• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode permainan (card games) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode permainan (card games) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LEMBAR

PENGESAHAN

Skripsi berjudul "Pengaruh Metode Permainnn

Kartu

(Card Gomes)

Terhadap Kemampuan

Berpiklr

Kreatif Matematis Siswa"

disusun oleh Afrina Amelia Dewl, Nomor Induk Mahasiswa 1110017000034, diajukan kepada

Jurusan Pendidikan Matematika" Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan

Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus

dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 8 Januari 2015 di hadapan penguji. Karena

itu

penulis berhak memperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang pendidikan

matematika.

Jakart& 8 Januari 2015

Panitia Ujian Munaqosah Tanggal

Ketua Panitia (Ketua JurusanlProgram Studi)

t1/,

zots

t4

/

,

,o,,

t

tr

Dn K+dir.,M.Pd

NIP. 19670812 1994W I 001

Sekretaris (Sekretaris JurusanlProgram Studi)

Ab{ul Muin,

S,$i, M.Pd

NIP. 19751201 200604

I

003 Penguji

I

Otgnq Suhyanto. M.Si NIP. 19681104 199903 I 00r Penguji

II

Eva Musvrifah. S.Pd. M.Si NIP. 1982052E 201101 2 011

Mengetahui,

Ilmu Tarbiyah dafl Keguruan

(3)

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa disusun oleh Afrina Amelia I)ewi,

NIM. 1110017000034, Jurusan

Pendidikan Matematikq Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak

untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,

Desember 2014

Yang mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

t

Drs.

E

Ali Hamzah.lllPd ItrP.19480323 198203

I

001
(4)

7*

SURAT PERII"YATAAN

KARYA

ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama NIM

Jurusan

",A.ngketaeTdlw

Alamat

l.

Nama

NIP

Dosen Jurusan

2. Nama

NIP

Dosen Jurusan

:

Afrina Amelia Dewi

:

1110017000034

: PendidikanMatematika

:

2&10

: Jln.

Semangka III RT l3lRW 09 No. 58, Jati Pulo

Kec. Palmerah - Jakarta Barat

MEI\IYATAKAI\I DENGAII SESUNGGUflITYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Metode Permainan Kartu (Card Games) terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif

Matematis Siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

: Drs. H. Ali Hamzah M.Pd : 19480323 198203 I 001

: Pendidikan Matematika

: Gusni Satriawati" M.Pd :19780809200801 2032 : Pendidikan Matematika

Demikiao surat pemyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jal<afia, Desember 2014 Yang Menyatakan,

Afrina Amelia Dewi

(5)

i

Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh metode permainan kartu terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Jati Pulo 03 Pagi Tahun Ajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Subject Post Test Only Control Group Design, yang melibatkan 70 siswa sebagai sampel. Pengumpulan data setelah perlakuan dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis berbentuk essay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan metode permainan kartu lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan metode permainan kartu yaitu sebesar 70,28, sedangkan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan metode konvensional yaitu sebesar 58,58. Berdasarkan perhitungan dengan uji t dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai thitungsebesar 3,23 dan nilai ttabelsebesar 1,67

(thitung = 3,23 > ttabel = 1,67). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa

pembelajaran matematika dengan metode permainan kartu berpengaruh baik terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

(6)

ii

ABSTRACT

Afrina Amelia Dewi (1110017000034), “The Effect of Card Games Method to

Student’s Mathematical Creative Thinking Skill”. Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

The purpose of this research is to analyze the effect of card games method

to student’s mathematical creative thinking skill. This research was conducted at Sekolah Dasar (SD) Negeri Jati Pulo 03 Pagi for academic year 2014/2015. The method used in this research is quasi experimental method with Randomized Subjects Post Test Only Control Group Design, which involves 70 students as the sample. Data collection after the treatment is done by using a mathematical creative thinking skill test as written essay test. The research showed that the

student’s mathematical creative thinking skill who are taught by card games is

better than students who taught by conventional method. This matter visible from

the mean score of the results from student’s mathematical creative thinking skill

test with card games method is 70,28, while the mean score of the results from

student’s mathematical creative thinking skill test with conventional method is 58,58. Based on the calculation of the t test with significance level of 5 % , the value oftcountis 3,23 and the value ofttableis 1.67(tcount= 3,23 > ttable= 1.67). The

conclusion from the result of this research is that mathematic’s learning with card games method give a good affects to the student’s mathematical creative thinking

skills..

(7)

iii

telah memberikan inspirasi tidak terhingga disetiap kata-kata yang penulis tulis di

skripsi ini, serta juga kemudahan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya

sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis mengerti betul banyak sekali kekurangan

dalam penulisan, proses penulisan, serta penelitian. Namun, berkat kerja keras, doa,

perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta nasehat positif dari berbagai pihak

untuk penyelesaian skripsi ini, penulis dapat mengatasi kesulitan dan hambatan yang

dialami. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. Kadir M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Abdul Muin, S.Si. M,Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus

dosen pembimbing akademik dan Ibu Gusni Satriawati, M.Pd selaku Dosen

Pembimbing II yang telah menyempatkan waktunya untuk melayani

pertanyaan-pertanyaan penuh kebingungan dengan kesabaran dan senyuman, serta senantiasa

memberikan arahan dan titik terang ditengah masalah yang dihadapi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Matemaika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

iv

6. Kepala SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi Jakarta Barat, Bapak Karno, M.Pd yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

7. Seluruh dewan guru SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi Jakarta Barat, Khususnya ibu

Yeni Suratiningsih dan Bapak Sukri Arief yang telah membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian ini, serta siswa-siswa SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi

Jakarta Barat, khususnya kelas IV-A dan IV-B.

8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Sumarso Slamet dan

Ibunda Tri Suciati yang tak henti-hentinya mendoakan dan memberikan motivasi

dan dukungan baik moril maupun materil dengan senantiasa menanyakan “Lia

Kapan Wisuda?”, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak-kakakku tersayang, Afrizal Arsyad dan Afriyanti yang senantiasa

memberikan dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, serta seluruh keluarga yang mendoakan dan

mendorong penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Khairiah Nuroctaviani, sahabat yang selalu ada, tempat berkeluh kesah, dan

senantiasa memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

11. Sahabatku tersayang Emi Suhaemi, Indah Permatasari, Dewi Nirmala, dan

Nuristia Fathu R yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan tempat

berbagi untuk segala cerita selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

12. Mohamad Muchtarudin, teman seperjuangan dalam bimbingan skripsi yang juga

senantiasa memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2010.

Terimakasih untuk segala kehangatan yang diberikan selama empat tahun

bersama.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa

(9)

v

yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas

lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan

dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini

akan penulis terima dengan hati terbuka.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang

sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, Desember 2014

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 10

A. Landasan Teoritis ... 10

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 10

a. Pengertian Berpikir Kreatif ... 10

b. Pengertian Matematika... 16

c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 18

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)... 22

3. Metode Permainan Kartu (Card Games) ... 25

4. Metode Konvensional ... 29

5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

B. Kerangka Berpikir ... 32

(11)

vii

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Analisis Instrumen... 39

1. Uji Validitas ... 39

2. Uji Reliabilitas... 39

3. Taraf Kesukaran ... 40

4. Daya Pembeda ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 43

1. Uji Persyaratan Analisis ... 43

a. Uji Normalitas ... 43

b. Uji Homogenitas... 45

2. Pengujian Hipotesis... 46

H. Hipotesis Statistik... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Deskripsi Data ... 50

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 51

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 55

3. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 59

B. Analisis Data ... 62

1. Uji Prasyarat ... 62

a. Uji Normalitas ... 62

b. Uji Homogenitas ... 63

(12)

viii

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 65

2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 72

a. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator Kelancaran (Fluency)... 73

b. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Indikator Keluwesan (Flexibility) ... 75

D. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 79

A. Kesimpulan... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(13)

ix

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian... 36

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kreatif Matematis ... 38

Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Analisis Butir Soal... 43

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Eksperimen ... 51

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Eksperimen... 53

Tabel 4.3 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ... 53

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Kontrol... 55

Table 4.5 Deskripsi Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Kontrol ... 57

Tabel 4.6 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ... 57

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 59

Tabel 4.8 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan

Indikator Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 63

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 64

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 52

Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 54

Gambar 4.3 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 56

Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Indikator Kemampuan Berpikri Kreatif

Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 58

Gambar 4.5 Perbandingan Nilai Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 61

Gambar 4.6 Hasil Jawaban Beberapa Kelompok pada Lembar Kerja Siswa 2 70

Gambar 4.7 Siswa Saat Melakukan Permainan Kartu (Card Games) Dalam Kelompok ... 71

Gambar 4.8 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFluencypada Kelas Eksperimen 73 Gambar 4.9 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFluencypada Kelas Kontrol... 74 Gambar 4.10 Hasil Jawaban Siswa IndikatorFlexibilitypada Kelas

Eksperimen ... 75

(15)

xi

(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Wawancara Pra Penelitian ... 84

Lampiran 2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 87

Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar... 89

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 91

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 121

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 145

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol... 176

Lampiran 8 Lembar Latihan Siswa ... 183

Lampiran 9 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 187

Lampiran 10 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 188

Lampiran 11 Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 190 Lampiran 12 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 192

Lampiran 13 Perhitungan Uji Validitas ... 193

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas ... 195

Lampiran 15 Perhitungan Uji Reliabilitas... 196

Lampiran 16 Hasil Uji Reliabilitas ... 197

Lampiran 17 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ... 198

Lampiran 18 Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 199

Lampiran 19 Perhitungan Uji Daya Pembeda... 200

Lampiran 20 Hasil Uji Daya Pembeda... 201

Lampiran 21 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 202

Lampiran 22 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 203

(17)

xiii

Eksperimen ... 213

Lampiran 28 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 214

Lampiran 29 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Ketajaman Kelas Eksperimen 215 Lampiran 30 Perhitungan Mean, Standar Deviasi dan Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen ... 221

Lampiran 31 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Ketajaman Kelas Kontrol ... 222

Lampiran 32 Perhitungan Mean, Standar Deviasi dan Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Indikator Kelas Kontrol ... 228

Lampiran 33 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 229

Lampiran 34 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 231

Lampiran 35 Perhitungan Uji Homogenitas ... 233

Lampiran 36 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik... 234

Lampiran 37 Tabel Nilai KoefisienKorelasi “r” Product MomentPearson ... 236

Lampiran 38 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)... 237

Lampiran 39 Tabel Nilai Kritis Distribusi F ... 238

Lampiran 40 Tabel Nilai Kritis Distribusi t ... 239

Lampiran 41 Uji Referensi... 240

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam hidup manusia karena

merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

daya manusia. Sebagaimana menurut Retno Listyarti, “Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju”1, karena pada dasarnya merupakan proses pematangan kualitas hidup, yang dengan proses

ini diharapkan manusia dapat memahami arti dan hakikat hidup serta bagaimana

menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Oleh karena itu fokus

pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul yang

menitikberatkan pada proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak, dan

keimanan.

Pendidikan dapat dimaknai dalam pengertian dasar maupun sebagai suatu

proses. Dalam pengertian dasar, pendidikan adalah proses menjadi, yakni

menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat,

watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh. Sedangkan sebagai suatu

proses, dapat dimaknai sebagai semua tindakan yang mempunyai efek pada

perubahan watak, kepribadian, pemikiran, dan perilaku.2 Oleh karenanya pendidikan diharapkan dapat menyatukan sikap, pemikiran, hati nurani, dan

keimanan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Pada perkembangannya, paradigma pendidikan di Indonesia mulai berubah

dimana penyelenggaraan pendidikan nasional berubah dari pradigma pengajaran

menjadi paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pendidikan ini seiring

dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang

Nasional Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 sebagaimana dikutip

Dedy:

1

Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif, (Jakarta: Esensi, 2012), h. 2.

2

(19)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Paradigma pembelajaran ini menuntut siswa untuk dapat berperan aktif dan

kreatif dalam proses belajar serta mengoreksi peran dominan guru. Dan juga para

guru dituntut untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat mendorong

para siswa untuk aktif, kreatif, dan kritis dalam proses pembelajaran atau dapat

juga dikatakan bahwa proses pembelajaran berpusat pada siswa (student center learning).

Salah satu cara untuk menanamkan kemampuan dasar bagi anak adalah

dengan merancang kurikulum dan pembelajaran tematik sebagaimana dalam

kurikulum 2013, karena orientasi dari kurikulum ini adalah terjadinya peningkatan

dan keseimbangan antara sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.

Dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan di sekolah, matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting karena matematika

merupakan ilmu yang dapat melatih untuk berpikir logis, analisis, sistematis, kritis

dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti, dan kompetitif.

Matematika merupakan ilmu tentang hubungan antara bilangan dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Dimana dapat dikatakan siswa memiliki kemampuan matematika ketika telah

menguasai dan terampil dalam menyelesaikan masalah dengan tahapan-tahapan

tertentu. Kemampuan menyelesaikan masalah dengan tahapan-tahapan tertentu ini

menjadi tujuan belajar dalam matematika. Sebagaimana menurut M. Ali Hamzah

dan Muhlisrarini, “Kalau substansial matematika berisi fakta, konsep, prinsip,

3

(20)

3

skilldan keterampilan sertaproblem solvingmakaproceduralmenyelesaikan soal itulah yang menjadi tujuan belajar matematika.”4 Jadi dapat dikatakan bahwa matematika itu merupakan ilmu tentang bilangan dan merupakan ilmu dasar yang

perlu dimiliki setiap anak untuk dapat melatih kemampuan berpikir mereka yang

salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif..

Dalam pembelajaran, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk

dapat berpikir kreatif. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa di era global ini

kreativitas diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan

menyelesaikan masalah. Dengan pemikiran kreatif ini, siswa akan lancar dalam

berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu

melahirkan banyak gagasan. Oleh karenanya sikap kreatif perlu dilatih sejak dini,

agar siswa tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan melainkan mampu

menghasilkan pengetahuan baru.

Kreativitas diperlukan dalam setiap bidang kehidupan, termasuk matematika.

Dalam matematika, kreativitas lebih ditekankan pada prosesnya bukan produknya,

yaitu bagaimana siswa dapat memandang masalah dari perspektif yang berbeda

dan dapat menemukan solusi yang beragam. Kreativitas dalam matematika

disebut juga dengan berpikir kreatif matematis.

Kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu kemampuan untuk

menyelesaikan masalah matematika secara kreatif. Kriteria kreativitas pemecahan

masalah menurut Silver (1997) diindikasikan dengan kefasihan, fleksibilitas, dan

kebaruan.5 Kefasihan dalam pemecahan masalah ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghasilkan beragam gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah.

Fleksibilitas ditunjukkan dengan kemampuan menyelesaikan masalah dengan

berbagai cara yang berbeda. Dan kebaruan dalam pemecahan masalah didasarkan

pada kemampuan memecahkan masalah dengan melahirkan ide baru atau unik

yang mana menekankan pada keaslian ide yang dibuat oleh siswa.

4

M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: Rajawali Press, 2014), cet. 1, h. 49.

5

(21)

Berdasarkan penelitian PISA pada tahun 2012, Indonesia menduduki

peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam bidang matematika.6Hal ini menunjukkan masih rendahnya kemampuan matematika siswa di Indonesia.

Sementara pelaksanaan pembelajaran saat ini siswa kurang didorong untuk dapat

mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas

diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak

dituntut untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk

memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan

kehidupan sehari-hari.7 Proses pembelajaran yang ada tidak diarahkan untuk membangun karakter dan potensi yang dimiliki siswa, kemampuan memecahkan

masalah, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan

inovatif. Hal ini mengakibatkan mereka pintar secara teori tetapi tidak secara

aplikasi. Sebagai contoh “Anak hafal perkalian dan pembagian, tetapi mereka bingung berapa harus membayar manakala ia disuruh untuk membeli 2,5 kg telur,

harga satu kilo Rp 12.500,00”.8 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa masih rendah dan juga siswa kurang dapat menggunakan

kemampuan berpikirnya saat dihadapkan pada masalah di kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dalam pembelajaran di kelas, berpikir kreatif sebagai kemampuan

untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu

masalah, merupakan bentuk pemikiran yang masih kurang mendapat perhatian

dalam pendidikan formal. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran yang menjadi

fokus utama adalah pengetahuan, ingatan, dan kemampuan berpikir logis, yaitu

kemampuan menemukan suatu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang

diberikan. “Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak

diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang

6

Posisi Indonesia nyaris jadi juru kunci. Artikel diakses pada 17 februari 2014 dari

www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor-pisa-posisi-indonesi-nyaris-jadi-juru-kunci.html

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 5, h. 1.

(22)

5

sudah diajarkan guru. Guru sering tidak membiarkan siswa mengkonstruk

pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika”.9

Kurang perhatiannya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa didukung

oleh rendahnya pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Setidaknya hal ini

diindikasikan oleh sedikitnya artikel atau penelitian terkait dengan pengembangan

kemampuan tersebut, yakni hanya terdapat 44 dari 2.426 artikel atau kurang dari

2% yang terdapat dalam data base Educational Resources Information Center (ERIC) pada bulan September 2002.10 Dan juga berdasarkan hasil penelitian Siswono, Abadi, & Rosyidi (2008) menunjukkan bahwa “Sebanyak 10,8% guru tidak pernah mengajarkan siswa menyelesaikan dengan cara berbeda dan 41,5%

jarang melakukan kegiatan itu. Informasi lain sebanyak 55,4% guru tidak pernah

meminta siswa mengembangkan imajinasinya.”11 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif belum mendapat fokus pada pembelajaran

matematika.

Sejalan dengan hasil penelitian yang telah disebutkan, berdasarkan hasil

wawancara (Lampiran 1) dengan guru matematika di SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi diketahui bahwa metode pembelajaran yang seringkali digunakan dalam

pembelajaran matematika adalah metode ceramah, tanya jawab maupun diskusi.

Sedangkan pada saat diskusi pun hanya sebagian siswa yang aktif, selebihnya

masih pasif dalam proses belajar mengajar.12 Hal ini dipertegas dari hasil observasi aktivitas belajar siswa (Lampiran 2) dan hasil observasi aktivitas mengajar (Lampiran 3) yang dilakukan di sekolah tersebut, terlihat bahwa guru lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran dibandingkan siswanya. Pada

pembelajaran ini siswa hanya menerima informasi dari guru, sehingga siswa

hanya mampu meniru tanpa dapat memahami. Terlihat pada saat siswa diberi soal

9

Tatag Yuli E., Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), h. 2.

10

Ali Mahmudi, “Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada

Konferensi Nasional Matematika (KNM) XIV Universitas Sriwijaya, 24-27 Juli 2008, h. 3. 11

Tatag Yuli E., dkk., “Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”,Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), Vol. 18 No. 2, 2012, h. 3.

12

(23)

yang berbeda dari contoh, sangat sedikit siswa yang dapat menyelesaikan soal

tersebut dengan benar. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa hanya mampu

mengerjakan soal secara prosedural seperti yang telah dicontohkan oleh guru,

namun saat dihadapkan pada soal yang sedikit lebih sulit ataupun yang berbeda

dari contoh, mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.

Melihat kurangnya perhatian terhadap aspek berpikir kreatif dalam

pembelajaran matematika, maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu kiranya melatih kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa sejak mereka dalam pendidikan dasar yang mana

merupakan bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional, yaitu diselenggarakan

selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat

pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.

Pada perkembangannya, anak usia sekolah dasar cenderung suka bermain,

memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya

sehingga pembelajaran di sekolah dasar harus diusahakan agar tercipta suasana

siswa yang aktif dan menyenangkan. Untuk itu guru perlu memperhatikan

beberapa prinsip latar, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip belajar sambil

bermain, dan prinsip keterpaduan. (Depdikbud, 1995: 1-2).13 Dalam prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan

suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar. Karena suasana ini akan

mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Sebagaimana karakteristik anak usia

SD menurut Sumantri dan Permana (mengutip pendapat Bassett, Jacka, dan

Logan) adalah secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan

dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, senang bermain dan lebih

suka bergembira riang, suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, suka

mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru.14

13

Abdul Majid,Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 3.

14

Ahmad Saefudin, dkk., “Penerapan Metode Permainan Menggunakan Kartu Kosakata

dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas V SD”, FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret,

(24)

7

Metode belajar sambil bermain disebut juga metode permainan. Mengingat

dunia anak adalah dunia bermain, metode permainan kartu ini merupakan salah

satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Metode

permainan kartu ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran matematika kepada

peserta didik, dimana dengan diterapkannya metode ini siswa dapat lebih tertarik

untuk mengikuti pembelajaran dan terus menggali potensinya dengan

mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki, karena proses belajar didesain

lebih menarik dan dalam situasi yang menyenangkan. Dengan situasi ini, siswa

akan memperoleh berbagai pengalaman yang dapat mengembangkan potensi

perkembangan yang dimilikinya. Metode pembelajaran ini memberi kesempatan

kepada siswa untuk mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap

konsep matematika dan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari

yang sudah diajarkan guru. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa dapat terasah dan terus meningkat. Sebagaimana pendapat

Mayke dalam Anggani (2000), bahwa belajar dengan bermain memberi

kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan

sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan dan mendapatkan bermacam-macam

konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.15Dari pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa metode permainan dapat mengeksplorasi kemampuan

siswa dengan mempraktikkan sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa dapat

berkembang.

Berdasarkan uraian di atas, penerapan metode permainan kartu diduga akan

memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa, sehingga perlu kiranya diteliti lebih lanjut. Oleh karenanya,

peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Permainan Kartu (Card Games) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa”.

15

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disebutkan, maka dapat

didefinisikan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

2. Pelaksanaan pembelajaran saat ini, siswa kurang didorong untuk dapat

mengembangkan kemampuan berpikirnya

3. Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan

pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif.

4. Kemampuan berpikir kreatif kurang mendapat perhatian dalam pendidikan

formal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu

diadakan pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini lebih

terarah dan tidak terjadi penyimpangan. Adapun masalah yang dibatasi dalam

penelitian ini adalah :

1. Diambil dua kelas secara acak, satu kelas menggunakan metode permainan

kartu (card games) dan kelas lainnya menggunakan metode konvensional. 2. Agar proses terarah, maka kemampuan yang akan diteliti adalah kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa, dimana indikator yang diteliti dibatasi hanya

pada aspek kemampuan menghasilkan beragam gagasan, jawaban dan

penyelesaian masalah (fluency) dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda (flexibility).

D. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan

menggunakan metode permainan kartu (card games)?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan

(26)

9

3. Bagaimana pengaruh metode permainan kartu (card games) dibanding metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan

menggunakan metode permainan kartu (card games)

2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan

menggunakan metode konvensional.

3. Untuk mengetahui pengaruh metode permainan kartu (card games) dibanding metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan adalah:

1. Bagi Siswa

Dapat memperoleh pembelajaran yang bervariatif yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran matematika.

2. Bagi Guru

Sebagai alternatif yang dapat dilakukan Guru dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan mengenai metode permainan kartu (card games) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

4. Bagi Sekolah

Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran matematika,

dapat memberikan sumbangan alternatif pembelajaran yang baik untuk

(27)

10

A. Landasan Teoritis

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

a. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir merupakan suatu aktivitas yang dialami seseorang apabila

dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menurut Ruggiero

sebagaimana dikutip Tatag, menyatakan bahwa berpikir sebagai suatu aktivitas

mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah,

membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand).1Hal ini dapat diartikan bahwa berpikir sebagai sebuah pijakan awal dalam menyelesaikan masalah, dimana dari rasa ingin tahu kita akan suatu hal

maupun masalah, kita dapat memecahkan suatu masalah dan membuat keputusan.

Berpikir melibatkan manipulasi dan transformasi informasi dalam memori,

dengan tujuan membentuk konsep, alasan, pikiran kritis, dan penyelesaian

masalah. Kita berpikir agar dapat membuat pertimbangan, berintrospeksi,

mengevaluasi ide-ide, menyelesaikan persoalan, dan mengambil keputusan.2 Berpikir tidak selalu untuk memecahkan suatu masalah, melainkan juga untuk

dapat membentuk suatu konsep tertentu atau menimbulkan ide-ide kreatif. Jadi,

berpikir dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha seseorang yang

dilakukan secara sadar untuk mencapai suatu tujuan, baik itu pemahaman,

perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, analisis maupun

kreativitas dengan memanipulasi dan mentrasformasi informasi dalam memori.

Sebagai manusia yang dibekali akal oleh Allah SWT sebagai sarana untuk

berpikir, kita hendaknya dapat menggunakannya semaksimal mungkin. Pada

1

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 13

2

John W. Santrock, Perkembangan Anak, Terj. dari Child Development, eleventh edition

(28)

11

dasarnya setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali

tidak disadari. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut,

fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat laun mulai terbuka

di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambah pula kemampuan

berpikirnya.3

Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau

pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran,

akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan

alasan inilah, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau

merenung, sebagaimana Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada

manusia untuk dipikirkan atau direnungkan dalam firman-Nya:4

                 

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan

berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatNya dan supaya

mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad, 38: 29)

Ayat tersebut menekankan bahwa hendaknya setiap orang berusaha secara keras

dan ikhlas dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikirnya.

Berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk dapat

menghasilkan sesuatu yang baru, baik ide atau pemahaman yang berasal dari

pengetahuan yang telah dimiliki maupun dari hal-hal yang baru dipelajari. Hal ini

didasari oleh pendapat The dalam buku Tatag, yang memberi batasan bahwa

berpikir kreatif (pemikiran kreatif) adalah suatu rangkaian tindakan yang

dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah

pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep,

pengalaman, dan pengetahuan.5

Berpikir kreatif disebut juga sebagai berpikir divergen, yaitu kemampuan

seseorang untuk dapat mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan.

3

Harun Yahya,Bagaimana Seorang Muslim Berpikir?, Terj. dariDeep Thinkingoleh Catur Sriherwanto, (Jakarta: Robbani Press, 2001), h. 9-10.

4

Ibid.,h. 13. 5

(29)

Saat seseorang berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, pemikiran divergen

memberikan banyak ide atau alternatif jawaban yang dapat digunakan dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Pehnoken

sebagaimana dikutip Tatag, bahwa berpikir kreatif diartikan sebagai suatu

kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi

tetapi masih dalam kesadaran.6 Berpikir logis dapat diartikan sebagai sebagai kemampuan berpikir untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika

dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan

pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.7Jadi berpikir kreatif menurut Pehnoken dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat

mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan dengan upaya menarik

kesimpulan menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu

benar sesuai dengan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya.

Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan

ketika seseorang menghasilkan suatu ide baru, dimana ide baru tersebut

merupakan gabungan dari ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan.

Pengertian ini ditandai dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil

dari proses bepikir tersebut. Pengertian ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan Coleman and Hammen sebagaimana dikutip Euis,“creative thinking

was a way of thinking which produce a new concept, finding, or art creation”.8 Maksudnya adalah bahwa berpikir kreatif merupakan cara berpikir seseorang yang

mana untuk menghasilkan produk berupa konsep baru, menemukan, ataupun

menciptakan.

Kemampuan berpikir kreatif tidak begitu saja dimiliki oleh seseorang,

melainkan dibutuhkan adanya persiapan sejak dini yaitu pengalaman dan latihan

yang dimiliki sehingga memungkinkan seseorang tersebut untuk dapat

6

Tatag Yuli Eko Siswono, “Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika”, FMIPA Universitas Negeri Surabaya, h. 1.

7

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 13.

8

(30)

13

memecahkan masalah. Dengan adanya pengalaman maupun latihan, seseorang

dapat menciptakan sesuatu yang merupakan hasil penggabungan atau kombinasi

dari unsur-unsur atau ide-ide yang telah dimiliki menjadi sesuatu yang baru.

Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif mampu untuk

memberikan ide-ide baru atas permasalahan yang dihadapinya, baik secara teori

maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran yang kreatif ini merupakan hasil

perwujudan dari kemampuan akal yang dihasilkan melalui empat fase, yaitu: fase

persiapan (preparation), fase inkubasi (incubation), fase inspirasi (illumination), dan fase perealisasian (verification).9

1. Fase persiapan (preparation)

Fase ini mencakup segala hal yang dipelajari orang yang kreatif melalui

kehidupan dan pengalaman yang diperolehnya, meskipun melalui usaha

dan kesalahan terlebih dahulu. Disamping berbagai macam pengetahuan

yang dimiliki oleh orang kreatif, latihan khusus yang berkaitan dengan

kerja kreatif juga diperlukan. Proses persiapan ini membutuhkan waktu

yang lama dan juga perlu mengetahui pengetahuan dasar terlebih dahulu

supaya dapat menyempurnakan sesuatu dengan menghasilkan kreativitas.

2. Fase inkubasi (incubation)

Dalam fase ini, orang yang kreatif cenderung tidak akan menyibukkan diri

dengan berbagai permasalahan. Mereka sengaja mengalihkan pandangan

dari permasalahan utama kepada sesuatu yang lain setelah melewati fase

persiapan, dengan harapan dapat memberikan petunjuk kepada solusi akhir

bersamaan dengan berlalunya waktu. Dalam fase ini, kegundahan dapat

mengalahkan perilaku seseorang, dengan disertai rasa tidak nyaman

sampai frustasi dan menjadi mudah terpengaruh. Sementara seseorang

yang santai terkadang mengalami sejenis perubahan yang dapat

meminimalisir pengaruh faktor-faktor pembelaan maupun intervensi, dan

mempersiapkan kesempatan untuk memunculkan kreativitas melalui

dorongan yang kuat dan baru.

9

(31)

3. Fase inspirasi (illumination)

Pada fase ini, sebuah solusi tampak seakan-akan datang secara tiba-tiba

disertai dengan emosi yang meluap dan menyenangkan. Fase inkubasi ini

bukan merupakan fase yang terpisah dan mandiri. Namun, merupakan

hasil dari seluruh upaya yang dilakukan oleh orang kreatif selama fase-fase

sebelumnya. Inspirasi bisa datang darimana saja, misalkan datang melalui

tidur seperti halnya yang dialami oleh Descrates seorang pakar matematika

dan juga Fredriek Kekule seorang penemu dalam bidang kimia organic.

Dapat juga dikatakan fase ini diimplementasikan dengan munculnya solusi

yang kreatif dengan cara spontan

4. Fase perealisasian (verification)

Dalam fase ini orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan

kelayakan kreativitasnya melalui eksperimen. Bisa jadi dalam fase ini

dilakukan sebagian revisi atau perubahan guna memperbaiki dan

memunculkan ide sebaik mungkin.

Dalam fase berkreativitas yang telah diuraikan diatas, fase inkubasi dan fase

inspirasi merupakan dua fase dasar yang memberikan cahaya bagi proses

berkreativitas itu sendiri secara langsung.

Pendapat lain mengenai berpikir kreatif disampaikan Martin sebagaimana

dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk

menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk.10 Produk dari berpikir kreatif dapat juga kita sebut sebagai kreativitas. Kreativitas sebagai hasil

pemikiran kreatif sebenarnya dimiliki oleh semua orang, namun bagaimana

kreativitas itu dapat terbentuk merupakan suatu proses kognitif yang harus

dikembangkan oleh tiap individu. Walaupun setiap orang memiliki bakat kreatif,

namun jika tidak diasah maka bakat tersebut tidak akan berkembang bahkan

menjadi bakat terpendam yang tidak terwujud, karena sesungguhnya kreativitas

itu dibentuk oleh adanya pengalaman-pengalaman dan informasi yang diterima

10

Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan

(32)

15

oleh seseorang yang selanjutnya digunakan untuk memahami suatu persoalan dan

menyelesaikannya dengan cara yang orisinil.

Untuk dapat berkreativitas seseorang hendaknya meluangkan waktunya

untuk melakukan ‘perenungan kreatif’. Seperti yang diungkapkan oleh De Bono,

bahwa perenungan kreatif ini merupakan upaya yang dimaksudkan untuk

mencermati berbagai sisi yang berbeda terhadap suatu hal yang tertentu, dan

mencari alternatif-alternatif lainnya.11 Perenungan kreatif ini dimaksudkan untuk mencari suatu pemikiran baru dalam bidang tertentu dan memfokuskannya. Hal

ini dikarenakan kita memiliki alasan yang mengharuskan kita untuk berpikir.

Karena tidak mungkin suatu pemikiran dapat terwujud tanpa adanya perhatian

terhadap hal-hal tertentu. Sebagaimana suatu penemuan tidak akan tercapai tanpa

adanya perenungan kreatif.

Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru

memiliki definisi yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda. Ada yang

mengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang menekankan kepada

produk yang dihasilkan maupun dari sudut pandang yang menekankan pada

proses.

Definisi kreativitas yang menekankan pada produk dikemukakan oleh

Pehnoken dalam buku Tatag yang menyebutkan bahwa kreativitas merupakan

kinerja (performance) seorang individu yang menghasilkan sesuatu yang baru dan tidak terduga (creativity as performance where the individual is producing something new and unpredictable).12 Sedangkan definisi kreativitas yang menekankan pada prosesnya, yaitu proses menjadikan seseorang kreatif

disampaikan oleh Isaksen dan Trefingger (dalam Isaken dan Murdock, 1988)

dalam buku Tatag juga, yang mendefinisikan:

kreativitas merupakan sebuah pembuatan dan pengkomunikasian hubungan-hubungan baru yang bermakna untuk membantu memikirkan berbagai kemungkinan; memikirkan dan mengalami dalam berbagai cara serta menggunakan pandangan-pandangan baru; memikirkan

11

Amal,op. cit.,h. 118.

12

(33)

kemungkinan-kemungkinan baru dan tidak biasa; serta membimbing seseorang dalam pembuatan dan pemilihan alternatif-alternatif.13

Dari kedua sudut pandang definisi kreativitas di atas, dapat kita lihat

kesamaan dari kreativitas itu sendiri yaitu adanya sesuatu yang baru yang

dimunculkan. Baru disini tidak harus dikaitkan dengan ide yang benar-benar baru,

melainkan dapat juga baru menurut siswa.

Kreativitas itu sendiri terdapat dalam semua aspek kehidupan termasuk

dalam bidang pendidikan. Seperti yang diungkapkan Robinson sebagaimana

dikutipAvril, “Creativity is possible in all areas human activity and it draws from

all areas of human intelligence”.14 Menurutnya, kreativitas itu mungkin ada

dalam semua bidang aktivitas manusia dan ia tergambar dalam semua bidang

kecerdasan manusia. Seperti halnya dalam bidang seni maupun sastra, kreativitas

juga terdapat dalam matematika. Menurut Pehnoken sebagaimana dikutip Ali,

kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra,

atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk

matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih

ditekankan pada prosesnya, yaitu proses berpikir kreatif.15

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai berpikir kreatif yang telah

dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu

kegiatan mental yang dilakukan seseorang dalam menghasilkan gagasan dan

produk baru maupun bermacam-macam kemungkinan dalam penyelesaian

masalah dengan melihat hubungan-hubungan antara satu hal dengan yang lainnya.

b. Pengertian Matematika

Matematika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang penting untuk

diajarkan kepada anak-anak sejak sekolah dasar karena berguna dalam kehidupan

sehari-hari serta diperlukan sebagai dasar mempelajari matematika pada tingkat

13

Ibid.,h. 9.

14

Avril Loveless, “Thinking about Creativity: Developing Ideas, Making Things Happen”,

dalam Anthony Wilson (ed), Creativity in Primary Education, (Southernhay East: Learning Matters, 2009), h. 23.

15

(34)

17

lebih lanjut maupun dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada tingkat

sekolah dasar, pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta mampu

bekerja sama

Kata matematika sendiri berasal dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan, mathanein yang artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang hubungan antara bilangan

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan (Depdiknas).16

Lebih lanjut Hudojo, sebagaimana dikutip Esti mengartikan matematika

adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karenanya

matematika diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam kemajuan

IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada peserta didik sejak sekolah dasar .17 Dalam definisi lain, Ismail dkk memberikan definisi hakikat matematika

sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas

masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari

hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur

dan alat.18 Sejalan dengan pendapat Soedjadi sebagaimana dikutip Nahrowie yang mendefinisikan matematika sebagai pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan serta pengetahuan tentang struktur-struktur yang

logis.19

Matematika disebut juga sebagai ilmu deduktif, sebab dalam matematika

tidak menerima generalisasi berdasarkan observasi maupun eksperimen.

Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.

Meskipun matematika sebagai cabang ilmu yang menggunakan penalaran

deduktif, matematika tetap perlu diberikan kepada peserta didik usia sekolah dasar

16

M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: Rajawali Press, 2014), cet. 1, h. 48.

17

Esti Yuli Widayanti, dkk.,Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 8.

18

Ali Hamzah,loc. cit. 19

(35)

yang masih pada tahap operasi konkret, karena penelaahan matematika tidak

sekedar kuantitas, tetapi tidak dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk,

struktur, konsep, dan operasi. Hal ini berarti bahwa matematika itu berkenaan

dengan gagasan yang berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis,

dimana konsep-konsepnya abstrak dan penalarannya deduktif.

Salah satu alasan mengapa matematika perlu diajarkan di sekolah adalah

untuk mengembangkan kreativitas siswa. Karena siswa dapat belajar untuk dapat

membangun konsep matematikanya sendiri dengan mencari hubungan-hubungan

antara konsep-konsep yang telah ada. Sehingga diharapkan siswa dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cermat dan tepat.

Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri antara lain:20

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,

perbedaan, konsisten, dan inkonsisten

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan suatu ilmu digunakan untuk mengembangkan cara berpikir guna

membangun ide yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dan bertujuan

untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan yang perlu

dikembangkan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif merupakan

kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah

20

(36)

19

matematika dengan mengembangkan ide guna terciptanya berbagai jawaban,

gagasan, maupun sudut pandang terhadap suatu permasalahan.

Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop

sebagaimana dikutip Ali, yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua

keterampilan dalam berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif, yang sering

diidentikkan dengan intuisi, dan kemampuan berpikir analitik, yang diidentikkan

dengan kemampuan logis.21 Pandangan ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif lebih didasarkan pada pemikiran yang tiba-tiba, tak terduga dan di luar kebiasaan.

Berpikir kreatif matematis dapat juga kita sebut sebagai kreativitas

matematika. Karena kreativitas merupakan hasil dari berpikir kreatif. Kreativitas

matematika menurut Krutetskii sebagaimana dikutip Eric, dinyatakan sebagai

berikut:

characterized mathematical creativity in the context of problem formulation (problem finding), invention, independence, and originality.22

Menurutnya, kreativitas matematika atau berpikir kreatif matematis diidentikkan

dengan pembuatan soal atauproblem finding, penemuan, kebebasan dan keaslian. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan hal yang penting dalam

perkembangan anak, karena mereka dapat menghasilkan ide-ide baru dari hasil

pengalamannya. Kreativitas matematika dapat terjadi ketika anak membuat

hubungan-hubungan atau koneksi antara apa yang dilihat dan pengetahuan

matematika yang telah dimiliki.

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diukur dari jawaban

yang dikemukakannya berdasarkan aspek-aspek berpikir kreatif matematis. Silver

sebagaimana dikutip Tatag menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan

berpikir kreatif seseorang dapat digunakan tiga komponen kunci yaitu kefasihan

(fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty) yang merupakan “The Torrance

21

Ali Mahmudi, ”Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada

Konferensi Nasional Matematika XIV UNSRI, Palembang, 24–27 Juli 2008, h. 5.

22

(37)

Tests of Creative Thinking”.23 Kefasihan yaitu mengacu pada banyaknya ide-ide yang dihasilkan dalam suatu permasalahan, fleksibilitas tampak pada

perubahan-perubahan sudut pandang ketika merespons sesuatu, dan kebaruan merupakan

keaslian dari ide yang dimunculkan.

Aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir divergen (divergen thinking), yang memiliki ciri-ciri: fleksibilitas, originalitas, dan fluency (keluwesan, keaslian, dan kuantitas output). Fleksibilitas menggambarkan keragaman ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulasi, originalitas menunjuk pada

tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap sesuatu

masalah. Sedangkan fluency menunjuk pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.24

Martin sebagaimana dikutip Ali mengemukakan tiga aspek kemampuan

berpikir kreatif, yaitu produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas

atau keluwesan. Produktivitas berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang

dihasilkan. Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan

hasil karya serupa. Dan fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk memodifikasi

keyakinan berdasarkan informasi baru.25

Lebih lanjut Kiesswetter berpendapat sebagaimana dikutip Ali, bahwa

kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan

berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika.26 Hal ini diperkuat oleh pendapat Haylock dan Kruteski bahwa berpikir kreatif selalu tampak menunjukkan keluwesan

(fleksibilitas).27 Fleksibilitas dari proses mental sebagai suatu komponen dari kemampuan kreatif matematis dalam sekolah.

23

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 23.

24

Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 179-180

25

Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan

pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA, Manado, 30 Juni–3 Juli 2010, h. 2-3

26

Ibid.,h. 3.

27

(38)

21

Sementara William dalam Munandar menjelaskan konsep, dan contoh

perilaku siswa yang menunjukkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif siswa,

yang meliputi lima indikator berpikir kreatif, yaitu keterampilan berpikir lancar

(fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan berpikir orisinal (originality), keterampilan memperinci (elaboration), dan keterampilan menilai (evaluation).28

1) Keterampilan berpikir lancar (fluency)

Keterampilan berpikir lancar dapat didefinisikan sebagai keterampilan atau

kemampuan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian

masalah, atau pertanyaan; memberikan banyak cara atau saran untuk

melakukan berbagai hal; serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility)

Keterampilan berpikir luwes ini merupakan keterampilan menghasilkan

gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi; dapat melihat suatu

masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; mencari banyak alternatif

atau arah yang berbeda-beda; serta mampu mengubah cara pendekatan

atau cara pemikiran.

3) Keterampilan berpikir orisinal (originality)

Keterampilan berpikir orisinal adalah kemampuan untuk melahirkan

ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri, serta kemampuan untuk membuat

kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4) Keterampilan memperinci (elaboration)

Keterampilan memperinci dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, serta

kemampuan untuk menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu

obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

28

(39)

5) Keterampilan menilai (evaluation)

Keterampilan menilai merupakan kemampuan dalam menentukan patokan

penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu

rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana; serta kemampuan mengambil

keputusan terhadap situasi yang terbuka.

Dari beberapa aspek maupun ciri berpikir kreatif matematis yang telah

dikemukakan, aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan

dalam penelitian adalah kemampuan berpikir kreatif matematis yang meliputi

aspek kefasihan (fluency) dan fleksibilitas (flexibility).

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.29 Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa

untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar, karena

selama siswa bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman

sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Artzt & Newman sebagaimana dikutip Trianto yang menyatakan bahwa

dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam

menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.30

Pada pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang

berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi.

Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi siswa juga harus

membangun pengetahuannya sendiri dalam pikirannya, sehingga siswa memiliki

29

Rusman,Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. 3, h. 202.

30

(40)

23

kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide

mereka. Kesempatan ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan

dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam

proses pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin sebagaimana

dikutip Rusman, bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi

secara aktif dan positif dalam kelompok.31

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang

dianjurkan para ahli pendidikan guna memperbaiki sistem pembelajaran yang ada

dimana guru menjadi pusat pembelajaran. Alasan penggunaan strategi

pembelajaran ini dikemukakan Slavin sebagaimana dikutip Wina, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,

memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.32 Terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif sebagaimana

disebutkan oleh Johnson & Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto, yaitu:

(1) saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa, (2) interaksi antara

siswa yang semakin meningkat. (3) tanggung jawab individual, (4) keterampilan

interpersonal dan kelompok kecil, dan (5) proses kelompok.33

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran

kooperatif, yaitu:34

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

b. Menyajikan informasi

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

e. Evaluasi

f. Memberikan penghargaan

31

Rusman,op.cit.,h. 201.

32

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 5, h. 242.

33

Trianto,op.cit.,h. 60

34

(41)

Meskipun demikian, prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri

atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3)

penilaian; dan (4) pengakuan tim.35 (1) Penjelasan materi

Tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi

pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap

ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

(2) Belajar dalam kelompok

Tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan tentang pokok

materi pelajaran. Selanjutnya siswa belajar pada kelompoknya

masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan ini bersifat

heterogen, artinya terdapat perbedaan-perbedaan setiap anggotanya dilihat

berdasarkan kemampuan akademisnya. Dalam belajar secara kelompok ini

siswa didorong untuk dapat tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, berdiskusi bersama, membandingkan jawaban, maupun mengoreksi hal-hal

yang kurang tepat.

(3) Penilaian

Penilaian dapat dilakukan dengan tes maupun kuis. Tes atau kuis dilakukan

baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual akan

memberikan informasi kemampuan setiap siswa, sedangkan tes kelompok

akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok.

(4) Pengakuan tim

Pengakuan tim ini merupakan penetapan tim yang paling berprestasi untuk

kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian

hadiah diharapkan dapat memotivasi tim yang berhasil untuk terus berprestasi

dan juga membangkitkan motivasi tim lainnya untuk lebih meningkatkan

prestasi mereka.

35

(42)

25

3. Metode Permainan Kartu (Card Games)

Dalam proses pembelajaran, metode merupakan suatu upaya untuk

mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah tersusun dapat tercapai secara optimal. Dengan demikian, dalam

rangkaian sistem pembelajaran metode memegang peranan penting.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak. Pada

berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan untuk

menggunakannya sebagai arena bermain dan permainan. Joan dan Utami

sebagaimana dikutip A

Gambar

Tabel 3.1Rancangan Desain Penelitian
Tabel 3.2Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kreatif Matematis
Tabel 3.3Rekapitulasi Data Hasil Uji Analisis Butir Soal
tabel pada derajat bebas (db) = (k – 1- c) dengan k = banyak
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 PERMENLH 12/2010 dalam bagian lampirannya memuat Pedoman Teknis Penetapan Baku Mutu Udara Ambien Daerah, Pedoman Inventarisasi Data Mutu Udara Ambien dan Sumber Pencemar

Kabupaten Paser memiliki angka indeks yang lebih tinggi dari pada daerah lain karena: (1) ketersediaan wahana dan level partisipasi dimana masyarakat banyak diberikan

alam rangka Dies Natalis UPN “Veteran” yang ke-53, Fakultas Teknologi Mineral menyelenggarakan Seminar Nasional Kebumian dengan tema “Pengembangan IPTEK Kebumian

[r]

kata dia, anak-anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerj aan yang

Ajarkan kami makna kebaikan Karena Engkaulah yang mengetahui  kekurangan dan kelemahan kami Kami mau kebaikan bernaung di dalam hati 

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Saluran open wire memberikan nilai tegangan dan arus yang lebih besar untuk parameter-parameter masukan yang sama dibandingkan dengan