• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF CONCEPT MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF CONCEPT MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Reihard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS DAN SELF CONCEPT MATEMATIS SISWA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

ReinhardSalamor

1104284

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Reihard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pembelajaran Group Investigation

dalam Upaya Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis

dan Self Concept Matematis

Siswa Sekolah Menengah Pertama

Oleh Reinhard Salamor S.Pd Unpatti Ambon, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Reinhard Salamor 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Reihard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

Pembelajaran group investigation Dalam upaya peningkatan Berpikir kritis dan self concept matematis

siswa sekolah menengah pertama

(4)

Reihard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

(5)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRACT. This research aimed to analyze the improvement of mathematics

criticalthingking skill and student’s self conceptwith using group investigation (GI) learning andconventional learningmodel. This research was quasi experiment and the design of this research was pre-test-post-test control group design. The data were collected from students in 7th grade of SMP Negeri 5 Ambon. By using purposive sampling, two classes were involved as samples where one class was as an experiment class and anotherwas as control class.The instrument used to collect the data were the mathematics critical thingkingskill test and questioner of self concept. The data of mathematics criticalthingking skill were analyzed by using t-test, ANOVA two ways, and ANOVA one ways, where student’s concept were analyzed by using t- test. The results showed that, (1) the improvement of mathematics criticalthingking skill using group investigation learning were better than conventional learning; (2) the improvement of mathematics criticalthingking skill using GI learning were better than conventional learning in terms of categoryability ofearlymathematics students (top, middle, bottom); (3) There are differences gain in improvementof mathematical critical thinking skills students GI learning and conventional learning in terms of categoryability ofearlymathematics students (top, middle, bottom; and (4) students' mathematics self-concept of students onGI learning were beter than conventional learning. Keywords: group investigation (GI)learning, mathematicscritical thinking skills, and mathematics self concept.

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan

(6)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(7)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. DefinisiOperasional ... 10

BAB IIKAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Group Investigation (GI) ... 12

B. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 17

C. Self ConceptMatematis ... 21

D. PembelajaranKonvensional ... 26

E.PenelitianTerdahulu ... 27

F. Hipotesis Penelitian ... 28

(8)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu viii

A.Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Variabel Penelitian ... 30

D. Instrumen PenelitiandanPengembangannya ... 30

1. TesKemampuanAwalMatematis ... 30

2. TesKemampuanBerpikirKritisMatematis ... 31

3. AngketSelf ConceptMatematis ... 37

4. PengembanganBahanAjar... 40

E. Analisis Data Hasil Penelitian ... 40

F. Prosedur Penelitian ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1.KemampuanBerpikirKritisMatematis ... 45

2.Self ConceptMatematis ... 62

B. Pembahasan ... 70

1.Pembelajaran ... 70

2.KemampuanBerpikirKritisMatematis ... 74

3. Self ConceptMatematis ... 76

BAB V.KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 78

B.Implikasi... 78

C. Rekomendasi ... 79

(9)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 29

Tabel 3.2. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 31

Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis ... 32

Tabel 3.4. Klasifikasi Koefisien Validitas ... 33

Tabel 3.5. Hasil Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 34

Tabel 3.6. Klasifikasi Tingkat Reabilitas ... 35

Tabel 3.7. Reabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 35

Tabel 3.8. Daya Pembeda... 36

Tabel 3.9. Tingkat Kesukaran ... 36

Tabel 3.10. Daya Pembeda Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 37

Tabel 3.11. Tingkat Kesukaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 37

Tabel 3.12. Hasil Validitas Skala Self Concept Matematis ... 39

Tabel 3.13. Reabilitas Skala Self Concept Matematis ... 40

Tabel 3.14. Kriteria Gain Ternormalisasi ... 41

Tabel 4.1. Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 45

Tabel 4.2. Data Hasil Uji Noramalitas Data Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 47

Tabel 4.3. Data Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 48

Tabel 4.4. Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Data Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 49

(10)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu x

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 51 Tabel 4.7. Data Hasil Uji HomogenitasVariansSkorN-gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 52 Tabel 4.8. Data Hasil Uji Anova Dua Jalur ... 53 Tabel 4.9. Data Hasil Uji Games-Howell Data Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis antar KAM ... 54 Tabel 4.10. Data Hasil Uji Normalitas SkorN-gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Konvensional ... 57 Tabel 4.11. Data Hasil Uji Homogenitas SkorN-gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Konvensional ... 57 Tabel 4.12. Data Hasil Uji ANOVA Satu Jalur SkorN-gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Konvensional ... 58 Tabel 4.13.Data Hasil Uji LSD Data Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis antar KAM ... 58 Tabel 4.14. Data Hasil Uji Normalitas SkorN-gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas GI ... 59 Tabel 4.15. Data Hasil Uji Homogenitas SkorN-gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas GI ... 60 Tabel 4.16. Data Hasil Uji ANOVA Satu Jalur SkorN-gain

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas GI ... 60 Tabel 4.17.Data Hasil Uji Games Howell Data Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis antar KAM ... 61 Tabel 4.18.Data Self Concept Matematis Sebelum

dan Sesudah Pembelajaran ... 62 Tabel 4.19.Data Self Concept Matematis Sebelum Pembelajaran

Ditinjau Dari Aspek ... 63 Tabel 4.20. Data Self Concept Matematis Sesudah Pembelajaran

Ditinjau Dari Aspek ... 64 Tabel 4.21 Data Hasil Uji Normalitas Skor Self Concept Matematis

(11)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xi

Tabel 4.22 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Self Concept Matematis Sebelum Pebelajaran ... 66 Tabel 4.23 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Self Concept Matematis .. 67 Tabel 4.24 Data Hasil Uji Normalitas Skor Self Concept Matematis

Sesudah Pembelajaran ... 68 Tabel 4.25 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Self Concept Matematis

(12)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Perbandingan Peningkatan Kemampuan berpikir Kritis

Ditinjau Dari KAM ... 46 Gambar 4.2 Perbandingan Peningkatan Kemampuan berpikir Kritis

Ditinjau Dari pembelajaran ... 50 Gambar 4.3 Interakasi Antara Pembelajaran dan KAM Terhadap

(13)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Penelitian ... 84

Lampiran B. Analisis Hasil Uji Coba ... 148

Lampiran C. Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 165

(14)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menghadapi perkembagan era globalisasi, yang ditandai dengan perubahan tatanan kehidupan dan perkembangan teknologi yang modern, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang handal, yakni kemampuan untuk menerima, mengelola, menciptakan, dan menguasai. Syarat memperoleh kemampuan ini, telah dirumuskan dalam Permendiknas (2006:139), yaitu dengan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Syarat tersebut, tentu merujuk kepada pengembangan kemampuan berpikir matematis, sehingga mampu menghasilkan SDA yang dapat bersaing di era gobalisasi.

Pengembangan kemampuan berpikir matematis telah dirumuskan dalam tujuan mata pelajaran matematika yang tertuang dalam Permendiknas (2006) dalam standar isi. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(15)

2

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan mata pelajaran matematika, menuntut peran para guru bukan hanya sekedar upaya mendorong siswa untuk berpikir matematis, tetapi juga disposisi siswa terhadap matematika.Tuntutan ini, memang bukan sebuah hal yang mudah bagi para guru. Pembelajaran matematika di kelas, hendaknya harus dapat memberikan motivasi (motivation) dan umpan balik (feedback), sehingga realisasi tujuan pelajaran matematika nampak dengan menghasilkan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir dan disposisi yang baik terhadap matematika.

Ditinjau dari kemampuan berpikir matematis, kemampuan berpikir kritis matematis adalah salah satu bagian terpenting dari kemampuan berpikir matematis yang harus dikembangkan selain kemampuan beripikir lainnya. Menurut Wahab (Tata, 2009:5), terdapat empat alasan perlunya pengembangan berpikir kritis, yaitu: (1) tuntutan zaman yang menghendaki warga negara dapat mencari, memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara; (2) setiap warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif; (3) kemampuan memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah; dan (4) berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan masalah secara kreatif agar peserta didik dapat bersaing secara adil dan mampu bekerjasama dengan bangsa lain. Tentu dalam alasan yang dikemukan oleh Wahab, mengandung arti yang sangat penting dan bermanfaat bagi warga negara terlebih bagi siswa dalam menghadapi perkembangan dunia yang global. Dengan berpikir kritis, siswa akan tanggap terhadap permasalahan yang ada, sehingga mampu menyaring setiap informasi yang diterima dengan baik.

(16)

3

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

membutuhkan identifikasi yang mendalam, menyebabkan sebagian kemampuan seperti yang disampaikan Ennis harus diterapkan, sehingga keputusan untuk memecahkan masalah dapat dilakukan dengan tepat.

Keputusan yang dibuat, berdasarkanfakta-fakta yang relevandanalasan-alasan yang rasional, akanmenjadisebuahpengalaman yang baikbagisiswadalambelajarmatematika.Bajracharya(2010:1) menyatakan bahwa“The most successful classrooms are those that encourage students to think for themselves and engage in critical thinking”. Peter (2012:39) menyatakan bahwa, siswa yang menyelesaikan sebuah masalah dan membuat keputusan yang efektif, harus berpikir secara kritis. Iniberarti, untukmemperolehhasilbelajar yang maksimaldalamkelas, makasiswaperludibiasakanuntukberpikirkritis.

Menurut Paul(Bajracharya, 2010:1), kombinasi antara keterampilan kognitif dan afektif adalah dua aspek penting dalam berpikir kritis. Oleh karena itu, salah satu tipe karakteristik afektif yang perlu mendapat penilaian dan diharapkan dapat menunjung kemampuan berpikir kritis adalah konsep diri (self-concept).

Pudjijoyanti (1995:4) menyatakan bahwa Self concept mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Hal ini berarti, Self concept siswa juga menduduki peranan penting dalam membentuk kepribadian siswa. Hurlock (Wiswayana, 2007:776) menyatakan bahwa bila konsep diri anak positif, maka anak tersebut akan mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri, dan kemampuan untuk melihat diri secara realistis.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Coster (Wiswayana, 2007:775) mengatakan bahwa sekolah belum berhasil berperan sebagai wahana yang memadai dalam membentuk self-concept siswa. Berkaca dari penelitian Coster, maka tugas sekolah dalam hal ini para guru, harus bekerja lebih keras meminimalkan masalah ini, karena menurut Hurlock (Wiswayana, 2007:776), salah satu orang yang dominan pengaruhnya dalam self-concept anak adalah guru.

(17)

4

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

harus dikembangkan. Banyak para ahli telah melakukan penelitian yang mengarah pada hubungan antara self-concept matematis dan prestasi belajar siswa.Yara (2010) dan Ayodele (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa, Self concept siswa yang positif terhadap matematika akan meningkatkan prestasi

matematika siswa tersebut.

Karakteristik matematika yang abstrak, menyebabkan banyak siswa masih berada dalam keaadaan cemas jika mempelajari matematika. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi prestasi siswa dalam matematika, sehingga siswa tersebut akan berada pada zona penilaian konsep diri (self-concept) yang negatif, yakni akan selalu merasa tidak mampu ataupun tidak percaya diri dalam menghadapi masalah matematika.

Kebiasaan dalam suasana yang tegang dalam belajar, khususnya belajar matematika, sangat mempengaruhi self-concept siswa. Untuk itu, guru harus mampu memberikan suasana yang kondusif, terlebih khusus dalam belajar matematika, agar siswa mampu mempertahankan kinerjannya ataupun dapat memecahkan masalah matematika yang diberikan.

(18)

5

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pencapaian skor tertinggi pada soal tersebut adalah siswa negara Singapura. Siswa indonesia tidak menempati posisi terbaik untuk pencapaian skor pada soal tersebut. Dilihat pada soal tersebut, dapat disebutkan bahwa Kemampuan yang diukur adalah kemampuan penalaran. Berdasarkan Taxonomi Bloom, dapat dikatakan bahwa tingakatan soal tersebut untuk anak kelas delapan adalah anlisis. Tingkatan berpikir kritis berdasarkan Taxonomi Bloom, berada pada tiga tingkat teratas, yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi (Ennis, 1993:179). Dari data yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir siswa Indonesia masih rendah. Mendukung hasil TIMSS dan PISA, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lasmanawati (2011) pada sebuah SMP di Sungailiat, mengungkapkan bahwa rata-rata skor Postes matematika siswa pada kelas kontrol adalah 9,29 dengan skor ideal 24. Data TIMSS, PISA, dan Lasmawati menunjukan bahwa, kemampuan berpikir kritis siswa SMP masih tergolong rendah, sehingga perlu ada upaya yang nyata dari pihak pendidik untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Marpaung (Syaban, 2008:5), menyebutkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa karena beberapa faktor, yaitu (1) kemampuan guru menerapkan metode yang kurang tepat; dan (2) pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini menunjukan bahwa, dalam proses belajar mengajar, guru masih menjadi figur sentral yang mengelola pembelajaran di kelas.

Sejauh ini, pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Padahal menurut Joyce, dkk (2009:316-317) dalam buku berjudul Models Of Teaching yang telah

(19)

6

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diterjemahkan Fawaid dan Mirza, menyatakan bahwa kelas seharusnya menjadi sebuah miniatur demokratis yang dapat mengatasi masalah-masalah.

Proses pembelajaran konvensional, biasanya diawali dengan menjelaskan konsep secara inormatif, memberikan contoh soal, dan diakhiri dengan pemberian latihan soal-soal (Somakim, 2010:4). Proses pembelajaran di kelas seperti ini, tentu tidak banyak menjawab tuntutan dalam memecahkan masalah-masalah, seperti yang diungkapkan Joyce dan kawan-kawannya, sehingga akan berdampak buruk bagi perkembangan kognitif dan afektif siswa. Sebagaimana yang diungkapkan Mukhayat (Somakim, 2010:4), bahwa belajar dengan mengahafal tidak terlalu banyak menuntut aktivitas berpikir anak dan mengandung akibat buruk bagi perkembangan mental anak. Jika dikaitkan dengan upaya peningkatan berpikir kritis dan self conseptyang telah dipaparkan sebelumnya, tentu model pembelajaran seperti ini tidak cocok untuk diterapkan.

Model pembelajaran, dimana aktivitasnya dilakukan oleh sebuah komunitas pembelajar yang saling bekerjasama, akan memberikan pengaruh tersendiri bagi siswa, yaitu sebuah iklim sosial yang kaya dan aktif (Joyce, dkk, 2009:398). Model pembelajaran ini sesuai dengan paham konstruktivisme, dimana dapat berinteraksi dalam kelompok diskusi untuk memecahkan masalah.Sebuah model pembelajaran yang diyakinidapatmeningkatkanberpikirkiritsdanself conceptsiswaadalahgroup investigation (GI).

Hasilpenelitian yang dilakukanolehSyaban (2008) danKurniawan (2011) jugamenunjukanbahwaprestasisiswabelajardengan model pembelajaran GI lebihbaikdari model pembelajarankonvensional. Hal ini berarti, penerapan model pembelajaran GI memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa.

Evans (1987) menyatakan “Investigation are more divergent activity where pupils are encouraged to think of alternative strategies, to consider what would

happen if a particular line of action where pursued, or to see whether certain

changes would make any difference to the outcome”. Berdasarkanpendapat Evans, dapatdisimpulakanbahwadalamaktifitasinvestigasi, siswadilibatkansecaraaktif, mulaidarimemikirkandanmemilihstrategialternatif,

(20)

7

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

MenurutThelen (Joyce, dkk. 2009:316) menyatakanbahwadalam GI, kelompokdifokuskandenganefektivitasnyamasing-masing,

dandenganbeberapadiskusidarisebuah proses yang

berkaitaneratdengantujuan-tujuaninvestigasi. Keterlibatansiswa yang

secaramenyeluruhyaitudaritahappertamasampaitahapakhir,

akanmengakibatkanadanyakeaktifandalamsebuahdiskusikelompokbelajar.

Sebagaimana yang diungkapkanSharan (Joyce, dkk. 2009:303), tujuan yang terpentingdalampenggunaanmodelpembelajarankooperatifadalahmenghasilkanseb uahimagediri yang lebihbaikdalamdirisiswa yang memilikiprestasi yang kurangbaik.Hal inidiharapkanterjadi pula dalampenerapan model group investigation (GI), sehinggasetiapsiswamemiliki disposisi yang baik terhadappembelajaranmatematika.Keterlibatansiswasecaraaktifdalam proses investigasi, diharapkandapatmengasahdanmeningkatkanberpikirkritissiswadalam proses pemecahanmasalahmatematika, sehinggaadakepuasanakanhasil yang dicapaidanself conceptsiswaterhadapmatematikasemakinpositif.

Sebelum menerapkan model pembelajaran, siswa dikategorikan kedalam tiga kategori kemampuan yaitu tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil tes kemampuan awal matematis (KAM). Selain untuk melihat penguasaan materi prasyarat siswa,hal ini juga dimaksudkan untuk melihat apakah implementasi model pembelajaran merata pada semua kategori KAM atau hanya kategori KAM tertentu saja, dalam hal peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self concept matematis Siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan pembelajaran Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

B. RUMUSAN MASALAH

(21)

8

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalamupayapeningkatankemampuanberpikirkritisdanself conceptmatematissiswaSekolahMenengahPertama (SMP).

Masalah di atas, secaraterperincidapatdijabarkansebagaiberikut: 1. Apakahpeningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang

dalampembelajarannyamenggunakan model GI lebihbaikdaripadasiswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajarankonvensional?

2. ApakahTerdapat perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan model GI dan yang siswa pembelajarannya menggunakan pembelajarankonvensional,dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah)?

3. Apakahterdapat perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan pembelajaran konvensional, dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah)?

4. Apakahterdapat perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan model GI, dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah)?

5. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran (GI dan konvensional) dengan pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang, rendah) siswa dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa?

6. Apakahself conceptmatematissiswayang pembelajarannya menggunakanmodelpembelajaran GI lebihbaikdaripadasiswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajarankonvensional?

C. TUJUAN PENELIITIAN

Secaraumumpenelitianinibertujuanuntukmemperolehgambarantentangpener

apanpembelajaranGroup Investigation (GI)

(22)

9

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu conceptmatematissiswaSekolahMenengahPertama

(SMP).Secaralebihkhususpenelitianiniadalahuntuk:

1. Menelaahpeningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan model GI dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajarankonvensional.

2. Menelaah ada tidaknya perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan model GI dan pembelajarannya menggunakan pembelajarankonvensional, dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah)?

3. Menelaah ada tidaknya perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajarankonvensional, dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah)?

4. Menelaah ada tidaknya perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan model GI, dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah)?

5. Mengkajiada tidaknya interaksi antara pembelajaran (GI dan konvensional) dengan pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang, rendah) siswa dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

(23)

10

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Bagi guru, sebagaibahanpertimbanganalternatifpembelajaran yang dapatmeningkatkankemampuanberpikirkritsmatematissertaself

conceptmatematissiswa.

2. Bagisiswa, sebagaibahanpertimbangan memperoleh cara belajar yang efektif khususnya dalam menyelesaikan sebuah masalah matematika.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami masalah ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan terhadap beberapa istilah sebagai berikut :

1. Group Investigation

Group Investigationadalahsebuahaktifitaskelompok yang

didalamnyaterdapatpenyelidikan, interaksi,

daninterpretasiterhadapsebuahmasalah yang dipecahkan. Padasaatsiswamelakukanpenyelidikan, peran guru adalahmembuatsiswasadarmengenaisumberdaya yang dimilikinyasertapekaterhadappotensi disekitarnya yang dapatdijadikanalatuntukmemcahkanmasalah.

2. Berpikir Kritis Matematis

Berpikirkritisadalahcaraberpikir yang mendalam terhadap sebuah masalah matematika, yang mempertimbangansesuatu yang dipercaya, sebelummemutuskanuntukdilakukanatauditerapkan.

Tahapandalamaktivitasinvestigasiadalahsebagaiberikut, (1)

indentifikasikonsep (concept),

yaitukemampuanmengidentifikasiketerkaitankonsep yang terpilihdenganunsur-unsur yang relevan untuk memecahkan masalah; (2) Penjelasan (explanation), yaiitu kemampuan menghadirkan argumen, mempertimbangkan sebuah prosedur, serta menulis hasil yang tepat; dan (3) membuat kesimpulan (inference making), yaitukemampuan memberikan kesimpulan secara tepat terhadap data-data atau sebuah pernyataan (lewat sebuah proses pembuktian).

(24)

11

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konsepdiriadalahkeseluruhansikapdanpandangandirinyaterhadapharapa n-harapanuntukdirinyasendiri. Siswa yang memiliki konsep diri yang tinggi dan positif terhadap matematika, maka siswa tersebut dapat mengerjakan matematika dengan baik dan memiliki prestasi yang baik dalam matematika.

4. Pembelajaran konvensional

(25)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang dalam pelaksanaannya digunakan dua kelompok kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.Maksud dari penggunaan kedua kelas ini ialah untuk melihat perbandingan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self concept. Kelompok eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa

yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe group investigasi (GI) dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok

siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. Bersarkan jenis penelitian yang dikemukakan, maka desain penelitian ini

Pre-test-Post-test Control Group Design” (Sudjana, 2004) dengan rancangan seperti pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Postes

Eksperimen O X O

Kontrol O O

keterangan : O = Pre-test dan Post-test

X = Pembelajaran matematika dengan model GI

B. POPULASI DAN SAMPEL

(26)

30

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Beberapa pertimbangan yang mendasar, agar penelitian ini dapat dilakukan secara efisien dan efektif, maka sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling.Berdasarkan teknik ini, diperoleh sampel sebanyak dua kelas yaitu

kelas VIIA sebagai kelas eksperimen sebanyak 27 siswa dan kelas VIIB sebagai kelas kontrol sebanyak 27 siswa.

C. VARIABEL PENELITIAN

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.Implementasi model pembelajaran GI dan model pembelajaran konvensional untuk melihat pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan self-conceptsiswa terhadap matematika, menjadi sasaran penting dalam penelitian ini.

Oleh karena itu, Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran GI yang diberikan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diberikan pada kelas kontrol, sedangkan kemampuan berpikir kritis dan self-conceptsiswa sebagai variabel terikat.

D. INTRUMEN PENELITIAN DAN PENGEMBANGANNYA

Upaya untuk memperoleh data dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan 2bentukinstrumen, yaitu tes dan non tes.Instrumen bentuk tes, terdiri dari seperangkat soal tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis. Instrumen bentuk non tes terdiri dari angket skala self-concept dan bahan ajar. Berikut adalah uraian secara terperinci instrumen-instrumen yang digunakan.

1. Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM)

(27)

31

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil tes kemampuan awal, maka siswa dikelompokan berdasarkan kriteria dari Somakim (Pamungkas, 2013:47), dilihat dari rerata ( ̅) dan simpangan baku (SB) sebagai berikut:

KAM ≥ ̅ + SB : Siswa Kelompok Tinggi

̅–SB ≤KAM <̅ + SB : Siswa Kelompok Sedang

KAM ≤ ̅– SB : Siswa Kelompok Rendah

Hasil perhitungan terhadap data kemampuan awal matematis siswa kelas eksperimen, diperoleh ̅= 39,44 dan SB = 16,71, sehingga kriteria pengelompokkan adalah sebagai berikut.

Siswa kelompok tinggi, jika: skor KAM ≥ 56,15 Siswa kelompok sedang, jika: 22,73 ≤KAM <56,15

Siswa kelompok rendah, jika: skor KAM ≤ 22,73

Sedangkan hasil perhitungan terhadap data kemampuan awal matematis siswa kelas kontrol, diperoleh ̅= 38,88 dan SB = 17,28, sehingga kriteria pengelompokkan adalah sebagai berikut.

Siswa kelompok tinggi, jika: skor KAM ≥ 56,16 Siswa kelompok sedang, jika: 21,60 ≤KAM <56,16

Siswa kelompok rendah, jika: skor KAM ≤ 21,60

Hasil pengelompokan siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kategori KAM

Kelompok Pembelajaran Total

GI Konvensional

Tinggi 6 6 12

Sedang 16 16 32

Rendah 5 5 10

Total 27 27 54

2. Tes kemampuan Berpikir Kritis

(28)

32

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perlakukan dan ahkir (post-test) sesudah perlakuan. Butir soal tes yang diberikan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol relatif sama. Indikator-indikator yang diukur dalam setiap soal itu, yaitu(1) indentifikasi konsep (concept), (2) Penjelasan (explanation), (3) membuat kesimpulan (inference making),

Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis, dibuat pedoman penskoran terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal yang dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis

Kriteria Skor

Tidak menjawab 0

Jawaban salah, memberikan alasan benar 1 Jawaban benar, tidak memberikan alasan 2 Jawaban benar, memberikan alasan tidak lengkap 3 Jawaban benar, memberikan alasan benar 4

Untuk memperoleh soal tes yang baik maka soal tes tersebut harus dinilai validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran seperti yang diuraikan sebagai berikit, yaitu:

a. Validitas Butir soal

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Arikunto (dalam Sundayana, 2010:60) menyebutkan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

(29)

33

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lain,validitas muka, pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan redaksi. Hal ini dimaksudkan agar sewaktu dilakukan tes, instrumen mudah dipahami siswa dengan baik. Pertimbangan yang kedua adalah validitas isi, yaitu pertimbangan didasarkan pada kesesuaian butir soal dengan materi yang diajarkan dan bagaimana tingkat kesulitannya sesuai dengan siswa jenjang SMP kelas VII.Hasil pertimbangan alhi mengenai validitas muka dan validitas isi dapat dilihat pada lampiran B.

Setelah melalui pertimbangan para ahli, dilakukan pra uji coba kepada beberapa orang siswa kelas VIII pada salahsatu SMP di Bandung untuk melihat kejelasan (keterbacaan) dan tingkat pemahaman siswa-siswa tersebut terhadap soal-soal yang diberikan. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B

Valid dan tidak valid instrumen tes, dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item dengan skor total butir tes dengan menggunakan

(30)

34

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah melakukan pra uji coba, butir soal diujicobakan secara empiris pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Ambon sebanyak 34 siswa. Perhitungan validitas butir soal menggunakan softwareAnates V.4 For Windows.Validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Karl

Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total.Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

Hasil validitas butir soal kemampuan berpikir kritis matematis disajikan pada Tabel 3.5berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Berdasarkan hasil pada Tabel 3.4, hanya terdapat 5 butir soal yang valid sedangkan 2 soal tidak valid. Berdasarkan pertimbangan dari guru mata pelajaran beserta dosen, maka soal yang dipakai dalam penelitian hanya 5 soal yang valid, sedangkan soal yang tidak valid, tidak digunakan untuk keperluan penelitian.

b. Reliabilitas Butir Soal

Reliabilitas instrument penelitian adalah suatu alat yang membberikan hasil yang tetap sama (konsisten). Untuk mengukur reliabilitas soal menggunakan Cronbach’s Alpha(Sundayana, 2010:70), yaitu :

(31)

35

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keterangan:

: koefisien reliabilitas soal

: banyak butir soal

: variansi item

: variansi total

Tingkat reliabilitas dari soal uji coba berpikir kritis dengan menggunakan kriteria dari Guilford (Ruseffendi, 1991:189) sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil reliabel butir soal, diperoleh dengan menggunakan rumus Cronbach’s AlphaberbantuansoftwareAnates V.4 For Windows.Keputusan untuk

reabilitas butir soal dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung> rtabel

maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tidak reliabel.

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

Tabel 3.7 menunjukan hasil reabilitas butir soal kemampuan berpikir kritis matematis.

Tabel 3.7 Reliabilitas Tes

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis rhitung rtabel Kriteria Kategori

0,81 0,34 Reliabel Tinggi

Catatan: rtabel(α = 5%) = 0,34 dengan dk = 32

Tabel 3.7 menunjukan bahwa rhitung> rtabel maka soal kemampuan

(32)

36

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal

Daya pembeda (DP) soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Sedangkan tingkat kesukaran (TK) adalah keberadaan suatu butir soal apakah dipandang sukar, sedang, atau mudah dalam mengerjakannya (Sundayana, 2010:77).

Untuk soal tipe uraian, DP dan TK dapat ditentukan sebagai berikut:

DP

dan TK

keteranagan :

SA : jumlah skor kelompok atas

SB : jumlah skor kelompok bawah

IA : jumlah ideal kelompok atas

IB : jumlah ideal kelompok bawah

Dengan klasifikasi untuk interpretasi untuk DP dan TK dalam Sundayana (2010:78) pada Tabel 3.8 dan 3.9berikut .

(33)

37

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil perhitungan daya pembeda dengan menggunakan softwareAnates V.4 For Windows, dilihat pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Hasil perhitungan untuk tingkat kesukaran (TK) dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows, dilihat pada Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11 (TK) yang sedang hanya terdapat pada soal nomor 1 sampai nomor 6.

3. Angket Skala Self Concept

(34)

38

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (variabel penelitian).Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert dari pernyataan yang positif dan negatif terdiri dari lima kategori, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STT) (Sundayana, 2010:10).

Angket skala self concept dalam penelitian ini, diberikan sebagai bahan evaluasi secara kuatitatif mengenai konsep diri siswa terhadap pembelajaran matematika.Angket skala self concept yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 25 butir pernyataan, yang mememuat pernyataan-pernyataan menyangkut keyakinan dan sikap terhadap matematika.

Proses validasi terhadap instrumen skala self concept dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan validasi isi oleh 2 orang ahli, yaitu untuk melihat tata bahasa dan keterkatan pernyataan dengan indikator. Tahap kedua validitas empiris, yaitu dilakukan pra uji coba oleh beberapa siswa pada salah satu SMP di Bandung untuk melihat tingkat keterbacaan setiap butir instrumen. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

Setelah melalui dua tahap proses validasi di atas, maka instrumen diujicobakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Ambon sebanyak 33 orang siswa. Hasil yang diperoleh, kemudian ditransformasi dengan menggunakan metode MSI (Methodof Succsesive Interval)

a. Validitas Skala Self Concept Matematis

Perhitungan validitas setiap butir pernyataan Self Concept Matematis, menggunakan MS Excel for Windows. Validitas setiap butir pernyataan Self Concept Matematis, digunakan korelasi poduct moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi nilai setiap butir pernyataan dengan skor total.Apabila rhitung ≥ rtabel maka item pernyataan dikatakan valid atau nilai Signifikansi Korelasi kurang dari α (0,05), dengan rtabel

(35)

39

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.12

Hasil Validitas Skala Self Concept Matematis Pernyataan Koefisien Korelasi

(Pearson Correlation) Kategori Keputusan

P1 0,556 Valid Dipakai

P17 0,152 Tidak Valid Direvisi

P18 0,512 Valid Dipakai

P19 0,622 Valid Dipakai

P20 0,585 Valid Dipakai

P21 0,560 Valid Dipakai

P22 0,303 Tidak Valid Direvisi

P23 0,581 Valid Dipakai

P24 0,211 Tidak Valid Direvisi

P25 0,638 Valid Dipakai

b. Reabilitas Skala Self Concept Matematis

Pengujian reliabilitas butir pernyataan self conceptdengan menggunakan rumus Cronbach’s Alphadengan bantuan program SPSS 20.0 For Windows. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah

dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung> rtabel maka soal

reliabel, sedangkan jika rhitung≤ rtabel maka soal tidak reliabel.

(36)

40

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.13

Reliabilitas Skala Self Concept Matematis rhitung rtabel Kriteria Kategori

0,795 0,35 Reliabel Tinggi

Hasil perhitungan reliabilitas berdasarkan Tabel 3.12 di atas diperoleh rhitung sebesar 0,795. Hal ini berarti pernyataan skala self

concept tersebut reliabel karena 0,79> 0,35 dan termasuk kedalam

kategori tinggi. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa skala self concept matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk

digunakan dalam penelitian.

4. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar dalam penelitian ini, disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan tiga indikator berpikir kritis. Aktivitas pembelajaran diterapkan sesuai tahapan model pembelajaran Group Investigation. Bahan ajar memuat materi-materi kelas VII yaitu sudut dan segitiga yang dipilih sesuai dengan alokasi waktu yang telah disusun oleh peneliti. Bahan ajar dibuat melalui lembar aktivitas siswa (LAS) yang mengarah kepada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

E. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data ini diperoleh dari hasil pre-test dan post-testkemampuan berpikir kritis,N-gain, sertaskala self concept dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol.Data hasil pre-test, post-pre-test, N-gain dan skala sikap self concept siswa diolah dengan bantuan

program Microsoft Excel2010 dan software SPSS Versi 20.0 for Windows.

1. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis

(37)

41

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan data hasil tes kemampuan berpikir kritis dari kelas kontrol yang mendapat pembelajaran matematika secara konvensional. Data-data ini diolah dengan tujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan penskoran yang telah ditetapkan, maka data hasil tes kemampuan berpikir kritis diolah melalui tahapan-tahapan berikut:

a. Membuat tabel skor pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Menentukan skor peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dengan rumus N-gain ternormalisasi yaitu:

Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.14

Kriteria Gain Ternormalisasi Besarnya N-gain (g) Klasifikasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Sumber: (Hake, 1999:1)

c. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pre-test, post-test dan N-gain kemampuan berpikir kritis matematis

menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Adapun rumusan hipotesisnya adalah:

H0: Data berdistribusi normal

H1: Data tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka H0 ditolak

(38)

42

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Menguji homogenitas varians skor pre-test, post-test dan N-gain kemampuan berpikir kritis matematis menggunakan uji Levene. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: Kedua data bervariansi homogen

Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Signifikansi (p-value) < α (α =0,05), maka H0 ditolak

Jika nilai Signifikansi (p-value) ≥ α (α =0,05), maka H0 diterima.

e. Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji perbedaan rataan skor pre-test, rataan skor post-test dan N-gain menggunakan uji-t yaitu Independent Sample t-test. f. Melakukan uji analysis of variance (ANOVA) dua jalur untuk

melihat perbedaan rataan skor N-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran GI dan pembelajaran konvensional berdasarkan kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah), dilanjutkan dengan uji GamesHowel (asumsi tidak homogen) untuk melihat letak

perbedaanya. Selain itu, uji ANOVA juga untuk melihat perbedaan interaksi antara pembelajaran (GI dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis.

g. Melakukan uji analysis of variance (ANOVA) satu jalur untuk melihat perbedaan rataan skor N-gain kemampuan berpikir kritispada masing-masing kelas (GI maupun konvensional) berdasarkan kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah), dilanjutkan dengan uji GamesHowel (asumsi tidak homogen) dan uji LSD(untuk asumsi homogen).

2. Data Skala Self Concept

(39)

43

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Menentukan frekuensi setiap respon;

b. Membuat proporsi dari setiap jumlah frekuensi; c. Menentukan nilai proporsi komulatif;

d. Menentukan luas z table;

e. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai z;

f. Menentukan scale value (SV) dengan menggunakan rumus :

g. Menentukan nilai transformasi dengan rumus: | |

h. Selanjutnya dilakukan Uji-t dengan independent sample t-testuntuk melihat apakah ada perbedaan signifikan self concept matematis siswa yang mendapat pembelajaran GI dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Asymp. Sig. > taraf signifikansi (α = 0,05).

(40)

44

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. PROSEDUR PENELITIAN

Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti: a. Melakukan kajian kepustakaan terhadap teori-teori yang berkaitan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation,serta penerapannya dalam pembelajaran matematika.

b. Menyusun rencana instrumen penelitian, melakukan validasi dan memperbaiki instrument.

c. Memilih dua kelas yang dijadikan sebagai kelas penelitian dan kelas kontrol

d. Memberikan pretes berpikir kritis matematika pada kedua kelas terpilih. e. Melaksanakan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan

model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada kelas eksperimen.

(41)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

78

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkanrumusanmasalahdanhasilpenelitiansertapembahasanterhadaphas

il-hasilpenelitiansebagaimana yang

diuraikanpadababsebelumnyamakadiperolehkesimpulan, implikasi, danrekomendasidarihasil-hasilpenelitiantersebut.

A. KESIMPULAN

1. Peningkatan kemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam

pembelajarannyamenggunakan model GI

lebihbaikdaripadapembelajarannya menggunakan

pembelajarankonvensional.

2. Terdapat perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan model GI dan pembelajarannya menggunakan pembelajarankonvensional, dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah).

3. Terdapat perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan pembelajaran konvensional, dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah).

4. Terdapat perbedaan

peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswayang dalam pembelajarannyamenggunakan model GI, dilihat berdasarkan kemampuan awal (tinggi, sedang, rendah).

5. Tidakterdapatinteraksiantarapembelajaran (group investigationdankonvensional) dankemampuanawalmatematika (tinggi,

sedang, danrendah)

(42)

79

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6. Self conceptmatematissiswa yang mendapatkanpembelajarangroup

investigationlebihbaikdaripadasiswa yang

mendapatkanpembelajarankonvensional.

B. IMPLIKASI

Mengacupadahasil-hasilpenelitiansebagaimana yang diungkapkan di atas, makaimplikasidarihasil-hasiltersebutdiuraikanberikutini.

1. Modelgroup investigationdapatdijadikansebagaialternatifpembelajaran di jenjang SMP dalamupayamengembangkankemampuanberpikirkritis matematisdanself conceptmatematissiswa.

2. Berkaca dari perolehan skor self conceptmatematissiswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada aspek pemanfaantan matematika yang berada pada kategori positif, maka guru dapat menggunakan model group investigation untuk menarik minat siswa dalam belajar

matematika.

3. Penerapan model pembelajarangroup investigation dengan grup atau kelompok investigasi yang heterogen, berpotensi untuk mengubah cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan matematika.

C. REKOMENDASI

Berdasarkankesimpulandanimplikasipenelitian di atas, diajukanbeberaparekomendasisebagaiberikut:

(43)

80

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Ditinjau dari segi manfaat, hasil penyebaran angket self concept menunjukkan bahwa siswa sadar akan manfaan mempelajari matematika, oleh karena itu guru hendaknya dapat menciptakan gaya belajar yang menyenangkan agar self concept siswa terhadap matematika selalu positif.

3. Kemampuan berpikir kritis, seharusnya menjadi salah satu target guru dalam mengubah cara berpikir anak dalam menyelesaikan sebuah masalah.

4. Model pembelajarangroup investigationhendaknyamenjadialternatif

model pembelajaranbagi guru SMP

khususnyadalammeningkatkankemampuanberpikirkritisdanself conceptmatematissiswa.

(44)

81

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

(45)

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

81

DAFTAR PUSTAKA

Asma, N. (2006). Model PembelajaranKooperatif.

DirektoratJenderalPendidikanTinggi.

Ayodele, J.O. (2011). Self-concept and Performance of Secondary School Students in Mathematics.Journal of Educational and Developmental Psychology. 1(1), 49-54.

Bajracharya, K.I. (2010). Teaching Mathematics Through ABC Model of Critical Thinking. Mathematics Education Forum. (pp. 13-17): Associate Professor.

Burns. (1993). Konsep Diri. Jakarta: ARCAN.

Desmita. (2010). PsikologiPerkembanganPesertaDidik; PanduanBagi Orang Tuadan Guru dalamMemahamiPsikologiAnakUsia SD, SMP, dan SMA. Bandung: ResmajaRosdakarya.

Ennis, R. (1993). Critical Thinking Assessment. Theory Into Practice. Teaching for Higher Order Thingking. 32(3), 179-186.

Evans. J. R. (1987). Investigations. The States of The Art of Mathematics in School. [Online]. Tersedia: http://www.jstor.org/discover/10.2307/30214166 ?uid=3738224&uid=2129&uid=2&uid=70&uid=4&sid=21101423303303

Fisher, A. (2009). BerpikirKritis :SebuahPengantar. Jakarta :Erlangga.

Hake, R. (1999).Analyzing Change/Gain Scores.[Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

Ismail, N., Mahmood, T., Petri, F., & Mohd, N. (2011). Factor that Influence Student in Mathematics Acievement. International Journal of Academic Resesrch. 3(3), 49-54.

IKAPI, Anggota. (2006). Konsep Diri Positif: Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta : KANISIUS.

Joyce,B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models Of Teaching: Model-Model Pengajaran (Terjemahan Edisi Delapan ). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(46)

82

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Koc, Y., Doymus, K., Karacop, A., & Simsek, U. (2010).The Effects of Two Cooperative Learning Strategies on theTeaching and Learning of the Topics of Chemical Kinetics.Journal of Turkish Science Education.7(3), 52-65. Mitchell, M., Montgomery, H., Holder, M., & Stuart, D. (2008). Group

Investigation as a Cooperative Learning Strategy: An Integrated Analysis of the Literature. The Alberta Journal of Educational Research. 54 (4) , 388-395.

Meltzer, D. E. (2002).The Relationship between Mathematic Preparation and

Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible ”HiddenVariable”

InDiagnostic Pretest Score. [Online]. Tersedia: http:www.physics.iastate.edu/ per/docs/addendum_on_normalized_gain.

Pudjijogyanti. (1995). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: ARCAN.

Pamungkas. S. A. (2013).

PembelajaranEksplorasiuntukMengembangkanKemampuanBerpikirLogisdan Self Concept MatematisSiswaSekolahMenengahPertama.Tesis pada SPs UPI Bandung. tidak diterbitkan.

Peter, E. (2012). Critical thinking.Essence for teaching mathematics and mathematics problem solving skills.African Journal of Mathematics and Computer Science Research. 5(3), 39-43.

Permendiknas. (2006). Standar Isi (Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah). [Online]. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/content/Buku %20Standar%20Isi%20SMP%281%29.pdf.

Ruseffendi, E.T. (1991).

PenilaianPendidikandanHasilBelajarSiswaKhususnyadalamPenngajaranMat

ematika :untuk Guru danCalonGuru.Bahan Ajar Perkuliahan S2

PendidikanMatematika.UPI. Bandung.

Rahcmayanti. (2010). Efektifitas Bimbingan dan Konseling Kelompok Tugas dan Diskusi dalam Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung. tidak diterbitkan.

Rahman, R. (2012). HubunganantaraSelf Concept

terhadapMatematikadenganKemampuanBerpikirKreatifMatematikSiswa.Jurn alIlmiah Program StudiMatematika STKIP Siliwangi Bandung.1(1).

(47)

83

Reinhard Salamor, 2013

Pembelajaran Group Investigation Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(p.17-21). [Online]. Tersedia: http://12.4.125.3/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el _198912_sharan.pdf

Sophocleous, P., & Gagatsis, A. (2009). Efficacy Beliefs and Ability to Solve Volume Measurement Taks in Different Representation.Procceding of CERME 6. Working Group 1, 74-83.

Sudjana.(2004). MetodeStatistika.Jakarta: Tarsito.

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: RIZQI Press

Schafersman, D. (1991). An Introduction to Critical Thinking.[Online]. Tersedia: http://facultycenter.ischool.syr.edu/files/2012/02/Critical-Thinking.pdf

Syaban. (2008). Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi. Disertasi pada PPs UPI Bandung. tidak diterbitkan.

Tata. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Berorientasi Teori Van Hiele. Tesis pada SPs UPI Bandung. tidak diterbitkan.

Turmudi.(2009). LandasanFilsafatdanTeoriPembelajaranMatematika; Berparadigmaeksploratifdaninvestigatif. Jakarta: LeuserCitaPustaka.

Wiswayana. (2007). Pengaruh Model BelajarBerbasisMasalahdan Adversity Quotient SiswaTerhadapPrestasiBelajarMatematikadanKonsepDiriSiswa

SMA Negeri 4 Singaraj. [Online].

Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4107761773.pdf

Wilkins, M. (2004).Mathematics and Science Self- Concept.An International Investigation.The Journal of Experimental Education.72(4), 331-346.

Wang, J. (2007). A Trend Study of Self-Concept and MathematicsAchievement in a Cross-Cultural Context.Mathematics Education Research Journal. 19(3), 33-47.

Gambar

Tabel 4.23  Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Self Concept Matematis ..
Gambar  4.1. Perbandingan Peningkatan Kemampuan berpikir Kritis
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kategori KAM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi terhadap Dokumen Penawaran dan Evaluasi terhadap persyaratan kualifikasi yang telah saudara sampaikan untuk Pekerjaan Pengadaan.. Meubelair

Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya

sedangkan pada JS tidak terlalu terlihat pengaruh dari parameter tersebut. Pada strategi kategori suportive move , hampir pada semua jenis

dengan harga yang lebih murah dipasar internasional pada tingkat harga P2 yaitu.

PENGEMBANGAN ALAT ASESMEN IMAJINASI MELALUI TULISAN KOLABORASI D ENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KOMPUTASI AWAN D I SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 KOTA BAND UNG..

Masih terdapatnya benturan kepentingan antara pemegang hak pertambangan dan pemilik hak atas tanah, maka Pemerintah harus menetapkan kewenangannya sesuai dengan ketentuan hukum

kata dia, anak-anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerj aan yang

kerja pelleting yaitu pada periode ke-8 dan ke-11 sehingga perlu dilakukan penyesuaian jumlah unit product group agar perusahaan mampu memenuhi permintaan