Penerapan Model Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan skripsi
Oleh:
Putri Diana Novia
NIM 1103080
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
oleh: Putri Diana Novia
NIM 1103080
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Putri Diana Novia 2015
Universitas Pendidikan Indonesia 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Putri Diana Novia. (1103080). Penerapan Model Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Penelitian ini dilator belakangi oleh pentingnya kemampuan koneksi matematis dan fakta rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Osborn lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model konvensional yang ada di sekolah; (2) mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model Osborn. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitiannya adalah kelompok kontrol non-ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 30 Bandung kelas VIII tahun ajaran 2014/2015. Pada penelitian ini diambil dua kelas sampel, satu kelas sebagai kelas eksperimen mengikuti pembelajaran dengan model Osborn dan satu kelas sebagai kelas kontrol mengikuti pembelajaran dengan model konvensial. Instrumen pengumpulan datayang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes kemampuan koneksi matematis dan instrumen non tes yaitu angket sikap siswa dan lembar observasi aktivitas kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: (1) peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Osborn lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (2) siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model Osborn.
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Putri Diana Novia. (1103080). Application Osborn Model to Increasing
Mathematical Connection Ability of Junior High School Student.
This research is motivated by the importance of the mathematical connection
ability and the low of junior high school students’ mathematical connection
ability. The purpose of this research are: (1) determine whether the increased mathematical connection abilitiy of student who obtain Osborn model better than student who obtain the conventional learning model in school; (2) find out how
students’ attitudes toward learning mathematics with Osborn model. The method applied in this research was a quasi experimental design by using non-equivalent control group design. The population in this research were all eight grade students of SMP Negeri 30 Bandung class of 2014/2015. There are two classes of sample, one class as the experimental class following study with the Osborn model and the other class as the control class following study with the conventional model. The data collection instruments used in this research consisted of mathematical connection ability instrumen test and nontest instruments such as questionnaires of students attitude and abservation activity learning sheets.The result of this research are: (1) increase mathematical connection abilitiy of student who obtain Osborn model better than student who obtain the conventional learning model in school; (2) students give positive attitude toward learning mathematics using the Osborn model.
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian ... 1
B. RumusanMasalahPenelitian ... 4
C. TujuanPenelitian... 4
D. ManfaatPenelitian ... 4
E. StrukturOrganisasiSkripsi ... 5
F. DefinisiOperasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KemampuanKoneksiMatematis ... 9
B. Model Osborn ... 12
C. Model Konvensional ... 17
D. HasilPenelitian yang Relevan ... 20
E. Keterkaitanantara Model Osborn denganKemampuan KoneksiMatematis ... 21
F. KerangkaPemikiran ... 22
G. HipotesisPenelitian ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian ... 25
B. PopulasidanSampelPenelitan ... 25
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. InstrumenPembelajaran... 26
2. InstrumenPengumpulan Data ... 26
D. Prosedurpenelitian ... 34
E. Analisis Data 1. AnalisisTeskemampuanKoneksiMatematis Siswa... 35
2. AnalisisAngketSikapSiswa ... 42
3. AnalisisLembarObservasi ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian 1. Analisis Data Pretes ... 44
2. Analisis Data Postes ... 46
3. AnalisisNilai Gain ... 48
4. AnalisisIndeks Gain ... 49
5. Analisis Data Angket ... 51
6. AnalisisKegiatanPembelajaran ... 52
B. PembahasanHasilPenelitian 1. KemampuanKoneksiMatematisSiswa ... 54
2. SikapSiswaTerhadap Model Osborn ... 57
3. KegiatanPemnbelajarandengan Model Osborn ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
LAMPIRAN ... 65
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 KlasifikasiKoefisienValiditas ... 28
Tabel 3.2 HasilValiditasTiapButirSoal ... 28
Tabel 3.3 HasilUjiKeberartianValiditasTiapButirSoal ... 29
Tabel 3.4 KlasifikasiKoefisienReliabilitas ... 30
Tabel 3.5 KriteriaDayaPembeda... 31
Tabel 3.6 HasilDayaPembedaTiapButirSoal ... 31
Tabel 3.7 KriteriaIndeksKesukaran ... 32
Tabel 3.8 HasilIndeksKesukaranTiapButirSoal ... 33
Tabel 3.9 RekapitulasiHasilPengolahanInstrumenTes ... 33
Tabel3.10 KategoriSkalaPenilaianAngket ... 43
Tabel 4.1 HasilUjiNormalitasPretes ... 45
Tabel 4.2 HasilUjiKesamaanDua Mean Pretes ... 46
Tabel 4.3 HasilUjiNormalitasPostes ... 47
Tabel 4.4 HasilUjiPerbedaanDua Mean Postes ... 47
Tabel 4.5 HasilUjiNormalitasNilai Gain ... 48
Tabel 4.6 HasilUjiPerbedaanDua Mean Nilai Gain ... 49
Tabel 4.7 HasilUjiNormalitasIndeks Gain ... 50
Tabel 4.8 HasilUjiPerbedaanDua Mean Indeks Gain ... 51
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.10 HasilObservasiAktivitas Guru ... 53
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Halaman
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A ... 66
A.1 RPP KelasEksperimen ... 67
A.2 LembarKerjaSiswa ... 104
A.3 KolomPendapatSiswa ... 116
A.4 RPP KelasKontrol ... 122
LAMPIRAN B ... 154
B.1 Kisi-kisi Prates KemampuanKoneksiMatematis ... 155
B.2 Instrumen Prates KemampuanKoneksiMatematis ... 156
B.3 Kisi-kisiPretesdanPostes ... 157
B.4 InstrumenPretesdanPostes ... 162
B.5 Kisi-kisiAngketSikapSiswa ... 163
B.6 AngketSikapSiswa ... 164
B.7 LembarObservasiKegiatanPembelajaran ... 165
LAMPIRAN C ... 168
C.1 Data Hasil Prates KemampuanKoneksiMatematis ... 169
C.2 Analisis Data Hasil Prates ... 170
C.3 Data HasilUjiCobaInstrumen ... 172
C.4 UjiIntrumenKemampuanKoneksiMatematis ... 174
C.5 UjiKeberartianValiditasTiapButirSoal ... 177
LAMPIRAN D ... 179
D.1 Data HasilTesKemampuanKoneksiMatematis KelasEksperimen ... 180
D.2 Data HasilTesKemampuanKoneksiMatematis KelasKontrol ... 181
D.3 Data Nilai Gain dan Indeks Gain ... 182
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.5 Data Hasil Lembar Observasi ... 184
LAMPIRAN E ... 187
E.1 Pengolahan Data Pretes ... 188
E.2 Pengolahan Data Postes ... 190
E.3 Pengolahan Nilai Gain ... 192
E.4 Pengolahan Indeks Gain ... 194
E.5 Pengolahan Data Angket... 196
E.6 Analisis Lembar Observasi ... 200
LAMPIRAN F ... 203
F.1 Hasil Prates Kemampuan Koneksi Matematis ... 204
F.2 Hasil Uji Instrumen Pretes dan Postes ... 207
F.3 Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 210
F.4 Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 214
F.5 Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 217
F.6 Hasil Postes Kelas Kontrol ... 221
F.7 Hasil LKS Kelas Eksperimen ... 224
F.8 Hasil Angket Sikap Siswa Kelas Eksperimen ... 236
F.9 Hasil Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 239
F.10 Dokumentasi Penelitian ... 242
LAMPIRAN G ... 244
G.1 Surat Tugas Dosen Pembimbing ... 245
G.2 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 246
G.3 Surat Keterangan Penelitian ... 247
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pengetahuan memiliki peranan penting dalam peradaban manusia (Amir,
2013: 2). Oleh karena itu pendidikan merupakan aspek penting dari suatu negara,
jika pendidikan dalam suatu negara kualitasnya baik maka negara tersebut dapat
berkembang dan bersaing secara global. Pentingnya pendidikan tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang pengertian dan tujuan pendidikan
yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Matematika sebagai mata pelajaran wajib untuk semua tingkat pendidikan,
sudah seharusnya turut serta dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan yang
tercantum dalam Undang-Undang. Lebih khususnya tujuan pembelajaran
matematika di jelaskan dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 yaitu agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
2
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Merujuk pada tujuan pembelajaran matematika yang dinyatakan dalam
Permendiknas tersebut, jelas bahwa dalam belajar matematika siswa tidak hanya
dilatih untuk menghitung cepat dan menghafal rumus. Salah satu kemampuan
matematis yang dapat mendukung pembelajaran matematika mencapai tujuannya
adalah kemampuan koneksi matematis.
Dalam NCTM (2003: 2) dijelaskan bahwa pengetahuan koneksi matematis
(knowledge of mathematical connection) adalah memahami, menggunakan dan
membuat koneksi antara ide-ide matematika dengan konteks diluar matematika
untuk membangun pemahaman matematika.Sumarmo (Nasir, 2008: 2)
menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematis meliputi indikator-indikator :
1. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; 2. Memahami hubungan antartopik matematika;
3. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari;
4. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama;
5. Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen;
6. Menggunakan koneksi antar topik matematika dan koneksi antar matematika dengan topik lain.
Kenyataan dilapangan, hasil penelitian Sugiman (2008: 10)
mengungkapkan bahwa rata-rata nilai kemampuan koneksi matematika siswa
sekolah menengah pertama yaitu 53,8%. Adapun rata-rata persentase penguasaan
untuk setiap aspek koneksi adalah koneksi inter topik matematika 63%, antartopik
matematika 41%, matematika dengan pelajaran lain 56%, dan matematika dengan
kehidupan 55%
Berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai kemampuan koneksi
matematis siswa kelas VIII di SMP Negeri 30 Bandung tahun ajaran 2014/2015
dengan ukuran sampel 40 orang, diperoleh nilai rata-rata kemampuan koneksi
matematis siswa sebesar 40%. Dari analisis jawaban kemampuan koneksi
matematis siswa diperoleh hasilsekitar 39% untuk kemampuan koneksi berbagai
representasi konsep dan prosedur, 48% untuk kemampuan koneksi antar pokok
bahasan matematika, 18% untuk kemampuan koneksi antara matematika dengan
studi bidang lain, dan 45% untuk kemampuan koneksi matematika dengan
3
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu pengembangan dalam proses
pembelajaran matematika untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan
koneksi matematisnya. Pembelajaran yang dilakukan tentunya harustepat dengan
melibatkan siswa secara aktif. Koneksi matematis muncul karena adanya gagasan
dari siswa. Jadi dengan kata lain pembelajaran yang dilakukan harus dirancang
sedemikian rupa agar dapat memunculkan gagasan-gagasan kreatif dari siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memicu siswa memunculkan
gagasan yang kreatif adalah model pembelajaran Osborn. Model pembelajaran
Osborn (Affifah, 2010: 5) adalah model pembelajaran dengan menggunakan
metodebrainstorming yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa
untuk bependapat dan memunculkan ide sebanyak-banyaknya dengan
mengakhirkan kritik maupun penilaian akan ide tersebut. Ide-ide yang
bermunculan ditampung, kemudian disaring, didiskusikan, disusun
rencana-rencana penyelesaian masalah, hingga diperoleh suatu solusi untuk permasalahan
atau kondisi yang diberikan.Empat ketentuan dasar dari brainstorming (Mongeau,
1999: 15),yaitu:
1. Fokus pada kuantitas yaitu semakin banyak ide maka semakin besar
kemungkinan munculnya ide sebagai solusi dari suatu masalah.
2. Penundaan kritik yaitu penilaian terhadap ide dilakukan di akhir sesi sehingga
siswa merasa bebas memunculkan ide selama pembelajaran.
3. Sambutan terhadap ide yang tak biasa yaitu ketika siswa mengungkapkan ide
yang tidak biasa disambut dengan baik, karena bisa jadi ide yang tidak biasa
merupakan solusi dari suatu permasalahan.
4. Kombinasikan dan perbaikan ide yaitu penggabungan ide-ide yang baik
menjadi satu ide yang lebih baik lagi.
Dalam pembelajaran dengan model Osborn siswa didorong untuk
mengungkapkan semua ide yang berasal dari pengetahuan, pengalaman maupun
pemikirannya yang kemudian dicari hubungannya dan digabungkan agar menjadi
suatu solusi. Oleh karena itu, penulis menduga pembelajaran dengan model
Osborn dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti
4
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperoleh pembelajaran dengan model Osborn. Selanjutnya kajian tersebut
diberi judul “Penerapan Model Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi
Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model Osborn lebih baik daripadasiswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model konvensional?
2. Apakah kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model Osborn lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan model konvensional?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model
Osborn?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model Osborn lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan model konvensional?
2. Mengetahui apakah kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Osborn lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model konvensional?
3. Mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
model Osborn?
D. Manfaat Penelitian
Kemampuan koneksi matematis siswa di Indonesia masih terbilang
rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan koneksi matematis siswa adalah
5
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Osborn.
Manfaat lain dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia khususnya dalam bidang matematika, serta
dapat menjadi bahan pertimbangan memilih pembelajaran model Osborn
untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:
a. Sebagai pengalaman dan wawasan baru dalam belajar bagi siswa yang
diharapkan dapat meningkatkan koneksi matematis siswa tersebut.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan kepada
guru-guru matematika dalam proses pembelajaran yang dapat diaplikasikan di
kelas demi meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.
c. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu referensi guna
meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dan meningkatkan
mutu sekolah pada bidang matematika.
d. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang
akan mengangkat tema yang sama namun dengan sudut pandang yang
berbeda.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab
dan bagian bab dalam skripsi, mulai dari bab I sampai bab V.Bab I berisi uraian
tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi yang terdiri dari:
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi Skripsi
6
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab II berisi uraian tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan
hipotesis penelitian. Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting, kajian
pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun keterkaitan antara
variabel, kerangka pemikiran serta hipotesis. Bab II terdiri dari:
A. Kemampuan Koneksi Matematis
B. Model Osborn
C. Model Konvensional
D. Hasil Penelitian yang Relevan
E. Keterkaitan antara Model Osborn dengan Kemampuan Koneksi
Matematis
F. Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis Penelitian
Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai alur penelitian, dimulai dari
pendekatan penelitian yang diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan
pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang
dijalankan. Bab III terdiri dari:
A. Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel Penelitian
C. Instrumen Penelitian
1. Instrumen pembelajaran
2. Instrumen Pengumpulan Data
D. Prosedur Penelitian
E. Analisis Data
1. Analisis Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
2. Analisis Angket Sikap Siswa
3. Analisis Lembar Observasi
Bab IV menyampaikan dua hal utama yaitu, pertama mengenai temuan
penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data. Kedua yaitu
pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah
7
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Data Pretes
2. Analisis Data Postes
3. Analisis Nilai Gain
4. Analisis Data Angket
5. Analisis Kegiatan Pembelajaran
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
2. Sikap Siswa Terhadap Model Osborn
3. Kegiatan Pembelajaran dengan Model Osborn
Bab V berisi simpulan dan rekomendasi atau saran, yang menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian
sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil
penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara butir
demi butir atau dengan uraian padat, bab V terdiri dari:
A. Kesimpulan
B. Saran
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka ada beberapa istilah-istilah yang perlu
didefinisikan sebagai berikut:
1. Koneksi matematis
Koneksi matematis adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam
membuat hubungan antara konsep/aturan matematika yang satu dengan yang
lainnya, dengan bidang studi lain, atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur;
b. Memahami hubungan antarkonsep matematika;
c. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama;
d. Menerapkan hubungan antara topik matematika dengan topik bidang studi
8
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Menerapkan hubungan antara topik matematika dengan kehidupan nyata.
2. Model Osborn
Model pembelajaran Osborn adalah model pembelajaran dengan
menggunakan metodebrainstormingyang memberikan kesempatan pada siswa
untuk memunculkan ide dan berpendapat sebanyak-banyaknya dengan
mengakhirkan kritik maupun penilaian terhadap ide tersebut. Metode
brainstorming terdiri dari enam tahap, yaitu orientasi, analisis, hipotesis,
pengeraman, sintesis dan verifikasi.
3. Model Konvensional
Model konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran matematikayang biasa digunakan di SMP Negeri 30 Bandung
khususnya kelas VIII yaitu pembelajaran dengan metode ekspositori dan
latihan terbimbing. Pembelajaran dengan metode ekspositori adalah
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
langsung dari seorang guru kepada siswa dengan maksud siswa dapat
menguasai materi secara optimal. Pembelajaran ekspositori dan latihan
terbimbing terdiri dari tahap persiapan, penyajian, korelasi, menyimpulkan,
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kuasi-eksperimen, yaitu desain
kelompok control non-ekivalen. Dalam penelitian ini ada dua kelas yang
terpilih dimana kelas pertama mendapatkan pembelajaran menggunakan model
Osborn dan kelas kedua menggunakan model konvensional. Siswa tidak
dikelompokkan secara acak, melainkan siswa dikelompokkan dalam kelas
yang sudah ada. Berdasarkan hal tersebut, desain penelitian yang digunakan
dapat digambarkan sebagai berikut (Ruseffendi, 2005: 53):
Keterangan:
O : Pretes
X : Pembelajaran matematika dengan menggunakan model
Osborn
O : Postes
Dalam penelitian ini kedua kelas akan mendapatkan dua kali tes yaitu
pretes dan postes. Pretes dilakukan sebelum adanya perlakuan atau
pembelajaran untuk mengetahuikemampuan koneksi matematis awal siswa,
kemudian dilakukan postes untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang
dilakukan di kedua kelas tersebut.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII di SMP Negeri 30 Bandung.Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan secara tidak acak melainkan menggunakan kelas yang sudah ada.
Dari jumlah kelas VIII yang ada di SMP Negeri 30 bandung yaitu 11 kelas,
setelah berdiskusi dengan pihak sekolah dipilih dua kelas yaitu VIII.9 sebagai Pretes Perlakuan Postes
O X O
26
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas kontrolyang memperoleh pembelajaran dengan model konvensionaldan
VIII.10 yang memperoleh pembelajaran dengan model Osborn.
C. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai ketika
pembelajaran berlangsung.Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini
terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja
Siswa (LKS).
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan,
mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan model pembelajaran. Peneliti
melaksanakan pembelajaran di dua kelas penelitian, penyusunan RPP
untuk kelas eksperimen disesuaikan dengan model Osborn dan untuk
kelas kontrol disesuaikan dengan model konvensional.
b. Lembar kerja siswa (LKS)
Lembar kerja siswa ini berisi langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa untuk menemukan suatu konsep matematika serta berisi
permasalahan yang harus dipecahkan siswa.LKS dibuat berdasarkan
model pembelajaran Osborn sebagai kelas eksperimen, sedangkan untuk
kelas kontrol hanya menggunakan buku paket siswa.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen
tes dan instrumen non tes.
a. Instrumen Tes
Instrumen tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui
perubahan kemampuan koneksimatematis siswa terhadap materi yang
diajarkan. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
macam, yaitu:
i. Pretes yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan.
27
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pretes dan postes ini diberikan dalam bentuk soal tes uraian.
Peneliti menggunakan tes tipe uraian dengan berbagai pertimbangan
sebagai berikut:
i. Tipe tes uraian memungkinkan peneliti untuk melihat proses
berpikir dan sejauh mana kemampuan koneksi matematis
siswadalam memecahkan masalah yang diberikan.
ii. Peneliti dapat mengetahui letak kesalahan dan kesulitan siswa.
iii. Hasil tes yang tidak akurat dapat dihindari, karena tidak ada sistem
tebak menebak yang sering terjadi pada soal tipe pilihan ganda.
Agar mendapatkan hasil evaluasi yang baik, diperlukan alat
evaluasi yang kualitasnya baik juga. Oleh karena itu, instrumen tes yang
telah dibuat kemudian diuji kualitasnya dengan menganalisis validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari soal-soal tersebut.
i. Validitas
Sebuah data ataupun informasi dapat dikatakan valid apabila
sesuai dengan keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, suatu instrumen
dikatan valid apabila dapat memberikan gambaran tentang data secara
benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya dan tes
tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang
diukur dalam hal ini adalah validitas butir soal. Rumus validitas yang
digunakan adalah rumus korelasi produk momen memakai angka kasar
(Suherman , 2003: 119), yaitu:
rxy = −( )( )
( 2− )2 ( 2−( )2)
Dengan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel dan
N : jumlah subyek (testi)
: rata-rata nilai harian siswa
: nilai tes hasil siswa
Menurut Guilford (Suherman,2003: 113) mengemukakan bahwa
interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy dibagi kedalam
28
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
,� ≤ � ≤ , validasi sangat tinggi
Dari perhitungan hasil uji coba instrumen diperoleh koefisien
korelasi untuk setiap butir soal, yaitu:
Tabel 3.2
Hasil Validitas Tiap Butir Soal
Nomor
Setelah diperoleh nilai validitas,selanjutnya nilai tersebut harus
diuji keberartiannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Perumusan hipotesis
Ho : Nilai validitas setiap butir soal tidak berarti.
H1 : Nilai validitas setiap butir soal berarti.
b) Statistik uji (Sugiyono, 2012: 230):
= −2 1− 2
Keterangan:
t : t hitung
r : nilai validitas(koefisien korelasi) setiap butir soal n : banyaknya subjek
29
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan mengambil taraf nyata α = 0,05. Ho diterima, jika: −t 1−1
2� ;( −2)
< t < t 1−1
2� ;( −2)
Dari perhitungan hasil uji keberartian instrumen diperoleh
hasil untuk setiap butir soal, yaitu:
Tabel 3.3
Hasil Uji Keberartian Validitas Tiap Butir Soal
Nomor Soal
t hitung t tabel Interpretasi
1 5,42 2,02 Berarti
Instrumen yang reliabel artinya instrumen tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya
dilakukan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang
berbeda, waktu berbeda, ataupun tempat yang berbeda.
Untuk soal tipe subjektif dengan bentuk uraian penilaiannya tidak
hanya diberikan pada hasil akhir, melainkan dilakukan pula terhadap
proses pengerjaannya. Jadi skor bisa berlainan bergantung pada bobot
yang diberikan untuk soal tersebut. Rumus yang digunakan untuk
mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha
(Suherman, 2003: 153) seperti di bawah ini:
11 =
−1 1− �2
� 2 Dengan:
11 : koefisien reliabilitas n : banyak butir soal
�2 : jumlah varians skor tiap soal
� 2
: varians skor total
Rumus yang digunakan untuk mencari varians bentuk uraian
30
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2=
2− 2
Dengan : 2 = varians
= data/skor = banyak siswa
Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas
instrumen evaluasi dapat digunakan tolok ukur oleh J.P. Guilford
(Suherman, 2003: 139) sebagai berikut.
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
� < 0,20 reliabilitas sangat rendah 0,20≤ � < 0,40 reliabilitas rendah
0,40≤ � < 0,70 reliabilitas sedang
0,70≤ � < 0,90 reliabilitas tinggi
0,90≤ � ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi
Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas untuk
keseluruhan soal sebesar 0,70 yaitu berada pada selang 0,70≤ � <
0,90. Dari Tabel 3.4 diperoleh kesimpulan bahwa keseluruhan butir soal
memiliki derajat reliabilitas tinggi.
iii. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan suatu soal tersebut
dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan
siswa yang berkemampuan rendah.
Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan
indeks diskriminasi yang bernilai diantara -1,00 hingga 1,00. Semakin
mendekati 1,00 daya pembeda butir soal semakin baik, sebaliknya jika
daya pembeda mendekati 0,00 maka semakin buruk. Jika daya pembeda
bernilai negatif maka kelompok siswa yang pandai banyak yang
31
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjawab benar jadi sebaiknya butir soal yang daya pembedanya bernilai
negatif diganti dengan soal yang baru.
Rumus untuk menentukan daya pembeda untuk tipe soal
Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan
dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman (2003: 161)
seperti tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
DP≤ 0,00 soal sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 soal jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 soal cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 soal baik
0,70< DP ≤ 1,00 soal sangat baik
Dari perhitungan hasil uji coba instrumen diperoleh daya
pembeda untuk setiap butir soal, yaitu:
Tabel 3.6
Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal
Daya Pembeda Interpretasi
1 0,55 Baik
2 0,72 Sangat Baik
3 0,53 Baik
4 0,88 Sangat Baik
32
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv. Indeks Kesukaran
Alat evaluasi yang baik akan menghasilkan skor yang
berdistribusi normal.Jika suatu alat evaluasi terlalu sukar, maka frekuensi
distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah, karena
sebagian besar mendapat nilai yang jelek. Jika alat evaluasi seperti ini
seringkali diberikan, makaakan mengakibatkan siswa menjadi putus
asa.Sebaliknya jika soal yang diberikan terlalu mudah, maka hal ini
kurang merangsang siswa untuk berpikir tinggi.
Indeks kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan
yang disebut Indeks Kesukaran (difficulty index).Bilangan tersebut
adalah bilangan real pada interval (kontinu) 0,00 sampai 1,00.
Rumus menentukan Indeks Kesukaran untuk soal subjektif :
=
� : Jumlah siswa kelompok atas
� : jumlah siswa kelompok bawah : jumlah jawaban benar kelompok atas : jumlah jawaban benar kelompok bawah
Hasil perhitungan indeks kesukaran, kemudian diinterpretasikan
dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman (2003: 170)
seperti tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Indeks Kesukaran
Daya Pembeda Interpretasi
IK = 0,00 soal terlalu sukar
0,00 <IK≤ 0,30 soal sukar
0,30 <IK ≤ 0,70 soal sedang
0,70 <IK< 1,00 soal mudah
33
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari perhitungan hasil uji coba instrumen diperoleh indeks
kesukaran untuk setiap butir soal, yaitu:
Tabel 3.8
Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
Nomor
Berikut disajikan rekapitulasi uji instrumen dari tiap butir:
Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Pengolahan Instrumen Tes
Reliabilias : 0,70 (Tinggi)
Berdasarkan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks
kesukaran dari tiap butir soal diperoleh kesimpulan bahwa dalam
penelitian ini semua butir doal dapat digunakan sebagai instrumen tes.
b. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
i. Angket
Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.Hal ini
dikarenakan penelitian menghendaki jawaban yang benar-benar mewakili
sikap dan respon siswa terhadap pernyataan yang diberikan.Derajat
34
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara bertingkat mulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N),
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Namun penelitian ini
hanya akan menggunakan empat kategori saja dengan menghilangkan
kategori netral. Hal ini dilakukan untuk menghindari jawaban yang tidak
objektif.
Pernyataan pada angket terbagi menjadi dua pernyataan, yaitu
pernyataan positif dan pernyataan negatif.Pernyataan ini dibuat
berdasarkan aspek-aspek yang diteliti.Aspek tersebut meliputi respon
siswa terhadap pelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Osborn dan terhadap tes kemampuan koneksi matematika.
ii. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan pada setiap pembelajaran
dilaksanakan. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas
guru dan siswa dalam pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan
pedoman model pembelajaran yang digunakan atau belum.
D. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan
penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, tahap analisis dan penarikan
kesimpulan.
1. Tahapan Persiapan Penelitian
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan persiapan-persiapan yang akan mendukung saat pelaksanaan
penelitian. Berikut tahapan-tahapan dari persiapan penelitian:
a. Studi literatur yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan pembelajaran yang akan diteliti.
b. Menyusun proposal, seminar proposal, dan revisi proposal penelitian.
c. Menetapkan sekolah dan mengajukan surat perizinan studi
pendahuluan.
d. Menyusun instrumen penelitian (studi pendahuluan) sebagai alat
untuk menjaring data yang meliputi tes kemampuan koneksi
matematis di sekolah yang ditetapkan yaitu SMP Negeri 30 Bandung.
35
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Menganalisis data studi pendahuluan dan membuat kesimpulan yang
menjadi salah satu latar belakang dari penelitian ini.
g. Membuat instrumen penelitian yang terdiri dari RPP, LKS, instrumen
tes (Pretes dan postes), angket dan lembar observasi.
h. Perbaikan/revisi instrumen penelitian dan mempersiapkan izin
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah instrumen dibuat, selanjutnya instrumen
tersebutdiujicobakan di tempat penelitian. Berikut langkah-langkah
pelaksanaan penelitian tersebut:
a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
b. Pemilihan observer yang bertugas untuk mengisi lembar observasi.
c. Melakukan uji instrumen tes pretes.
d. Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan instrumen
pembelajaran yaitu kelas eksperimen menggunakan instrumen
pembelajaran dengan model Osborn serta kegiatan observasi aktivitas
pembelajaran. Sedangkan kelas kontrol menggunakan instrumen
pembelajaran dengan model konvensional.
e. Melakukan uji instrumen tes postes.
f. Kelas eksperimen melakukan kegiatan pengisian angket sikap siswa
terhadap pembelajaran Model Osborn.
3. Tahap Analisis dan Penarikan Kesimpulan
a. Analisis dan pengolahan data hasil penelitian.
b. Pembahasan data hasil penelitian melalui interpretasi kajian pustaka
yang menunjang.
c. Penarikan kesimpulan dan penulisan laporan.
E. Analisis Data
1. Analisis Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif
yang berasal dari tes kemampuan koneksi matematis siswa.Semua
analisis data kuantitatif menggunakan bantuan Program SPSSversi 20.
36
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
koneksi matematis siswa untuk masing-masing kelas penelitian
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis Data Pretes i. Uji Normalitas
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Kemampuan koneksi matematis awal siswa pada model
Osborn dan model konvensional masing-masing berasal dari
populasi berdistribusi normal.
H1 : Kemampuan koneksi matematis awal siswa pada model
Osborn dan model konvensionalmasing-masing berasal dari
populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
Jika hasil pengujian menunjukkan kemampuan koneksi
matematis awal siswa pada modelOsborn dan model konvensional
berasal dari populasi berdistribusi normal, maka analisis datanya
dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians. Jika hasil
pengujian menunjukkan kemampuan koneksi matematis awal siswa
pada model Osbornatau model konvensional atau kedua model
tersebut berasal dari populasi berdistribusi tidak normal, maka
analisis datanya dilanjutkan pengujian kesamaan dua rata-rata
secara nonparametrik dengan uji Mann-Whitney.
ii. Uji Homogenitas Varians
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Kemampuan koneksi matematis awal siswa pada model
Osborn dan model konvensional mempunyai varians yang
sama.
H1 : Kemampuan koneksi matematis awal siswa pada model
Osborn dan model konvensional mempunyai varians yang
37
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. iii. Uji Kesamaan Dua Mean
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematis awal
siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan model
Osborn dan model konvensional.
H1:Terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematis awal siswa
antara yang memperoleh pembelajaran dengan model Osborn
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran denganmodel
konvensional.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. b. Analisis Data Postes
i. Uji Normalitas
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Kemampuan koneksi matematis akhir siswa pada model
Osborndan model konvensionalmasing-masing berasal dari
populasi berdistribusi normal.
H1 : Kemampuan koneksi matematis akhir siswa pada model
Osborn dan model konvensional masing-masing berasal dari
populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
Jika hasil pengujian menunjukkan kemampuan koneksi
matematis akhir siswa pada modelOsborndan model konvensional
38
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians. Jika hasil
pengujian menunjukkan kemampuan koneksi matematis akhir
siswa pada model Osbornatau model konvensional atau kedua
model tersebut berasal dari populasi berdistribusi tidak normal,
maka analisis datanya dilanjutkan pengujian kesamaan dua rata-rata
secara nonparametrik dengan uji Mann-Whitney.
ii. Uji Homogenitas Varians
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Kemampuan koneksi matematis akhir siswa pada model
Osborndan model konvensional mempunyai varians yang
sama.
H1 : Kemampuan koneksi matematis akhir siswa pada model
Osborndan model konvensional mempunyai varians yang
berbeda.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
iii. Uji Perbedaan Dua Mean
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 :Kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model Osborn tidak lebih baik
daripadasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan model
konvensional.
H1:Kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model Osborn lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran denganmodel
konvensional.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
39
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Analisis Data Nilai Gain
Analisis nilai gain merupakan analisis peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
mendapat perlakuan. Data yang digunakan dalam analisis peningkatan
kemampuan koneksi matematis siswa adalah nilai gain yang diperoleh
dari rumus (Hake, 1999: 1):
� = � − �
Dengan:
� : Nilai Gain
� : Nilai Postes
� : Nilai Pretes
i. Normalitas
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada
model Osborn dan model konvensionalmasing-masing
berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada
model Osborn dan model konvensionalmasing-masing
berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
Jika hasil pengujian menunjukkan peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa pada model Osborn dan model
konvensional berasal dari populasi berdistribusi normal, maka
analisis datanya dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians.
Jika hasil pengujian menunjukkan peningkatan kemampuan koneksi
matematis siswa pada model Osborn atau model konvensional atau
40
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
normal, maka analisis datanya dilanjutkan pengujian kesamaan dua
rata-rata secara nonparametrik dengan uji Mann-Whitney.
ii. Uji Homogenitas Varians
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada model
Osborn dan model konvensional mempunyai varians yang
sama.
H1 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada model
Osborn dan model konvensional mempunyai varians yang
berbeda.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. iii. Uji Perbedaan Dua Mean
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 :Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model Osborn tidak lebih
baik daripadasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan
model konvensional.
H1:Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model Osborn lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran denganmodel
konvensional.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. d. Analisis Data Indeks Gain (gain dinormalisasi)
Analisis indeks gain merupakan analisis kualitas peningkatan
kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
41
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kualitaspeningkatan kemampuan koneksi matematis siswa adalah indeks
gain yang diperoleh dari rumus (Hake, 1999: 1):
= �
� � =
� − � 100− �
Dengan:
: Indeks Gain (gain yang dinormalisasi)
� : Nilai Gain
� � : Nilai Gain maksimum yang mungkin terjadi
� : Nilai Postes
� : Nilai Pretes
i. Normalitas
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa
pada model Osborn dan model konvensionalmasing-masing
berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa
pada model Osborn dan model konvensionalmasing-masing
berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
Jika hasil pengujian menunjukkan kualitas peningkatan
kemampuan koneksi matematis siswa pada model Osborn dan model
konvensional berasal dari populasi berdistribusi normal, maka
analisis datanya dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians.
Jika hasil pengujian menunjukkan kualitas peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa pada model Osborn atau model
konvensional atau kedua model tersebut berasal dari populasi
42
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengujian kesamaan dua rata-rata secara nonparametrik dengan uji
Mann-Whitney.
ii. Uji Homogenitas Varians
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 :Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada
model Osborn dan model konvensional mempunyai varians
yang sama.
H1 :Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada
model Osborn dan model konvensional mempunyai varians
yang berbeda.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. iii. Uji Perbedaan Dua Mean
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 :Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model Osborn tidak lebih
baik daripadasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan
model konvensional.
H1:Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model Osborn lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model
konvensional.
Kriteria Pengujian:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
2. Analisis Sikap Siswa
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif
yang berasal dari angket sikap siswa. Untuk menganalisis bagaimana
sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model
43
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Dari hasil angket, setiap pernyataan diberi skor sesuai dengan bobot
penilaian dalam skala Likert, yaitu:
Tabel 3.10
Kategori Skala Penilaian Angket
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Tidak Setuju (ST) 2 4
Setuju (S) 4 2
Sangat Setuju (SS) 5 1
b. Hasil angket yang diubah kedalam bobot penilaian skala Likert
merupakan data ordinal, selanjutnya data ordinal ditransformasi
menjadi data interval. Proses transformasi data ordinal menjadi data
interval menggunakan method of succesive interval
(MSI)menggunakan bantuan program MS Excel 2010.
c. Hasil transformasi berupa data interval, kemudian dihitung skor
rata-rata setiap siswa. Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket
ini adalah jika skor rata-rata seluruh siswa lebih dari 3 maka siswa
memberikan sikap yang positif. Sebaliknya, jika skor rata-rataseluruh
siswa kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif
(Suherman, 2003: 191).
3. Analisis Lembar Observasi
Data kualitatif yang berasal dari lembar observasi merupakan data
pendukung dalam penelitian ini.Data tersebut dianalisis dan
dideskripsikan untuk melihat tahapan-tahapan pembelajaran dan aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung.Data hasil observasi dianalisis
dengan menghitung penilaian yang diberikan observer secara
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari pretes, postes, angket, dan
lembar observasi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model Osborn
secara signifikan memiliki peningkatan kemampuan koneksi matematis lebih
baik daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model konvensional.
2. Siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model Osborn
secara signifikan memiliki kualitas peningkatan kemampuan koneksi
matematis lebih baik daripada kualitas peningkatan kemampuan koneksi
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model konvensional.
3. Secara umum berdasarkan angket sikap siswa, diperoleh kesimpulan bahwa
siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika
menggunakan model Osborn.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran
yang ingin penulis sampaikan, yaitu:
1. Model pembelajaran Osborn dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika untuk meningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa.
2. Model pembelajaran Osborn memerlukan waktu yang cukup lama dalam
mengkondisikan siswa sesuai tahapannya, sehingga alokasi waktu untuk setiap
tahapan harus benar-benar direncanakan agar pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan tujuannya.
3. Sebelum menerapkan pembelajaran dengan model Osborn, guru sebaiknya
61
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaranuntuk dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam
penyusunan perangkat pembelajaran.
4. Penelitian terhadap model Osborn dengan kompetensi koneksi matematis
dapat dilanjutkan dengan karakteristik populasi yang berbeda, yaitu sekolah
menengah atas maupun kejuruan.
5. Penelitian terhadap model Osborn disarankan untuk dilanjutkan dengan
kompetensi matematis lainnya dengan materi atau pokok bahasan yang
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Affifah, L.N. (2010). Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa.(Skripsi).FPMIPA,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Amir, T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Depdiknas.(2006). Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006TentangStandar Isi.
[Online]. Diakses dari
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20130729141205.Permendiknas_ No_22_Th_2006.pdf.
Ferdiansyah, F. (2013).Penerapan Model Pembelajaran Osborn untuk
Meningkatkan Kemmapuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa SMP.(Skripsi).FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. California: Department of Physics Indiana University.
Lestari, P. (2009). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis
Siswa SMK Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual.(Tesis).
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Mansyur, M.Z. (2014). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Metacognitive
Scaffolding untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama.(Skripsi).FPMIPA,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Mongeau, P.A danMorr, M.C. (1999).“Reconsidering Brainstrorming”.A
Research and Application Journal.1, (1), 14-20.
Mustofa, I. (2011). Penerapan Model Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. (Skripsi).FPMIPA, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nasir, S.
(2008).MeningkatkanKemampuanKoneksi&PemecahanMasalahMatematikS
iswa SMA yang Berkemampuan Rendah Melalui Pendekatan Kontekstual.(Tesis).Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
63
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NCTM.(2003). Program for Initial Preparation of Mathematics Teacher.
[Online]. Diakses dari http://www.ncate.org/LinkClick.aspx?-fileticket=ePLYuZRCuLg%3D&tabid=67.
Nuraisiyyah, I. (2008). Perbedaan Penugasan Konsep Sistem Indra antara Siswa
yang Diajar dengan Metode Brainstorming dan Metode Tanya Jawab.(Skripsi).FITK, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Ridiawan.(2013). Strategi Pembelajaran Ekspositori.
[Online].Diakses dari http://ridiawan.blogspot.com/2013/05/strategi-pembelajaran-ekspositori.html.
Roestiyah.(2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rohimah. (2011). Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematika. (Skripsi).FPMIPA, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-DasarPenelitianPendidikandanBidang
Non-EksakLainnya. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, W.(2008).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.
Sugiman. (2008). Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah Menengah Pertama. Yogyakarta: FPMIPA UNY.
[Online]. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files-/131930135/2008-Koneksi-Mat.pdf.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suherman, E. (2008). Hands-Out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran
Matematika. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Suherman, E. dkk.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA
Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik :Apa, mengapa dan
Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. FPMIPA UPI
:TidakDiterbitkan.
64
Putri Diana Novita, 2015
PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional.8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 4301. Jakarta.
[Online]. Diakses daruhttp://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI tahun 2014.
[Online]. Diakses dari http://www.upi.edu/.
Wikipedia.Ground Rules of Brainstrom.