BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
A. Landasan Teoritis
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Berpikir merupakan suatu aktivitas yang dialami seseorang apabila dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip Tatag, menyatakan bahwa berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand).1Hal ini dapat diartikan bahwa berpikir sebagai sebuah pijakan awal dalam menyelesaikan masalah, dimana dari rasa ingin tahu kita akan suatu hal maupun masalah, kita dapat memecahkan suatu masalah dan membuat keputusan.
Berpikir melibatkan manipulasi dan transformasi informasi dalam memori, dengan tujuan membentuk konsep, alasan, pikiran kritis, dan penyelesaian masalah. Kita berpikir agar dapat membuat pertimbangan, berintrospeksi, mengevaluasi ide-ide, menyelesaikan persoalan, dan mengambil keputusan.2 Berpikir tidak selalu untuk memecahkan suatu masalah, melainkan juga untuk dapat membentuk suatu konsep tertentu atau menimbulkan ide-ide kreatif. Jadi, berpikir dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha seseorang yang dilakukan secara sadar untuk mencapai suatu tujuan, baik itu pemahaman, perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, analisis maupun kreativitas dengan memanipulasi dan mentrasformasi informasi dalam memori.
Sebagai manusia yang dibekali akal oleh Allah SWT sebagai sarana untuk berpikir, kita hendaknya dapat menggunakannya semaksimal mungkin. Pada
1
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 13
2
John W. Santrock, Perkembangan Anak, Terj. dari Child Development, eleventh edition
11
dasarnya setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali tidak disadari. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambah pula kemampuan berpikirnya.3
Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung, sebagaimana Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada
manusia untuk dipikirkan atau direnungkan dalam firman-Nya:4
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad, 38: 29) Ayat tersebut menekankan bahwa hendaknya setiap orang berusaha secara keras dan ikhlas dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikirnya.
Berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru, baik ide atau pemahaman yang berasal dari pengetahuan yang telah dimiliki maupun dari hal-hal yang baru dipelajari. Hal ini didasari oleh pendapat The dalam buku Tatag, yang memberi batasan bahwa berpikir kreatif (pemikiran kreatif) adalah suatu rangkaian tindakan yang dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan.5
Berpikir kreatif disebut juga sebagai berpikir divergen, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan.
3
Harun Yahya,Bagaimana Seorang Muslim Berpikir?, Terj. dariDeep Thinkingoleh Catur Sriherwanto, (Jakarta: Robbani Press, 2001), h. 9-10.
4
Ibid.,h. 13. 5
Saat seseorang berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, pemikiran divergen memberikan banyak ide atau alternatif jawaban yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Pehnoken sebagaimana dikutip Tatag, bahwa berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran.6 Berpikir logis dapat diartikan sebagai sebagai kemampuan berpikir untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.7Jadi berpikir kreatif menurut Pehnoken dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan dengan upaya menarik kesimpulan menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar sesuai dengan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya.
Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seseorang menghasilkan suatu ide baru, dimana ide baru tersebut merupakan gabungan dari ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan. Pengertian ini ditandai dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses bepikir tersebut. Pengertian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Coleman and Hammen sebagaimana dikutip Euis,“creative thinking was a way of thinking which produce a new concept, finding, or art creation”.8 Maksudnya adalah bahwa berpikir kreatif merupakan cara berpikir seseorang yang mana untuk menghasilkan produk berupa konsep baru, menemukan, ataupun menciptakan.
Kemampuan berpikir kreatif tidak begitu saja dimiliki oleh seseorang, melainkan dibutuhkan adanya persiapan sejak dini yaitu pengalaman dan latihan yang dimiliki sehingga memungkinkan seseorang tersebut untuk dapat
6
Tatag Yuli Eko Siswono, “Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika”, FMIPA Universitas Negeri Surabaya, h. 1.
7
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 13.
8
Euis Eti Rohaeti, “Critical and Creative Mathematical Thingking of Junior High School Students”,Educationist, Vol IV No. 2, Juli 2010, h. 100
13
memecahkan masalah. Dengan adanya pengalaman maupun latihan, seseorang dapat menciptakan sesuatu yang merupakan hasil penggabungan atau kombinasi dari unsur-unsur atau ide-ide yang telah dimiliki menjadi sesuatu yang baru.
Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif mampu untuk memberikan ide-ide baru atas permasalahan yang dihadapinya, baik secara teori maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran yang kreatif ini merupakan hasil perwujudan dari kemampuan akal yang dihasilkan melalui empat fase, yaitu: fase persiapan (preparation), fase inkubasi (incubation), fase inspirasi (illumination), dan fase perealisasian (verification).9
1. Fase persiapan (preparation)
Fase ini mencakup segala hal yang dipelajari orang yang kreatif melalui kehidupan dan pengalaman yang diperolehnya, meskipun melalui usaha dan kesalahan terlebih dahulu. Disamping berbagai macam pengetahuan yang dimiliki oleh orang kreatif, latihan khusus yang berkaitan dengan kerja kreatif juga diperlukan. Proses persiapan ini membutuhkan waktu yang lama dan juga perlu mengetahui pengetahuan dasar terlebih dahulu supaya dapat menyempurnakan sesuatu dengan menghasilkan kreativitas. 2. Fase inkubasi (incubation)
Dalam fase ini, orang yang kreatif cenderung tidak akan menyibukkan diri dengan berbagai permasalahan. Mereka sengaja mengalihkan pandangan dari permasalahan utama kepada sesuatu yang lain setelah melewati fase persiapan, dengan harapan dapat memberikan petunjuk kepada solusi akhir bersamaan dengan berlalunya waktu. Dalam fase ini, kegundahan dapat mengalahkan perilaku seseorang, dengan disertai rasa tidak nyaman sampai frustasi dan menjadi mudah terpengaruh. Sementara seseorang yang santai terkadang mengalami sejenis perubahan yang dapat meminimalisir pengaruh faktor-faktor pembelaan maupun intervensi, dan mempersiapkan kesempatan untuk memunculkan kreativitas melalui dorongan yang kuat dan baru.
9
Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 245-248.
3. Fase inspirasi (illumination)
Pada fase ini, sebuah solusi tampak seakan-akan datang secara tiba-tiba disertai dengan emosi yang meluap dan menyenangkan. Fase inkubasi ini bukan merupakan fase yang terpisah dan mandiri. Namun, merupakan hasil dari seluruh upaya yang dilakukan oleh orang kreatif selama fase-fase sebelumnya. Inspirasi bisa datang darimana saja, misalkan datang melalui tidur seperti halnya yang dialami oleh Descrates seorang pakar matematika dan juga Fredriek Kekule seorang penemu dalam bidang kimia organic. Dapat juga dikatakan fase ini diimplementasikan dengan munculnya solusi yang kreatif dengan cara spontan
4. Fase perealisasian (verification)
Dalam fase ini orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan kelayakan kreativitasnya melalui eksperimen. Bisa jadi dalam fase ini dilakukan sebagian revisi atau perubahan guna memperbaiki dan memunculkan ide sebaik mungkin.
Dalam fase berkreativitas yang telah diuraikan diatas, fase inkubasi dan fase inspirasi merupakan dua fase dasar yang memberikan cahaya bagi proses berkreativitas itu sendiri secara langsung.
Pendapat lain mengenai berpikir kreatif disampaikan Martin sebagaimana dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk.10 Produk dari berpikir kreatif dapat juga kita sebut sebagai kreativitas. Kreativitas sebagai hasil pemikiran kreatif sebenarnya dimiliki oleh semua orang, namun bagaimana kreativitas itu dapat terbentuk merupakan suatu proses kognitif yang harus dikembangkan oleh tiap individu. Walaupun setiap orang memiliki bakat kreatif, namun jika tidak diasah maka bakat tersebut tidak akan berkembang bahkan menjadi bakat terpendam yang tidak terwujud, karena sesungguhnya kreativitas itu dibentuk oleh adanya pengalaman-pengalaman dan informasi yang diterima
10
Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA, Manado, 30 Juni–3 Juli 2010, h. 2.
15
oleh seseorang yang selanjutnya digunakan untuk memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya dengan cara yang orisinil.
Untuk dapat berkreativitas seseorang hendaknya meluangkan waktunya
untuk melakukan ‘perenungan kreatif’. Seperti yang diungkapkan oleh De Bono, bahwa perenungan kreatif ini merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mencermati berbagai sisi yang berbeda terhadap suatu hal yang tertentu, dan mencari alternatif-alternatif lainnya.11 Perenungan kreatif ini dimaksudkan untuk mencari suatu pemikiran baru dalam bidang tertentu dan memfokuskannya. Hal ini dikarenakan kita memiliki alasan yang mengharuskan kita untuk berpikir. Karena tidak mungkin suatu pemikiran dapat terwujud tanpa adanya perhatian terhadap hal-hal tertentu. Sebagaimana suatu penemuan tidak akan tercapai tanpa adanya perenungan kreatif.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru memiliki definisi yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda. Ada yang mengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang menekankan kepada produk yang dihasilkan maupun dari sudut pandang yang menekankan pada proses.
Definisi kreativitas yang menekankan pada produk dikemukakan oleh Pehnoken dalam buku Tatag yang menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kinerja (performance) seorang individu yang menghasilkan sesuatu yang baru dan tidak terduga (creativity as performance where the individual is producing something new and unpredictable).12 Sedangkan definisi kreativitas yang menekankan pada prosesnya, yaitu proses menjadikan seseorang kreatif disampaikan oleh Isaksen dan Trefingger (dalam Isaken dan Murdock, 1988) dalam buku Tatag juga, yang mendefinisikan:
kreativitas merupakan sebuah pembuatan dan pengkomunikasian hubungan-hubungan baru yang bermakna untuk membantu memikirkan berbagai kemungkinan; memikirkan dan mengalami dalam berbagai cara serta menggunakan pandangan-pandangan baru; memikirkan
11
Amal,op. cit.,h. 118. 12
kemungkinan-kemungkinan baru dan tidak biasa; serta membimbing seseorang dalam pembuatan dan pemilihan alternatif-alternatif.13
Dari kedua sudut pandang definisi kreativitas di atas, dapat kita lihat kesamaan dari kreativitas itu sendiri yaitu adanya sesuatu yang baru yang dimunculkan. Baru disini tidak harus dikaitkan dengan ide yang benar-benar baru, melainkan dapat juga baru menurut siswa.
Kreativitas itu sendiri terdapat dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Seperti yang diungkapkan Robinson sebagaimana dikutipAvril, “Creativity is possible in all areas human activity and it draws from
all areas of human intelligence”.14 Menurutnya, kreativitas itu mungkin ada dalam semua bidang aktivitas manusia dan ia tergambar dalam semua bidang kecerdasan manusia. Seperti halnya dalam bidang seni maupun sastra, kreativitas juga terdapat dalam matematika. Menurut Pehnoken sebagaimana dikutip Ali, kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yaitu proses berpikir kreatif.15
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai berpikir kreatif yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang dilakukan seseorang dalam menghasilkan gagasan dan produk baru maupun bermacam-macam kemungkinan dalam penyelesaian masalah dengan melihat hubungan-hubungan antara satu hal dengan yang lainnya.
b. Pengertian Matematika
Matematika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang penting untuk diajarkan kepada anak-anak sejak sekolah dasar karena berguna dalam kehidupan sehari-hari serta diperlukan sebagai dasar mempelajari matematika pada tingkat
13
Ibid.,h. 9. 14
Avril Loveless, “Thinking about Creativity: Developing Ideas, Making Things Happen”, dalam Anthony Wilson (ed), Creativity in Primary Education, (Southernhay East: Learning Matters, 2009), h. 23.
15
17
lebih lanjut maupun dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada tingkat sekolah dasar, pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta mampu bekerja sama
Kata matematika sendiri berasal dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan, mathanein yang artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Depdiknas).16
Lebih lanjut Hudojo, sebagaimana dikutip Esti mengartikan matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karenanya matematika diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam kemajuan IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada peserta didik sejak sekolah dasar .17
Dalam definisi lain, Ismail dkk memberikan definisi hakikat matematika sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.18 Sejalan dengan pendapat Soedjadi sebagaimana dikutip Nahrowie yang mendefinisikan matematika sebagai pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan serta pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.19
Matematika disebut juga sebagai ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan observasi maupun eksperimen. Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif. Meskipun matematika sebagai cabang ilmu yang menggunakan penalaran deduktif, matematika tetap perlu diberikan kepada peserta didik usia sekolah dasar
16
M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: Rajawali Press, 2014), cet. 1, h. 48. 17
Esti Yuli Widayanti, dkk.,Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 8.
18
Ali Hamzah,loc. cit.
19
Nahrowi Adjie, dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), cet. 1, h. 34
yang masih pada tahap operasi konkret, karena penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi tidak dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk, struktur, konsep, dan operasi. Hal ini berarti bahwa matematika itu berkenaan dengan gagasan yang berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis, dimana konsep-konsepnya abstrak dan penalarannya deduktif.
Salah satu alasan mengapa matematika perlu diajarkan di sekolah adalah untuk mengembangkan kreativitas siswa. Karena siswa dapat belajar untuk dapat membangun konsep matematikanya sendiri dengan mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang telah ada. Sehingga diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cermat dan tepat.
Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri antara lain:20
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu digunakan untuk mengembangkan cara berpikir guna membangun ide yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dan bertujuan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah
20
19
matematika dengan mengembangkan ide guna terciptanya berbagai jawaban, gagasan, maupun sudut pandang terhadap suatu permasalahan.
Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop sebagaimana dikutip Ali, yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua keterampilan dalam berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif, yang sering diidentikkan dengan intuisi, dan kemampuan berpikir analitik, yang diidentikkan dengan kemampuan logis.21 Pandangan ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif lebih didasarkan pada pemikiran yang tiba-tiba, tak terduga dan di luar kebiasaan.
Berpikir kreatif matematis dapat juga kita sebut sebagai kreativitas matematika. Karena kreativitas merupakan hasil dari berpikir kreatif. Kreativitas matematika menurut Krutetskii sebagaimana dikutip Eric, dinyatakan sebagai berikut:
… characterized mathematical creativity in the context of problem formulation (problem finding), invention, independence, and originality.22
Menurutnya, kreativitas matematika atau berpikir kreatif matematis diidentikkan dengan pembuatan soal atauproblem finding, penemuan, kebebasan dan keaslian.
Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak, karena mereka dapat menghasilkan ide-ide baru dari hasil pengalamannya. Kreativitas matematika dapat terjadi ketika anak membuat hubungan-hubungan atau koneksi antara apa yang dilihat dan pengetahuan matematika yang telah dimiliki.
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diukur dari jawaban yang dikemukakannya berdasarkan aspek-aspek berpikir kreatif matematis. Silver sebagaimana dikutip Tatag menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat digunakan tiga komponen kunci yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty) yang merupakan “The Torrance
21
Ali Mahmudi, ”Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika XIV UNSRI, Palembang, 24–27 Juli 2008, h. 5.
22
Eric L. Mann, Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicator of Mathematical in Middle School Students, Dissertation University of Connecticut, 2005, p. 7
Tests of Creative Thinking”.23 Kefasihan yaitu mengacu pada banyaknya ide-ide yang dihasilkan dalam suatu permasalahan, fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan sudut pandang ketika merespons sesuatu, dan kebaruan merupakan keaslian dari ide yang dimunculkan.
Aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir divergen (divergen thinking), yang memiliki ciri-ciri: fleksibilitas, originalitas, dan fluency (keluwesan, keaslian, dan kuantitas output). Fleksibilitas menggambarkan keragaman ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulasi, originalitas menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap sesuatu masalah. Sedangkan fluency menunjuk pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.24
Martin sebagaimana dikutip Ali mengemukakan tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas atau keluwesan. Produktivitas berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang dihasilkan. Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan hasil karya serupa. Dan fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk memodifikasi keyakinan berdasarkan informasi baru.25
Lebih lanjut Kiesswetter berpendapat sebagaimana dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.26 Hal ini diperkuat oleh pendapat Haylock dan Kruteski bahwa berpikir kreatif selalu tampak menunjukkan keluwesan (fleksibilitas).27 Fleksibilitas dari proses mental sebagai suatu komponen dari kemampuan kreatif matematis dalam sekolah.
23
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008),h. 23.
24
Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 179-180
25
Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA, Manado, 30 Juni–3 Juli 2010, h. 2-3
26
Ibid.,h. 3. 27
Tatag Yulli Eko Siswono, “Konstruksi Teoritik tentang Tingkat Berpikir Kreatif dalam Matematika”, (Yogyakarta: FMIPA UNY, 2008), h. 2
21
Sementara William dalam Munandar menjelaskan konsep, dan contoh perilaku siswa yang menunjukkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif siswa, yang meliputi lima indikator berpikir kreatif, yaitu keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan berpikir orisinal (originality), keterampilan memperinci (elaboration), dan keterampilan menilai (evaluation).28
1) Keterampilan berpikir lancar (fluency)
Keterampilan berpikir lancar dapat didefinisikan sebagai keterampilan atau kemampuan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan; memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
Keterampilan berpikir luwes ini merupakan keterampilan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi; dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda; serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
3) Keterampilan berpikir orisinal (originality)
Keterampilan berpikir orisinal adalah kemampuan untuk melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, serta kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
4) Keterampilan memperinci (elaboration)
Keterampilan memperinci dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, serta kemampuan untuk menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
28
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1999) Cet. 3, h. 88-91
5) Keterampilan menilai (evaluation)
Keterampilan menilai merupakan kemampuan dalam menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana; serta kemampuan mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.
Dari beberapa aspek maupun ciri berpikir kreatif matematis yang telah