• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA LOW VISION KELAS I SDLB DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA LOW VISION KELAS I SDLB DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA

LOW VISION KELAS I SDLB DI SLB NEGERI A

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Marlinda Ratnasari Sukandi 1000212

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014

(2)

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA LOW VISION

KELAS I SDLB DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

Oleh

Marlinda Ratnasari Sukandi

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Marlinda Ratnasari Sukandi 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,

(3)

MARLINDA RATNASARI SUKANDI

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA LOW

VISION KELAS I SDLB DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI A

KOTA BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Hj. Ehan, M.Pd. NIP. 19570712 198403 2 001

Pembimbing II

Drs. Ahmad Nawawi, M.Pd. NIP. 19541207 198112 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI Bandung

(4)

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1. Tujuan Penelitian ... 2. Manfaat Penelitian ... BAB II PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA

SISWA LOW VISION... A.Low Vision ... 1. Pengertian Low Vision ... 2. Klasifikasi Low Vision... 3. Ciri-ciri Low Vision ... 4. Alat bantu Low Vision... B.Konsep Dasar Pembelajaran ... 1. Pengertian Pembelajaran ... 2. Komponen-komponen Pembelajaran ... C.Konsep Dasar Membaca Permulaan ... 1. Pengertian Membaca... 2. Pengertian Membaca Permulaan...

(5)

x

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Aspek-aspek Membaca... 4. Membaca Permulaan pada Siswa Low Vision... 5. Pendekatan Pengajaran Siswa Low Vision... 6. Identifikasi Kebutuhan... 7. Memahami Keterampilan Membaca bagi Siswa Low

Vision...

8. Kesiapan Membaca ... BAB III METODE PENELITIAN ... A.Tempat Penelitian ... B.Metode Penelitian ... C.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 1. Instrumen Penelitian ... 2. Teknik Pengumpulan Data ... D.Pengujian Keabsahan Data ... E. Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A.Hasil Penelitian ... 1. Perencanaan Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa

Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung...

2. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung...

3. Hambatan Yang Dialami Oleh Guru Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan di SLBN-A Kota Bandung... 4. Cara Mengatasi Hambatan Yang Dialami Oleh Guru

Selama Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota

Bandung... 5. Sarana Dan Prasarana Yang Di Sediakan Oleh Sekolah

Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung...

(6)

B.Pembahasan ... 1. Perencanaan Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa

Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung ... 2. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa

Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung... 3. Hambatan Yang Dialami Oleh Guru Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan di SLBN-A Kota Bandung... 4. Cara Mengatasi Hambatan Yang Dialami Oleh Guru

Selama Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung... 5. Sarana Dan Prasarana Yang Di Sediakan Oleh Sekolah

Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung... C.Hasil Pengujian Keabsahan Data... BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI...

A.Simpulan ... B.Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP PENULIS

72

72

72

74

75

(7)

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA LOW

VISION KELAS I SDLB DI SLB NEGERI A

KOTA BANDUNG

Penelitian ini meneliti mengenai Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLB Negeri A Kota Bandung dengan subjek penelitian guru pendidikan khusus dan siswa Low Vision. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tentang Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLB Negeri A Kota Bandung. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi teknik. Analisis data yang digunakan yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan temuan hasil penelitian, Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLB Negeri A Kota Bandung dimulai dengan dilakukannya asesmen kondisi penglihatan fungsional, asesmen kesiapan belajar, asesmen media belajar, asesmen bahan ajar, dan asesmen alat bantu, lalu berdasarkan hasil asesmen tersebut dirancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Kemudian di dalam pelaksanaan pembelajarannya guru terlebih dahulu mengenalkan huruf kepada siswa, apabila siswa telah mengenal huruf kemudian siswa dikenalkan dan dicobakan belajar membaca suku kata sederhana, apabila siswa sudah dapat membaca suku kata sederhana, maka siswa belajar membaca kata-kata sederhana. Proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision tidak terlepas dari adanya hambatan-hambatan yang dialami oleh guru, hambatan tersebut ada yang diakibatkan oleh kondisi siswa Low Vision itu sendiri dan ada juga karena sarana dan prasarana yang disediakan sekolah dalam menunjang pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision masih belum lengkap.

(8)

iii ABSTRACT

STUDENT LEARNING TO READ THE BEGINNING LOW VISION IN CLASS I SDLB SLB COUNTRY A BANDUNG

This study examines the Beginnings Learning Reading In Class I SDLB Low Vision Students in SLB A Bandung with special education teacher research subjects and Low Vision students. This study was conducted to find out about the Student Learning Beginning Reading Low Vision Class I SDLB in SLB A Bandung. The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. Data collection techniques used were interviews, observation, and study documentation. Testing the validity of the data is done by using triangulation techniques. Analysis of the data used by data reduction, data display and drawing conclusions and verification. Based on the research findings, Learning Beginning Reading In Class I SDLB Low Vision Students in SLB A Bandung begins with doing a functional vision assessment conditions, assessment of learning readiness, learning media assessment, assessment of teaching materials, and assessment tools, and based on the results of the assessment the lesson plan is designed. Then in the implementation of learning teacher introduces letters prior to the student, if the student has been introduced to recognize letters and the student then tried to learn to read simple syllables, if the students are able to read simple syllables, the students learn to read simple words. The process of learning to read at the beginning of the Low Vision students are not separated from the constraints experienced by teachers, the existing barriers caused by the condition of Low Vision students themselves and there is also due to the facilities and infrastructure provided by the school to support students learning to read the beginning of the Low Vision still incomplete.

(9)

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu bidang pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai, karena tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, seseorang akan mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Hal ini karena membaca tidak hanya berguna untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi juga berguna untuk mata pelajaran lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Lerner (dalam Abdurrahman, 2009, hlm. 200) yang menyatakan :

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika siswa pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu siswa harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.

Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: (1) Keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills); (2) Keterampilan berbicara (speaking skills); (3) Keterampilan membaca (reading skills); (4) Keterampilan menulis

(writing skills) (Dawson dalam Tarigan, 2008, hlm. 1).

(10)

Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan orang tersebut mampu memperluas daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya karena kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri.

Kegiatan membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi, ide, makna dalam teks bebas, narasi, prosa ataupun puisi dalam suatu karya tulis ataupun tidak tertulis. Kemampuan membaca yang baik ditentukan dari tiga aspek, yaitu pemahaman, kecepatan, dan ketelitian. Kemampuan membaca tidak sekadar menyuarakan bunyi-bunyi bahasa dalam suatu teks bacaan, tetapi membaca melibatkan pemahaman, memahami apa yang dibaca, apa maksudnya dan apa implikasinya. Seperti yang dikemukakan oleh Broto (dalam Abdurrahman, 2009, hlm. 200) “Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan”

Berbekal kemampuan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan, serta mempermudah pola pikirnya untuk berpikir lebih kritis. Kegiatan pembelajaran membaca yang dilakukan siswa diharapkan dapat memberikan tanggapan yang tepat pada informasi yang telah dibaca. Selain itu, membaca juga dapat menjadi kunci pembuka ilmu pengetahuan, dengan berbekal pengetahuan seorang siswa akan mampu mendalami berbagai ilmu dan mengambil manfaatnya sebagai usaha untuk mengoptimalkan tujuan belajar yang sesungguhnya.

Keterampilan membaca perlu dimiliki oleh setiap orang baik orang normal maupun orang yang memiliki hambatan tak terkecuali siswa tunanetra, agar mereka seperti siswa normal pada umumnya. Adapun menurut pendapat Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) (dalam Tarsidi, 2009, hlm. 1) mengungkapkan:

(11)

3

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas).

Aktivitas membaca bagi siswa tunanetra yang buta total berbeda dengan siswa tunanetra yang kurang awas atau Low Vision. Siswa yang buta total dibantu dengan menggunakan huruf Braille untuk kemudahan belajarnya, sedangkan siswa Low Vision dibantu dengan media yang dapat mengoptimalkan sisa penglihatan yang dimilikinya. Menurut Tarsidi (2009, hlm. 7) mendefinisikan Low Vision sebagai berikut :

Seseorang dikatakan tunanetra ringan (low vision) apabila setelah dikoreksi penglihatannya masih sedemikian buruk tetapi fungsi penglihatannya dapat ditingkatkan melalui penggunaan alat-alat bantu optik dan modifikasi lingkungan. Siswa kurang awas belajar melalui penglihatan dan indera-indera lainnya. Dia mungkin akan membaca tulisan yang diperbesar (large print) dengan atau tanpa kaca pembesar, tetapi dia juga akan terbantu apabila belajar Braille atau menggunakan rekaman audio. Keberfungsian penglihatannya akan tergantung pada faktor-faktor seperti pencahayaan, alat bantu optik yang dipergunakannya, tugas yang dihadapinya, dan karakteristik pribadinya.

(12)

tersebut ada yang penglihatannya sentral, perifer, cerobong, ada yang melihat dari atas, samping kanan, samping kiri, dan juga dari bawah.

Berdasarkan alasan itu, peneliti merasa terpanggil dan tertarik mangadakan penelitian ini dengan judul “ Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa

Low Vision Kelas I SDLB Di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung”

B. Fokus Masalah

Pada penelitian ini, masalah berfokus pada bagaimana pembelajaran membaca permulaan bagi siswa Low Vision di SLBN-A Kota Bandung, yang secara rinci dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung?

3. Hambatan apa saja yang dialami oleh guru dalam pembelajaran membaca permulaan di SLBN-A Kota Bandung?

4. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang dialami oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung?

5. Bagaimana sarana dan prasarana yang di sediakan oleh sekolah dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung?

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

a. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung.

(13)

5

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Mengetahui perencanaan kegiatan membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung.

2) Mengetahui pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung.

3) Mengetahui Hambatan apa saja yang dialami oleh guru dalam pembelajaran membaca permulaan di SLBN-A Kota Bandung.

4) Mengetahui cara mengatasi hambatan yang dialami oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung.

5) Mengetahui sarana dan prasarana yang di sediakan oleh sekolah dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung.

2. Kegunaan

Kegunaan penelitian ini dibagi secara teoritis dan praktis. a. Manfaat Teoritis :

1) Sebagai karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi lembaga pendidikan luar biasa pada khususnya.

2) Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai permasalahan dalam pembelajaran membaca pada siswa Low Vision.

b. Manfaat Praktis 1). Bagi Guru

Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai pembelajaran membaca permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung.

2). Bagi Sekolah

(14)
(15)

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tempat Penelitian

Tempat Penelitian pada prakteknya tidak akan terlepas dari latar yang menjadi tempat diperolehnya sumber data. Tempat penelitian disini mengambil latar di Kelas I SDLB SLBN-A Kota Bandung. Penelitian dilakukan pada saat kondisi subjek yaitu guru pendidikan khusus dan siswa Low Vision sedang melaksanakan pembelajaran membaca permulaan di kelas dan saat pembelajaran telah selesai.

B.Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode sangat diperlukan karena bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang diteliti agar mencapai tujuan yang diharapkan. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pemecahan suatu masalah yang dihadapi dan dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan logis dalam suatu kegiatan penelitian. Pada hakekatnya setiap penelitian memiliki metode penelitian tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian itu sendiri seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 3) bahwa “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

(16)

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.

Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2013, hlm. 4) mengemukakan bahwa “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari prang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.”Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (dalam Moleong,

2013, hlm. 4) mendefinisikan bahwa ”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.” Dalam penelitian ini pengamatan pada manusia dilakukan kepada guru dan siswa. Guru yang dimaksud disini yaitu guru yang mengajarkan membaca permulaan pada siswa Low Vision kelas I SDLB, sedangkan yang dimaksud dengan siswa yaitu anak Low Vision yang berada di kelas I SDLB. C.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

a. Instrumen Penelitian

Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil penelitian dan sangat tergantung pada kualitas data yang diperoleh dari sumber data yang tepat melalui pengungkapan atau instrumen yang berkualitas. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti, seperti yang dikemukakan Sugiyono (2010, hlm. 305) bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.”

(17)

40

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konsep Human Instrument dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta–fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2010, hlm. 306) menyatakan:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Adapun di dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Seperti yang diungkapkan Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 306-307 ) yang menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebegai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitia itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya di mana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen kunci dan alat pengumpul data adalah peneliti sendiri.

Adapun instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti sendiri adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara

(18)

INDIKATOR PERTANYAAN

(19)

42

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b.Tahap Inti 1) Pendekatan

2) Strategi

(20)
(21)

44

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5 Bagaimana

Tabel 3.2 Instrumen Pedoman Wawancara

NO PERTANYAAN JAWABAN

1. Apakah ibu/bapak melakukan asesmen kondisi penglihatan fungsional sebelum mengajarkan membaca permulaan pada siswa Low Vision?

(22)

pada siswa Low Vision? 3. Apakah ibu/bapak melakukan

asesmen media belajar sebelum mengajarkan membaca permulaan pada siswa Low Vision?

4. Apakah ibu/bapak melakukan asesmen bahan ajar sebelum mengajarkan membaca permulaan pada siswa Low Vision?

5. Apakah ibu/bapak melakukan asesmen alat bantu sebelum mengajarkan membaca permulaan pada siswa Low Vision?

6. Apakah ibu/bapak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebelum

mengajarkan membaca permulaan pada siswa Low Vision?jelaskan! 7. Apakah ibu/bapak menyiapkan

media pembelajaran pada saat akan melaksanakan pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

8. Apakah ibu/bapak menyiapkan alat bantu yang sesuai pada saat akan melaksanakan pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

9. Apakah ibu/bapak

(23)

46

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu akan melaksanakan pembelajaran

membaca permulaan pada siswa Low Vision?

10. Apakah ibu/bapa selalu mengecek kehadiran siswa/mengabsen sebelum pembelajaran dimulai?

11. Apakah ibu/bapak melakukan apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan?

12. Bagaimana strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

13. Metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

14. Pendekatan apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

(24)

yang digunakan dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

16. Media apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

17. Alat bantu apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

18. Menurut ibu/bapak, bagaimana tahapan-tahapan di dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?jelaskan!

19. Apa saja materi yang diberikan pada saat pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

20. Apa ada kiat-kiat tertentu yang dapat memudahkan siswa Low Vision belajar membaca

permulaan?

(25)

48

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu permulaan?

22. Bagaimana evaluasi pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision yang ibu/bapak

lakukan?

23. Apa saja hambatan atau

kesulitan–kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

24. Apakah terdapat hambatan yang berhubungan dengan kondisi penglihatan siswa di dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision? 25. Apakah terdapat hambatan yang

berhubungan dengan kesiapan siswa di dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision?

26. Apakah terdapat hambatan yang berhubungan dengan motivasi siswa di dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision?

27. Apa saja kesulitan-kesulitan yang ibu/bapak hadapi ketika siswa Low Vision membaca permulaan?

(26)

berkaitan dengan sarana dan prasarana ?

29. Apa saja yang dilakukan oleh ibu /bapak dalam mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran

membaca permulaan pada siswa Low Vision?

30. Apakah bapak/ibu melakukan kerjasama dengan pihak lain?jelaskan!

31. Bagaimana program tindak lanjut dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

32. Bagaimana pelaksanaan program tindak lanjut dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

33. Berapa jumlah tenaga pendidik dalam membantu pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision?

34. Bagaimana kelengkapan sarana pembelajaran yang disediakan oleh sekolah dalam menunjang pembelajaran membaca

(27)

50

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Vision?sebutkan!

35. Bagaimana kelengkapan prasarana pembelajaran yang disediakan oleh sekolah dalam menunjang pembelajaran

membaca permulaan pada siswa Low Vision?sebutkan!

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi

NO ASPEK INDIKATOR SUB INDIKATOR NO. Low Vision Kelas I

SDLB di SLBN-A

4) Asesmen bahan ajar 5) Asesmen alat bantu 6) Pembuatan RPP Low Vision Kelas I

SDLB di SLBN-A

(28)

Kota Bandung?

1) Sarana dan prasarana meliputi:

(29)

52

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Guru/tenaga Low Vision Kelas I

SDLB di SLBN-A 3) Rumah sakit mata 4) Dokter mata Low Vision Kelas I

(30)

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi

NO PERNYATAAN HASIL OBSERVASI

1. Persiapan perencanaan

Pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision

2. Tahap awal pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision

3. Tahap inti pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision

4. Tahap akhir pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision

5. Faktor internal yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision

6. Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision

7. Kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision

8. Program tindak lanjut yang dirancang untuk mengatasi hambatan yang dialami dalam pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision

9. Jumlah tenaga pendidik

(31)

54

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu permulaan siswa Low Vision

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik triangulasi di mana menurut Sugiyono (2010, hlm. 330) bahwa “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.” Triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi teknik seperti yang dikemukakan Sugiyono (2010, hlm. 330) bahwa:

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek di mana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Observasi dilakukan untuk melihat keadaan atau situasi dari masalah yang diamati . Seperti yang dikemukakan Marshall (dalam Sugiyono, 2010, hlm.

310) bahwa “melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari

perilaku tersebut.”

Hadi (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.”

(32)

langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, observasi adalah pengamatan langsung pada natural setting bukan setting yang sudah direkayasa. Seperti yang dikemukakan Satori dan Komariah (2013, hlm. 105) bahwa “pengertian observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.”

Faisal (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 310) mengklasifikasikan observasi

menjadi “observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara

terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi tak berstruktur (unstructured observation).” Selanjutnya Spradley (dalam Sugiyono, hlm. 310) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu passive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.

Adapun observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi partisipatif di mana dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Stainback (dalam Sugiyono, 2010, hlm.

311) bahwa “Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang

dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasid alam kegiatan mereka.”

2. Wawancara

Menurut Sudjana (dalam Satori dan Komariah, 2011, hlm. 130) “wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya (interviewee).”

(33)

56

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat berbagai macam jenis wawancara, seperti yang dikemukakan oleh Esterberg (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 319) bahwa “beberapa macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.”

Wawancara dalam penelitian ini yaitu menggunakan wawancara mendalam semiterstruktur di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Sugiyono (2010, hlm. 320) :

Tujuan dari diadakannya wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. dan dilakukan kepada guru yang ada di SLBN-A Pajajaran kota Bandung.

3. Studi Dokumentasi

Selain sumber manusia melalui observasi dan wawancara, teknik sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi maupun tidak resmi. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 329) bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.” Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dengan teknik dokumentasi ini, dapat memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni dan karya pikir seperti menurut Sugiyono (2010, hlm. 329) yang mengemukakan:

(34)

Studi dokumentasi dalam penelitian ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara agar hasil dari observasi dan wawancara akan lebih dapat dipercaya.

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, 2010, hlm. 329)

D.Pengujian Keabsahan Data

Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah pemeriksaan keabsahan data, hal ini dilakukan agar data-data yang sudah diperoleh diuji keabsahannya. Selain itu pemeriksaan keabsahan data dilakukan untuk mengetahui apakah data-data tersebut sudah valid atau dapat dipercaya. Untuk menilai apakah data-data-data-data yang sudah diperoleh tersebut sudah valid atau dapat dipercaya, maka peneliti harus melakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti, sebab data-data yang bisa atau dapat diteliti hanyalah data-data yang sudah valid. Sedangkan untuk kevalidan suatu data dapat dilihat dari substansi, sumber data dan pengambilan datanya.

Adapun pengujian keabsahan data meliputi beberapa teknik atau langkah-langkah dalam melakssiswaan pemeriksaan keabsahan data (pengolahan data) tersebut adalah sebagai berikut:

(35)

58

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sugiyono (2010, hlm. 372) menyatakan bahwa “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”.

Adapun di dalam penelitian ini digunakan triangulasi dengan teknik yang berarti mengecek data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang berbeda dari suatu sumber data. Hal ini Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 373) bahwa “triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka triangulasi dengan teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu dilakukan dengan proses analisis data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang kemudian direduksi atau dibuang yang tidak perlu dari datanya dengan cara menyeleksi (memilih) data mana yang dapat diolah (yang sesuai dengan tujuan penelitian), dan data mana yang tidak dapat diolah, kemudian dirinci, ditajamkan, digolongkan atau dikelompokkan, diarahkan dan setelah itu disusun atau dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis kontan dan diorganisasi dengan cara sedemikian rupa dengan menggunkan analisis domain berdasarkan kategori-kategori tertentu yang ditemukan sesuai dengan pertanyaan penelitian untuk membaca permulaan dan membandingkan antara jawaban satu dengan jawaban yang lainnya. Setelah itu kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan pengecekan silang antara data tersebut yang setiap datanya disilangkan atau dicrosschek dengan data yang lainnya sehingga validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan karena data akhir yang didapat merupakan hasil dari perbandingan dari berbagai data yang ada.

(36)

mampu memberikan masukan dalam penelitian ini, seperti diskusi dengan dosen pembimbing penelitian yang mempunyai keahlian dalam bidang yang sama dengan penelitian. Selain itu, diskusi dengan informan juga dilakukan untuk mencari kebenaran tentang masalah yang berkaitan dengan tema penelitian yang dilakukan setelah peneliti mendapat temuan lapangan yang berhubungan dengan penelitian.

E.Analisis Data

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data melalui berbagai tehnik, selanjutnya dilakukan pengolahan data atau analisis data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 333) bahwa “dalam penelitian kualitataif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh”. Bogdan (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 334) menyatakan:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Selain itu, Stainback (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 335) mengemukakan bahwa “analisis data merupakan hal yang kritis dalam penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.” Sugiyono (2010, hlm. 335) pun mengemukakan:

(37)

60

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah diperoleh, yang telah dikumpulkan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, baik itu data skunder maupun data primer. Untuk selanjutnya dari catatan lapangan tersebut dilakukan pengolahan data dengan cara dibaca, ditelaah dan dipelajari untuk membuat atau memberi kode dan menuliskan sebuah memo penelitian yang akan disusun menurut tipologi. Setelah itu dilakukan analisis dengan membandingkan apa yang ditemukan dari data-data di lapangan dengan apa yang dikatakan dalam kepustakaan profesional dan berdasarkan studi literatur dari sumber-sumber yang terkait dengan kegiatan penelitian ini. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 335) menyatakan:

Analisis data kualitataif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hopotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik teriangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Adapun proses analisis data yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010, hlm. 246) bahwa:

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verivication.

Adapun sistematika proses analisis data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data (data reduction)

(38)

bentuk analisis data dengan cara membuang yang tidak perlu dari isi data, merinci, menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, yang kemudian disusun atau dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten dan diorganisasi dengan cara sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Setelah itu kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan pengecekan silang antara keempat data yang setiap sumber datanya disilangkan atau dicrosschek dengan sumber data lainnya sehingga validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan karena data akhir yang didapat merupakan hasil dari perbandingan berbagai sumber data yang ada. Sugiyono (2010, hlm. 339) mengemukakan bahwa “dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh

tujuan yang akan dicapai”. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada

penemuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

2. Penyajian Data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data merupakan sekumpulan data atau informasi tersusun dari berbagai sumber, baik itu dari data primer maupun data sekunder yang terbukti telah diuji dan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan (selama penelitian) yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (didisplaykan). Seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 341) bahwa “dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakankerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.”

(39)

62

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 246) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Menarik kesimpulan dan verifikasi dilakukan diakhir di mana sebelum menarik kesimpulan dan verifikasi, peneliti sejak awal pengumpulan data mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.

Berdasarkan dari penggumpulan data tersebut didapat kesimpulan-kesimpulan awal yang masih bersifat sementara yang kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya dukungan data-data atau bukti-bukti yang valid, mantap dan kuat yang mendukung dari data tersebut. Setelah itu, kesimpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung sehingga makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni sebagai validitas dari data itu sendiri, sehingga dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 345) bahwa “kesimpulan awal yang di kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya”. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 345) mengemukakan:

(40)

A.Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan mengenai pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung maka penulis akan memaparkan kesimpulan penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision dimulai dengan melakukan asesmen. Asesmen yang dilakukan yaitu asesmen penglihatan fungsional, kesiapan belajar, media belajar, asesmen bahan ajar, dan asesmen alat bantu. Setelah asesmen selesai dilaksanakan, maka dibuat RPP nya.

(41)

93

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diketahui seberapa jauh sisa penglihatan siswa, maka siswa dikenalkan kepada huruf dari a-z tentunya dengan media pembelajaran yang dimodifikasi, baik itu dari ukuran huruf maupun dari warna kertas dan huruf yang akan digunakan sebagai media pembelajaran. setelah siswa mengenal huruf dari a-z. siswa belajar membaca suku kata sederhana, lalu apabila suku kata telah mampu dibaca dengan baik oleh siswa, maka tahap selanjutnya yaitu siswa mulai belajar membaca kata sederhana.

3. Hambatan yang dialami oleh guru dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor internal diakibatkan oleh kondisi penglihatan siswa Low Vision, kesiapan siswa untuk belajar baik secara fisik, intelektual, dan emosi, motivasi siswa unuk belajar dan minat siswa untuk belajar.

b. Faktor eksternal diakibatkan oleh masih belum lengkapnya sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak sekolah berupa alat bantu Low Vision seperti meja baca, typoscope, snellen chart, campimeter, kondisi ruangan kelas yang belum memadai apabila digunakan oleh siswa Low Vision untuk belajar karena pencahayaannya masih kurang, warna cat ruangan kelas, serta jumlah tenaga pendidik yang membantu pelaksanaan proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision masih kurang.

(42)

kerjasama yang dilakukan bersama rekan sejawat, sehingga apabila terdapat hambatan atau kesulitan maka didiskusikan bersama rekan sejawat dan kemudian saling memberikan masukan dan kritikan, hal ini bertujuan agar setiap hambatan dapat terselesaikan dan proses pembelajaran membaca pada siswa Low Vision akan berjalan dengan lancar dan baik.

5. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah dalam menunjang proses pembelajaran membaca permulaan siswa Low Vision masih terbatas dan belum lengkap. Hal ini terlihat dari kondisi ruangan kelas yang tidak memenuhi syarat apabila dijadikan tempat belajar bagi siswa Low Vision karena kondisi pencahayaan di ruangan kelas tersebut kurang akibat jendela di ruangan kelas tersebut di cat sehingga ruangan kelas kurang mendapatkan pencahayaan yang cukup. Selain itu alat bantu dan media pembelajaran yang disediakan sekolah masih belum lengkap, alat bantu yang sangat penting sehingga guru harus membuat media pembelajaran sendiri untuk digunakan di dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision antara lain meja baca khusus untuk siswa Low Vision, typoscope, lampu baca, CCTV, snellen chart, dan campimeter.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa temuan di lapangan yang berkaitan dengan pembelajaran membaca permulaan pada iswa Low Vision kelas I SDLB di SLBN-A Kota Bandung yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa hal yang penulis akan ungkapkan mengenai rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait, baik kepada guru-guru, sekolah ataupun kepada peneliti selanjutnya antara lain sebagai berikut:

1. Sekolah

(43)

95

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

alat bantu Low Vision seperti menyediakan meja baca khusus untuk siswa Low Vision, lup, kacamata, CCTV, Snellen Chart, dll., memperbaiki ruangan kelas

agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa Low Vision saat belajar, seperti pengaturan pencahayaan, posisi pintu, warna cat, bentuk pintu, dll., serta menyediakan suatu ruangan khusus yang dapat digunakan sebagai tempat latihan sisa penglihatan siswa Low Vision.

2. Guru

Diharapkan kepada guru, di dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision lebih memperhatikan lagi kebutuhan serta kemampuan yang dimiliki oleh siswa Low Vision, karena setiap low vision kebutuhan dan kemampuannya berbeda-beda, misalnya siswa low vision memiliki kemampuan melihat dengan mata kiri saja, dan anak tersebut membutuhkan alat bantu lup untuk membantu memeperjelas ketika siswa tersebut melmbaca. Selain itu juga di dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision diharapkan media pembelajaran yang digunakan hendaknya sesuai

(44)

3. Klinik Low Vision Center YPWG

Diharapkan kepada klinik Low Vision Center YPWG dapat menjalin hubungan kembali dengan pihak sekolah terutama di dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada siswa Low Vision kelas permulaan. Apabila kerjasama dapat berlangsung dengan baik maka diharapkan hambatan yang dialami sekolah yang salah satunya mengenai pengadaan alat bantu optik maupun non optik bagi siswa Low Vision dapat teratasi.

4. Orangtua

Diharapkan kepada orangtua siswa Low Vision dapat menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan guru kelas maupun dengan pihak sekolah di dalam membantu pelayanan dan proses pembelajaran pada siswa Low Vision. Upaya yang dapat dilakukan oleh orangtua yaitu berupa penerapan latihan-latihan maupun pembelajaran yang sebelumnya telah diterapkan di sekolah untuk diterapkan juga di rumah, hal ini dilakukan agar siswa Low Vision dapat berkembang secara optimal. Selain itu juga diharapkan agar orangtua selalu memberikan pendampingan kepada siswa Low Vision di dalam setiap tahap perkembangannya.

5. Peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian dengan tema sebagai berikut:

a. Melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran membaca lanjutan pada siswa Low Vision.

(45)

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009) . Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta

Anonim. Pengertian Pembelajaran. [Online] .Tersedia : http://eprints.uny.ac.id/7636/3/bab%202%20-%2008108249131.pdf. [ 26 November 2013]

Dewan Skripsi. (2011). Penulisan Skripsi dan Makalah. Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa

Fajar. KONSEP PEMBELAJARAN, Pengertian, Komponen, Prinsip, dan Inovasi. [Online]. Tersedia: http://fajargm.net/files/konsep-pembelajaran.pdf. [14 juli 2014]

Hosni, I. 2005. Konsep Dasar Low Vision. Tidak diterbitkan

Hosni,I. Menulis Dan Membaca Bagi Anak Low Vision. [Online] .Tersedia :http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19510 1211985031IRHAM_HOSNI/MEMBACA_DAN_MENULIS_BAGI _ANAL_LOW_VISION.pdf. [ 12 Maret 2014]

Ilmu, P. 2014. Teori Tentang Low Vision. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/pendekarilmu/teori-tentang-low-vision.[3 juli 2014]

(46)

Moleong, J. L.(2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nawawi, A. 2013. Low Vision. Tidak diterbitkan

Satori, Djam’an. dan Komariah, Aan. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Siregar,N.H. 2009. Low Vision. [Online] .Tersedia : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3444/1/09E01855.pdf. [ 4 Maret 2014]

Syafrudin, S. 2007. Pengembangan Fungsi Penglihatan. Tidak diterbitkan

Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran. [5 juli 2014]

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Tarsidi, D. 2009. Kompilasi Pendidikan Anak Tunanetra I. Tidak diterbitkan

(47)

99

Marlinda Ratnasari Sukandi, 2014

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Low Vision Kelas I SDLB Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Tabel 3.2 Instrumen Pedoman Wawancara
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi
Tabel  3.4 Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti akan berdiskusi dengan guru, siswa, teman sejawat dan dosen pembimbing mengenai hasil observasi yang telah dilaksanakan selama proses pembelajaran. Hasil

001/S/PGSD-REG/9A/OKT/2015 sedangkan pada siklus II terlihat peningkatan yang cukup signifikan dengan perolehan nilai rata-rata kelas adalah 80,38 serta perolehan

Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Hanafi, Yusuf, 2011 Kontroversi Perkawinan Anak di Bawah Umur (Child Marriage) Perspektif Islam, HAM Internasional, dan UU Nasional. Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam. Pustaka Bangsa,

Sumber: Data Hasil Pengamatan. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa belum dapat melaksakan kegiatan sesuai dengan indikator yaqng

Dengan menggunakan metode Normalitas Satu Proporsi dengan keputusan terima Ho dan tolak Hi, dapat ditarik kesimpulan 80% merasa puas terhadap pelayanan pada Warnet Dreamnet dimana

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Tentang Perubahan Wujud Benda Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Di Kelas Iv Sdn Mekrsari 3 Cimanggis

Berdasarkan hasil penelitian Respati, Arifin, dan Ernawati (2010) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa akselerasi SMA di Jakarta berada pada kategori rendah sebesar