PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SMP AR-RAHMAN MEDAN MELALUI
PEMBELAJARAN
OPEN-ENDED
BERBASIS
BRAIN-GYM
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
SITI SALAMAH GINTING NIM. 8126172035
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Siti Salamah Ginting. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VII SMP Ar-Rahman Melalui Pembelajaran Open-endedBerbasisBrain-gym. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran open-ended berbasis brain-gym lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, (2) apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis (3) bagaimanakah proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran open-ended berbasis brain-gym
dan pembelajaran ekspositori. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Ar-Rahman dan sampelnya dipilih secara acak yaitu kelas VII-A (kelas eksperimen) dan kelas VII-B (kelas kontrol). Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan berpikir kreatif matematis, (2) skala kemandirian belajar. Hasil uji coba untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematis didapat validitas berturut-turut sebesar 0,640; 0,698; 0,709; 0,721; dan 0,605 dengan reliabilitas untuk tes berpikir kreatif matematis sebesar 0,692. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji ANAKOVA dan uji ANAVA dua jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran open-ended berbasis brain-gym lebih tinggi dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dangender terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,499 yang lebih besar dari taraf signifikansi = 0,05 (3) proses penyelesaian jawaban siswa yang memperoleh pembelajaran open-ended berbasis brain-gym lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori. Dari penelitian ini, peneliti menyarankan untuk membuat perencanaan yang baik, memperhatikan karakteristik siswa, penggunaan waktu yang efisien, serta untuk peneliti selanjutnya lebih menggali lebih jauh untuk kemampuan yang lain.
ABSTRACT
Siti Salamah Ginting. The Improvement of Students’ Mathematical Creative Thinking Ability and Self Regulated Learning at 7th Grade of Ar-Rahman Junior High School Through Open-Ended Based on Brain-Gym Learning. Thesis. Medan: Master Program, State University of Medan. 2015.
The purposes of the research were to determine: (1) the difference of improvement of students’ mathematical creative thingking ability (2) the difference of improvement of students’ self regulated learning, taught by open-ended based brain-gym and expository learning, (3) the interaction between learning method and students’ gender toward mathematics in increasing student’s mathematical creative thingking ability, and (4) the process of students’ answer in each learning. This research was quasi experimental research. The population of the research was all of the students at 7thgrade of Ar-Rahman Junior High School. The sample taken randomly, such as 7th -A (experiment class) and 7th-B (control class). The instruments of research were: (1) mathematical creative thinking ability test, and (2) self regulated learning scale. The result of trials to test mathematical creative thinking test are derived validity row by 0,640; 0,698; 0,709; 0,721; and 0,605 with a reliability test by 0,692. Data analysis was done using ANACOVA and ANAVA two ways formula. The results showed that (1) the improvement of mathematical creative thinking ability and self regulated learning students who received open-ended based brain-gym higher than students who received expository learning. (2) therewas no interaction between learning method and students’ gender toward mathematics in improvement student’s mathematical creative thingking ability, this is shown with significance value of 0.499 was greater than the significance level∝= 0.05. (3) the process of answers of students who received open-ended learning-based brain-gym better than students who received expository. From this research, the researchers suggest to make good planning, attention to the characteristics of the students, efficient use of time, and for further research to be better explore further the others capabilities.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan
judul:“Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VII SMP Ar-Rahman Melalui Pembelajaran Open-ended Berbasis Brain-gym”. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat yang menjadi teladan sepanjang
zaman.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Penelitian ini
merupakan studi eksperimen yang melibatkan pembelajaran matematika dengan
pembelajaran open-ended berbasisbrain-gym. Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, do’a, nasihat, teladan,
dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak.Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik
langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini.Semoga Allah SWT
memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut.
Terima Kasih dan penghargaan khususnya penelitian sampaikan kepada
sebesar-besarnya kepada:
1. Teristimewa kepada Ibunda tercinta Losmen br Karo dan Ayahanda
tersayang Sampuren Ginting serta Suamiku Andri Syahputra, S.Pd yang
senantiasa memberikan perhatian kasih sayang, motivasi, do’a dan
dukungan baik moril maupun materil sejak sebelum kuliah, dalam
perkuliahan sampai pada penyelesaian kuliah kepada penulis.
2. Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS selaku pembimbing I dan Bapak Prof.
Dr. Mukhtar, M.Pd selaku pembimbing II yang telah menuangkan ilmunya
untuk membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan bapak Prof. Dr. Hasratuddin,
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, serta Bapak Dapot Tua Manullang,
M.Si selaku Staf Prodi Pendidikan Matematika
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd
dan bapak Dr. Edy Surya, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak
memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
7. Bapak Mhd. Yulfikar Akmal, S.Pd.I selaku Kepala SMP Ar-Rahman yang
telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian yang beliau pimpin, serta guru dan straf administrasi yang telah
banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
8. Seluruh kerabat dan sahabat perjuangan teman-teman angkatan XXI kelas
B-1 eksekutif yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis
ini dapat memberikan sumbangan, manfaat, kritikan dan masukan bagi para
pembaca, sehingga dapat memperbaiki dan memperkaya khasanah
penelitian-penelitian sebelumnya dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.
Medan, Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Identifikasi Masalah 16
1.3. Batasan Masalah 16
1.4. Rumusan Masalah 17
1.5. Tujuan Penelitian 17
1.6. Manfaat Penelitian 18
1.7. Definisi Operasional 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis 21
2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika 21 2.1.2 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 26 2.1.3 Kemandirian Belajar Siswa 37 2.1.4 PembelajaranOpen-Ended 41
2.1.5 Brain-gym 48
2.1.6 PembelajaranOpen-EndedBerbasisBrain-Gym 61 2.2 Teori Belajar Pendukung 63 2.3 Penelitian Yang Relevan 67
2.4 Kerangka Konseptual 68
2.5 Hipotesis 74
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 76 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 76
3.3 Variabel Penelitian 76
3.4 Desain Penelitian 77
3.5 Instrumen Penelitian 79
3.6 Prosedur Penelitian 90
3.7 Teknik Analisis Data 91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data Hasil Penelitian 106 4.1.1 Analisis Deskriptif Tes Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis 107
4.1.2 Analisis Deskriptif HasilSkala Kemandirian Belajar Siswa 113 4.1.3 Analisis StatistikInferensial Tes Hasil Kemampuan Berpikir
4.1.4 Analisis StatistikInferensial Hasil Skala Kemandirian
Belajar Siswa 133
4.1.5 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis 147 4.1.6 Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa 148 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 158 4.2.1 Tes Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 156 4.2.2 Data Hasil Kemandirian Belajar Siswa 161 4.2.3 Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dengan Gender
Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa 162
4.2.4 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 163 4.2.5 KeterbatasanPenelitian 164
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 167
5.2 Implikasi 168
5.3 Saran 168
DAFTAR PUSTAKA 171
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Unsur-Unsur Berpikir Kreatif 31 Tabel 2.2 Hubungan Pemecahan dan Pengajuan Masalah dengan Komponen
Kreativitas 36
Tabel 2.3 Sintaks PembelajaranOpen-Ended 48 Tabel 2.4 Perbedaan Pedagogik antara PembelajaranOpen-endeddengan
Pembelajaran Ekspositori 68 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 78 Tabel 3.2 Rancangan Eksperimental Interaksi Antara Pembelajaran Dengan
GenderTerhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa 78 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 80 Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 81 Tabel 3.5 Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 82 Tabel 3.6 Hasil Ujicoba Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis 84
Tabel 3.7 Daya Beda Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 85 Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 86 Tabel 3.9 Kisi-Kisi Skala Kemandirian Belajar Siswa 87 Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Validitas Skala Kemandirian Belajar Siswa 88 Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Reliabilitas Skala Kemandirian Belajar Siswa 89 Tabel 3.12 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi 92 Tabel 3.13 Rancangan Analisis Data untuk ANAKOVA 100 Tabel 3.14 Tabel Rangkuman ANAVA Dua Jalur 102 Tabel 3.15 Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis 103
Tabel 3.16 Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Pada Kategori Baik 104 Tabel 3.17 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat
Uji,dan Uji Statistik 104 Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 108 Tabel 4.2 Data Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 109 Tabel 4.3 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Tes kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa 111 Tabel 4.4 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Laki-Laki dan Perempuan Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 112 Tabel 4.5 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes
Kemandirian Belajar Pada Kelas Eksperimen 114 Tabel 4.6 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes
Kemandirian Belajar Pada Kelas Kontrol 115 Tabel 4.7 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Kemandirian
Belajar pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 116 Tabel 4.8 Pengujian Normalitas Data Pretes Hasil Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Pada Kelas Eksperimen 118 Tabel 4.9 Pengujian Normalitas Data Pretes Hasil Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Pada Kelas Kontrol 118 Tabel 4.10 Pengujian Normalitas Data N-Gain Hasil Kemampuan Berpikir
Tabel 4.11 Pengujian Normalitas Data N-Gain Hasil Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Pada Kelas Kontrol 120 Tabel 4.12 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Berpikir kreatif Matematik Kelas Eksperimen 123 Tabel 4.13 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Berpikir kreatif Matematik Kelas kontrol 125 Tabel 4.14 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik 126 Tabel 4.15 Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir kreatif Matematik
untuk Kesejajaran Model Regresi 127 Tabel 4.16 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis 129 Tabel 4.17 Interaksi Gender Siswa dengan Pembelajaran terhadap
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 132 Tabel 4.18 Pengujian Normalitas Pretes Data Hasil Kemandirian Belajar
Pada Kelas Eksperimen 134 Tabel 4.19 Pengujian Normalitas Pretes Data Hasil Kemandirian Belajar
Pada Kelas Kontrol 135
Tabel 4.20 Pengujian Normalitas Data N-Gain Kemandirian Belajar Pada
Kelas Eksperimen 136
Tabel 4.21 Pengujian Normalitas Data N-Gain Kemandirian Belajar Pada
Kelas Kontrol 136
Tabel 4.22Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Hasil Kemandirian Belajar Siswa Kelas Eksperimen 140 Tabel 4.23 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemandirian
belajar Kelas kontrol 141 Tabel 4.24 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Data
Hasil Kemandirian Belajar 143 Tabel 4.25 Analisis Kovarians Kemandirian Belajar Siswa untuk
Kesejajaran Model Regresi 144 Tabel 4.26 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Data Hasil
Kemandirian Belajar Siswa 146 Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Taraf Signifikansi 5% 147 Tabel 4.28 Rangkuman Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Pada Kategori
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Contoh Jawaban Siswa-1 4 Gambar 1.2 Contoh Jawaban Siswa-2 5 Gambar 2.1 Segitiga Berpikir 27
Gambar 2.2 Titik Positif 53
Gambar 2.3 Tobol Imbang 54
Gambar 2.4 Pasang Kuda-Kuda 55 Gambar 2.5 Pengisi Energi 55
Gambar 2.6 Gajah 56
Gambar 2.7 Pomba Betis 57
Gambar 2.8 Luncuran Gravitasi 57
Gambar 2.9 Burung Hantu 58
Gambar 2.10 Putaran leher 59 Gambar 2.11 Coretan Ganda 59 Gambar 2.12 Gerakan Silang 60 Gambar 2.13 Mengaktifkan Tangan 61 Gambar 2.14 Lambaian Kaki 61 Gambar 4.1 Rata-rata Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 109 Gambar 4.2 Rata-rata Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 110 Gambar 4.3 Rata-rata Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 112 Gambar 4.4 Rata-rata Indeks Gain Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Siswa Laki-Laki dan Perempuan Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 113 Gambar 4.5 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes
Kemandirian Belajar Pada Kelas Eksperimen 114 Gambar 4.6 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pretes dan Postes
Kemandirian Belajar Pada Kelas Kontrol 115 Gambar 4.7 Rata-rata Simpangan Baku dan Indeks Gain Hasil
Kemandirian Belajar Pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol 116
Gambar 4.8 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan Gender Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajarandan
Instrumen Penelitian 174 Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 191 Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol 222 Lampiran B.3 Lembar Aktivitas Siswa 227 Lampiran C.1 Kisi-Kisi Tes Berpikir Kreatif Matematis 269 Lampiran C.2 Tes Berpikir Kreatif Matematis 270 Lampiran C.3 Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif Matematis 272 Lampiran C.4 Kriteria Penskoran Tes Berpikir Kreatif Matematis 276 Lampiran C.5 Kisi-Kisi Skala Kemandirian Belajar Siswa 277 Lampiran C.6 Skala Kemandirian Belajar Siswa 278 Lampiran D.1 Data Perhitungan Validitas Tes Berpikir Kreatif
Matematis 282
Lampiran D.2 Data Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tes
Berpikir Kreatif Matematis 283 Lampiran D.3 Data Perhitungan Validitas Skala Kemandirian Belajar
Siswa 285
Lampiran D.4 Data Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kelas Eksperimen 286
Lampiran D.5 Data Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kelas Eksperimen 287
Lampiran D.6 Data Hasil N-Gain Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Kelas Eksperimen 288 Lampiran D.7 Data Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kelas Kontrol 289
Lampiran D.8 Data Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kelas Kontrol 290
Lampiran D.9 Data Hasil N-Gain Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Kelas Kontrol 291 Lampiran D.10 Data Hasil Pretes Skala Kemandirian Belajar Siswa Kelas
Eksperimen 292
Lampiran D.11 Data Hasil Postes Skala Kemandirian Belajar Siswa Kelas
Eksperimen 293
Lampiran D.12 Data Hasil N-Gain Skala Kemandirian Belajar Siswa
Kelas Eksperimen 294
Lampiran D.13 Data Hasil Pretes Skala Kemandirian Belajar Siswa Kelas
Kontrol 295
Lampiran D.14 Data Hasil Postes Skala Kemandirian Belajar Siswa Kelas
Kontrol 296
Lampiran D.15 Data Hasil N-Gain Skala Kemandirian Belajar Siswa
Kelas Kontrol 297
Lampiran D.16 Data Hasil N-Gain Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Laki-Laki kelas Eksperimen 298 Lampiran D.17 Data Hasil N-Gain Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Lampiran D.18 Data Hasil N-Gain Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Laki-Laki kelas Kontrol 300 Lampiran D.19 Data Hasil N-Gain Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Perempuan kelas Kontrol 301 Lampiran D.20 Prosedur Perhitungan Normalitas Data Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis 302 Lampiran D.21 Prosedur Perhitungan Homogenitas Data Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis 306 Lampiran D.22 Prosedur Perhitungan Independensi Data Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis 308 LampiranD.23 Perhitungan Uji Anava Dua Jalur Untuk Rerata Gain
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa 311 Lampiran D.24 Prosedur Perhitungan Normalitas Data Kemandirian
Belajar Siswa 313
Lampiran D.25 Prosedur Perhitungan Homogenitas Data Kemandirian
Belajar Siswa 317
Lampiran D.26 Prosedur Perhitungan Independensi Data Kemandirian
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah
membawa perubahan hampir di setiap aspek kehidupan. Berbagai aplikasi ilmu
pengetahuan dan teknologi mewarnai dan menjadi salah satu faktor penting
penunjang aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Keadaan ini
menunjukkan betapa pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu berkontribusi serta memiliki kesempatan yang lebih baik dalam
menghadapi persaingan yang semakin terus berkembang.
Pendidikan adalah salah satu sektor yang mendapatkan banyak pengaruh
dari laju perkembangan teknologi. Dari waktu ke waktu dapat kita rasakan begitu
banyak perubahan dalam pendidikan. Salah satu perubahan yang terlihat jelas
telah dilakukan di Indonesia yaitu telah berulang kali terjadi perubahan kurikulum
pendidikan dasar dan menengah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Kemendiknas (2013:7) dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013
disebutkan bahwa: “Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
2
Munandar (1999:17) juga menyebutkan dalam GBHN 1993 khususnya
mengenai tujuan pendidikan nasional yaitu:
“Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, terampil berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.”
Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah tentunya diarahkan
untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Tujuan tersebut
mengisyaratkan pentingnya kreativitas, aktivitas kreatif, dan pemikiran (berpikir)
kreatif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, pembelajaran
matematika memiliki sumbangan yang penting untuk pengembangan kemampuan
berpikir kreatif dalam diri setiap individu siswa agar menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.
Seperti yang diungkapkan oleh Mahmudi (2008:1) bahwa daya kompetitif
suatu bangsa sangat ditentukan pula oleh kreativitas sumber daya manusianya.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa kreativitas diperlukan pada setiap bidang
kehidupan. Ia diperlukan untuk mendesain sesuatu, meningkatkan kualitas hidup,
mengkreasi perubahan, dan menyelesaikan masalah. Dari penjelasan tersebut
terlihat bahwa kreativitas mempunyai peranan penting dalam kehidupan, sehingga
kreativitas perlu dikembangkan terutama pada generasi muda yang mengemban
cita-cita sebagai penerus bangsa.
Kreativitas dihasilkan dari proses berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah
suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau
3
sebelumnya yang belum pernah diwujudkan. Berpikir kreatif ini ditandai dengan
adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Munandar (1999:19) bahwa: “Hidup
kreatif berarti mengembangkan talenta yang dimiliki, belajar menggunakan
kemampuan diri sendiri secara optimal; menjajaki gagasan baru, tempat-tempat
baru, aktivitas-aktivitas baru; mengembangkan kepekaan terhadap masalah
lingkungan, masalah oranglain, masalah kemanusiaan.”
Upaya mendorong kemampuan berpikir kreatif sebagai bekal hidup
menghadapi tuntutan, perubahan dan perkembangan zaman lazimnya melalui
pendidikan yang berkualitas. Semua bidang pendidikan tanpa terkecuali
pendidikan matematika harus memulai dan mengarahkan pada tujuan itu.
Pendidikan tersebut mengantarkan dan mengarahkan anak didik menjadi
pembelajar yang berkualitas dan kreatif. Keluaran akhir dari harapan ini akan
terwujud bila proses di kelas melalui pembelajaran memberi kesempatan bagi
siswa atau peserta didik mengembangkan potensi-potensinya untuk berpikir
kreatif. Lambertus (2013:73) menyatakan bahwa:
“Pengembangan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus utama dalam dunia pendidikan matematika saat ini. Hal ini disebabkan karena berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang saat ini dikehendaki dalam dunia kerja. Oleh karena itu, pembelajaran matematika perlu dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi sarana yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.”
Selain itu kemampuan berpikir kreatif diperlukan dalam menghadapi
masalah sehari-hari. Perkembangan informasi dan teknologi tidak lepas dari
4
pelajaran termasuk matematika, perlu mengembangkan model maupun strategi
pembelajaran yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
sekolah yang akan dilaksanakan penelitian yaitu SMP Ar-Rahman kelas VIII,
didapat bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Hal ini terlihat
dari proses jawaban siswa yang kaku dan tidak variatif. Siswa cenderung hanya
memiliki satu macam cara dan jawaban, padahal soal yang diberikan adalah soal
terbuka, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab lebih dari satu
cara atau jawaban.
Misalnya pada soal “Buatlah himpunan bilangan yang mungkin dari
bilangan yang kurang dari 8!”. Sebagian besar siswa hanya menjawab satu
jawaban yaitu himpunan semua bilangan asli yang kurang dari 8, yang
beranggotakan 1,2,3,4,5,6,7. Seperti pada gambar 1.1 berikut ini:
Gambar 1.1Contoh Jawaban Siswa-1
Padahal kemungkinan jawaban bisa beragam diantaranya: Himpunan semua
bilangan prima yang kurang dari 8, anggotanya 2,3,5,7; Himpunan semua
bilangan bulat positif yang kurang dari 8, anggotanya 1,2,3,4,5,6,7; Himpunan
semua bilangan ganjil positif yang kurang dari 8, anggotanya 1,3,5,7; dan
himpunan lainnya.
5
Dari gambar diagram Venn di samping, apa yang dapat
kamu simpulkan?
Kebanyakan siswa hanya menjawab dengan menuliskan masing-masing
himpunan dengan anggota-anggotanya. Seperti terlihat pada gambar 1.2 berikut
ini:
Gambar 1.2Contoh Jawaban Siswa-2
Padahal banyak jawaban yang bisa didapat dari gambar tersebut, diantaranya: S
merupakan himpunan bilangan asli sampai 12, A merupakan himpunan bilangan
ganjil empat pertama, B merupakan himpunan bilangan asli sepuluh pertama, A =
{1,3,5,7}, B = {1,2,3,…,10} , S = {1,2,3,…,12}, A ⊂ B, Ac =
{2,4,6,8,9,10,11,12}, Bc= {11,12}, dan sebagainya.
Untuk menjawab kedua soal di atas dibutuhkan kemampuan berpikir
kreatif yaitu aspek berpikir lancar dan original, yaitu kemampuan menjawab
dengan berbagai jawaban dan memiliki jawaban yang baru. Dari proses jawaban
6
kreatif tersebut, jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa
di SMP Ar-Rahman masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Berpikir kreatif jarang ditekankan pada pembelajaran matematika karena
model pembelajaran yang diterapkan cenderung berorentasi pada pengembangan
pemikiran linier dengan masalah-masalah yang rutin. Model pembelajaran
matematika yang khusus berorientasi pada upaya pengembangan berpikir kreatif
matematis jarang ditemukan. Guru di sekolah lebih mengajarkan matematika
secara hafalan dengan menggunakan masalah rutin.
Seperti yang diungkapkan oleh Setiamihardja, dkk (2007:1) bahwa:
“Pembelajaran matematika yang dilakukan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan, karena pembelajaran masih didominasi oleh pengajar dan hanya merupakan penyampaian informasi saja, tidak banyak melibatkan aktivitas siswa dengan demikian pembelajaran yang diperoleh siswa kurang bermakna dan siswa kurang mampu untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.”
Kenyataan di lapangan, perangkat pembelajaran yang menekankan
berpikir kreatif dalam matematika tidak tersedia. Buku siswa atau LKS yang ada
(digunakan di sekolah) cenderung menekankan pada penguasaan konsep dengan
tidak memberikan kebebasan siswa berpikir secara mandiri dan kreatif. Adanya
sumber belajar yang demikian tidak mendorong pengembangan kemampuan
berpikir kreatif siswa di kelas.
Berikut ini adalah salah satu contoh soal yang diambil dari buku pegangan
siswa yang biasa diberikan oleh guru setelah selesai melaksanakan pembelajaran
7
Soal tersebut adalah soal rutin dan kurang menantang. Soal yang tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan cara ataupun
penyelesaian yang baru atau berbeda dari cara yang diberikan oleh guru, sehingga
menghambat berkembangnya kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.
Motivasi dan kemampuan guru dalam mengajar untuk mendorong
kreativitas atau kemampuan berpikir kreatif siswa masih belum memadai. Hal
tersebut berdasar anggapan bahwa mengajarkan berfikir kreatif menuntut siswa
menyelesaikan masalah yang kompleks, padahal untuk masalah yang umum saja
tidak semua siswa dapat menyelesaikan. Anggapan lain bahwa soal yang divergen
untuk mendorong munculnya kemampuan berpikir kreatif terlalu sulit bagi siswa.
Seperti yang diungkapkan oleh Siswono (2005a:1) bahwa
8
dimodovikasi atau dikreasi menjadi soal (masalah) yang divergen dan mengantar berfikir kreatif siswa.”
Oleh karena itu keberadaan model atau perangkat pembelajaran
matematika dapat memotivasi dan mengarahkan pembelajaran matematika yang
berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif. Cara yang dapat
digunakan guru antara lain adalah dengan memberikan soal yang beragam, soal
yang tidak rutin, dan soal aplikasi konsep atau rumus matematika dalam bidang
studi lain. Hal ini akan membantu siswa memahami interrelasi konsep-konsep.
Seperti yang diungkapkan oleh Mahmudi (2010:8) bahwa: “Salah satu cara
mengukur kemampuan berpikir kreatif adalah dengan menggunakan soal terbuka,
yaitu soal yang memiliki beragam solusi atau strategi penyelesaian.”
Pembelajaran yang selalu memberikan soal atau tantangan yang beragam
dan tidak rutin adalah pembelajaran open-ended. Pembelajaran open-ended
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki dengan cara
memberikan berbagai masalah non rutin yang beragam, yang memiliki cara
penyelesaian maupun hasil yang beragam (terbuka), sehingga siswa dapat
mengungkapkan cara mereka masing-masing dalam penyelesaian masalah tanpa
dibatasi.
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran
yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan
solusinya juga bisa beragam. Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan
orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing,
9
mengembangkan metode, cara, atau pembelajaran yang bervariasi dalam
memperoleh jawaban. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses
mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Pembelajaran open-ended memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan
masalah dengan beberapa strategi. Menurut Silver (1997:77), dengan
menggunakan soal terbuka dapat memberi siswa banyak pengalamaan dalam
menafsirkan masalah, dan mungkin membangkitkan gagasan yang berbeda bila
dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda pula.
Melalui presentasi dan diskusi tentang beberapa penyelesaian alternatif,
pembelajaran ini membuat siswa menyadari adanya metode-metode penyelesaian
yang beragam, yang pada akhirnya kapasitas matematika siswa untuk
menyelesaikan masalah matematis yang fleksibel dapat meningkat. Seperti yang
diungkapkan oleh Kang Sup (2003:164) yaitu: “Creative thinking ability and
expressive ability in the field of mathematics can be measured by ‘open-ended’ or
‘open-response’ problems and questions that require more than one answer.”
Dengan demikian, pembelajaran open-ended menjanjikan suatu
kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang
diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya
tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang
10
siswa terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Seperti yang
dikemukakan oleh Silver (1997:77):
“The development of students’ creative fluency is also likely to be encouraged through the classroom use of ill-structured, open-ended problems that are stated in a manner that permits the generation of multiple specific goals and possibly multiple correct solutions, depending upon one’s interpretation.”
Pembelajaran open-ended memberikan kesempatan kepada siswa
seluas-luasnya untuk mencari cara dan solusi yang berbeda-beda dari masalah yang
diberikan baik secara individu maupun berkelompok maka akan menumbuhkan
kemandirian belajar siswa. Siswa akan merasa mampu untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan tanpa bergantung kepada orang lain. Selain itu guru
mengemas pembelajaran sekaligus memanfaatkan kesempatan untuk
mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut yang sedikit banyak telah
dikenal oleh siswa sendiri. Dengan cara demikian siswa akan benar-benar merasa
berkepentingan dan termotivasi tinggi untuk menyelesaikan permasalahan sendiri.
Jadi, dengan menerapkan pembelajaran open-ended kemandirian belajar siswa
juga dapat meningkat dengan sendirinya.
Dalam kegiatan pembelajaran, kemandirian sangat penting karena
kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap individu.
Dengan kemandirian, siswa cenderung belajar lebih baik, mampu memantau,
mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara
efisien, akan mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berfikir
11
Siswa yang mempunyai kemandirian belajar memiliki inisaitif dalam
belajar, mampu mendiagnosa kebutuhan dalam belajar, dapat menetapkan target
atau tujuan belajar, mampu memonitor dan mengontrol belajar, mampu memilih
dan menerapkan strategi belajar, mampu mengevaluasi proses dan hasil belajar,
memandang kesulitan sebagai tantangan, mampu memanfaatkan dan mencari
sumber belajar yang relevan, serta yakin dengan dirinya sendiri.
Pembelajaran dimana siswa hanya duduk tenang dan mendengarkan
informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk
mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan memang agak sulit.
Berdasarkan observasi awal di kelas VII SMP Ar-Rahman sebelum
penelitian, pembelajaran matematika di kelas juga cenderung berupa pembelajaran
yang teacher-centered. Pembelajaran yang bersifat searah ini membuat siswa selalu bergantung pada pekerjaan guru. Sehingga selama proses belajar mengajar
siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran matematika. Siswa mendengarkan,
mencatat materi yang terkait, dan dituntut untuk menghafalkannya lalu siswa
disuruh untuk mengerjakan latihan-latihan soal dengan rumus yang diberikan guru
tanpa tahu akan tujuan dan manfaat yang akan mereka peroleh.
Dari hasil observasi tersebut juga didapat bahwa, pada saat pembelajaran
berlangsung sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga
tidak membaca buku-buku pelajaran dan tidak mengerjakan LKS kalau tidak
diminta atau diperintahkan oleh guru. Ketika guru memberikan pekerjaan rumah,
12
rumah di sekolah dan mengandalkan jawaban teman. Siswa tidak berani
mengemukakan pendapatnya dan malas bertanya. Saat guru memberikan
penugasan pada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya, siswa tampak sekali
tidak mempelajari materi yang ditugaskan. Ini menunjukkan siswa belum dapat
merancang belajar mereka sendiri. Hasilnya siswa menjadi cepat bosan, kurang
berkonsentrasi, dan kurang aktif dalam pembelajaran. Kondisi yang demikian
menunjukkan kurangnya kemandirian siswa dalam pembelajaran matematika.
Jadi, kemandirian belajar siswa dapat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi dan
motivasi siswa dalam pembelajaran matematika.
Untuk merangsang serta mengoptimalkan konsentrasi dan motivasi
tersebut, kita harus mengkondisikan otak anak untuk siap menerima materi
dengan situasi dan cara pembelajaran yang menyenangkan. Yakni prinsip belajar
dengan menggunakan peran otak kanan, seperti belajar sambil bermain dan
bermain sambil belajar.
Diharapkan dengan menerapkan pembelajaran ini, keseimbangan antara
otak kanan dan otak kiri dapat dicapai, karena selain menggunakan pikiran,
pembelajaran ini juga disertai gerakan-gerakan bio -fisik yang dapat mengantarkan
kegairahan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Pembelajaran ini
dikenal dengan senam otak (brain-gym).
Brain-gym dikenal sebagai pembelajaran unik dalam bidang pendidikan
yang pertama kali diciptakan oleh Dennison.Brain-gymadalah serangkaian gerak
13
Kinesiologi (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan
menggunakan keseluruhan otak.
Brain-gym bermanfaat pula untuk melatih fungsi keseimbangan dengan merangsang beberapa bagian otak yang mengaturnya. Mengingat otak sebagai
pusat kegiatan tubuh yang akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh
melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut syaraf secara sadar
maupun tidak sadar, maka dalam hal ini belahan otak kiri akan aktif jika sisi
kanan tubuh digerakkan dan belahan otak kanan akan aktif apabila sisi kiri tubuh
digerakkan. Sifat ini memungkinkan munculnya dominasi salah satu sisi. Upaya
untuk mengintegrasikan kedua sisi tubuh (bilateral integration) perlu selalu
diupayakan agar kedua belahan otak bisa bekerjasama dengan baik.
Dalam upaya ini, program brain-gym mengenalkan keterampilan yang
berupa gerakan-gerakan yang dapat menstimulasi koordinasi kedua belahan otak
dan mengintegrasikan dua sisi tubuh bekerjasama dengan baik. Metode atau
teknik pelatihanbrain-gym tidak hanya bertujuan untuk menolong para siswa agar
memanfaatkan seluruh potensi belajar alamiah, melalui gerakan tubuh dan
sentuhan, tapi juga bisa dikatakan sebagai usaha alternatif yang alami dan sehat
untuk menghadapi ketegangan dan tantangan pada diri sendiri dan orang lain.
Siswono (2005b:2) menyatakan bahwa:
14
Brain-gymsangat cocok untuk upaya peningkatan kreativitas siswa. Dalam
penelitian gerakan-gerakan yang dipakai oleh peneliti, yaitu gerakan-gerakan yang
berfungsi untuk mengaktifkan otak dalam meningkatkan proses belajar berhitung.
Pembelajaran open-ended berbasis brain-gym merupakan pembelajaran
dengan open-ended dengan didukung dengan gerakan-gerakan brain-gym pada
proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih bersemangat dan
menarik. Dengan pembelajaran seperti ini kemampuan berpikir kreatif matematis
dan kemandirian belajar siswa akan dapat ditingkatkan.
Kemampuan berpikir kreatif setiap siswa tidak sama antara siswa laki-laki
dan siswa perempuan. Dalam belajar matematika tentunya pemahaman siswa akan
berbeda pula. Pertanyaan terbuka memungkinkan keterlibatan siswa lebih banyak
karena siswa diminta memberi kontribusi yang lebih dari gagasan pribadinya. Ini
berarti hasil dari kerja kelas akan lebih kaya lagi, dan akan muncul berbagai ide
yang diekspresikan siswa, yang dapat dibandingkan dan didiskusikan. Dengan
cara ini memungkinkan guru memperoleh ide yang baik tentang apa yang mampu
dihasilkan siswa. Berdasarkan hal tersebut dimungkinkan terdapat interaksi
antara pendekatan pembelajaran berdasarkan gender siswa terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMP Ar-Rahman, tempat rencana
melakukan penelitian, didapat bahwa guru matematika di sekolah tersebut
melakukan pembelajaran matematika dengan pembelajaran ekspositori.
Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada
15
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal
(Sanjaya, 2012:179). Roy Killen dalam Sanjaya (2012:179) menyebutkan bahwa
pembelajaran ekspositori ini sering disebut juga dengan pembelajaran langsung
(direct instruction) karena dalam pembelajaran, materi disampaikan langsung oleh
guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi. Materi pelajaran seakan-akan
sudah jadi.
Dalam Sanjaya (2012:185) disebutkan ada lima langkah dalam
pembelajaran ekspositori, yaitu persiapan, penyajian, menghubungkan,
menyimpulkan, dan penerapan. Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya,
Sibarani, C (2014), meneliti tentang peningkatan kreativitas siswa dengan
pembelajaran berbasis masalah menggunakan soal open-ended dibandingkan
dengan pembelajaran biasa. Hasil yang diperoleh adalah terdapat peningkatan
pada kedua kelas, akan tetapi peningkatan pada pembelajaran biasa lebih rendah
dibandingkan peningkatan pada kelas dengan pembelajaran berbasis masalah.
Begitu pula pada penelitian Arianto (2013) tentang peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa dengan pendekatan open-ended, yang
memperoleh bahwa terdapat peningkatan pada kelas yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional, akan tetapi lebih rendah dibandingkan dengan
peningkatan pada kelas dengan pendekatanopen-ended.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya dan
sebagai salah satu alternatif pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar siswa dengan
16
dilakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis dan kemandirian belajar siswa SMP Ar-Rahman Medan melalui
pembelajaranopen-endedberbasisbrain-gym”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :.
1. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika.
2. Pembelajaran masih berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih banyak
didominasi guru.
3. Guru hanya menyajikan soal-soal rutin dan tanpa tantangan.
4. Pembelajaran yang digunakan kurang mendukung peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa.
5. Setiap manusia memiliki kemampuan berpikir dan tingkat kreativitas yang
berbeda.
6. Kemandirian belajar siswa masih rendah.
7. Kurangnya konsentrasi dan motivasi siswa dalam belajar.
8. Pembelajaran belum mempertimbangkan kemampuan kedua belahan otak.
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
penulis memberikan suatu batasan tentang masalah yang penulis teliti. Masalah
17
matematik, kemandirian belajar siswa, pembelajaranopen-ended berbasis
brain-gym, dan di SMP Ar-Rahman Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran open-ended berbasis brain-gym lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ekspositori?
2. Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran open-ended berbasis brain-gym lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ekspositori?
3. Apakah terdapat interaksi antara gender dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa?
4. Bagaimana proses jawaban siswa pada tes kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang mendapatkan pembelajaranopen-endedberbasis
brain-gymdan pembelajaran ekspositori?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran open-ended berbasis brain-gym lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
18
2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran open-ended berbasis brain-gym lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ekspositori.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara gender dengan
pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses jawaban siswa pada tes kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
pembelajaranopen-ended berbasisbrain-gym dan pembelajaran ekspositori.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Apabila pembelajaran dengan pembelajaran open-ended berbasis brain-gym
dalam penelitian ini berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, maka
dapat dijadikan sebagai alternatif salah satu pendekatan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika dan secara khusus memperbaiki hasil
belajar matematika siswa.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi guru-guru SMP
dalam pembelajaran jika menggunakan pembelajaran dengan pendekatan
open-ended berbasis brain-gym serta dapat berguna bagi pengembang
kurikulum matematika SMP.
3. Sebagai sumber informasi bagi sekolah perlunya merancang sistem
19
upaya mengatasi kesulitan belajar siswa guna meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
1.7 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap apa yang akan diteliti,
maka peneliti akan mengajukan definisi operasional sebagai berikut :
1. Pembelajaran open-ended adalah pembelajaran yang menyajikan suatu
permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih
dari satu.
Tahap-tahap pembelajaran open-endedantara lain:
1. penyajikan masalah terbuka,
2. pengorganisasian pembelajaran,
3. perhatikan dan catat respon siswa,
4. bimbingan dan pengarahan, dan
5. membuat kesimpulan.
2. Brain-gymadalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan
digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dengan
menggunakan keseluruhan gerakan-gerakan yang merangsang kemampuan
kedua belahan otak.
Adapun contoh gerakan-gerakan brain-gym antara lain:
1.Gerakan Silang,
2. Titik Positif,
3. Gajah,
20
5. Putaran Leher, dan
6. Burung Hantu
3. Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
guru bidang studi matematika yang mengajar di sekolah tempat dilakukann
penelitian.
4. Kemampuan berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental yang digunakan
seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.
Indikator dari kemampuan berpikir kreatif adalah berpikir lancar
(fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (originality), dan
berpikir memperinci/mendalam (elaboration).
5. Kemandirian belajar adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak
atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain,
dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan belajar sendiri,
dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan
tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu untuk melakukan aktivitas belajar
167 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan berikut:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran open-ended berbasis brain-gym lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.
2. Peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran
open-ended berbasis brain-gym lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran ekspositori.
3. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (open-ended berbasis
brain-gym dan ekspositori) dan gender siswa (laki-laki dan perempuan)
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis.
4. Gambaran proses penyelesaian jawaban siswa pada tes kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran open-ended berbasis
brain-gym lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori. Dalam hal ini siswa pada kelas ekperimen mampu memberikan
jawaban yang bervariasi dan menggunakan cara yang berbeda. Sedangkan
pada kelas kontrol siswa masih lemah dalam membuat cara yang berbeda dan
168
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran
open-ended berbasis brain-gym telah berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara signifikan lebih tinggi daripada pembelajaran ekspositori.
Pembelajaran open-ended berbasis brain-gym telah berhasil juga dalam
meningkatkan kemandirian belajar siswa lebih baik daripada pembelajaran
ekspositori. Implikasi dari penelitian ini adalah:
1. Secara umum pembelajaran open-ended berbasisbrain-gym dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian
belajar siswa.
2. Pembelajaran open-ended berbasis brain-gym dapat diterapkan untuk siswa
berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Pembelajaran ini lebih baik
diterapkan pada siswa perempuan dibandingkan dengan siswa laki-laki.
3. Pembelajaran open-ended berbasis brain-gym dapat mengembangkan
kemampuan proses berpikir siswa sehingga dapat membentuk kemandirian
belajar siswa.
4. Pemberian pertanyaan-pertanyaan terbuka selama pembelajaran memberikan
wawasan kepada siswa.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil-hasil dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan
beberapa rekomendasi terhadap penggunaan open-ended berbasis brain-gym
169
1. Berdasarkan hasil temuan di lapangan ternyata aspek berpikir elaboratif
merupakan aspek yang memperoleh capaian terendah. Oleh karena itu perlu
adanya suatu usaha yang terencana agar nantinya siswa dapat mulai
membiasakan diri untuk berpikir lebih terinci dan mendalam terhadap suatu
permasalahan yang diberikan.
2. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran open-ended berbasis
brain-gym lebih cocok diajarkan pada siswa yang berjenis kelamin perempuan.
Dengan demikian pembelajaran ini lebih baik diajarkan pada kelas yang
memiliki siswa perempuan lebih banyak daripada siswa laki-laki, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
3. Agar dapat mengimplementasikan open-ended berbasis brain-gym di kelas,
guru perlu mempersiapkan bahan ajar dan memperhatikan karakteristik siswa
serta membuat antisipasi atas respon yang diberikan siswa pada saat
pembelajaran berlangsung.
4. Dalam penerapan open-ended berbasis brain-gym hendaknya memperhatikan
tentang penggunaan waktu dalam pembelajaran. Karena siswa diharuskan
untuk membentuk kelompok serta dapat mempresentasikan hasil kerja
masing-masing.
5. Lembar Aktifitas Siswa (LAS) sangat membantu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Akan tetapi peran aktif guru masih sangat diperlukan untuk
membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dan hendaknya
penyusunan LAS lebih memunculkan masalah yang menantang dan menarik
170
6. Peneliti selanjutnya hendaknya dapat menggali lebih jauh mengenai
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis untuk level sekolah yang
berbeda serta melihat bagaimanakan pengaruh pembelajaran ini terhadap
kemampuan matematis lainya seperti penalaran, komunikasi, dan kemampuan
171
DAFTAR PUSTAKA
Arianto. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended dan Ditinjau Dari Sikap Siswa di SMAN Unggul Binaan Bener Meriah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPS UNIMED.
Arikunto, S. 2007.Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Bistari. 2010. Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untuk Meningkatkan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, (online), Vol. I No.1, hal 11-23, (http://jurnal.untan.ac.id/index.php-/PMP/article/download/148/148, diakses 11 Februari 2014).
DePorter,B & Hernacki, M. 2000. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa
Hamalik, O. 2009.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Hiemstra. 1994. Self-Directed Learning. In T. Husen & T. N. Postlewaite (Eds), The International Encyclopedia of Education (second edition) Oxford: Porgomon Press, (online), (http://ccnmtl.columbia.edu/projects/pl3p/Self-Directed%20Learning.pdf, diakses 13 Februari 2014)
Hudojo, H. 1988.Mengajar belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Kang, S., Dong, J., & Jong, J. 2003. A Development of the Test for Mathematical
Creative Problem Solving Ability. Journal of the Korea Society of Mathematical Education Series D: Research in Mathematical Education ,
(online), Vol. 7, No. 3, 163–189. (http://www.mathnet.or.kr/mathnet /kms_tex/-981204.pdf, diakses 28 Januari 2014).
Katminingsih, Y. 2005. Pengaruh Model Pembelajaran Open-Ended terhadap Hasil Belajar Siswa SD pada Pokok Bahasan Pecahan. Jurnal Cakrawala.
(online), (http://digilib.stkippgri-blitar.ac.id/23/1/Jurnal_cakrawala_YunI.-pdf diakses 5 Oktober 2013)
Kemendiknas. 2013. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan. BSNP. (online),
(http://bsnp- indonesia.org/id/bsnp/wpcontent/-uploads/2013/06/08.-Permendikbud- Nomor-70-ttg-Kerangka-Dasar-dan-Struktur-Kurikulum-SMK-MAK-dan-Lampiran-Versi-05-06-13-Aries-edit-hukor.pdf, diakses 28 Januari 2014)
172
Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No 1, (online), (http://jurnal-pmat.webs.com/JUR07_LAMBERTUS_73_82_JAN2013.pdf, diakses 24 Januari 2014).
Mahmudi, A. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA , Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010, (online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files-/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20-S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah% 2014%20ALI%20UNY%20Yogya%20for%20KNM%20UNIMA%20_Me ngukur% Kemampuan%20Berpikir %20Kreatif%20_.pdf, diakses 20 Januari 2014).
Mahmudi, A. 2008. Tinjauan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika.Jurnal Pythagoras Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Volume 4,
Nomor 2, ISSN 1978-4538, (online)
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2004%20Pythagoras%202008%20_Tinja uan%20Kreativitas%20dalam%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf, diakses 28 Januari 2014).
Munandar,U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
NCTM. 2000. Principles and Standards for school Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Pehkonen, E. 1997.The State-of-Art in Mathematical Creativity. ZDM Volum 29 Number 3, Electronic Edition ISSN 1615-679X, (online), (http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a1.pdf, diakses 11 Februari 2014).
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi Kedua.Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, W. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sari, Y., Kurniawati, I., & Pramesti, G. 2013. Penerapan Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Ditinjau Dari Respon Siswa Terhadap Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol.1 No.1 Maret 2013. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=109442&val= 4090. [11 Februari 2014]
173
Shimada, S. & Becker, J.P. 1997. The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teaching Mathematics. Reston, VA: National Council of Theachers of Mathematics.
Siahaan, K. 2013. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kemampuan berpikir Kreatif Siswa SMA dengan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended dan Pembelajaran Konvensional. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPS UNIMED.
Silver, E.A. 1997. “Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing”. Tersedia: http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf . [13 Februari 2014]
Siswono, T.Y.E & Rosyidi, A.H. 2005. Menilai Kreativitas Siswa dalam Matematika. Makalah disampaikan pada ‘Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika “Peranan Matematika dan terapannya dalam meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia” di jurusan matematika FMIPA Unesa, 28 Pebruari 2005. http://tatagyes.files.-wordpress.com/2009/11/paper05_nilaikreatif.pdf. [14 Januari 2014].
Siswono, T.Y.E. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal terakreditasi “Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains”, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, ISSN 1410-1866, hal 1-9. (online), (http://tatagyes.files.word-press.com/2009/11/paper05_problemposing.pdf, diakses 28 Januari 2014).
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2002.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Supardi. Peran Berpikir Kreatif Dalam Proses Pembelajaran Matematika.Jurnal Formatif 2(3): 248-262. ISSN: 2088-351X, (online), (http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1598/1/9.%20Supardi% 20248-262.pdf, diakses 26 Desember 2013).
Suryabrata. S. 2008.Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Syah, M. 2009.Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Yanuarita. A. 2012. Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym).