• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, BERPIKIR KREATIF MATEMATIS, DAN SELF-CONCEPT SISWA SMP MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, BERPIKIR KREATIF MATEMATIS, DAN SELF-CONCEPT SISWA SMP MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS,

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS, DAN SELF-CONCEPT SISWA SMP

MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

MUHAMAD JUHAERI

NIM. 1204660

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS,

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS, DAN SELF-CONCEPT SISWA SMP

MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING

Oleh Muhamad Juhaeri SPs UPI Bandung, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Muhamad Juhaeri, 2014 Universitas Pendididkan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS,

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS, DAN SELF-CONCEPT SISWA SMP MELALUI

METODE RECIPROCAL TEACHING

Muhamad Juhaeri

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

ekspositori. Selain itu diungkap pula self-concept siswa terhadap pembelajaran matematika

melalui pembelajaran reciprocal teaching. Desain penelitiannya menggunakan kelompok kontrol pretes-postes dengan populasi seluruh siswa SMPN 1 Saketi dan sampel siswa kelas VIIl yang dipilih secara purposive sampling satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran

reciprocal teaching sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran ekspositori.

Pengumpulan data hasil penelitian menggunakan instrument soal-soal tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis yang dianalisis secara kuantitatif. Data skala sikap, observasi aktivitas siswa, dan angket guru dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode reciprocal teaching dapat meningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa yang lebih baik dari pembelajaran ekspositori. Analisis data angket skala sikap siswa. Observasi aktivitas siswa memperlihatkan bahwa sikap siswa positif terhadap pembelajaran matematika, baik terhadap pembelajaran matematika, pembelajaran reciprocal teaching, maupun terhadap soal-soal berfikir kritis dan kreatif matematis siswa.

Kata Kunci: metode pembelajaran reciprocal teaching, kemampaun berpikir kritis

(6)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

The Improvement of

Students’ Critical

and Creative Mathematical

Thinking Skills, and Self-Concept Through Reciprocal

Teaching Metods

Muhamad Juhaeri

ABSTRACT

This quasi experimental study aims to investigate differences in the improvement of critical and creative mathematical thinking skills, and self-concept among students taught using reciprocal teaching metods compared to those taught expository learning. Additionally, this research also reveals students’ attitudes toward learning mathematics through reciprocal teaching metods. With the entire student population in SMPN 1 Saketi, this study employes pretest-postest control group experimental research design using the sample of eight grade student. Incorporating the purposive sampling techniques, two classes were selected; one as the experimental class and the order as the control class. In this study , the experimental class participated in reciprocal teaching metods ,while the control class were taught using the expository learning. Data were collected using the instruments in the form of the test items for measuring critical and creative mathematical thinking skills, a questionnaire for student’s attitude, obsrvations on student activities a teacher-questinnaire. Quantitative analyses were carried out for the best results and qualitative analyses were applied for the questinnaires, obsevations. The result show that using reciprocal teaching metods can improve students’ ability to think critical and creatively in mathematics better than using expository learning. The analyses the student attitude-scale questionnaire, observation on student activities, teacher-questionnaire, and teacher-iinterview indicate that in general the students reflect positive attitudes toward learning mathematics. In Particular, they showed positive attitudes toward the reciprocal teaching metods as well as towards the mathematical test-items for students’ critical and creative thinking.

(7)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA……… ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

1. Kemampuan Berpikir Kritis ... 7

2. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 7

3. Self-Concept Siswa ... 8

4. Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 8

5. Pembelajaran Ekspositori ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Hakikat Pembelajaran ... 10

B. Berpikir Kritis ... 14

C. Berpikir Kreatif ... 18

D. Self-Concept Siswa Tentang Matematika ... 20

1. Pengertian Self-Concept ... 20

2. Faktor Yang Mempengaruhi Self-Concept Siswa ... 22

(8)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

E. Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 24

F. Pembelajaran Ekspositori……… 26

G. Teori Belajar Pendukung………. 27

H. Penelitian Yang Relevan………. 28

I. Kerangka Berpikir ……… 29

J. Hipotesis Penelitian………... … 30

BAB III METOD E PENELITIAN……….... 32

A. Metode dan Desain Penelitian ……….. 32

B. Variabel Penelitian ……… 32

C. Populasi dan Sampel……….…. 33

D. Instrumen Penelitian………. 33

E. Pengembangan Bahan Ajar……… 40

F. Prosedur Penelitian……… 41

G. Pengumpulan dan Analisis Data………...……. 42

1. Pengumpulan Data………... 42

2. Teknik Analisi Data ……… 43

3. Analisis Data Self-Concept Siswa……… 46

4. Analisis Data Hasil Observasi dan Respon Siswa…. .. 46

5. Tahap Pengolahan Data ………... 47

H. Waktu Penelitian……… 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 50

A. Hasil Penelitian……….. 50

1. Analisis Pretes Kemampuan Bepikir Kritis Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran… 54

2. Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS)………. 57

(9)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

4. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran……. ………. 66

5. Hasil Penelitian tentang Self-Concept……….. . 75

B. Pembahasan………...….. ………. 79

1. Kemampuan Berpikir Kritis ……… 79

2. Kemampuan Berpikir Kreatif………. . 81

3. Self-Concept ……… 83

4. Pembelajaran Reciproecal Teaching...……… 83

5. Keterbatasan Penelitian……… 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 86

A.Kesimpulan………. 86

B. Saran……….. 86

DAFTAR PUSTAKA………... 89

(10)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1. Perbedaan Teacher-Centered dan Student

Centered………...……….. 13

2. Tabel 2..2. Indikator Berpikir Kritis………. .. 16

3. Tabel 2.3. Indikator Ketrampilan Berpikir Kreatif………….... 19

4. Tabel 2.4. Perbedaan Pembelajaran Reciprocal Teaching dan Ekspositori……… 27

5. Tabel 3.1. Klasifikasi Koefisien Validitas………... 34

6. Tabel 3.2. Hasil Validitas Butir Soal……… 35

7. Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas……… 36

8. Tabel 3.4. Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda………….. 37

9. Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Daya Pembeda……… 38

10.Tabel 3.6. Klasifikasi Indeks Kesukaran……….. 38

11.Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Indek Kesukaran……… 39

12.Tabel 3.8. Katagori Ungkapan Skala Likert………. 40

13.Tabel 3.9. Kriteria Interpretasi Skor Skala Likert……… 40

14.Tabel 3.10. Teknik Pengumpulan Data……….. 42

15.Tabel 3.11. Pengkatagorian Persetase Gain………... 43

16.Tabel 3.12. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……… 49

17.Tabel 4. 1 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis ………. 50

18.Tabel 4. 2 Rekapitulasi Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran………. 55

19. Tabel 4. 3 Uji Normalitas Data Pretes kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kontrol………. 55

(11)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

21. Tabel 4.5 Uji Perbedaan Rata-Rata Data Pretes Kemampuan

Berpikir Kritis……… 57

22.Tabel 4. 6 Uji Normalitas Dis tribusi Data TKAS ……….. 58

23.Tabel 4. 7 Uji Homataogenitas Variansi Data TKAS……….. 58

24.Tabel 4. 8 Hasil Analisis Uji-t Data TKAS……….. 59

25.Tabel 4. 9 Pengelompokan TKAS Eksperimen dan Kontrol… 61

26.Tabel 4. 10 Pengelompokan Siswa Berdasarkan TKAS………... 62

27. Tabel 4. 11 Rekapitulasi Hasil Data N-Gain kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan TKAS Pada Kelas Eksperimen……….. 62

28.Tabel 4. 12 Rekapitulasi Hasil Data N-Gain kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan TKAS Pada Kelas Kontrol………. 62

29.Tabel 4. 13 Uji Normalitas Hasil Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis TKAS Tinggi……... 63

30.Tabel 4. 14 Uji Normalitas Hasil Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis TKAS Sedang……… 63

31.Tabel 4. 15 Uji Normalitas Hasil Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Krits iTKAS Kurang…….. 64

32.Tabel 4.16 Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Kemampuan Berpikir Kritis dengan faktor Pembelajaran dan TKAS……… 66

33.Tabel 4. 17 Rekapitulasi Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran……….. 67

34.Tabel 4. 18 Uji Normalitas Data Pretes kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kontrol…………... 67

35.Tabel 4. 19 Uji homogenitas Varians Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif………. 68

(12)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

37.Tabel 4. 21 Uji Normalitas Hasil Gain Ternormalisasi

Kemampuan Berpikir Kreatif TKAS Tinggi……... 69 38.Tabel 4. 22 Uji Normalitas Hasil Gain Ternormalisasi

Kemampuan Berpikir Kreatif TKAS Sedang….… 70 39.Tabel 4. 23 Uji Normalitas Hasil Gain Ternormalisasi

Kemampuan Berpikir Kreatif TKAS Kurang…….. 70 40.Tabel 4. 24 Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Kemampuan

Berpikir Kreatif dengan faktor Pembelajaran

Dan TKAS ………. 72 41.Tabel 4. 25 Rekapitulasi Hasil Data N-Gain kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Pendekatan

Pembelajaran……… 72 42. Tabel 4. 26 Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir

Kreatif Kelas Eksperimen dan Kontrol…………. 73 43.Tabel 4. 27 Uji Homogenitas Varians Data Gain Kemampuan

Berpikir Kreatif………. 74 44.Tabel 4. 28 Uji Perbedaan Rata-Rata Gain Kemampuan

Berpikir Kreatif………. 74 45.Tabel 4. 29 Hasil skala Self-Concept Kelas Eksperimen

dan Kontrol……… 72 46.Tabel 4. 30 Uji Normalitas Self-Concept Kelas Eksperimen

dan Kontrol……… …… 73 47.Tabel 4. 31 Uji homogenitas Varians Skor Postes Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kontrol… 74 48.Tabel 4. 32 Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Kemampuan

Berpikir Kreatif dengan faktor Pembelajaran

dan TKAS………. 74 49.Tabel 4. 33 Uji Perbedaan dua Rerata Self-Concept Kelas

(13)

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

DAFTAR GAMBAR Hal

1. Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian……….. 48 2. Gambar 4.1. Skor Rata-Rata Hasil Pretes dan Postes

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa…….. ……….. 51 3. Gambar 4.2. Skor Rata-Rata Hasil Pretes dan Postes

Kemampuanan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa………. 52 4. Gambar 4.3. Skor Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Siswa………. 53 5. Gambar 4.4. Skor Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir

(14)

1

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

pembentukan Pemerintah Negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa. Perwujudan dari amanat itu, yaitu diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang ini

menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional. Pendidikan

nasional merupakan salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan

sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa, untuk memberdayakan semua

warga negara Indonesia untuk berkembang menjadi manusia yang berkualitas,

sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan

salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk

mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak

dapat disangkal lagi, bahwa kurikulum yang dikembangkan sangat diperlukan

sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia

berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu

berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; (3) warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Kemdikbud, 2013).

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pada salah satu

kompetensi dasarnya, terdapat tujuan pembelajaran matematika yang

menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, konsisten dan teliti, bertanggung jawab,

(15)

2

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

Pembelajaran matematika memiliki fungsi sebagai sarana untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis dan bekerja sama, yang

diperlukan dalam kehidupan masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

menjadi lebih fleksibel secara mental, terbuka dan mudah menyesuaikan diri

dengan berbagai situasi dan permasalahan. Dengan demikian, matematika sebagai

bagian dari kurikulum pendidikan dasar, memainkan peranan yang sangat

strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pembelajaran matematika yang berorientasi pada tujuan tersebut, dalam

pelaksanaannya tidak cukup membekali siswa dengan berbagai pengetahuan

matematika, untuk itu diperlukan adanya upaya nyata yang dilakukan secara

intensif untuk menumbuhkembangkan kemampuan memperoleh pengetahuan

matematika dengan menemukan sendiri maupun secara berkolaborasi serta

kemampuan menerapkannya dalam situasi masyarakat modern.

Sumarmo (2010) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di semua

jenjang pendidikan meliputi:1) belajar memahami; 2) belajar melaksanakan ; 3)

belajar menjadi diri sendiri; 4) belajar hidup dalam kebersamaan yang damai dan

harmonis. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah sebaiknya mampu

mengupayakan agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

siswa itu sendiri, sehingga siswa tersebut mampu mengerjakan dan memahami

matematika dengan benar.

Pada pembelajaran matematika di sekolah, hendaknya siswa dilatih untuk

memiliki ketrampilan berpikir kritis dan kreatif dalam memperoleh, memilih, dan

mengolah informasi supaya dapat bertahan pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti dan kompetitif. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumarmo (2010) yang

mengungkapkan bahwa pentingnya keterampilan berpikir kritis dan kreatif

dilatihkan kepada siswa, didukung oleh visi pendidikan matematika yang

memiliki dua arah pengembangan, yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa

yang akan datang. Visi pertama untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran

matematika mengarah pada konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan

masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya.Visi kedua untuk kebutuhan

(16)

3

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, cermat, berpikir objektif

dan terbuka, yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk

menghadapi masa depan yang selalu berubah.

Gulo (2009) berpendapat bahwa pada umumnya pembelajaran matematika

di sekolah masih menggunakan metode ekspositori yang tidak memungkinkan

untuk pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, tapi lebih

banyak menekankan pada hafalan dan mencari jawaban dari soal-soal yang

sifatnya rutin atau prosedural. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi

adalah kurangnya kesempatan untuk menemukan dan membangun

pengetahuannya sendiri, dan mengakibatkan siswa kurang memiliki kemampuan

nalar yang logis, analitis, kritis, dan kreatif.

Kondisi di lapangan juga tidak seperti yang diharapkan, hasil penelitian

Gulo (2009) menunjukkan hasil pretes kemampuan kritis dan kreatif siswa masih

sangat rendah. Pada tes kemampuan berpikir kritis siswa mencapai 37,40 % dan

pada tes berpikir kreatif siswa mencapai 50,20 %. Gulo juga berpendapat bahwa

proses-proses berpikir kritis dan kreatif jarang dilatihkan di sekolah. Juga, salah

satu karakteristik matematika yang abstrak mengakibatkan sulit dipahami oleh

siswa. Hal ini yang menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam

belajar matematika. Untuk itu, perlu dilakukan inovasi-inovasi dalam metode

pembelajaran matematika untuk mencari penyelesaian yang terbaik guna

peningkatan kemampuan berpikir kritis, kreatif siswa dalam pembelajaran

matematika.

Rahman (2010) menyatakan bahwa keberhasilan seorang siswa mengikuti

pelajaran di sekolah secara umum dapat merupakan ukuran dari berhasil atau

tidaknya seorang siswa mencapai tujuan pembelajarannya. Keberhasilan dan

kegagalan yang dialami oleh siswa dapat dipandang sebagai suatu pengalaman

belajar. Dari pengalaman belajar inilah akan menghasilkan perubahan tingkah

laku, tingkat pengetahuan atau pemahaman terhadap sesuatu ataupun tingkat

ketrampilannya. Pengalaman belajar dari siswa dapat dinilai dari prestasi

belajarnya. Karenanya diperlukan konsep diri (self-concept) yang positif terhadap

(17)

4

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

Lebih lanjut Hurlock (Hartono,2009) mengemukakan bahwa self-concept itu

bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari

dan terbentuk melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan orang lain. Oleh

karena pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu

mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Sudah menjadi suatu kondisi

yang alami bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

Dengan self-concept yang positif, diharapkan siswa dapat mencapai kemampuan

berpikir kritis dan kreatif yang maksimal.

Selama ini banyak model pembelajaran yang telah diterapkan di kelas-kelas

pembelajaran dan banyak penelitian yang telah dilakukan dalam upaya perbaikan

pembelajaran di kelas, diantaranya model reciprocal teaching. Palinscar

(Anggraeni, 2012) menyatakan bahwa reciprocal teaching adalah suatu kegiatan

belajar yang meliputi membaca bahan ajar yang telah disusun, kemudian siswa

meringkasnya, membuat pertanyaan, mengklarifikasi dan menyusun prediksi.

Pembelajaran reciprocal teaching dilakukan dengan salah satu anggota kelompok

berperan sebagai ketua kelompok yang bertugas memimpin teman-teman dalam

kelompoknya untuk melaksanakan tahap-tahap reciprocal teaching, dan guru

berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang melakukan scaffolding.

Pembelajaran melalui reciprocal teaching nantinya diharapkan dapat memicu

keaktifan siswa di dalam kelas yang sasarannya dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, kreatif dan self-concept siswa dalam matematika.

Dengan memperhatikan uraian di atas, diterapkan suatu studi yang berfokus

pada pengembangan metode pembelajaran reciprocal teaching, yang diharapkan

dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan self-concept siswa

dalam matematika. Dalam hubungan ini, penulis mencoba mengadakan penelitian

yang berkaitan dengan metode reciprocal teaching, serta kemampuan berpikir

kritis, kreatif, dan self-concept siswa akan dilaksanakan di SMP, dan diberi judul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, dan

(18)

5

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah–masalah penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori ?

2. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori ditinjau dari tingkat

kemampuan awal siswa (TKAS) yang tinggi, sedang, dan rendah?

3. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori?

4. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran reciprocal teaching dengan siswa

yang memperoleh pembelajaran ekspositori ditinjau dari tingkat

kemampuan awal siswa (TKAS) yang tinggi, sedang, dan rendah ?

5. Apakah peningkatan self-concept siswa yang menggunakan pembelajaran

model reciprocal teaching lebih baik dari pada siswa yang menggunakan

pembelajaran ekspositori ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum ingin

mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir

kritis matematis, dan kemampuan berpikir kreatif matematis, serta self-concept

siswa. Namun secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan siswa yang

(19)

6

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

2. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran ekspositori ditinjau dari tingkat kemampuan

awal siswa (TKAS) yang tinggi, sedang, dan rendah?

3. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran ekspositori?

4. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran reciprocal teaching dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran ekspositori ditinjau dari tingkat kemampuan

awal siswa (TKAS) yang tinggi, sedang, dan rendah ?

5. Peningkatan self-concept siswa yang menggunakan pembelajaran model

reciprocal teaching lebih baik dari pada siswa yang menggunakan

pembelajaran ekspositori ?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Mengetahui kontribusi penerapan pembelajaran matematika dengan model

reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis,

kreatif matematis dan self-concept siswa.

2. Bagi guru

Apabila pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif matematis dan

self-concept siswa, maka strategi pembelajaran model reciprocal teaching

dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran

matematika.

3. Bagi siswa

Pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatan kemampuan berpikir

(20)

7

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

4. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai informasi untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang

penerapan pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching di

Sekolah Menengah Pertama (SMP).

E. Definisi Operasional

Untuk memperoleh kesamaan persepsi tentang istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan, yaitu:

1. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk memberikan

penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, mengambil kesimpulan,

membuat klasifikasi lanjut, dan mengatur strategi dan taktik. Lebih jelasnya

sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan sederhana berupa memfokuskan pertanyaan,

menganilisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan yang

membutuhkan penjelasan atau tantangan.

b. Membangun ketrampilan dasar berupa mempertimbangkan kredibilitas

sumber,dan melakukan pertimbangan observasi,

c. Mengambil kesimpulan berupa melakukan dan mempertimbangkan

deduksi, melakukan dan mempertimbangan induksi, serta melakukan dan

mempertimbangkan nilai keputusan.

d. Membuat klasifikasi lanjut berupa mengidentifikasi istilah dan

mempertimbangkan definisi, dan mengidentifikasi asumsi.

e. Strategi dan taktik berupa menentukan suatu tindakan dan berinteraksi

dengan orang lain.

2. Kemampuan berpikir kreatif

Kemampuan berfikir kreatif adalah kemampuan dalam matematika yang

meliputi empat komponen, yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan

elaborasi:

(21)

8

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

b. Keluwesan adalah kemampuan menjawab masalah matematika melalui cara

yang tidak baku.

c. Keaslian adalah kemampuan menjawab masalah matematika dengan bahasa,

cara, atau idenya sendiri.

d. Elaborasi adalah kemampuan memperluas jawaban masalah, memunculkan

masalah baru atau gagasan baru.

3. Self-Concept Siswa

Self-Concept atau konsep diri adalah konsep dasar tentang diri sendiri, pikiran

dan opini pribadi, kesadaran tentang apa dan siapa dirinya, dan bagaimana

perbandingan antara dirinya dengan orang lain serta bagaimana idealism yang

telah dikembangkannya. Self-Concept siswa adalah merupakan kesadaran

mengenai persepsi diri tentang usaha, minat, kesukaan, konsep-konsep dalam

mempelajari matematika, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

matematika dan pembelajaran matematika.

4. Pembelajaran Reciprocal Teaching

Reciprocal teaching adalah suatu kegiatan belajar yang meliputi membaca

bahan ajar yang telah disusun kemudian siswa meringkasnya, membuat

pertanyaan, mengklarifikasi dan menyusun prediksi. Pembelajaran yang dilakukan

secara kooperatif yang salah satu anggota kelompok berperan sebagai ketua

kelompok yang bertugas memimpin teman-teman dalam kelompoknya untuk

melaksanakan tahap-tahap reciprocal teaching, sedangkan guru berperan sebagai

fasilitator dan pembimbing yang melakukan scaffolding.

5. Pembelajaran Ekspositori

Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan optimal.

(22)

9

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

adanya tanya jawab, menyimpulkan dan memberikan soal untuk dikerjakan di

rumah.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berpusat kepada guru. Siswa diharapkan dapat memahami

dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah

diuraikan. Melalui strategi ini, guru menyampaikan materi secara terstruktur

dengan harapan materi yang disampaikan tersebut dapat dikuasai siswa dengan

(23)

32

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen. Penelitian kuasi

eksperimen dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha untuk

mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Ruseffendi (1998)

mengemukakan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang benar-benar

untuk melihat hubungan sebab akibat.

Metode eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara

memberikan perlakuan terhadap subyek penelitian berupa penggunaan model yang

berbeda. Model reciprocal teaching diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan

pembelajaran ekspositori diberikan kepada kelas kontrol. Penelitian ini tidak

menggunakan kelas secara acak, tetapi menerima keadaan subyek apa adanya,

sehingga penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen dengan desain kelompok

kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005) sebagai berikut :

O X O

_ _ _ _ _ _ _ _ _

O O

Keterangan :

O : Pretes dan Postes terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif

X : Pembelajaran model reciprocal teaching

_ _ _ _ : Subyek tidak dikelompokkan secara acak

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi, dikendalikan

atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini mengkaji tentang implementasi

pembelajaran matematika di kelas VIII SMP dengan model pembelajaran reciprocal

teaching untuk melihat pengaruhnya terhadap pengembangan kemampuan berpikir

(24)

33

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

perlakuan antara pembelajaran model reciprocal teaching dan pembelajaran

ekspositori.

Penelitian ini mengkaji hubungan variabel-variabel yang terdiri atas dua

bagian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Faktor pembelajaran model

reciprocal teaching sebagai variabel bebas, dan kemampuan berpikir kritis matematis,

berpikir kreatif matematis, dan self-concept siswa sebagai variabel terikat.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Saketi

Kabupaten Pandeglang tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri atas enam kelas dengan

rata-rata kemampuan matematika yang hampir sama di setiap kelas, sedangkan tehnik

pengambilan sampelnya menggunakan cluster sampling. Cluster sampling adalah

pengambilan sampel dengan cara acak (random) yang didasarkan pada kelompok atau

kelas, tidak berdasarkam pada anggota-anggotanya. Penentuan kelas kontrol dan kelas

eksperimen dilakukan dengan cara diundi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Tes dalam penelitian ini

adalah tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, sedangkan untuk non tes

adalah adalah skala self-concept siswa dan lembar aktivitas siswa dan guru.

1. Tes

Tes adalah suatu cara atau prosedur yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan bidang pendidikan. Tes disusun berdasarkan tahap-tahap sebagai berikut :

pertama pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup pokok bahasan, kemampuan yang

diukur (indikator), serta jumlah butir soal. Kemudian dilanjutkan dengan menyususn

soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Sebelum tes itu dijadikan instrumen penelitian, tes tersebut harus diukur

validitas muka terkait dengan kejelasan bahasa dan kejelasan gambar dan validitas isi

terkait dengan materi pokok yang diberikan dan tujuan yang ingin dicapai, serta aspek

(25)

34

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

di sekolah tempat penelitian dan rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana

Program Studi Pendidikan Matematika UPI.

Selanjutnya soal diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya pembeda tiap butir soal yang akan digunakan dalam penelitian

ini. Langkah-langkah dalam menganalisis instrumen ini adalah sebagai berikut:

a. Validitas

Uji validitas yang berkenaan dengan validitas isi dan validitas wajah dilakukan

melalui pertimbangan berbagai pihak yang berkompeten. Perhitungan validitas butir

soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson

(Sugiyono, 2013) yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dalam hal ini

variabel X adalah skor tiap item/factor dan Y adalah skor total

∑ X = Jumlah skor per item ∑Y = Jumlah skor total ∑X2

= Jumlah kuadrat skor per item

∑Y2

= Jumlah kuadratkan skor total

n = banyaknya responden

Adapun klasifikasi koefisien validitas butir soal pada penelitian ini adalah

(26)

35

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

Setelah dilakukan penghitungan koefisien korelasi untuk setiap butir tes

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, lalu dilakukan pengujian signifikansi

koefisien korelasi tersebut dengan menggunakan uji t (Sugiyono, 2013) dengan rumus:

t =

√ Keterangan :

t = daya beda

r = koefisien korelasi

n = banyaknya subyek

Nilai t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan tingkat

kesalahan 5% dan derajat kebebasan = n-2. Jika thitung ttabel , maka koefisien korelasi

signifikan (valid). Hasil perhitungan validitas untuk kemampuan berpikir kritis dan

kreatif matematis dengan menggunakan program Anates 4.0 dapat dilihat pada tabel

3.2

Tabel 3.2

Hasil Validitas Butir Soal (dengan ttabel = 1,70)

No. Soal Korelasi (rxy)

T Interpretasi Signifikansi Validitas

1 0,946 8,66 Mudah Sangat Signifikan Valid 2 0,755 7,89 Sedang Sangat Signifikan Valid 3 0,943 1,00 Sukar Sangat Signifikan Valid 4 0,880 7,79 Sedang Sangat Signifikan Valid 5 0,862 8,00 Sedang Sangat Signifikan Valid 6 0,741 3,95 Sedang Sangat Signifikan Valid 7 0,661 3,21 Sedang Signifikan Valid 8 0,715 5,34 Sukar Sangat Signifikan Valid Catatan : No.1 – 4 soal berpikir kritis dan No: 5-8 Soal berpikir kreatif

Untuk nilai ttabel pada penelitian ini dengan tingkat kesalahan 5% dan derajat

kebebasan = n-2 atau 32-2 = 30 adalah 1,70, Sehingga ke delapan butir soal Tes

(27)

36

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan instrumen.

Perhitungan reliabilitas instrumen untuk perangkat instrumen ini dihitung dengan

rumus Alpha Cronbach (Sugiyono, 2013) yaitu :

Keterangan :

r11 = koefisien realibilitas tes ∑Si2 = Varians butir ke i St2 = Varians skor total

k = banyaknya butir soal yang yang valid

Tolak ukur untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas tes

menggunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003) sebagai berikut:

Tabel 3.3.

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Nilai r11 Interpretasi

0,90 r11 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,70 r11 < 0,90 Reliabilitas tinggi

0,40 r11< 0,70 Reliabilitas sedang

0,20 r11 < 0,40 Reliabilitas kurang

r11 < 0,20 Reliabilitas sangat kurang

Adapun reliabilitas perangkat instrumen pada penelitian ini berdasarkan hasil

perhitungan adalah 0,91 untuk soal berpikir kritis, maka reliabilitasnya sangat tinggi

dan 0,80 untuk soal berpikir kreatif, dan termasuk kategori reliabilitas tinggi.

c. Daya Pembeda

Suherman (2003) mengatakan bahwa pengertian daya pembeda (DP) dari sebuah

butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu

(28)

37

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). Untuk

menghitung daya pembeda atau indeks diskriminasi adalah dengan membagi dua

subyek. Menurut Suherman (2003) bahwa pembagiannya yaitu 27% siswa kelompok

atas dan 27% siswa kelompok bawah dan rumus untuk menentukan daya pembeda

adalah:

Dp=

Keterangan:

Dp = Indeks daya pembeda suatu butir soal.

JBA= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

JBB= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JSA atau JSB = Jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah. Oleh

karena jumlah siswa kelompok atas sama dengan jumlah

siswa kelompok bawah maka diambil salah satu saja.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal

digunakan kriteria menurut Suherman (2003) sebagai berikut:

Tabel 3.4.

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Dp Interpretasi

Dp 0,00 Sangat Jelek

0,00 < Dp 0,20 Jelek

0,20 < Dp 0,40 Cukup

0,40 < Dp 0,70 Baik

0,70 < Dp 1,00 Sangat Baik

Adapun hasil perhitungan daya pembeda butir soal pada penelitian ini dengan

(29)

38

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Daya Pembeda

Nomor Butir DP Interpretasi

1 0,43 Baik

2 0,33 Cukup

3 0,55 Baik

4 0,40 Baik

5 0,36 Cukup

6 0,24 Cukup

7 0,16 Jelek

8 0,24 Cukup

Catatan : No.1 – 4 soal berpikir kritis dan No: 5-8 Soal berpikir kreatif

d. Indeks Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks

kesukaran.Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal (Arikunto, 2012).

Menurut Suherman (2003) rumus dan klasifikasi untuk menginterpretasikan

indeks kesukaran (IK) yang paling banyak digunakan adalah:

IK=

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran (Suherman, 2003)

Nilai IK Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK 0,30 Soal sukar

0,30 < IK 0,70 Soal sedang

0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Adapun hasil perhitungan mengenai Indeks Kesukaran dalam penelitian ini

(30)

39

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

Tabel 3.7.

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran

Nomor Butir IK Interpretasi

1 0,74 Mudah

2 0,59 Sedang

3 0,28 Sukar

4 0,38 Sedang

5 0,58 Sedang

6 0,46 Sedang

7 0,39 Sedang

8 0,17 Sukar

Catatan : No.1 – 4 soal berpikir kritis dan No: 5-8 Soal berpikir kreatif

2. Angket Pendapat Siswa

Angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model Reciprocal

Teaching. Angket terdiri dari 31 butir pertanyaan yang di dalamnya dipertanyakan

hal-hal seputar perasaan, tanggapan, pandangan, dan harapan siswa, seperti apakah siswa

menganggap baru, merasa senang, merasa tertarik, termotivasi, merasa memudahkan,

merasa memfasilitasi pemahaman dan kerjasama, menambah keberanian dalam

mengemukakan pendapat dan mengharapkan ingin belajar materi lain dengan model

ini. Skala pengukuran siswa yang digunakan adalah skala Likert. Skala sikap ini

diberikan kepada kelas eksperimen setelah melakukan tes akhir. Angket ini

menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan

dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S = 3, TS

= 2, dan STS = 1, dan sebaliknya.

Melalui angket tanggapan siswa, peneliti dapat mengetahui presentase tanggapan

siswa (positif dan negatif) terhadap model Reciprocal Teaching. Sebelum dilakukan

penyebaran angket kepada siswa, agar angket pendapat siswa ini memenuhi prasyarat

yang baik, maka terlebih dahulu meminta dosen pembimbing mengoreksi untuk

(31)

40

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

Tabel 3.8.

Katagori ungkapan kata-kata Skala Likert

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju ( SS ) 4 Sangat Setuju ( SS ) 1

Setuju ( S ) 3 Setuju ( S ) 2

Tidak Setuju ( TS ) 2 Tidak Setuju ( TS ) 3

Sangat Tidak ( STS ) 1 Sangat Tidak ( STS ) 4

Setelah diketahui persentase yang diperoleh, maka persentase dapat diartikan

sebagai kriteria interpretasi skor pada tabel 3.9. berikut ( Riduan,2008 ):

Tabel 3.9.

Kriteria Interpretasi Skor Skala Likert

Interval Persentase Interpretasi

0 % - 20 % Sangat Lemah

21 % - 40 % Lemah

41 % - 60 % Cukup

61 % - 80 % Kuat

81 % - 100 % Sangat Kuat

E. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam bentuk bahan

ajar yang memuat materi yang akan dipelajari, lembar kerja siswa, dan latihan soal.

Selain itu pembelajaran dilengkapi dengan buku paket yang disusun oleh Depdinas

dan dari buku yang dkeluarkan oleh penerbit lain. Dengan bahan ajar ini, siswa

berkelompok, berdiskusi, dan saling bekerja sama sesama anggota kelompoknya.

Sebelum bahan ajar ini digunakan pada kelas eksperimen, terlebih dahulu

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing agar bahan ajar benar-benar sesuai dengan

(32)

41

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

1.Tahap perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain :

a. Studi pendahuluan berupa studi literatur terhadap jurnal dan laporan penelitian

mengenai model reciprocal teaching , penguasaan konsep, berpikir kritis, dan

berpikir kreatif dan self-concept, menganalisa kurikulum pelajaran matematika

SMP kelas VIII.

b. Perancangan rencana proses pembelajaran dengan model reciprocal teaching

dan pembuatan rancangan penelitian

c. Membuat instrumen penelitian

d. Melakukan validasi seluruh instrumen

e. Merevisi atau memperbaiki instrumen

f. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian

g. Menentukan subyek penelitian

2.Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah:

a. Pelaksanaan tes awal

b. Pelaksanaan pembelajaran, perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen

adalah pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal Teaching selama

6 pertemuan .

c. Pelaksanaan observasi terhadap keterlaksanaan model Reciprocal Teaching)

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

d. Pelaksanaan test akhir dan pemberian angket tanggapan siswa

3.Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir adalah:

a. Mengolah hasil data penelitian

b. Menganalisa dan dan membahas hasil temuan penelitian

(33)

42

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

3. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan dua instrumen yaitu

tes dan non tes sebagaimana telah dikemukana sebelumnya. Hasil tes kemampuan

berpikir kritis dan kreatif matematis siswa dilakukan secara kuantitatif. Uji statistik

yang dilakukuan menggunakan program SPSS 16.0 dengan rincian sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, jenis

data, teknik pengumpulan data , instrument yang digunakan. Teknik pengumpulan

data secara lengkap disajikan sebagai berikut :

(34)

43

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

b. Teknik Analisis Data

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

Data kuantitatif dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematis siswa. Data kuantitatif terbagi dua yaitu data pretes dan

data postes. Data pretes adalah data sebelum dilakukan percobaan atau data sebelum

siswa diberi perlakuan, sedangkan data postes adalah data sesudah percobaan atau

sesudah siswa diberi perlakuaan baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas

kontrol. Kemudian dihitung gain ternormalisasi hasil nilai pretes dan postes tersebut.

Menghitung presentase peningkatan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif

matematis yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan gain

yang dinormalisasi dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

<g> : rata-rata gain yang dinormalisasi

<SPost > : nilai post-test

<SPre> : nilai pre-test

<Smaks> : nilai maksimum ideal

Untuk mengkatagorikan presentase <g> kemampuan berpikir kritis dan berpikir

kreatif yang digunakan pengkatagorian yang dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.11.

Tabel Pengkatagorian Presentase <g>

Presentase Katagori

% <g>> 70,0 Tinggi

30,0 ≤ % <g> ≤ 70,0 Sedang

% <g>< 30,0 Rendah

Sebelum mengetahui uji perbedaan dua rerata N-Gain kedua kelas, data pretes

kedua kelas diuji lebih dahulu perbedaan reratanya, langkah yang mungkin dilaluinya

(35)

44

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

a. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau

tidak. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : sebaran data berdistribusi normal

H1 : sebaran data tidak berdistribusi normal

Uji normalitas ini dengan menggunakan SPSS 16 melalui uji

Kolmogorov-Smirnov. Menurut Rusefendi (2010) uji ini dapat digunakan untuk menguji normalitas.

Kriteria pengujian adalah tolak H jika Sig < = 0,05. adalah taraf signifikansi atau

yang menjadi standar dalam dunia pendidikan yaitu 0,05 atau 5%.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini digunakan untuk menguji kesamaan varians dari skor

pretes, postes, dan gain ternormalisasi pada kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas

control). Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Varians kelompok eksperimen homogen dengan varians kelompok kontrol.

H1 : Varians kelompok eksperimen tidak homogen dengan varians kelompok control

Uji homogenitas ini dengan menggunakan uji Levene dengan menggunakan

SPSS 16 dengan kriteria pengujian adalah terima H0 apabila sig > = 0,05

c. Uji Perbedaan Rerata

Untuk sebaran data normal dan homogen maka uji perbedaan rata-rata dengan

statistic uji-t yang rumusnya sebagai berikut:

t = ̅̅̅ ̅̅̅

(Sugiyono,2013)

Keterangan:

̅ = rata-rata sampel pertama

(36)

45

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

= varians sampel pertama

= varians sampel kedua

n1 = banyaknya data pada sampel pertama

n2 = banyaknya data pada sampel kedua

Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika thitung< ttabel untuk taraf signifikansi

= 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2– 2.

Untuk distribusi data normal tetapi tidak homogen, digunakan uji hipotesis

dengan uji t sebagai berikut:

t = ̅ ̅

(Sugiyono,2013)

Jika datanya tidak normal maka pengujiannya menggunakan uji non parametrik yaitu

uji Mann-Whitney :

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika zhitung< ztabel untuk taraf signifikansi = 0,05

(37)

46

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

4. Analisis Data Skala Self-Concept Siswa

Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang

self-concept siswa. Untuk melihat perbedaan self-self-concept siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol, dilakukan uji statistic, yaitu uji perbedaan rerata. Karena data

self-concept merupakan data ordinal, maka harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam data

interval. Setelah kedua daat menjadi data interval, diuji rerata kedua kelas, dengan

terlebih dahulu menguji normalitas, uji homogenitas, dan kemudian uji-t. Untuk

melihat koefisien korelasi antara kemampuan berpikir kritis, kreatif matematis dan

self-concept siswa, kedua jenis data harus sama, kemudian dilakukan uji korelasi

dengan menggunakan program SPSS 16.0. Normalitas kedua data dari variabel

tersebut sebelumnya diuji terlebih dahulu. Apabila kedua data berdistribusi normal,

maka uji korelasi yang digunakan Pearson Product Moment, sementara untuk data

berdistribusi tidak normal , digunakan uji non-parametrik korelasi Spearman.

4. Analisis Data Hasil Observasi dan Respon Siswa

a. Catatan Observasi

Menganalisa catatan observasi untuk memperoleh deskripsi keterlaksanaan

pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching yang diterapkan. Rancangan

penentuan tema, laporan sementara, laporan akhir, dan presentasi akan

menggambarkan keterlaksanaan dari pembelajaran serta kemampuan berpikir kritis

dan berpikir kreatif siswa dalam kelompoknya. Dari data tersebut akan disimpulkan

pula kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang diterapkan.

b. Pengolahan Angket

Dari angket respon siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk memaparkan

hasil respon siswa terhadap penerapan pembelajaran menggunakan model

Reciprocal Teaching. Lembar angket respon siswa disusun berdasarkan kriteria

penilaian skala Likert. Skala sikap ini digunakan setelah dinyatakan valid dan

(38)

47

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

5. Tahap Pengolahan Data

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan data

kualitatifdari hasil angket self-concept diubah dulu sehingga menjadi data kuantitaif

dianalisis secara statistik, pengolahan data menggunakan bantuan program software

SPSS 16.0. Data kualitatif hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa dan

guru selama proses pembelajaran berlangsung yang dirangkum dalam lembar

observasi, tujuannya adalah untuk membuat refleksi terhadap proses pembelajaran

yang di dalamnya memuat self-concept siswa agar pembelajaran berikutnya dapat

menjadi lebih baik dari pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan skenario yang

(39)

48

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Penyusunan Instrumen

Perbaikan Instrumen Uji Coba Instrumen

Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Pembelajaran Ekspositori ( Kelas Kontrol )

Pembelajaran Resiprocal teaching (kelas eksperimen )

Observasi

Angket Self-Concept

Analisis Data Postes

Hasil Penelitian

(40)

49

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

G. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2013 sampai dengan Maret 2014.

Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.12. berikut :

Tabel 3.12.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Pembuatan

Proposal

x

2 Seminar Proposal

X

3 Penyusunan

Instrumen

x

4 Implementasi

Penelitian

x

x

5 Penyusunan

Laporan

x

x

6 Penulisan Tesis

x

X

x

7 Sidang Tahap I

x

(41)

86

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori ditinjau dari tingkat

kemampuan awal siswa (TKAS) yang tinggi, sedang, dan rendah.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

4. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran reciprocal teaching dengan siswa

yang memperoleh pembelajaran ekspositori ditinjau dari tingkat

kemampuan awal siswa (TKAS) yang tinggi, sedang, dan rendah.

5. Terdapat peningkatan self-concept siswa yang menggunakan pembelajaran

model reciprocal teaching lebih baik dari pada siswa yang menggunakan

pembelajaran ekspositori.

B. Saran

1. Berpikir Kritis

Berdasarkan pada hasil analisis data penelitian, selanjutnya dikemukakan

saran-saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan kooperatif reciprocal teaching hendaknya dijadikan

alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru-guru di

(42)

topik-87

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

topik baru yang berkaitan dengan topik-topik sebelumnya yang sudah

dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih

bermakna.

2. Pengetahuan awal siswa terhadap materi prasyarat memiliki peran yang

besar terhadap kemampuan siswa dalam menguasai dan mengkomunikasi

konsep yang dipelajarinya, maka sebelum konsep baru disajikan,

hendaknya terlebih dahulu dilakukan penguatan konsep prasyarat siswa

yang dapat membantu siswa memperjelas pemikirannya.

3. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya diteliti penggunaan pendekatan

pembelajaran kooperatf reciprocal teaching yang diaplikasikan dengan

ICT agar lebih menarik perhatian siswa.

2. Berpikir Kreatif

Melihat dan memperhatikan hasil temuan dan kesimpulan penelitian,

tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa pembelajaran reciprocal teaching

memiliki manfaat positif baik bagi guru maupun siswa. Pembelajaran dengan

reciprocal teaching yang berdasar kerangka teoritisnya dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif, berdasarkan penelitian ini dapat memperbaiki

kemampuan kreatif matematik siswa. Pembelajaran reciprocal teaching memakan

waktu yang lebih lama dari pembelajaran ekspositori. Jadi disarankan,

pembelajaran reciprocal teaching diterapkan pada topik-topik matematika yang

esensial, sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuan dan prosedur matematis

yang telah mereka pelajari. Melihat hasil tes kemampuan berpikir kreatif, guru

sebaiknya membiasakan siswa dengan soal-soal kemampuan berpikir kreatif dan

soal-soal kemampuan matematis lainnya.

Bagi peneliti berikutnya agar menelaah kelemahan pembelajaran ini dan

juga agar menelaah pembelajaran ini untuk dilihat pengaruhnya pada kemampuan

matematis lainnya seperti kemampuan memecahkan masalah, kemampuan

komunikasi dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan pada salah satu Sekolah

(43)

88

Muhamad Juhaeri, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, Dan Self-Concept Siswa Smp Melalui Metode Reciprocal Teaching

jenjang sekolah lainnya dan dilakukan dengan memperhatikan kategori sekolah

tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan hasil penelitian tentang self-concept, self-concept siswa

kelompok eksperimen berada pada kategori sedang dan self-concept siswa

kelompok kontrol berada pada kategori sedang. Kategori self-concept kedua

kelompok siswa tersebut masih belum dapat dikatakan bagus mengingat

self-concept merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk dapat

melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

tertentu dengan berhasil. Sehingga terbuka peluang bagi peneliti selanjutnya untuk

dapat meningkatkan self-concept yang dimiliki seseorang.

Terkait dengan rendahnya self-concept siswa kelompok eksperimen,

peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan sumber-sumber utama self-concept

secara menyeluruh. Self-concept yang ditelaah pada penelitian ini merupakan

self-concept yang terkait dengan kemampuan berpikir kreatif. Peneliti selanjutnya

dapat meneliti self-concept siswa yang terkait dengan kemampuan matematis

lainnya. Peneliti selanjutnya dapat menelaah bagaimana kemampuan matematis

Gambar

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas
Tabel 3.2 Hasil Validitas Butir Soal (dengan
Tabel 3.3.
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Daya Pembeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dra. Encum Sumiaty, M.Si. Nar Herrhyanto, M.Pd.. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Metode Inkuiri. Penelitian ini dilatarbelakangi

Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran GI lebih baik dari pembelajaran konvensional;

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan metode permainan kartu lebih baik daripada siswa yang diajarkan

STRATEGI BRAIN-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SERTA MENURUNKAN KECEMASAN MATEMATIS.

peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning lebih baik dari pada peningkatan kemampuan

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran experiential learning lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif matematis

Siswa dengan self concept tinggi dapat menggunakan semua indikator kemampuan berpikir kreatif matematis dengan maksimal, mampu memenuhi empat aspek kemampuan

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Reciprocal teaching, model