PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN METODE INKUIRI
(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Rena Ernawati
NIM. 0902126
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN METODE INKUIRI
(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)
Oleh
Rena Ernawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Rena Ernawati 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
HALAMAN PENGESAHAN
Rena Ernawati
NIM. 0902126
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN METODE INKUIRI
(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)
SKRIPSI
Disetujui dan Disahkan oleh
Pembimbing:
Pembimbing I
Dra. Encum Sumiaty, M.Si. NIP. 196304201989032002
Pembimbing II
Drs. Nar Herrhyanto, M.Pd. NIP. 196106181987031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Rena Ernawati (0902126). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Metode Inkuiri.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP yang masih rendah sementara tujuan pendidikan itu sendiri antara lain membekali siswa berpikir kritis. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dilakukan pembelajaran dengan metode inkuiri yang dimodifikasikan. Pembelajaran ini erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis sehingga diharapkan penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Tujuan penelitian kuasi eksperimen ini adalah untuk mengetahui : 1) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode ekspositori, 2) Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran denga metode inkuiri, 3) Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode inkuiri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Sementara sampel tidak dipilih secara acak, melainkan peneliti memilih kelas sehingga terpilih kelas VII E sebagai kelas kontrol dan kelas VII H sebagai kelas eksperimen. Pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar adalah bangun datar segitiga meliputi jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut dalam segitiga, kelilingdan luas daerah segitiga. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis matematis yang disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis, angket sikap siswa, jurnal harian siswa, dan lembar observasi. Berdasarkan analisis pada seluruh tahapan penelitian dapat disimpilkan bahwa: 1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, 2) Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen tergolong sedang, sedangkan pada kelas kontrol tergolong rendah, 3) Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri tergolong positif.
ABSTRACT
Rena Ernawati (0902126). The improvement of Junior High School
Students’ Mathematic Critical Thinking through Inquiry Instruction
This research is derived from the fact that Junior High Students’ ability in
mathematic critical thinking shows poor result. However, the aim of education
directs to develop students to think critically. As the effort to improve students’
skill in mathematic critical thinking, the implementation of modified inquiry method was conducted. The method strongly relates with students’ critical
thinking Skill where the implementation is aimed to improve students’ skill in
mathematic critical thinking. The objective of this quasi experiment research is to discover: 1) The information whether improvement of students’ mathematic
critical thinking which is treated by inquiry method is better than students’ skill which is treated by expository method, 2) The quality of students’ critical thinking improvement who is treated by inquiry method, and 3) students’ attitude toward mathematic instruction by inquiry method. The population of this research is all of seventh grade of students in SMP 15 Bandung. The sample is not randomly chosen, but it is purposively chosen. As the result VIIE class is chosen as control class, on the other hand VII H class was chosen as experimental class. The topics for this research are about triangle which includes the type of triangle, special characteristics of triangle, the total angle of triangle, and circumference and area of triangle. The instrument which is utilized in this research is mathematic critical thinking skill test which is arranged based on the indicator of critical thinking
skills according to Ennis, questionnaire of students’ attitude, Students daily
journal, and observation sheet. According to the analysis of research syntax, it can
be concluded that : 1) the improvement of students’ mathematic critical thinking skill which treated by inquiry instruction is better than students’ skill which is
treated by expository instruction, 2) The quality of students’ mathematic critical thinking skill in experiment class is categorized as medium, on the other hand the result of class control is categorized as low, 3) Students’ attitude toward mathematic instruction by using inquiry method is classified as positive.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Rumusan Masalah ... 6
C.Batasan Masalah ... 6
D.Tujuan Penelitian... 6
E.Manfaat Penelitian ... 7
F.Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9
A.Metode Pembelajaran Inkuiri ... 9
B.Kemampuan Berpikir Kritis ... 14
C.Hasil Penelitian yang Relevan ... 19
D.Kerangka Pemikiran ... 20
E.Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A.Metode Penelitian ... 23
B.Desain Penelitian ... 23
D.Variabel Penelitian ... 24
E.Definisi Operasional ... 25
F.Perangkat Pembelajaran ... 26
G.Instrumen Penelitian ... 26
H.Proses Pengembangan Instrumen ... 29
I.Prosedur Penelitian ... 35
J.Teknik Pengumpulan Data ... 37
K.Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A.Hasil Penelitian ... 45
B.Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
A.Kesimpulan ... 72
B.Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
Lampiran-lampiran ... 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari
tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil akhir Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2012-2013
khususnya pada jenjang SMP yang menunjukkan bahwa dari 3.667.241 peserta
UN, 16.616 diantaranya dinyatakan tidak lulus. Persentase angka kelulusan ini
menurun 0,02 persen dari tahun sebelumnya (Esnir, 2013). Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui
berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun demikian ketercapaian indikator mutu pendidikan
belum menunjukkan peningkatan yang berarti khususnya dalam bidang
matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan
penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika
juga ilmu yang bertujuan untuk mendidik manusia agar dapat berpikir secara
logis, kritis, rasional, dan percaya diri. Pemahaman, penguasaan materi serta
prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan proses kegiatan
pembelajaran matematika. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaaan materi
serta prestasi belajar, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan
pembelajaran. Namun dalam kenyataannya, prestasi belajar matematika yang
dicapai siswa masih rendah. Hal ini dilihat dari 16. 616 siswa yang tidak lulus
UN, 1.330 diantaranya tidak lulus mata pelajaran matematika, angka ini
merupakan angka ketidak lulusan paling banyak diantara mata pelajaran lain
(Anna, 2013).
Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam matematika
belum tercapai secara optimal. Rendahnya prestasi belajar matematika juga
disebabkan karena berpikir kritis dalam pembelajaran masih sangat rendah.
Rakhmasari (2010:4) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa siswa SMP
masih sulit untuk membuat kesimpulan, memahami permasalahan, dan
memberikan alasan atas jawaban yang dihasilkan
Dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika yang diterbitkan
oleh Depdiknas (2006), mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik dengan tujuan untuk membekali kemampuan berpikir logis, analisis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi dalam hidup bermasyarakat yang selalu
berkembang.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan John Dewey (Lambertus,2009:136)
yang mengatakan bahwa sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar
pada anak-anak. Ruggiero (Natali, 2011) mengartikan berpikir sebagai segala
aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah,
membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah
sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.
Menurut Fraenkel (Tarwin, 2005: 8) tahapan berpikir terdiri dari :
1. Tahapan berpikir konvergen, yaitu tahapan berpikir yang mengorganisasikan informasi atau pengetahuan yang diperoleh untuk mendapatkan jawaban yang benar.
2. Tahapan berpikir divergen, yaitu tahapan berpikir dimana kita mengajukan beberapa alternatif sebagai jawaban
3. Tahapan berpikir kritis.
4. Tahapan berpikir kreatif, yaitu tahapan berpikir yang tidak memerlukan penyesuaian dengan kenyataan.
Berdasarkan tahapan berpikir di atas, berpikir kritis berada pada tahap tiga.
Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk mencari jawaban berdasarkan
masalah yang ada dengan pertimbangan yang sehat.
Menurut Ennis (1985: 54) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan
dan reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar dengan menekankan pada
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau diyakini untuk
bermanfaat untuk menghadapi berbagai kemungkinan dan kemampuan berpikir
kritis ini memiliki karakteristik yang paling mungkin dapat dikembangkan melalui
pembelajaran matematika (Depdiknas,2003).
Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa di salah satu SMP di
Kabupaten Tasikmalaya, diketahui bahwa mata pelajaran matematika masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan tidak disenangi siswa.
Selain itu setelah melihat sendiri proses pembelajaran di sekolah tersebut
diketahui pula bahwa kondisi pembelajaran matematika di sekolah ini masih
bersifat konvensional yang masih belum berpusat pada siswa. Siswa selalu pasif,
sedangkan guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru sehingga tidak terjadi
hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas
pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Akibatnya siswa kurang
terlatih dalam mengkonstruksi atau menyusun suatu permasalahan yang disajikan
dan menemukan suatu konsep dalam memecahkan penyelesaian matematika.
Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan
kognitif (penalaran), afektif (respon), dan psikomotorik (keterampilan) seperti
yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung
menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami
dengan benar. Selain itu, kegiatan pembelajaran matematika seperti itu tidak
menonjolkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Hal ini tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang menuntut keaktifan siswa didalam dalam proses belajar mengajar.
Hal yang sama juga diungkapkan Suherman dkk (2001: 255) menyatakan bahwa
pembelajaran matematika seyogyanya mengoptimalkan keberadaan siswa sebagai
pembelajar. Karena filosofi antara pengajaran dan pembelajaran matematika
sesungguhnya berbeda, maka pengajaran matematika harus berubah
paradigmanya (1) dari teacher centered menjadi learner centered, (2) dari
teaching centered menjadi learning centered, (3) dari content based menjadi
competency based, dan (4) dari summative evaluation menjadi formative
evaluation. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya perbaikan dalam proses
Untuk menguatkan dugaan tersebut maka peneliti melakukan observasi
yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2012 terhadap murid kelas VII salah satu
SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Observasi ini dilakukan dengan
memberikan dua soal uraian dengan masing-masing soal memenuhi sebuah
indikator kemampuan berpikir kritis. Indikator berpikir kritis yang digunakan
adalah indikator berpikir kritis menurut Ennis (Engriani, 2011:24) untuk soal
nomor 1 dan 2 berturut-turut mengamati aspek : (1) Mengidentifikasi istilah dan
mempertimbangkan nilai keputusan (bentuk), (2) Menganalisis argumen
(mengidentifikasi alasan/sebab serta mengidentifikasi kesimpulan).
Berikut ini adalah dua buah sampel jawaban hasil observasi pra-penelitian
yang telah dilakukan:
1. Perhatikan gambar di samping!
Hitung luas daerah segitiga ABC!
2. Perhatikan gambar di samping!
Luas daerah manakah yang lebih besar?
Mengapa?
Gambar 1.1 Gambar 1.2
Jawaban Siswa 1 Jawaban Siswa 2
Berdasarkan kedua jawaban siswa di atas, terlihat bahwa siswa hanya
mengahafal rumus yang telah diberikan untuk mencari luas daerah segitiga tanpa
memahami konsepnya dengan benar. Selain itu, kemampuan memberikan
D
A B
C
8 cm 6cm
x x
alasannya juga masih kurang dan terkesan menebak-nebak. Dari jawaban tersebut
maka terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih rendah.
Hal tersebut dapat terlihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator berpikir
kritis pada masing-masing jawaban siswa.
Kondisi itu tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Agar tujuan
pembelajaran matematika dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan, salah
satu caranya adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas.
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan yang berperan secara langsung
dalam membelajarkan siswa, harus dapat mengatasi masalah seperti ini dan
mengupayakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disajikan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari suatu model pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Dari
hasil studi literatur, menurut penulis metode yang dapat diterapkan dalam
mengantisipasi masalah yang timbul selama proses pembelajaran matematika
adalah metode pembelajaran inkuiri. Alasan rasional penggunaan pembelajaran
dengan metode inkuiri adalah siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih
baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika
mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan penyelidikan. Melalui metode
pembelajaran inkuiri, siswa dapat berpikir kritis, logis, sistematis dan kreatif
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah atau problem
yang dipertanyakan.
Pembelajaran dengan metode inkuiri merupakan pembelajaran yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Pada metode ini siswa
akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan, baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah
dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Namun untuk belajar yang efektif hendaknya siswa bekerja bersama-sama
belajar teman satu kelompok sebagaimana diri mereka sendiri. Hal ini juga
sebagai upaya menanamkan student center dalam pembelajaran.
Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan, penulis terdorong untuk
membuat penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir kritis Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Metode Inkuiri”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana peningkatan berpikir kritis matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri?”
Selanjutnya, rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori?
2. Bagaimana kualitas peningkatan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode inkuiri?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, metode
inkuiri yang digunakan pada penelitian ini adalah metode inkuiri bebas yang
dimodifikasikan.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
1. Apakah peningkatan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori.
2. Kualitas peningkatan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan metode inkuiri.
3. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode inkuiri.
E. Manfaat Penelitian
Pengkajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi
nyata bagi beberapa kalangan berikut ini :
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana perluasan wawasan mengenai pembelajaran matematika.
2. Bagi siswa
Dengan menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
3. Bagi Guru
Pembelajaran dengan metode inkuiri memberikan pengetahuan bagi guru untuk
meningkatkan keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang
bervariasi serta bahan ajar yang sesuai dengan kompetensi siswa yang ingin
dikembangkan.
4. Sebagai rujukan bagi sesama peneliti.
F. Struktur Organisasi
Karya tulis ini terdiri dari lima BAB. BAB I (Pendahuluan) merupakan
pengantar skripsi ini. Pada BAB I dibahas tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi.
BAB II (Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian),
yaitu tentang metode pembelajaran inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil
penelitian yang relevan, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis penelitian.
BAB III (Metode Penelitian), pada bagian ini dibahas rinci mengenai metode
penelitian, termasuk beberapa komponennya yaitu metode penelitian, desain
penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi
operasional, perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, proses pengembangan
instrumen, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan), pada bagian ini dibahas tentang
hasil penelitian yang meliputi: 1) Analisis Data Kuantitatif, 2) Analisis Data
Kualitatif dan Pembahasan.
BAB V (Kesimpulan dan Saran), pada bagian ini dibahas tentang kesimpulan,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, karena dalam
penelitian ini tidak dilakukan pengacakan terhadap subjek (siswa) yang ada
melainkan pengacakan terhadap kelas dan ingin dilihat hubungan antara
variabel-variabel penelitian. Hal ini bisa dilihat dari pendapat Ruseffendi (2010:36) yang
menyatakan bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian yang bertujuan
untuk melihat hubungan sebab-akibat, dan dalam penelitian kuasi eksperimen
perlakuan itu sudah terjadi dan pengawan (kontrol) tidak bisa dilakukan.
B. Desain Penelitian
Pada penelitian ini digunakan desain nonequivalent control group desain
dengan menggunakan dua kelas yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada kelas eksperimen akan mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri, sedangkan pada kelas kontrol akan
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran ekspositori.
Dengan demikian desain penelitiannya sebagai berikut.(Ruseffendi, 2010:53).
O X O
O O
O : pretest atau postest yaitu tes kemampuan berpikir kritis matematis
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP kelas VII. Pemilihan jenjang
pendidikan tersebut dikarenakan siswa SMP kelas VII memiliki umur kisaran
11-13 tahun. Menurut Piaget (Ruseffendi, 2006:134) „perkembangan intelektual
manusia dengan umur 11-12 tahun keatas sudah dalam tahap operasi formal,
dimana salah satu cirinya adalah mulai belajar merumuskan hipotesis, dapat
merumuskan dalil/teori, dan dapat berpikir deduktif dan induktif,‟ sehingga
pembelajaran inkuiri cocok untuk dilakukan pada siswa dengan umur tersebut.
Selain itu, masih menurut Piaget (Nurzubaini, 2012) menyebutkan bahwa dalam
fase ini seseorang sudah dapat berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia, sehingga kemampuan berpikir
kritis matematis cocok untuk diteliti pada siswa umur tersebut.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 15
Bandung yang terdiri dari 8 kelas. Menurut Wakasek Humas di sekolah tersebut,
karakteristik siswa pada setiap kelas hampir sama, beragam dari siswa
berkemampuan rendah hingga tinggi. Oleh karena itu, dalam populasi itu diambil
dua kelas sebagai sampel sehingga diperoleh dua kelas sebagai subjek penelitian
yang selanjutnya satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII H dan satu
kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas VII E. Kelas eksperimen diberikan
pembelajaran menggunakan metode inkuiri, sedangkan kelas kontrol diberikan
pembelajaran ekspositori.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010:61). Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri sebagai variabel
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau mempresepsikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasioanal yang diperlukan untuk
mengukur konstruk atau variabel tersebut (Nazir, 1988:152). Dengan kata lain
definisi operasioanal adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih
oleh peneliti. Logikanya, meskipun judul skripsinya sama bisa jadi definisi
operasional antara peneliti yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Agar tidak terjadi salah penafsiran mengenai istilah-istilah dalam
penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis
Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan menelaah,
menganalisis, dan mengorganisasikan terhadap informasi yang diterimanya,
diperiksa dan dibandingkan terlebih dahulu kebenarannya dengan
pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki sebelumnya sehingga seseorang
tersebut mampu memberikan kumpulan terhadap informasi tersebut dengan
alasan yang tepat
Melihat definisi di atas, maka kemampuan berpikir kritis matematis
matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
mengerjakan soal matematika berupa pretest dan postest yang telah disusun
berdasarkan indikator berpikir kritis matematis menurut Ennis
2. Metode inkuiri bebas yang dimodifikasikan
Metode inkuiri bebas yang dimodifikasikan merupakan kegiatan
pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis,
logis, analitis dengan bimbingan yang terbatas dari guru untuk melatih
kemandirian siswa dalam belajar.
Melihat definisi di atas, maka metode inkuiri bebas yang
dimodifikasikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan
bantuan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) serta sikapnya terhadap pembelajaran
tersebut.
F. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang akan digunakan sebagai perangkat
pembelajaran dalam penelitian ini, yaitu:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat
untuk setiap KD, jadi bisa saja satu RPP memuat beberapa pertemuan sesuai
ketentuan dari silabus.
2. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah bagian dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menunjang kepada pencapaian
indikator melalui berbuat (Hands on Activity) dan berpikir (Minds on Activity)
sehingga siswa memperoleh kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penyusunan LKS dilakukan dengan mengikuti karakteristik model, metode,
dan pendekatan yang digunakan dan mencerminkan aspek-aspek kemampuan
berpikir kritis matematis. Pembuatan LKS ditekankan pada penemuan konsep
dan latihan tugas atau soal-soal.
G. Instrumen Penelitian
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri akan diamati melalui instrumen tes
dan non tes. Instrumen tes terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis matematis
berbentuk pretest dan postest, sedangkan instrumen non tes terdiri dari angket
sikap siswa terhadap pembelajaran, jurnal harian siswa, dan lembar observasi.
Berikut ini penjelasan mengenai instrumen penelitian yang digunakan dalam
1. Instrumen Tes (Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis)
Tes kemampuan siswa yang digunakan adalah pretest dan postest. Pretest
diberikan sebelum memulai pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk melihat
kemampuan berpikir kritis matematis awal siswa terhadap materi yang akan
dipelajari. Sedangkan, postest diberikan setelah pembelajaran selesai. Tes ini
bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah
diberikan perlakuan. Pretest dan postest yang digunakan dalam penelitian ini
berupa tes uraian. Karena dengan tes uraian, selain dapat mengukur seberapa
besar kemampuan siswa dalam menguasai materi tertentu, dapat juga mengukur
kemampuan bahasa dan notasi matematika dalam mengungkapkan ide-ide
matematikanya. Sehingga hubungan antara pengetahuan atau fakta-fakta yang
tersimpan dalam struktur kognitif siswa dengan pengertian materi yang sedang
dipikirkannya dapat terlihat ketika menjawab soal tes tersebut.
2. Instrumen Non Tes
a. Angket Sikap Siswa terhadap Pembelajaran
Thurstone (Yusuf dan Nurihsan, 2009:169) memandang sikap
adalah suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam
hubungannya dengan objek-objek psikologis. Selain itu Zan & Martino
(Syahrul,2011) menyatakan sikap terhadap matematika dilihat sebagai pola
hubungan dari kepercayaan dan emosi terhadap matematika. Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap matematika merupakan suatu
kecenderungan untuk bertindak positif atau negatif terhadap suatu aktivitas
matematika.
Dalam penelitian ini untuk melihat sikap siswa yang diberikan
dalam pembelajaran inkuiri digunakan angket sebagai instrumen dalam
mengumpulkan data. Angket merupakan sejumlah pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2010:194).
Angket digunakan untuk melihat sikap siswa terhadap metode
inkuiri. Pengisian angket dilakukan pada saat akhir penelitian yaitu setelah
siswa melakukan postest (dilakukan pada hari yang sama). Skala yang
digunakan ialah skala sikap model Likert, yang terdiri dari empat pilihan
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), serta sangat tidak
setuju (STS).
Angket yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti kategori
sikap “Interest and Attitude” menurut Bloom (Acenale, 2012), yaitu :
1. Attitude yaitu tingkat kecenderungan positif atau negatif yang
berhubungan dengan suatu objek psikologis.
2. Interest atau minat yaitu kecenderungan menghayati suatu
objek untuk mengenal objek tersebut.
3. Motivation (motivasi) yaitu kekuatan yang ada didalam diri
seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. 4. Anxiety yaitu kecemasan seseorang yang disebabkan oleh
rasa ketidakmampuannya dalam memecahkan suatu permaslahan.
5. Self-concept yaitu pandangan individu terhadap dirinya
sendiri yang sangat dipengaruhi oleh anggapan dan pendapat dari orang lain.
b. Jurnal Harian Siswa
Jurnal ini diberikan kepada siswa pada setiap akhir pembelajaran.
Jurnal ini berisi tentang pesan dan kesan siswa terhadap pembelajaran
yang telah berlangsung. Hasilnya dianalisis dan selanjutnya dijadikan
acuan untuk memperbaiki pembelajaran berikutnya
c. Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan selama
proses belajar mengajar, mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran
dan kegiatan guru membelajarkan siswanya dengan menggunakan metode
pembelajaran inkuiri. Lembar observasi ini memuat aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung, yaitu interaksi antara siswa dengan siswa,
siswa dengan bahan ajar, dan siswa dengan guru yang dituangkan dalam
pernyataan-pernyataan. Pengisian lembar observasi ini dilakukan selama
H. Proses Pengembangan Instrumen
Suherman (2003:102) mengemukakan bahwa alat evaluasi yang baik harus
kriteria-kriteria tertentu, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya baik perlu diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Alat evaluasi yang baik dapat ditinjau dari hal-hal berikut ini: validitas, reliabilitas, obyektivitas, praktikabilitas,indeks kesukaran, daya pembeda, efektivitas option, dan efisiensi.
Oleh karena itu, sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada dosen pembimbing untuk diberikan judgement mengenai
kelayakan instrumen yang akan digunakan, kemudian dilakukan ujicoba terlebih
dahulu untuk menguji kualitas instrumen tersebut. Karena instrumen dalam karya
tulis ini berbentuk soal uraian, maka yang dianalisis hanya validitas butir soal,
reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran.
a. Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut valid (sahih atau absah), jika alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003:102). Validitas
atau keabsahan alat evaluasi bergantung pada ketepatan alat evaluasi dalam
menjalankan fungsinya.
Untuk menghitung validitas butir tiap soal menggunakan rumus Korelasi
Product Moment Karl Pearson, yaitu:
dengan
n : banyak siswa
X : skor total pada butir soal
Y : skor total siswa
Interpretasi mengenai dibagi kedalam kategori-kategori menurut Guilford
Tabel 3.1
Klasifikasi Koefisien Validitas
Nilai Interpretasi
0,90 ≤ ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi
0,70 ≤ <0,90 Validitas tinggi
0,40 ≤ < 0,70 Validitas sedang
0,20 ≤ < 0,40 Validitas rendah
0,00 ≤ < 0,20 Validitas sangat rendah
< 0,00 Tidak valid
Validitas yang diperoleh dari hasil pengolahan uji instrumen disajikan pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Validitas Tiap Butir Soal
Perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2.
Validitas tiap butir soal yang diperoleh perlu dilakukan uji signifikansi. Uji
signifikansi digunakan untuk mengukur keberartian koefisien korelasi dengan
menggunakan statistik uji t yang berbentuk:
dengan,
t = Nilai hitung koefisien validitas n = Jumlah responden
= Nilai koefisien korelasi / nilai validitas tiap butir soal
(Riduwan, 2011: 98)
No. Soal Koefisien validitas Interpretasi
1 0,94 Validitas sangat tinggi
2 0,56 Validitas sedang
3 0,54 Validitas sedang
4 0,62 Validitas sedang
Hasil di atas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada taraf nyata
dan derajat kebebasan . Jika thitung > ttabel maka koefisien
validitas butir soal pada taraf signifikansi yang dipakai berarti.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Perumusan Hipotesis
H0 : Validitas butir soal No.1 tidak berarti
H1 : Validitas butir soal No.1 berarti
2. Besaran-besaran yang diperlukan
= , n = 32
Sehingga diperoleh :
t = =
3. Kriteria Pengujian
Dengan mengambil taraf nyata α = 5%, dari Tabel Disribusi Student t
diperoleh t0,975;30 = . Karena 5,31 > 2,04, maka H0 ditolak.
4. Kesimpulan
Dengan mengambil taraf nyata α = 5%, ternyata butir soal No. 1 berarti.
Untuk butir soal nomor lainnya dilakukan dengan cara seperti di atas dan
hasilnya bisa dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Hasil Uji Signifikansi Butir Soal
Nomor Soal Validitas Keberartian
thitung ttabel
1 15,09
2,04
Berarti
2 3,70 Berarti
3 3,52 Berarti
4 4,33 Berarti
5 7,85 Berarti
Pengujian keberartian dari validitas tersebut selengkapnya dapat dilihat dalam
b. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang
memberikan hasil yang tetap sama, jika pengukurannya diberikan pada subjek
yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda,
dan tempat yang berbeda pula dan hasil tersebut tidak terpengaruh oleh perilaku,
situasi, dan kondisi (Suherman, 2003:131). Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi
disebut alat ukur yang reliabel.
Tes ini merupakan tes tunggal, karena hanya terdiri atas satu set yang
dikenakan kepada sekelompok objek dalam satu kali pelaksanaan. Reliabilitas ini
ditentukan dari nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh dengan menggunakan
rumus Alpha sebagai berikut :
11
r : koefisien reliabilitas
n : banyak butir soal
2
i
s : varians skor tiap soal
varians skor total
Selanjutnya korefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan kedalam
klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003:139), yang
disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Nilai r11 Interpretasi
0,90 ≤ ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
0,70 ≤ <0,90 Derajat reliabilitas tinggi
0,40 ≤ < 0,70 Derajat reliabilitas sedang
0,20 ≤ < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh nilai koefisien reliabilitas instrumen
sebesar 0,74, nilai ini menunjukkan bahwa derajat reliabilitas instrumen berpikir
kritis matematis yang disusun termasuk tinggi. Hasil perhitungan koefisien
reliabilitas ini dapat dilihat dalam Lampiran C.3.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut
(atau testi yang menjawab salah) (Suherman, 2003:159). Dengan kata lain, daya
pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan
antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan
rendah.
Rumus untuk menentukan daya pembeda uraian adalah:
SMI X X
DP
atas
bawahKeterangan :
DP : Daya pembeda
Xatas : rata-rata skor tiap soal kelompok atas
Xbawah: rata-rata skor tiap soal kelompok bawahSMI : Skor Maksimal Ideal
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah menurut
Suherman (2003:161) yang disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Nilai DP Interpretasi
Daya pembeda yang diperoleh dari hasil perhitungan untuk instrumen yang
dibuat disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,93 Sangat Baik
2 0,36 Cukup
3 0,29 Cukup
4 0,68 Baik
5 0,66 Baik
Perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.4.
d. Indeks Kesukaran
Alat evaluasi yang baik akan menghasilkan skor yang berdistribusi normal.
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut
Indeks Kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran merupakan bilangan yang
mengidentifikasi suatu soal sehingga soal tersebut dapat dinyatakan sukar atau
mudah.
Klasifikasi indeks kesukaran tiap butir soal yang digunakan adalah
(Suherman, 2003:170) yang disajikan dalam Tabel 3.7
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran Baik
Sangat baik
Nilai IK Interpretasi
Rumus Indeks Kesukaran untuk soal uraian, yaitu :
Adapun hasil pengolahan uji instrumen disajikan dalam Tabel 3.8 sebagai
berikut :
Tabel 3.8
Tingkat Kesukaran Tiap Butir soal
No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,43 Sedang
2 0,23 Sukar
3 0,18 Sukar
4 0,34 Sedang
5 0,32 Sedang
Perhitungan indeks kesukaran selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran
C.5. Secara keseluruhan kualitas instrumen berpikir kritis matematis dapat dilihat
pada Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Kualitas Instrumen Berpikir Kritis Matematis
No. Soal Validitas Butir Soal Reliabilitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
I. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan persiapan adalah sebagai
berikut :
a. Mengidentifikasi permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian
melalui observasi lapangan.
b. Memilih masalah.
c. Membuat outline proposal penelitian.
d. Mengajukan judul ke Koordinator Skripsi.
e. Konsultasi dengan Dosen Pembimbing dalam penyusunan proposal
penelitian.
f. Seminar proposal penelitian.
g. Melakukan perbaikan proposal.
h. Membuat dan merevisi rencana pelaksanaan pembelajaran dan bahan ajar
penelitian.
i. Menyusun instrumen penelitian.
j. Pemilihan sampel penelitian.
k. Mengurus perizinan penelitian.
l. Melakukan uji coba instrumen dan penelitian.
m.Menganalisis hasil uji coba.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Mengadakan pretest dengan soal yang sama kepada kelas eksperimen dan
kelas kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri pada
kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model
ekspositori dengan jumlah jam pelajaran, pengajar dan pokok bahasan
c. Mengadakan postest dengan soal yang sama kepada kelas eksperimen dan
kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis
siswa setelah pembelajaran.
d. Pengisian angket sikap siswa terhadap pembelajaran matematika
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan hasil data kualitatif dan kuantitatif.
b. Membandingkan hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap pretest dan postest.
d. Melakukan analisis data kualitatif terhadap angket tanggapan siswa, jurnal
dan lembar observasi
e. Membuat kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
f. Melakukan perbaikan desain.
g. Membuat kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai
sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode inkuiri.
J. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap pada setiap kegiatan
penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data meliputi
instrumen tes berupa soal pretest dan postest, serta instrumen non tes berupa
angket sikap siswa, jurnal harian siswa, dan lembar observasi. Soal pretest dan
postest diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen, sedangkan angket
dan jurnal harian hanya diberikan kepada kelas eksperimen untuk mengetahui
sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Untuk
menunjang kebenaran dari jawaban siswa terhadap pengisian angket dan jurnal
harian siswa, maka dilengkapi dengan lembar observasi yang diisi setiap
K. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan postest, sedangkan data
kualitatif diperoleh dari hasil observasi, pengisian angket, dan jurnal. Penjelasan
dari teknik pengolahan data yang diperoleh sebagai berikut:
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Pada pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji
statistik terhadap data skor pretest, postest, serta gain ternormalisasi. Analisis
dilakukan menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service
Solution) 18.0 for windows. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Analisis Data Pretest
Data pretest yang dianalisis adalah data hasil pretest dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis matematis awal siswa pada kedua kelas apakah sama atau tidak. Analisis
data ini dilakukan dengan langkah-langkah:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai
minimum, mean, simpangan baku, dan variansi dari data yang telah
diperoleh
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Jika data pretest kedua
kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, maka selanjutnya
dilakukan uji homogenitas varians kelompok untuk kemudian dilakukan
uji kesamaan dua rata-rata. Sedangkan jika minimal salah satu kelas
berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, maka langsung
dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji nonparametrik
3. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen
atau tidak. Uji homogen dilakukan dengan menggunakan uji Lavene’s
Test.
4. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan rata-rata data pretest secara signifikan antara dua kelas
penelitian. Jika data pretest kedua kelas penelitian berdistribusi normal dan
variansnya homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan uji t
(Independent Sample T-Test) dengan asumsu varians homogen. Sedangkan
untuk data pretest kedua kelas penelitian berdistribusi normal tetapi tidak
memilik varians yang homogen, maka pengujiannya mengunakan uji t
(Independent Sample T-Test) dengan asumsi varians tidak homogen.
b. Analisis Data Postest
Data postest yang dianalisis adalah data hasil postest dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kedua kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol. Analisis data ini dilakukan dengan langkah-langkah:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai
minimum, mean, simpangan baku, dan variansi dari data yang telah
diperoleh
2. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data postest kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Jika data postest kedua
kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, maka selanjutnya
uji kesamaan dua rata-rata. Sedangkan jika minimal salah satu kelas
berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, maka langsung
dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji nonparametrik
Mann-Whitney.
3. Uji Homogenitas Varians
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data postest kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau
tidak. Uji homogen dilakukan dengan menggunakan uji Lavene’s Test.
4. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah
rata-rata data postest kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Jika data postest kedua kelas penelitian berdistribusi normal dan
variansnya homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan uji t
(Independent Sample T-Test) dengan asumsi kedua varians homogen.
Sedangkan untuk data postest kedua kelas penelitian berdistribusi normal
tetapi tidak memilik varians yang homogen, maka pengujiannya
mengunakan uji t (Independent Sample T-Test) dengan asumsi varians
tidak homogen.
c. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Jika data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda
secara signifikan, untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dapat digunakan data hasil postest, gain, atau gain ternormalisasi,
namun pada penelitian ini peneliti akan menggunakan data gain ternormalisasi
karena akan dilihat kualitas peningkatannya. Sedangkan jika data hasil pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan, maka data yang
digunakan adalah data gain ternormalisasi.
Indeks gain ini dihitung dengan rumus indeks gain dari Meltzer (2005)
Langkah-langkah analisis data untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa adalah sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Hal ini dilakukan untuk mengetahui mean, simpangan baku, dan
variansi dari data yang telah diperoleh
2. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data indeks gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Jika data indeks gain
kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, maka selanjutnya
dilakukan uji homogenitas varians kelompok untuk kemudian dilakukan
uji kesamaan dua rata-rata. Sedangkan jika minimal salah satu kelas
berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, maka langsung
dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji nonparametrik
Mann-Whitney.
3. Uji Homogenitas Varians
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data indeks gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau
tidak. Uji homogen dilakukan dengan menggunakan uji Lavene’s Test.
4. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah
rata-rata data indeks gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol. Jika data indeks gain kedua kelas penelitian berdistribusi normal
dan variansnya homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan uji t
(Independent Sample T-Test) dengan asumsi kedua varians homogen.
Sedangkan untuk data postest kedua kelas penelitian berdistribusi normal
tetapi tidak memilik varians yang homogen, maka pengujiannya
mengunakan uji t (Independent Sample T-Test) dengan asumsi varians
Adapun untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dilakukan interpretasi terhadap indeks gain. Kriteria yang dipakai
adalah kriteria menurut Hake (Suhendar, 2011:45) yang disajikan dalam Tabel
3.10.
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi
Gain Interpretasi
g 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
2. Pengolahan Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa.
a. Pengolahan Data Angket
Pada pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara
mengklasifikasikan data sesuai dengan alternatif jawaban yang diberikan.
Dalam mengolah data menggunakan skala Likert digunakan dengan
rumus sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan :
P : Persentase jawaban
f : Frekuensi jawaban
n : Banyaknya respon
Klasifikasi interpretasi perhitungan persentase tiap kategori menurut
Kuntjaraningrat (Yulianti, 2011:58) sebagai berikut.
Tabel 3.11
Klasifikasi Interpretasi Persentase Angket
Persentase Jawaban (%) Kriteria
0% Tidak ada
1 %- 25% Sebagian kecil
Persentase Jawaban (%) Kriteria
0% Tidak ada
1 %- 25% Sebagian kecil
50% Setengahnya
51% - 74% Sebagian besar
75% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
b. Pengolahan Data Jurnal Harian Siswa
Pengolahan data jurnal pembelajaran dilakukan dengan cara
mengelompokkan kesan siswa kedalam kelompok positif, negatif, tidak
berkomentar. Hasil dari pengolahan ini sebagai bahan evaluasi untuk
pertemuan berikutnya.
c. Pengolahan Data Observasi
Data yang diperoleh pada lembar observasi diolah berdasarkan jawaban
ya dan tidak. Pengolahan dilakukan dengan cara menghitung persentase
jawaban observer untuk kemudian menjadi evaluasi untuk pembelajaran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran ekspositori.
2. Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
eksperimen tergolong sedang, sedangkan pada kelas kontrol tergolong
rendah.
3. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode inkuiri tergolong positif.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka
beberapa saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk melakukan kajian yang lebih
mendalam dan memperbanyak sumber yang dijadikan acuan mengenai
metode inkuiri.
2. Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk mengkaji apakah pembelajaran
inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan matematik
lainnya.
3. Kesulitan yang dihadapi saat penelitian yaitu di pertemuan awal sangat
sulit mengondisikan siswa karena siswa belum terbiasa dengan metode
ini, oleh karena itu untuk memperbaiki penelitian ini disarankan siswa
dibiasakan dulu dengan pembelajaran seperti ini atau dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Acenale. (2012). Sikap Siswa dalam Belajar. [Online].
Tersedia:http//acenale.woerpress.com/2012/03/14/sikap-siswa-dalam-belajar.html. [25 April 2013].
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Anna, Lusia. (2013, 2 Juni). Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika. Kompas [Online]. Tersedia: http//www.kompas.com. [25 Juni 2013].
Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical
Assesment, Research & Evaluation. [online]. Tersedia: http://edresearch.org/pare/getvn.asp?v=4&n=3.html. [20 Oktober 2012].
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika SMP/MTS. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Engriani, Rayelli. (2011). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan
Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ennis, R.H. (1985). Goals for Critical Thinking Curriculum. Alexandria: Associaton for Supervisor and Curriculum Development (ASCD).
Esnir, Retno. (2013, 1 Juni). Mendikbud Umumkan Hasil Akhir Un SMP 2013. Antara News [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com. [25 Juni 2013].
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Herdian. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri. [online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri.html. [3 November 2012].
Krulik, S dan Rudnick, J.A. (1995). The New Sourcebook for Theaching
Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Massachusetts:
Lambertus. (2009). Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran Matematika di SD. (Jurnal Forum Kependidikan Nomor 2
Volume 28 Maret 2009). Kendari: FKIP Unhalu.
Meltzer, D. E. (2005). Normalized Learning gain: A Key Measure of Student
Learning. [online]. Tersedia: http : //www.google.com/search? q=cache:
pjfg_YGMpigJ: www.physics iastate. edu/per/docs/Adendum on normalized.[ 5 November 2012]
Natali. (2011). Proposal Penelitian Pendidikan Matematika.[Online]. Tersedia:
http://wewnatali.blogspot.com/2011/03/proposal-penelitian-pendidikan.html. [02 April 2012]
Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurzubaini. (2012). Teori Perkembangan Anak Menurut Para Ahli. [online]. Tersedia:http://nurzubaini.blogspot.com/2012/12/teori-perkembangan-anak-menurut-para-ahli.html. [30 Mei 2013].
Rakhmasari, R. (2010). Pengaruh Hands on Actifity and Minds on Actifity dalam
Pembelajaran Kontekstuaal Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian: untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Romlah, N. H. S. (2002). Peningkatan Berpikir Kritis dan Analisis dalam
Pembelajaran Bryophyta. Skripsi. FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Potensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Ruseffendi. E. T. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saud, Udin S. (2008). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Sofia, E.(2005). Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Tipe
Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendar, H. (2011). Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe Two-Stay
Two-stray dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 9 Bandung). Skripsi FPMIPA UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:FPMIPA UPI.
Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA FPMIPA UPI.
Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.
Sumantri, M. dan Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Maulana.
Syahrul. (2011). Sikap Matematika (Mathematical Attitudes). [Online].
Tersedia:http://sokrates-filsafatilmu-blogspot.com/2011/01/sikap-matematika.html. [25 April 2013].
Tarwin. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui
Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Yulianty, Isty. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Knisley-Mulyana dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.