-experimental, with a population of eighth grade students of SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang consisting of five classes and two classes taken as sanpel research. Quantitative data obtained from the pretest and posttest critical thinking skills and mathematical connections further processed by descriptive and inferential. While the qualitative data obtained from the questionnaire motivation, daily journal and observation sheet further processed descriptively.

The results showed that: 1) an increase in critical thinking skills and mathematical connections through BBL students better students who received conventional learning, 2) the overall response of the students' learning motivation and learning of mathematics that gets through BBL, show a positive attitude.

(4)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR BAGAN... ix

DAFTAR DIAGRAM... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Koneksi Matematis... 9

B. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 12

C. Motivasi Belajar Siswa... 15

D. Pembelajaran Brain-based Learning (BbL)... 20

1. Peran Otak dalam Pembelajaran... 20

2. Pengertian BbL... 21

3. Prinsip BbL... 22

4. Strategi dalam BbL... 24

5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam BbL... 25

6. Fase Pembelajaran dalam BbL... 31

7. Sistem Penilaian dalam BbL... 34

E. Penelitian yang Relevan... 34

F. Hipotesis Penelitian... 35

(5)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Populasi dan Sampel... 37

C. Instrumen Penelitian... 37

1. Instrumen Utama... 38

a. Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 38

b. Angket Motivasi Belajar Siswa... 48

c. Jurnal Harian Siswa... 48

d. Lembar Observasi... 49

2. Instrumen Penunjang Penelitian... 49

a. Silabus... 49

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 50

c. Lembar Kerja Siswa... 50

D. Prosedur Penelitian... 51

E. Teknik Pengumpulan Data... 54

F. Teknik Analisis Data... 55

1. Analisis Data Kuantitatif... 55

2. Analisis Data Kualitatif... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Kuantitatif... 63

1. Analisis Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematis... 63

2. Analisis N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis... 67

3. Analisis Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 73

4. Analisis Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 76

B. Analisis Data Kualitatif... 81

1. Analisis Angket Motivasi Belajar Siswa... 81

2. Analisis Jurnal Harian Siswa... 87

(6)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Indikator Aspek Kemampuan Matematis pada Uji Coba

Instrumen... 38

Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 39

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen... 41

Tabel 3.4 Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 41

Tabel 3.5 Kasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen... 43

Tabel 3.6 Analisis Reliabilitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 43

Tabel 3.7 Kasifikasi Indeks Daya Pembeda Instrumen... 44

Tabel 3.8 Analisis Daya Pembeda Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 44

Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen... 46

Tabel 3.10 Analisis Indeks Kesukaran Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 46

Tabel 3.11 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis... 47

Tabel 3.12 Teknik Pengumpulan Data... 54

Tabel 3.13 Klasifikasi Indeks Gain... 58

Tabel 3.14 Kriteria Persentase Jawaban Angket... 61

Tabel 4.1 Hasil Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematis... 63

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematis... 65

(7)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.4 Hasil Data N-gain Kemampuan Koneksi Matematis... 67 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan

Koneksi Matematis... 69 Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test Data N-Gain

Kemampuan Koneksi Matematis... 69 Tabel 4.7 Hasil Data N-gain Kemampuan Koneksi Matematis... 70 Tabel 4.8 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain Kemampuan

Koneksi Matematis... 71 Tabel 4.9 Hasil Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis... 73 Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis... 74 Tabel 4.11 Hasil Uji Nonparametris Mann-Whitney U Data Pretes

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 75 Tabel 4.12 Hasil Data N-gain Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis... 76 Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis... 78 Tabel 4.14 Hasil Uji Nonparametris Mann-Whitney U Data

N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 79 Tabel 4.15 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis... 79 Tabel 4.16 Analisis Data Angket Mengenai Adanya Dorongan dan

Kebutuhan Belajar... 82 Tabel 4.17 Analisis Data Angket Mengenai Perhatian dan Minat

terhadap Materi atau Tugas yang Diberikan... 84 Tabel 4.18 Analisis Data Angket Mengenai Ketekunan

Menghadapi Tugas... 85 Tabel 4.19 Analisis Data Angket Mengenai Keuletan Menghadapi

(8)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.20 Analisis Data Angket Mengenai Adanya Hasrat dan

Keinginan Berhasil... 86 Tabel 4.21 Respon Siswa terhadap Penyajian Materi melalui BbL... 88 Tabel 4.22 Respon Siswa terhadap Proses Pembelajaran melalui

BbL... 88 Tabel 4.23 Respon Siswa terhadap Evaluasi Pembelajaran melalui

BbL... 89 Tabel 4.24 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Pra Pemaparan.... 91 Tabel 4.25 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Persiapan... 93 Tabel 4.26 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Inisiasi dan

Akuisisi... 95 Tabel 4.27 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Elaborasi... 97 Tabel 4.28 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Inkubasi dan

Penyimpanan Memori... 99 Tabel 4.29 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Verifikasi dan

Pengecekan Pemahaman Siswa... 100 Tabel 4.30 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Perayaan dan

(9)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data Pretes

Kemampuan Koneksi Matematis... 64

Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis... 68

Gambar 4.3 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 74

Gambar 4.4 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 77

Gambar 4.5 Aktivitas pada Tahap Pra Pemaparan... 93

Gambar 4.6 Aktivitas pada Tahap Persiapan... 94

Gambar 4.7 Aktivitas pada Tahap Inisiasi dan Akuisisi... 96

Gambar 4.8 Aktivitas pada Tahap Elaborasi... 98

Gambar 4.9 Aktivitas pada Tahap Inkubasi dan Penyimpanan Memori... 99

Gambar 4.10 Aktivitas pada Tahap Verifikasi dan Pengecekan Pemahaman... 101

(10)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR BAGAN

Halaman

(11)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain Kemampuan

Koneksi Matematis... 94 Diagram 4.2 Klasifikasi Skor Rata-rata N-Gain Kemampuan

(12)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A

A.1 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes... 118

A.2 Format Soal Pretes dan Postes... 119

A.3 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa... 124

A.4 Format Angket Motivasi Belajar Siswa... 125

A.5 Format Jurnal Harian Siswa... 127

A.6 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa... 128

A.7 Format Lembar Observasi Catatan Perkembangan Siswa... 131

LAMPIRAN B B.1 Silabus... 134

B.2 RPP Kelas Eksperimen... 139

B.3 RPP Kelas Kontrol... 145

B.4 Lembar Kerja Siswa... 149

B.5 Materi Ajar... 164

B.6 Mind Map... 177

LAMPIRAN C C.1 Soal Uji Instrumen Tes Matematis... 179

C.2 Analisis Hasil Uji Instrumen... 185

C.3 Hasil Validasi Angket Motivasi Belajar Siswa.. 191

LAMPIRAN D D.1 Analisis Hasil Penskoran Pemeriksa 1 dan 2.... 196

D.2 Analisis Data Tes Kemampuan Koneksi Matematis... 210

D.3 Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 214

(13)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu LAMPIRAN E

E.1 Jawaban Pretes Siswa Kelas Eksperimen... 226

E.2 Jawaban Pretes Siswa Kelas Kontrol... 230

E.3 Jawaban Postes Siswa Kelas Eksperimen... 234

E.4 Jawaban Postes Siswa Kelas Kontrol... 240

E.5 Jawaban Pengerjaan LKS... 244

E.6 Hasil Pengerjaan Mind Map oleh Siswa... 253

E.7 Jawaban Angket Motivasi Belajar Siswa... 258

E.8 Respon Jurnal Harian Siswa... 262

E.9 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa... 267

E.10 Hasil Lembar Observasi Catatan Perkembangan Siswa... 274

LAMPIRAN F F.1 Surat Izin Penelitian... 281

F.2 Surat Keterangan Penelitian... 282

F.3 Surat Prnyatan Validator Angket... 283

F.4 Surat Pernyataan Observer... 284

(14)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Karunia Eka Lestari , lahir di Bandung pada tanggal 21 Oktober 1989. Penulis terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan suami istri, Komarudin Sah, S.Pd., dan Iis Rojiah, S.Pd.,

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah lulus dari SDN Tanjungsari 2 Pada tahun 2001, lulus dari SMPN 1 Tanjungsari pada tahun 2004 dan lulus dari SMAN 1 Tanjungsari pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia pada Jurusan Pendidikan Matematika, melalui jalur PMDK pada Tahun 2007, dan lulus sebagai Sarjana Pendidikan di bidang matematika pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan studi di Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Matematika pada tahun 2011 sampai 2013.

“ Sing cageur,bageur tur bener.”

(15)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain maupun dalam pengembangan matematika itu sendiri. Dalam perkembangannya, konsep matematika banyak diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Semua upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa tidak hanya berguna untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi, lebih dari itu sebagai bekal bagi siswa untuk menjalani kehidupan bermasyarakat, dan inilah konsep kehidupan matematika dan matematika untuk kehidupan (Hikmah, 2012).

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil dalam berpikir secara rasional dan siap menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Setiawan, 2011)

Matematika dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis, serta mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka. Maka dari itu, mengembangkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika sangatlah penting.

(16)

2

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran matematika setiap konsep berkaitan satu sama lain dengan konsep lainnya. Bruner (1977) menyatakan bahwa anak perlu menyadari bagaimana hubungan antar konsep, karena antara sebuah bahasan dengan bahasan matematika lainnya saling berkaitan.

Menurut Wahyudin (2008), apabila para siswa dapat menghubungkan gagasan-gagasan matematis, pemahaman siswa akan lebih dalam dan bertahan lama. Melalui pembelajaran yang menekankan saling keterhubungan dari gagasan-gagasan matematis, para siswa tidak hanya belajar matematika, melainkan juga belajar tentang kegunaan matematika. Dengan melakukan koneksi, konsep-konsep matematika yang telah dipelajari tidak ditinggalkan begitu saja sebagai bagian yang terpisah, tetapi digunakan sebagai pengetahuan dasar untuk memahami konsep yang baru (Wahyuni, 2010).

Sejalan dengan hal tersebut, Lasmawati (2011) mengungkapkan bahwa melalui koneksi matematis, wawasan siswa akan semakin terbuka terhadap matematika, yang kemudian akan menimbulkan sikap positif terhadap matematika itu sendiri. Melalui proses koneksi matematis, konsep pemikiran dan wawasan siswa terhadap matematika akan semakin lebih luas, tidak hanya terfokus pada topik yang sedang dipelajari.

Jika siswa memiliki wawasan yang luas, maka siswa akan memiliki kecakapan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara masuk akal (reasonable), mendalam (reflektif), dapat dipertanggungjawabkan (responsible) dan berdasarkan pemikiran yang cerdas (skillfull thinking). Kecakapan-kecakapan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian, penguasaan kemampuan koneksi yang baik dapat menunjang kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis.

(17)

3

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir secara mandiri. Siswa yang berpikir kritis akan menjadikan penalaran sebagai landasan berpikir, berani megambil keputusan dan konsisten dengan keputusan tersebut (Spliter dalam Hanaswati, 2000).

Pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis juga didasarkan pada visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan yang dikemukakan oleh Sumarmo (2002) yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang. Visi pertama untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran matematika mengarah pada konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Visi kedua untuk kebutuhan masa yang akan datang atau mengarah ke masa depan, mempunyai arti lebih luas yaitu pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, serta berpikir objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu berubah.

Berdasakan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi permasalahan dalam realita kehidupan yang tak bisa dihindari. Dengan berpikir kritis, seorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya, sehingga dapat mengambil keputusan untuk bertindak lebih tepat. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika untuk mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang dan orang yang tak pernah berhenti belajar.

(18)

4

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Motivasi belajar yang perlu ditanamakan selama pembelajaran diantaranya dengan menumbuhkan dorongan yang kuat dan kebutuhan belajar, menumbuhkan perhatian dan minat terhadap matematika, melatih ketekunan dan keuletan dalam menghadapi kesulitan, serta menumbuhkan hasrat dan keinginan untuk berhasil. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar maka kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis akan berkembang dengan optimal.

Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu faktor penyebab munculnya permasalahan ini adalah pembelajaran yang masih menganut paradigma lama yaitu belajar yang kurang mengaktifkan siswa. Menurut Park (Hulu, 2009) pendidikan yang menganut paradigma transfer of knowledge didasarkan pada asumsi-asumsi: 1) orang mentransfer pembelajaran

secara mudah dengan mempelajari konsep abstrak dan konsep yang tidak berhubungan dengan konteksnya; 2) siswa merupakan penerima pengetahuan; 3) siswa itu bersifat behavioristik dan melibatkan penguatan stimulus dan respon;

4) siswa dalam keadaan kosong yang siap diisi dengan pengetahuan; 5) keterampilan dan pengetahuan sangat baik diperoleh dengan terlepas dari

konteksnya.

Pembelajaran yang menganut paradigma tersebut tidak memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memberdayakan potensi otaknya, karena pembelajaran semacam itu lebih menekankan pada penggunaan fungsi otak kiri. Sementara itu, mengajarkan kemampuan koneksi matematis dan berpikir kritis perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan melibatkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi seperti unsur-unsur estetika, serta melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar matematika.

(19)

5

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

otak kanan dan otak kiri siswa. Jika pembelajaran dalam kelas tidak melibatkan kedua fungsi otak itu, maka akan terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri siswa, yaitu potensi salah satu bagian otak akan melemah dikarenakan tidak digunakannya fungsi bagian otak tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kerja otak serta diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa, serta menumbuhkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang cocok dengan karakteristik tersebut adalah pembelajaran berbasis kemampuan otak atau Brain-based Learning (BbL), karena pembelajaran ini diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara alamiah untuk belajar (Jensen, 2008:5).

Pembelajaran berbasis kemampuan otak ini tidak terfokus pada keterurutan, tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan siswa akan belajar, sehingga siswa dapat dengan mudah menyerap materi yang sedang dipelajari. BbL mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman (Jensen, 2008: 12). Dengan demikian, pembelajaran ini tidak mengharuskan atau menginstruksikan siswa untuk belajar, tetapi merangsang serta memotivasi siswa untuk belajar dengan sendirinya.

Syafa’at (2009) juga mengungkapkan bahwa BbL menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa. Upaya pemberdayaan otak tersebut dilakukan melalui tiga strategi berikut: (1) menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa; (2) menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan; (3) menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa.

(20)

6

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lingkungan belajar yang menantang, jaringan sel-sel saraf akan terkoneksi satu sama lain. Semakin terkoneksi jaringan-jaringan tersebut, akan semakin merangsang kemampuan berpikir siswa, yang pada akhirnya akan semakin besar pula pemaknaan yang diperoleh siswa dari pembelajaran. Tugas-tugas matematika yang bervariasi, dapat melatih siswa untuk menggunakan dan mengembangkan koneksi matematis. Tantangan berupa masalah, dapat mendorong siswa untuk

berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Di samping itu, lingkungan pembelajaran yang menyenangkan juga akan

memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dan beraktifitas secara optimal dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan dan pengaruh BbL dalam pembelajaran matematika yang dilakukan oleh Suganda (2012) menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan prosedural dan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Firdaus (2012) mengungkapkan bahwa peningkatan kreatifitas matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran cooperatif learning STAD. Selanjutnya, kedua peneliti tersebut menyarankan diadakan

penelitian lebih lanjut mengenai penerapan BbL untuk kemampuan matematis yang lain. Maka dari itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian serta analisis lebih mendalam mengenai implementasi pembelajaran Brain-based Learning terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis

serta motivasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

(21)

7

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional?

3. Bagaimana motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL? 4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran BbL?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

2. Memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

3. Mendeskripsikan motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran BbL.

4. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran BbL.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi berbagai pihak, baik siswa, guru maupun pembaca. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

(22)

8

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bahwa pembelajaran BbL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis, berpikir kritis dan motivasi belajar siswa.

3. Bagi penulis dan pembaca, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran BbL.

E. Definisi Operasional

Guna menghindari terjadinya perbedaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah-istilah didefinisikan sebagai berikut:

1. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan dalam mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan bidang lain. Indikator kemampuan koneksi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika; (2) antara konsep atau aturan matematika dengan bidang studi lain; dan (3) antara konsep atau aturan matematika dengan aplikasi pada kehidupan nyata.

(23)

9

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Motivasi belajar adalah suatu daya, dorongan atau kekuatan, baik yang datang dari diri sendiri maupun dari luar yang mendorong siswa untuk belajar. Indikator motivasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah (1) adanya dorongan dan kebutuhan belajar; (2) menunjukkan perhatian dan minat terhadap tugas; (3) tekun menghadapi tugas; (4) ulet menghadapi kesulitan; (5) adanya hasrat dan keinginan berhasil.

(24)

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran melalui metode ilmiah. Penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan secara sistematis dengn metode-metode tertentu melalui pengumpulan data, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan atas jawaban dari suatu permasalahan. Metode yang dilakukan dalam suatu penelitian beraneka ragam tergantung dari tujuan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, jenis penelitian yang diterapkan adalah quasi experiment.

Penggunaan quasi experiment sangat disarankan dalam melakukan penelitian terkait dunia pendidikan, terutama pendidikan di Indonesia, mengingat kondisi obyek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya pemilihan sampel secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas (Sumarno, 2006). Pada kuasi eksperimen, peneliti menerima keadaan subjek seadanya, hal tersebut dikarenakan jika dilakukan lagi pengelompokkan secara acak maka akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah.

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non randomized control-treatment group, pretest–posttest design disebut juga sebagai

non equivalent control group design. Desain ini mirip dengan pretest-posttest di

(25)

37

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian yaitu kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran BbL dan kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Desain dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Kelas eksperimen : O X O

Kelas kontrol : O O

Keterangan:

O: Pretes dan postes (tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis) X: Perlakuan pembelajaran melalui Brain-based Learning

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sugiyono (2006) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2006).

(26)

38

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. Instrumen Penelitian

Berdasarkan fungsinya, instrumen dalam penelitian ini digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang penelitian. Adapun penjelasan dari masing-masing instrument tersebut, sebagai berikut:

1. Instrumen Utama

Instrumen utama dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan dan berpikir kritis matematis, sedangkan instrumen non tes berupa angket motivasi belajar siswa, jurnal harian siswa dan lembar observasi.

a. Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Tes awal (pretes) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal koneksi dan berpikir kritis matematis siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan tes akhir (postes) dilakukan untuk mengetahui kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa setelah diberi perlakuan.

Soal pretes dan postes ini memuat indikator-indikator kemampuan koneksi matematis dan kemampuan berpikir kritis matematis serta mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar dari materi yang dipelajari saat pembelajaran berlangsung. Soal-soal yang disajikan pada postes serupa dengan soal-soal yang disajikan pada pretes.

(27)

39

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.1

Indikator Aspek Kemampuan Matematis pada Uji Coba Instrumen

Aspek Indikator kemapuan yang diukur Nomor Soal

Paket A Paket B

is Mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan aplikasi pada kehidupan nyata.

1 1

Mencari dan memahami hubungan antar

konsep atau aturan matematika. 5 5

Mencari dan memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan bidang studi lain.

(Elementary Clarification) 2 2,3b

Membangun keterampilan dasar (Basic

Support) 6a 3a

Menyimpulkan (Inference) 6b 3c

Membuat penjelasan lebih lanjut (Advanced

Clarification) 6c 3d

Menyusun strategi dan taktik (Strategies

and Tactics) 4a,4b 6

Tes yang digunakan berbentuk uraian, dengan maksud untuk melihat proses penyelesaian jawaban siswa sehingga diketahui sejauh mana siswa tersebut mampu mengkoneksikan konsep atau aturan matematika dan mampu berpikir kritis.

Penentuan skor jawaban siswa ditetapkan berdasarkan suatu pedoman penskoran untuk masing-masing jenis tes, yaitu tes kemampuan koneksi matematis dan tes berpikir kritis matematis. Tujuan dari penetapan penskoran ini adalah untuk memberikan keseragaman dalam menilai jawaban siswa, sehingga penilaian lebih objektif. Berikut ini pedoman penilaian tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis.

Tabel 3.2

Kriteria Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Skor Respon Siswa terhadap Soal

Koneksi Matematis Berpikir Kritis

(28)

40

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu konsep atau aturan

matematika secara benar dan lengkap, perhitungan

dilakukan dengan benar.

alasan serta menganalisa argumen dan memberikan kesimpulan.

3 Menyatakan keterkaitan antar konsep atau aturan

2 Menyatakan keterkaitan antar konsep matematika tidak secara lengkap, atau hanya sedikit saja yang benar.

Identifikasi salah, jarang menerangkan alasan dan pandangan berdasarkan minat diri atau praduga.

1 Tidak ada pernyataan yang menghubungkan keterkaitan antar konsep matematika.

Menggunakan argumen-argumen keliru atau alasan tidak sesuai, tidak memberikan hasil atau langkah atau penjelasan alasan.

0 Tidak ada respon. Tidak ada respon.

Setelah instrumen diujikan dan diberi skor sesuai kriteria di atas, selanjutnya dilakukan analisis uji instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari soal. Analisis uji instrumen tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dilakukan sebagai berikut. 1) Analisis Validitas Butir Soal

Menurut Anderson (Arikunto, 2005) sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang harus diukur. Validitas instrumen yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi validitas logis dan validitas empiris.

a) Validitas Logis (Logical Validity)

(29)

41

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan butir soal serta (content validity) dan kejelasan bahasa, gambar atau simbol dalam soal (face validity).

Selanjutnya peneliti berkonsultasi dengan dua orang dosen pembimbing terkait content validity dan face validity dari instrumen yang akan diujikan. Setelah dilakukan beberapa perbaikan, peneliti kemudian melakukan uji coba dan analisis instrumen ditinjau dari validitas empiris, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran.

b) Validitas Empiris (Empirical Validity)

Validitas empiris adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas instrumen, yang ditentukan melalui perhitungan korelasi Product Moment Pearson (Suherman, 2003: 120), yaitu:

rxy: koefisien korelasi antara skor X dan skor Y

N : banyak subjek X : skor tes

Y : total skor

Tinggi rendahnya validitas suatu alat evaluasi sangat tergantung pada koefisien korelasinya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh John W. Best (Suherman, 2003:111) dalam bukunya Research in Education, bahwa suatu alat tes mempunyai validitas tinggi jika koefisien korelasinya tinggi pula. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003,112) sebagai berikut.

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen

Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Validitas

(30)

42

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

0,40 rxy < 0,70 Sedang Sedang 0,20 rxy < 0,40 Rendah Rendah

rxy < 0,20 Sangat rendah Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Sukasari Sumedang, dengan bantuan program Anates 4.0, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.4

Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Berdasarkan hasil analisis validitas instrumen pada tabel di atas, terdapat satu butir soal yang memiliki validitas rendah yaitu butir soal nomor 2 pada paket soal A. Hal ini berarti bahwa butir soal tersebut tidak mampu mengukur kemampuan yang hendak diukur melalui butir soal tersebut, dalam hal ini yaitu kemampuan koneksi matematis siswa. Oleh sebab itu, butir soal tersebut tidak digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini.

Sementara itu, butir soal yang lain pada umumnya mempunyai validitas yang sedang dan tinggi. Dengan demikian, butir soal yang ada pada masing-masing paket soal dapat dikatakan telah mampu mengukur kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis sesuai dengan indikator yang diukur pada masing-masing butir soal.

(31)

43

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

koneksi dan berpikir kritis matematis pada paket soal A memiliki validitas tinggi, sedangkan pada paket soal B memiliki validitas sedang. Hasil analisis validitas instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2 halaman 185.

2) Analisis Reliabilitas Soal

Reliabilitas suatu instrumen evaluasi adalah keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama (Suherman, 2003). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas pada instrumen tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dengan bentuk soal uraian, digunakan rumus Alpha Cronbach (Suherman, 2003:153) berikut:

11 : koefisien reliabilitas n : banyak butir soal

�2 : variansi skor butir soal ke-i 2 : variansi skor total

Setelah koefisien reliabiitasnya diketahui, kemudian dikonversikan dengan kriteria reliabilitas Guilford (Suherman, 2003: 139) sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas ��� Interpretasi Derajat Reliabilitas 11 0,20 Sangat rendah

0,20 11 < 0,40 Rendah 0,40 11 < 0,70 Sedang 0,70 11 < 0,90 Tinggi 0,90 11 1,00 Sangat tinggi

Berikut ini hasil analisis reliabilitas instrumen tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dengan bantuan Anates 4.0.

(32)

44

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis Reliabilitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Paket Soal Koefisien reliabilitas �� Interpretasi Reliabilitas

Paket A 0,86 Tinggi

Paket B 0,67 Tinggi

Berdasarkan analisis reliabilitas uji instrumen tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis pada tabel di atas, diperoleh reliabilitas untuk paket soal A sebesar 0,86 dan paket soal B sebesar 0,67. Bila diinterpretasikan dalam kriteria Guilford, keduanya memiliki reliabilitas tinggi. Dengan kata lain, instrumen tes dalam paket A dan paket B memiliki kekonsistenan yang tinggi atau akan memberikan hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun pada waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda. Hasil analisis reliabilitas instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2 halaman 185.

3) Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: DP =JBA−JBB

JSA

Keterangan:

DP : daya pembeda butir soal

JBA : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. JBB : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. JSA : jumlah siswa kelompok atas.

(33)

45

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.7

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Instrumen Nilai Interpretasi Daya Pembeda 0,70 < DP 1,00 Sangat baik

0,40 < DP 0,70 Baik

0,20 < DP 0,40 Cukup

0,00 < DP 0,20 Jelek

DP 0,00 Sangat jelek

Berikut ini hasil analisis daya pembeda instrumen tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dengan bantuan Anates 4.0.

Tabel 3.8

Analisis Daya Pembeda Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis butir soal yang memiliki daya pembeda jelek yaitu butir soal nomor 2 pada paket soal A dan butir soal nomor 4 dan 6 pada paket soal B. Hal ini berarti butir-butir soal tersebut tidak mampu membedakan mana siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dan mana siswa berkemampuan rendah (tidak pandai). Oleh sebab itu, butir-butir soal tersebut tidak digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini.

(34)

46

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

koneksi dan berpikir kritis yang rendah. Hasil analisis daya pembeda instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2 halaman 185.

4) Analisis Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derjat kesukaran suatu butir soal. Suatu butir soal dikatakan memiliki indeks kesukaran yang baik jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk soal tipe uraian, rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal yaitu:

IK =JBA + JBB 2JSA

Keterangan:

IK : indeks kesukaran

JBA : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. JBB : jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. JSA : jumlah siswa kelompok atas.

Indeks kesukaran diinterpretasikan dalam kriteria sebagai berikut (Suherman, 2003: 170).

Tabel 3.9

Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen

IK Interpretasi Soal

IK = 0,00 Terlalu sukar 0,00 < IK  0,30 Sukar 0,30 < IK  0,70 Sedang 0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu mudah

Berikut ini hasil analisis indeks kesukaran instrumen tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dengan bantuan Anates 4.0.

(35)

47

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis Indeks Kesukaran Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Nomor Soal

Paket Soal A Paket Soal B

Indeks

Kesukaran Interpretasi

Indeks

Kesukaran Interpretasi

1 0,48 Sedang 0,63 Sedang

2 0,42 Sedang 0,66 Sedang

3 0,63 Sedang 0,66 Sedang

4 0,67 Sedang 0,91 Sangat mudah

5 0,58 Sedang 0,38 Sedang

6 0,35 Sedang 0,81 Mudah

Berdasarkan tabel di atas, pada paket soal B terdapat butir soal yang sangat mudah dan mudah (butir soal nomor 4 dan 6). Hal ini berarti bahwa seua siswa kelompok atas maupun bawah, menjawab soal yang bersangkutan dengan benar. Oleh sebab itu, butir-butir soal tersebut tidak digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini. Hasil analisis indeks kesukaran instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2 halaman 185.

5) Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan

Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil uji coba instrumen tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis disajikan secara lengkap dalam tabel berikut:

Tabel 3.11

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis

(36)

48

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Soal V R DP IK V R DP IK

V : interpretasi validitas instrumen tes R : interpretasi reliabilitas instrumen tes DP : interpretasi daya pembeda instrumen tes IK : interpretasi indeks kesukaran instrumen tes

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil uji coba instrumen tes kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis, dengan melihat pada kriteria instrumen yang baik berdasarkan tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran, maka peneliti memutuskan untuk memilih butir soal nomor 1, 3, 4, 5, dan 6 pada paket soal A serta butir soal nomor 2 pada paket soal B. Butir-butir soal tersebut selanjutnya digunakan sebagai soal pretes dan postes untuk mengukur kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini. Bentuk soal selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran A.2 halaman 119.

b. Angket Motivasi Belajar Siswa

(37)

49

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan pemberian angket tersebut untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah mendapatkan pembelajaran melalui BbL. Angket yang disusun dalam penelitian ini memuat lima indikator, yaitu;(1) adanya dorongan dan kebutuhan belajar; (2) menunjukkan perhatian dan minat terhadap materi atau tugas yang diberikan; (3) tekun menghadapi tugas; (4) ulet menghadapi kesulitan; (5) adanya hasrat dan keinginan berhasil.

Jenis angket yang diberikan berupa angket tertutup, yaitu angket yang memuat atau menyediakan jawaban sehingga responden (siswa) hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang disediakan. Alternatif jawaban yang diberikan ada empat buah, yaitu SS (sangat sering), S (sering), J (jarang), dan JS (jarang sekali). Pilihan Netral (kadang-kadang) dihilangkan dengan maksud untuk mengantisipasi siswa yang tidak berpartisipasi serta menghindari kebiasan terhadap hasil penelitian.

Sebelum angket digunakan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas kontruk, validitas muka, dan validitas isi, dengan meminta pertimbangan dua orang dosen pembimbing, dan seorang mahasiswa jurusan Psikologi UPI. Dari 38 pernyataan yang disusun 10 diantaranya dihilangkan karena memiliki makna serupa dan tidak menggambarkan indikator yang dimaksud. Sementara itu, 25 pernyataan lainnya digunakan dalam angket motivasi belajar pada penelitian ini. Daftar pernyataan angket selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran A.4 halaman 125.

c. Jurnal Harian Siswa

(38)

50

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu d. Lembar Observasi

Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa pada setiap pertemuan. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa, aktivitas, kinerja, partisipasi, dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran apakah sudah sesuai dengan pedoman pembelajaran yang digunakan atau belum.

Instrumen lembar observasi diisi oleh observer, selain peneliti. Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta lembar observasi catatan perkembangan siswa.

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa berupa hasil pengamatan dan kritik atau saran tentang jalannya pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga dapat diketahui aspek-aspek apa yang harus diperbaiki atau ditingkatkan. Format lembar observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat dalam Lampiran A.6 halaman 128.

Sementara itu, lembar observasi catatan perkembangan siswa digunakan untuk mengevaluasi perkembangan siswa ditinjau dari aspek kognitif dan aspek afektif dalam setiap pertemuan. Aspek kognitif yang diamati selama pembelajaran yaitu kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis. Sedangkan aspek afektif yang diamati yaitu motivasi belajar, keaktifan dan kerjasama siswa dalam belajar bersama kelompok. Format lembar observasi catatan perkembangan siswa dapat dilihat dalam Lampiran A.7 halaman 131.

2. Instrumen Penunjang Penelitian

Instrumen penunjang penelitian ini berupa bahan ajar yang terdiri atas silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS). a. Silabus

(39)

51

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut, maka silabus mata pelajaran matematika memuat identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian yang meliputi jenis tes, bentuk tes, contoh instrumen, serta alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus yang dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Lampiran B.1 halaman 134.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran bertujuan membantu peneliti dalam mengarahkan jalannya proses pembelajaran agar terlaksana dengan baik. RPP disusun secara sistematis memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, bahan atau sumber belajar dan penilaian hasil belajar yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran.

RPP yang disusun memuat indikator yang mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan yaitu mengenai kubus dan balok, mengukur kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa pada pokok bahasan kubus dan balok, serta motivasi belajar siswa.

Tujuan pembelajaran lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis serta motivasi belajar siswa. Metode dan langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan; pada kelas eksperimen disesuaikan dengan BbL, sedangkan pada kelas kontrol disesuaikan dengan pembelajaran konvensional. Sementara itu, materi, bahan atau sumber belajar, dan penilaian hasil belajar untuk kedua kelas diberi perlakuan yang sama. RPP yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran B.2 halaman 139 dan Lampiran B.3 halaman 145.

(40)

52

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lembar kerja siswa (LKS) yang dirancang, disusun, dan dikembangkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yakni mengukur kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis, khususnya pada pokok bahasan kubus dan balok, serta melalui pertimbangan dosen pembimbing. Soal-soal dalam LKS tersebut kemudian dikerjakan oleh siswa secara berkelompok.

Terdapat 6 set LKS yang disusun dalam penelitian ini, masing-masing set memuat soal-soal koneksi dan berpikir kritis matematis pada sub pokok bahasan yang disampaikan pada masing-masing pertemuan. LKS 1 mengenai unsur-unsur kubus dan balok, LKS 2 mengenai kerangka kubus dan balok, LKS 3 mengenai jaring-jaring dan menggambar kubus dan balok, LKS 4 mengenai luas permukaan kubus dan balok, LKS 5 mengenai volume kubus dan balok dan LKS 6 mengenai penerapan kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari. LKS selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran B.4 halaman 149.

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengajukan judul penelitian.

b. Menyusun proposal penelitian. c. Seminar proposal penelitian.

d. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar. e. Membuat instrumen penelitian dan bahan ajar.

f. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian. g. Mengujicobakan instrumen penelitian.

h. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba instrumen. 2. Tahap Pelaksanaan

(41)

53

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu a. Menentukan sampel penelitian.

b. Mengadakan pretes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal, koneksi matematis dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebelum mendapat perlakuan.

c. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran BbL di kelas eksperimen dan pembelajaran matematika secara konvensional di kelas kontrol.

d. Meminta observer untuk mengisi lembar observasi pada setiap pertemuan untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran melalui BbL.

e. Meminta observer untuk mengisi catatan perkembangan siswa pada setiap pertemuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengevaluasi perkembangan siswa ditinjau dari aspek kognitif dan aspek afektif.

f. Meminta siswa di kelas eksperimen untuk membuat jurnal harian di setiap akhir pembelajaran mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan serta harapan untuk pembelajaran selanjutnya.

g. Mengadakan postes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah mendapat perlakuan. h. Memberikan angket motivasi belajar pada siswa kelas eksperimen untuk

mengetahui motivasi belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran melalui BbL.

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.

b. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap data pretes dan postes.

c. Melakukan analisis data kualitatif terhadap data angket, jurnal harian siswa dan lembar observasi.

(42)

54

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:

a. Menarik kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai kemampuan koneksi matematis dan berpikir kritis matematis.

b. Menarik kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai motivasi belajar dan respon siswa terhadap pembelajaran BbL.

c. Penyusunan laporan.

Secara umum alur atau prosedur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tahap 1: Persiapan

 Pengajuan judul dan pembuatan proposal.

 Seminar proposal dan perbaikan hasil seminar.

 Menyusun instrumen dan bahan ajar.

 Mengurus perizinan melakukan penelitian.

 Uji coba instrumen.

 Analisis dan revisi hasil uji coba instrumen.

Tahap 2: Pelaksanaan

Pretes kemampuan awal koneksi dan berpikir kritis

matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelas Kontrol

 Pemberian angket, jurnal

harian, lembar observasi, dan catatan perkembangan siswa

Data kuantitatif : pretes dan postes

Data kualitatif: angket, jurnal harian dan lembar observasi

Tahap 4: Penarikan Kesimpulan

Menarik kesimpulan dari data kuantitatif dan kualitatif.

(43)

55

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Bagan 3.1

Rancangan Alur Kegiatan Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang berkaitan dengan penelitian menggunakan instrumen berupa soal pretes dan postes, angket, jurnal harian, lembar observasi, dan catatan perkembangan siswa. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengumpulkan data diantaranya yaitu menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap disajikan pada tabel berikut.

(44)

56

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu kritis matematis dijelaskan sebagai berikut.

1. Analisis Data Kuantitatif

(45)

57

Karunia Eka Lestari, 2013

Implementasi BRAIN-BASED LEARNING untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah menengah pertama.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

koreksi yang dilakukan oleh dua orang pengoreksi tersebut tidak berbeda secara signifikan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran D.1 halaman 196.

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai mana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi. Sementara itu, analisis statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2006).

Pada statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan non parametrik. Statistik parametrik digunakan untuk menguji parameter populasi melalui data yang diperoleh dari sampel, sedangkan stastistik non parametrik tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Phophan (dalam Sugiyono, 2006) menyatakan bahwa “...parametric procedures are often markedly more powerful than their nonparametric counterparts”. Maka dari itu, untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, peneliti mengupayakan pengujian dengan statistik parametrik terebih dahulu. Jika pada prosesnya asumsi untuk pengujian statistik parametrik tidak terpenuhi, maka pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik.

Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis komparatif yaitu membandingkan rata-rata kedua kelas yang mewakili suatu populasi. Statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut yaitu uji t. Untuk melakukan uji t, memerlukan terpenuhinya dua asumsi, yaitu data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan data kedua kelompok yang diuji homogen.

a. Uji Normalitas

Gambar

Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Plot untuk Data Pretes
Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Tabel 3.4 Analisis Validitas Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

SUMBER ALAM YANG ADA // SELAIN ITU / MEREKA JUGA MELAKUKAN UPACARA SEDEKAHAN / YANG MERUPAKAN TINGGALAN LELUHURNYA / UNTUK MEMPERTAHANKAN TANAMAN PANGAN ATAU.. PALAWIJA MEREKA /

Guru pegawai negeri sipil yang di tempatkan di sekolah swasta /menolak dikembalikan ke sekolah negeri//selain karena adanya diskriminasi/penolakan tersebut juga datang

Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi. Lampiran 2 Surat Izin

Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Perancis” ini beserta seluruh isinya adalah benar - benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

Program studi D3 harus dapat diselesaikan dalam waktu paling lama 1½ jumlah semester dalam satu program pendidikan yang telah ditentukan, terhitung mulai

(5) Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang dimaksud dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya,

PT Elex

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal apa yang menyebabkan janda cerai mencari pasangan melalui Internet, bagaimana gambaran keterbukaan diri janda cerai yang mencari