PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK
TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh
RENI SILVIA RAHIM
0903969
PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK
TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA
Oleh Reni Silvia Rahim
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Reni Silvia Rahim 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
“Bukankah Kami telah melapangkan bagimu: dadamu. Dan Kami telah meringankan bebanmu”
(Q. S Al- Insyiroh: 1-2)
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”
(Q. S Ar-Rahman: 13)
Syurgaku..
Kita sampai pada satu mimpi kita
Kerjaku ini adalah cinta untuk kalian
Tidak banyak kebanggaan yang bisa aku berikan
Tapi semoga ini bisa menghapus sedikit tetes air kelelahan
Entah peluh ataupun air mata
Syurgaku..
Anakmu akan memulai babak baru
Tapi episode yang tertutup ini akan selalu berwarna
Maafkan jika sering menggores haru biru di harimu
Untuk hari yang telah berlalu, yang sedang dilewati, dan yang akan datang
Aku punya banyak maaf yang tak cukup untuk kalian
Aku punya banyak terimakasih yang juga tak cukup untuk kalian
Allah..
Yang Maha Kasih
Kasih Mu sampai padaku Mereka… syurga yang Kau berikan padaku
LEMBAR PENGESAHAN
Reni Silvia Rahim 0903969
PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK
TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I
Dra. Oom Sitti Homdijah, M. Pd NIP. 19610105 198303 2 002
Pembimbing II
dr. Euis Heryati, M. Kes NIP. 19771113 200501 2 002
Mengetahui,
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH
PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK
VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK
TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” beserta
seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya. Atas pernyataan ini saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan
apabila terdapat pelanggaran dalam karya saya atau klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.”
Bandung, Juni 2014
Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK
TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA
(Reni Silvia Rahim, 0903969)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi di lapangan berupa masalah perilaku agresif pada anak tunagrahita di PAUD WISANA. Tindakan agresif memukul orang lain yang dimunculkan oleh anak tunagrahita selama berada di sekolah sangat mengganggu efektifitas pembelajaran. Perilaku agresif pada anak tunagrahita saat pembelajaran dapat disebabkan karena kebosanan saat berada di ruang kelas. Diketahui pelaku agresi memiliki produksi serotonin lebih rendah. Penggunaan aromaterapi cendana di ruang kelas dengan teknik vaporizer
diharapkan mampu menghindari kebosanan, mengatasi masalah emosi, dan dapat meningkatkan produksi serotonin sehingga perilaku agresif menurun. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merumuskan masalah yaitu, “Apakah terdapat
pengaruh penggunaan aromaterapi cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku agresif anak tunagrahita di PAUD WISANA?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterpi cendana terhadap perilaku agresif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ...
ABSTRAK ...
KATA PENGANTAR ...
UCAPAN TERIMAKASIH ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GRAFIK...
DAFTAR BAGAN ...
BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang...
B. Identifikasi Masalah ...
C. Batasan Masalah ...
D. Rumusan Masalah ...
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...
BAB II KAJIAN TEORI ...
A. Perilaku Agresif Anak Tunagrahita ...
B. Aromaterapi Cendana Di Ruang Kelas Dalam Pembelajaran ...
C. Penelitian yang Relevan ...
D. Kaitan Antara Penggunaan Aromaterapi Cendana dengan
Perilaku Agresif ...
BAB III METODE PENELITIAN ...
A. Variabel Penelitian...
B. Desain Penelitian ...
D. Prosedur Penelitian ...
G. Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Hasil Penelitian ...
B. Analisis Data...
C. Pembahasan ...
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...
A. Simpulan ...
B. Rekomendasi ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 31
36
36
42
60
64
64
64
66
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Data Hasil Baseline 1 (A-1) Frekuensi Memukul Orang Lain
yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4. 2 Data Hasil Intervensi (B) Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4. 3 Data Hasil Baseline 2 (A-2) Frekuensi Memukul Orang Lain
yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4.4 Panjang Kondisi Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4. 5Estimasi Kecenderungan Arah Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4. 6 Kecenderungan Stabilitas Frekeunsi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4. 7 Jejak Data Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan
Subjek ZS Selama Di Sekolah...
Tabel 4. 8 Level Stabilits Frekuensi Memukul Orang Lain yang 36
38
40
43
44
48
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4. 9 Perhitungan Level Prubahan Frekuensi Memukul Orang Lain
yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4. 10 Level Perubahan Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Tabel 4. 11 Rangkuman Analisis Visual Dalam Kondisi Mengenai
Frekuensi Memukul Orang Lain yang Dimunculkan Subjek ZS
Selama Di Sekolah .. ...
Tabel 4. 12 Jumlah Variabel yang Diubah ...
Tabel 4. 13 Perubahan Kecenderungan dan Efeknya ...
Tabel 4. 14 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ...
Tabel 4. 15 Perubahan Level Data ...
Tabel 4. 16 Data Presentase Overlap ...
Tabel 4. 17Rangkuman Analisis Visual Antar Kondisi Frekuensi Memukul
OrangLain yang Dimunculkan Oleh Subjek ZS Selama Di
Sekolah. ... 50
51
51
53
54
54
55
58
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Prosedur Dasar Desain A-B-A ...
Grafik 3.2 Komponen Grafik ...
Grafik 4.1 Data Baseline 1 (A-1) Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Oleh Subjek ZS Selama Berada Di Sekolah ...
Grafik 4.2Data Intervensi (B) Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Grafik 4.3Data Baseline 2 (A-2) Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Grafik 4. 4 Data Frekuensi Memukul Orang Lain Secara Umum yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Frekuensi Memukul Orang Lain
yang Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Grafik 4.6 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Grafik 4. 7 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Grafik 4. 8 Kecenderungan Stabilitas Frekuensi Memukul Orang Lain yang
Dimunculkan Subjek ZS Selama Di Sekolah ...
Grafik 4. 9 Data Overlap Baseline 1 (A-1) ke Fase Intervensi (B) Frekuensi
Perilaku Agresif yang Dimunculkan Subjek ZS ...
Grafik 4. 10 Data Overlap Fase Intervensi (B) ke Fase Baseline 2 (A-2)
Frekuensi Perilaku Agresif yang Dimunculkan Subjek ZS ...
Grafik 4. 11 Perkembangan Mean Level Frekuensi Memukul Orang Lain
DAFTAR BAGAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala kasih-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENGGUNAAN
AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER
TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” ini. Puji untuk-Mu atas nikmat iman, islam, segala ilmu, kesempatan, dan kemudahan yang Engkau berikan. Shalawat
dan salam atas rasul pilihan yang menghantarkan kami pada-Mu.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada program Pendidikan Khsusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia. Penelitian menggunakan metode eksperimen Single Subject
Research dengan desain A-B-A untuk melihat pengaruh penggunaan aromaterapi
cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku agresif pada subjek ZS.
Pengukuran target behavior menggunakan satuan frekuensi, untuk melihat berapa
kali subjek memukul orang lain selama di sekolah. Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan teknik observasi untuk mengamati frekuensi target
behavior.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan
lapang dada dan akan sangat bermanfaat kedepannya. Penulis memohon maaf
kepada pembaca dan berbagai pihak yang terkait, atas segala kekurangan yang ada
dalam penulisan skripsi ini.
UCAPAN TERIMAKASIH
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA” ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis haturkan syukur kepada sutradara kehidupan, Allah SWT yang
mengizinkan segalanya terjadi dengan kuasa-Nya. Melalui kesempatan ini,
penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua tercinta: Bapak Arbain, dan Ibu Siti Aisyah, serta adik-adik
tersayang: Ridho S. H. , dan Gilang Alvayed, atas segala kasih sayang, dukungan, serta do’a kalian.
2. Dra. Oom Siti Homdijah, M. Pd sebagai pembimbing I, dan dr. Eus Heryati,
M. Pd sebagai pembimbing II. Kehadiran mereka sangat berperan banyak
dalam membimbing, memberikan masukan, bertukar pikiran, dan ilmu
dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. Sunaryo, M. Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Khusus, dan Drs.
Zulkifli Sidiq, M. Pd selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Khusus yang
memberikan kemudahan, dukungan serta ilmunya selama penulis duduk di
bangku perkuliahan.
4. Drs. H. Mamad Widya, M. Pd sebagai Pembimbing Akademik yang
memberikan banyak dukungan, nasehat, serta ilmunya kepada penulis
selama mengenyam pendidikan di Universitas.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Khusus beserta Staf Tata Usaha yang
tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala ilmu, bantuan, dan dukungan
6. Guru-guru PAUD WISANA, dan orang tua ZS yang telah memberikan
kemudahan selama penelitian.
7. Hanun, untuk segala dukungan,nasehat, waktu, dan do’a yang diberikan.
8. Ibu Een dan Teh Ratih yang banyak memberikan masukan.
9. Rekan-rekan tersayang: Tri Sugiarti, Isti Nurbani, Rani Febriani, Yoanita
Budiarti, Rahayu Trisanti, Wida Widya, Neti Asmiati, Rian Ahmad G,
Ahmad N., Tri irvan, Abdul Matiin, Arni Dw Indriani, Fitri Priherlan,
Khutami, Idhar, Siti Haryanti, Juni Safitri, serta teman-teman angkatan 2009
dan senior yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala
support yang kalian berikan.
Tidak banyak yang bisa penulis berikan atas jasa kalian. Semoga menjadi
amal ibadah yang diridhoi Allah. Semoga kalian senantiasa diliputi kasih sayang
dan nikmat-Nya, serta diberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Semoga skripsi ini memberikan faedah kepada penulis sebagai ilmu yang
bermanfaat, kepada para akademisi pendidikan khusus, dan berbagai pihak terkait
lainnya.
Reni Silvia Rahim, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak hanya tentang mengenal huruf lalu membaca, tidak juga
hanya tentang mengenal angka lalu berhitung. Seluruh kegiatan yang mendukung
tercapainya kemandirian peserta didik sudah selayaknya diupayakan dalam dunia
pendidikan. Peserta didik sebagai subyek belajar yang memiliki potensi dan
karakteristik yang unik menjadi salah satu penentu dalam tercapainya tujuan
pendidikan.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh pendidik terkait dengan
keberagaman peserta didik. Anak sebagai peserta didik memiliki kebutuhan yang
berbeda satu sama lain. Terlebih Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) . Menurut
Alimin (2010), anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak
yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan
kebutuhan masing-masing anak secara individual.
Ada beberapa anak yang termasuk ke dalam kategori ini, dan anak
tunagrahita adalah salah satu di antaranya. Kemampuan intelektual anak
tunagrahita yang lebih rendah daripada anak pada umumnya memberikan dampak
pada aspek perkembangan lain yang berbeda dan lebih lamban. Perbedaan pada
anak tunagrahita ini menjadi masalah dalam perkembangannya. Hal ini
dikarenakan perilaku anak tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungan. Sebagaimana permasalahan yang penulis temukan di lapangan pada
salah satu PAUD di Kota Bandung. Anak mengalami kesulitan mengontrol diri, ia
memunculkan perilaku agresif yang dimanifestasikan dalam perilaku memukul
2
Rangkaian kegiatan anak di sekolah meliputi; (1) berbaris di halaman
sebelum masuk kelas, (2) bernyanyi dan berdo’a sebelum pembelajaran, (3)
kegiatan inti (pembelajaran), (4) makan siang bersama, (5) istirahat, (6) masuk
kelas kembali setelah istirahat untuk persiapan pulang sekolah serta evaluasi
pembelajaran, (7) bernyanyi dan berdo’a bersama sebelum pulang. Perilaku
agresif anak muncul hampir setiap hari dan seringkali muncul pada waktu akan
masuk kelas baik ketika jam pelajaran dimulai maupun ketika kembali ke kelas
saat jam istirahat usai, ketika merasa jenuh saat belajar di kelas, ketika bermain
bersama teman di luar kelas saat istirahat. Perilaku agresif yang muncul pada anak
tidak hanya membuat ia dijauhi oleh temannya, namun hal ini juga menghambat
tercapainya proses pembelajaran yang efektif di ruang kelas.
Sudah menjadi tugas guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung bagi anak, dan meminimalisisr hal-hal yang menghalangi terjadinya
proses pembelajaran yang efektif. Jika prilaku agresif anak merupakan salah satu
bentuk barier, maka seorang guru tidak dapat mengabaikan bahwa itu harus di
atasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memodifikasi perilaku anak, atau dapat juga
didukung dengan memodifikasi lingkungan belajar menjadi lebih menyenangkan
untuk menghindari kebosanan dan frustasi. Wijaya (2013; 19) menyatakan bahwa,
“kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar dengan fasilitas pendukung untuk
siswa”.
Sejauh ini guru sudah mencoba merubah perilaku anak melalui modifikasi
perilaku dengan memberikan punihsment, maupun reinforcement. Anak
menunjukan perubahan perilaku dimana frekuensi agresi kepada teman berkurang,
namun ketika pembelajaran di kelas, perilaku agresif anak masih sangat terlihat.
Guru juga selalu memperingatkan dan menegaskan kepada anak di sekolah ketika
3
memukul atau jika tidak ia akan mengalihkan luapan emosinya dengan
menyakiti diri sendiri.
Perilaku agresif yang muncul dalam diri individu bukanlah hal yang terjadi
begitu saja tanpa sebab. Penjelasan mengenai faktor penyebab perilaku agresif
dikemukakan dalam berbagai teori dengan sudut pandang keilmuan yang berbeda.
Berdasarkan teori yang berkembang dewasa ini, terdapat beberapa alternatif
untuk mengatasi perilaku agresif pada anak, diantaranya dapat dilakukan dengan
modifikasi perilaku, finger painting, Snoezelen room, dan lain sebagainya. Pada
beberapa penelitian, pendekatan dengan modifikasi perilaku dapat dikatakan
efektif dengan menggunakan reinforcement atau pun punishment. Metode
tersebut dalam beberapa penelitian sudah terbukti cukup baik untuk mengatasi
perilaku agresif yang terjadi pada anak. Adapun meotde yang digunakan tentulah
harus disesuaikan dengan kondisi anak. Bukan pula tidak mungkin jika kita
menerapkan dua atau lebih metode pada anak selama metode tersebut dapat
bersinergis, saling mendukung satu sama lain, dan tidak bertentangan dalam
pelaksanaannya. Kerja metode yang saling mendukung memungkinkan hasil
perubahan perilaku yang lebih optimal baik dari segi waktu maupun kualitas.
Metode dukungan dapat dipilih sesuai dengan karakteristik anak, waktu, dan
sarana prasarana penunjang yang tersedia, serta kemampuan guru dalam
mengaplikasikannya.
Dari sekian banyak pendekatan yang ada, konsep edutaiment dengan
menggunakan pendekatan aromaterapi dapat digunakan sebagai salah satu pilihan
untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di kelas sehingga anak
terhindar dari rasa bosan. Selain itu diketahui bahwa aromaterapi berpengaruh
positif terhadap proses mental. Terapi yang juga menggunakan aromaterapi
sebagai salah satu pendekatannya adalah terapi Snoezelen room. Sing et al. (2004)
mengukur perilaku agresif dan self-injoury pada anak dengan developmental
4
Snoezelen. Partisipan dalam penelitian tersebut terdiri dari 45 orang yang diambil
dari fasilitas pelayanan untuk individu dengan developmental disability.
Pengamatan tercatat di tiga lingkungan (ruangan): Snoezelen, adult daily living
skills, dan ruang keterampilan vokasional. Di ruangan Snoezelen®, perilaku
agresif dan self-injury terlihat berkurang, self-injury menghabiskan waktu dalam
setengah jam berikutnya di dalam ruangan.
Secara umum sasaran dari terapi Snoezelen adalah untuk mempengaruhi
sistem saraf pusat anak dengan cara memberikan rangsangan pada sistem sensori
primer yang meliputi penglihatan, perabaan, pendengaran, pembau, perasa lidah,
dan juga sistem sensori interval. Salah satu aspek dari terapi Snoezelen ini secara
spesifik yaitu, memberikan rangsangan pada sistem olfaktori atau pembau engan
menggunakan aromaterapi. Penggunaan aromaterapi dengan jenis tertentu dapat
memberikan efek relaksasi dan mengatasi masalah emosi. Aromaterapi yang
memberikan efek relaksasi ini juga dapat mempengaruhi produksi serotonin, yaitu
salah satu zat kimia otak yang berpengaruh terhadap perilaku agresif. Hubungan
kondisi serotonin dalam otak dinyatakan berpengaruh terhadap munculnya
perilaku agresif, sebagaimana yang dikatakan oleh Andri dan Kusumawardani
(2007), bahwa:
Saat ini pengertian tentang gangguan kepribadian ambang juga melibatkan pendekatan secara neurobiologis. Beberapa penelitian telah mengungkapkan adanya hubungan antara faktor biologis dengan gangguan kepribadian ambang. Region di otak dan sistem serotonergik paling banyak diteliti dalam hubungan adanya perilaku impulsif dan agresif sebagai ciri utama gangguan ini. Penelitian yang dilakukan telah menunjukkan adanya keterlibatan regio otak, terutama korteks orbitofrontal, dan sistem serotonergik sebagai pathogenesis perilaku impulsif dan agresif pada individu dengan gangguan kepribadian ambang.
Peningkatan produksi serotonin dalam otak dapat dilakukan dengan berbagai
5
digunakan, melainkan jenis aromaterapi dengan wewangian tertentu. Banyak jenis
aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah emosi. Namun tidak
semua jenis aromaterapi aman dalam banyak situasi dan baik pada banyak subyek.
Salah satu jenis aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi emosi dan
dapat digunakan pada banyak situasi dan subyek adalah aromaterapi cendana
(sandalwood) .
Saat ini sudah berkembang teknik edutaiment untuk menciptakan suasana
belajar yang nyaman di dalam ruang kelas dengan menggunakan aromaterapi.
Cara ini cenderung mudah untuk diterapkan. Sehingga peneliti melihat
penggunaan aromaterapi di ruang kelas untuk menurunkan frekuensi perilaku
agresif pada anak dalam kasus ini menjadi menarik untuk diteliti.
Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mencoba mengeksplorasi
metode penanganan terhadap anak tunagrahita guna mengatasi perilaku agresif
melalui penelitian “PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI
CENDANA DENGAN TEKNIK VAPORIZER TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNAGRAHITA DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD WISANA”.
B. Identifikasi Masalah
Hambatan kecerdasan dan perilaku adaptif yang dialami oleh anak
tunagrahita kerap kali berdampak pada aspek kehidupan lainnya. Dampak dari
kondisi tersebut salah satunya adalah pada masalah perilaku dan perkembangan
bahasa. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di lapangan, diketahui bahwa
subjek ZS mengalami masalah perilaku, yaitu perilaku agresif. Selama di sekolah
ZS sering terlihat memukul orang yang ada di dekatnya, baik itu guru ataupun
teman. Hal ini terjadi di dalam kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, dan
6
kemampuan verbal ZS juga sangat rendah. Hal ini terlihat dari kosa kata ZS yang
masih sedikit.
Agar dapat terjadinya pembelajaran yang efektif, maka guru harus
memastikan bahwa anak dapat belajar. Perilaku memukul orang lain pada ZS
tentunya akan menghambat terjadinya pembelajaran yang efektif. Asri (2007)
menyatakan bahwa faktor penyebab perilaku agresif pada anak tunagrahita adalah
sebagai berikut;
a). Anak terlalu lelah, sehingga mudah kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya; b) Jika anak menginginkan sesuatu, selalui ditolak dan dimarahi; c) Anak gagal melaukan sesuatu , sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampu mengendalikannya ; d) Anak merasa di atau dan terlalu dikekang ; e) Anak merasa bosan berada di kelas sehingga anak sering meninggal kan kelas; f) Anak bosan dengan rutinitas yang selalu begitu; g) Pada anak yang mengalami hendaya dalam perkembangan mentalnya, sering terjadi tempertantrum, dimana dia putus asa untuk mengungkapakan maksudnya pada sekitar.
Selain dari itu, terdapat faktor fisiologis yang diketahui dapat mempengaruhi
perilaku agresif pada seseorang. Hidayat (2012) menyatakan bahwa;
Meski faktor psikososial dan pengalaman hidup penting untuk terjadinya agresi (perkelahian pelajar), tetap perlu faktor utama yaitu otak yang mengolah dan kemudian menghasilkan perilaku tersebut. Faktor biologik yang berperan dalam perilaku agresi adalah neurotransmitter norepinephrine, serotonin, dan dopamine. Serotonin merupakan neurotransmitter yang terpenting hubungannya dengan agresi. Berkurangnya serotonin di dalam celah sinaps sel saraf otak mempunyai hubungan yang kuat dengan perilaku melukai orang lain atau diri dan impulsif.
C. Batasan Masalah
Dari uraian identifikasi masalah di atas, penulis menganggap penting untuk
mengatasi masalah perilaku agresif yang dimunculkan oleh subjek ZS, yaitu
memukul orang lain. Perilaku agresif menjadi urgent untuk diatasi karena hal
tersebut akan menghambat berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif.
7
fisiologis produksi serotonin yang rendah. Intervensi yang dipilih oleh penulis
adalah dengan menggunakan aromaterapi cendana untuk mengatasi faktor yang
mempengaruhi munculnya perilaku agresif pada anak.
D. Rumusan Masalah
Berdasar kepada latar belakang, identifikasi, serta batasan masalah di atas,
maka masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah terdapat pengaruh
penggunaan aromaterapi cendana dengan teknik vaporizer terhadap perilaku
agresif anak tunagrahita dalam pembelajaran di PAUD WISANA?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Sebagaimana rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan aromaterapi cendana terhadap
perilaku agresif anak tunagrahita dalam pembelajaran di PAUD WISANA.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk:
1) Mendapatkan informasi mengenai frekuensi perilaku agresif anak tunagrahita
sebelum diberikan aromaterapi cendana.
2) Mendapatkan informasi mengenai frekuensi perilaku agresif anak tunagrahita
setelah diberikan aromaterapi cendana
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitan yang penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
sumbangsih dalam penelitian bidang pendidikan terkait dengan kemampuan guru
pendidikan khusus dalam upaya mengatasi masalah perilaku anak tunagrahita.
b. Manfaat praktis
1) Apabila penelitian ini berhasil, diharapkan dapat memberikan manfaat dari
segi praktis, yaitu sebagai salah satu masukan bagi guru, calon guru, orang tua
dan praktisi terkait lainnya dalam memberikan penanganan terhadap perilaku
agresif pada anak tunagrahita.
2) Jika penelitian ini berhasil, diharapkan anak tunagrahita memiliki hubungan
yang lebih baik dengan lingkungan sekitarnya karena emosinya lebih
terkendali.
c. Manfaat bagi peneliti
1) Melalui penelitian ini penulis memperoleh kesempatan untuk memperkaya
pengalaman dalam mengintegrasikan pengetahuan teoritis dengan hasil
penelitian di lapangan.
2) Membuka peluang untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai
pendekatan yang digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku agresif pada
Reni Silvia Rahim, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian
1. Penggunaan Aromaterapi Cendana Di Kelas dalam Pembelajaran
Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan aromaterapi cendana di
kelas dalam pembelajaran dengan teknik vaporizer. Penggunaan aromaterapi ini
merupakan suatu pendekatan yang diambil dari konsep edutaiment untuk
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan guna tercapainya
pembelajaran efektif. Aromaterapi adalah terapi yang dilakukan dengan
menggunakan bahan cairan yang biasa disebut dengan minyak esensial dari
tanaman yang mudah menguap dan bersifat terapeutik, yang bertujuan untuk
mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang. Dalam hal ini tanaman
yang digunakan adalah minyak esensial dari kayu cendana. Adapun prosedur
penggunaan aromaterapi ini yaitu sebagai berikut:
a. Aromaterapi digunakan dengan dengan teknik vaporizer, yaitu cara
penyegaran ruangan dengan meletakan wadah khusus yang berisi minyak
esensial dan dicampur dengan sedikit air diatas lilin aroma untuk menguapkan
air sehingga ketika air menguap aroma dari minyak esensial juga menguap.
b. Aromaterapi diletakkan dalam ruangan dimana anak berada, dan pada
prinsipnya digunakan pada saat minim aktifitas. Dalam penelitian ini
aromaterapi dinyalakan ketika anak sedang belajar di kelas dan dalam
pembelajaran yang tidak melibatkan banyak aktifitas fisik.
c. Aromaterapi ini dinyalakan mulai pukul 09.00 sampai dengan 09.30 dalam
durasi 30 menit selama anak belajar dalam ruang kelas.
24
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku agresif .Agresi memiliki
berbagai makna jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun perilaku agresif
yang dimaksud kali ini merupakan tindakan penyerangan. Applefield (1987)
dalam Sunardi (1995; 104) mendefinisikan agresif sebagai tindakan yang
disengaja yang mengakibatkan atau mempunyai kemungkinan mengakibatkan
penderitaaan (fisik atau psikis) pada orang lain atau kerusakan barang-barang.
Bandura (1973) dalam Sunardi (1995; 104) menyatakan bahwa, “… agresi
adalah perilaku yang berkibat pada penderitaan orang lain dan kerusakan barang
atau benda. Penderitaan dapat bersifat psikis (dalam bentuk turunnya harga diri
dan kehormatan) maupun fisik.”
Menurut Asri (2010), perilaku agresif anak tunagrahita salah satunya adalah
memukul, baik memukul kepada teman atau orang yang berada disekitarnya
(guru, orangtua, dan sebagainya).
Agresif yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan tindakan
menyakiti orang lain. Pada kasus ini perilaku pada anak muncul dalam bentuk
memukul orang yang ada didekatnya.
B. Desain Penelitian
Secara umum pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan Single Subject Research
(SSR) karena penulis akan melihat bagaimana pengaruh suatu tindakan yang
dikenakan pada suatu subyek.
Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain A-B-A. Struktur
25
Langkah awal dalam melakukakan penelitian disain A-B-A- ini adalah dengan
mengumpulkan data target behavior pada kondisi baseline pertama (A1). Setelah
data baseline pertama stabil, kemudian barulah diberikan intervensi (B).
Pengumpulan data pada kondisi intervensi ini dilakukan secara kontinyu hingga
data mencapai level yang jelas. Setelah itu, dilakukan pengukuran kembali kondisi
baseline.
A1=Baseline . Baseline pertama (A1) merupakan kemampuan awal subyek sebelum diberikan tindakan. Pengamatan terhadap subyek dilakukan secara
berulang hingga data stabil. Untuk menentukan tingkat stabilitas data biasanya
digunakan penyimpangan dari mean sebesar 5, 10, 12, atau 15%. Dalam penelitian
ini kemampuan yang akan diungkap yaitu, perilaku agresif berupa tindakan
memukul orang yang ada di dekatnya. Pengamatan baseline pertama ini dilakukan
di ruang kelas tempat subyek belajar dan lingkungan sekitar sekolah dimana
subyek berada. Data dikumpulkan melalui observasi langsung. Untuk melihat
berapa berapa kali perilaku agresif muncul pada anak selama ia berada di sekolah,
penulis menggunakan pencatatan kondisi, yaitu menuliskan tally pada lembar
observasi saat perilaku agresif muncul sampai dengan periode observasi yang
telah ditentukan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan baseline secara lebih rinci
adalah sebagai berikut;
1. Menyiapkan lembar observasi.
Grafik. 3.1
26
2. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam
sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.
3. Mencatat frekuensi perilaku agresif dengan menuliskan tally pada lembar
observasi.
4. Hal di atas dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari
mean maksimal sebesar 15%.
B= Treatment (intervensi). Intervensi (B) adalah tindakan yang diberikan pada anak setelah kondisi baseline stabil. Dalam hal ini intervensi berupa
penggunaan aromaterapi cendana. Pada prinsipnya aromaterapi haruslah diberikan
ketika minim aktifitas, maka dari itu dalam penelitain ini aromaterapi akan
diberikan pada saat pembelajaran dikelas dengan aktifitas yang minim selama 30
menit. Intervensi dilakukan secara kontinyu hingga data pada fase ini mencapai
trend dan level yang jelas atau stabil. Pada kondisi intervensi, juga dilakukan
pencatatan data secara observasi untuk melihat frekuensi perilaku agresif anak.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan intervensisecara lebih rinci adalah sebagai
berikut;
1. Menyiapkan bahan dan alat intervensi berupa tungku pembakaran, minyak
esensial dan lilin.
2. Menyalakan aromaterapi saat pembelajaran di dalam kelas dengan aktifitas
fisik yang minim. Penggunaan aromaterapi dilakukan dengan meneteskan
esensial oil ke dalam tungku pembakaran sebanyak 3 tetes, lalu dicampur
dengan air dan tungku dipanaskan menggunakan lilin khusus.
3. Setelah aromaterapi dinyalakan letakkan aromaterapi di dalam kelas dengan
jarak maksimal 1 m dari anak.
4. Aromaterapi dinyalakan selama 30 menit, hal ini mengacu pada pelaksanaan
27
5. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam
sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.
6. Intervensi dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari
mean maksimal sebesar 15%, atau maksimal sebanyak tujuh kali dikarenakan
satu jenis aromaterapi tidak boleh digunkan secara berturut-turut dalam kurun
waktu lebih dari satu minggu.
A2=Baseline. Baseline-2 merupakan kondisi pengulangan baseline-1 yang tujuan diadakannya adalah sebagai evaluasi untuk melihat sejauh mana pengaruh
intervensi yang diberikan pada suatu subyek. Setelah disain A1 dan B dilakukan,
dan level data pada fase intervensi (B) stabil langkah terakhir adalah mengulang
kembali fase baseline. Adapun langkah-langkah pelaksanaan baseline secara lebih
rinci adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan lembar observasi.
2. Mengamati perilaku agresif anak saat jam pelajaran dimulai hingga jam
sekolah usai, yaitu dari mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00.
3. Mencatat frekuensi perilaku agresif dengan menuliskan tally pada lembar
observasi.
4. Hal di atas dilakukan hingga data baseline stabil dengan penyimpangan dari
mean maksimal sebesar 15%.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD WISANA. PAUD WISANA merupakan
28
Girang No. 08, RT. 06/05, Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota
Bandung. PAUD WISANA memiliki siswa Tunagrahita berjumlah satu orang.Ini
adalah tahun pertama anak tersebut bersekolah dengan usianya yang telah
mencapai 7 tahun. Adapun data anak tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Nama : ZS
2. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 17 September 2006
3. Usia : 7 tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Sekolah : PAUD WISANA
6. Alamat : Cihanjuang Cibaligo. RT. 03/02
7. Karakteristik
Di usianya yang ke 7 tahun, ZS masih harus dibantu dalam banyak hal.
Meskipun ia mampu menyuap makanan sendiri ke dalam mulut dengan sendok,
namun ia belum mampu memotong makanan dengan baik. ZS juga masih belum
mampu mengatakan keinginannya ketika ia ingin buang air, ia mengatakannya
setelah ia buang air di celana. Tidak hanya dalam hal kemandirian, dalam aspek
motorik halus maupun kasar ZS masih banyak mengalami kesulitan. Namun ia
sudah mampu berjalan, berlari walaupun lamban. Keseimbangan dan
koordinasinya masih belum mantap saat naik-turun tangga, saat meniti titian, saat
memanjat, menempel dan menulis. Pada aspek kognitif, ZS mampu menyebut
beberapa nama benda walaupun pelafalannya tidak tepat. ZS belum mengenal
konsep warna, saat ditanya tentang warna ia mampu menjawab dengan
mengucapkan beberapa nama warna secara membeo seperti merah dan pink,
tentunya nama warna tersebut seringkali tidak sesuai dengan warna yang
ditanyakan. Dalam aspek sosial emosional, ZS mampu menunjukkan apa yang ia
inginkan dan apa yang tidak ia inginkan, menunjukkan reaksi marah, tersenyum
29
seringkali mengekspresikan ketidaksukaannya terhadap orang lain, dan kondisi
tertentu dengan memukul orang, dan atau menggigit tanggannya. Ia akan
memukul siapapun yang ada didekatnya saat ia merasa tidak senang, bosan, atau
frustasi ketika tidak mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Hal ini membuatnya dijauhi oleh teman-temannya di sekolah.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan serangkaian kegiatan sistematis yang dilalui
oleh peneliti guna mencapai tujuan penelitian.Peneliti membagi prosedur
penelitian ini ke dalam empat tahapan yang di dalamnya terbagi lagi menjadi
kegiatan yang lebih spesifik. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan. Tahap persiapan ini terdiri dari; studi pendahuluan,
merumuskan masalah penelitian, menentukan landasan teoritis, dan
merumuskan kerangka berpikir .
2. Tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan pengumpulan
data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian, di dalamnya
termasuk penentuan metodologi, subyek penelitian, pengembangan instrumen
dan pengujian instrumen penelitian.
3. Tahap pengolahan dan analisis data. Setelah data-data yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian terkumpul, maka peneliti melakukan
pengolahan data dengan menyajikan data kedalam bentuk yang mudah untuk
diinterpretasikan serta dianalisis lebih lanjut. Setelah itu, data dilakukan
analisis data guna menghasilkan kajian yang lebih tajam, mendalam, dan luas
terhadap data yang ada.
4. Tahapan Kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti membuat kesimpulan yang
30
terkait dengan asumsi peneliti, serta keterbatasan-keterbatasan dalam
penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Sebelumnya telah disampaikan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perubahan perilaku agresif pada anak dengan satuan ukur frekuensi
untuk melihat berapa kali anak melakukan tindakan ini dalam sehari. berdasarkan
hal tersebut, maka instrument penelitian ini dirancang dalam bentuk pedoman
observasi untuk melihat frekuensi perilaku agresif memukul pada anak dalam
rentang waktu yang ditentukan dengan pencatatan menggunakan tally. Hal-hal
yang termuat dalam instrument ini yaitu adalah, waktu dan tempat observasi,
perilaku agresif yang diamati, subjek yang diamati, kolom pencatat frekuensi
perilaku, dan pengamat.
Selain pedoman observasi, alat lain yang terakait dengan penelitian ini adalah
aromaterapi berupa minyak esensial dan tungku pemanas. Aromaterapi diteteskan
sesuai dengan dosis yang dianjurkan, yaitu tiga tetes dalam setiap sesi selama 30
menit selama anak berada di dalam kelas dalam keadaan minim aktivitas.
F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan kegiatan
observasi secara untuk mencatat data variabel terikat pada saat perilaku agresif
memukul terjadi selama anak berada di sekolah. Pencatatan dilakukan dengan
memberikan tally pada setiap kejadian dalam pedoman observasi yang telah
31
Dalam penelitian dengan desain SSR khususnya, teknik pengolahan data
yang digunakan adalah dengan statistik deskriptif sederhana yang terfokus pada
data individu.Data disajikan dalam bentuk visual melalui grafik.Jenis grafik yang
digunakan yaitu, grafik garis yang bertujuan untuk menampilkan data secara
kontinyu. Ada tujuh komponen penting yang harus diperhatikan dalam membuat
grafik.Ketujuh komponen tersebut adalah; absis, ordinat, titik awal, skala, label
kondisi, garis perubahan kondisi, dan judul grafik.
Menurut Sunanto, dkk (2006), beberapa prinsip yang harus diperhatikan
untuk membuat grafik meliputi;
a. Absis dan Ordinat. Perbandingan yang dianggap baik antara ordinat dan absis adalah 2:3 karena dianggap paling sedikit mengandung kekeliruan
persepsi.
b. Variabel Terikat.Variabel terikat selalu diletakkan pada sumbu ordinat. Maka pada sumbu ordinat akan ditulis nama variabel terikat.
Absis (X)
0 1 2 3 4 5 6 7
60
40
20
Judul
Baseline Intervensi
[image:35.595.125.467.258.532.2]Garis Perubahan Kondisi
Grafik. 3.2 Komponen Grafik
32
c. Judul dan Kondisi. Pembuatan judul grafik haruslah mempertimbangkan kemudahan pembaca dalam memahami hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat.
d. Penampilan Data. Agar dapat membedakan secara jelas masing-masing target behavior, maka skor pada grafik harus menggunakan bentuk yang
spesifik seperti lingkaran, kotak, dan lain-lain.
e. Jejak Data. Jejak data harus digambarkan dengan garis lurus penuh, tidak putus-putus untuk menunjukan kontinyuitas.
f. Label Kondisi. Label kondisi menunjuk kepada fase baseline dan intervensi. A bisa menggunakan untuk mewakili baseline, dan B untuk mewakili
intervensi, atau dengan menulis nama intervensi dan kondisinya.
g. Garisi Perubahan Kondisi. Garis ini merupakan garis vertikal yang diletakkan anatara dua sesi untuk memisahkan kondisi eksperimen. Data
yang berada di depan dan di belakang garis ini tidak dihubungkan
G. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
analisis visual. Analisis visual dalam penelitian ini meliputi analisis dalam
kondisi dan analisis antar kondisi.
1. Analisis Dalam Kondisi
Analisis dalam kondisi dilakukan dengan menganalisa perubahan data dalam
suatu kondisi.Dalam penelitian ini terdapat dua kondisi, yaitu kondisi baseline
dan kondisi intervensi. Menurut Sunanto, dkk (2005) beberapa komponen
penting yang dianalisis pada analisis dalam kondisi meliputi;
a. Panjang kondisi. Panjang kondisi menunjuk kepada banyaknya data poin
dalam kondisi eksperimen. Panjangnya kondisi baseline tergantung kepada
33
stabil, maka pengukuran harus dilanjutkan hingga memperoleh kestabilan
data. Jika sesi pada kondisi baseline ini adalah sebanyak lima kali maka
panjang kondisinya adalah 5.
Pada kondisi intervensi, panjang pendeknya poin ditentukan pada jenis
intervensi yang diberikan, dampak terhadap subyek penelitian, serta stabilitas
data. Jika sesi pada kondisi intervensi ini misalkan adalah sebanyak enam
kali, maka panjang kondisinya adalah 6.
b. Estimasi kecenderungan arah. Kecenderungan arah data dalam suatu grafik
berfungsi memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti.
Kecenderungan arah suatau grafik menunjukkan perubahan pada setiap data
jejak dari sesi ke sesi. Dalam suatu grafik terdapat tiga jenis kecenderungan
arah, yaitu; 1) meningkat, 2) mendatar, dan 3) menurun. Masing masing
kondisi tersebut memiliki makna yang disesuaikan pada tujuan intervensi.
Penentuan kecenderungan arah dalam penelitian ini menggunakan
metodesplit-middle, dimana penentuan kecenderungan arah grafik
berdasarkan median data poin nilai ordinatnya. Langkah-langkah
menghitung estimasi kecenderungan arah menggunkan metode belah dua
(split-middle) menurut sunanto, dkk (2005) adalah seagai berikut;
1) Bagilah data pada fase baseline maupun intervensi menjadi dua bagian.
2) Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian (2a).
3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan (2b).
4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu
antara 2a dan 2b. Melalui penarikan garis kita dapat mengetahui apakah
arah trendnya naik atau menurun.
c. Kecenderungan Stabilitas. Analisis tingkat stabilitas dilakukan dengan
melihat pada level. Level disini maksudnya yakni, besar kecilnya data pada
sumbu Y dalam grafik. Dalam menganalisis suatu data, kita mengenal dua
34
menunjukkan besar kecilnya rentang data pada kelompok tertentu. Jika 80%
hingga 90 % data berada pada 15% di atas dan di bawah mean, maka
dikatakan stabil. Mean level pada suatu data didapat dengan menjumlahkan
semua seluruh data yang terdapat dalam ordinat, kemudian dibagi dengan
banyaknya data. Langkah menghitungnya adalah sebagai berikut;
1) Hitunglah rentang stabilitas dengan cara mengalikan skor tertinggi pada
data dengan kriteria stabilitas. Kriteria stabilitas yang digunakan disini
adalah 15% atau 0,5. Dari hasil kali tersebut maka didapatlah rentang
stabilitas.
2) Hitunglah mean level masing-masing fase dengan cara menjumlahkan
data pada tiap fase lalu dibagi dengan banyaknya sesi pada fase tersebut,
maka didapatlah mean level.
3) Tentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan
setengah dari rentang stabilitas.
4) Tentukanlah batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan
setengah dari rentang stabilitas.
5) Setelah didapatkan batas atas dan batas bawah, lihatlah berapa banyak
data yang berada dalam rentang batas atas dan batas bawah tersebut.
6) Tentukan presentase stabilitas dengan membagi banyaknya data poin
yang berada dalam rentang dengan banyak data poin seluruhnya. Hasil
bagi tersebut lalu di presentase kan. Data dikatakan stabil jika berada
pada presentase 80-90%.
d. Jejak data. Jejak data merupakan garis lurus yang menghubungkan satu sesi
ke sesi yang lain. Untuk menentukan kecenderungan jejak data, sama halnya
dengan kecenderungan arah. Maka dari itu masukkan hasil yang sama dengan
kecenderungan arah.
35
hingga yang tertinggi. Sebelumnya stabilitas data telah ditentukan saat
menghitung rentang stabilitas, maka saat menentukan level stabilitas dan
rentang dilakukan dengan menyatakan apakah data pada suatu kondisi
tersebut stabil atau tidak lalu tentukan rentangnya dari skor terendah hingga
yang tertinggi, misalkan; 2 adalah skor terendah, dan 16 adalah skor tertinggi,
maka rentangnya 2-16.
f. Level perubahan. Level perubahan menunjuk kepada perubahan data dalam
satu sesi. Menentukan level perubahan dilakukan dengan cara sebagai
berikut;
1) Tandai skor data hari pertama dan hari terakhir dalam tiap sesi.
2) Hitunglah selisih antara kedua data tersebut, yaitu data hari pertama dan
data hari terakhir dengan cara mengurangkan data yang terbesar dengan
yang terkecil. Misalkan untuk perilaku agresif, jika frekuensi tindakan
agresif pada hari pertama adalah delapan kali maka skornya adalah 8,
dan hari terakhir adalah 10, maka 10-8=2.
3) Tentukan arahnya menaik atau menurun. Karena bertambahnya
frekuensi perilaku agresif menandakan kondisi yang memburuk maka
level perubahannya diberi (-) atau disini dituliskan -2. Beri tanda (-) jika
memburuk, (+) membaik, (=) jika tidak ada perubahan.
2. Analisis Antar Kondisi
Analisis antar kondisi dilakukan dengan melihat perubahan antar
kondisi.Sebelum melakukan analisis antar kondisi, maka peneliti harus
memastikan bahwa data stabil.Analisis komponen di atas pada dasarnya dilakukan
berdasarkan data pada analisis dalam kondisi. Menurut Sunanto, dkk (2006),
terdapat lima komponen dalam analisis antar kondisi, yaitu:
a. Jumlah variabel yang diubah. Dalam penelitain ini, jumlah variabel yang
36
b. Perubahan kecenderungan dan efeknya. Menentukan perubahan
kecenderungan arah dalam analisis antar kondisi dilakukan dengan
mengambil data pada analisis dalam kondisi. Jika kondisi sesudahnya lebih
baik daripada kondisi sebelumnya maka perubahan kecenderungan dan
efeknya dikatakan positif.
c. Perubahan stabilitas. Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas antar
kondisi dilakukan dengan melihat kecenderungan arah pada fase baseline
(A1), intervensi (B), dan baseline (A2) pada rangkungan analisis kondisi. Jika
pada fase baseline (A1) tidak stabil atau variabel, sedangkan pada fase
intervensi (B) stabil, maka perubahan kecenderungan stabilitasnya dalah
variabel ke stabil.
d. Perubahan level. Menentukan level perubahan dilakukan dengan cara:
1) Tentukan data poin dalam kondisi baseline (A) pada sesi terakhir,
misal: 18.
2) Tentukan data poin dalam kondisi intervensi (B) pada sesi pertama,
misal:12.
3) Hitunglah selisih antara keduanya, yaitu 18-12=6.
4) Karena perubahannya adalah menurun dan yang menjadi target
bihaviornya adalah perlaku agresif, maka maknanya adalah membaik
dan diberi tanda (+).
e. Data overlap. Analisis overlap dilakukan untuk melihat seberapa baik
pengaruh intervensi terhadap target bihavior. Semakin kecil persentase
overlap, maka semakin baik pengaruh intervensi. Adapun langkah
menentukan overlap adalah sebagai berikut:
1) Lihatlah kembali batas atas dan bawah pada kondisi baseline.
2) Hitunglah banyaknya data poin pada kondisi intervensi yang berada
37
3) Perolehan pada langkah (2) dibagi dengan banyaknya data poin dalam
kondisi intervensi, kemudian dikalikan 100, maka diperoleh presentase
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Hasil analisis dalam kondisi menunjukkan perubahan membaik pada kondisi
intervensi (B). Membaik disini maksudnya adalah terjadi penurunan frekuensi
memukul orang lain yang dilakukan oleh subjek ZS. Namun, pada fase baseline 2
(A2), kondisi subjek cenderung tidak terjadi perubahan. Hasil analisis antar
kondisi menunjukkan bahwa kondisi subjek pada fase intervensi (B) semakin
membaik jika dibandingkan dengan fase baseline 1 (A-1). Namun, kondisi subjek
pada pada fase baseline 2 (A-2) semakin memburuk jika dibandingkan dengan
fase intervensi (B). Memburuk disini maksudnya adalah terjadi peningkatan
frekuensi memukul orang lain yang dimunculkan oleh subjek ZS pada fase
baseline 2 (A-2) jika dibandingkan dengan fase intervensi (B). Selain itu, hasil
analisis antar kondisi menunjukkan intervensi berpengaruh tinggi terhadap target
behavior, yang dapat dilihat dari rendahnya presentase overlap.
Berdasarkan hasil temuan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
penggunaan aromaterapi cendana pada saat pembelajaran di ruang kelas
berpengaruh terhadap menurunnya frekuensi perilaku agresif pada subjek ZS.
Hasil yang dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa saat sensori penciuman anak
distimuli oleh aromaterapi akan menurunkan frekuensi memukul orang lain yang
muncul pada subjek ZS. Namun, efek dari intervensi tersebut tidak begitu
berpengaruh setelah pemberian aromaterapi dihentikan. Kondisi perilaku agresif
subjek hampir kembali seperti sebelumnya, namun dapat dikatakan lebih baik
walaupun perbedaan tersebut tidak signifikan.
B. Rekomendasi:
65
Dari hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh positif penerapan
aromaterapi cendana di ruang kelas terhadap menurunnya frekuensi perilaku
agresif, maka guru dapat menggunakan pendekatan ini sebgai salah satu cara
untuk mengatasi masalah perilaku agresif yang muncul pada ZS Peneliti
menyarankan pendekatan ini sebagai suatu dukungan, maksudnya adalah dengan
tidak mengabaikan metode lain yang sesuai dengan anak dan menunjang untuk
diterapkan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi suatu langkah awal pengembangan metode untuk
mengatasi masalah perilaku pada anak berkebutuhan khusus. Peneliti selanjutnya
dapat mengkaji pada subjek atau target behavior yang berbeda, Kekurangan yang
DAFTAR PUSTAKA
Albers, dkk. (2009). Namaku Bukan Si Lamban. PT. Intan Sejati Klanten: Sleman.
Alimin & Rochyadi. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Andri & Kusumawardani. (2007). The Nourobiology of Borderline Personality Disorder: Biological Approach In Impulsive and Aggressive Behavior.
Dalam: Majalah Kedokteran Indonesia. [Online]. Vol: 57, (4), 5 halaman. Tersedia:http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/view /499 [20 Desember 2013]
Anonim. (2013). Pengertian dan Fungsi Aromaterapi [Online]. Tersedia: http://prefesional-consultan.blogspot.com/2013/03/pengertian -fungsi-aroma-terapi.html?m[29 Juni 2013]
Asri, P. (2007). Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195103261 979032-PUDJI_ASRI/Anak_Tunagrahita.pdf [14 Februari 2014]
Baron, dan Byrne. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Ratna Djuwita,dkk. Erlangga: Jakarta.
Betsy, dkk. (2008). Snoezelen® : Empirical Review of Product Representation. Dalam: Focus on Autism and Developmental Disability. [Online], Vol 23, (3), 11 halaman. Tersedia: http://foa.sagepub.com/content/23/3/138 [24 Juni 2013]
Boere, G. (2010). Psikologi Sosial. Diterjemahkan oleh: Ivan Tri Putra. Primassophie: Jogjakarta.
67
Heffiner, GJ. (2002). Dealing with Tantrum. [Online].
Tersediahttp://www.bbbbutism.com [26 Juni 2013]
Hidayat: Agresi Pada Remaja. Republika. Retrieved January, 02, 2014. From: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/pikiranrakyat-20121001-agresipadaremaja.pdf. Oktober, 01, 2012
Hutasoit, A. (2002). Aromatherapy Untuk Pemula. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Jensen, E. (2010) . Guru Super dan Super Teching. Diterjemahkan oleh: Benyamin Molan. Jakarta Barat: PT. Indeks.
Jumarani, L. (2009) . The Essenee of Indonesian Spa. PT. Gramedia Pustaka; Utama: Jakarta.
Lotan, M. (2007). Alternative Therapeutic Intervention for Individuals with Rett Syndrome. Dalam: The Scientific World Journal. [Online], Vol 4 (7), 18 halaman. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/17619753/ [26 Juni 2013]
Meier. D. (2000). The Accelerated Learning Handbook. [Online]. Tersedia: http//www.psikiyatr.com/other/learninghandbook_2.pdf. [27 Juni 2014]
Passamonti et al. (2012). Effects of Acute Tryptophan Depletion on Prefrontal-Amygdala Connectivity While Viewing Facial Signals of Aggression. Dalam: Biological Psychiatry Journal. [Online], Vol 71 (1), 7 halaman. Tersedia: http://www.biologicalpsychiatryjournal.com/article/S0006-3223%2811%2900780-3/fulltext [13 April 2014]
Payne & Ratton. (1981). Mental retardation. Charles E. Merril Publishin Company: Ohio
Pinzon, dkk. (2006). Peran Serotonin Pada Gangguan Spektrum Autistik. Dalam: Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi. [Online]. Vol: 19, (04), 4
halaman. Tersedia:
http://www.google.com/search?site=&source=hp&ei=I27eUoq5PM3GrAe YkIGoBg&q=dexa+media+no.+4+vol+19+&oq=dexa+media+no.+4+vol+ 19+&gs_l=mobile-gws
68
Primadiati. (2002). Aromaterapi Perawatan Alami Untuk Sehat dan Cantik. PT. Gramedi Pustaka Utama: Jakarta.
Riduwan. (2012). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Alfabeta: Bandung.
Shapiro, dkk. (1997). The Evicasy of The Snoezelen in The Management Children with Mental Retardation Who Axhibit Maladaptive Behavior. Dalam: The British Journal of Developmental Disablity. [Online]. Vol 43, (85), 11halaman.Tersedia:http://www.hindawi.com/journals/tswj/2007/371790/a bs [26 Juni 2013]
Sivarman, A. (2005). Effectiveness Of Sensory Stimulation Techniques On Sensory Perceptual Ability And Emotional Wellbing Of Mentally Challenged Children Attending A Selected Special School Ini Manglore. Disertasi Master of Sience pada Rajiv Ghandi University of Healty Sience, Bangalore, Karnataka: tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Jakarta.
Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. PT. Refika Aditama: Bandung.
Sunanto, dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. UPI Press: Bandung
Sunu, C. (2012) . Panduan memecahkan masalah autism Unlocking Autism. Lintangterbit: Yogyakarta.
Taniredja, T & Mustafidah, H. (2012) . Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Alfabeta: Bandung.
Wijaya, A. (2013). Teknik Mengajar Siswa Tunagrahita. Imperium: Yogyakarta.