LEMBAR
PENGESAHAN
Skripsi berjudul "Pengaruh Metode Permainnn
Kartu
(Card Gomes)Terhadap Kemampuan
Berpiklr
Kreatif Matematis Siswa"
disusun oleh Afrina Amelia Dewl, Nomor Induk Mahasiswa 1110017000034, diajukan kepadaJurusan Pendidikan Matematika" Fakultas
Ilmu
Tarbiyahdan
Keguruan,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 8 Januari 2015 di hadapan penguji. Karena
itu
penulis berhak memperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang pendidikanmatematika.
Jakart& 8 Januari 2015
Panitia Ujian Munaqosah Tanggal
Ketua Panitia (Ketua JurusanlProgram Studi)
t1/,
zots
t4
/
,
,o,,
t
trDn K+dir.,M.Pd
NIP. 19670812 1994W I 001
Sekretaris (Sekretaris JurusanlProgram Studi)
Ab{ul Muin,
S,$i, M.PdNIP. 19751201 200604
I
003 PengujiI
Otgnq Suhyanto. M.Si NIP. 19681104 199903 I 00r Penguji
II
Eva Musvrifah. S.Pd. M.Si NIP. 1982052E 201101 2 011
Mengetahui,
Ilmu Tarbiyah dafl Keguruan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa disusun oleh Afrina Amelia I)ewi,
NIM. 1110017000034, Jurusan
Pendidikan Matematikq Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta,
Desember 2014Yang mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
t
Drs.
E
Ali Hamzah.lllPd ItrP.19480323 198203I
0017*
SURAT PERII"YATAAN
KARYA
ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama NIM
Jurusan
",A.ngketaeTdlw
Alamat
l.
NamaNIP
Dosen Jurusan
2. Nama
NIP
Dosen Jurusan
:
Afrina Amelia Dewi:
1110017000034: PendidikanMatematika
:
2&10: Jln.
Semangka III RT l3lRW 09 No. 58, Jati PuloKec. Palmerah - Jakarta Barat
MEI\IYATAKAI\I DENGAII SESUNGGUflITYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Metode Permainan Kartu (Card Games) terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif
Matematis Siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:: Drs. H. Ali Hamzah M.Pd : 19480323 198203 I 001
: Pendidikan Matematika
: Gusni Satriawati" M.Pd :19780809200801 2032 : Pendidikan Matematika
Demikiao surat pemyataan
ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karyasendiri.
Jal<afia, Desember 2014 Yang Menyatakan,
Afrina Amelia Dewi
i
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2014.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh metode permainan kartu terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Jati Pulo 03 Pagi Tahun Ajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Subject Post Test Only Control Group Design, yang melibatkan 70 siswa sebagai sampel. Pengumpulan data setelah perlakuan dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis berbentuk essay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan metode permainan kartu lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan metode permainan kartu yaitu sebesar 70,28, sedangkan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan metode konvensional yaitu sebesar 58,58. Berdasarkan perhitungan dengan uji t dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai thitungsebesar 3,23 dan nilai ttabelsebesar 1,67
(thitung = 3,23 > ttabel = 1,67). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa
pembelajaran matematika dengan metode permainan kartu berpengaruh baik terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
ii
ABSTRACT
Afrina Amelia Dewi (1110017000034), “The Effect of Card Games Method to
Student’s Mathematical Creative Thinking Skill”. Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.
The purpose of this research is to analyze the effect of card games method
to student’s mathematical creative thinking skill. This research was conducted at Sekolah Dasar (SD) Negeri Jati Pulo 03 Pagi for academic year 2014/2015. The method used in this research is quasi experimental method with Randomized Subjects Post Test Only Control Group Design, which involves 70 students as the sample. Data collection after the treatment is done by using a mathematical creative thinking skill test as written essay test. The research showed that the
student’s mathematical creative thinking skill who are taught by card games is
better than students who taught by conventional method. This matter visible from
the mean score of the results from student’s mathematical creative thinking skill
test with card games method is 70,28, while the mean score of the results from
student’s mathematical creative thinking skill test with conventional method is 58,58. Based on the calculation of the t test with significance level of 5 % , the value oftcountis 3,23 and the value ofttableis 1.67(tcount= 3,23 > ttable= 1.67). The
conclusion from the result of this research is that mathematic’s learning with card games method give a good affects to the student’s mathematical creative thinking
skills..
iii
telah memberikan inspirasi tidak terhingga disetiap kata-kata yang penulis tulis di
skripsi ini, serta juga kemudahan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis mengerti betul banyak sekali kekurangan
dalam penulisan, proses penulisan, serta penelitian. Namun, berkat kerja keras, doa,
perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta nasehat positif dari berbagai pihak
untuk penyelesaian skripsi ini, penulis dapat mengatasi kesulitan dan hambatan yang
dialami. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Kadir M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Abdul Muin, S.Si. M,Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus
dosen pembimbing akademik dan Ibu Gusni Satriawati, M.Pd selaku Dosen
Pembimbing II yang telah menyempatkan waktunya untuk melayani
pertanyaan-pertanyaan penuh kebingungan dengan kesabaran dan senyuman, serta senantiasa
memberikan arahan dan titik terang ditengah masalah yang dihadapi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Matemaika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
6. Kepala SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi Jakarta Barat, Bapak Karno, M.Pd yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
7. Seluruh dewan guru SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi Jakarta Barat, Khususnya ibu
Yeni Suratiningsih dan Bapak Sukri Arief yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian ini, serta siswa-siswa SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi
Jakarta Barat, khususnya kelas IV-A dan IV-B.
8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Sumarso Slamet dan
Ibunda Tri Suciati yang tak henti-hentinya mendoakan dan memberikan motivasi
dan dukungan baik moril maupun materil dengan senantiasa menanyakan “Lia
Kapan Wisuda?”, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak-kakakku tersayang, Afrizal Arsyad dan Afriyanti yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, serta seluruh keluarga yang mendoakan dan
mendorong penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Khairiah Nuroctaviani, sahabat yang selalu ada, tempat berkeluh kesah, dan
senantiasa memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
11. Sahabatku tersayang Emi Suhaemi, Indah Permatasari, Dewi Nirmala, dan
Nuristia Fathu R yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan tempat
berbagi untuk segala cerita selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
12. Mohamad Muchtarudin, teman seperjuangan dalam bimbingan skripsi yang juga
senantiasa memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2010.
Terimakasih untuk segala kehangatan yang diberikan selama empat tahun
bersama.
Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa
v
yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas
lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan
dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini
akan penulis terima dengan hati terbuka.
Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang
sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.
Jakarta, Desember 2014
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR BAGAN... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah... 8
E. Tujuan Penelitian... 9
F. Manfaat Penelitian... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 10
A. Landasan Teoritis ... 10
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 10
a. Pengertian Berpikir Kreatif ... 10
b. Pengertian Matematika... 16
c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 18
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)... 22
3. Metode Permainan Kartu (Card Games) ... 25
4. Metode Konvensional ... 29
5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31
B. Kerangka Berpikir ... 32
vii
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Instrumen Penelitian... 37
F. Analisis Instrumen... 39
1. Uji Validitas ... 39
2. Uji Reliabilitas... 39
3. Taraf Kesukaran ... 40
4. Daya Pembeda ... 41
G. Teknik Analisis Data ... 43
1. Uji Persyaratan Analisis ... 43
a. Uji Normalitas ... 43
b. Uji Homogenitas... 45
2. Pengujian Hipotesis... 46
H. Hipotesis Statistik... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50
A. Deskripsi Data ... 50
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 51
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 55
3. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 59
B. Analisis Data ... 62
1. Uji Prasyarat ... 62
a. Uji Normalitas ... 62
b. Uji Homogenitas ... 63
viii
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 65
2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 72
a. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator Kelancaran (Fluency)... 73
b. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator Keluwesan (Flexibility) ... 75
D. Keterbatasan Penelitian ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 79
A. Kesimpulan... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
ix
Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian... 36
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kreatif Matematis ... 38
Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Analisis Butir Soal... 43
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen ... 51
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen... 53
Tabel 4.3 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ... 53
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Kontrol... 55
Table 4.5 Deskripsi Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Kontrol ... 57
Tabel 4.6 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ... 57
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 59
Tabel 4.8 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan
Indikator Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 63
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 64
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 52
Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 54
Gambar 4.3 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 56
Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Indikator Kemampuan Berpikri Kreatif
Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 58
Gambar 4.5 Perbandingan Nilai Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 61
Gambar 4.6 Hasil Jawaban Beberapa Kelompok pada Lembar Kerja Siswa 2 70
Gambar 4.7 Siswa Saat Melakukan Permainan Kartu (Card Games) Dalam Kelompok ... 71
Gambar 4.8 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFluencypada Kelas Eksperimen 73 Gambar 4.9 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFluencypada Kelas Kontrol... 74 Gambar 4.10 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFlexibilitypada Kelas
Eksperimen ... 75
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Form Wawancara Pra Penelitian ... 84
Lampiran 2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 87
Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar... 89
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 91
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 121
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 145
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol... 176
Lampiran 8 Lembar Latihan Siswa ... 183
Lampiran 9 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 187
Lampiran 10 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 188
Lampiran 11 Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 190 Lampiran 12 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 192
Lampiran 13 Perhitungan Uji Validitas ... 193
Lampiran 14 Hasil Uji Validitas ... 195
Lampiran 15 Perhitungan Uji Reliabilitas... 196
Lampiran 16 Hasil Uji Reliabilitas ... 197
Lampiran 17 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ... 198
Lampiran 18 Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 199
Lampiran 19 Perhitungan Uji Daya Pembeda... 200
Lampiran 20 Hasil Uji Daya Pembeda... 201
Lampiran 21 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 202
Lampiran 22 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 203
xiii
Eksperimen ... 213
Lampiran 28 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 214
Lampiran 29 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Ketajaman Kelas Eksperimen 215 Lampiran 30 Perhitungan Mean, Standar Deviasi dan Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen ... 221
Lampiran 31 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Ketajaman Kelas Kontrol ... 222
Lampiran 32 Perhitungan Mean, Standar Deviasi dan Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Indikator Kelas Kontrol ... 228
Lampiran 33 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 229
Lampiran 34 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 231
Lampiran 35 Perhitungan Uji Homogenitas ... 233
Lampiran 36 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik... 234
Lampiran 37 Tabel Nilai KoefisienKorelasi “r” Product MomentPearson ... 236
Lampiran 38 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)... 237
Lampiran 39 Tabel Nilai Kritis Distribusi F ... 238
Lampiran 40 Tabel Nilai Kritis Distribusi t ... 239
Lampiran 41 Uji Referensi... 240
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam hidup manusia karena
merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber
daya manusia. Sebagaimana menurut Retno Listyarti, “Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju”1, karena pada dasarnya merupakan proses pematangan kualitas hidup, yang dengan proses
ini diharapkan manusia dapat memahami arti dan hakikat hidup serta bagaimana
menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Oleh karena itu fokus
pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul yang
menitikberatkan pada proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak, dan
keimanan.
Pendidikan dapat dimaknai dalam pengertian dasar maupun sebagai suatu
proses. Dalam pengertian dasar, pendidikan adalah proses menjadi, yakni
menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat,
watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh. Sedangkan sebagai suatu
proses, dapat dimaknai sebagai semua tindakan yang mempunyai efek pada
perubahan watak, kepribadian, pemikiran, dan perilaku.2 Oleh karenanya pendidikan diharapkan dapat menyatukan sikap, pemikiran, hati nurani, dan
keimanan menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pada perkembangannya, paradigma pendidikan di Indonesia mulai berubah
dimana penyelenggaraan pendidikan nasional berubah dari pradigma pengajaran
menjadi paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pendidikan ini seiring
dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
Nasional Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 sebagaimana dikutip
Dedy:
1
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif, (Jakarta: Esensi, 2012), h. 2.
2
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Paradigma pembelajaran ini menuntut siswa untuk dapat berperan aktif dan
kreatif dalam proses belajar serta mengoreksi peran dominan guru. Dan juga para
guru dituntut untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat mendorong
para siswa untuk aktif, kreatif, dan kritis dalam proses pembelajaran atau dapat
juga dikatakan bahwa proses pembelajaran berpusat pada siswa (student center learning).
Salah satu cara untuk menanamkan kemampuan dasar bagi anak adalah
dengan merancang kurikulum dan pembelajaran tematik sebagaimana dalam
kurikulum 2013, karena orientasi dari kurikulum ini adalah terjadinya peningkatan
dan keseimbangan antara sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan di sekolah, matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting karena matematika
merupakan ilmu yang dapat melatih untuk berpikir logis, analisis, sistematis, kritis
dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif.
Matematika merupakan ilmu tentang hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Dimana dapat dikatakan siswa memiliki kemampuan matematika ketika telah
menguasai dan terampil dalam menyelesaikan masalah dengan tahapan-tahapan
tertentu. Kemampuan menyelesaikan masalah dengan tahapan-tahapan tertentu ini
menjadi tujuan belajar dalam matematika. Sebagaimana menurut M. Ali Hamzah
dan Muhlisrarini, “Kalau substansial matematika berisi fakta, konsep, prinsip,
3
3
skilldan keterampilan sertaproblem solvingmakaproceduralmenyelesaikan soal itulah yang menjadi tujuan belajar matematika.”4 Jadi dapat dikatakan bahwa matematika itu merupakan ilmu tentang bilangan dan merupakan ilmu dasar yang
perlu dimiliki setiap anak untuk dapat melatih kemampuan berpikir mereka yang
salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif..
Dalam pembelajaran, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk
dapat berpikir kreatif. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa di era global ini
kreativitas diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan
menyelesaikan masalah. Dengan pemikiran kreatif ini, siswa akan lancar dalam
berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu
melahirkan banyak gagasan. Oleh karenanya sikap kreatif perlu dilatih sejak dini,
agar siswa tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan melainkan mampu
menghasilkan pengetahuan baru.
Kreativitas diperlukan dalam setiap bidang kehidupan, termasuk matematika.
Dalam matematika, kreativitas lebih ditekankan pada prosesnya bukan produknya,
yaitu bagaimana siswa dapat memandang masalah dari perspektif yang berbeda
dan dapat menemukan solusi yang beragam. Kreativitas dalam matematika
disebut juga dengan berpikir kreatif matematis.
Kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu kemampuan untuk
menyelesaikan masalah matematika secara kreatif. Kriteria kreativitas pemecahan
masalah menurut Silver (1997) diindikasikan dengan kefasihan, fleksibilitas, dan
kebaruan.5 Kefasihan dalam pemecahan masalah ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghasilkan beragam gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah.
Fleksibilitas ditunjukkan dengan kemampuan menyelesaikan masalah dengan
berbagai cara yang berbeda. Dan kebaruan dalam pemecahan masalah didasarkan
pada kemampuan memecahkan masalah dengan melahirkan ide baru atau unik
yang mana menekankan pada keaslian ide yang dibuat oleh siswa.
4
M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: Rajawali Press, 2014), cet. 1, h. 49.
5
Berdasarkan penelitian PISA pada tahun 2012, Indonesia menduduki
peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam bidang matematika.6Hal ini menunjukkan masih rendahnya kemampuan matematika siswa di Indonesia.
Sementara pelaksanaan pembelajaran saat ini siswa kurang didorong untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak
dituntut untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari.7 Proses pembelajaran yang ada tidak diarahkan untuk membangun karakter dan potensi yang dimiliki siswa, kemampuan memecahkan
masalah, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan
inovatif. Hal ini mengakibatkan mereka pintar secara teori tetapi tidak secara
aplikasi. Sebagai contoh “Anak hafal perkalian dan pembagian, tetapi mereka bingung berapa harus membayar manakala ia disuruh untuk membeli 2,5 kg telur,
harga satu kilo Rp 12.500,00”.8 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa masih rendah dan juga siswa kurang dapat menggunakan
kemampuan berpikirnya saat dihadapkan pada masalah di kehidupan sehari-hari.
Selain itu, dalam pembelajaran di kelas, berpikir kreatif sebagai kemampuan
untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah, merupakan bentuk pemikiran yang masih kurang mendapat perhatian
dalam pendidikan formal. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran yang menjadi
fokus utama adalah pengetahuan, ingatan, dan kemampuan berpikir logis, yaitu
kemampuan menemukan suatu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang
diberikan. “Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak
diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang
6
Posisi Indonesia nyaris jadi juru kunci. Artikel diakses pada 17 februari 2014 dari
www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor-pisa-posisi-indonesi-nyaris-jadi-juru-kunci.html
7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 5, h. 1.
5
sudah diajarkan guru. Guru sering tidak membiarkan siswa mengkonstruk
pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika”.9
Kurang perhatiannya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa didukung
oleh rendahnya pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Setidaknya hal ini
diindikasikan oleh sedikitnya artikel atau penelitian terkait dengan pengembangan
kemampuan tersebut, yakni hanya terdapat 44 dari 2.426 artikel atau kurang dari
2% yang terdapat dalam data base Educational Resources Information Center (ERIC) pada bulan September 2002.10 Dan juga berdasarkan hasil penelitian Siswono, Abadi, & Rosyidi (2008) menunjukkan bahwa “Sebanyak 10,8% guru tidak pernah mengajarkan siswa menyelesaikan dengan cara berbeda dan 41,5%
jarang melakukan kegiatan itu. Informasi lain sebanyak 55,4% guru tidak pernah
meminta siswa mengembangkan imajinasinya.”11 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif belum mendapat fokus pada pembelajaran
matematika.
Sejalan dengan hasil penelitian yang telah disebutkan, berdasarkan hasil
wawancara (Lampiran 1) dengan guru matematika di SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi diketahui bahwa metode pembelajaran yang seringkali digunakan dalam
pembelajaran matematika adalah metode ceramah, tanya jawab maupun diskusi.
Sedangkan pada saat diskusi pun hanya sebagian siswa yang aktif, selebihnya
masih pasif dalam proses belajar mengajar.12 Hal ini dipertegas dari hasil observasi aktivitas belajar siswa (Lampiran 2) dan hasil observasi aktivitas mengajar (Lampiran 3) yang dilakukan di sekolah tersebut, terlihat bahwa guru lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran dibandingkan siswanya. Pada
pembelajaran ini siswa hanya menerima informasi dari guru, sehingga siswa
hanya mampu meniru tanpa dapat memahami. Terlihat pada saat siswa diberi soal
9
Tatag Yuli E., Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), h. 2.
10
Ali Mahmudi, “Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada
Konferensi Nasional Matematika (KNM) XIV Universitas Sriwijaya, 24-27 Juli 2008, h. 3. 11
Tatag Yuli E., dkk., “Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”,Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), Vol. 18 No. 2, 2012, h. 3.
12
yang berbeda dari contoh, sangat sedikit siswa yang dapat menyelesaikan soal
tersebut dengan benar. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa hanya mampu
mengerjakan soal secara prosedural seperti yang telah dicontohkan oleh guru,
namun saat dihadapkan pada soal yang sedikit lebih sulit ataupun yang berbeda
dari contoh, mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.
Melihat kurangnya perhatian terhadap aspek berpikir kreatif dalam
pembelajaran matematika, maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu kiranya melatih kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa sejak mereka dalam pendidikan dasar yang mana
merupakan bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional, yaitu diselenggarakan
selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat
pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.
Pada perkembangannya, anak usia sekolah dasar cenderung suka bermain,
memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya
sehingga pembelajaran di sekolah dasar harus diusahakan agar tercipta suasana
siswa yang aktif dan menyenangkan. Untuk itu guru perlu memperhatikan
beberapa prinsip latar, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip belajar sambil
bermain, dan prinsip keterpaduan. (Depdikbud, 1995: 1-2).13 Dalam prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan
suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar. Karena suasana ini akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Sebagaimana karakteristik anak usia
SD menurut Sumantri dan Permana (mengutip pendapat Bassett, Jacka, dan
Logan) adalah secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan
dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, senang bermain dan lebih
suka bergembira riang, suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, suka
mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru.14
13
Abdul Majid,Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 3.
14
Ahmad Saefudin, dkk., “Penerapan Metode Permainan Menggunakan Kartu Kosakata
dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas V SD”, FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret,
7
Metode belajar sambil bermain disebut juga metode permainan. Mengingat
dunia anak adalah dunia bermain, metode permainan kartu ini merupakan salah
satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Metode
permainan kartu ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran matematika kepada
peserta didik, dimana dengan diterapkannya metode ini siswa dapat lebih tertarik
untuk mengikuti pembelajaran dan terus menggali potensinya dengan
mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki, karena proses belajar didesain
lebih menarik dan dalam situasi yang menyenangkan. Dengan situasi ini, siswa
akan memperoleh berbagai pengalaman yang dapat mengembangkan potensi
perkembangan yang dimilikinya. Metode pembelajaran ini memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap
konsep matematika dan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari
yang sudah diajarkan guru. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa dapat terasah dan terus meningkat. Sebagaimana pendapat
Mayke dalam Anggani (2000), bahwa belajar dengan bermain memberi
kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan
sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan dan mendapatkan bermacam-macam
konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.15Dari pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa metode permainan dapat mengeksplorasi kemampuan
siswa dengan mempraktikkan sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa dapat
berkembang.
Berdasarkan uraian di atas, penerapan metode permainan kartu diduga akan
memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa, sehingga perlu kiranya diteliti lebih lanjut. Oleh karenanya,
peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Permainan Kartu (Card Games) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa”.
15
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disebutkan, maka dapat
didefinisikan masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
2. Pelaksanaan pembelajaran saat ini, siswa kurang didorong untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya
3. Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan
pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif.
4. Kemampuan berpikir kreatif kurang mendapat perhatian dalam pendidikan
formal.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu
diadakan pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini lebih
terarah dan tidak terjadi penyimpangan. Adapun masalah yang dibatasi dalam
penelitian ini adalah :
1. Diambil dua kelas secara acak, satu kelas menggunakan metode permainan
kartu (card games) dan kelas lainnya menggunakan metode konvensional. 2. Agar proses terarah, maka kemampuan yang akan diteliti adalah kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa, dimana indikator yang diteliti dibatasi hanya
pada aspek kemampuan menghasilkan beragam gagasan, jawaban dan
penyelesaian masalah (fluency) dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda (flexibility).
D. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan
menggunakan metode permainan kartu (card games)?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan
9
3. Bagaimana pengaruh metode permainan kartu (card games) dibanding metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan
menggunakan metode permainan kartu (card games)
2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan
menggunakan metode konvensional.
3. Untuk mengetahui pengaruh metode permainan kartu (card games) dibanding metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan adalah:
1. Bagi Siswa
Dapat memperoleh pembelajaran yang bervariatif yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran matematika.
2. Bagi Guru
Sebagai alternatif yang dapat dilakukan Guru dalam upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan mengenai metode permainan kartu (card games) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
4. Bagi Sekolah
Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran matematika,
dapat memberikan sumbangan alternatif pembelajaran yang baik untuk
10
A. Landasan Teoritis
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
a. Pengertian Berpikir Kreatif
Berpikir merupakan suatu aktivitas yang dialami seseorang apabila
dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menurut Ruggiero
sebagaimana dikutip Tatag, menyatakan bahwa berpikir sebagai suatu aktivitas
mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah,
membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand).1Hal ini dapat diartikan bahwa berpikir sebagai sebuah pijakan awal dalam menyelesaikan masalah, dimana dari rasa ingin tahu kita akan suatu hal
maupun masalah, kita dapat memecahkan suatu masalah dan membuat keputusan.
Berpikir melibatkan manipulasi dan transformasi informasi dalam memori,
dengan tujuan membentuk konsep, alasan, pikiran kritis, dan penyelesaian
masalah. Kita berpikir agar dapat membuat pertimbangan, berintrospeksi,
mengevaluasi ide-ide, menyelesaikan persoalan, dan mengambil keputusan.2 Berpikir tidak selalu untuk memecahkan suatu masalah, melainkan juga untuk
dapat membentuk suatu konsep tertentu atau menimbulkan ide-ide kreatif. Jadi,
berpikir dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha seseorang yang
dilakukan secara sadar untuk mencapai suatu tujuan, baik itu pemahaman,
perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, analisis maupun
kreativitas dengan memanipulasi dan mentrasformasi informasi dalam memori.
Sebagai manusia yang dibekali akal oleh Allah SWT sebagai sarana untuk
berpikir, kita hendaknya dapat menggunakannya semaksimal mungkin. Pada
1
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 13
2
John W. Santrock, Perkembangan Anak, Terj. dari Child Development, eleventh edition
11
dasarnya setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali
tidak disadari. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut,
fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat laun mulai terbuka
di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambah pula kemampuan
berpikirnya.3
Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau
pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran,
akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan
alasan inilah, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau
merenung, sebagaimana Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada
manusia untuk dipikirkan atau direnungkan dalam firman-Nya:4
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatNya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad, 38: 29)
Ayat tersebut menekankan bahwa hendaknya setiap orang berusaha secara keras
dan ikhlas dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikirnya.
Berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang baru, baik ide atau pemahaman yang berasal dari
pengetahuan yang telah dimiliki maupun dari hal-hal yang baru dipelajari. Hal ini
didasari oleh pendapat The dalam buku Tatag, yang memberi batasan bahwa
berpikir kreatif (pemikiran kreatif) adalah suatu rangkaian tindakan yang
dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah
pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep,
pengalaman, dan pengetahuan.5
Berpikir kreatif disebut juga sebagai berpikir divergen, yaitu kemampuan
seseorang untuk dapat mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan.
3
Harun Yahya,Bagaimana Seorang Muslim Berpikir?, Terj. dariDeep Thinkingoleh Catur Sriherwanto, (Jakarta: Robbani Press, 2001), h. 9-10.
4
Ibid.,h. 13. 5
Saat seseorang berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, pemikiran divergen
memberikan banyak ide atau alternatif jawaban yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Pehnoken
sebagaimana dikutip Tatag, bahwa berpikir kreatif diartikan sebagai suatu
kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi
tetapi masih dalam kesadaran.6 Berpikir logis dapat diartikan sebagai sebagai kemampuan berpikir untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika
dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan
pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.7Jadi berpikir kreatif menurut Pehnoken dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat
mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan dengan upaya menarik
kesimpulan menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu
benar sesuai dengan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya.
Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan
ketika seseorang menghasilkan suatu ide baru, dimana ide baru tersebut
merupakan gabungan dari ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan.
Pengertian ini ditandai dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil
dari proses bepikir tersebut. Pengertian ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan Coleman and Hammen sebagaimana dikutip Euis,“creative thinking
was a way of thinking which produce a new concept, finding, or art creation”.8 Maksudnya adalah bahwa berpikir kreatif merupakan cara berpikir seseorang yang
mana untuk menghasilkan produk berupa konsep baru, menemukan, ataupun
menciptakan.
Kemampuan berpikir kreatif tidak begitu saja dimiliki oleh seseorang,
melainkan dibutuhkan adanya persiapan sejak dini yaitu pengalaman dan latihan
yang dimiliki sehingga memungkinkan seseorang tersebut untuk dapat
6
Tatag Yuli Eko Siswono, “Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika”, FMIPA Universitas Negeri Surabaya, h. 1.
7
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 13.
8
13
memecahkan masalah. Dengan adanya pengalaman maupun latihan, seseorang
dapat menciptakan sesuatu yang merupakan hasil penggabungan atau kombinasi
dari unsur-unsur atau ide-ide yang telah dimiliki menjadi sesuatu yang baru.
Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif mampu untuk
memberikan ide-ide baru atas permasalahan yang dihadapinya, baik secara teori
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran yang kreatif ini merupakan hasil
perwujudan dari kemampuan akal yang dihasilkan melalui empat fase, yaitu: fase
persiapan (preparation), fase inkubasi (incubation), fase inspirasi (illumination), dan fase perealisasian (verification).9
1. Fase persiapan (preparation)
Fase ini mencakup segala hal yang dipelajari orang yang kreatif melalui
kehidupan dan pengalaman yang diperolehnya, meskipun melalui usaha
dan kesalahan terlebih dahulu. Disamping berbagai macam pengetahuan
yang dimiliki oleh orang kreatif, latihan khusus yang berkaitan dengan
kerja kreatif juga diperlukan. Proses persiapan ini membutuhkan waktu
yang lama dan juga perlu mengetahui pengetahuan dasar terlebih dahulu
supaya dapat menyempurnakan sesuatu dengan menghasilkan kreativitas.
2. Fase inkubasi (incubation)
Dalam fase ini, orang yang kreatif cenderung tidak akan menyibukkan diri
dengan berbagai permasalahan. Mereka sengaja mengalihkan pandangan
dari permasalahan utama kepada sesuatu yang lain setelah melewati fase
persiapan, dengan harapan dapat memberikan petunjuk kepada solusi akhir
bersamaan dengan berlalunya waktu. Dalam fase ini, kegundahan dapat
mengalahkan perilaku seseorang, dengan disertai rasa tidak nyaman
sampai frustasi dan menjadi mudah terpengaruh. Sementara seseorang
yang santai terkadang mengalami sejenis perubahan yang dapat
meminimalisir pengaruh faktor-faktor pembelaan maupun intervensi, dan
mempersiapkan kesempatan untuk memunculkan kreativitas melalui
dorongan yang kuat dan baru.
9
3. Fase inspirasi (illumination)
Pada fase ini, sebuah solusi tampak seakan-akan datang secara tiba-tiba
disertai dengan emosi yang meluap dan menyenangkan. Fase inkubasi ini
bukan merupakan fase yang terpisah dan mandiri. Namun, merupakan
hasil dari seluruh upaya yang dilakukan oleh orang kreatif selama fase-fase
sebelumnya. Inspirasi bisa datang darimana saja, misalkan datang melalui
tidur seperti halnya yang dialami oleh Descrates seorang pakar matematika
dan juga Fredriek Kekule seorang penemu dalam bidang kimia organic.
Dapat juga dikatakan fase ini diimplementasikan dengan munculnya solusi
yang kreatif dengan cara spontan
4. Fase perealisasian (verification)
Dalam fase ini orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan
kelayakan kreativitasnya melalui eksperimen. Bisa jadi dalam fase ini
dilakukan sebagian revisi atau perubahan guna memperbaiki dan
memunculkan ide sebaik mungkin.
Dalam fase berkreativitas yang telah diuraikan diatas, fase inkubasi dan fase
inspirasi merupakan dua fase dasar yang memberikan cahaya bagi proses
berkreativitas itu sendiri secara langsung.
Pendapat lain mengenai berpikir kreatif disampaikan Martin sebagaimana
dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk
menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk.10 Produk dari berpikir kreatif dapat juga kita sebut sebagai kreativitas. Kreativitas sebagai hasil
pemikiran kreatif sebenarnya dimiliki oleh semua orang, namun bagaimana
kreativitas itu dapat terbentuk merupakan suatu proses kognitif yang harus
dikembangkan oleh tiap individu. Walaupun setiap orang memiliki bakat kreatif,
namun jika tidak diasah maka bakat tersebut tidak akan berkembang bahkan
menjadi bakat terpendam yang tidak terwujud, karena sesungguhnya kreativitas
itu dibentuk oleh adanya pengalaman-pengalaman dan informasi yang diterima
10
Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan
15
oleh seseorang yang selanjutnya digunakan untuk memahami suatu persoalan dan
menyelesaikannya dengan cara yang orisinil.
Untuk dapat berkreativitas seseorang hendaknya meluangkan waktunya
untuk melakukan ‘perenungan kreatif’. Seperti yang diungkapkan oleh De Bono,
bahwa perenungan kreatif ini merupakan upaya yang dimaksudkan untuk
mencermati berbagai sisi yang berbeda terhadap suatu hal yang tertentu, dan
mencari alternatif-alternatif lainnya.11 Perenungan kreatif ini dimaksudkan untuk mencari suatu pemikiran baru dalam bidang tertentu dan memfokuskannya. Hal
ini dikarenakan kita memiliki alasan yang mengharuskan kita untuk berpikir.
Karena tidak mungkin suatu pemikiran dapat terwujud tanpa adanya perhatian
terhadap hal-hal tertentu. Sebagaimana suatu penemuan tidak akan tercapai tanpa
adanya perenungan kreatif.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru
memiliki definisi yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda. Ada yang
mengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang menekankan kepada
produk yang dihasilkan maupun dari sudut pandang yang menekankan pada
proses.
Definisi kreativitas yang menekankan pada produk dikemukakan oleh
Pehnoken dalam buku Tatag yang menyebutkan bahwa kreativitas merupakan
kinerja (performance) seorang individu yang menghasilkan sesuatu yang baru dan tidak terduga (creativity as performance where the individual is producing something new and unpredictable).12 Sedangkan definisi kreativitas yang menekankan pada prosesnya, yaitu proses menjadikan seseorang kreatif
disampaikan oleh Isaksen dan Trefingger (dalam Isaken dan Murdock, 1988)
dalam buku Tatag juga, yang mendefinisikan:
kreativitas merupakan sebuah pembuatan dan pengkomunikasian hubungan-hubungan baru yang bermakna untuk membantu memikirkan berbagai kemungkinan; memikirkan dan mengalami dalam berbagai cara serta menggunakan pandangan-pandangan baru; memikirkan
11
Amal,op. cit.,h. 118.
12
kemungkinan-kemungkinan baru dan tidak biasa; serta membimbing seseorang dalam pembuatan dan pemilihan alternatif-alternatif.13
Dari kedua sudut pandang definisi kreativitas di atas, dapat kita lihat
kesamaan dari kreativitas itu sendiri yaitu adanya sesuatu yang baru yang
dimunculkan. Baru disini tidak harus dikaitkan dengan ide yang benar-benar baru,
melainkan dapat juga baru menurut siswa.
Kreativitas itu sendiri terdapat dalam semua aspek kehidupan termasuk
dalam bidang pendidikan. Seperti yang diungkapkan Robinson sebagaimana
dikutipAvril, “Creativity is possible in all areas human activity and it draws from
all areas of human intelligence”.14 Menurutnya, kreativitas itu mungkin ada
dalam semua bidang aktivitas manusia dan ia tergambar dalam semua bidang
kecerdasan manusia. Seperti halnya dalam bidang seni maupun sastra, kreativitas
juga terdapat dalam matematika. Menurut Pehnoken sebagaimana dikutip Ali,
kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra,
atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk
matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih
ditekankan pada prosesnya, yaitu proses berpikir kreatif.15
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai berpikir kreatif yang telah
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu
kegiatan mental yang dilakukan seseorang dalam menghasilkan gagasan dan
produk baru maupun bermacam-macam kemungkinan dalam penyelesaian
masalah dengan melihat hubungan-hubungan antara satu hal dengan yang lainnya.
b. Pengertian Matematika
Matematika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang penting untuk
diajarkan kepada anak-anak sejak sekolah dasar karena berguna dalam kehidupan
sehari-hari serta diperlukan sebagai dasar mempelajari matematika pada tingkat
13
Ibid.,h. 9.
14
Avril Loveless, “Thinking about Creativity: Developing Ideas, Making Things Happen”,
dalam Anthony Wilson (ed), Creativity in Primary Education, (Southernhay East: Learning Matters, 2009), h. 23.
15
17
lebih lanjut maupun dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada tingkat
sekolah dasar, pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta mampu
bekerja sama
Kata matematika sendiri berasal dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan, mathanein yang artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan (Depdiknas).16
Lebih lanjut Hudojo, sebagaimana dikutip Esti mengartikan matematika
adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karenanya
matematika diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam kemajuan
IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada peserta didik sejak sekolah dasar .17 Dalam definisi lain, Ismail dkk memberikan definisi hakikat matematika
sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas
masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari
hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur
dan alat.18 Sejalan dengan pendapat Soedjadi sebagaimana dikutip Nahrowie yang mendefinisikan matematika sebagai pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan serta pengetahuan tentang struktur-struktur yang
logis.19
Matematika disebut juga sebagai ilmu deduktif, sebab dalam matematika
tidak menerima generalisasi berdasarkan observasi maupun eksperimen.
Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.
Meskipun matematika sebagai cabang ilmu yang menggunakan penalaran
deduktif, matematika tetap perlu diberikan kepada peserta didik usia sekolah dasar
16
M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: Rajawali Press, 2014), cet. 1, h. 48.
17
Esti Yuli Widayanti, dkk.,Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 8.
18
Ali Hamzah,loc. cit. 19
yang masih pada tahap operasi konkret, karena penelaahan matematika tidak
sekedar kuantitas, tetapi tidak dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk,
struktur, konsep, dan operasi. Hal ini berarti bahwa matematika itu berkenaan
dengan gagasan yang berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis,
dimana konsep-konsepnya abstrak dan penalarannya deduktif.
Salah satu alasan mengapa matematika perlu diajarkan di sekolah adalah
untuk mengembangkan kreativitas siswa. Karena siswa dapat belajar untuk dapat
membangun konsep matematikanya sendiri dengan mencari hubungan-hubungan
antara konsep-konsep yang telah ada. Sehingga diharapkan siswa dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cermat dan tepat.
Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri antara lain:20
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsisten, dan inkonsisten
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan suatu ilmu digunakan untuk mengembangkan cara berpikir guna
membangun ide yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dan bertujuan
untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan yang perlu
dikembangkan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif merupakan
kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah
20
19
matematika dengan mengembangkan ide guna terciptanya berbagai jawaban,
gagasan, maupun sudut pandang terhadap suatu permasalahan.
Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop
sebagaimana dikutip Ali, yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua
keterampilan dalam berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif, yang sering
diidentikkan dengan intuisi, dan kemampuan berpikir analitik, yang diidentikkan
dengan kemampuan logis.21 Pandangan ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif lebih didasarkan pada pemikiran yang tiba-tiba, tak terduga dan di luar kebiasaan.
Berpikir kreatif matematis dapat juga kita sebut sebagai kreativitas
matematika. Karena kreativitas merupakan hasil dari berpikir kreatif. Kreativitas
matematika menurut Krutetskii sebagaimana dikutip Eric, dinyatakan sebagai
berikut:
… characterized mathematical creativity in the context of problem formulation (problem finding), invention, independence, and originality.22
Menurutnya, kreativitas matematika atau berpikir kreatif matematis diidentikkan
dengan pembuatan soal atauproblem finding, penemuan, kebebasan dan keaslian. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan hal yang penting dalam
perkembangan anak, karena mereka dapat menghasilkan ide-ide baru dari hasil
pengalamannya. Kreativitas matematika dapat terjadi ketika anak membuat
hubungan-hubungan atau koneksi antara apa yang dilihat dan pengetahuan
matematika yang telah dimiliki.
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diukur dari jawaban
yang dikemukakannya berdasarkan aspek-aspek berpikir kreatif matematis. Silver
sebagaimana dikutip Tatag menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan
berpikir kreatif seseorang dapat digunakan tiga komponen kunci yaitu kefasihan
(fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty) yang merupakan “The Torrance
21
Ali Mahmudi, ”Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada
Konferensi Nasional Matematika XIV UNSRI, Palembang, 24–27 Juli 2008, h. 5.
22
Tests of Creative Thinking”.23 Kefasihan yaitu mengacu pada banyaknya ide-ide yang dihasilkan dalam suatu permasalahan, fleksibilitas tampak pada
perubahan-perubahan sudut pandang ketika merespons sesuatu, dan kebaruan merupakan
keaslian dari ide yang dimunculkan.
Aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir divergen (divergen thinking), yang memiliki ciri-ciri: fleksibilitas, originalitas, dan fluency (keluwesan, keaslian, dan kuantitas output). Fleksibilitas menggambarkan keragaman ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulasi, originalitas menunjuk pada
tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap sesuatu
masalah. Sedangkan fluency menunjuk pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.24
Martin sebagaimana dikutip Ali mengemukakan tiga aspek kemampuan
berpikir kreatif, yaitu produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas
atau keluwesan. Produktivitas berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang
dihasilkan. Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan
hasil karya serupa. Dan fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk memodifikasi
keyakinan berdasarkan informasi baru.25
Lebih lanjut Kiesswetter berpendapat sebagaimana dikutip Ali, bahwa
kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan
berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika.26 Hal ini diperkuat oleh pendapat Haylock dan Kruteski bahwa berpikir kreatif selalu tampak menunjukkan keluwesan
(fleksibilitas).27 Fleksibilitas dari proses mental sebagai suatu komponen dari kemampuan kreatif matematis dalam sekolah.
23
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 23.
24
Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 179-180
25
Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan
pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA, Manado, 30 Juni–3 Juli 2010, h. 2-3
26
Ibid.,h. 3.
27
21
Sementara William dalam Munandar menjelaskan konsep, dan contoh
perilaku siswa yang menunjukkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif siswa,
yang meliputi lima indikator berpikir kreatif, yaitu keterampilan berpikir lancar
(fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan berpikir orisinal (originality), keterampilan memperinci (elaboration), dan keterampilan menilai (evaluation).28
1) Keterampilan berpikir lancar (fluency)
Keterampilan berpikir lancar dapat didefinisikan sebagai keterampilan atau
kemampuan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian
masalah, atau pertanyaan; memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal; serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
Keterampilan berpikir luwes ini merupakan keterampilan menghasilkan
gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi; dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; mencari banyak alternatif
atau arah yang berbeda-beda; serta mampu mengubah cara pendekatan
atau cara pemikiran.
3) Keterampilan berpikir orisinal (originality)
Keterampilan berpikir orisinal adalah kemampuan untuk melahirkan
ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk
mengungkapkan diri, serta kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
4) Keterampilan memperinci (elaboration)
Keterampilan memperinci dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, serta
kemampuan untuk menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu
obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
28
5) Keterampilan menilai (evaluation)
Keterampilan menilai merupakan kemampuan dalam menentukan patokan
penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu
rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana; serta kemampuan mengambil
keputusan terhadap situasi yang terbuka.
Dari beberapa aspek maupun ciri berpikir kreatif matematis yang telah
dikemukakan, aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan
dalam penelitian adalah kemampuan berpikir kreatif matematis yang meliputi
aspek kefasihan (fluency) dan fleksibilitas (flexibility).
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.29 Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa
untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar, karena
selama siswa bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Artzt & Newman sebagaimana dikutip Trianto yang menyatakan bahwa
dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.30
Pada pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi.
Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi siswa juga harus
membangun pengetahuannya sendiri dalam pikirannya, sehingga siswa memiliki
29
Rusman,Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. 3, h. 202.
30
23
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide
mereka. Kesempatan ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan
dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam
proses pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin sebagaimana
dikutip Rusman, bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi
secara aktif dan positif dalam kelompok.31
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
dianjurkan para ahli pendidikan guna memperbaiki sistem pembelajaran yang ada
dimana guru menjadi pusat pembelajaran. Alasan penggunaan strategi
pembelajaran ini dikemukakan Slavin sebagaimana dikutip Wina, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.32 Terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif sebagaimana
disebutkan oleh Johnson & Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto, yaitu:
(1) saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa, (2) interaksi antara
siswa yang semakin meningkat. (3) tanggung jawab individual, (4) keterampilan
interpersonal dan kelompok kecil, dan (5) proses kelompok.33
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:34
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b. Menyajikan informasi
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
e. Evaluasi
f. Memberikan penghargaan
31
Rusman,op.cit.,h. 201.
32
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 5, h. 242.
33
Trianto,op.cit.,h. 60
34
Meskipun demikian, prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri
atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3)
penilaian; dan (4) pengakuan tim.35 (1) Penjelasan materi
Tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap
ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
(2) Belajar dalam kelompok
Tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan tentang pokok
materi pelajaran. Selanjutnya siswa belajar pada kelompoknya
masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan ini bersifat
heterogen, artinya terdapat perbedaan-perbedaan setiap anggotanya dilihat
berdasarkan kemampuan akademisnya. Dalam belajar secara kelompok ini
siswa didorong untuk dapat tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, berdiskusi bersama, membandingkan jawaban, maupun mengoreksi hal-hal
yang kurang tepat.
(3) Penilaian
Penilaian dapat dilakukan dengan tes maupun kuis. Tes atau kuis dilakukan
baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual akan
memberikan informasi kemampuan setiap siswa, sedangkan tes kelompok
akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok.
(4) Pengakuan tim
Pengakuan tim ini merupakan penetapan tim yang paling berprestasi untuk
kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian
hadiah diharapkan dapat memotivasi tim yang berhasil untuk terus berprestasi
dan juga membangkitkan motivasi tim lainnya untuk lebih meningkatkan
prestasi mereka.
35
25
3. Metode Permainan Kartu (Card Games)
Dalam proses pembelajaran, metode merupakan suatu upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah tersusun dapat tercapai secara optimal. Dengan demikian, dalam
rangkaian sistem pembelajaran metode memegang peranan penting.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak. Pada
berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan untuk
menggunakannya sebagai arena bermain dan permainan. Joan dan Utami
sebagaimana dikutip A