PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR
SISWA SMP AR-RAHMAN PERCUT MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHTESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
TANTI JUMAISYAROH SIREGAR NIM. 8126171039
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Tanti Jumaisyaroh Siregar, (2014). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Swasta Ar-rahman Percut Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung; (2) interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa; (3) perbedaan peningkatan kemandirian belajar antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung; (4) interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Swasta Ar-rahman Percut dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII dengan mengambil dua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) sebanyak 60 orang siswa. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis matematis dan skala kemandirian belajar. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh yaitu: (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran langsung; (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa; (3) peningkatan kemandirian belajar siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran langsung (4) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar pembelajaran berbasis masalah dijadikan alternatif bagi guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa.
ii ABSTRACT
Tanti Jumaisyaroh Siregar, (2014). The Improvement of the Mathematical Critical Thinking Ability and Self-Regulated Students in SMP Swasta Ar-rahman Percut through Problem-Based Learning. Thesis. Medan: Posgraduate of Study Mathematics Education University of Negeri Medan, 2014.
The purposes of this research were to know: (1) The difference of improvement in mathematical critical thinking ability of students that given problem-based learning with students that given direct learning; (2) The interaction between the model of learning with students’ mathematical previous knowledge toward the improvement in mathematical critical thinking ability; (3) The difference of improvement in self-regulated learning of students that given problem-based learning with students that given direct learning; (4) The interaction between the model of learning with students’ mathematical previous knowledge toward the improvement in self-regulated learning. The population of this research is all students of SMP Swasta Ar-rahman Percut and the sample of this research is grade eight with taken sample two classes (experiment and control) with total 60 students. The instrument of this research were: test of mathematical critical thinking and scale of self-regulated learning. The analysis data was done by using two-way ANAVA test. Based of the results analysis, it showed that: (1) Improvement of the students’ ability in mathematical critical thinking that given problem -based learning was higher than the students’ ability that given direct learning; (2) There did not exist interaction between model of learning and students’ mathematical previous knowledge toward the improvement ability mathematical critical thinking; (3) Improvment of the students’ self-regulated learning that given problem-based learning was higher than the students’ ability that given direct learning; (4) There did not exist interaction between model of learning and students’ mathematical previous knowledge toward the improvement self -regulated learning. His then, suggested that problem-based learning be used as an alternative for mathematic teacher to improved students’ ability in mathematical critical thinking and self-regulated learning.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kemandirian Belajar Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah ”. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran
matematika dengan pembelajaran berbasis masalah. Sejak mulai persiapan sampai
selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan
bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung
maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah Swt
memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan
penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S. selaku Pembimbing I dan Bapak Prof.
Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
iv
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd dan
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Narasumber yang telah banyak
memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,
M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf
Program Studi Pendidikan Matematika.
4. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika, yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis.
6. Kepala Sekolah SMP Ar-Rahman Percut yaitu Bapak Zainuddin Hasibuan,
M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian lapangan.
7. Guru matematika SMP Ar-Rahman Percut yaitu Ibu Dahliah, S.Pdi dan
Bapak Mahadi, S.Pd yang banyak membantu penulis ketika melaksanakan
penelitian.
8. Ayahanda Ali Hopman Siregar, S.Pd, Ibunda Lengga Sana, dan adik-adiku
Febrinawati Siregar, S.Pd, Maraadilan Siregar, Nur Aisyah Siregar dan Sri
Ramadhani Siregar yang telah memberikan rasa kasih sayang, perhatian dan
dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahaan
v
9. Rekan-rekan satu angkatan dari Program Studi Pendidikan Matematika
khususnya kelas Reguler A-1 serta semua pihak yang telah banyak
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga
tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga
dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat
memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.
Medan, Juni 2014
Penulis
vi
2.1.3.1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ... 29
2.1.3.2. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah……….. 30
2.1.3.3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah………. 32
2.1.3.4. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32
2.1.3.5. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 34
2.1.3.6. Lingkungan Belajar dan Manajemen Pembelajaran Berbasis Masalah………... 36
2.1.3.7. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah……… 37
2.1.3.8. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah…. 38
2.1.3.9. Teori Belajar Pendukung Pembelajaran Berbasis Masalah…… 39
2.1.4. Pembelajaran Langsung ………. 42
2.1.4.7. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Langsung……… 47
2.1.4.8. Perbedaan Pembelajaran Langsung dan Pembelajaran Berbasis Langsung ………. 49
2.1.5. Kemampuan Awal Matematika……….. 52
2.1.6. Penelitian yang Relevan……….. 53
2.2. Kerangka Konseptual ... 56
vii
4.1.1. Deskripsi Hasil Kemampuan Awal Matematika ... 97
4.1.2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kontrol……….. 102
4.1.3. Deskripsi Hasil Kemandirian Belajar pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 110
4.2.2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 132
4.2.3. Kemandirian Belajar ... 135
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33
Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Langsung ………. 45
Tabel 2.3. Perbedaan Pedagogik antara Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Berbasis Masalah ………... 49
Tabel 3.1. Model Weiner Mengenai Keterkaitan Variabel Bebas dan Terikat ... 67
Tabel 3.2. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Siswa Berdasarkan KAM……… ... 69
Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis….. ... 70
Tabel 3.4. Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis………... 71
Tabel 3.10. Interpretasi Koefisien Korelasi ……….. ………… 80
Tabel 3.11. Interpretasi Koefisien Reabilitas………. 81
Tabel 3.12. Klasifikasi Daya Pembeda ……….. 82
Tabel 3.13. Tingkat Kesukaran Butir Soal ………. 83
Tabel 3.14. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ……….. 88
Tabel 3.15. Rumus Anava Dua Jalur ………. 90
Tabel 3.16. Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji, dan Uji Statistik yang Digunakan ……….. 94
Tabel 3.17. Jadwal Kegiatan ………. 95
Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Tiap Kelas Sampel ... 97
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 98
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematik Siswa .... 99
Tabel 4.4. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Hasil KAM Siswa ... 100
Tabel 4.5 Sebaran Sampel Penelitian ... 101
Tabel 4.6. Hasil Pre Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 102
Tabel 4.7 Hasil Post Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 104
Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Tes Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen ... 105
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Tes Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol ... 105
Tabel 4.10. Hasil N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Pada Kedua Kelas Sampel ... 106
ix
Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 109 Tabel 4.13. Hasil Awal Kemandirian Belajar Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ... 111 Tabel 4.14. Hasil Akhir Kemandirian Belajar Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ... 112 Tabel 4.15. Rekapitulasi Hasil Kemandirian Belajar Kelas Eksperimen ... 114 Tabel 4.16. Rekapitulasi Hasil Kemandirian Belajar Kelas Kontrol ... 114 Tabel 4.17. Hasil N-Gain Kemandirian Belajar Pada Kedua Kelas
Sampel ……… 115 Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemandirian Belajar
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Test of Normality)... 117 Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemandirian Belajar
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 118 Tabel 4.20 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 119 Tabel 4.21 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Kemandirian
Belajar Siswa ... 124 Tabel 4.22 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa ... 128 Tabel 4.23 Rata-rata dan Persentase Hasil Observasi Kemampuan
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Proses Penyelesaian Tes Berpikir Kritis Matematis ….…... 5
Gambar 3.2. Prosedur Penelitian ... 86
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Tes Kemampuan Awal
Matematika Siswa... 97
Gambar 4.2 Diagram Batang Pre Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ... 103
Gambar 4.3 Diagram Batang Post Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 104
Gambar 4.4. Diagram Batang Hasil Tes N-Gain Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa Pada Kedua Kelas Sampel ... 107
Gambar 4.5. Diagram Batang Hasil Awal Skala Kemandirian
Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 111
Gambar 4.6. Diagram Batang Diagram Batang Hasil Akhir
Skala Kemandirian Belajar Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ... 113
Gambar 4.7. Diagram Batang Hasil N-Gain Kemandirian Belajar
Pada Kedua Kelas Sampel… ... 115
Gambar 4.8. Interaksi antara Pembelajaran, KAM Terhadap
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa………. 122
Gambar 4.9. Interaksi antara Pembelajaran , KAM Terhadap
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Isi Halaman
A. Lampiran A:
Perangkat Pembelajaran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen….. 154
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol……….. 194
3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ……….. 214
3. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 253 1. Hasil Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran…..……… 282
2. Hasil Validasi Ahli Terhadap Instrumen Pembelajaran…………. 289
3. Deskripsi Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian……….. 294
4. Hasil Uji Coba Validitas, Reabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya Beda dan Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis……… 298
5. Hasil Uji Coba Validitas dan Reabilitas Skala Kemandirian Belajar 319
D. Lampiran D-1 1. Deskripsi Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol……… ……… 344
2. Uji Homogenitas, UjiNormalitas dan Uji Perbedaan………… 349
xii Lampiran D-2
1. Deskripsi Hasil Pre tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……… 353 2. Deskripsi Hasil Post tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……… 354 3. Gain Ternormalisasi Pre Tes dan Post Tes Berpikir Kritis
Matematis ……….. 355 4. Uji Normal, Uji Homogen Gain Ternormalisasi Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kontrol……… 356 5. Uji Hipotesis Pertama dan Kedua ………. 357
Lampiran D-3
1. Deskripsi Hasil Awal Kemandirian Belajar Siswa pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol……… ………... 362 2. Deskripsi Hasil Akhir Kemandirian Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……… ………… 363
3. Gain Ternormalisasi Hasil Awal dan Akhir Kemandirian Belajar … 364 4. Uji Normal, Uji Homogen Gain Ternormalisasi Kemandirian
Belajar pada Kelas Eksperimen dan Kontrol……… 365
5. Uji Hipotesis Ketiga dan Keempat ……… 366
D. Lampiran D-4
Hasil Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran ……….. 369
E. Lampiran E
Dokumentasi Penelitian ………. 371
F. Lampiran F Surat-surat Penting
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran matematika juga dalam
pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, bahkan pada jenjang perguruan
tinggi juga masih diberikan pelajaran matematika untuk mempersiapkan peserta
didik dalam menghadapi segala macam tantangan dan memecahkan
masalah-masalah yang akan timbul pada era globalisasi dan perkembangan ilmu serta
teknologi pada masa yang akan datang.
Selain hal tersebut, adapun tujuan diberikan mata pelajaran matematika di
sekolah adalah agar siswa mampu: 1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
2
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah matematika
(Depdiknas, 2006: 140).
Meninjau tujuan pembelajaran matematika di atas maka suatu proses
pembelajaran matematika haruslah dapat membantu dan memberikan kesempatan
yang luas kepada siswa dalam mengembangkan pemahaman konsep, penalaran,
berkomunikasi, memecahkan masalah serta sikap siswa dalam belajar matematika.
Sebagaimana yang tercantum dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah mata pelajaran matematika (Depdiknas, 2006 : 139) telah disebutkan
bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Harapannya dengan pembelajaran matematika siswa dapat memiliki
kemampuan berpikir tersebut terutama yang mengarah kepada kemampuan
berpikir kritis matematis.
Berpikir kritis matematis merupakan dasar proses berpikir untuk
menganalisis argumen dan memunculkan gagasan terhadap tiap makna untuk
mengembangkan pola pikir secara logis. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Noer
(2009:474) bahwa berpikir kritis matematis merupakan sebuah proses yang
mengarah pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan
tindakan yang akan dilakukan. Jadi, kemampuan berpikir kritis bukan hanya untuk
mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah untuk
3
Menurut Susanto (2013:121) berpikir kritis matematis adalah suatu
kegiatan berpikir tentang idea atau gagasan yang berhubungan dengan konsep
atau masalah yang diberikan. Sedangkan menurut Enis (dalam Ismaimuza,
2010:2) berpikir kritis matematis adalah suatu proses berpikir dengan tujuan
mengambil keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini berupa
kebenaran dapat dilakukan dengan benar. Dari beberapa pendapat ahli di atas
maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis adalah suatu
kecakapan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk
membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini
atau dilakukan.
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis matematis seperti yang diungkapkan oleh Yamin (2008:11) bahwa
indikator berpikir kritis yaitu menganalisis argumen dan memberikan interpretasi
berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias argumen
dan interpretasi logis. Selanjutnya, menurut Enis (dalam Susanto, 2013: 129)
bahwa indikator dari kemampuan berpikir kritis matematis adalah memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan,
memberikan penjelasan lanjut dan mengatur strategi dan taktik. Sementara itu
menurut Somakim (2011:47), yang termasuk indikator atau ciri dari berpikir kritis
matematis adalah kemampuan dalam melakukan identifikasi masalah, generalisasi
dan penarikan kesimpulan.Berdasarkan penjelasan di atas maka diambil beberapa
indikator yang dinilai dapat mewakili indikator kemampuan berpikir kritis
matematis yang mencakup: kemampuan mengidentifikasi, menggeneralisasi,
4
Berpikir kritis matematis merupakan dasar dari tiga pola berpikir tingkat
tinggi yang lainnya seperti berpikir kreatif, logis dan reflektif dimana berpikir
kritis matematis perlu dikuasai terlebih dahulu untuk bisa mencapai
kemampuan-kemampuan berpikir lainnya. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis
matematis sangat penting bagi siswa karena dengan keterampilan ini siswa
mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya.
Selain itu, menanamkan kebiasaan berpikir kritis matematis bagi pelajar
perlu dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai persoalan yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari (Somakim, 2011:43). Dengan memiliki kemampuan
berpikir kritis siswa matematis akan menjadi tangguh dalam menghadapi berbagai
persoalan yang datang padanya, mampu menyelesaikan permasalahan itu dengan
tepat dengan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di bangku
sekolah dalam berbagai situasi berbeda dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Namun kenyataannya, berdasarkan hasil penelitian Syahbana (2012)
menunjukkan bahwa masih rendahnya rata-rata kemampuan berpikir kritis
matematis siswa SMP. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa
SMP hanya 68 kalau dalam skala 0–100, nilai ini baru termasuk dalam kategori
cukup. Kenyataan tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa tingkat SMP masih belum memuaskan. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti dengan memberikan tes berpikir kritis matematis di SMP
Ar-Rahman Percut yang berjumlah 30 orang siswa, dimana diberikan soal berpikir
5
Dari penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti, dari 30 siswa hanya 2
orang yang dapat menjawab soal dengan benar dan lengkap, sedangkan yang
lainnya hanya menebak-nebak jawaban saja. Berikut ini adalah beberapa contoh
jawaban siswa dari persoalan di atas.
cara penyelesaian tidak benar
tidak memahami masalah
tidak dapat menentukan
keliling cincin
Gambar 1. Proses jawaban tes berpikir kritis matematis siswa
Ana akan membuat 2 model cincin yang dibuat dari kawat yang
panjangnya 1 m. Model cincin pertama jari-jarinya 35 mm dan model
cincin ke dua jari-jarinya 28 mm. Berapa banyak model cincin pertama dan
6
Berdasarkan kedua jawaban siswa di atas, terlihat bahwa siswa mengalami
kesulitan untuk memahami maksud soal tersebut, mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui dan unsur-unsur yang ditanya, merumuskan apa yang diketahui
dari soal tersebut, menentukan rumus yang digunakan, dan rencana penyelesaian
siswa tidak terarah dan strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak
benar. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kritis matematis siswa SMP Ar-Rahman Percut masih rendah.
Selain kemampuan berpikir kritis matematis, fokus penelitian lainnya
merupakan salah satu aspek afektif yaitu kemandirian belajar. Kemandirian
belajar adalah suatu keterampilan belajar yang dalam proses belajar individu
didorong, dikendalikan, dan dinilai oleh diri individu itu sendiri (Lilik dkk, 2013:
64). Sehingga dengan demikian, peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri
dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan perilakunya yang ada pada dirinya
sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan. Ada beberapa indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur kemandirian belajar yaitu: 1) inisiatif belajar, 2)
mendiagnosa kebutuhan belajar, 3) menetapkan target dan tujuan belajar, 4)
memonitor, mengatur dan mengontrol kemajuan belajar, 5) memandang kesulitan
sebagai tantangan, 6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, 7)
memilih dan menerapkan strategi belajar, 8) mengevaluasi proses dan hasil belajar
dan 9) memiliki self -concept atau konsep diri (Sumarmo, 2004:5).
Perlunya pengembangan kemandirian belajar pada individu yang belajar
matematika juga didukung oleh beberapa hasil studi temuan antara lain adalah
7
baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif;
menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu
secara efisien, dan memperoleh skor yang lebih tinggi dalam pelajaran sains
(Hargis dalam Sumarmo, 2004:5). Selain itu, menurut Fauzi (2011:111)
pentingnya kemandirian belajar dalam belajar matematika karena tuntutan
kurikulum agar siswa dapat menghadapi persoalan di dalam kelas maupun di luar
kelas yang semakin kompleks dan mengurangi ketergantungan siswa dengan
orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dengan demikian, siswa akan
menjadi pribadi yang memiliki kemandirian dalam belajar.
Namun, saat ini kenyataannya bahwa kemandirian belajar belum
tersosialisasi dan berkembang dikalangan peserta didik, mereka menganggap
bahwa guru satu-satunya sumber ilmu sehingga menyebabkan siswa sulit
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan siswa juga memiliki
ketergantungan dengan orang lain terutama kepada guru. Padahal ilmu
pengetahuan akan bisa didapatkan melalui sumber-sumber, tempat, sarana dan
lingkungan sekitarnya seperti melalui perpustakaan, laboratorium dan internet
(Yamin , 2008: 204-205).
Hal yang sama juga disampaikan Yunika dkk (2011:44) bahwa dalam
proses pembelajaran, siswa terbiasa mengandalkan penjelasan dari guru. Mereka
hanya mencatat apa yang telah dicatat guru di papan tulis atau yang disuruh oleh
guru. Tidak mau menjawab jika ada pertanyaan dan cenderung menunggu
jawaban dari guru kemudian mencatatnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang terjadi belum melibatkan kemandirian siswa dalam belajar
8
Keadaan tersebut juga dialami oleh siswa di SMP Ar-Rahman Percut
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Ar-Rahman Percut
dan wawancara dengan salah seorang guru bidang studi matematika bahwa
hampir kebanyakan siswa di sekolah cenderung belajar bergantung kepada guru.
Siswa cenderung pasif dan hanya menerima informasi dan perintah dari guru saja,
siswa jarang mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan serta
siswa sering mengalami keraguan dalam memecahkan permasalahan, karena
siswa tidak percaya akan kemampuan mereka sendiri sehingga menyebabkan
kemandirian belajar yang dimiliki oleh siswa masih rendah.
Kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa yang
masih rendah disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya pembelajaran yang
dilakukan oleh guru yang mana selama ini guru masih kurang tepat memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan materi dan
tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika, guru kebanyakan
menerapkan pembelajaran langsung. Hal ini berdasarkan hasil survey penelitian
Santoso (2013) di beberapa sekolah ditemukan bahwa masih banyak guru
matematika di segala tingkat sekolah, baik SD, SMP maupun SMA yang masih
menggunakan pembelajaran langsung atau pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered learning).
Menurut Kuhn (dalam Eggen dan Kauchak, 2012:363) bahwa
pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mana guru memberikan
penjelasan dan demonstrasi kemudian memberikan latihan dan umpan balik
kepada siswa melalui fase perkenalan dan review, presentasi, latihan terbimbing
9
keterampilan nyata yang mereka butuhkan untuk pembelajaran selanjutnya.
Pembelajaran langsung juga merupakan pembelajaran dimana guru bertindak
sebagai pemimpin sekaligus fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai
individu yang belajar sehingga proses pembelajaran cenderung didominasi oleh
guru atau terpusat oleh guru (Cahyo, 2013:239). Jadi, pada pembelajaran
langsung siswa diberikan informasi secara langsung oleh guru terkait dengan
materi yang dipelajarinya dan siswa tidak diberikan kebebasan untuk
mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya sehingga siswa kurang terlibat pada
proses pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis
matematis dan kemandirian belajar siswa masih rendah.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut maka guru perlu
memilih suatu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa. Salah satu model
pembelajaran yang dianggap tepat dan sesuai untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa adalah pembelajaran
berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
mengacu pada langkah-langkah pembelajaran berikut: (1) orientasi siswa pada
masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar (3) membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya
dan, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Arends,
2007:57). Pembelajaran berbasis masalah dipilih karena pembelajaran berbasis
masalah sangat jarang diterapkan di sekolah. Selain itu, pembelajaran berbasis
masalah dipilih karena pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk
10
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, keterampilan pemecahan masalah,
keterampulan intelektual, belajar peranan orang dewasa serta menjadi pembelajar
yang otonom mandiri (Trianto, 2011:96).
Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik pembelajaran yang
dipusatkan pada siswa melalui pemberian masalah di awal pembelajaran sebagai
titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru (Cahyo, 2013: 283). Jadi, siswa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang sudah
dimilikinya untuk dapat membentuk pengetahuan yang baru. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Soedjadi (2000 : 99) bahwa pembelajaran berbasis masalah
memulai pembelajaran dengan masalah yang kompleks misalnya tentang hal-hal
dalam kehidupan sehari-hari, kemudian diuraikan menuju kepada konsep-konsep
sederhana yang terkait.
Melalui pemberian masalah yang bersifat kompleks pada awal
pembelajaran maka akan mendorong siswa untuk dapat menyelesaikan
permasalahan yang diberikan melalui kegiatan menganalisis, mengkritik, dan
menarik kesimpulan dari permasalahan tersebut sehingga dapat melatih
kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Seperti yang diungkapkan oleh
Trianto (2011: 95) bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan
kepada siswa untuk tidak hanya berpikir sesuai yang bersifat konkrit, tetapi lebih
dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks sehingga dapat
melatih siswa berpikir kritis. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan nantinya
dengan diterapkannya pembelajaran berbasis masalah di kelas maka dapat
11
Selain dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, pembelajaran
berbasis masalah juga dipilih karena pembelajaran berbasis masalah memiliki sifat
berpusat pada siswa dan menekankan pada kemandirian belajar (Riyanto, 2010:
291). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Eggen dan Kauchak (2012 : 307)
bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, materi dan kemandirian belajar siswa.
Pada penerapan pembelajaran berbasis masalah selalu dimulai dengan
guru mengajukan masalah kepada siswa untuk mendorong siswa belajar kemudian
siswa akan merumuskan kebutuhan belajarnya baik secara individu maupun
secara berkelompok. Hal ini ditindaklanjuti dengan mengakses sumber belajar
dan disini terjadi proses asimilasi struktur kognitif sehingga melalui rangkaian
kegiatan tersebut diharapkan karakter kemandirian belajar anak akan tumbuh
(Napitupulu, 2008:39). Selain itu, pembelajaran berbasis masalah dapat membantu
siswa untuk menjadi pelajar yang indipenden dan mandiri karena guru senantiasa
memberi semangat dan reward kepada siswa untuk mencari solusi dari berbagai
permasalahan yang diberikan oleh guru sehingga kelak siswa akan menjadi
terbiasa belajar untuk melaksanakan tugas belajarnya secara mandiri (Arends
(2007: 45).
Adapun indikasi kemandirian belajar dalam pembelajaran berbasis
masalah dapat dilihat pada hal-hal berikut : (1) siswa dihadapkan pada masalah
yang memuat sejumlah konsep dan isu, (2) siswa diberi kewenangan dan
tanggung jawab yang cukup untuk menentukan pilihan tentang topik atau isu yang
12
investigasi yang dilakukan peserta didik disajikan kepada pihak lain, (5)
partisipasi di dalam evaluasi diri merupakan perilaku belajar mandiri yang
diharapkan dari peserta didik (Riyanto, 2010: 291). Berdasarkan indikasi tersebut
maka diharapkan nantinya pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa.
Hal yang perlu diperhatikan oleh guru selain kemampuan berpikir kritis
matematis dan kemandirian belajar siswa adalah kemampuan awal matematika
siswa. Kemampuan awal matematika siswa merupakan kecakapan yang dimiliki
oleh siswa sebelum proses pembelajaran matematika dilaksanakan (Ismaimuza,
2010:3). Kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa juga bervariasi antara siswa
yang satu dengan yang lainnya jika ditinjau dari tingkat penguasaan siswa maka
dapat dibedakan antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang dan
rendah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan awal untuk seorang siswa mungkin
saja baru mencapai tahap pengenalan sedangkan bagi siswa yang lain untuk tahap
yang sama, sudah mencapai siap ulang atau siap pakai sehingga kemampuan awal
siswa sangat penting diperhatikan oleh guru sebagai perancang pengajaran di
dalam kelas (Uno, 2008:61).
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Usdiyana dkk (2009:8) bahwa
kemampuan awal matematika siswa perlu diperhatikan guru sebelum melakukan
pembelajaran disebabkan adanya hirarki dalam belajar matematika artinya
pemahaman materi atau konsep baru yang mensyaratkan penguasaan materi atau
konsep sebelumnya. Namun, kenyataan selama ini guru jarang memperhatikan
kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Seperti yang diungkapkan oleh
13
satu faktor penyebabnya adalah guru dalam mengajar cenderung kurang
memperhatikan kemampuan awal siswa.
Jadi, seorang guru harus mengetahui kemampuan awal matematika siswa
untuk memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami
materi yang akan diajarkan. Dengan demikian, siswa dapat lebih meningkatkan
kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, dengan mengetahui kemampuan awal
siswa yang bervariasi guru dapat memilih model pembelajaran yang cocok untuk
digunakan di kelas sehingga pembelajaran yang berlangsung di kelas dapat
efektif. Berdasarkan hal tersebut, maka pada penelitian ini peneliti menduga akan
terdapat interaksi kemampuan awal matematika dan pembelajaran yang dilakukan
baik dengan pembelajaran langsung maupun pembelajaran berbasis masalah
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian
belajar siswa.
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran berbasis
masalah telah dilakukan oleh Ismaimuza (2010) dalam penelitiannya yang
dilakukan terhadap seluruh siswa SMP di Kota Palu, Sulawesi Tengah yang mana
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (2) Kemampuan
berpikir kritis matematis yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah
dengan konvensional berbeda menurut level sekolah; (3) Perbedaan kemampuan
berpikir kritis adalah untuk level sekolah tinggi dengan level sekolah sedang, dan
level sekolah tinggi dengan level sekolah rendah, sedangkan untuk level sekolah
14
dengan pembelajaran berbasis masalah lebih positif dibandingkan dengan sikap
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian menggunakan pembelajaran berbasis masalah juga dilakukan
oleh Sugandi (2013) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa : (1)
Kemandirian belajar siswa dalam matematika yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Berbasis Masalah dengan setting kooperatif tipe Jigsaw
lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan Berbasis Masalah maupun
konvensional. Demikian pula kemandirian belajar siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan Berbasis Masalah lebih baik daripada
kemandirian belajar siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran
Konvensional; (2) Kemandirian belajar siswa yang pembelajaran menggunakan
pendekatan Berbasis Masalah dengan setting kooperatif tipe Jigsaw, Berbasis
Masalah dan Konvensional berada dalam kualifikasi sedang; (3) Terdapat
interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan peringkat sekolah terhadap
kemandirian belajar siswa dalam matematika; (4) Tidak terdapat interaksi antara
pendekatan pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal matematika siswa
terhadap kemandirian belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu diadakan penelitian tentang
penerapan pembelajaran berbasis masalah yang diperkirakan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa
15
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan, sebagai berikut :
1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih rendah sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal kemampuan berpikir kritis
matematis.
2. Pemilihan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa masih kurang tepat.
3. Pembelajaran langsung yang diterapkan guru cenderung monoton dan
berpusat pada guru.
4. Pembelajaran berbasis masalah masih sangat jarang diterapkan oleh guru di
sekolah.
5. Kemandirian belajar yang dimiliki siswa masih rendah.
6. Guru dalam mengajar cenderung kurang memperhatikan kemampuan awal
matematika siswa.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih fokus. Fokus masalah
pada penelitian ini dibatasi pada kemampuan berpikir kritis matematis,
kemandirian belajar dan kemampuan awal matematika siswa. Alternatif
pembelajaran yang akan dijalankan adalah pembelajaran berbasis masalah dan
16
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
diberi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
diberi pembelajaran langsung?
2. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa?
3. Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang diberi pembelajaran
berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran
langsung?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa
yang diberi pembelajaran langsung.
2. Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
17
3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa yang
diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi
pembelajaran langsung.
4. Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga
bagi pihak-pihak terkait di antaranya:
1. Bagi Guru Matematika
Penerapan pembelajaran berbasis masalah di kelas dapat dijadikan sebagai
alternatif atau variasi pembelajaran matematika untuk dapat terus
dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya sehingga
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika
secara umum dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis
dan kemandirian belajar siswa .
2. Bagi Siswa
Penerapan pembelajaran berbasis masalah selama penelitian dapat
memberi pengalaman belajar yang baru bagi siswa dan juga dapat
mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya kemampuan berpikir kritis
18
3. Bagi Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa, interaksi antara
pembelajaran dengan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa.
1.7. Definisi Operasional
1. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kecakapan berpikir secara
efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat keputusan tentang
apa yang diyakini atau dilakukan dengan indikator : (1) mengidentifikasi;
(2) menggeneralisasi; (3) menganalisis; (4) memecahkan masalah.
2. Kemandirian belajar adalah keterampilan yang dimiliki oleh siswa untuk
mengatur kegiatan belajarnya sendiri dengan indikator sebagai berikut : 1)
inisiatif belajar, 2) mendiagnosa kebutuhan belajar, 3) menetapkan target
dan tujuan belajar, 4) memonitor, mengatur dan mengontrol kemajuan
belajar, 5) memandang kesulitan sebagai tantangan, 6) memanfaatkan dan
mencari sumber yang relevan, 7) memilih dan menerapkan strategi belajar,
8) mengevaluasi proses dan hasil belajar dan 9) memiliki self -concept
(konsep diri).
3. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar
memecahkan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran yang mengacu pada lima langkah pokok
19
belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4)
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan (5) mengevaluasi dan
menganalisis proses penyelesaian masalah.
4. Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang berpusat pada guru yang
dirancang untuk membantu siswa belajar pengetahuan dasar dengan cara
bertahap yang mengacu pada lima langkah pokok, yaitu: (1) menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik dan (5) memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan.
5. Kemampuan awal matematika adalah kecakapan matematika yang sudah
dimiliki siswa sebelum mempelajari materi selanjutnya yang diukur melalui
pemberian tes mengenai materi yang telah dipelajari oleh siswa. Hasil tes
145
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan
sebagai berikut:
1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang diberi
pembelajaran langsung.
2) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa.
3) Peningkatan kemandirian belajar siswa yang diberi pembelajaran berbasis
masalah lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran langsung.
4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa.
5.2Implikasi
Penelitian ini berfokus pada kemampuan berpikir kritis matematis dan
kemandirian belajar siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan
simpulan di atas diketahui bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
matematis dan kemandirian belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
146
interaksi antara pembelajaran dengan KAM siswa diperoleh bahwa KAM siswa
tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa.
Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian
belajar siswa disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan bukan
karena KAM siswa.
Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa pembelajaran berbasis
masalah layak dipergunakan oleh guru bidang studi matematika di SMP sebagai
alternatif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis serta
menumbuhkan kemandirian belajar siswa. Oleh karena itu, kepada guru
matematika di SMP diharapkan memiliki pengetahuan teoritis maupun
keterampilan saat menggunakan pembelajaran berbasis masalah dalam proses
pembelajaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari
pelaksanaan proses pembelajaran berbasis masalah antara lain yang pertama dari
aspek yang diukur, berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa nilai
rata-rata post tes kemampuan berpikir kritis matematis pada kelas ekperimen hanya 70
jika dalam rentang 0-100 nilai tersebut masih berada dalam kategori sedang. Hal
ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan untuk menyelesaikan masalah yang
memerlukan pemikiran kritis.
Hal kedua yang perlu diperhatikan guru yaitu pembelajaran berbasis
masalah dapat diterapkan pada kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah) untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar
147
pembelajaran berbasis masalah mendapatkan keuntungan lebih besar daripada
siswa dengan kategori KAM rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar kategori KAM
rendah perlu diupayakan pembelajaran lebih baik lagi.
5.3Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa saran
yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap
penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran matematika
untuk meningkatkan kemampuanberpikir kritis matematis dan kemandirian belajar
siswa. Saran-saran tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Guru Matematika
Pembelajaran berbasis masalah sebaiknya diterapkan oleh guru matematika
untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan
kemandirian belajar siswa. Bagi guru yang akan mencoba pembelajaran
berbasis masalah hendaknya memperhatikan hal-hal berikut yaitu : pada saat
siswa menyelesaikan masalah, guru jangan terlalu cepat memberikan bantuan
kepada siswa sampai siswa benar-benar membutuhkannya dan hendaknya
bantuan yang diberikan guru berupa bantuan tidak langsung dengan
pengajuan petunjuk-petunjuk yang menghubungkan pengetahuan awal
matematika siswa dengan masalah yang dihadapi sehingga siswa menemukan
148
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti lanjut yang hendak melakukan penelitian sejenis hendaknya mengkaji
aspek-aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi dan aspek afektif yang lain
serta melakukan penelitian pada tingkat sekolah dan materi yang belum
terjangkau oleh peneliti saat ini dan hendaknya peneliti lanjut dapat
merancang bahan ajar dan instrumen penelitian yang jauh lebih baik lagi.
3. Bagi Lembaga Terkait
Untuk lembaga terkait hendaknya mensosialisasikan dan memberikan
pembekalan wawasan kepada guru matematika tentang pembelajaran berbasis
masalah untuk diterapkan di kelas agar dapat meningkatkan kemampuan
matematika dan afektif siswa serta menyediakan fasilitas-fasilitas yang
149
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. 2007 a. Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/ Buku Satu. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_________. 2007 b. Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku Dua. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2009 a. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
__________. 2009 b. Manajemen Penelitian. PT. Jakarta : Rineka Cipta.
__________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Asmin dan Mansyur, A. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan : Larispa.
Bistari, B. 2010. Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untuk Meningkatkan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, (Online), Vol.1 No.1, (portalgaruda.org/download_article .php?article=33527&val=2343, diakses 7 Pebruari 2014)
Cahyo, A. N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Yogyakarta: Diva Press.
Fariha. 2013. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kecemasan Matematika dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving. Jurnal
Peluang, (Online), Vol. 1 No. 2,
(jurnal.unsyiah.ac.id/peluang/article/download/1057/993, diakses 26 Januari 2014)
Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika Tingkat Sekolah Dasar
dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Eggen, P dan Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Terjemahkan oleh Satrio Wahono. 2012. Jakarta: PT Indeks.
Fahrurazy. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
UPI, (Online), Edisi Khusus No.1,
150
Fauzi, A. 2011. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Di Sekolah Menengah Pertama. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional dan Konferensi Nasional ke-4, Jurusan Pendidikan Matematika UNY, Yogyakarta, 21-23 Juli.
Hake, R. 1998. Interactive-engagement versus traditional methods : A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics
courses. Am. Journal Phys, (Online),Vol. 66 No.1, (htpp://web.mit.edu/ rsi/www/2005/misc/minipaper/papers/Hake.pdf, diakses 3 September
2013).
Hargis, J. 2000. The Self-Regulated Learner Advantage: Learning Science on the Interet. Electronic Journnal of Sciene Education, (Online), Vol.4 No.4, (http://wolfweb.unr.edu/homepage/crowther/ejse/hargis.html, diakses 25 November 2013)
Hin, K. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Menggunakan Software Autograph untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan : Program Pasca Sarjana UNIMED.
Husnidar, Ikhsan, M., Rizal, S. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika, (Online), Vol. 1 No.1, (www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/download/1340/1221, diakses 2 Mei 2014)
Inabi, H. 2003. Aspects of Critical Thinking in Classroom Instruction of Secondary School Mathematics Teachers in Jordan. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Pendidikan Matematika Brno, Republik Ceko, September.
Ismaimuza, D. 2010. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Sikap Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika UNSRI, (Online), Vol. 4 No.1, (http://eprints.unsri.ac.id/830/1/0_Dasa_Ismaimuza_1-10.pdf
151
Mahasiswa FKIP UNS. Jurnal Conselium, Vol.1 No.1, (online), (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/counsilium/issue/view/84 diakses 6 September 2013).
Masruri. 2013. Implementasi Kemandirian Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan, (Online), Vol. 14 No.1, (http://digilib.stkippgri-blitar.ac.id/206/1/MASRURI_APR_2013.pdf, diakses 10 Pebruari 2014)
Moore, B.N dan Parker, R. 1986. Critical Thinking. California : Mayfield Publishing Company.
Napitupulu, E.E. 2008. Developing Reasoning Skills and Problem Solving Through Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma UNIMED.
Noer, S.H. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 5 Desember.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta. Grasindo:.
Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Saefudin, A.A. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jurnal Nasional Al Bidayah, (Online), Vol. 4 No.1, (journal.uin-suka.ac.id/albidayah/article/download/22/25, diakses 10 Oktober 2013).
Safari. 2005. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta: Depdiknas.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Media Group.
152
Saragih, S. 2008. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Matematika. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika di UNY, Jogyakarta, 28 Desember.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Somakim. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah dengan Penggunaan Pendidikan Matematika Realistik.
Jurnal Forum MIPA, (Online), Vol. 14, No. 1,
(http://eprints.unsri.ac.id/1526/1/08 -Somakim_Matematika-%2842-48%29.pdf diakses 12 Desember 2013).
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjono. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta PT: Raja Grafindo Persada.
Sugandi, A dan Sumarmo, U. 2010. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Setting Kooperatif Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 27 November.
Sugandi, A. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Setting Kooperatif Jigsaw Terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, (Online), Vol. 2 No.2,(e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article /view /31/30, diakses 21 Januari 2014).
Suhery, D. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Kemandirian Belajar Siswa SMA di Kabupaten Aceh Tenggara Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Medan: Tesis PPs UNIMED. Tidak diterbitkan.
Suhery, D., Saragih, S., Syahputera, E. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Mathematics Paedagogic Vol III No.2, Maret 2013.
153
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group.
Sutama. 2011. Pengelolaan Pembelajaran Matematika untuk Penanaman dan Pengembangan Karakter Anti Korupsi. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta, 24 Juli.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya : Masmedia Buana Pustaka.
Syahbana, A. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Jurnal
Edumatica,(Online),Vol. 2, No.1, (http://online-journal.unja.ac.id/
index.php/edumatica/article/view/60, diakses 23 Mei 2013).
Syakrina, N. 2012. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Masalah pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Trianto. 2007. Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
_____ . 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Uno, H.B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Usdiyana, D., Purniati, T., Yulianti, K., dan Harningsih, E. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pengajaran MIPA, (Online), Vol. 13, No.1, (http://tugasblogpertama.googlecode.com/files/Jurnal%20MIPAl%20_ Dian%20Baru_.pdf, diakses 14 November 2013).
Yamin, M. 2008. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.
______________. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.