• Tidak ada hasil yang ditemukan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "kemampuan berpikir kreatif matematis siswa"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi Tadris Matematika

Oleh:

Diana Nadhifah NIM: T20187005

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(2)
(3)
(4)

iv

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya

Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

(Al - ‘Ankabut: 69) (Kementrian Agama RI, 2006).

(5)

v

1. Bapak saya Muhammad Muhyidin dan Ibu saya Siti Hatima dan adik saya Muhammad Fais Atoilla yang telah memberikan do’a, nasihat, kasih sayang, sekaligus menjadi motivator terbesar saya dalam perjuangan menempuh pendidikan S1.

2. Sahabat saya Lutfi Faridatul Jamil, Hilwatut Tilawah, Wardatus Soimah, Harisatul Aliyah dan Hasanah Juitasari yang telah memberikan dukungan, dan membantu saya selama ini hingga skripsi ini selesai.

3. Muhammad Nor sebagai support system terbaik, yang selalu mendampingi dan membersamai setiap perjalanan pendidikan saya.

4. Teman seperjuangan kelas matematika 1 2018 yang telah memberikan semangat selama ini.

(6)

vi

rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM. Selaku Rektor UIN KHAS Jember yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan kepada penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN KHAS Jember yang telah menerima judul skripsi ini.

3. Ibu Dr. Indah Wahyuni, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Sains UIN KHAS Jember yang telah menerima judul skripsi ini dan memberi kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Fikri Apriyono, S.Pd, M.Pd, selaku Koordinator Program Studi Tadris Matematika UIN KHAS Jember yang telah menerima judul skripsi ini dan memberikan pengayoman kepada penulis sebagai mahasiswa Tadris Matematika.

5. Bapak Anas Ma`ruf Annizar, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan sabar dan sepenuh hati memberikan arahan dan motivasi.

6. Kepala MTsN 2 Bondowoso Bapak Samson Hidayat, S.Ag., M.Pd.I yang telah memberikan izin kepada penulis, sekaligus membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

7. Guru Mata Pelajaran Matematika dan siswa-siswi kelas VIII I MTsN 2 Bondowoso yang telah banyak membantu kelancaran selama penelitian.

(7)

vii

sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas semua jasa yang telah diberikan kepada penulis. Skripsi ini pasti memiliki kekurangan.

Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penelitian selanjutnya bisa lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jember, 21 Juni 2022

Penulis

(8)

viii

Kata Kunci: kemampuan berpikir kreatif matematis, kecerdasan intelektual.

Kemampuan berpikir kreatif matematis penting dimiliki untuk menyelesaikan soal matematika, baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan intelektual sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sangat tinggi dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar, 2) Mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual tinggi dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar, 3) Mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sedang dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar, 4) Mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual rendah dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar, 5) Mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sangat rendah dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data yaitu angket kecerdasan intelektual, tes kemampuan berpikir kreatif matematis, wawancara dan dokumentasi hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Subjek dalam penelitian ini menggunakan 5 subjek dan pemilihan subjek berdasarkan metode purposive sampling. Analisis data pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan: 1) Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual sangat tinggi dengan kode SST kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 3 (Kreatif), sebab subjek memenuhi indikator kefasihan dan kebaruan saja serta tidak memenuhi indikator fleksibilitas. 2) Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual tinggi dengan kode ST kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 4 (Sangat Kreatif), sebab subjek memenuhi semua indikator yakni kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan, 3) Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual sedang dengan kode SS kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 1 (Kurang Kreatif), sebab subjek memenuhi indikator kefasihan saja serta tidak memenuhi indikator fleksibilitas dan kebaruan. 4) Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual rendah dengan kode SR kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 1 (Kurang Kreatif), sebab subjek memenuhi indikator kefasihan saja serta tidak memenuhi indikator fleksibilitas dan kebaruan. 5) Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual sangat rendah dengan kode SSR kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 0 (Tidak Kreatif), sebab subjek tidak memenuhi indikator kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

(9)

ix

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Definisi Istilah ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Penelitian terdahulu ... 12

B. Kajian Teori... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Analisis Data ... 35

G. Keabsahan Data ... 37

(10)

x

B. Penyajian dan Analisis Data ... 46

C. Pembahasan Temuan ... 87

BAB V PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 103

LAMPIRAN ... 104

(11)

xi

2.3 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 20

2.4 Kategori Tingkat Kecerdasan Intelektual... 22

3.1 Tingkat Kevalidan Instrumen ... 40

3.2 Kategori Tingkat Kecerdasan Intelektual... 40

3.3 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 41

4.1 Daftar Nama Kepala MTsN 2 Bondowoso ... 44

4.2 Analisis Data Hasil Validasi Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 48

4.3 Analisis Data Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 48

4.4 Analisis Data Hasil Validasi Pedoman Wawancara... 49

4.5 Menetapkan Rata-rata Nilai Untuk Setiap Aspek Dari Validasi Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 50

4.6 Menetapkan Rata-rata Nilai Untuk Setiap Aspek Dari Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 50

4.7 Menetapkan Rata-rata Nilai Untuk Setiap Aspek Dari Validasi Pedoman Wawancara ... 50

4.8 Menentukan Nilai ... 51

4.9 Hasil Angket Kecerdasan Intelektual Siswa Kelas VIII I ... 52

4.10 Subjek Penelitian Terpilih ... 54

4.11 Inisial Dalam Penyajian Data ... 55

(12)

xii

2.3 Balok... 27

3.1 Tahap-Tahap Penelitian... 42

4.1 Jawaban SST Pada Soal Nomor 1 ... 57

4.2 Jawaban SST Pada Soal Nomor 2 ... 59

4.3 Jawaban SST Pada Soal Nomor 3 ... 61

4.4 Jawaban ST Pada Soal Nomor 1 ... 64

4.5 Jawaban ST Pada Soal Nomor 2 ... 66

4.6 Jawaban ST Pada Soal Nomor 3 ... 69

4.7 Jawaban SS Pada Soal Nomor 1 ... 72

4.8 Jawaban SS Pada Soal Nomor 2 ... 73

4.9 Jawaban SS Pada Soal Nomor 3 ... 75

4.10 Jawaban SR Pada Soal Nomor 1 ... 76

4.11 Jawaban SR Pada Soal Nomor 2 ... 78

4.12 Jawaban SR Pada Soal Nomor 3 ... 79

4.13 Jawaban SSR Pada Soal Nomor 1 ... 82

4.14 Jawaban SSR Pada Soal Nomor 2 ... 84

4.15 Jawaban SSR Pada Soal Nomor 3 ... 86

(13)

xiii

3 Surat Izin Penelitian ... 108

4 Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian ... 109

5 Instrumen Angket Kecerdasan Intelektual ... 110

6 Data Hasil Angket Kecerdasan Intelektual ... 111

7 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 112

8 Lembar Validasi Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 113

9 Hasil Validasi Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis .. 115

10 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 121

11 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 123

12 Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 127

13 Hasil Validasi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 129

14 Pedoman Wawancara ... 135

15 Lembar Validasir Pedoman Wawancara ... 136

16 Hasil Validasi Pedoman Wawancara ... 138

17 Lembar Jawaban Subjek Penelitian ... 144

18 Transkip Wawancara Subjek Penelitian... 152

19 Dokumentasi ... 159

20 Biodata Penulis... 161

(14)

1

Pendidikan merupakan aspek penting demi memajukan sumber daya manusia, sebab pendidikan yang akan membawa perubahan intelektual pada setiap siswa. Siswa yang berkualitas diperoleh dari pendidikan yang baik, sehingga mampu memberikan kecerdasan pada setiap siswa sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003. Menurut putra (2020) langkah yang harus dilakukan pemerintah dalam rangka mencerdaskan siswa salah satunya adalah pemerintah harus mengembangkan kurikulum pembelajaran di sekolah seperti yang telah diketahui, pemerintah telah mengubah kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 adalah program pendidikan yang sudah dikembangkan oleh pemerintah, dimana pada kurikulum 2013 lebih menekankan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar, dengan menggunakan pendekatan saintifik yang membutuhkan 5M dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi (memproses informasi), dan mengkomunikasikan. Pada proses belajar mengajar semua mata pelajaran dapat menggunakan pendekatan tersebut, salah satunya adalah mata pelajaran matematika.

Matematika yaitu mata pelajaran wajib yang diterima siswa dalam sembilan tahun wajib belajar. Perbandingan jumlah jam pelajaran matematika

(15)

di jenjang sekolah dengan mata pelajaran yang lain adalah tiga banding satu lebih banyak matematika. Hal ini terjadi sebab pengaplikasian matematika dapat dikaitkan dengan kehidupan. Setiap manusia jika menghadapi masalah yang berkaitan dengan perhitungan, maka manusia akan membutuhkan matematika, misalnya untuk menghitung luas atau volume kolam renang, menentukan banyaknya (luas) kardus yang diperlukan dalam membuat kotak nasi dengan jumlah dan ukuran tertentu, dan lain-lain. Namun, mayoritas siswa berasumsi bahwa matematika sangat sulit dipahami jika tidak dijelaskan. Dalam mempelajari matematika perlu mempunyai kemampuan berpikir dalam menyelesaikan soal matematika, seperti kemampuan berpikir analitis, logis, kritis, kreatif dan sistematis. Dari beberapa kemampuan berpikir siswa, diantaranya adalah kemampuan berpkir kreatif yang dimiliki setiap siswa dan harus diasah dalam proses belajar matematika.

Berpikir kreatif merupakan tindakan yang dilakukan seseorang menggunakan akal budinya dalam menemukan hal yang baru seperti pengalaman, ide, konsep, dan pengetahuan. Menurut Brookhart (2010) mengemukakan kemampuan berpikir kreatif sudah ada pada setiap siswa dalam menyatukan pikiran mulai dari konsep setelah itu dirangkum menjadi satu yang sifatnya baru, terstruktur, dan unik. Setelah itu siswa mampu merangkai berbagai macam cara dalam menyelesaikan soal dan menentukan jawaban dengan banyak cara (multiple solution).

Apabila kemampuan berpikir kreatif diasah maka akan membawa hal yang baik untuk siswa yaitu membantu siswa dalam mengerjakan berbagai

(16)

macam soal sehingga mampu menggunakan banyak cara. Siswa juga dapat mengaplikasikan kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang terdapat di lingkungan sekitar dengan menggunakan banyak solusi. Pentingnya proses berpikir kreatif juga dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 164.

























































































Artinya: “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, kapal yang berlayar dilaut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan dia tebarkan didalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berpikir.”

Makna ayat Al-Qur'an tersebut menunjukkan bahwa proses berpikir sangat penting karena dengan berpikir, kita dapat memahami semua fenomena dan situasi di sekitarnya. Fenomena ini menguraikan betapa pentingnya semua situasi dalam kehidupan sehari-hari sering dijadikan sebagai sumber atau topik pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Selain itu, Muthaharah (2018) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis sangat penting dalam kehidupan saat ini dan masa yang akan datang, yang paling utama yaitu dalam menghadapi situasi dunia

(17)

yang terus mengalami kemajuan dan perkembangan. Berpikir kreatif matematis adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa sebagai bekal untuk menyelesaikan soal matematika yang akan menghasilkan sebuah ide kreatif dengan berbagai macam gagasan. Indikator dari kemampuan berpikir kreatif menurut Torrance (1969) yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration).

Peneliti melakukan observasi dengan salah satu guru di MTsN 2 Bondowoso yang menyatakan bahwa siswa pada saat pembelajaran matematika jarang mengerjakan soal bahkan tidak pernah melatih diri untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif. Jika ditinjau dari guru, guru jarang melatih siswa dalam hal menjawab soal menggunakan kemampuan dari siswa sendiri, akibatnya siswa tidak berani untuk mengungkapkan ide baru yang mereka miliki, menurut Nufus (2021) guru cenderung memberikan soal-soal yang terdapat pada buku yang hanya memiliki jawaban tertutup.

Pada umumnya mayoritas pembelajaran matematika di kelas masih kurang memperhatikan kemampuan beripikir kreatif. Seperti yang telah dinyatakan oleh Siswono (dalam Rahmawati, 2013) bahwa cara mengajar seorang guru di kelas masih banyak yang hanya memperhatikan kemampuan pemahaman dan tidak dikaitkan dengan kemampuan berpikir kreatif. Dalam proses pembelajaran matematika peneliti menemukan bahwa masih banyak siswa yang kurang paham akan materi yang dijelaskan oleh guru akan tetapi siswa tidak memberanikan diri untuk menanyakan apa yang kurang dipahami,

(18)

bahkan ada siswa yang merasa bingung apa yang ingin ia tanyakan. Kejadian seperti ini sering terjadi karena rendahnya rasa percaya diri siswa untuk bertanya dan merasa takut jika salah dalam menyampaikan pertanyaan atau malu jika ditertawakan oleh teman sekelasnya.

Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kreatif matematis perlu diasah sebab kemampuan berpikir tidak muncul dengan sendirinya melainkan perlu dikembangkan dengan cara banyak berlatih mengerjakan soal-soal matematika. Hal ini selaras dengan Hashimoto (dalam Wulandari, 2014) yang mengemukakan cara agar kemampuan berpikir kreatif matematis siswa menjadi lebih terasah adalah seorang guru harus mengembangkan materi yang akan diajarkan serta mampu mengembangkan soal-soal. Dalam menyelesaikan soal matematika di sekolah berhubungan langsung dengan kecerdasan dari setiap siswa. Hal ini membuktikan bahwasanya setiap manusia yang terlahir ke dunia telah mempunyai potensi atau kemampuan yang berbeda-beda untuk menjadi cerdas. Kecerdasan manusia merupakan anugerah dari Allah SWT. dan itulah yang menjadi titik pembeda antara manusia dengan makhluk lainNya. Tingkat kecerdasan dapat mengetahui kemampuan berpikir siswa dalam mencari solusi.

Sesuai dengan pendapat Amaliyah (2017) yang mengemukakan bahwa dari berbagai pelajaran yang sudah diamati oleh pakar psikologi terbukti bahwa kecerdasan manusia tingkat tinggi akan membawa sebuah prestasi dibandingkan dengan kecerdasan manusia tingkat rendah. Penelitian Setiawan (2017) menyebutkan bahwa seorang siswa yang memiliki

(19)

kecerdasan intelektual lebih tinggi maka akan memperoleh hasil yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan sedang. Hal ini menyebabkan siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi mempunyai kemampuan analisis yang tinggi sehingga dapat berprestasi dengan baik.

Kecerdasan intelektual terhadap siswa Madrasah Tsanawiyah dalam hasil wawancara bersama salah satu guru MTsN 2 Bondowoso menyatakan bahwa siswa kelas VIII memiliki sifat yang aktif sehingga kecerdasannya lebih menonjol. Kelas VIII dibagi menjadi sembilan kelas yaitu VIII A sampai I (Kelas Unggulan). Dari ke-sembilan kelas tersebut beliau menyatakan bahwa kelas VIII I merupakan kelas yang paling unggul dalam kecerdasan intelektual.

Penelitian sejenis telah dilakukan sebelumnya diantaranya, penelitian Juhlifa (2020) berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ)”. Contoh lain yakni penelitian Nufus (2021) berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa MTsN”. Sehingga letak perbedaan dari contoh penelitian sebelumnya dengan dengan penelitian ini yaitu variabel menggunakan kecerdasan intelektual, materi yang digunakan bangun ruang sisi datar dan menggunakan subjek kelas VIII MTsN 2 Bondowoso.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena bukan hanya melihat tingkat kecerdasan intelektual siswa akan tetapi juga dapat memahami kemampuan berpikir kreatif dalam mengerjakan soal-soal materi bangun

(20)

ruang sisi datar dilihat dari tingkat kecerdasan intelektual masing-masing siswa. Jika penelitian ini tidak dilakukan maka, seorang peneliti maupun pendidik tidak dapat mengetahui dan memahami kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan tingkat kecerdasan intelektual siswa.

Sesuai dengan hasil observasi tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian di kelas VIII I karena terdapat perbedaan kecerdasan dari masing-masing siswa. Sehingga peneliti merasa penting dalam melaksanakan penelitian tentang bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar. Oleh sebab itu, penelitian yang akan peneliti lakukan berjudul “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau dari Kecerdasan Intelektual dalam Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII di MTsN 2 Bondowoso”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sangat tinggi dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual tinggi dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar?

(21)

3. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sedang dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar?

4. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual rendah dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar?

5. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sangat rendah dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sangat tinggi dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual tinggi dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar

3. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sedang dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar

4. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual rendah dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar

(22)

5. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari tingkat kecerdasan intelektual sangat rendah dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar

D. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa poin yang merupakan manfaat penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti dalam penelitian selanjutnya tentang kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari kecerdasan intelektual dalam menyelesaikan masalah bangun ruang sisi datar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan kualitas pemahaman peneliti terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kecerdasan intelektual. Selain itu diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan menjadi pengalaman dalam proses pembuatan karya ilmiah sebagai bekal bagi peneliti ketika akan melakukan penelitian di kemudian hari.

b. Bagi Pendidik

Dapat mengetahui kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa sehingga menjadi pedoman dan acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas khususnya dalam menyelesaikan masalah dengan mengetahui tingkat kecerdasan

(23)

intelektual setiap siswa pada materi bangun ruang sisi datar sehingga guru dapat merancang metode atau stategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

E. Definisi Istilah

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah aktivitas berpikir siswa meliputi kemampuan kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (originality) dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar.

2. Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas, meliputi kemampuan figur, kemampuan verbal dan kemampuan numerik.

3. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar adalah bangun tiga dimensi yang memiliki volume atau isi dan memiliki sisi berbentuk datar (Bukan sisi lengkung). Bangun ruang sisi datar meliputi balok, kubus, prisma, dan limas. Dengan penelitian ini, soal bangun ruang sisi datar yang diangkat meliputi bangun ruang kubus dan balok.

F. Sistematika Pembahasan

Pembahasan hasil ini akan disistematika menjadi lima bab yang saling berkaitan satu sama lain. Sebelum memasuki bab pertama akan didahului dengan judul penelitian (sampul).

(24)

Pada bab pertama atau pendahuluan berisi sub bab konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan. Bab kedua atau kajian pustaka memuat penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab ketiga atau metode penelitian yang meliputi:

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Bab keempat atau penyajian data dan analisis yang meliputi: gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, dan pembahasan temuan. Bab kelima atau penutup memuat kesimpulan dan saran

(25)

12

Pada bagian ini, peneliti membuat daftar beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kemudian membuat rangkumannya. Langkah ini menunjukkan tingkat orisinalitas dan posisi penelitian yang dilakukan.

1. Penelitian Nufus (2021) dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa MTsN”. Fokus penelitiannya adalah bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dengan indikator flexsibility dan originality, serta apa saja penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematika dalam menyelesaikan masalah SPLDV?. Hasil penelitiannya adalah kemampuan berpikir kreatif matematika memiliki rata- rata 74,37%. Berdasarkan data yang didapat indikator yang masih rendah adalah indikator flexsibility dan originality.

Faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kreatif adalah faktor lupa, jarang berlatih, guru jarang memberikan tugas, tidak berani mencoba hal yang baru, terlalu berpaku pada buku cetak.

2. Penelitian Juhlifa (2020) berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)”. Fokus penelitiannya adalah bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) dan apa saja upaya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa?. Hasil

(26)

penelitiannya yaitu 1) subjek memiliki kemampuan berpikir kreatif kategori sedang ditinjau dari AQ sedang (champer) dapat diberikan upaya oleh guru saat pembelajaran yaitu dengan memberikan motivasi, mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, memberikan soal-soal nonrutin kepada siswa dan memberikan tugas terstruktur. 2) subjek memiliki kemampuan berpikir kreatif kategori sedang ditinjau dari AQ tinggi (climber) dapat diberikan upaya oleh guru saat pembelajaran yaitu dengan mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, memberi soal nonrutin kepada siswa dan memberikan pengayaan. 3) subjek memiliki kemampuan berpikir kreatif kategori tinggi ditinjau dari AQ tinggi (climber) dapat diberikan upaya oleh guru saat pembelajaran yaitu dengan memberikan pengayaan.

3. Penelitian Widyastuti, et. al. (2018) berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Dilihat dari Gender”.

Fokus penelitiannya adalah bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan gender?. Hasil penelitiannya adalah dalam menyelesaikan soal matematika pada materi bangun ruang sisi datar kemampuan siswa laki-laki lebih baik dibandingkan dengan siswa perempuan.

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 kedudukan penelitian sebagai berikut:

(27)

Tabel 2.1

Kedudukan Penelitian No Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Penelitian Penelitian Ini 1. Nufus

(2021),

“Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa MTsN”.

a. Metode yang digunakan yakni pendekata n kualitatif dan jenis penelitian deskriptif

a. Hasil penelitiannya adalah kemampuan berpikir kreatif matematika memiliki rata- rata 74,37%.

Berdasarkan data yang didapat

indikator yang masih rendah adalah

indikator flexsibility dan originality.

Faktor yang mempengaruhi rendahnya

kemampuan berpikir kreatif adalah faktor lupa, jarang berlatih, guru jarang

memberikan tugas, tidak berani

mencoba hal yang baru, terlalu berpaku pada buku cetak.

b. Persamaan dalam penelitian ini yakni

menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif, sedangkan perbedaannya yakni variabel pada penelitian ini kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kecerdasan intelektual.

2. Juhlifa (2020),

“Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)”.

1. Metode yang digunakan yakni pendekata n kualitatif dan jenis penelitian deskriptif

Hasil penelitiannya yaitu 1) subjek memiliki

kemampuan berpikir kreatif kategori sedang ditinjau dari AQ sedang

(champer) dapat diberikan upaya oleh guru saat

pembelajaran yaitu memberikan motivasi,

mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, memberikan

1. Persamaan dalam penelitian ini yakni

menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif, sedangkan perbedaannya yakni variabel pada penelitian ini kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kecerdasan intelektual dan materi yang

(28)

No Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Penelitian Penelitian Ini soal-soal nonrutin

kepada siswa dan memberikan tugas terstruktur. 2) subjek memiliki kemampuan berpikir kreatif kategori sedang ditinjau dari AQ tinggi (climber) dapat diberikan upaya oleh guru saat pembelajaran yaitu dengan

mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa,

memberi soal nonrutin kepada siswa dan memberikan pengayaan. 3) subjek memiliki kemampuan berpikir kreatif kategori tinggi ditinjau dari AQ tinggi (climber) dapat diberikan upaya oleh guru saat pembelajaran yaitu dengan memberikan pengayaan.

digunakan pada penelitian terdahulu yakni pola bilangan barisan dan deret aritmatika, sedangkan penelitian ini menggunakan materi bangun ruang sisi datar.

3 Widyastuti, et.al. (2018),

“Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa dalam Menyelesaika n Masalah

1. Metode yang digunakan yakni pendekata n kualitatif dan jenis penelitian deskriptif

Hasil penelitiannya adalah dalam menyelesaikan soal matematika pada materi bangun ruang sisi datar

kemampuan siswa laki-laki lebih baik dibandingkan dengan siswa

1. Persamaan dalam penelitian ini yakni

menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif, materi yang digunakan

(29)

No Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Penelitian Penelitian Ini Matematika

Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Dilihat Dari Gender”

perempuan. bangun ruang sisi datar sedangkan perbedaannya yakni variabel pada penelitian ini kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kecerdasan intelektual.

Berdasarkan contoh penelitian tersebut, terdapat variasi antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel penelitian ini menggunakan kecerdasan intelektual, materi yang digunakan adalah soal bangun ruang sisi datar, serta subjek penelitian ini menggunakan siswa kelas VIII. Sehingga peneliti merasa penting untuk melanjutkan penelitian ini yang lebih menekankan pada analisis kemampuan berpikir kreatif siswa dengan melihat tingkatan kecerdasan intelektual siswa dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar.

B. Kajian Teori

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa berpikir merupakan aktivitas yang menggunakan akal untuk menentukan sesuatu. Menurut Purwanto (dalam Istikomah, 2019) berpikir merupakan kejadian yang dilakukan akal untuk mencapai

(30)

suatu tujuan. Bono (dalam Susanti, 2018) menjelaskan bahwa berpikir merupakan aktivitas otak individu sehingga akan menghasikan ide, wacana atau tindakan. Berpikir menurut psikologi Gelstalt (dalam Istikomah, 2019) dijelaskan bahwa sesuatu yang bersifat abstrak serta proses yang tidak dapat diamati oleh alat indra.

Dengan berpikir manusia memahami segala sesuatu yang mereka temui dalam kehidupan.

Sehingga berdasarkan definisi tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa berpikir merupakan aktivitas akal individu yang tidak dapat diamati yang akan menghasilkan ide untuk menyelesaikan masalah. Maulana (2017) membagi berpikir menjadi dua aspek utama, yaitu kritis dan kreatif.

Kreatif berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti memiliki daya cipta serta memiliki kemampuan untuk menciptakan. Berpikir kreatif menurut Rahmawati (2016) merupakan kegiatan akal dalam berpikir untuk mewujudkan pikiran yang baru secara fleksibel dan fasih. Berpikir kreatif merupakan cara berpikir individu agar dapat memberikan inspirasi yang berbeda sehingga individu mendapatkan jawaban apa yang dibutuhkan dengan informasi yang telah didapatkan. Munandar (dalam Mulana, 2017) mendefinisikan berpikir kreatif adalah menyesuaikan jawaban yang telah diperoleh dengan pengetahuan yang dimiliki dengan banyak kemungkinan jawaban.

(31)

Rahmawati (2013) menjelaskan bahwa berpikir kreatif dapat disebut sebagai proses yang dilakukan individu dalam menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif yang dilakukan akal dalam berusaha memperoleh ide baru dalam menyelesaikan soal matematika yang belum diketahui sebelumnya. Ketika otak telah menjalankan fungsinya dalam berpikir maka kreativitas individu akan keluar. Selain digunakan sebagai mencari penyelesaian soal, berpikir kreatif juga dapat digunakan dalam mencari penyelesaian masalah dalam kehidupan dengan informasi yang telah diperoleh.

Sehingga berdasarkan definisi tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan aktivitas berpikir siswa meliputi kemampuan kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (originality) dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar.

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diketahui dengan melihat dari indikatornya. Indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Torrance (1967) yaitu:

1) Kelancaran (fluency) yaitu memiliki pikiran atau solusi sesuai kategori.

2) Keluwesan (flexibility) yaitu memiliki pikiran atau solusi yang beragam.

3) Keaslian (originality) yaitu memiliki pikiran atau solusi baru

(32)

sehingga mampu mengerjakan soal.

4) Elaborasi (elaboration) yaitu bisa mengembangkan pikiran atau solusi secara rinci.

Menurut Silver (1997) berpikir kreatif matematis terdiri atas tiga komponen indikator, sebagai berikut:

1) Kefasihan (Fluency) yaitu siswa mampu memberikan beragam jawaban yang lengkap dan menghasilkan jawaban yang benar.

2) Fleksibilitas (Flexibility) yaitu iswa mampu memberikan banyak cara penyelesaian yang berbeda dengan menghasilkan jawaban yang benar

3) Kebaruan (Originality) yaitu siswa mampu memberikan jawaban penyelesaian dengan cara unik dan berbeda dengan teman lain berdasarkan pemikiran sendiri dan jawaban yang dihasilkan bernilai benar.

Indikator kemampuan berpikir kreatif matematika dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Indikator Skor Rubrik Penilaian

Kefasihan (fluency)

0 Siswa tidak memberikan jawaban

1 Siswa memberikan satu jawaban yang salah 2 Siswa memberikan satu jawaban yang benar 3 Siswa memberikan dua jawaban tetapi salah

satunya salah

4 Siswa memberikan minimal dua jawaban benar

Fleksibilitas (flexibility)

0 Siswa tidak memberikan jawaban

1 Siswa memberikan jawaban dengan satu cara tetapi salah

2 Siswa memberikan jawaban dengan satu cara

(33)

dan benar

3 Siswa memberikan jawaban dengan dua cara tetapi salah satunya salah

4 Siswa memberikan jawaban dengan minimal dua cara dan hasilnya benar

Kebaruan (originality)

0 Siswa tidak memberikan jawaban

1 Siswa memberikan satu jawaban yang berbeda dengan siswa lain

2 Siswa memberikan dua jawaban yang berbeda dengan siswa lain

3 Siswa memberikan tiga jawaban yang berbeda dengan siswa lain

4 Siswa memberikan empat jawaban yang berbeda dengan siswa lain

Penelitian ini memakai penjenjangan level tingkat berpikir kreatif matematis dari Siswono (dalam Aesyiati, 2016) yang mengklasifikasikan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) matematis siswa menjadi lima tingkat yaitu, TKBK 4 (Sangat Kreatif), TKBK 3 (Kreatif), TKBK 2 (Cukup Kreatif), TKBK 1 (Kurang Kreatif), dan TKBK 0 (Tidak Kreatif). Keterangan lebih lengkapnya untuk level Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) bisa dilihat dalam tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3

Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Level Tingkat

Kreatif Keterangan

4 Sangat Kreatif

Mampu memenuhi indikator kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dalam menyelesaikan soal.

3 Kreatif

Mampu memenuhi dua indikator dari ketiga indikator yakni kefasihan dan fleksibilitas atau kefasihan dan kebaruan.

2 Cukup Kreatif Hanya memenuhi indikator fleksibilitas atau kebaruan

1 Kurang Kreatif Hanya memenuhi indikator kefasihan

(34)

Level Tingkat

Kreatif Keterangan

0 Tidak Kreatif Tidak memenuhi semua indikator berpikir kreatif

Sumber: Siswono (dalam Aesyiati, 2016) 2. Kecerdasan Intelektual

a. Pengertian Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan menurut Aji (2012) adalah kemampuan individu untuk mendapatkan pengetahuan baik belajar maupun memahami, menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah, serta bernalar dengan abstrak. Sedangkan intelektual adalah kemampuan mencocokkan informasi yang dimiliki dengan sebuah konsep abstrak atas kondisi baru secara efektif dan tepat. Menurut Mufidah (2016) intelektual adalah kemampuan individu untuk merespon segala sesuatu dalam proses belajar.

Kecerdasan intelektual biasanya dikaitkan dengan tingkat pengetahuan siswa di sekolah. Intelektual menurut KBBI berarti berakal, cerdas, serta berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Istilah (dalam Afren, 2015) berawal dari kata Latin "intelligere" yang bermakna menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Charles Spearman adalah ahli psikologi dari Inggris menjadi orang pertama yang mempublikasikan kata intelegensi. Ia menerangkan bahwa dengan intelegensi maka dapat mempermudah mengetahui kemampuan individu yang telah diukur oleh tes intelegensi. Asdar (2015) menjelaskan kecerdasan

(35)

intelegensi (Intelligence Quotient) merupakan satu tingkat kepintaran anak, setelah dibanding dengan anak lain yang seusia.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas, meliputi kemampuan figur, kemampuan verbal dan kemampuan numerik. Tingkat intelegensi individu berbeda- beda, Fitriani (2019) menyatakan pengukuran intelegensi yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kepintaran anak yaitu menggunakan tes IQ dengan menafsirkan hasil intelegensi ke dalam angka yang menjadi tolak ukur atau petunjuk untuk melihat tingkat kecerdasan intelektual. Kategori tingkat kecerdasan intelektual dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.4

Kategori Tingkat Kecerdasan Intelektual

Kategori Skor

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Sumber: Risela (2016)

b. Indikator Kecerdasan Intelektual

Wiramiharja (dalam Angesti, 2019) menyatakan bahwa terdapat tiga indikator kecerdasan intelektual. Ia meneliti kecerdasan dengan menggunakan alat tes kecerdasan yang di ambil dari tes intelegensi yang dikembangkan oleh Peter Lauster. Berikut tiga indikator kecerdasan intelektual:

(36)

1) Kemampuan memahami dan berpikir abstrak di bidang bentuk disebut kemampuan figure.

2) Kemampuan memahami dan berpikir abstrak di bidang bahasa disebut kemampuan verbal.

Kemampuan verbal berkaitan dengan kemampuan kebahasaan, baik mengubah bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika atau sebaliknya. Oleh karena itu, kemampuan verbal juga mencakup kemampuan membaca, kemampuan memahami bacaan yang selanjutnya diharapkan mampu menyusun kembali ke dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya (Lestari, 2019).

3) Kemampuan memahami dan berpikir abstrak di bidang numerik atau angka biasa disebut dengan kemampuan numerik.

Kemampuan numerik dapat menunjang kemampuan berpikir yang cepat, tepat dan cermat yang sangat mendukung keterampilan siswa dalam memahami simbol-simbol dalam matematika. Kemampuan numerik siswa perlu diperhatikan mengingat pembelajaran matematika berkaitan dengan pengerjaan operasi hitung baik itu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian (Lestari, 2019).

Menurut Moustafa dan Miller (dalam Ayu 2018) menyatakan bahwa pengukuran kecerdasan intelektual tidak dapat diukur hanya dengan satu pengukuran tunggal. Para peneliti menemukan bahwa

(37)

tes untuk mengukur kemampuan kognitif tersebut, yang utama adalah dengan menggunakan tiga pengukuran yaitu kemampuan verbal, kemampuan matematika, dan kemampuan ruang.

3. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar merupakan sebutan untuk bangun yang mempunyai rusuk berbentuk garis, sisi yang tidak melengkung serta memiliki ruang yang dapat disebut bangun tiga dimensi. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Bangun ruang sisi datar merupakan bangun tiga dimensi yang memiliki volume atau isi dan memiliki sisi berbentuk datar (Bukan sisi lengkung). Bangun ruang sisi datar meliputi balok, kubus, prisma, dan limas. Dengan penelitian ini, soal bangun ruang sisi datar yang diangkat meliputi bangun ruang kubus dan balok.

a. Kubus

Gambar 2.1 Kubus

Kubus merupakan bangun yang dibatasi sisi berbentuk persegi yang sebangun dan rusuk yang sama sehingga membentuk ruang. Kubus pada gambar 1 dinamakan kubus ABCD.EFGH yang berasal dari nama pada setiap titik sudutnya (Sari, 2012).

(38)

1) Unsur-Unsur Kubus

Sisi kubus dapat disebut dengan bidang yang membatasi kubus. Terdapat enam sisi datar yang membentuk kubus yaitu empat sisi tegak pada gambar 1 yaitu bidang FEBA, GFCB, HGDC, serta HEDA. Satu bidang sisi alas DCBA, dan satu bidang sisi atas HGFE. Rusuk pada kubus merupakan hasil dari potongan pada dua sisi bangun kubus yang memiliki dua belas rusuk dengan panjang yang sama. Rusuk pada gambar kubus tersebut yaitu DH, CG, BF, AE, rusuk pada bidang atas yaitu EH, HG, GF, FE, dan rusuk pada bidang alas yaitu DC, CB, BA, AB.

Titik sudut kubus merupakan hasil dari persatuan antara tiga rusuk ataupun tiga sisi pada setiap kubus. Terdapat delapan titik sudut kubus yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H. Pada setiap sisi terdapat dua titik yang berhadapan apabila kedua titik dihubungkan maka akan membentuk ruas garis yang dapat disebut dengan diagonal bidang. Pada bidang kubus HGFE, titik sudut E saling berhadapan dengan titik sudut G akan membentuk garis EG, Garis EG yang disebut diagonal bidang.

Terdapat dua belas diagonal sisi yang diperoleh dari enam sisi, setiap sisi memiliki dua diagonal maka .

Dalam satu ruang kubus terdapat dua titik yang berhadapan apabila kedua titik dihubungkan maka akan

(39)

membentuk ruas garis yang dapat disebut dengan diagonal ruang. Terdapat empat diagonal ruang pada kubus yang akan berpotongan di satu titik. Bidang diagonal diperoleh dari dua rusuk kubus sejajar yang berada di lain sisi. Terdapat enam bidang diagonal yang sama dan kongruen, yaitu HGBA, FEDC, FGDA, EHCB, EGCA, dan FHDB. Jaring-jaring kubus dapat disebut dengan sebuah bangun datar yang kongruen apabila dilepit mengikuti ruas garisnya maka akan membentuk bangun ruang. Gambar di bawah adalah contoh jaring-jaring kubus (Sari, 2012):

Gambar 2.2 Jaring-jaring Kubus 2) Perhitungan Kubus

Luas permukaan kubus dapat dihitung dengan cara menjumlahkan luas ke-enam sisi kubus. Luas sisi kubus yaitu . Kubus mempunyai enam sisi. Sehingga, luas permukaan kubus . Voume kubus merupakan isi dari ruang kubus yang dibatasi sisi sisi kubus. Volume kubus

(40)

disimbolkan dengan huruf besar, sisi kubus disimbolkan dengan huruf kecil. Rumus volume kubus yaitu .

b. Balok

Gambar 2.3 Balok

Suatu bangun yang dibatasi dengan tiga pasang bidang datar yang berhadapan dengan bidang yang berhadapan berbentuk persegi atau persegi panjang, dengan salah satu pasang diantaranya berukuran berbeda sehingga membentuk bangun ruang yang disebut balok.

1) Unsur - Unsur Balok

Terdapat enam sisi balok. Empat sisi yang tegak yaitu ABEF, BCFG, CDGH, serta ADEH. Satu bidang sisi alas ABCD, dan satu bidang sisi atas EFGH. Balok memiliki dua belas rusuk. Rusuk pada gambar balok tersebut yaitu DH, CG, BF, AE, rusuk pada bidang atas yaitu HG, GF, FE, EH dan rusuk pada bidang alas yaitu DC, CB, BA, AB. Terdapat delapan titik sudut balok. Balok memiliki dua belas diagonal sisi, empat diagonal ruang. Jaring-jaring balok diperoleh

(41)

apabila rusuk-rusuk pada kubus dipotong yang selanjutnya dibentangkan sampai tidak ada bagian yang saling menutupi.

2) Perhitungan Balok

Luas permukaan balok dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah dari luas ke-enam sisi balok. Misalkan panjang , lebar , dan tinggi , maka luas sisi bawah , luas sisi atas , luas sisi kanan , luas sisi kiri:

, luas sisi depan: , luas sisi belakang: , luas seluruh sisi balok atau luas permukaan balok yaitu:

( ) ( ) ( ) (( ) ( ) ( )) ( )

Sedangkan volume balok dapat diselesaikan dengan cara luas alas tinggi. Luas alas balok berbentuk persegi panjang, maka luas alas . Tinggi balok dimisalkan dengan . Maka .

(42)

29

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Nugrahani (2014) yaitu penelitian yang mendeskripsikan peristiwa yang diselidiki dengan pernyataan yang lengkap serta mendalam guna mendukung penyajian data. Menurut Sugiono (2018) metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang didasarkan pada filosofi post positivisme, yang digunakan untuk melakukan penelitian dengan kondisi alamiah dan peneliti sebagai instrumen utama, teknik pengumpulan data dikerjakan dengan teknik triangulasi, hasil yang ditemukan bersifat untuk menafsirkan arti, mengetahui karakteristik, mengeksplanasi kejadian, dan mendeteksi hipotesis.

Yusuf (2017) mengemukakan metode penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang menghasilkan data naratif tentang masalah yang diteliti. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif perlu menjelaskan keadaan dengan mengumpulkan data kemudian dipaparkan dalam suatu gagasan dengan tujuan untuk menjelaskan secara rinci mengenai keadaan yang telah diteliti. Penelitian ini akan mendeskripsikan hasil data berbentuk uraian terkait kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari kecerdasan intelektual dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar.

(43)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian dilakukan atau di mana data didapatkan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Tempat yang digunakan sebagai tempat penelitian yakni MTsN II Bondowoso, yang berlokasi di Jl.

Khairil Anwar No. 278, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Di MTsN 2 Bondowoso kelas VIII dibagi menjadi 9 kelas yaitu kelas VIII A- VIII I (Kelas Unggulan) dengan jumlah setiap kelas terdiri dari kisaran 30 sampai 36 Siswa. Alasan peneliti memilih lokasi di MTsN 2 Bondowoso didasarkan pada beberapa aspek sebagai berikut:

1. Peneliti menemukan masalah di MTsN 2 Bondowoso, berdasarkan hasil observasi sekaligus wawancara kepada guru matematika bahwasanya siswa sulit dalam memahami materi bangun ruang sisi datar.

2. Pada sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang kemampuan berpikir kreatif siswa ditinjau dari kecerdasan intelektual.

3. Sekolah tersebut memiliki banyak prestasi-prestasi pembelajaran yang dicapai, baik prestasi akademik maupun non akademik dan memiliki akreditasi A. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk memilih MTsN 2 Bondowoso sebagai tempat penelitian.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII I (kelas unggulan).

Sebab hasil dari observasi siswa kelas VIII I lebih aktif pada proses pembelajaran dan tingkat kecerdasannya beragam sehingga dapat memenuhi tingkat kecerdasan intelektual sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan

(44)

sangat rendah serta beradasarkan rekomendasi dari guru matematika. Siswa kelas VIII I MTsN 2 Bondowoso tahun pelajaran 2021-2022 berjumlah 30 siswa akan diberikan angket kecerdasan intelektual, dari hasil angket tersebut dipilih 5 subjek masing-masing sebagai perwakilan dari kategori kecerdasan intelektual yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Kemudian 5 siswa akan dites kemampuan berpikir kreatif matematis materi bangun ruang sisi datar untuk menentukan tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Subjek dipilih dengan cara purposive sampling, menurut Sugiyono (2016) purposive sampling yaitu peneliti menentukan subjek dengan beberapa pertimbangan, tidak dilakukan secara acak. Pengambilan subjek dipilih berdasarkan tingkat kecerdasan intelektual siswa dan siswa berkemampuan komunikatif baik yang sanggup memberikan informasi sebanyak mungkin yang peneliti butuhkan berdasarkan rekomendasi dari guru di tempat penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menurut Lestari dan Yudhanegara (2017) adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses pencarian data di lapangan yang digunakan guna menjawab permasalahan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat berbagai peristiwa, karakteristik, atau nilai suatu variabel yang bisa dilakukan dengan berbagai setting, sumber, dan berbagai teknik. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(45)

1. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dikerjakan dengan cara mengumpulkan beberapa pertanyaan tertulis yang diperlukan untuk mengumpulkan informasi mengenai tingkat kecerdasan intelektual siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kecerdasan intelektual yang telah divalidasi oleh peneliti sebelumnya yaitu Risela (2016).

2. Tes

Tes menurut Mamik (2015) merupakan serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk mengukur kemampuan, kecerdasan dan bakat seseorang atau kemlompok tergantung pada tujuan tes. Jenis tes yang dipakai pada penelitian ini yaitu tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi bangun ruang sisi datar berupa tes uraian yang dibuat oleh peneliti. Berdasarkan tes uraian peneliti akan mampu mengidentifikasi bagaimana siswa dalam menuliskan jawaban dari soal yang diberikan secara runtut dan lengkap dengan langkah-langkah pengerjaan.

3. Wawancara

Wawancara menurut Yusmanengsih (2021) yaitu aktivitas tanya jawab yang melibatkan komunikasi antara peneliti dengan subjek. Hal ini selaras dengan Lestari dan Yudhanegara (2017) yang menyatakan bahwa dengan wawancara maka dapat mengumpulkan informasi atau data. Hal ini dilakukan dengan memberikan serangkaian pertanyaan yang peneliti ajukan kepada subjek secara langsung.

(46)

Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti.

Wawancara dalam penelitian ini diakukan setelah subjek menyelesaikan tes yang diberikan, tujuan wawancara yaitu untuk memperoleh informasi atau data dari kemampuan berpikir kreatif siswa secara mendalam. Saat melakukan wawancara, peneliti mencatat hasil wawancara serta menggunakan perekam suara untuk memudahkan mengulang kembali rekaman wawancara.

4. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Marwadani (2020) merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber tertulis atau dokumen yang tersedia pada subjek. Dokumen bisa berupa coretan, gambar, atau karya-karya momumental dari seseorang. Pada penelitian ini peneliti menggunakan media elektronik seperti handphone yang akan menguatkan data yang sudah terkumpul. Dokumentasi dalam penelitian ini berbentuk gambar atau foto dari jawaban tes subjek yang telah dianalisis.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Lestari dan Yudhanegara (2017) merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen dalam penelitian ini yakni peneliti sendiri sebagai instrument utama dan angket kecerdasan intelektual, tes kemampuan berpikir

(47)

kreatif matematis dan pedoman wawancara sebagai intrumen pendukung.

Penjelasan lebih lanjut yakni sebagai berikut:

1. Angket Kecerdasan Intelektual

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kecerdasan intelektual yang telah divalidasi oleh peneliti sebelumnya yaitu Risela (2016). Angket digunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kategori kecerdasan intelektual. Teknik pengisian angket yakni dilakukan secara serentak di kelas VIII I. Angket yang akan diisi oleh siswa yang terdiri dari 10 butir pertanyaan. Angket diisi langsung oleh subjek karena angket tersebut telah disediakan pilihan sehingga subjek dapat memberikan pendapatnya dengan memberi tanda centang.

Angket kecerdasan intelektual diukur dengan skala likert, dengan skor ideal tertinggi 40 dan ideal terendah 10.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Instrument es yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa soal tes uraian yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Tes yang diberikan yakni materi bangun ruang sisi datar yang berjumlah 3 butir soal. Sebelum digunakan, tes perlu divalidasi untuk melihat apakah tes layak digunakan atau tidak. Tes divalidasi oleh dua dosen Tadris Matematika dan satu guru matematika. Setelah divalidasi dan dikatakan valid, maka tes dapat digunakan dan dapat diberikan kepada subjek untuk dikerjakan.

(48)

3. Pedoman Wawancara

Pada penelitian ini pedoman wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang akan digunakan saat wawancara dengan subjek sehingga bisa memperoleh informasi mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Pedoman wawancara sebelumnya divalidasi oleh dua dosen Tadris Matematika dan satu guru matematika. Setelah divalidasi dan dikatakan valid, maka pedoman wawancara dapat digunakan ketika subjek telah menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berisi hal-hal pokok terkait masalah yang akan diteliti.

F. Analisis Data

Analisis data menurut Hardani (2020) merupakan tahap mencari dan menyusun data secara sistematis menurut catatan pada saat melakukan wawancara, dokumentasi dan data yang lainnya. Sehingga akan gampang saat memahami informasi yang disampaikan orang lain. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini berlandaskan menurut Miles dan Huberman yang dibagi menjadi tiga tahap:

1. Reduksi Data

Menurut Yusuf (2017) mereduksi data merupakan proses merangkai inti dari informasi yang sudah diperoleh pada saat melakukan penelitian di lapangan, untuk lebih fokus pada apa yang dianggap penting dan memberikan kesimpulan dengan gambaran yang jelas. Tahapan- tahapan reduksi data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(49)

a. Data dari hasil angket kecerdasan intelektual disatukan dalam transkip nilai, setelah itu menggolongkan siswa ke dalam kategori kecerdasan intelektual sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

b. Data dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dikoreksi untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

c. Melakukan wawancara dengan subjek penelitian yang terpilih.

Wawancara didasarkan pada hasil angket kecerdasan intelektual dan tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, kemudian hasil dari reduksi wawancara berbentuk transkip wawancara

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu kegiatan mengelompokkan dan mengidentifikasikan data agar terorganisir dengan baik sehingga dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Penelitian ini menggunakan penyajian deskripsi singkat dalam bentuk teks naratif. Penyajian data dilakukan agar dapat menyusun teks naratif dengan runtut, sehingga akan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Penelitian ini dilengkapi dengan analisis data yang di dalamnya terdapat hasil tes dan wawancara.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini yaitu kegiatan yang peneliti lakukan untuk menyimpulkan data berdasarkan data yang telah

(50)

mengalami langkah reduksi dan penyajian data yang diperoleh dari hasil angket, tes, wawancara dan dokumentasi.

G. Keabsahan Data

Langkah selanjutnya yaitu memeriksa keabsahan data. Dengan menguji keabsahan data, peneliti dapat lebih yakin bahwasanya data yang diperolehnya benar-benar valid. Teknik triangulasi digunakan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini. Teknik triangulasi menurut sugiyono (dalam Ashabulkahfi, 2020) adalah kegiatan peneliti untuk menegaskan kembali data yang diperoleh dari sumber data dengan waktu dan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik untuk memperoleh keabsahan data, peneliti menegaskan kembali informasi yang diperoleh dari subjek yang sudah ditentukan dengan cara membandingkan hasil tes dan wawancara.

H. Tahap – Tahap Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini yaitu peneliti mengambil empat tahapan yang berpedoman pada buku Lestari dan Yudhanegara (2017) yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi untuk menemukan permasalahan-permasalahan siswa b. Merancang judul dari hasil observasi dengan berbagai sumber c. Pengajuan judul

d. Melakukan revisian judul

(51)

e. Pembuatan proposal

f. Melakukan revisian proposal

g. Pengurusan surat izin ke Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

h. Menyiapkan perlengkapan penelitian yang terdiri dari instrumen angket kecerdasan intelektual, membuat soal bangun ruang sisi datar untuk tes kemampuan komunikasi matematis siswa, indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, pedoman wawancara, lembar validasi

i. dan mencatat hal-hal yang diperlukan untuk dijadikan dokumentasi j. Melakukan validasi kepada validator terkait tes kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa, indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan pedoman wawancara.

Validasi instrumen dilakukan untuk mengukur kelayakan instrumen dalam penelitian. Instrumen divalidasi terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada subjek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil data yang valid. Validator dalam penelitian ini adalah dua dosen tadris matematika dan satu guru matematika.

Validator yang disebutkan sebelumnya telah mengampu materi bangun ruang sisi datar. Setelah validator menilai lembar validasi, peneliti menghitung tingkat kevalidan dari instrumen penelitian yang akan digunakan. Berikut langkah-langkah menghitung kevalidan instrumen menurut Hobri (2010):

(52)

1) Menentukan rata-rata nilai dari ketiga validator untuk setiap indikator ( ) menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

rata – rata indikator ke -

= data nilai dari validator ke - terhadap indikator ke - = validator 1, 2, 3

= indikator 1, 2, … = banyaknya validator

2) Menentukan rata – rata nilai untuk semua aspek

Keterangan:

rata – rata nilai untuk setiap aspek ke –

rata – rata nilai untuk aspek ke – indikator ke – = banyaknya indikator dalam aspek ke –

3) Menentukan rata-rata total semua aspek

Keterangan:

= nilai rata-rata total semua aspek ke – = rata - rata nilai aspek ke –

= banyaknya aspek

(53)

Hasil dari rata-rata total untuk semua aspek ( ) kemudian diinterpresentasikan dalam kategori validasi dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Tingkat Kevalidan Instrumen

Nilai Tingkat Kevalidan

Kurang Valid

Cukup Valid

Valid

Sangat Valid Sumber: Hobri (2010)

Instrumen dikatakan valid dan dapat digunakan jika nilai dari setiap validator pada tiap indikator memberikan nilai minimal 3, maka dikatakan valid sehingga dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Jika tingkat validitas di bawah valid, maka perlu dilakukan revisi.

2. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Melaksanakan angket kecerdasan intelektual guna menggolongkan siswa dengan tingkat kecerdasan intelektual sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kategori kecerdasan intelektual dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Kategori Tingkat Kecerdasan Intelektual

Kategori Skor

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

(54)

Sumber: Risela (2016)

b. Melaksanakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis tertulis siswa dengan memberikan soal bangun ruang sisi datar.

Indikator kemampuan berpikir kreatif matematika dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Indikator Skor Rubrik Penilaian

Kefasihan (fluency)

0 Siswa tidak memberikan jawaban

1 Siswa memberikan satu jawaban yang salah 2 Siswa memberikan satu jawaban yang benar 3 Siswa memberikan dua jawaban tetapi salah

satunya salah

4 Siswa memberikan minimal dua jawaban benar

Fleksibilitas (flexibility)

0 Siswa tidak memberikan jawaban

1 Siswa memberikan jawaban dengan satu cara tetapi salah

2 Siswa memberikan jawaban dengan satu cara dan benar

3 Siswa memberikan jawaban dengan dua cara tetapi salah satunya salah

4 Siswa memberikan jawaban dengan minimal dua cara dan hasilnya benar

Kebaruan (originality)

0 Siswa tidak memberikan jawaban

1 Siswa memberikan satu jawaban yang berbeda dengan siswa lain

2 Siswa memberikan dua jawaban yang berbeda dengan siswa lain

3 Siswa memberikan tiga jawaban yang berbeda dengan siswa lain

4 Siswa memberikan empat jawaban yang berbeda dengan siswa lain

c. Melaksanakan wawancara.

3. Tahapan Penyelesaian

Pada tahapan penyelesaian dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.1  Kubus
Gambar 2.2  Jaring-jaring Kubus  2)  Perhitungan Kubus
Gambar 2.3  Balok
Gambar 3.1  Tahap-tahap Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kunci Jawaban Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kunci Jawaban Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kisi-Kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa.. Angket

Abstrak: Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan soal

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran experiential learning lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif matematis

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berpikir kreatif matematis adalah pengembangan instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif

Tujuan dalam penelitian ini meliputi: 1 untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik yang memiliki self confidence tinggi pada materi peluang peserta didik

Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut informasi terkait kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari minat belajar dengan melakukan penelitian yang

TABEL 1 Analisis Presentase Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Indikator Kemampuan No Soal Eksperimen Kontrol Kelancaran Fluency Siswa dapat menjawab

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kemampuan disposisi matematis tinggi subjek S6 Pada indikator kelancaran fluency subjek S6 mampu memberikan 3 jawaban susunan