• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Temuan

Dalam dokumen kemampuan berpikir kreatif matematis siswa (Halaman 100-111)

Bagian ini lebih lanjut akan menjelaskan bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa yang dicapai oleh lima subjek dalam menyelesaikan

soal bangun ruang ssisi datar. Dari hasil tes dan wawancara dengan subjek, peneliti menemukan bahwa tidak semua subjek memenuhi semua indikator berpikir kreatif, hanya satu dari lima subjek yang dapat memenuhi semua indikator berpikir kreatif. Indikator dari kemampuan berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Berikut pembahasan dari masing- masing subjek penelitian.

1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kecerdasan intelektual sangat tinggi

Subjek yang memiliki kecerdasan intelektual sangat tinggi adalah SST. Berdasarkan hasil analisis tes tertulis dan wawancara menunjukkan bahwa SST mampu memahami apa yang diminta pada soal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan SST yang mampu menyelesaikan soal tes nomor 1 dengan berbagai macam ukuran luas alas dan tinggi balok.

Dapat dilihat pada gambar 4.1 SST dapat membuat lima ukuran luas alas dan tinggi yang berbeda sehingga SST dapat menyelesaikan soal nomor 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SST memenuhi indikator kefasihan.

Berdasarkan hasil tes dan hasil wawancara nomor 2 menunjukkan bahwa SST memahami apa yang dimaksud pada soal tersebut. SST hanya menuliskan satu cara penyelesaian saja. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, subjek menjelaskan tidak tahu cara penyelesaiannya jadi SST hanya mencoba mengerjakan tetapi tidak mampu meneruskan

pekerjaannya sampai selesai dan cara yang digunakan salah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek tidak memenuhi indikator fleksibilitas.

Berdasarkan hasil tes nomor 3 dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SST memahami apa yang dimaksud pada soal tersebut. SST mampu memberikan tiga jawaban yakni susunan kubus dan balok yang berbeda dari siswa lainnya. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, SST mampu menjelaskan hasil dari jawabannya dengan baik dan benar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SST memenuhi indikator kebaruan.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan kategori kecerdasan intelektual sangat tinggi mampu memenuhi dua indikator yaitu kefasihan dan kebaruan, serta belum mampu memenuhi indikator fleksibilitas. Sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis SST berada pada level 3 (Kreatif). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan Aesyiati (2016) bahwa siswa dengan kemampuan berpikir kreatif matematis berada pada kategori level 3 cenderung memiliki tingkat variasi kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu kefasihan dan fleksibilitas atau kefasihan dan kebaruan

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kecerdasan intelektual tinggi

Subjek yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi adalah ST.

Berdasarkan analisis hasil tes tertulis dan wawancara menunjukkan bahwa ST mampu memahami apa yang diminta pada soal. Hal ini dapat

dilihat dari hasil pekerjaan ST yakni pada gambar 4.4 yang mampu menuliskan apa yang diketahui, yang ditanyakan dan memberikan tiga jawaban yang berbeda dan benar mengenai ukuran luas alas dan tinggi balok. SST yakin dengan jawaban yang diberikan dan pada saat wawancara SST dapat menjelaskan hasil jawabannya dengan baik dan lancar bagaimana cara SST menjawab soal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SST memenuhi indikator kefasihan.

Berdasarkan hasil tes nomor 2 dan wawancara menunjukkan bahwa ST memahami apa yang dimaksud pada soal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif nomor 2, ST dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. ST mampu menyelesaikan soal tersebut menggunakan dua cara penyelesaian yang berbeda. Cara pertama, SST menyelesaikan dengan benar yakni mengira- ngira ukuran panjang, tinggi, dan lebar balok dari yang deiketahui, kemudian menggunakan rumus volume. Cara kedua yang digunakan ST salah, yakni menggunakan rumus luas permukaan balok. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, ST mampu menjelaskan kembali mengenai cara penyelesaian yang digunakan dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ST memenuhi indikator fleksibilitas.

Berdasarkan hasil tes nomor 3 dan wawancara menunjukkan bahwa ST memahami apa yang dimaksud pada soal tersebut. Dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif nomor 3, ST mampu memberikan satu jawaban yakni susunan kubus dan balok yang berbeda dari siswa lainnya.

Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, ST mampu menjelaskan hasil dari jawabannya dengan baik dan benar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ST memenuhi indikator kebaruan.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan kategori kecerdasan intelektual tinggi mampu memenuhi semua indikator berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

Sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis SSR berada pada level 4 (sangat kreatif). Hal ini sejalan dengan pendapat Geary (2000) bahwa anak laki-laki lebih unggul di bidang matematika karena kemampuan ruangnya yang lebih baik, terlihat bahwa ST mampu memberikan susunan kubus dan balok dengan tepat sesuai ukuran yang digunakan.

Serta pada penelitian ini siswa ST dengan subjek laki-laki kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 4, lebih unggu daripada SST yang merupakan subjek perempuan dengan kemampuan berpikir kreatifnya berada pada level 3.

3. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kecerdasan intelektual sedang

Subjek yang memiliki kecerdasan intelektual sedang adalah SS.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil tes tertulis dan wawancara menunjukkan bahwa SS mampu memahami soal nomor 1. SS mampu menyelesaikan soal tes dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.7 SS dapat membuat satu ukuran luas alas dan tinggi balok. Saat wawancara, SS menjelaskan apa yang dipahami dari soal

nomor 1 menggunakan bahasanya sendiri. Terlihat dari hasil tes SS menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan. Serta pada saat wawancara, SS dapat menjelaskan hasil jawabannya yakni menggunakan satu ukuran luas alas dan tinggi balok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SS memenuhi indikator kefasihan.

Berdasarkan hasil tes nomor 2 dan wawancara menunjukkan bahwa SS memahami apa yang dimaksud pada soal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis nomor 2, SS dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. SS mencoba menyelesaikan nomor 2, akan tetapi cara yang digunakan SS salah, yakni menggunakan rumus luas permukaan balok. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, ST menjelaskan tidak bisa menyelesaikan soal nomor dua karena tidak tahu akan menggunakan cara apa, sehingga dia hanya mencoba mengerjakan meskipun cara yang digunakan salah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SS tidak memenuhi indikator fleksibilitas.

Berdasarkan hasil tes nomor 3 dan wawancara menunjukkan bahwa SS memahami informasi pada soal. Dari hasil tes nomor 3, SS tidak mampu menyelesaikan dengan baik, SS hanya memberikan satu jawaban yang salah yakni hanya menggambar susunan empat buah balok.

Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, SS menjelaskan tidak mampu menggambarkan susunan kubus dan balok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SS tidak mampu memenuhi indikator kebaruan.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa SS dengan kategori kecerdasan intelektual sedang mampu memenuhi satu indikator berpikir kreatif yaitu kefasihan saja serta belum memenuhi indikator fleksibilitas dan kebaruan. Sehingga kemampuan kemampuan berpikir kreatif matematis SS berada pada level 1 (kurang kreatif). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2020) bahwa kemampuan numerik subjek kategori kecerdasan intelektual sedang yang hanya mampu menyelesaikan satu jawaban yang sederhana dan tidak mampu memberikan cara yang lain. Sama halnya dengan penelitian ini subjek kategori kecerdasan intelektual sedang, kemampuan berpikirnya kreatif matematisnya hanya mampu memberikan satu jawaban yang sederhana pada indikator fluency dan tidak mampu memberikan jawaban yang lain.

4. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kecerdasan intelektual rendah

Subjek yang memiliki kecerdasan intelektual rendah adalah SR.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil tes tertulis dan wawancara menunjukkan bahwa SR mampu memahami apa yang diminta pada soal yakni menuliskan apa yang diketahui, yang ditanyakan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan SR yakni pada gambar 4.10 yang mampu menyelesaikan soal tes nomor 1 dengan baik, SR mampu membuat satu jawaban yang benar yakni mengenai ukuran luas alas dan tinggi balok. SR yakin dengan jawaban yang diberikan dan pada saat wawancara SR dapat menjelaskan hasil jawabannya dengan baik dan

lancar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SR memenuhi indikator kefasihan.

Berdasarkan hasil tes kemapuan berpikir kreatif nomor 2 dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SR memahami informasi pada soal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis nomor 2, SR dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. SR tidak mampu menyelesaikan soal, SR hanya mencoba menyelesaikannya, akan tetapi cara yang digunakan SR salah. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, SR menjelaskan tidak bisa menyelesaikan soal nomor dua jadi SR hanya mencoba mengerjakan meskipun cara yang digunakan salah. sehingga dapat disimpulkan bahwa SR tidak memenuhi indikator fleksibilitas.

Berdasarkan hasil tes nomor 3 dan wawancara menunjukkan bahwa SR memahami informasi pada soal. Dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif nomor 3, SR tidak mampu menyelesaikan dengan baik, SS hanya memberikan satu jawaban yang salah yakni hanya menggambar susunan bangun datar segi empat dan persegipanjang yang seharusnya menggambar susunan bangun ruang sisi datar kubus dan balok. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, SR menjelaskan tidak mampu menggambarkan susunan bangun ruang kubus dan balok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SR tidak mampu memenuhi indikator kebaruan.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan kategori kecerdasan intelektual rendah mampu memenuhi satu

indikator kefasihan saja serta belum memenuhi indikator fleksibilitas dan kebaruan. Sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis SR berada pada level 1 (kurang kreatif). Hal ini sejalan dengan Andiyana (2018) bahwa indikator yang paling banyak dapat diselesaikan oleh siswa adalah fluency.

5. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kecerdasan intelektual sangat rendah

Subjek yang memiliki kecerdasan intelektual sangat rendah adalah SSR. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil tes tertulis dan wawancara menunjukkan bahwa SSR memahami informasi pada soal sehingga SSR berusaha mengerjakan soal nomor 1 dengan menuliskan tiga jawaban yang berbeda akan tetapi jawabannya salah.

Setelah melalui wawancara, SSR menjelaskan bahwa tidak bisa menyelesaikan soal nomor 1, sebab SSR lupa rumus dari volume balok.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SSR tidak mampu memenuhi indikator kefasihan.

Berdasarkan hasil tes nomor 2 dan wawancara menunjukkan bahwa SSR memahami apa yang dimaksud pada soal tersebut. Akan tetapi tidak mampu menyelesaikan soal. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, SSR menjelaskan tidak bisa menyelesaikan soal nomor 2 jadi SSR hanya berusaha menjawab saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SSR tidak memenuhi indikator fleksibilitas.

Berdasarkan hasil tes nomor 3 dan wawancara menunjukkan bahwa SSR memahami apa yang dimaksud pada soal tersebut. SSR tidak mampu menyelesaikan soal dengan baik. SSR menjelaskan tiga jawaban yang berbeda dengan siswa lain, akan tetapi jawaban SSR salah. Jawaban yang pertama SSR menggambarkan susunan enam buah balok yang disusun ke atas, jawaban yang kedua menggambarkan susunan dua buah balok yang disusunan ke samping, dan jawaban yang ketiga susunan dua buah balok yang disusun ke atas. Semua jawaban tersebut salah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SSR tidak mampu memenuhi indikator kebaruan.

Dari hasil analisis data di atas, terlihat bahwasanya subjek dengan kategori kecerdasan intelektual sangat rendah tidak mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu kefasihan fleksibilitas dan kebaruan. Sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis SSR berada pada level 0 (tidak kreatif). Hal ini sejalan dengan penelitian Saputri (2019) bahwa subjek dari masing-masing kategori kecerdasan intelektual siswa memiliki kemampuan berbeda-beda yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Terlihat pada penelitian ini, subjek dengan kategori kecerdasan intelektual sangat rendah memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis level 0 yakni tidak kreatif.

97

Dari pembahasan analisis data sebelumnya, disimpulkan bahwa:

1. Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual sangat tinggi dengan kode SST kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 3 (Kreatif), sebab subjek memenuhi indikator kefasihan dan kebaruan saja serta tidak memenuhi indikator fleksibilitas.

2. Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual tinggi dengan kode ST kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 4 (Sangat Kreatif), sebab subjek memenuhi semua indikator yakni kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan,

3. Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual sedang dengan kode SS kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 1 (Kurang Kreatif), sebab subjek memenuhi indikator kefasihan saja serta tidak memenuhi indikator fleksibilitas dan kebaruan.

4. Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual rendah dengan kode SR kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 1 (Kurang Kreatif), sebab subjek memenuhi indikator kefasihan saja serta tidak memenuhi indikator fleksibilitas dan kebaruan.

5. Siswa dengan kategori kecerdasan intelektual sangat rendah dengan kode SSR kemampuan berpikir kreatif matematisnya berada pada level 0

(Tidak Kreatif), sebab subjek tidak memenuhi indikator kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.

Dalam dokumen kemampuan berpikir kreatif matematis siswa (Halaman 100-111)

Dokumen terkait