• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dan Karakterisasi Genteng Polimer Berbahan Baku Ban Dalam Bekas, Pasir Dan Aspal Dengan Perekat Polipropilena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dan Karakterisasi Genteng Polimer Berbahan Baku Ban Dalam Bekas, Pasir Dan Aspal Dengan Perekat Polipropilena"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Genteng

Genteng merupakan bagian utama dari suatu bangunan sebagai penutup atap rumah.

Fungsi utama genteng adalah menahan panas sinar matahari dan guyuran air hujan.

Jenis genteng bermacam-macam, ada genteng beton, genteng tanah liat, genteng

keramik, genteng seng dan genteng kayu (sirap). Keunggulan genteng tanah liat

(lempung) selain murah, bahan ini tahan segala cuaca, dan lebih ringan dibanding

genteng beton. Sedangkan kelemahannya, genteng ini bisa pecah karena kejatuhan

benda atau menerima beban tekanan yang besar melebihi kapasitasnya. Kualitas

genteng sangat ditentukan dari bahan dan suhu pembakaran, karena hal tersebut akan

menentukan daya serap air dan daya tekan genteng. (Aryadi, Y., 2010).

Dengan mengingat fungsi genteng sebagai atap yang berperan penting dalam

suatu bangunan untuk pelindung rumah dari terik matahari, hujan dan perubahan

cuaca lainnya. Maka genteng harus mempunyai sifat mekanis yang baik, seperti

kekuatan tekan, kekuatan pukul, kekerasan dan sifat lainnya.( Saragih,D.Natalia.,

2007)

Genteng merupakan benda yang berfungsi untuk atap suatu bangunan.Dahulu

genteng berasal dari tanah liat yang dicetak dan dipanaskan sampai kering.

Berikut ada beberapa jenis genteng yang popular saat ini diantaranya:

2.1.1 Genteng Metal

Bentuk dari genteng metal ini mirip seng yang berupa lembaran. Genteng ini ditanam

pada balok gording rangka atap, menggunakan sekrup, bentuk lain berupa genteng

(2)

ukurannya saja yang lebih besar. Ukuran yang tersedia bervariasi, 60-120cm

(lebar),dengan ketebalan 0.3mm dan panjang antara 1.2-12m.

2.1.2 Seng

Atap ini sebenarnya dibuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan zinc

secara elektrolisa. Tujuannya untuk membuatnya menjadi tahan karat. Jadi, kata seng

berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan bertahan selama lapisan zinc ini belum

hilang, yang terjadi sekitar tahun ke-30-an. Setelah itu, atap akan mulai bocor apabila

ada bagian yang terserang karat.

2.1.3 Genteng Keramik

Bahan dasar genteng keramik ini berasal dari tanah liat. Namun genteng ini telah

mengalami proses finishing yaitu lapisan glazur pada permukaannya. Lapisan ini

dapat diberi warna yang beragam dan melindungi genteng dari lumut. Umurnya bisa

20 – 50 tahun .

Genteng keramik memiliki beberapa kelemahan, yaitu harganya yang relative

mahal dan memiliki bobot yang berat. Tetapi, dibalik kelemahannya ada juga

terdapat keunggulan yang diperolehnya, yaitu genteng keramik terlihat mengkilap

dan lebih anti bocor dan tidak mudah lepas serta memiliki usia yang lama hingga

mencapai 50 tahun atau lebih.

2.1.4 Genteng beton

Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanah tradisional, hanya bahan

dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar, kemudian diberi lapisan tipis

yang berfungsi sebagai pewarna dan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan

hampir selamanya, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 tahun

(3)

2.1.5 Genteng Tanah Liat Tradisional

Genteng yang terbuat dari tanah liat yang dipress dan dibakar dan kekuatannya

cukup bagus. Genteng tanah liat membutuhkan rangka untuk pemasangannya.

Genteng dipasang pada atap miring. Warna dan penampilan genteng ini akan

berubah seiring waktu yang berjalan. Biasanya akan tumbuh jamur di bagian badan

genteng.

2.1.6 Genteng dak beton

Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton.

Banyak digunakan pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer.

Konstruksinya yang kuat memungkinkan untuk mempergunakan atap ini sebagai

tempat beraktifitas. Contohnya menjemur pakaian dan bercocok tanam dengan pot.

Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi.

2.1.7 Genteng Polimer

Genteng polimer dibuat secara partikel komposit dengan terlebih dahulu mengubah

bentuk bahan pengisi menjadi partikel, partikel ini kemudian dicampur dengan

matrik polimer pada suhu titik leleh polimer tersebut. Matrik yang digunakan adalah

polietilen, polipropilen dan paduan polietilen-karet alam, sedangkan bahan

pengisinya adalah jerami, pasir dan serbuk gergaji.

Mutu genteng polimer yang dihasilkan bergantung pada bahan matriks,

pengisi dan perbandingan komposisi antara matrik dan pengisi. Terhadap komposit

yang diperoleh dilakukan uji fisik, mekanik, termal, homogenitas, derajat kristalinitas

dan cuaca. Komposit polimer yang memberikan sifat yang diinginkan lalu dicetak

sesuai dengan bentuk genteng sehingga diperoleh genteng komposit polimer. Secara

keseluruhan genteng komposit polimer mempunyai beberapa keunggulan seperti

ringan, kuat, ekonomis dan estetis serta menggunakan bahan alam yang berlimpah

sebagai bahan pengisi.

Berdasarkan sistemnya genteng ini memiliki struktur polimer khusus yang

meningkatkan fleksibilitas.Kekuatan tarik produk meningkat karena usia pembuatan

lapisan lebih kuat dan lebih tahan lama untuk menyediakan produk dengan kinerja

(4)

2.2 Ban Dalam Bekas

Ban merupakan bagian dari suatu kendaraan yang merupakan produk karet

yang paling penting dan diproduksi dalam jumlah yang dalam volume tinggi. Ban

juga merupakan suatu bagian dari elemen terpenting dalam suatu kenderaan.

Polimer karet yang ada di ban bekas kendaraan telah digunakan sebagai aditif

untuk meningkatkan kekuatan ikatan aspal dengan agregat. Ini berarti sekaligus juga

memecahkan masalah lingkungan, ban bekas tidak dibakar percuma. Berkaitan

dengan isu lingkungan, beberapa negara sudah menjalankan daur ulang aspal, jalan

aspal yang rusak tidak ditambal dengan aspal baru tetapi dengan daur ulang aspal

(Ismunandar, 2006).

2.2.1 Sifat – Sifat Ban dalam Bekas

Ban bukanlah hanya campuran antara karet alam dengan karet sintetik, tetapi

dalam wujud campuran-campuran, yang terdiri dari elastomer-elastomer dan

berbagai bahan tambahan. Bahan tambahan dapat digolongkan sebagai bahan

vulkanisasi, penggerak-penggerak vulkanisasi dan accelerators, pengisi-pengisi

penguatan, semi reinforcing, atau pencampur, antidegradants, pelunak-pelunak.

Ban bekas bersifat sangat stabil dan merupakan suatu polimer berantai

panjang. Beberapa karakteristik dari ban bekas yaitu stabilitasnya dan sifatnya yang

tahan lama, yang sangat menarik, dan kelayakannya selama pemakaiannya. Faktanya

adalah bahwa ban bekas merupakan suatu polimer termoset yang berarti sulit untuk

meleleh atau sulit diuraikan menjadi komponen penyusunnya (Liang. L, 2004).

Dalam daur ulang ban bekas, banyak sekali metoda yang dicoba baru-baru

ini, terutama terhadap alternatif temuan teknologi yang bersifat lebih ekonomis dan

lebih banyak sumber daya konservatif. Metoda hemat untuk memperoleh kembali

bahan-bahan yang berharga dari bermacam-macam bahan yang berbasis polimer.

Metoda pendaur-ulangan ini dapat diterapkan tetapi tidak terbatas pada ban roda sisa

saja, bisa juga plastik, dan sejumlah produk-produk polimer yang berbeda atau

(5)

2.3 Aspal

Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan.

Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum

dikarakterisasi dengan baik.

Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna hitam

atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Tar adalah material berwarna

coklat atau hitam, berbentuk cair atau semipadat, dengan unsur utama bitumen

sebagai hasil kondensat dalam destilasi destruktif dari batubara, minyak bumi, atau

material organik ainnya.

Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat

ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang

ditemukan bersama sama material lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan

pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa komplek

seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan

tergantung dari waktu pembebanan.

2.3.1 Sifat-sifat Aspal

Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan

pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada penguranga suhu. Namun demikian,

perilaku/respon material aspal tersebut terhadapsuhu dan prinsipnya membentuk

suatu spektrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.

Aspal dikenal sebagai suatu bahan/material yang bersifat viskos atau padat,

berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung

bagian-bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau

kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.

Tingkatan material aspal yang digunakan tergantung pada kekentalannya.

Kekentalan aspal sangat bervariasi terhadap suhu, dari tingkatan padat, encer sampai

(6)

perencanaan penggunan material aspal. Kekentalan akan berkurang (dalam hal ini

aspal menjadi lebih encer) ketika suhu meningkat.

Aspal mempunyai sifat visco-elestis dan tergantung dari waktu pembebanan.

Pada proses pencampuran dan pemadatan sifat aspal dapat ditunjukkan dari nilai

viscositasnya, sedangkan pada sebagian besar kondisi saat masa pelayanan, aspal

mempunyai sifat viscositas yang diwujudkan dalam suatu nilai modulus kekakuan.

2.3.2 Jenis-jenis Aspal

Aspal juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :

1) Aspal Alam

Aspal alam adalah aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan dapat

digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahannya.

Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton

yang disebut dengan asbuton.

2) Aspal Minyak Bumi

Aspal ini adalah aspal minyak bumi yang pertama kali dipergunakan di

Amerika Serikat untuk perlakuan jalan. Bahan-bahan pengeras jalan sekarang

berasal dari minyak mentah domestic bermula dari ladang-ladang di

Kentucky, Ohio, Michigan, Mountain, California dan Alaska. (Oglesby, C.H,

1996)

3) Aspal Iran

Aspal padat iran merupakan salah satu jenis aspal yang diimpor dari

Iran-Teheran. Aspal jenis ini sangat sesuai dan direkomendasikan untuk negara

beriklim tropis seperti Indonesia, karena didesain untuk bisa elastis

menyesuaikan suhu yang naik dan turun, contohnya aspal yang dipergunakan

(7)

60/70. Untuk data jenis pengujian dan data persyaratan aspal tersebut

tercantum seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Tipe Grade 60/70

Sifat Ukuran Spesifikasi/Pe

nggolongan

Standart Pengujian

Densitas pada T 25 oC Kg/m3 1010 – 1060 ASTM-D71/3289

Penetrasi pada T 25 oC 0,1 mm 60/70 ASTM-D5

Titik leleh oC 49/56 ASTM-D36

Daktilitas pada T 25 oC Cm Min. 100 ASTM-D113

Kerugian pemanasan %wt Max. 0,2 ASTM-D6

Penurunan pada penetrasi

setelah pemanasan % Max. 20 ASTM-D6&D5

Titik nyala oC Min. 250 ASTM-D92

Kelarutan dalam CS2 %wt Min. 99,5 ASTM-D4

Spot Test Negatif AASHO T102

2.4 Pasir

Agregat yang digunakan untuk pembuatan genteng adalah pasir lolos ayakan

(Standart ASTM E 11-70) yang diameternya lebih kecil 5 mm. adapun kegunaan

pasir ini adalah untuk mencegah keretakan pada genteng apabila sudah mengering.

Karena dengan adanya pasir akan mengurangi penyusutan yang terjadi mulai dari

pracetakan hingga pengeringan.

Pasir ini memang sangat penting dalam pembuatan genteng, tetapi apabila

kadarnya terlalu terlalu besar akan mengakibatkan kerapuhan jika sudah mengering.

(8)

dalam jumlah yang besar, sebab pasir tersebut tidak bersifat merekat akan tetapi

hanya sebagai pengisi (filler).

2.4.1 Pasir Beton

Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara 0,075 –

5 mm. Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor-coran struktur seperti

kolom, balok dan pelat lantai.

2.4.2 Pasir Pasang

Berdasarkan tempat penambangan, maka pasir pasang dibedakan dalam 2 jenis,

yaitu :

1. Pasir Gunung

adalah pasir yang diperoleh dari hasil galian , butirannya kasar dan tidak terlalu

keras. Biasanya pasir jenis ini mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur

padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras sehingga membentuk suatu

massa padat dan sukar dalam air).

2. Pasir Sungai

adalah pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-batuan

yang keras dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara 0,063 mm – 5

mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan pasangan.

(http://www.forumbebas.com/thread-145579.html)

2.5 Polipropilena (PP)

Polipropilena adalah salah satu polimer hidrokarbon linier atau tidak

jenuh.PP adalah semikristal dialam, morfologinya tergantung terhadap cristallinity

rantai. Monomer- monomer yang menyusun rantai polipropilena adalah polipropilena

yang diperoleh dari permurnian minyak bumi.

Ada banyak penerapan penggunaan akhir untuk PP karena dalam proses

pembuatannya bisa di-tailor grade dengan aditif serta sifat molekul yang spesifik.

(9)

resistensi permukaan PP terhadap debu dan pasir. Kebanyakan teknik penyelesaikan

fisik, seperti pemesinan, bisa pula digunakan pada PP. Perawatan permukaan bisa

diterapkan ke berbagai bagian PP untuk meningkatkan adhesi (rekatan) cat dan tinta

cetak. Polipropilena dapat mengalami degradasi rantai saat terkena radiasi ultra ungu

dari sinar matahari. Jadi untuk penggunaan propilena di luar ruangan, bahan aditif

yang menyerap ultra ungu harus digunakan.

Polipropilena dapat mengalami degradasi rantai saat terkena radiasi ultra

ungu dari sinar matahari. Jadi untuk penggunaan propilena di luar ruangan, bahan

aditif yang menyerap ultra ungu harus digunakan.

Secara industri polimerisasi polipropilena dilakukan dengan menggunakan

katalisasi koordinasi.Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai linier

yang berbentuk –A-A-A-A- dengan A merupakan propilena. Struktur tiga dimensi

dari propilena dapat terjadi dalam tiga bentuk yang berbeda berdasarkan posisi

relative dari gugus metal satu sama lain di dalam rantai polimernya.

(Sperling,LH,2006)

Sifat-sifat polipropilena antara lain :

1.Terbakar kalau dinyalakan dan menjadi cair

2.Memiliki sifat-sifat listrik yang baik, terutama sangat baik dalam sifat khusus

frekwensi tinggi.

Polipropilena merupakan suatu polimer yang terbentuk dari unit-unit

berulang dari monomer propilena.Polipropilena mempunyai sifat fisis keras dan kaku

sehingga secara komersil selalu ditambah bahan aditif dengan tujuan agar diperoleh

derajat kekerasan dan kelunakan tertentu sehinnga bahan polipropilena tersebut

mudah dibentuk menjadi berbagai jenis barang.

2.6 Resin Epoksi

Epoksi adalah sebuah polimer epoxide thermosetting yang bertambah bagus bila

dicampur dengan sebuah agen katalis atau "pengeras". Kebanyakan resin epoxy

(10)

pertama untuk menyiapkan resin dari epichlorohydrin terjadi pada 1927 di Amerika

Serikat.

Resin ini mempunyai kegunaan yang luas dalam industri teknik kimia, listrik,

mekanik dan sipil sebagai perekat, cat pelapis, pencetakan cor dan benda-benda

cetakan.

1) Produksi

Pada saat ini produknya adalah kebanyakan meupakan kondensat dari bisfenol A

(4-4’ dihidroksidifenil 2,2-propanon) dan epiklorhidrin. Resin epoksi bereaksi

dengan pengeras dan menjadi unggul dalam kekuatan mekanik dan ketahanan

kimia. Sifatnya bervariasi bergantung pada jenis, kondisi, dan pencampuran

dengan pengerasnya. Banyaknya campuran dihitung dari ekivalen epoksi dalam

gram.

2) Sifat-sifat

Kelekatannya terhadap bahan lain baik sekali. Bahan ini banyak digunakan

dalam cat untuk logam, perekat, pelapis dengan serat gelas, dsb. Pada

pengawetan tak dihasilkan produk tambahan seperti air, dan penyusutan volume

kurang. Bahan ini viskositasnya rendah dan ekivalensi epoksinya kecil.

3) Pencetakan

- Pengecoran

Digunakan untuk produksi perkakas dan pembenam komponen listrik.

- Pencetakan lapisan

Digunakan untuk produksi pelapis resin epoksi-serat gelas. Ada metode

laminasi basah, metode laminasi kering, dan metode penggulungan

filamen.

4) Penggunakan

- Perekat

Hampir semua plastik dapat melekat cukup kuat kecuali resin silicon,

flouresin, polietilen dan poliprepilen. Jenis yang lain adalah jenis yang

paling sering dipakai. Paling luas digunakan dalam industri penerbangan,

(11)

- Cat

Bahan cat dapat dipakai terhadap berbagai bahan, dan secara luas

digunakan karena pelapisnya kuat, unggul dalam ketahanan air dan

ketahan kimia. (Surdia. Tata, 1987)

2.7 Katalis

Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi adalah dengan maksud

memperbesar kecepatan reaksi.

Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan

kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai

kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.

Fungsi katalis dalam resin epoksi adalah berfungsi untuk mengeraskan resin

epoksi tersebut.

Sebelum diberikan katalis resin epoksi bersifat liquid maka perlu katalis

untuk memperkeras sehingga dapat mengikat bahan campuran lainnya.

Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat

reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya

tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada

suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.

(http://arhidayat.staff.uii.ac.id/2008/08/05/katalis/ ,2008)

Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan

reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap

pereaksi.Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivitas yang lebih

rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

Katalis dibedakan ke dalam dua golongan utama yaitu : katalis homogeny dan

katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda

dengan pereaksi dengan reaksi yang dikatalisasinya, sedangkan katalis heterogen

berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu

bahwa katalis menyediakan suatu permukaan dimana pereaksi-pereaksi untuk

(12)

sehingga memadai terbentuknya produk dan katalis lemah, sehingga akhirnya

terlepas.

Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk

membentuk produk baru, ikatan antara produk dan katalis lebih lemah, sehingga

akhirnya terlepas (Wikipedia, 2007).

2.8 Pengujian Sampel

Pengujian sampel dilakukan untuk mengetahui sifat fisis, mekanik dan termal dari

keadaan genteng yang telah diteliti. Sampel yang di uji akan diketahui kelebihan dan

kekurangan dan untuk mengetahui kadar kelayakan pemakaian serta kualitasnya.

2.8.1 Pengujian Fisis

2.8.1.1 Pengujian Daya Serap Air

Pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 tentang prosedur

pengujian, dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air yang diserap

oleh sampel yang direndam dengan perendaman selama 24 jam.Pengujian daya serap

air (water absorbtion) dilakukan pada masing-masing sampel pengeringan. Lama

perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu kamar.

Massa awal sebelum direndam diukur dan massa sesudah perendaman. Untuk

mendapatkan nilai penyerapan air dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Daya serap air (Water absorbtion) = x100% M

M M

k k

b  ………..(2.1)

Dengan :

Mb = Massa basah, kg

(13)

2.8.1.2Pengujian Porositas

Porositas merupakan proporsi volume rongga kosong. Porositas juga berhubungan

langsung dengan kerapatan. Porositas dinyatakan dalam % yang menghubungkan

antar volume benda keseluruhan. Berdasarkan ASTM C 373-88,Porositas sampel

dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut ini :

Porositas (%) = x 1 x100%

Pengujian impak merupakan respon terhadap beban yang tiba–tiba yang bertujuan

untuk mengetahui ketangguhan suatu bahan terhadap pembebanan dinamis, sehingga

dapat diketahui apakah suatu bahan yang diuji rapuh atau kuat. Pengujian ini

bertujuan untuk mengukur besar energi yang diserap suatu bahan sampai bahan

tersebut patah. Metode yang dipakai pengujian impak pada penelitian ini adalah

model charpy, dimana sampel dalam bentuk tertidur dengan ukuran yang telah

ditentukan, dengan kedua ujung sampel diletakkan pada penumpu lalu melepaskan

beban dinamis dengan tiba-tiba menuju sampel dengan sudut awal beban sebesar

1600 terhadap vertical. Kekuatan impak yang dihasilkan (Is) merupakan

perbandingan antara energi serap (Es) dan luas penampang (A).

(14)

Dengan :

Is = Kekuatan Impak (J/m2)

Es = energi yang diserap sampel setelah tumbukan (J)

A = luas penampang lintang sampel (m2)

Gambar 2.1 Pengujian Kuat Impak

2.8.2.2Pengujian Kekutan Lentur

Pengujian kekuatan lentur (UFS) dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer

terhadap perbebanan. Dalam metode ini metode yang digunakan adalah metode tiga

titik lentur. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu

bahan.

(15)

Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan lentur yaitu :

Differential Thermal Analysis (DTA) yaitu merupakan suatu alat untuk

menganalisis sifat thermal suatu sampel yang memiliki berat molekul tinggi seperti

bahan-bahan polimer dngan perlakuan sampel dipanaskan sampai terurai, yang

kemudian transisi-transisi termal dalam sampel teresbut dideteksi dan

diukur.Pengujian dengan DTA digunakan untuk menentukan temperature kritis (Tg),

temperature maksimum (Tm), dan perubahan temperature (T),dengan ukuran

sampel uji berkisar 30 mg.

Analisis termal bukan saja mampu untuk memberikan informasi tentang

perubahan fisik sampel (misalnya titik leleh dan penguapan), tetapi terjadinya proses

kimia yang mencakup polimerisasi, degradasi, dekomposisi, dan sebagainya. Dalam

bidang campuran polimer (polibren) pengamatan suhu transisi gelas (Tg) sangat

penting untuk meramalkan interaksi antara rantai dan mekanisme pencampuran

beberapa polimer.

Campuran polimer yang homogeny akan menunjukkan satu puncak Tg

(eksotermis) yang tajam dan merupakan fungsi komposisi. Tg campuran biasanya

berada diantara Tg. Dari kedua komponen, karena itu pencampuran homogeny

(16)

Pencampuran polimer heterogen ditujukan untuk menaikkan ketahanan bentur

bahan polimer. Campuran polimer heterogen ini ditandai dengan beberapa puncak

Tg, karena disamping masing-masing komponen masih meupakan fase terpisah,

daerah antarmuka mungkin memberikan Tg yang berbeda. Pengamatan termal

campuran polimer juga dapat digunakan untuk menentukan parameter interaksi, yang

merupakan factor penurunan suhu leleh Kristal.

Sifat termal polimer merupakan salah satu sifat yang paling penting karena

menetukan sifat mekanis bahan polimer. Senyawa-senyawa polimer menunjukkan

suhu transisi gelas pada suhu tertentu. Senyawa poimer amorf seperti polisitirena dan

bagian amorf dari polimer semi-kristalin seperti polietilen memiliki suhu transisi

gelas (Tg), namun polimer kristalin murni seperti elastomer tidak memiliki suhu

transisi gelas, namun hanya menunjukkan suhu leleh (Tm).

Suhu transisi gelas terjadi ketika polimer amorf atau bagian amorf polimer

semi-kristalin menunjukkan perubahan dari keadaan keras, rapuh dan mirip getas.

Suhu transisi gelas dipengaruhi oleh fleksibilitas rantai, kekuatan dan ukuran gugus

samping dan fleksibilitas rantai samping. Fleksibilitas rantai ditentukan oleh

kemudahan gugus-gugus yang berikatan kovalen untuk berotasi. Rotasi ditentukan

oleh energi dari gaya-gaya kohesi molekul. Penurunan fleksibilitas rantai

meningkatkan Tg melalui peningkatan halangan sterik. Halangan sterik ditentukan

oleh ukuran dan bentuk rantai utama.

Gugus-gugus samping yang besar dan kaku menurunkan fleksibilitas rantai

utama sehingga Tg meningkat. Penambahan gugus samping yang fleksibel

menghasilkan peningkatan jarak antar rantai sehingga gaya intermolekuler menurun

dan kemuluran meningkat. Hal ini dapat dicapai dengan penambahan pemlastis dan

(17)

2.9 Syarat Mutu Genteng Menurut Standar Nasional Indonesia

Menurut Standar Nasional Indonesia(SNI) 0099 : 2007, syarat mutu genteng meliputi:

1. Sifat Tampak

Genteng harus memiliki permukaan atas yang mulus , tidak terdapat retak,

atau cacat lain yang mempengaruhi sifat pemakaiannya.

2. Penyerapan Air

Penyerapan air maksimal 10 %

3. Ketahanan terhadap Perembesan Air ( Impermeabilitas)

Tidak boleh ada tetesan air dari permukaan bawah genteng kurang dari 20

jam ± 5 menit.

Gambar

Tabel 2.1  Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Tipe Grade 60/70
Gambar 2.2  Bentuk dan ukuran sampel pada pengujian kuat lentur

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dan fakta yang ada, peneliti bermaksud meneliti adanya perbedaan kadar alkohol dengan pemberian dosis ragi yang berbeda yang dikandung dalam beberapa

Jika ini adalah sebuah konferensi berulang atau jurnal, apakah Anda dibandingkan kertas Anda dengan sepuluh atau lebih artikel lain untuk memastikan bahwa Anda konsisten

Menunjukkan zona hambat yang dihasilkan lebih besar dari 6 mm, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun mahkota dewa pada konsentrasi 2% hingga 8% memiliki aktivitas

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan berkat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

Ibu yang berpendidikan tinggi lebih cenderung membuat keputusan untuk meningkatkan gizi dan kesehatan pada anak, selain itu ibu juga merupakan pengasuh utama bagi anak

Surat pernyataan sanggup menyediakan garasi/penyimpanan kendaraan Dan Persyaratan lain yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan WALIKOTA

[r]

Pada perusahaan sampel penelitian yaitu saham biasa untuk perusahaan go public yang tercatat dalam JII pada tahun 2007-2010, secara bersama-sama (simultan) variabel independen