• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR BERDASARKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMA: Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR BERDASARKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMA: Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar: 083/S/PPB/2013

PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR BERDASARKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMA

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Ari Barkah

0800876

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR

BERDASARKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

SMA

(Studi deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh Ari Barkah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ari Barkah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ARI BARKAH 0800876

PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR

BERDASARKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

SMA

(Studi deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Achmad Juntika Nurihsan, M. Pd NIP. 19660601 199103 1 005

Pembimbing II,

Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd NIP. 19580114 198603 2 002

Mengetahui :

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Ari Barkah (0800876). Pengembangan Program

BimbinganBelajarBerdasarkanMotivasiBelajarPesertaDidik SMA (StudiDeskriptifterhadapPesertaDidikKelas XI SMAN 1 CimalakaTahunAjaran 2012-2013).

Motivasibelajarmerupakanperubahanenergiataudorongandaridalamdiri (internal) maupunluardiri (eksternal) individuuntukmelakukanaktivitas yang dapatmerubahperilakumenjadilebihbaiksebagaihasildaripengalaman yang sudahdiperoleh.Penelitianiniberdasarkanmasalah yang dialamiolehpesertadidik yang memilikimotivasirendahdalam proses belajarnya, sehinggamunculperilaku-perilakumaladapteddaripesertadidik yang akanmenyebabkanstagnasidalam proses belajar yang berujungpadakejenuhan, hilangnyakreatifitas,

memilikisemangatjuang yang rendah,

bahkansampaiterjadinyapenurunanprestasibelajar.Pendekatan yang dilakukanyaitustudideskriptifterhadappesertadidikKelas XI SMAN 1

Cimalaka.Pengumpulan data

dilakukandenganmenggunakanalatukurberupakuesioner.Hasilpenelitian yang

dilakukanterhadappesertadidikkelas XI SMAN 1

Cimalakamenunjukanbahwasebagianbesarpesertadidikmemilikimotivasibelajar yang tinggisebanyak 116 orang (84,7%), 19 pesertadidik (13,9%) memilikimotivasibelajardalamkategorisedangdan 2 orang (1,46%) pesertadidikmemilikimotivasibelajar yang sangattinggi yang berartibahwasebagaianbesarpesertadidiktelahmenjadikanbelajarsebagaikebutuhan yang harusdilakukanuntukdapatmengaktualisasikandirisecara optimal yang ditunjukandenganmeraihprestasibelajar yang maksimalsesuaidenganpotensi yang dimiliki. Rekomendasi yang diberikankepada (1) Guru bimbingandankonseling: diharapkandapatmenjalinkerjasamadenganseluruhpersonelsekolah yang terlibatsebagaistakeholderdanmempublikasikan program bimbingansecaramenyeluruh; (2) penelitiselanjutnya:

mengkajilebihmendalamsetiapaspek yang

adadalammotivasibelajaruntukmenjadikanbelajarsebagaikebutuhan yang harusdipenuhiolehpesertadidiksehinggadapatmengaktualisasikandiriberupapencap aianprestasibelajarterbaik yang dapatdiraihsesuaidenganpotensi yang

dimilikiolehpesertadidik; dan (3) Data

hasilpenelitiandapatdirekomendasikanuntukmatakuliahbimbingandankonselingbel ajar. Pencapaianpesertadidikterhadapsetiapaspekdanindikator yang terdapat di

dalammotivasibelajar yang

(5)

ABSTRACT

Ari Barkah (0800876). Development Of Academic Guidance Program Based Learning Motivation Of Senior High School Student (Descriptive Study towards Class XI Student in SMAN 1 CimalakaPeriode 2012-2013).

Motivation to learn is the change in energy or impetus from within (internal) or outside of (external) individuals to undertake activities that can change behavior for the better as a result of the experience already gained. This study is based on problems experienced by learners who have low motivation in the learning process, making it appear maladapted behaviors of learners that will lead to stagnation in the learning process that leads to boredom, loss of creativity, have low morale, even until the decline in student achievement. The approach taken is a descriptive study of the Class XI students of SMAN 1 Cimalaka. The data was collected using a questionnaire measuring instruments. Results of a study of class XI students of SMAN 1 Cimalaka show that most learners have a high motivation to learn as many as 116 people (84.7%), 19 students (13.9%) had the motivation to learn in the medium category and 2 people (1.46%) students had very high motivation to learn, which means that most of the students have made learning as needs to be done to be able to actualize themselves optimally with the indicated achievement to learn that according to maximum potential. Recommendations are given to (1) Teacher guidance and counseling: expected to cooperate with all school personnel involved as stakeholders and publish comprehensive guidance programs, (2) further research: more depth in every aspect of the motivation to make learning as a requirement that must be met by learners so as to actualize themselves in the form of learning achievement can best be achieved in accordance with the potential of learners, and (3) Research data can be recommended for counseling and guidance courses to learn. Student achievement on every aspect and indicators contained in the motivation to learn is developed based on the achievement of requirements can be used as a reference or benchmark to determine learning achievement by learners.

(6)

Ari Barkah, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Pendekatan dan Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pegumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. F. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

BAB II MOTIVASI BELAJAR DAN BIMBINGAN BELAJARError! Bookmark not defined. A. Motivasi Belajar... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Motivasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengertian Belajar ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengertian Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined. 4. Indikator Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined. 5. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... Error! Bookmark not defined. 6. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar ... Error! Bookmark not defined. 7. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined. B. Perkembangan Peserta Didik SMA ... Error! Bookmark not defined.

1. Perkembangan Remaja Aspek Intelektual (Kognitif)Error! Bookmark not defined. 2. Karakteristik Belajar Peserta Didik SMA Error! Bookmark not defined.

3. Karakteristik Motivasi Belajar berdasarkan Teori Kebutuhan Maslow ... Error! Bookmark not defined. C. Hakikat Bimbingan dan Konseling KomprehensifError! Bookmark not defined.

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... Error! Bookmark not defined. 3. Ragam Bimbingan dan Konseling ... Error! Bookmark not defined. D. Bimbingan Belajar ... Error! Bookmark not defined. 1. Hakikat Bimbingan Belajar... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Bimbingan Belajar di SMA ... Error! Bookmark not defined.

3. Kedudukan Bimbingan Belajar dalam Bimbingan dan KonselingError! Bookmark not defin E. Program Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

(7)

Ari Barkah, 2013

1. Pengertian Program Bimbingan ... Error! Bookmark not defined. 2. Prinsip Pengembangan Program ... Error! Bookmark not defined. 3. Tahap-tahap Manajemen Program ... Error! Bookmark not defined. 4. Struktur Program ... Error! Bookmark not defined. F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1. Batasan Konseptual ... Error! Bookmark not defined. 2. Batasan Konstektual... Error! Bookmark not defined. C. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. D. Penentuan Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. F. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Kelayakan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Keterbacaan ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji validitas dan Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. G. Prosedur Pengelolaan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Penyeleksian data ... Error! Bookmark not defined. 2. Penskoran ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengelompokan Skor ... Error! Bookmark not defined. 4. Uji Validitas Program ... Error! Bookmark not defined. H. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Deskripsi Hasil Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1. Gambaran Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1

Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013. ... Error! Bookmark not defined. 2. Gambaran Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1

Cimalaka Berdasarkan Aspek dan IndikatorError! Bookmark not defined. B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 CimalakaError! Bookmark not defined 2. Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka

Berdasarkan Pencapaian Aspek dan IndikatorError! Bookmark not defined. 3. Implikasi terhadap Penyusunan Program Bimbingan Belajar

Berdasarkan Kategori Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cimalaka ... Error! Bookmark not defined. C. Pengembangan Program Layanan Bimbingan Belajar Berdasarkan

(8)

Ari Barkah, 2013

5. Komponen Program ... Error! Bookmark not defined. 6. Rencana Operasional ... Error! Bookmark not defined. 7. Pengembangan Tema ... Error! Bookmark not defined. 8. Pengembangan Satuan Layanan ... Error! Bookmark not defined. 9. Evaluasi ... Error! Bookmark not defined. 10.Anggaran ... Error! Bookmark not defined. BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi... Error! Bookmark not defined. 1. Bagi Guru Pembimbing (Konselor) ... Error! Bookmark not defined. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... Error! Bookmark not defined.

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan media untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa untuk lebih bermutu. Sebagaimana yang dijelaskan dalam tujuan pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, di mana dalam pendidikan dimuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas dan benar untuk kehidupan. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Menurut Juntika (2009:1) pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu.Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalisasi dalam manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya.

Pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal. Untuk pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal diperlukan kerja sama yang baik antara manajemen/supervisi, pengajaran dan bimbingan dan konseling.

(10)

nasional.Peran bimbingan itu secara khusus tersurat dalam pernyataan “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang” (Suherman, 2009:2).Hal ini membuktikan bahwa bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan secara keseluruhan.Bimbingan dan konseling di jalur pendidikan formal harus memberikan suatu program yang membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangannya secara optimal dan menyeluruh (komprehensif).

Program bimbingan dan konseling komprehensif dikembangkan berdasar kepada karakteristik perkembangan, tugas-tugas perkembangan, atau potensi peserta didik. Atas dasar itu, maka dalam implementasi program bimbingan di sekolah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik, yang meliputi aspek personal (pribadi), sosial, akademik, dan karir atau terkait dengan pengembangan pribadi peserta didik sebagai makhluk yang berdimensi Biopsikososiospiritual (biologis, psikis: intelektual dan emosi, sosial, dan spiritual/kesadaran beragama). (Yusuf, 2009:8).

Salah satu bidang layanan bimbingan dan konseling komprehensif adalah bimbingan belajar. Menurut Yusuf (2009:51) bimbingan dan konseling belajar adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan memecahkan masalah-masalah belajar. Layanan bimbingan dan konseling belajar akan sangat besar manfaatnya untuk membantu peserta didik yang mengalami masalah dengan motivasi belajar pada khususnya, meski banyak masalah belajar lain yang sering dihadapi oleh peserta didik.

(11)

Belajar sepanjang hayat (life long learning) adalah proses dan aktivitas yang harus terjadi dan melekat dalam kehidupan manusia di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang selalu berubah-ubah. Dalam konteks kecenderungan sosial ekonomi global, muncul masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge base learning) sebagai suatu masyarakat belajar (learning society) yang memerlukan pendidikan dan latihan dalam sistem belajar sepanjang hayat (Suherman, 2009:5). Bila ditinjau ulang dari tujuan pendidikan nasional Indonesia, hal tersebut berkaitan erat dengan proses pendidikan dan pembelajaran yang terjadi di Indonesia harus mampu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi persaingan global.

Dalam psikologi pendidikan, belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pengertian ini nampak bahwa salah satu ciri dari perbuatan belajar adalah tercapainya perubahan perilaku yang baru. Perilaku belajar yang terjadi pada para peserta didik (peserta didik) dapat dikenal baik dalam proses maupun hasilnya. Proses belajar dapat terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan dalam dirinya yang tidak dapat dipenuhi dengan cara-cara yang telah ada seperti reflex atau kebiasaan. Peserta didik ditantang untuk mengubah perilaku yang ada agar dapat mencapai tujuan.Dalam mengubah perilaku ini individu melakukan berbagai perbuatan mulai dari yang paling sederhana sampai paling kompleks (Surya, 1996: 54-55).

(12)

dimilikinya baik yang berasal dari dalam diri (internal) maupun lingkungan yang kondusif (eksternal).

Belajar merupakan kebutuhan dasar setiap peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam hidupnya sebagai learning experiences agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Peserta didik membutuhkan rasa aman, rasa ingin dihargai oleh orang lain dan keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai peserta didik untuk dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal yang harus dipenuhi secara bertahap berdasarkan hierarki dari kebutuhan yang paling mendasar sampai ke kebutuhan yang paling tinggi setelah kebutuhan fisiologis yang menjadi dasar agar peserta didik memiliki motivasi untuk menjalani hidupnya. Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik akan menentukan tingkat usaha peserta didik dalam memenuhi setiap hierarki kebutuhan dalam proses belajarnya. Peserta didik akan memiliki motivasi untuk dapat memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya dan disaat kebutuhan itu sudah terpenuhi maka akan memunculkan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk terus belajar sampai semua hierarki kebutuhannya dapat terpenuhi yang merupakan bentuk aktualisasi diri berupa prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

(13)

dan motivasi yang kuat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan yang dia miliki dalam proses belajarnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2010:181) di SMP Negeri 14 Pontianak tentang profil motivasi belajar mengungkapkan peserta didik di SMP Negeri 14 Pontianak terutama kelas VIII umumnya memiliki masalah belajar yang berawal dari rendahnya motivasi belajar peserta didik seperti tidak semangat belajar di kelas, tidak memiliki jadwal belajar yang teratur, sulit berkonsentrasi, sering tidak mengerjakan tugas atau PR, tidak mau atau tidak berani menjawab pertanyaan guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya hasrat dan keinginan berhasil (52,48%), adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (50,14%), adanya penghargaan dalam kategori rendah.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Cimalaka dengan menggunakan instrumen yang sama dengan yang digunakan oleh Herlina (2010) namun disesuikan dengan jenjang pendidikan menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh berbeda dari data yang dipaparkan di atas. Adanya dorongan untuk berusaha belajar lebih baik, tidak mudah putus asa dalam belajar, dan usaha keingintahuan dalam belajar yang dimiliki oleh peserta didik masih rendah.Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa peserta didik responden yang menyatakan kurang bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan belajarnya baik di kelas maupun di rumah.Para peserta didik lebih memilih untuk bermain bersama teman-temannya daripada belajar baik mandiri maupun berkelompok bersama teman-teman, sehingga diperlukan layanan bimbingan yang mampu dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar tersebut melalui bimbingan belajar.

(14)

yang harus dituju; (2) tidak percaya diri, orang yang merasa dirinya tidak pintar, telat mikir, dan sejenisnya akan segan ketika harus belajar. Mereka tidak percaya diri akan potensi yang dimiliki. Apalagi ketika mereka membanding-bandingkan dengan kemampuan teman-temannya yang dianggap lebih pintar. Perasaan minder itu akan semakin berkembang dan membuat mereka semakin malas belajar; (3) pergaulan yang tidak mendukung, dengan siapa bergaul akan menentukan akan menjadi apa diri kita nanti; (4) keluarga yang tidak harmonis akan mengganggu konsentrasi belajar. Permasalahan keluarga akan “merusak suasana” dan membuat kondisi tidak nyaman. Dukungan dan bimbingan yang diharapkan dari keluarga pun tidak ada.Mereka lebih sibuk memikirkan permasalahannya masing-masing; (5) harapan orang tua yang terlalu tinggi atau rendah, setiap orang tua pasti punya harapan kepada anak-anaknya. Bila harapan orang tua terlalu tinggi maka akan menjadi beban berat bagi anaknya. Akhirnya anak akan merasa terbebani dengan target dari orang tuanya. Ada juga orang tua yang terlalu rendah membuat harapan untuk anaknya. Hal ini akan mengakibatkan peserta didik kurang termotivasi dalam belajar karena tidak memiliki harapan hidup yang tinggi.

Peserta didik yang dapat mengelola diri untuk selalu menjaga motivasi belajar agar dapat memenuhi seluruh hierarki kebutuhan yang dimilikinya akan selalu terus berusaha untuk memenuhi setiap hierarki kebutuhan sebagai tujuan dari proses belajar yang dilakukannya. Motivasi intrinsik dapat lebih meningkatkan usaha dalam proses belajar peserta didik bila didukung oleh lingkungan yang kondusif dan mendukung peserta didik untuk melakukan proses belajar dengan optimal sebagai faktor motivasi ekstrinsik, sehingga peserta didik akan memiliki semangat dan motivasi belajar yang tinggi dalam pemenuhan kebutuhan dalam setiap hierarki dalam proses pembelajaran dari mulai pemenuhan kebutuhan fisiologis sampai kepada kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sebagai peserta didik.

(15)

disebabkan beberapa faktor penyebab yang telah dikemukakan di atas sehingga akan memberikan situasi yang kurang nyaman kepada konseli. Rasa kurang nyaman tersebut akan menurunkan motivasi belajar yang dimiliki peserta didik. Bila peserta didik mengalami penurunan motivasi dalam proses belajarnya, maka akan muncul perilaku-perilaku maladapted dari peserta didik yang akan menyebabkan stagnasi dalam proses belajar yang berujung pada kejenuhan, hilangnya kreatifitas, memiliki semangat juang yang rendah, bahkan sampai terjadinya penurunan prestasi belajar.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai motivasi belajar yang merujuk kepada teori jenjang kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, sebagai dasar pengembangan program bimbingan dan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Lustin Pikunas (Yusuf, 2004:184) mengemukakan masa remaja merupakan masa storm and stress, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuiaan, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.Selain itu, masa remaja juga merupakan masa pencarian identitas diri, dimana individu tersebut mulai mencari figur yang dijadikan contoh sebagai panutan dalam menjalani hidupnya. Menurut Santrock (2007:177) remaja memiliki penghayatan mengenai siapakah mereka dan apa yang membedakan dirinya dari orang lain.

(16)

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui berwarna merah jambunya melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja (Santorck, 2007).

Pada fase remaja sudah mencapai tahap perkembangan berfikir operasional formal.Tahap tersebut ditandai dengan kemampuan berfikir abstrak, idealistik, dan logis. Tahap berfikir operasional formal ditandai pula dengan ciri-ciri (1) cara befikir yang tidak hanya sebatas disini dan sekarang, tetapi juga terkait dengan kemungkinan atau masa depan (world possibilities), (2) kemampuan berfikir hipotetik, (3) kemampuan melakukan eksplorasi dan ekspansi pemikiran, horizon berfikir semakin luas (Yusuf, 2009: 12). Melihat keadaan diatas, fase remaja akan lebih cenderung menyiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk meraih masa depannya dimulai dari sejak dini, sehingga akan mulai belajar sungguh-sungguh untuk menyongsong masa depannya dengan penuh bekal pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni sebagai bekal dalam kehidupannya. Proses belajar yang dilakukan oleh kalangan remaja merupakan penghayatan yang dilakukan oleh setiap individu dalam hidupnya untuk dapat merubah perilaku, pengetahuan dan perasaan individu untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

Pada proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin terjadi proses belajar. Maslow (Djamarah, 2002:114-115) sangat percaya bahwa perilaku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi perilaku individu.

(17)

peserta didik sebagai subjek belajar. Oleh karena itu peserta didik perlu memiliki motivasi untuk belajar agar lebih bersemangat dan giat dalam melakukan tugasnya sebagai seorang peserta didik. Motivasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku, termasuk dalam proses pembelajaran. Menurut Abu Ahmadi dan Supriyono (Herlina, 2010:12), Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan belajar sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar pu-la kesuksesan belajarnya.

Fase perkembangan remaja yang masih mencari jati diri dan sedang dipenuhi oleh ambisi untuk mengeksplorasi bakat serta potensi yang dimilikinya cenderung akan menghadapi beberapa masalah bila remaja tersebut menemukan kegagalan dalam usaha yang dilakukannya. Kegagalan tersebut dapat mempengaruhi kognitif dan menyebabkan beberapa dampak yang kurang baik terhadap dirinya, sehingga dapat menyebabkan remaja tersebut dapat kehilangan arah dalam hidupnya sehingga melakukan penyesuaian yang kurang tepat (maladapted).

(18)

sehingga menjadi beban untuk peserta didik dalam proses belajarnya. Sebaliknya, bila harapan orang tua terlalu rendah akan menyebabkan kurangnya keinginan untuk belajar lebih giat dari peserta didik karena target yang diterapkan oleh orang tua dirasa kurang menantang.

Bimbingan dan konseling yang komprehensif dalam bidang belajar perlu dikembangkan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik remaja terutama terhadap peserta didik yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar sehingga belum dapat mencapai kebutuhan tumbuh yang dimilikinya dan mulai menemukan stagnasi dalam proses belajarnya. Menurut Yusuf (2009: 51) bimbingan dan konseling belajar adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan memecahkan masalah-masalah belajar menyangkut: (a) pengenalan kurikulum, (b) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif, (c) pengembangan motif berprestasi, (d) cara belajar yang efektif, (e) penyelesaian tugas-tugas dan latihan, (f) pengembangan kesadaran belajar sepanjang hayat, (g) pencarian dan penggunaan sumber belajar, (h) penyesuaian diri terhadap semua tuntutan program pendidikan dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan, (i) perencanaan pendidikan lanjutan, dan (j) cara mengatasi kesulitan belajar. Bimbingan dan konseling belajar dilaksanakan oleh guru pembimbing atau konselor melalui (a) layanan bimbingan klasikal (layanan orientasi dan informasi), (b) layanan bimbingan kelompok, dan (c) layanan konseling (individual dan kelompok).

Aplikasi dari bimbingan dan konseling belajar dapat dijabarkan dengan menyusun program layanan bimbingan dan konseling belajar untuk membantu peserta didik menghadapi permasalahan-permasalahan belajar yang dihadapinya yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, sehingga program layanan yang disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tujuan dari program tersebut dapat tercapai.

(19)

Dari pertanyaan umum di atas, dirumuskan menjadi dua pertanyaan penelitian sebagai berikut.

a. Bagaimana gambaran motivasi belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013?

b. Seperti apa rumusan program bimbingan belajar yang secara hipotetik dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengetahui program bimbingan dan konseling secara hipotetik untuk dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik SMA. Tujuan umum ini menjadi dasar dalam penelitian yang dilakukan agar dapat lebih terarah dan fokus pada masalah yang dikembangkan dalam beberapa tujuan yang lebih spesifik.

Tujuan umum dirinci ke dalam tujuan-tujuan khusus agar dapat mempermudah proses pencapaiannya. Adapun tujuan-tujuan khusus dari penelitian ini adalah.

a. Mengetahui gambaran motivasi belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka tahun ajaran 2012-2013.

b. Merumuskan program bimbingan dan konseling belajar yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA.Secara teoritis dan praktis, manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut.

a. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(20)

meningkatkan motivasi belajar peserta didik SMA dan dapat memberikan inspirasi bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti mengenai motivasi belajar.

b. Guru Pembimbing

Hasil penelitianakan menjadi salah satu sumbangsih untuk sekolah, khususnya untuk guru pembimbing (konselor sekolah) dalam menangani masalah motivasi belajar peserta didik yang rendah.

c. Peserta didik

Manfaat penelitian bagi peserta didik yaitu meningkatnya motivasi belajar peserta didik. Sehingga peserta didik dapat lebih bersemangat dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan proses belajarnya, yang pada akhirnya tidak akan terjerumus pada stagnasi belajar yang menimbulkan menurunnya prestasi belajar peserta didik.

D. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif.Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang berisi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.Selain itu juga pengumpulan data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sukmadinata, 2006).

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dalam melakukan penelitian. Hasil penelitian akan mendeskripsikan gambaran motivasi belajar peserta didik kelas XI khususnya di SMAN 1 Cimalaka yang akan dijadikan dasar dalam pengembangan program bimbingan belajar.

E. Teknik Pegumpulan Data

Terdapat banyak cara dalam pengumpulan data yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian. Teknik yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan tujuan dari penelitian itu sendiri.

(21)

F. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka. Pertimbangan yang melatarbelakangi pengambilan populasi ini adalah peserta didik kelas XI mulai difokuskan pada keilmuan yang lebih spesifik (IPA/IPS/Bahasa) yang disesuaikan dengan minat dan potensi peserta didik, sehingga gambaran motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI akan lebih heterogen yang didasarkan pada setiap jurusan yang dipilih oleh peserta didik dan data penunjang yang lebih lengkap. Selain itu, peserta didik kelas XI telah memiliki pengalaman belajar di kelas X sebagai hasil dari adaptasi yang akan memberikan dasar dalam penyesuaian cara belajar dan kebutuhan belajar yang dimiliki olehnya, sehingga peserta didik dapat menjaga motivasinya untuk dapat tetap melakukan proses belajar dengan optimal. Adapun jumlah populasi pada penelitian ini adalah 296 peserta didik yang terbagi dalam tiga jurusan dengan jumlah keseluruhan 9 rombongan belajar sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Populasi No. Jurusan Kelas Peserta

didik

1 IPA

XI IPA 1 36

144 XI IPA 2 36

XI IPA 3 36 XI IPA 4 36

2 IPS

XI IPS 1 34

132 XI IPS 2 34

XI IPS 3 34 XI IPS 4 34

3 Bahasa XI BHS 20 20

Total Peserta didik 296

(22)

sampel. Setiap individu memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel, karena individu-individu tersebut dianggap memeliki karakteristik yang sama. Setiap individu juga bebas dipilih karena pemilihan individu-individu tersebut tidak akan mempengaruhi individu yang lainnya (Sukmadinata, 2008: 255).

(23)

80 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini akan mengungkapkan data-data objektif, terukur, dan sistematis mengenai karakteristik motivasi belajar khususnya peserta didik SMAN 1 Cimalaka. Selain itu juga pengumpulan data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2008:53) bahwa penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivism yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif.Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, dan pengolahan statistik.

Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yanag akan mendeskripsikan motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik SMA khususnya peserta didik SMAN 1 Cimalaka sebagai dasar untuk pengembangan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Menurut Sukmadinata (2008:54) penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan sebagaimana adanya.Penelitian ini berkenaan dengan keadaan atau kejadian-kejadian yang bisa berjalan.Satu-satunya unsur manipulasi atau perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui pengedaran angket dan studi dokumentasi.

(24)

pengembangan program bimbingan dan konseling belajar yang secara hipotetik dapat meningkatkan motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik.

Data awal pengukuran kebutuhan penyusunan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik diambil berdasarkan motivasi belajar.Empat tahapan kegiatan program bimbingan yang layak dilaksanakan meliputi sebagai berikut:

1. Tahap pengidentifikasian, pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran angket kepada peserta didik yaitu identifikasi tentang motivasi belajar peserta didik.

2. Tahap pengembangan program layanan bimbingan dan konseling belajar di SMAN 1 Cimalaka berdasarkan kajian terhadap data hasil pengidentifikasian.

3. Tahap diskusi program hipotetik. Sebagai pertimbangan dalam pengembangan program untuk menguji kelayakan sebuah program langkah berikutnya adalah melakukan pertimbangan (judgement) kepada dosen dan guru bimbingan dan konseling.

4. Tahap penyempurnaan program. Setelah

melaksanakanpertimbangkanprogram disempurnakan dan dinyatakan sebagai program yang layak untuk dilaksanakan.

B. Batasan Masalah 1. Batasan Konseptual

Mc. Donald (Oemar Hamalik, 1992: 173) mengatakan bahwa, motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and

anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar menurut Cronbach (Djamarah, 2002:13) berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experiences. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

(25)

diri (eksternal) individu untuk melakukan aktivitas yang dapat merubah perilaku menjadi lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang sudah diperoleh.

Penelitian ini berdasar pada konsep teori motivasi jenjang kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.Setiap individu memiliki keinginan dan harapan yang dianggap sebagai kebutuhan dalam hidupnya.Pada hakikatnya setiap individu selalu dituntut dan berkeinginan untuk melakukan hal yang lebih setelah selesai melakukan suatu pekerjaan untuk melanjutkan pekerjaan yang lain dan mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Maslow sangat percaya bahwa perilaku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi perilaku individu (Djamarah, 2002:114-115).

(26)

Dasar teori di atas mengalami perkembangan menjadi lebih detail dalam penentuan hierarkinya. Hierarki kebutuhan Maslow terbagi atas dua bagian utama yaitu: (1) kebutuhan dasar, berada pada hierarki paling bawah yang terdiri dari: (a) kebutuhan fisiologis, (b) kebutuhan akan rasa aman, (c) kebutuhan untuk dicintai, (d) kebutuhan untuk dihargai; dan (2) kebutuhan tumbuh, yang berada di atas kebutuhan dasar, kebutuhan ini adalah: (a) kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, (b) kebutuhan keindahan, (c) kebutuhan aktualisasi diri. Pembagian hierarki ini semakin memperjelas tingkatan-tingkatan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap individu. Pengembangan teori ini menjadikan teori jenjang kebutuhan lebih spesifik dalam penentuan jenjang kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap individu.Selain itu, hierarki tersebut lebih memperjelas tingkatan yang dilalui oleh individu dalam pemenuhan kebutuhannya dengan pembagian antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh.

Konsep penting yang diperkenalkan oleh Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh.Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang penting untuk kebutuhan fisik dan psikologis yang harus terpenuhi. Sebaliknya kebutuhan tumbuh, sebagai misal kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, menghargai keindahan atau menumbuhkan dan mengembangkan apresiasi (penghargaan) dari orang lain belum dapat dipenuhi secara keseluruhan. Namun bila kebutuhan yang lebih dasar dapat terpenuhi oleh individu maka semangat untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi akan meningat. Semakin banyak individu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka akan mengetahui dan memahami dunia di sekeliling mereka, begitupun dengan motivasi belajar mereka dapat menjadi semakin besar dan kuat. Motivasi peserta didik untuk belajar akan menjadi dasar dalam proses belajar yang dilakukan peserta didik untuk memenuhi setiap jenjang hierarki kebutuhan yang dilaluinya untuk dapat mengaktualisasikan diri yang diwujudkan dengan meraih prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

(27)

pada suatu kewajiban dan motif-motif tertentu yang akan mendorong dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan usaha-usaha dalam proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapakan. Proses belajar yang dilakukan atas dasar kewajiban namun tidak memiliki motif yang mengarahkan pada satu tujuan yang harus dicapai, akan menghasilkan proses belajar yang kurang baik bahkan cenderung seenaknya dan hasil belajar yang kurang baik.

Berbeda dengan proses belajar yang sudah menjadi kebutuhan bagi para peserta didik. Proses belajar yang sudah menjadi kebutuhan karena didasari oleh pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri akan memberikan motivasi dan semangat yang besar kepada individu tersebut untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik dan sungguh-sungguh yang mengarah pada satu tujuan yang harus dicapai. Keinginan tersebut disebabkan oleh motivasi yang ada dalam diri sendiri maupun dari lingkungan seperti dorongan orang tua, dorongan untuk meraih prestasi belajar di kelas, bersaing untuk mendapatkan nilai sebagai hasil belajar yang memuaskan, menghadapi tuntutan dan persaingan global yang ada di lingkungan masyarakat dan sebagainya.

(28)

Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya motivasi yang dimiliki oleh peserta didik. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik adalah (1) faktor internal yang disebabkan oleh kondisi fisik, cita-cita yang dimiliki dan kondisi psikologis peserta didik; (2) faktor lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat; dan (3) faktor lingkungan keluarga yang dipengaruhi keharmonisan di dalam keluarga dan harapan orang tua.

Berdasarkan pemaparan di atas, batasan motivasi belajar pada penelitian ini adalah dorongan untuk mewujudkan perilaku atau aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman belajar untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri sebagai peserta didik berupa pencapaian prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

2. Batasan Konstektual

Penelitian akan lebih terarah dan terfokus pada masalah motivasi belajar yang dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan batasan yaitu subjek yang diambil pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012. Sampel penelitian diambil dari Kelas XI karena beberapa faktor pertimbangan sebagai berikut :

a. Secara psikologis, peserta didik kelas XI berada pada masa remaja yang sedang mencari jati diri dan memiliki semangat untuk mencari pembelajaran dalam hidupnya.

b. Peserta didik kelas XI mulai menimba ilmu lebih terfokus pada jurusan IPA, IPS atau Bahasa, sehingga gambaran mengenai motivasi belajar peserta didik dapat lebih heterogen berdasarkan jurusan yang ada.

(29)

d. Motivasi belajar harus dimiliki oleh setiap individu sejak dini untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencapai prestasi belajar yang optimal, sebagai pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.

C. Definisi Operasional Variabel

Mc. Donald (Oemar Hamalik, 1992: 173) mengatakan bahwa, motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and

anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar menurut Cronbach (Djamarah, 2002:13) berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experiences. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Melihat pemaparan di atas, motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan perubahan energi atau dorongan dari dalam diri (internal) maupun luar diri (eksternal) individu untuk melakukan aktivitas yang dapat merubah perilaku menjadi lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang sudah diperoleh.

(30)

Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya motivasi yang dimiliki oleh peserta didik. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik adalah (1) faktor internal yang disebabkan oleh kondisi fisik, cita-cita yang dimiliki dan kondisi psikologis peserta didik; (2) faktor lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat; dan (3) faktor lingkungan keluarga yang dipengaruhi keharmonisan di dalam keluarga dan harapan orang tua.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka untuk mewujudkan perilaku atau aktivitas yang ditunjukkan dengan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman belajar untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, berupa pencapaian nilai prestasi belajar maksimal, yang diungkap kuesioner dan pencapaian nilai prestasi belajar, sebagai gambaran pencapaian aktualisasi diri.

Indikator ketercapaian motivasi belajar dalam penelitian ini merujuk pada teori hierarki kebutuhan manusia dalam memenuhi setiap jenjang kebutuhan dalam hidup manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Konsep teori tersebut diadaptasikan dengan tingkat motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik dalam proses belajarnya dari mulai belajar sebagai kebutuhan dasar sampai kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri. Karakteristik motivasi belajar tersebut meliputi aspek-aspek belajar sebagai:

1. Kebutuhan Fisiologis

Pada proses belajar, aplikasi dari tahap kebutuhan yang paling mendasar ini adalah peserta didik menjadikan proses belajar sebagai kebutuhan pokok utuk dapat mempertahan hidup (survival). Sehingga proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik dilakukan atas dasar dari dalam diri bukan lagi karena tuntutan dari orang lain seperti orang tua. Pencapaian belajar dalam tahap kebutuhan ini, akan dapat dilihat dengan indikator:

a. dapat belajar dengan baik pada saat kebutuhan fisik terpenuhi, b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar dan

(31)

Bagi remaja, untuk pemenuhan kebutuhan rasa aman ini perlu diciptakan iklim kehidupan yang memberi kebebasan untuk berekspresi yang kondusif yang dapat memberikan pembelajaran yang positif terhadap remaja untuk menyelesaikan tugas perkembannya secara optimal.Oleh karena itu, pemberian kebebasan berekspresi kepada remaja pun perlu bimbingan dari orang dewasa untuk mencegah terjadinya maladjustment yang dapat menimbulkan perilaku-perilaku salahsuai dalam perkembangannya. Aplikasi kebutuhan rasa aman ini dalam proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik dapat ditandai dengan indikator peserta didik:

a. memiliki usaha untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan sendiri.

b. memiliki dorongan belajar yang lebih baik dari sebelumnya. 3. Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Sayang

Kebutuhan akan kasih sayang, atau mencintai dan dicintai dapat dipenuhi melalui hubungan yang akrab dengan orang lain. Perumusan makna cinta disini, Maslow sependapat dengan rumusan cinta dari Rogers yaitu: keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati. Maslow berpendapat bahwa kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan cinta atau kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional atau maladjustment. Peserta didik yang melakukan proses belajar untuk memenuhi kebutuhan pengakuan dan kasih sayang dapat terlihat dengan indikator:

a. dorongan untuk diterima oleh orang lain di kelas dalam belajar, dan b. kemampuan peserta didik untuk mengelola emosi dalam proses belajar

dengan menerima hasil belajar. 4. Kebutuhan Penghargaan

Pemenuhan kebutuhan penghargaan dalam proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah dapat terlihat dengan indikator:

a. memiliki kemampuan menghargai diri sendiri dalam proses dan hasil belajar,

(32)

5. Kebutuhan Kognitif

Perkembangan remaja yang sudah masuk dalam tahap berfikir operasional formal yang suda mulai mencari segala sesuatu lebih mendalam dengan kemampuan berfikir abstrak yang dimilikinya sehingga mampu menganalisis suatu fenomena.Hal tersebut menyebabkan rasa ingin tahu yang lebih besar dari para remaja terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya. Pemenuhan kebutuhan ini dilakukan oleh peserta didik dengan indikator:

a. peserta didik aktif bertanya pada proses pembelajaran, b. memiliki minat yang tinggi dalam belajar,

c. memiliki konsentrasi pada saat belajar, dan d. keinginan menambah pengetahuan.

6. Kebutuhan Estetik

Kontribusi kebutuhan estetik dalam pemenuhan kebutuhan peserta didik akan belajar adalah memunculkan rasa nyaman dan peserta didik mampu memahami karakteristik belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar untuk memenuhi belajar sebagai kebutuhan keindahan dapat diukur dengan indikator:

a. mengikuti kegiatan ekstrakulikuler secara aktif sesuai dengan minat dan bakat,

b. menyukai keindahan dan kerapihan dalam proses belajar, dan c. menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar.

7. Kebutuhan Aktualisasi Diri

(33)

a. adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, b. adanya harapan dan cita-cita masa depan, dan c. mampu mewujudkan prestasi yang terbaik. D. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013. Sampel penelitian diambil dari Kelas XI karena beberapa faktor pertimbangan sebagai berikut:

a. Secara psikologis, peserta didik kelas XI berada pada masa remaja yang sedang mencari jati diri dan memiliki semangat untuk mencari pembelajaran dalam hidupnya.

b. Motivasi belajar harus dimiliki oleh setiap individu sejak dini untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencapai prestasi belajar yang optimal, sebagai pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.

c. Selain itu, peserta didik kelas XI telah memilki pengalaman belajar di kelas X sebagai hasil dari adaptasi yang akan memberikan dasar dalam penyesuaian cara belajar dan kebutuhan belajar yang dimiliki olehnya, sehingga peserta didik dapat menjaga motivasinya untuk dapat tetap melakukan proses belajar dengan optimal.

Adapun jumlah populasi pada penelitian ini adalah 296 peserta didik yang terbagi dalam tiga jurusan dengan jumlah keseluruhan 9 rombongan belajar sebagai berikut:

Tabel 3.1 Anggota Populasi

No. Jurusan Kelas Peserta

didik Jumlah Peserta didik

1 IPA

XI IPA 1 36

143 XI IPA 2 36

XI IPA 3 36 XI IPA 4 35

2 IPS

XI IPS 1 33

133 XI IPS 2 32

(34)

No. Jurusan Kelas Peserta

didik Jumlah Peserta didik

XI IPS 4 35

3 Bahasa XI BHS 20 20

Total Peserta didik 296

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan acak sederhana (simple random sampling), yang berarti seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota sampel. Setiap individu memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel, karena individu-individu tersebut dianggap memeliki karakteristik yang sama. Setiap individu juga bebas dipilih karena pemilihan individu-individu tersebut tidak akan mempengaruhi individu yang lainnya (Sukmadinata, 2008: 255).

Surakhmad (Jarnadiyanto, 2010: 71) menyarankan, apabila ukuran populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100, pengambilan sampel sekurang– kurangnya 50% dari populasi. Apabila ukuran populasi sama atau lebih dari 100, ukuran sampel diharapkan sekurang – kurangnya 15% - 50% dari jumlah populasi.

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Riduwan (2006:65) yaitu sebagai berikut:

S = 19% + 1000 – n (50% - 15 %) 1000 – 100

Dimana :

S = jumlah sample yang diambil n = jumlah anggota populasi

S = 19% + 1000 – 296 (50% - 15 %) 1000 – 100

S = 19% + 704 (35 %) 900

(35)

S = 19% + 27,37 % S = 46,37 %

Dari hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel penelitian sebesar 46,37 % x 296 = 137,26 = 137 peserta didik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat banyak cara dalam mengumpulkan data yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian. Teknik yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan tujuan dari penelitian itu sendiri.Dalam penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran instrumen untuk mendapatkan gambaran karakteristik motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013.Instrument yang digunakan beruapa angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup.Responden diminta untuk memilih alternatif respon dari setiap butir pernyataan yang sudah disediakan.Data yang diperoleh dalam penelitian berupa angka-angka yang diolah dengan pemberian bobot skor pada tiap item pernyataan instrument penelitian.

Angket atau kuesioner dalam penelitian digunakan untuk memperoleh data tentang karakteristik motivasi belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013. Terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi instrumen berdasarkan indikator yang memuat aspek pemenuhan kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estetika dan kebutuhan aktualisasi diri. Perumusan kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar

No Aspek Indikator Pernyataan

+ -

1 Kebutuhan Fisiologis

(36)

No Aspek Indikator Pernyataan

a. Dorongan untuk diterima oleh orang lain di kelas dalam belajar. sendiri dalam proses dan hasil belajar

a. Peserta didik aktif bertanya pada proses pembelajaran

51, 52, 53, 54

55 5

b. Memiliki minat yang tinggi dalam belajar

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil

85, 86, 88, 89

(37)

No Aspek Indikator Pernyataan

+ -

b. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

F. Uji Coba Alat Pengumpul Data 1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrument bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat ukur dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Apabila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka butir pernyataan tersebut akan dibuang atau direvisi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.

Uji kelayakan dilakukan oleh dua dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yaitu Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd., serta satu dosen Jurusan Paedagogik yaitu Dr. H. Mubiar Agutin, M.Pd.. Hasil uji kelayakan, ada pengajuan dari penimbang untuk menambahkan satu indikator pada aspek kebutuhan fisiologis, yaitu dapat belajar dengan baik pada saat kebutuhan fisik terpenuhi. Selain dilakukan penambahan indikator tersebut, dari 98 item pernyataan, semuanya dapat digunakan meski ada beberapa pernyataan yang harus diperbaiki seperti yang tertera pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Hasil Judgment Instrumen

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23,

(38)

SMAN 1 Cimalaka. Uji keterbacaan instrument dilakukan kepada lima peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka yang tidak termasuk dalam sampel penelitian.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik seluruh pernyataan yang baik dari segi bahasa maupun makna yang terdapat dalam pernyataan, dengan demikian dapat disimpulkan seluruh item pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka.

3. Uji validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas merupakan kriteria utama dalam penelitian kuantitatif terhadap data hasil penelitian.Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjdi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.Sedangkan reliabilitas merupakan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.

Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji coba.Uji coba angket dilakukan kepada 30 peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013 dengan diberitahukan terlebih dahulu petunjuk pengisian angket sebelum mengisi angket.

a. Validitas butir

Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total.Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan rumus korelasi pearson product-moment dengan skor mentah.

rxy = �∑XY− ∑X (∑Y)

{�∑X2− ∑X)2 {�∑Y2− ∑Y)2

Keterangan (Arikunto, 2007:72): rxy = Koefisien korelasi ∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumalh total (seluruh item ∑xy = Jumlah perkalian x dan y N = Jumlah responden

(39)

pernyataan yang valid dan 34 butir pernyataan yang tidak valid dengan korelasi rata-rata 2, 06.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen

Keterangan Nomor item

Valid

Setelah dilakukan uji validitas terhadap instrument yang diuji cobakan, maka bentuk instrument yang layak digunakan hanya 64 butir sebagaimana yang dipaparkan dalam tabel 3.5 dibawah ini.

Tabel 3.5

Instrument Motivasi Belajar Setelah Uji Validitas

No. Aspek Indikator Pernyataan

+ -

1 Kebutuhan Fisiologis

a. Dapat belajar dengan baik pada saat kebutuhan fisik

c. Tidak mudah putus asa dalam belajar

(40)

No. Aspek Indikator Pernyataan sendiri dalam proses dan hasil belajar

a. Peserta didik aktif bertanya pada proses pembelajaran

33, 34, 35

3

b. Memiliki minat yang tinggi dalam belajar

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil

57, 58, 60, 61

59 5 b. Adanya harapan dan cita-cita

masa depan

(41)

ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varian skor perolehan subjek dengan memanfaatkan program Microsoft Office Excel 2007. Adapun rumus yangdigunakan dengan metode metode belah dua (split-half method) dimana jumlah butir pernyataan dibagi dua menjadi jumlah pernyataan nomor ganjil dan jumlah pernyataan nomor genap dengan menggunakan rumus Spearmen-Brown sebagai berikut:

��� = 2 � 1

21 2

(1 + �1 21 2)

Keterangan(Arikunto, 2007: 93):

rll = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes �1

21 2 = koefisein reliabilitas yang sudah disesuiakan

Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen (rll) sebesar

0.96009.dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

Keterangan(Arikunto, 2006: 276):

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi 0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi G. Prosedur Pengelolaan Data

1. Penyeleksian data

(42)

2. Penskoran

Pengukuran instrumen dalam penelitian ini disusun dalam bentuk skala

ordinal.Alat yang digunakan dibuat dalam bentuk skala Likert.Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, mengenai motivasi belajar. Alternatif jawaban yang diberikan kepada responden pada angket ini terdiri atas lima pilihan jawaban seperti yang tertera pada tabel 3.6.

Tabel 3.6

Pola Skor Alternatif Respon Model Summated Ratings (Likert)

Alternatif Jawaban

Pemberian Skor

Positif (favorable)

Negatif (unfavorable)

Sangat Sesuai (SS) 5 1

Sesuai (S) 4 2

Ragu-ragu ( R ) 3 3

Tidak Sesuai (TS) 2 4

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki skor 1-5 dengan bobot tertentu. Bobotnya ialah:

a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban ragu-ragu (R) memiliki skor 3 pada pernyataan positif dan negatif.

d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau 4 pada pernyataan negatif.

e. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif atau 5 pada pertanyaan negatif.

3. Pengelompokan Skor

(43)

skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui lima katogeri motivasi belajar dilakukan pembuatan kategori dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Menghitung skor total masing-masing responden. b. Menentukan nilai ideal tertinggi dan terendah. c. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah. d. Selisih yang didapat kemudian dibagi lima.

e. Hasil selisih yang didapat adalah besar rentang dari kedua kategori. f. Menentukan kategori motivasi belajar:

Hasil penelitian diklasifikasikan ke dalam lima kategori sebagai berikut. Tabel 3.7

Katagori Motivasi Belajar

Rentang Kategori

64-115 Sangat Rendah (SR) 116-167 Rendah (R) 168-219 Sedang (S) 220-271 Tinggi (T) 272-323 Sangat Tinggi (ST)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan kriteria kategori motivasi belajar peserta didik secara keseluruhan adalah sebegai berikut.

a. Menentukan nilai tertinggi dan terendah dari skor ideal.

Nilai tertinggi: skor maksimal x jumlah pernyataan = 5 x 64 = 320. Nilai terendah: nilai minimal x jumlah pernyataan = 1 x 64 = 64.

b. Menentukan besar rentang antar kelas dengan menghitung selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah lalu dibagi 5: (320-64)/5 = 51,2. Sehingga diambil rentang kelas sebanyak 51.

Secara lebih rinci perhitungan skor kriteria motivasi belajar peserta didik pada gambaran umum, setiap aspek dan setiap indikator dijelaskan dalam tabel 3.8.

Tabel 3.8

Kategori Motivasi Belajar berdasarkan Aspek dan Indikator

No. Aspek dan Indikator Katagori Rentang

1. Kebutuhan Fisiologis

SR 12-21

R 22-31

(44)

No. Aspek dan Indikator Katagori Rentang

T 42-51

ST 52-61

a. Dapat belajar dengan baik pada saat kebutuhan fisik terpenuhi

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Tidak mudah putus asa dalam belajar

SR 5-9

a. Memiliki usaha untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan sendiri

b. Memiliki dorongan belajar yang lebih baik dari sebelumnya

Kebutuhan Pengakuan dan Kasih sayang

SR 4-7

R 8-11

S 12-15

T 16-19

ST 20-23

a. Dorongan untuk diterima oleh orang lain di kelas dalam belajar b. Kemampuan peserta didik untuk mengelola

(45)

No. Aspek dan Indikator Katagori Rentang

a. Memliki kemampuan menghargai diri sendiri dalam proses dan hasil belajar

SR 2-3

R 4-5

S 6-7

T 8-9

ST 10-11

b. Memiliki kemampuan untuk bersaing dalam belajar dengan orang lain

c. Adanya penghargaan dalam belajar

SR 3-5

a. Peserta didik aktif bertanya ada proses pembelajaran

b. Memiliki minat yang tinggi dalam belajar

SR 3-5

R 6-8

S 9-11

T 12-14

ST 15-17

c. Memiliki konsentrasi pada saat belajar

SR 3-5

R 6-8

S 9-11

T 12-14

ST 15-17

d. Keinginan menambah pengetahuan

(46)

No. Aspek dan Indikator Katagori Rentang

S 32-41

T 42-51

ST 52-61

a. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler secara aktif sesuai dengan minat dan bakat

SR 5-9

R 10-14

S 15-19

T 20-24

ST 25-29

b. Menyukai keindahan dan kerapihan dalam proses belajar

c. Menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil

SR 5-9

R 10-14

S 15-19

T 20-24

ST 25-29

b. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

SR 2-3

R 4-5

S 6-7

T 8-9

ST 10-11

c. Mampu mewujudkan prestasi yang baik

SR 1-1,9

(47)

tujuan program, rumusan komponen program, rumusan kompetensi motivasi belajar peserta didik, kesesuaian antar komponen program, struktur Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK), teknik evaluasi, dan rumusan indikator keberhasilan.

Teknik yang digunakan dalam menganalisis kelayakan program, adalah sebagai berikut.

a. Uji rasional program melibatkan pakar bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd., dan Eka sakti Yudha, M.Pd.

b. Uji keterbacaan (readability) program melibatkan guru pembimbing di sekolah yang dilakukan oleh Dra. Euis Arwati.

c. Diskusi terfokus untuk menganalisis kepraktisan model melibatkan beberapa guru pembimbing di SMAN 1 Cimalaka.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam pelaksanaan penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membuat proposal penelitian dan dikonsultasikan dengan dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.

2. Persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi serta Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.

4. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Jurusan PPB yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI, Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Provinsi dan Kota Bandung, Kepala Dinas Kota Bandung, kemudian disampaikan pada Kepala Sekolah SMAN 1 Cimalaka.

(48)

Yudha, M.Pd., serta dosen Jurususan Paedagogik yaitu Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd.

6. Melaksanakan penelitian dan pengumpulan data di SMAN 1 Cimalaka. 7. Mengolah dan menganalisis data hasil penyebaran instrumen untuk

memperoleh gambaran motivasi belajar dengan motivasi belajar.

8. Pembuatan program bimbingan hipotetik berdasarkan hasil analisis data deskripsi motivasi belajar peserta didik baik dalam bentuk angka maupun analisis situasi dan kondisi sekolah, menentukan program layanan bimbingan yang hendak dicapai, menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan, penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan, dan persiapan fasilitas pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan.

9. Uji kelayakan (validasi) program bimbingan hipotetik dilaksanakan kepada dua dosen jurusan PPB, yaitu: Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd., sedangkan dari pihak praktisi dilaksanakan kepada guru BK SMAN 1 Cimalaka, yaitu Dra. Euis Arwati.

Gambar

Tabel 1.1  Jumlah Populasi
Tabel 3.1  Anggota Populasi
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar
Tabel 3.3 Hasil Judgment Instrumen
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor: O1/PUBAHPUPPBJ/BKD|1Q12 tanggal 24 April 2O12dan Surat Penetapan Pelaksana/Penyedia Nomor: 0I/PUPEN/PPBJ/BKD/2012

Dengan membaca dan mengamati, siswa mampu mengumpulkan informasi penting dari teks laporan investigasi tentang campuran dan larutan dengan kepedulian yang tinggi4. Dengan membaca

International Conference on Instrumentation, Communication and Information Technology (ICICI) 2005 Proc., August 3 rd -5 th , 2005, Bandung, Indonesia. Table 5 Demodulator

[r]

[r]

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode etnografi dengan memfokuskan pada studi kasus mengenai lapangan pekerjaan bangunan pada masyarakat sub urban di

(1) Dalam hal ganti rugi dalam bentuk selain uang, maka apabila yang berhak atas ganti rugi telah menandatangani kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf b

Penerapan Model Pembelajaran (Clis) Children’s Learning In Science Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran Ipa Materi Pesawat Sederhana. Universitas