• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh

RENI SILVIA RAHIM

0903969

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA

Oleh Reni Silvia Rahim

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Reni Silvia Rahim 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

(3)

“Bukankah Kami telah melapangkan bagimu: dadamu. Dan Kami telah meringankan bebanmu”

(Q. S Al- Insyiroh: 1-2)

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”

(Q. S Ar-Rahman: 13)

Syurgaku..

Kita sampai pada satu mimpi kita

Kerjaku ini adalah cinta untuk kalian

Tidak banyak kebanggaan yang bisa aku berikan

Tapi semoga ini bisa menghapus sedikit tetes air kelelahan

Entah peluh ataupun air mata

Syurgaku..

Anakmu akan memulai babak baru

Tapi episode yang tertutup ini akan selalu berwarna

Maafkan jika sering menggores haru biru di harimu

Untuk hari yang telah berlalu, yang sedang dilewati, dan yang akan datang

Aku punya banyak maaf yang tak cukup untuk kalian

Aku punya banyak terimakasih yang juga tak cukup untuk kalian

Allah..

Yang Maha Kasih

Kasih Mu sampai padaku Mereka… syurga yang Kau berikan padaku

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Reni Silvia Rahim 0903969

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I

Dra. Oom Sitti Homdijah, M. Pd NIP. 19610105 198303 2 002

Pembimbing II

dr. Euis Heryati, M. Kes NIP. 19771113 200501 2 002

Mengetahui,

(5)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH

PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK

VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” beserta

seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan yang

seharusnya. Atas pernyataan ini saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan

apabila terdapat pelanggaran dalam karya saya atau klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.”

Bandung, Juni 2014

Yang Membuat Pernyataan,

(6)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK

TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA

(Reni Silvia Rahim, 0903969)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi di lapangan berupa masalah perilaku agresif pada anak tunagrahita di PAUD WISANA. Tindakan agresif memukul orang lain yang dimunculkan oleh anak tunagrahita selama berada di sekolah sangat mengganggu efektifitas pembelajaran. Perilaku agresif pada anak tunagrahita saat pembelajaran dapat disebabkan karena kebosanan saat berada di ruang kelas. Diketahui pelaku agresi memiliki produksi serotonin lebih rendah. Penggunaan aromaterapi cendana di ruang kelas dengan teknik vaporizer

diharapkan mampu menghindari kebosanan, mengatasi masalah emosi, dan dapat meningkatkan produksi serotonin sehingga perilaku agresif menurun. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merumuskan masalah yaitu, “Apakah terdapat

pengaruh penggunaan aromaterapi cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku agresif anak tunagrahita di PAUD WISANA?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterpi cendana terhadap perilaku agresif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen

(7)
(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

UCAPAN TERIMAKASIH ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR BAGAN ...

BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang...

B. Identifikasi Masalah ...

C. Batasan Masalah ...

D. Rumusan Masalah ...

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...

BAB II KAJIAN TEORI ...

A. Perilaku Agresif Anak Tunagrahita ...

B. Aromaterapi Cendana Di Ruang Kelas Dalam Pembelajaran ...

C. Penelitian yang Relevan ...

D. Kaitan Antara Penggunaan Aromaterapi Cendana dengan

Perilaku Agresif ...

BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Variabel Penelitian...

B. Desain Penelitian ...

D. Prosedur Penelitian ...

(9)

G. Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ...

B. Analisis Data...

C. Pembahasan ...

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

A. Simpulan ...

B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 31

36

36

42

60

64

64

64

66

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Hasil Baseline 1 (A-1) Frekuensi Memukul Orang Lain

yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4. 2 Data Hasil Intervensi (B) Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4. 3 Data Hasil Baseline 2 (A-2) Frekuensi Memukul Orang Lain

yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4.4 Panjang Kondisi Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4. 5Estimasi Kecenderungan Arah Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4. 6 Kecenderungan Stabilitas Frekeunsi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4. 7 Jejak Data Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan

Subjek ZS Selama Di Sekolah...

Tabel 4. 8 Level Stabilits Frekuensi Memukul Orang Lain yang 36

38

40

43

44

48

(11)

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4. 9 Perhitungan Level Prubahan Frekuensi Memukul Orang Lain

yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4. 10 Level Perubahan Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Tabel 4. 11 Rangkuman Analisis Visual Dalam Kondisi Mengenai

Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan Subjek ZS

Selama Di Sekolah .. ...

Tabel 4. 12 Jumlah Variabel yang Diubah ...

Tabel 4. 13 Perubahan Kecenderungan dan Efeknya ...

Tabel 4. 14 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ...

Tabel 4. 15 Perubahan Level Data ...

Tabel 4. 16 Data Presentase Overlap ...

Tabel 4. 17Rangkuman Analisis Visual Antar Kondisi Frekuensi Memukul

OrangLain yang Dimunculkan Oleh Subjek ZS Selama Di

Sekolah. ... 50

51

51

53

54

54

55

58

(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Prosedur Dasar Desain A-B-A ...

Grafik 3.2 Komponen Grafik ...

Grafik 4.1 Data Baseline 1 (A-1) Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Oleh Subjek ZS Selama Berada Di Sekolah ...

Grafik 4.2Data Intervensi (B) Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Grafik 4.3Data Baseline 2 (A-2) Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Grafik 4. 4 Data Frekuensi Memukul Orang Lain Secara Umum yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Frekuensi Memukul Orang Lain

yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Grafik 4.6 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Grafik 4. 7 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Grafik 4. 8 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang

Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...

Grafik 4. 9 Data Overlap Baseline 1 (A-1) ke Fase Intervensi (B) Frekuensi

Perilaku Agresif yang Dimunculkan Subjek ZS ...

Grafik 4. 10 Data Overlap Fase Intervensi (B) ke Fase Baseline 2 (A-2)

Frekuensi Perilaku Agresif yang Dimunculkan Subjek ZS ...

Grafik 4. 11 Perkembangan Mean Level Frekuensi Memukul Orang Lain

(13)

DAFTAR BAGAN

(14)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala kasih-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENGGUNAAN

AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER

TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” ini. Puji untuk-Mu atas nikmat iman, islam, segala ilmu, kesempatan, dan kemudahan yang Engkau berikan. Shalawat

dan salam atas rasul pilihan yang menghantarkan kami pada-Mu.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada program Pendidikan Khsusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Pendidikan Indonesia. Penelitian menggunakan metode eksperimen Single Subject

Research dengan desain A-B-A untuk melihat pengaruh penggunaan aromaterapi

cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku agresif pada subjek ZS.

Pengukuran target behavior menggunakan satuan frekuensi, untuk melihat berapa

kali subjek memukul orang lain selama di sekolah. Pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan teknik observasi untuk mengamati frekuensi target

behavior.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan

lapang dada dan akan sangat bermanfaat kedepannya. Penulis memohon maaf

kepada pembaca dan berbagai pihak yang terkait, atas segala kekurangan yang ada

dalam penulisan skripsi ini.

(15)
(16)

UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis haturkan syukur kepada sutradara kehidupan, Allah SWT yang

mengizinkan segalanya terjadi dengan kuasa-Nya. Melalui kesempatan ini,

penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua tercinta: Bapak Arbain, dan Ibu Siti Aisyah, serta adik-adik

tersayang: Ridho S. H. , dan Gilang Alvayed, atas segala kasih sayang, dukungan, serta do’a kalian.

2. Dra. Oom Siti Homdijah, M. Pd sebagai pembimbing I, dan dr. Eus Heryati,

M. Pd sebagai pembimbing II. Kehadiran mereka sangat berperan banyak

dalam membimbing, memberikan masukan, bertukar pikiran, dan ilmu

dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Sunaryo, M. Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Khusus, dan Drs.

Zulkifli Sidiq, M. Pd selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Khusus yang

memberikan kemudahan, dukungan serta ilmunya selama penulis duduk di

bangku perkuliahan.

4. Drs. H. Mamad Widya, M. Pd sebagai Pembimbing Akademik yang

memberikan banyak dukungan, nasehat, serta ilmunya kepada penulis

selama mengenyam pendidikan di Universitas.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Khusus beserta Staf Tata Usaha yang

tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala ilmu, bantuan, dan dukungan

(17)

6. Guru-guru PAUD WISANA, dan orang tua ZS yang telah memberikan

kemudahan selama penelitian.

7. Hanun, untuk segala dukungan,nasehat, waktu, dan do’a yang diberikan.

8. Ibu Een dan Teh Ratih yang banyak memberikan masukan.

9. Rekan-rekan tersayang: Tri Sugiarti, Isti Nurbani, Rani Febriani, Yoanita

Budiarti, Rahayu Trisanti, Wida Widya, Neti Asmiati, Rian Ahmad G,

Ahmad N., Tri irvan, Abdul Matiin, Arni Dw Indriani, Fitri Priherlan,

Khutami, Idhar, Siti Haryanti, Juni Safitri, serta teman-teman angkatan 2009

dan senior yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala

support yang kalian berikan.

Tidak banyak yang bisa penulis berikan atas jasa kalian. Semoga menjadi

amal ibadah yang diridhoi Allah. Semoga kalian senantiasa diliputi kasih sayang

dan nikmat-Nya, serta diberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Semoga skripsi ini memberikan faedah kepada penulis sebagai ilmu yang

bermanfaat, kepada para akademisi pendidikan khusus, dan berbagai pihak terkait

lainnya.

(18)
(19)

Reni Silvia Rahim, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tidak hanya tentang mengenal huruf lalu membaca, tidak juga

hanya tentang mengenal angka lalu berhitung. Seluruh kegiatan yang mendukung

tercapainya kemandirian peserta didik sudah selayaknya diupayakan dalam dunia

pendidikan. Peserta didik sebagai subyek belajar yang memiliki potensi dan

karakteristik yang unik menjadi salah satu penentu dalam tercapainya tujuan

pendidikan.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh pendidik terkait dengan

keberagaman peserta didik. Anak sebagai peserta didik memiliki kebutuhan yang

berbeda satu sama lain. Terlebih Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) . Menurut

Alimin (2010), anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak

yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan masing-masing anak secara individual.

Ada beberapa anak yang termasuk ke dalam kategori ini, dan anak

tunagrahita adalah salah satu di antaranya. Kemampuan intelektual anak

tunagrahita yang lebih rendah daripada anak pada umumnya memberikan dampak

pada aspek perkembangan lain yang berbeda dan lebih lamban. Perbedaan pada

anak tunagrahita ini menjadi masalah dalam perkembangannya. Hal ini

dikarenakan perilaku anak tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

lingkungan. Sebagaimana permasalahan yang penulis temukan di lapangan pada

salah satu PAUD di Kota Bandung. Anak mengalami kesulitan mengontrol diri, ia

memunculkan perilaku agresif yang dimanifestasikan dalam perilaku memukul

(20)

2

Rangkaian kegiatan anak di sekolah meliputi; (1) berbaris di halaman

sebelum masuk kelas, (2) bernyanyi dan berdo’a sebelum pembelajaran, (3)

kegiatan inti (pembelajaran), (4) makan siang bersama, (5) istirahat, (6) masuk

kelas kembali setelah istirahat untuk persiapan pulang sekolah serta evaluasi

pembelajaran, (7) bernyanyi dan berdo’a bersama sebelum pulang. Perilaku

agresif anak muncul hampir setiap hari dan seringkali muncul pada waktu akan

masuk kelas baik ketika jam pelajaran dimulai maupun ketika kembali ke kelas

saat jam istirahat usai, ketika merasa jenuh saat belajar di kelas, ketika bermain

bersama teman di luar kelas saat istirahat. Perilaku agresif yang muncul pada anak

tidak hanya membuat ia dijauhi oleh temannya, namun hal ini juga menghambat

tercapainya proses pembelajaran yang efektif di ruang kelas.

Sudah menjadi tugas guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang

mendukung bagi anak, dan meminimalisisr hal-hal yang menghalangi terjadinya

proses pembelajaran yang efektif. Jika prilaku agresif anak merupakan salah satu

bentuk barier, maka seorang guru tidak dapat mengabaikan bahwa itu harus di

atasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memodifikasi perilaku anak, atau dapat juga

didukung dengan memodifikasi lingkungan belajar menjadi lebih menyenangkan

untuk menghindari kebosanan dan frustasi. Wijaya (2013; 19) menyatakan bahwa,

“kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar dengan fasilitas pendukung untuk

siswa”.

Sejauh ini guru sudah mencoba merubah perilaku anak melalui modifikasi

perilaku dengan memberikan punihsment, maupun reinforcement. Anak

menunjukan perubahan perilaku dimana frekuensi agresi kepada teman berkurang,

namun ketika pembelajaran di kelas, perilaku agresif anak masih sangat terlihat.

Guru juga selalu memperingatkan dan menegaskan kepada anak di sekolah ketika

(21)

3

memukul atau jika tidak ia akan mengalihkan luapan emosinya dengan

menyakiti diri sendiri.

Perilaku agresif yang muncul dalam diri individu bukanlah hal yang terjadi

begitu saja tanpa sebab. Penjelasan mengenai faktor penyebab perilaku agresif

dikemukakan dalam berbagai teori dengan sudut pandang keilmuan yang berbeda.

Berdasarkan teori yang berkembang dewasa ini, terdapat beberapa alternatif

untuk mengatasi perilaku agresif pada anak, diantaranya dapat dilakukan dengan

modifikasi perilaku, finger painting, Snoezelen room, dan lain sebagainya. Pada

beberapa penelitian, pendekatan dengan modifikasi perilaku dapat dikatakan

efektif dengan menggunakan reinforcement atau pun punishment. Metode

tersebut dalam beberapa penelitian sudah terbukti cukup baik untuk mengatasi

perilaku agresif yang terjadi pada anak. Adapun meotde yang digunakan tentulah

harus disesuaikan dengan kondisi anak. Bukan pula tidak mungkin jika kita

menerapkan dua atau lebih metode pada anak selama metode tersebut dapat

bersinergis, saling mendukung satu sama lain, dan tidak bertentangan dalam

pelaksanaannya. Kerja metode yang saling mendukung memungkinkan hasil

perubahan perilaku yang lebih optimal baik dari segi waktu maupun kualitas.

Metode dukungan dapat dipilih sesuai dengan karakteristik anak, waktu, dan

sarana prasarana penunjang yang tersedia, serta kemampuan guru dalam

mengaplikasikannya.

Dari sekian banyak pendekatan yang ada, konsep edutaiment dengan

menggunakan pendekatan aromaterapi dapat digunakan sebagai salah satu pilihan

untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di kelas sehingga anak

terhindar dari rasa bosan. Selain itu diketahui bahwa aromaterapi berpengaruh

positif terhadap proses mental. Terapi yang juga menggunakan aromaterapi

sebagai salah satu pendekatannya adalah terapi Snoezelen room. Sing et al. (2004)

mengukur perilaku agresif dan self-injoury pada anak dengan developmental

(22)

4

Snoezelen. Partisipan dalam penelitian tersebut terdiri dari 45 orang yang diambil

dari fasilitas pelayanan untuk individu dengan developmental disability.

Pengamatan tercatat di tiga lingkungan (ruangan): Snoezelen, adult daily living

skills, dan ruang keterampilan vokasional. Di ruangan Snoezelen®, perilaku

agresif dan self-injury terlihat berkurang, self-injury menghabiskan waktu dalam

setengah jam berikutnya di dalam ruangan.

Secara umum sasaran dari terapi Snoezelen adalah untuk mempengaruhi

sistem saraf pusat anak dengan cara memberikan rangsangan pada sistem sensori

primer yang meliputi penglihatan, perabaan, pendengaran, pembau, perasa lidah,

dan juga sistem sensori interval. Salah satu aspek dari terapi Snoezelen ini secara

spesifik yaitu, memberikan rangsangan pada sistem olfaktori atau pembau engan

menggunakan aromaterapi. Penggunaan aromaterapi dengan jenis tertentu dapat

memberikan efek relaksasi dan mengatasi masalah emosi. Aromaterapi yang

memberikan efek relaksasi ini juga dapat mempengaruhi produksi serotonin, yaitu

salah satu zat kimia otak yang berpengaruh terhadap perilaku agresif. Hubungan

kondisi serotonin dalam otak dinyatakan berpengaruh terhadap munculnya

perilaku agresif, sebagaimana yang dikatakan oleh Andri dan Kusumawardani

(2007), bahwa:

Saat ini pengertian tentang gangguan kepribadian ambang juga melibatkan pendekatan secara neurobiologis. Beberapa penelitian telah mengungkapkan adanya hubungan antara faktor biologis dengan gangguan kepribadian ambang. Region di otak dan sistem serotonergik paling banyak diteliti dalam hubungan adanya perilaku impulsif dan agresif sebagai ciri utama gangguan ini. Penelitian yang dilakukan telah menunjukkan adanya keterlibatan regio otak, terutama korteks orbitofrontal, dan sistem serotonergik sebagai pathogenesis perilaku impulsif dan agresif pada individu dengan gangguan kepribadian ambang.

Peningkatan produksi serotonin dalam otak dapat dilakukan dengan berbagai

(23)

5

digunakan, melainkan jenis aromaterapi dengan wewangian tertentu. Banyak jenis

aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah emosi. Namun tidak

semua jenis aromaterapi aman dalam banyak situasi dan baik pada banyak subyek.

Salah satu jenis aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi emosi dan

dapat digunakan pada banyak situasi dan subyek adalah aromaterapi cendana

(sandalwood) .

Saat ini sudah berkembang teknik edutaiment untuk menciptakan suasana

belajar yang nyaman di dalam ruang kelas dengan menggunakan aromaterapi.

Cara ini cenderung mudah untuk diterapkan. Sehingga peneliti melihat

penggunaan aromaterapi di ruang kelas untuk menurunkan frekuensi perilaku

agresif pada anak dalam kasus ini menjadi menarik untuk diteliti.

Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mencoba mengeksplorasi

metode penanganan terhadap anak tunagrahita guna mengatasi perilaku agresif

melalui penelitian “PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI

CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA”.

B. Identifikasi Masalah

Hambatan kecerdasan dan perilaku adaptif yang dialami oleh anak

tunagrahita kerap kali berdampak pada aspek kehidupan lainnya. Dampak dari

kondisi tersebut salah satunya adalah pada masalah perilaku dan perkembangan

bahasa. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di lapangan, diketahui bahwa

subjek ZS mengalami masalah perilaku, yaitu perilaku agresif. Selama di sekolah

ZS sering terlihat memukul orang yang ada di dekatnya, baik itu guru ataupun

teman. Hal ini terjadi di dalam kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, dan

(24)

6

kemampuan verbal ZS juga sangat rendah. Hal ini terlihat dari kosa kata ZS yang

masih sedikit.

Agar dapat terjadinya pembelajaran yang efektif, maka guru harus

memastikan bahwa anak dapat belajar. Perilaku memukul orang lain pada ZS

tentunya akan menghambat terjadinya pembelajaran yang efektif. Asri (2007)

menyatakan bahwa faktor penyebab perilaku agresif pada anak tunagrahita adalah

sebagai berikut;

a). Anak terlalu lelah, sehingga mudah kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya; b) Jika anak menginginkan sesuatu, selalui ditolak dan dimarahi; c) Anak gagal melaukan sesuatu , sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampu mengendalikannya ; d) Anak merasa di atau dan terlalu dikekang ; e) Anak merasa bosan berada di kelas sehingga anak sering meninggal kan kelas; f) Anak bosan dengan rutinitas yang selalu begitu; g) Pada anak yang mengalami hendaya dalam perkembangan mentalnya, sering terjadi tempertantrum, dimana dia putus asa untuk mengungkapakan maksudnya pada sekitar.

Selain dari itu, terdapat faktor fisiologis yang diketahui dapat mempengaruhi

perilaku agresif pada seseorang. Hidayat (2012) menyatakan bahwa;

Meski faktor psikososial dan pengalaman hidup penting untuk terjadinya agresi (perkelahian pelajar), tetap perlu faktor utama yaitu otak yang mengolah dan kemudian menghasilkan perilaku tersebut. Faktor biologik yang berperan dalam perilaku agresi adalah neurotransmitter norepinephrine, serotonin, dan dopamine. Serotonin merupakan neurotransmitter yang terpenting hubungannya dengan agresi. Berkurangnya serotonin di dalam celah sinaps sel saraf otak mempunyai hubungan yang kuat dengan perilaku melukai orang lain atau diri dan impulsif.

C. Batasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah di atas, penulis menganggap penting untuk

mengatasi masalah perilaku agresif yang dimunculkan oleh subjek ZS, yaitu

memukul orang lain. Perilaku agresif menjadi urgent untuk diatasi karena hal

tersebut akan menghambat berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif.

(25)

7

fisiologis produksi serotonin yang rendah. Intervensi yang dipilih oleh penulis

adalah dengan menggunakan aromaterapi cendana untuk mengatasi faktor yang

mempengaruhi munculnya perilaku agresif pada anak.

D. Rumusan Masalah

Berdasar kepada latar belakang, identifikasi, serta batasan masalah di atas,

maka masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah terdapat pengaruh

penggunaan aromaterapi cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku

agresif anak tunagrahita dalam pembelajaran di PAUD WISANA?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Sebagaimana rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan aromaterapi cendana terhadap

perilaku agresif anak tunagrahita dalam pembelajaran di PAUD WISANA.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk:

1) Mendapatkan informasi mengenai frekuensi perilaku agresif anak tunagrahita

sebelum diberikan aromaterapi cendana.

2) Mendapatkan informasi mengenai frekuensi perilaku agresif anak tunagrahita

setelah diberikan aromaterapi cendana

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitan yang penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

(26)

8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

sumbangsih dalam penelitian bidang pendidikan terkait dengan kemampuan guru

pendidikan khusus dalam upaya mengatasi masalah perilaku anak tunagrahita.

b. Manfaat praktis

1) Apabila penelitian ini berhasil, diharapkan dapat memberikan manfaat dari

segi praktis, yaitu sebagai salah satu masukan bagi guru, calon guru, orang tua

dan praktisi terkait lainnya dalam memberikan penanganan terhadap perilaku

agresif pada anak tunagrahita.

2) Jika penelitian ini berhasil, diharapkan anak tunagrahita memiliki hubungan

yang lebih baik dengan lingkungan sekitarnya karena emosinya lebih

terkendali.

c. Manfaat bagi peneliti

1) Melalui penelitian ini penulis memperoleh kesempatan untuk memperkaya

pengalaman dalam mengintegrasikan pengetahuan teoritis dengan hasil

penelitian di lapangan.

2) Membuka peluang untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai

pendekatan yang digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku agresif pada

(27)

Reni Silvia Rahim, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian

1. Penggunaan Aromaterapi Cendana Di Kelas dalam Pembelajaran

Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan aromaterapi cendana di

kelas dalam pembelajaran dengan teknik vaporizer. Penggunaan aromaterapi ini

merupakan suatu pendekatan yang diambil dari konsep edutaiment untuk

menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan guna tercapainya

pembelajaran efektif. Aromaterapi adalah terapi yang dilakukan dengan

menggunakan bahan cairan yang biasa disebut dengan minyak esensial dari

tanaman yang mudah menguap dan bersifat terapeutik, yang bertujuan untuk

mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang. Dalam hal ini tanaman

yang digunakan adalah minyak esensial dari kayu cendana. Adapun prosedur

penggunaan aromaterapi ini yaitu sebagai berikut:

a. Aromaterapi digunakan dengan dengan teknik vaporizer, yaitu cara

penyegaran ruangan dengan meletakan wadah khusus yang berisi minyak

esensial dan dicampur dengan sedikit air diatas lilin aroma untuk menguapkan

air sehingga ketika air menguap aroma dari minyak esensial juga menguap.

b. Aromaterapi diletakkan dalam ruangan dimana anak berada, dan pada

prinsipnya digunakan pada saat minim aktifitas. Dalam penelitian ini

aromaterapi dinyalakan ketika anak sedang belajar di kelas dan dalam

pembelajaran yang tidak melibatkan banyak aktifitas fisik.

c. Aromaterapi ini dinyalakan mulai pukul 09.00 sampai dengan 09.30 dalam

durasi 30 menit selama anak belajar dalam ruang kelas.

(28)

24

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku agresif .Agresi memiliki

berbagai makna jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun perilaku agresif

yang dimaksud kali ini merupakan tindakan penyerangan. Applefield (1987)

dalam Sunardi (1995; 104) mendefinisikan agresif sebagai tindakan yang

disengaja yang mengakibatkan atau mempunyai kemungkinan mengakibatkan

penderitaaan (fisik atau psikis) pada orang lain atau kerusakan barang-barang.

Bandura (1973) dalam Sunardi (1995; 104) menyatakan bahwa, “… agresi

adalah perilaku yang berkibat pada penderitaan orang lain dan kerusakan barang

atau benda. Penderitaan dapat bersifat psikis (dalam bentuk turunnya harga diri

dan kehormatan) maupun fisik.”

Menurut Asri (2010), perilaku agresif anak tunagrahita salah satunya adalah

memukul, baik memukul kepada teman atau orang yang berada disekitarnya

(guru, orangtua, dan sebagainya).

Agresif yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan tindakan

menyakiti orang lain. Pada kasus ini perilaku pada anak muncul dalam bentuk

memukul orang yang ada didekatnya.

B. Desain Penelitian

Secara umum pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan Single Subject Research

(SSR) karena penulis akan melihat bagaimana pengaruh suatu tindakan yang

dikenakan pada suatu subyek.

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain A-B-A. Struktur

(29)

25

Langkah awal dalam melakukakan penelitian disain A-B-A- ini adalah dengan

mengumpulkan data target behavior pada kondisi baseline pertama (A1). Setelah

data baseline pertama stabil, kemudian barulah diberikan intervensi (B).

Pengumpulan data pada kondisi intervensi ini dilakukan secara kontinyu hingga

data mencapai level yang jelas. Setelah itu, dilakukan pengukuran kembali kondisi

baseline.

A1=Baseline . Baseline pertama (A1) merupakan kemampuan awal subyek sebelum diberikan tindakan. Pengamatan terhadap subyek dilakukan secara

berulang hingga data stabil. Untuk menentukan tingkat stabilitas data biasanya

digunakan penyimpangan dari mean sebesar 5, 10, 12, atau 15%. Dalam penelitian

ini kemampuan yang akan diungkap yaitu, perilaku agresif berupa tindakan

memukul orang yang ada di dekatnya. Pengamatan baseline pertama ini dilakukan

di ruang kelas tempat subyek belajar dan lingkungan sekitar sekolah dimana

subyek berada. Data dikumpulkan melalui observasi langsung. Untuk melihat

berapa berapa kali perilaku agresif muncul pada anak selama ia berada di sekolah,

penulis menggunakan pencatatan kondisi, yaitu menuliskan tally pada lembar

observasi saat perilaku agresif muncul sampai dengan periode observasi yang

telah ditentukan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan baseline secara lebih rinci

adalah sebagai berikut;

1. Menyiapkan lembar observasi.

Grafik. 3.1

(30)

26

2. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam

sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.

3. Mencatat frekuensi perilaku agresif dengan menuliskan tally pada lembar

observasi.

4. Hal di atas dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari

mean maksimal sebesar 15%.

B= Treatment (intervensi). Intervensi (B) adalah tindakan yang diberikan pada anak setelah kondisi baseline stabil. Dalam hal ini intervensi berupa

penggunaan aromaterapi cendana. Pada prinsipnya aromaterapi haruslah diberikan

ketika minim aktifitas, maka dari itu dalam penelitain ini aromaterapi akan

diberikan pada saat pembelajaran dikelas dengan aktifitas yang minim selama 30

menit. Intervensi dilakukan secara kontinyu hingga data pada fase ini mencapai

trend dan level yang jelas atau stabil. Pada kondisi intervensi, juga dilakukan

pencatatan data secara observasi untuk melihat frekuensi perilaku agresif anak.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan intervensisecara lebih rinci adalah sebagai

berikut;

1. Menyiapkan bahan dan alat intervensi berupa tungku pembakaran, minyak

esensial dan lilin.

2. Menyalakan aromaterapi saat pembelajaran di dalam kelas dengan aktifitas

fisik yang minim. Penggunaan aromaterapi dilakukan dengan meneteskan

esensial oil ke dalam tungku pembakaran sebanyak 3 tetes, lalu dicampur

dengan air dan tungku dipanaskan menggunakan lilin khusus.

3. Setelah aromaterapi dinyalakan letakkan aromaterapi di dalam kelas dengan

jarak maksimal 1 m dari anak.

4. Aromaterapi dinyalakan selama 30 menit, hal ini mengacu pada pelaksanaan

(31)

27

5. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam

sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.

6. Intervensi dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari

mean maksimal sebesar 15%, atau maksimal sebanyak tujuh kali dikarenakan

satu jenis aromaterapi tidak boleh digunkan secara berturut-turut dalam kurun

waktu lebih dari satu minggu.

A2=Baseline. Baseline-2 merupakan kondisi pengulangan baseline-1 yang tujuan diadakannya adalah sebagai evaluasi untuk melihat sejauh mana pengaruh

intervensi yang diberikan pada suatu subyek. Setelah disain A1 dan B dilakukan,

dan level data pada fase intervensi (B) stabil langkah terakhir adalah mengulang

kembali fase baseline. Adapun langkah-langkah pelaksanaan baseline secara lebih

rinci adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan lembar observasi.

2. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam

sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.

3. Mencatat frekuensi perilaku agresif dengan menuliskan tally pada lembar

observasi.

4. Hal di atas dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari

mean maksimal sebesar 15%.

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PAUD WISANA. PAUD WISANA merupakan

(32)

28

Girang No. 08, RT. 06/05, Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota

Bandung. PAUD WISANA memiliki siswa Tunagrahita berjumlah satu orang.Ini

adalah tahun pertama anak tersebut bersekolah dengan usianya yang telah

mencapai 7 tahun. Adapun data anak tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Nama : ZS

2. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 17 September 2006

3. Usia : 7 tahun

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Sekolah : PAUD WISANA

6. Alamat : Cihanjuang Cibaligo. RT. 03/02

7. Karakteristik

Di usianya yang ke 7 tahun, ZS masih harus dibantu dalam banyak hal.

Meskipun ia mampu menyuap makanan sendiri ke dalam mulut dengan sendok,

namun ia belum mampu memotong makanan dengan baik. ZS juga masih belum

mampu mengatakan keinginannya ketika ia ingin buang air, ia mengatakannya

setelah ia buang air di celana. Tidak hanya dalam hal kemandirian, dalam aspek

motorik halus maupun kasar ZS masih banyak mengalami kesulitan. Namun ia

sudah mampu berjalan, berlari walaupun lamban. Keseimbangan dan

koordinasinya masih belum mantap saat naik-turun tangga, saat meniti titian, saat

memanjat, menempel dan menulis. Pada aspek kognitif, ZS mampu menyebut

beberapa nama benda walaupun pelafalannya tidak tepat. ZS belum mengenal

konsep warna, saat ditanya tentang warna ia mampu menjawab dengan

mengucapkan beberapa nama warna secara membeo seperti merah dan pink,

tentunya nama warna tersebut seringkali tidak sesuai dengan warna yang

ditanyakan. Dalam aspek sosial emosional, ZS mampu menunjukkan apa yang ia

inginkan dan apa yang tidak ia inginkan, menunjukkan reaksi marah, tersenyum

(33)

29

seringkali mengekspresikan ketidaksukaannya terhadap orang lain, dan kondisi

tertentu dengan memukul orang, dan atau menggigit tanggannya. Ia akan

memukul siapapun yang ada didekatnya saat ia merasa tidak senang, bosan, atau

frustasi ketika tidak mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

Hal ini membuatnya dijauhi oleh teman-temannya di sekolah.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan serangkaian kegiatan sistematis yang dilalui

oleh peneliti guna mencapai tujuan penelitian.Peneliti membagi prosedur

penelitian ini ke dalam empat tahapan yang di dalamnya terbagi lagi menjadi

kegiatan yang lebih spesifik. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan. Tahap persiapan ini terdiri dari; studi pendahuluan,

merumuskan masalah penelitian, menentukan landasan teoritis, dan

merumuskan kerangka berpikir .

2. Tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan pengumpulan

data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian, di dalamnya

termasuk penentuan metodologi, subyek penelitian, pengembangan instrumen

dan pengujian instrumen penelitian.

3. Tahap pengolahan dan analisis data. Setelah data-data yang digunakan untuk

menjawab pertanyaan penelitian terkumpul, maka peneliti melakukan

pengolahan data dengan menyajikan data kedalam bentuk yang mudah untuk

diinterpretasikan serta dianalisis lebih lanjut. Setelah itu, data dilakukan

analisis data guna menghasilkan kajian yang lebih tajam, mendalam, dan luas

terhadap data yang ada.

4. Tahapan Kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti membuat kesimpulan yang

(34)

30

terkait dengan asumsi peneliti, serta keterbatasan-keterbatasan dalam

penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Sebelumnya telah disampaikan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui perubahan perilaku agresif pada anak dengan satuan ukur frekuensi

untuk melihat berapa kali anak melakukan tindakan ini dalam sehari. berdasarkan

hal tersebut, maka instrument penelitian ini dirancang dalam bentuk pedoman

observasi untuk melihat frekuensi perilaku agresif memukul pada anak dalam

rentang waktu yang ditentukan dengan pencatatan menggunakan tally. Hal-hal

yang termuat dalam instrument ini yaitu adalah, waktu dan tempat observasi,

perilaku agresif yang diamati, subjek yang diamati, kolom pencatat frekuensi

perilaku, dan pengamat.

Selain pedoman observasi, alat lain yang terakait dengan penelitian ini adalah

aromaterapi berupa minyak esensial dan tungku pemanas. Aromaterapi diteteskan

sesuai dengan dosis yang dianjurkan, yaitu tiga tetes dalam setiap sesi selama 30

menit selama anak berada di dalam kelas dalam keadaan minim aktivitas.

F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan kegiatan

observasi secara untuk mencatat data variabel terikat pada saat perilaku agresif

memukul terjadi selama anak berada di sekolah. Pencatatan dilakukan dengan

memberikan tally pada setiap kejadian dalam pedoman observasi yang telah

(35)

31

Dalam penelitian dengan desain SSR khususnya, teknik pengolahan data

yang digunakan adalah dengan statistik deskriptif sederhana yang terfokus pada

data individu.Data disajikan dalam bentuk visual melalui grafik.Jenis grafik yang

digunakan yaitu, grafik garis yang bertujuan untuk menampilkan data secara

kontinyu. Ada tujuh komponen penting yang harus diperhatikan dalam membuat

grafik.Ketujuh komponen tersebut adalah; absis, ordinat, titik awal, skala, label

kondisi, garis perubahan kondisi, dan judul grafik.

Menurut Sunanto, dkk (2006), beberapa prinsip yang harus diperhatikan

untuk membuat grafik meliputi;

a. Absis dan Ordinat. Perbandingan yang dianggap baik antara ordinat dan absis adalah 2:3 karena dianggap paling sedikit mengandung kekeliruan

persepsi.

b. Variabel Terikat.Variabel terikat selalu diletakkan pada sumbu ordinat. Maka pada sumbu ordinat akan ditulis nama variabel terikat.

Absis (X)

0 1 2 3 4 5 6 7

60

40

20

Judul

Baseline Intervensi

[image:35.595.125.467.258.532.2]

Garis Perubahan Kondisi

Grafik. 3.2 Komponen Grafik

(36)

32

c. Judul dan Kondisi. Pembuatan judul grafik haruslah mempertimbangkan kemudahan pembaca dalam memahami hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat.

d. Penampilan Data. Agar dapat membedakan secara jelas masing-masing target behavior, maka skor pada grafik harus menggunakan bentuk yang

spesifik seperti lingkaran, kotak, dan lain-lain.

e. Jejak Data. Jejak data harus digambarkan dengan garis lurus penuh, tidak putus-putus untuk menunjukan kontinyuitas.

f. Label Kondisi. Label kondisi menunjuk kepada fase baseline dan intervensi. A bisa menggunakan untuk mewakili baseline, dan B untuk mewakili

intervensi, atau dengan menulis nama intervensi dan kondisinya.

g. Garisi Perubahan Kondisi. Garis ini merupakan garis vertikal yang diletakkan anatara dua sesi untuk memisahkan kondisi eksperimen. Data

yang berada di depan dan di belakang garis ini tidak dihubungkan

G. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

analisis visual. Analisis visual dalam penelitian ini meliputi analisis dalam

kondisi dan analisis antar kondisi.

1. Analisis Dalam Kondisi

Analisis dalam kondisi dilakukan dengan menganalisa perubahan data dalam

suatu kondisi.Dalam penelitian ini terdapat dua kondisi, yaitu kondisi baseline

dan kondisi intervensi. Menurut Sunanto, dkk (2005) beberapa komponen

penting yang dianalisis pada analisis dalam kondisi meliputi;

a. Panjang kondisi. Panjang kondisi menunjuk kepada banyaknya data poin

dalam kondisi eksperimen. Panjangnya kondisi baseline tergantung kepada

(37)

33

stabil, maka pengukuran harus dilanjutkan hingga memperoleh kestabilan

data. Jika sesi pada kondisi baseline ini adalah sebanyak lima kali maka

panjang kondisinya adalah 5.

Pada kondisi intervensi, panjang pendeknya poin ditentukan pada jenis

intervensi yang diberikan, dampak terhadap subyek penelitian, serta stabilitas

data. Jika sesi pada kondisi intervensi ini misalkan adalah sebanyak enam

kali, maka panjang kondisinya adalah 6.

b. Estimasi kecenderungan arah. Kecenderungan arah data dalam suatu grafik

berfungsi memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti.

Kecenderungan arah suatau grafik menunjukkan perubahan pada setiap data

jejak dari sesi ke sesi. Dalam suatu grafik terdapat tiga jenis kecenderungan

arah, yaitu; 1) meningkat, 2) mendatar, dan 3) menurun. Masing masing

kondisi tersebut memiliki makna yang disesuaikan pada tujuan intervensi.

Penentuan kecenderungan arah dalam penelitian ini menggunakan

metodesplit-middle, dimana penentuan kecenderungan arah grafik

berdasarkan median data poin nilai ordinatnya. Langkah-langkah

menghitung estimasi kecenderungan arah menggunkan metode belah dua

(split-middle) menurut sunanto, dkk (2005) adalah seagai berikut;

1) Bagilah data pada fase baseline maupun intervensi menjadi dua bagian.

2) Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian (2a).

3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan (2b).

4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu

antara 2a dan 2b. Melalui penarikan garis kita dapat mengetahui apakah

arah trendnya naik atau menurun.

c. Kecenderungan Stabilitas. Analisis tingkat stabilitas dilakukan dengan

melihat pada level. Level disini maksudnya yakni, besar kecilnya data pada

sumbu Y dalam grafik. Dalam menganalisis suatu data, kita mengenal dua

(38)

34

menunjukkan besar kecilnya rentang data pada kelompok tertentu. Jika 80%

hingga 90 % data berada pada 15% di atas dan di bawah mean, maka

dikatakan stabil. Mean level pada suatu data didapat dengan menjumlahkan

semua seluruh data yang terdapat dalam ordinat, kemudian dibagi dengan

banyaknya data. Langkah menghitungnya adalah sebagai berikut;

1) Hitunglah rentang stabilitas dengan cara mengalikan skor tertinggi pada

data dengan kriteria stabilitas. Kriteria stabilitas yang digunakan disini

adalah 15% atau 0,5. Dari hasil kali tersebut maka didapatlah rentang

stabilitas.

2) Hitunglah mean level masing-masing fase dengan cara menjumlahkan

data pada tiap fase lalu dibagi dengan banyaknya sesi pada fase tersebut,

maka didapatlah mean level.

3) Tentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan

setengah dari rentang stabilitas.

4) Tentukanlah batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan

setengah dari rentang stabilitas.

5) Setelah didapatkan batas atas dan batas bawah, lihatlah berapa banyak

data yang berada dalam rentang batas atas dan batas bawah tersebut.

6) Tentukan presentase stabilitas dengan membagi banyaknya data poin

yang berada dalam rentang dengan banyak data poin seluruhnya. Hasil

bagi tersebut lalu di presentase kan. Data dikatakan stabil jika berada

pada presentase 80-90%.

d. Jejak data. Jejak data merupakan garis lurus yang menghubungkan satu sesi

ke sesi yang lain. Untuk menentukan kecenderungan jejak data, sama halnya

dengan kecenderungan arah. Maka dari itu masukkan hasil yang sama dengan

kecenderungan arah.

(39)

35

hingga yang tertinggi. Sebelumnya stabilitas data telah ditentukan saat

menghitung rentang stabilitas, maka saat menentukan level stabilitas dan

rentang dilakukan dengan menyatakan apakah data pada suatu kondisi

tersebut stabil atau tidak lalu tentukan rentangnya dari skor terendah hingga

yang tertinggi, misalkan; 2 adalah skor terendah, dan 16 adalah skor tertinggi,

maka rentangnya 2-16.

f. Level perubahan. Level perubahan menunjuk kepada perubahan data dalam

satu sesi. Menentukan level perubahan dilakukan dengan cara sebagai

berikut;

1) Tandai skor data hari pertama dan hari terakhir dalam tiap sesi.

2) Hitunglah selisih antara kedua data tersebut, yaitu data hari pertama dan

data hari terakhir dengan cara mengurangkan data yang terbesar dengan

yang terkecil. Misalkan untuk perilaku agresif, jika frekuensi tindakan

agresif pada hari pertama adalah delapan kali maka skornya adalah 8,

dan hari terakhir adalah 10, maka 10-8=2.

3) Tentukan arahnya menaik atau menurun. Karena bertambahnya

frekuensi perilaku agresif menandakan kondisi yang memburuk maka

level perubahannya diberi (-) atau disini dituliskan -2. Beri tanda (-) jika

memburuk, (+) membaik, (=) jika tidak ada perubahan.

2. Analisis Antar Kondisi

Analisis antar kondisi dilakukan dengan melihat perubahan antar

kondisi.Sebelum melakukan analisis antar kondisi, maka peneliti harus

memastikan bahwa data stabil.Analisis komponen di atas pada dasarnya dilakukan

berdasarkan data pada analisis dalam kondisi. Menurut Sunanto, dkk (2006),

terdapat lima komponen dalam analisis antar kondisi, yaitu:

a. Jumlah variabel yang diubah. Dalam penelitain ini, jumlah variabel yang

(40)

36

b. Perubahan kecenderungan dan efeknya. Menentukan perubahan

kecenderungan arah dalam analisis antar kondisi dilakukan dengan

mengambil data pada analisis dalam kondisi. Jika kondisi sesudahnya lebih

baik daripada kondisi sebelumnya maka perubahan kecenderungan dan

efeknya dikatakan positif.

c. Perubahan stabilitas. Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas antar

kondisi dilakukan dengan melihat kecenderungan arah pada fase baseline

(A1), intervensi (B), dan baseline (A2) pada rangkungan analisis kondisi. Jika

pada fase baseline (A1) tidak stabil atau variabel, sedangkan pada fase

intervensi (B) stabil, maka perubahan kecenderungan stabilitasnya dalah

variabel ke stabil.

d. Perubahan level. Menentukan level perubahan dilakukan dengan cara:

1) Tentukan data poin dalam kondisi baseline (A) pada sesi terakhir,

misal: 18.

2) Tentukan data poin dalam kondisi intervensi (B) pada sesi pertama,

misal:12.

3) Hitunglah selisih antara keduanya, yaitu 18-12=6.

4) Karena perubahannya adalah menurun dan yang menjadi target

bihaviornya adalah perlaku agresif, maka maknanya adalah membaik

dan diberi tanda (+).

e. Data overlap. Analisis overlap dilakukan untuk melihat seberapa baik

pengaruh intervensi terhadap target bihavior. Semakin kecil persentase

overlap, maka semakin baik pengaruh intervensi. Adapun langkah

menentukan overlap adalah sebagai berikut:

1) Lihatlah kembali batas atas dan bawah pada kondisi baseline.

2) Hitunglah banyaknya data poin pada kondisi intervensi yang berada

(41)

37

3) Perolehan pada langkah (2) dibagi dengan banyaknya data poin dalam

kondisi intervensi, kemudian dikalikan 100, maka diperoleh presentase

(42)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Hasil analisis dalam kondisi menunjukkan perubahan membaik pada kondisi

intervensi (B). Membaik disini maksudnya adalah terjadi penurunan frekuensi

memukul orang lain yang dilakukan oleh subjek ZS. Namun, pada fase baseline 2

(A2), kondisi subjek cenderung tidak terjadi perubahan. Hasil analisis antar

kondisi menunjukkan bahwa kondisi subjek pada fase intervensi (B) semakin

membaik jika dibandingkan dengan fase baseline 1 (A-1). Namun, kondisi subjek

pada pada fase baseline 2 (A-2) semakin memburuk jika dibandingkan dengan

fase intervensi (B). Memburuk disini maksudnya adalah terjadi peningkatan

frekuensi memukul orang lain yang dimunculkan oleh subjek ZS pada fase

baseline 2 (A-2) jika dibandingkan dengan fase intervensi (B). Selain itu, hasil

analisis antar kondisi menunjukkan intervensi berpengaruh tinggi terhadap target

behavior, yang dapat dilihat dari rendahnya presentase overlap.

Berdasarkan hasil temuan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

penggunaan aromaterapi cendana pada saat pembelajaran di ruang kelas

berpengaruh terhadap menurunnya frekuensi perilaku agresif pada subjek ZS.

Hasil yang dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa saat sensori penciuman anak

distimuli oleh aromaterapi akan menurunkan frekuensi memukul orang lain yang

muncul pada subjek ZS. Namun, efek dari intervensi tersebut tidak begitu

berpengaruh setelah pemberian aromaterapi dihentikan. Kondisi perilaku agresif

subjek hampir kembali seperti sebelumnya, namun dapat dikatakan lebih baik

walaupun perbedaan tersebut tidak signifikan.

B. Rekomendasi:

(43)

65

Dari hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh positif penerapan

aromaterapi cendana di ruang kelas terhadap menurunnya frekuensi perilaku

agresif, maka guru dapat menggunakan pendekatan ini sebgai salah satu cara

untuk mengatasi masalah perilaku agresif yang muncul pada ZS Peneliti

menyarankan pendekatan ini sebagai suatu dukungan, maksudnya adalah dengan

tidak mengabaikan metode lain yang sesuai dengan anak dan menunjang untuk

diterapkan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi suatu langkah awal pengembangan metode untuk

mengatasi masalah perilaku pada anak berkebutuhan khusus. Peneliti selanjutnya

dapat mengkaji pada subjek atau target behavior yang berbeda, Kekurangan yang

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Albers, dkk. (2009). Namaku Bukan Si Lamban. PT. Intan Sejati Klanten: Sleman.

Alimin & Rochyadi. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Andri & Kusumawardani. (2007). The Nourobiology of Borderline Personality Disorder: Biological Approach In Impulsive and Aggressive Behavior.

Dalam: Majalah Kedokteran Indonesia. [Online]. Vol: 57, (4), 5 halaman. Tersedia:http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/view /499 [20 Desember 2013]

Anonim. (2013). Pengertian dan Fungsi Aromaterapi [Online]. Tersedia: http://prefesional-consultan.blogspot.com/2013/03/pengertian -fungsi-aroma-terapi.html?m[29 Juni 2013]

Asri, P. (2007). Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195103261 979032-PUDJI_ASRI/Anak_Tunagrahita.pdf [14 Februari 2014]

Baron, dan Byrne. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Ratna Djuwita,dkk. Erlangga: Jakarta.

Betsy, dkk. (2008). Snoezelen® : Empirical Review of Product Representation. Dalam: Focus on Autism and Developmental Disability. [Online], Vol 23, (3), 11 halaman. Tersedia: http://foa.sagepub.com/content/23/3/138 [24 Juni 2013]

Boere, G. (2010). Psikologi Sosial. Diterjemahkan oleh: Ivan Tri Putra. Primassophie: Jogjakarta.

(45)

67

Heffiner, GJ. (2002). Dealing with Tantrum. [Online].

Tersediahttp://www.bbbbutism.com [26 Juni 2013]

Hidayat: Agresi Pada Remaja. Republika. Retrieved January, 02, 2014. From: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/pikiranrakyat-20121001-agresipadaremaja.pdf. Oktober, 01, 2012

Hutasoit, A. (2002). Aromatherapy Untuk Pemula. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Jensen, E. (2010) . Guru Super dan Super Teching. Diterjemahkan oleh: Benyamin Molan. Jakarta Barat: PT. Indeks.

Jumarani, L. (2009) . The Essenee of Indonesian Spa. PT. Gramedia Pustaka; Utama: Jakarta.

Lotan, M. (2007). Alternative Therapeutic Intervention for Individuals with Rett Syndrome. Dalam: The Scientific World Journal. [Online], Vol 4 (7), 18 halaman. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17619753/ [26 Juni 2013]

Meier. D. (2000). The Accelerated Learning Handbook. [Online]. Tersedia: http//www.psikiyatr.com/other/learninghandbook_2.pdf. [27 Juni 2014]

Passamonti et al. (2012). Effects of Acute Tryptophan Depletion on Prefrontal-Amygdala Connectivity While Viewing Facial Signals of Aggression. Dalam: Biological Psychiatry Journal. [Online], Vol 71 (1), 7 halaman. Tersedia: http://www.biologicalpsychiatryjournal.com/article/S0006-3223%2811%2900780-3/fulltext [13 April 2014]

Payne & Ratton. (1981). Mental retardation. Charles E. Merril Publishin Company: Ohio

Pinzon, dkk. (2006). Peran Serotonin Pada Gangguan Spektrum Autistik. Dalam: Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi. [Online]. Vol: 19, (04), 4

halaman. Tersedia:

http://www.google.com/search?site=&source=hp&ei=I27eUoq5PM3GrAe YkIGoBg&q=dexa+media+no.+4+vol+19+&oq=dexa+media+no.+4+vol+ 19+&gs_l=mobile-gws

(46)

68

Primadiati. (2002). Aromaterapi Perawatan Alami Untuk Sehat dan Cantik. PT. Gramedi Pustaka Utama: Jakarta.

Riduwan. (2012). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Shapiro, dkk. (1997). The Evicasy of The Snoezelen in The Management Children with Mental Retardation Who Axhibit Maladaptive Behavior. Dalam: The British Journal of Developmental Disablity. [Online]. Vol 43, (85), 11halaman.Tersedia:http://www.hindawi.com/journals/tswj/2007/371790/a bs [26 Juni 2013]

Sivarman, A. (2005). Effectiveness Of Sensory Stimulation Techniques On Sensory Perceptual Ability And Emotional Wellbing Of Mentally Challenged Children Attending A Selected Special School Ini Manglore. Disertasi Master of Sience pada Rajiv Ghandi University of Healty Sience, Bangalore, Karnataka: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Jakarta.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. PT. Refika Aditama: Bandung.

Sunanto, dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. UPI Press: Bandung

Sunu, C. (2012) . Panduan memecahkan masalah autism Unlocking Autism. Lintangterbit: Yogyakarta.

Taniredja, T & Mustafidah, H. (2012) . Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Alfabeta: Bandung.

Wijaya, A. (2013). Teknik Mengajar Siswa Tunagrahita. Imperium: Yogyakarta.

Gambar

Grafik. 3.2

Referensi

Dokumen terkait

(1) Dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan kualitas hasil pelaksanaan tugas, Komite Nasional Habitat II dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan-

Melaui tahap ini dapat diketahui besar peningkatan kemampuan pemahaman matematis dari sebelum penelitian sampai setelah penelitian berakhir, baik yang mendapat perlakuan

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN KONVENSIONAL DAN ENTERPRISING TERHADAP MINAT KERJA KARYAWAN BANK RAKYAT INDONESIA (BRI)..

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai profil penggunaan obat pada pasien ibu hamil di instalasi rawat jalan RSU Bunda Thamrin

Observasi, catatan harian, rekaman, angket, wawancara, analisis dokumen hasil belajar.. Analisis: mengelompokkan data, memaparkan/narasi,

dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Yogyakarta:

Judul yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah “Dampak model pembelajaran berbasis masalah pada fenomena korosi terhadap kemampuan berp ikir kreatif dan

Pada pengaturan Replace color ini, silahkan sobat klik Ikon eyedropper too kemudian klik kan pada warna background yang akan di ganti.. Ganti juga warna Result