BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang sangat vatal. Selain itu, juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen.
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau kerusakan hati. Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini dilakukan secara berkala. Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit hati, atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus).
Amino transferase adalah sekelompok enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugus amino dari suatu asam alfa amino kepada suatu asam alfa keto Transaminase termasuk enzim plasma non fungsional dengan tidak melakukan fungsi fisiologik di dalam darah. Dua macam enzim aminotransferase yang sering digunakan dalam diagnosis klinik kerusakan sel hati adalah Aspartat Aminotransferase (AST) yang disebut SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) dan Alanin Aminotransferase (ALT) yang juga disebut SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase ).
ginjal dan pancreas. Pelepasan enzim yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan terutama pada jaringan jantung dan hati. ALT/SGPT adalah suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoseluler.
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Dan ketika sel-sel atau jaringan hati mengalami kerusakan dapat dilakukan pemeriksaan SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT(Serum Glutamic Piruvic Transaminase). Kedua enzim ini terdapat dalam sel-sel hati, otot jantung, ginjal, otot rangka dan otak.
1.2 Maksud praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan SGOT dan SGPT dalam serum serta menginterpretasikan kemungkinan penyakit yang diderita.
1.3 Tujuan praktikum
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum
Fungsi utama hati yaitu untuk pembentukan dan eksresi empedu, metabolisme karbohidrat, metabolisme protein, metabolisme lemak, penimbunan vitamin dan mineral, metabolisme steroid, detoksifikasi, gudang darah dan filtrasi (Evelyn 2013, h. 476). Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pankreas, malaria, infus lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada saluran empedu. Kerusakan otot jantung, orang-orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis (Bastiansyah, 2008. h: 53)
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasisi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil (mikronodular) atau besar (makronodular). Sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intrahepatik dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertahap (Evelyn 2013, h. 494).
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic transaminase. Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah AT (aspartat aminotranferase). SGOT merupakan enzim yang tidak hanya terdapat dihati, melainkan juga terdapat di otot jantung, otak, ginjal dan otot-otot rangka (Bastiansyah, 2008. h : 53)
Aspartat aminotransferase (ASAT) atau glutamate oksalo-asetat transferase (SGOT). Reaksi antara asam aspartat dan asam alfaketoglutamat membentuk ASAT. Enzim ini lebih banyak digunakan dijantung dari pada dihati, juga otot rangka, ginjal dan otak. Apabila terjadi kerusakan pada hati, enzim ini akan masuk ke sirkulasi darah sehingga bahan pemeriksaan dapat berupa serum. (Kurniawan 2014, h. 76).
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat Transaminase , SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya (Raymond 2008, hh. 10-11).
Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase yaitu serum glutamat oksaloasetat transaminase dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT). Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan enzim GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono, 2009. hh :11-15).
mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati (Cahyono 2009. hh : 11-15).
SGOT atau AST harga normalnya pada laki-laki 5-17 U/L, pada perempuan 5-15 U/L. SGOT dalam darah meninggi biasanya karena ada hemolisis dan pada bayi baru lahir. Kenaikan 10-100 kali lipat dari normal bila terjadi Infark yang disebabkan oleh otot jantung, Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Nekrosis yang disebabkan oleh sel hati karena keracunan dan sirkulasi darah terganggu sehingga dapat terjadi shock atau hipoksemia (Darmanto, 2001. hh : 60)
SGPT dalam darah harga normalnya pada laki-laki 5-23 U/L, pada perempuan 5-19 U/L. SGPT dalam darah meningkat biasanya karena ada hepatitis yang disebabkan oleh virus, nekrosis sel hati karena keracunan, dan shock atau hipoksemia (Darmanto,2001. hh : 61)
2.2 Nilai rujukan
Nilai normal SGPT/ALT 5-35 U/L (Evelyn 2013, h. 479). Nilai normal SGOT/ASAT 10-40 U/L (Kurniawan 2014, h. 76). Nilai rujukan (Ariffriana 2016, h. 132) :
Pria : <50 U/L Wanita : <35 U/L
2.3 Interpretasi Data
Beberapa kondisi yang menyebabkan peningkatan kadar SGPT/ALT adalah sebagai berikut (Ariffriana 2016, hh. 132-133) : 1. Peningkatan kadar SGOT/SGPT >20x nilai normal dijumpai pada
hepatitis viral akut, nekrosis hati (akibat toksisitas obat atau zat kimia).
3. Peningkatan 2-3x nilai normal dijumpai pada pankreatis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.
2.4 Uraian Sampel
2.4.1 Darah
Komposisi Darah (Evelyn 2013, h. 158)
Air : 91,0%
Protein : 8,0% (albumin, globulin, protromblin dan fibrinogen).
Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam kalsium, fosfor, magnesium, besi dan seterusnya).
Bahan Organik : Glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino.
2.5 Uraian Bahan
1. Aquades (Ditjen POM 1995) Nama resmi
Nama lain RM / BM Pemerian
Kegunaan
: : : :
:
AQUADESSTILATA Air suling
H2O / 18,02
2. Plasma Darah Komposisi : Air Protein Mineral Bahan Organik Kegunaan : : : : : 91,0 %
8,0 % (Albumin, globulin, protrombrin, dqan fibrinogen) 0,9% (NaOH, Natrium
Bikarbonat, garam dan kalsium, fosfor, magnesium dan besi). Glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino.
Sebagai absorban sampel
2.6 Prosedur Kerja
a. SGOT
1. Penyiapan serum
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dimasukkan darah kedalam tabung sentrifuge.
c) Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm. d) Diambil serum darah.
e) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 2. Pengukuran absorban blanko
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dipipet 100 µL aquadest ke dalam kuvet, dihomogenkan. c) Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGOT.
d) Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 370 C.
e) Ditambahkan 250 µL reagen 2 SGOT, dihomogenkan. f) Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 365 nm
dengan spektrofotometer. 3. Pengukuran absorban sampel
a) Disiapkan alat dan bahan.
d) Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 370 C.
e) Ditambahkan 250 µL reagen 2 SGOT, dihomogenkan. f) Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 365 nm
dengan spektrofotometer.
g) Diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4. h) Dicatat nilai absorbansinya.
b. SGPT
1. Penyiapan serum
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dimasukkan darah kedalam tabung sentrifuge.
c) Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm. d) Diambil serum darah.
e) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 2. Pengukuran absorban blanko
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dipipet 100 µL aquadest ke dalam kuvet, dihomogenkan. c) Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGPT.
d) Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 370 C.
e) Ditambahkan 250 µL reagen 2 SGPT, dihomogenkan.
f) Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer.
3. Pengukuran absorban sampel a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dipipet 100 µL serum ke dalam kuvet, dihomogenkan. c) Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGPT.
d) Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 370 C.
e) Ditambahkan 250 µL reagen 2 SGPT, dihomogenkan.
f) Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer.
BAB 3 METODE KERJA 3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu mikropipet, tabung sentrifuge, dan spektrofotometer.
3.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu sampel darah, aquadest, reagen SGOT dan reagen SGPT.
3.3 Cara Kerja
3.1.1 Pemeriksaan SGOT/AST
3.1.1.1 Penyiapan serum
Pertama-tama Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dimasukan darah ke dalam tabung sentrifuge. Lalu disentrifuge selama ±15 menit pada kecepatan 5000 rpm.Diambil serum darah dengan perlahan-lahan.Dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 3.1.1.2 Pengukuran absorban blanko
Pertama – pertama Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dipipet 200 µL aquadest ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2000 µL reagen 1 SGOT, lalu homogenkan. Setelah Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37 °C.Ditambahkan 500 µL reagen 2 SGOT, homogenkan. Dipindahkan larutan kedalam kuvet kemudian diukur absorban pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer. Dicatat nilai absorbansinya.
3.1.1.3 Pengukuran absorban sampel
reagen 2 SGOT, homogenkan. Dipindahkan larutan kedalam kuvet kemudian diukur absorban pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer. Diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3 dan ke-4. Kemudian dicatat nilai absorbansinya.
3.1.2 Pemeriksaan SGPT/ALT
3.1.2.1 Penyiapan serum
Pertama-tama Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dimasukan darah ke dalam tabung sentrifuge. Lalu disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 5000 rpm. Diambil serum darah dengan perlahan-lahan. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3.1.2.2 Pengukuran absorban blanko
Pertama – pertama Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dipipet 200 µL aquadest ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2000 µL reagen 1 SGPT, lalu homogenkan. Setelah Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37 °C. Ditambahkan 500 µL reagen 2 SGPT, homogenkan. Dipindahkan larutan kedalam kuvet kemudian diukur absorban pada panjang gelombang 365 nm dengan spektrofotometer. Dicatat nilai absorbansinya.
3.1.2.3 Pengukuran absorban sampel
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
SGPT
Kelompok Menit 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Jumlah akhir
1 0,217 0,250 0,232 0,234 -0,012
2 0,084 0,130 0,121 0,118 -0,024
3 0,164 0,210 0,197 0,193 -0,020
4 0,374 0,370 0,380 0,370 0,002
SGOT
Kelompok Menit 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Jumlah akhir
1 0,140 0,301 0,036 0,010 0,092
2 0,069 0,071 0,066 0,058 0,007
3 0,305 0,320 0,319 0,299 0,004
4 0,174 0,301 0,022 0,052 0,268
Perhitungan Kelompok 2
SGPT=(0,084−0,130)+(0,130−0,121)+(0,121−0,118)
3 x2,143(
U L)
= - 0, 024 U L
SGOT=(0,069−0,071)+(0,071−0,066)+(0,066−0,058)
3 x2,143(
U L)
= 0, 007 U L
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase ) merupakan salah satu enzim yang yang berada dalam hati dan otot jantung, dan sebagiannya lagi berada dalam pankreas, otot rangka dan ginjal. Sedangkan SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) merupakan salah satu enzim yang banyak berada dalam sel-sel hati.
AST/SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam otot jantung dan hati, sebagiannya lagi ditemukan dalam otot rangka, ginjal dan pancreas. Nilai AST serum yang tinggi ditemukan pada infark miokard akut (IMA) dan kerusakan hepar. Setelah nyeri dada hebat yang disebabkan oleh IMA, AST serum meningkat dalam 6 sampai 10 jam dan memuncak dalam 24-48 jam. Jika tidak terjadi perluasan infark, nilai AST serum akan kembali normal dalam 4 sampai 6 hari. Pemeriksaan enzim jantung lainnya juga digunakan dalam mendiagnosa IMA (mis, CPK, LDH).
ALT/SGPT, suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoselular. Kadar ALT serum dapat tinggi sebelum ikterik terjadi. Pada ikterik dan ALT serum >300 unit, penyebab yang paling mungkin karena gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik.
Pada percobaan ini dilakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT dalam serum bertujuan untuk menentukan nilai kadar SGOT dan SGPT dalam serum darah dengan metode spektrofotometer.
Untuk pemeriksaan SGOT, pertama-tama dilakukan penyiapan serum dengan cara disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kemudian darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan disentrifuge selama ± 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Diambil serum darah, dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Yang kedua di lakukan pengukuran absorban blanko dengan cara, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian dipipet 200 µl aquadest ke dalam tabung reaksi, homogenkan. Lalu tambahkan 2000 µl reagen 1 SGOT, diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. setelah itu tambahkan 500 µl reagen 2 SGOT dan homogenkan. Lalu diukur absorbannya pada panjang gelombang 365 nm dengan menggunakan spektrofotometer.
Yang ketiga dilakukan pengukuran absorban sampel dengan cara, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian dipipet 200 µl serum ke dalam tabung reaksi, homogenkan. Lalu tambahkan 2000 µl reagen 1 SGOT, diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. setelah itu tambahkan 500 µl reagen 2 SGOT dan homogenkan. Lalu diukur absorbannya pada panjang gelombang 365 nm dengan menggunakan spektrofotometer. Kemudian diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4, lalu dicatat nilai absorbansinya.
diubah menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim aspartate aminotransferase (AST). MDH (Malat Dehidrogenase) dan LDH (Laktat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan dari reaksi dengan katalisator ALT tadi.
Reagen II yang digunakan ini berisi 2-oksoglutarat 65 mmol/liter dan NADH 1 mmol/liter. 2-oksoglutarat akan bereaksi dengan L-Aspartat membentuk L-glutamat dan oxaloasetat dengan dikatalisis oleh enzim AST. Enzim AST ini akan mengkatalisis pemindahan gugus amino pada L-aspartat ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat membentuk glutamat dan oksalat. Selanjutnya oksaloasetat direduksi menjadi malat.
Untuk pemeriksaan SGPT, pertama-tama dilakukan penyiapan serum dengan cara disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kemudian darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan disentrifuge selama ± 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Diambil serum darah, dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Yang kedua di lakukan pengukuran absorban blanko dengan cara, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian dipipet 200 µl aquadest ke dalam tabung reaksi, homogenkan. Lalu tambahkan 2000 µl reagen 1 SGPT, diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. setelah itu tambahkan 500 µl reagen 2 SGPT dan homogenkan. Lalu diukur absorbannya pada panjang gelombang 365 nm dengan menggunakan spektrofotometer.
absorbansinya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4, lalu dicatat nilai absorbansinya.
Digunakan metode spektrofotometri untuk mengukur kadar SGOT dan SGPT dalam serum, karena metode ini sangat cepat dan mudah, namun kemungkinan dapat juga menghasilkan hasil yang tidak akurat. Dimana digunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 365 nm karena pada panjang gelombang tersebut sampel akan memberikan serapan yang maksimum.
Alasan digunakan reagen SGOT karena reagen SGOT juga merupakan reagen yang spesifik untuk pengukuran SGOT dan dilakukan inkubasi selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan sampel dapat bercampur dengan baik. Sedangkan digunakan reagen SGPT karena reagen SGPT juga merupakan reagen yang spesifik untuk pengukuran SGPT dan dilakukan inkubasi selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan sampel dapat bercampur dengan baik.
Adapun alasan darah disentrifuge adalah untuk memisahkan antara serum (lapisan atas) dan plasma (lapisan bawah). Alasan digunakannya serum yaitu karena serum tidak lagi mengandung fibrinogen, dimana fibrinogen ini terdapat pada plasma dan dapat mengakibatkan pengukuran absorban meningkat 3-5 %. Dan alasan diinkubasi yaitu agar seluruh reagen dapat bereaksi sempurna dengan sampel.
nilai normal mungkin saja terjadi karena dilakukan pada saat kadar SGOT atau SGPT sedang rendah didalam darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan beberapa kali.
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT diperoleh hasil pada nilai SGOT 0,007 U/L sedangkan pada nilai SGPT adalah -0,024 U/L. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel serum darah dengan nilai rujukan normal SGOT 0-31 U/L dan SGPT 0-32 U/L, dari nilai yang diperoleh SGOT memenuhi syarat karena berada dalam range kadar normal, sedangkan SGPT tidak memenuhi syarat karena berada dalam dibawah nilai range kadar normal
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ariffriana, D T 2016, Kimia Klinik, EGC, Jakarta.
Anonim 2017, Tuntunan Praktikum Kimia Klinik, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Bastiansyah, E 2008, Panduan Lengkap : Membaca Hasil Tes Kesehatan, Penebar Plus, Jakarta.
Cahyono JBSB 2009, Hepatitis A, Kanisius, Yogyakarta.
Chang, R 2005, Kimia Dasar : Konsep – Konsep Inti Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Darmanto, D 2001, Seluk-Beluk Pemeriksaan Kesehatan (General Medical Check Up) : Bagaimana Menyikapi Hasilnya, Pustaka Populer Obor, Jakarta.
Ditjen POM 2010, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kurniawan, F B 2014, Kimia Klinik Praktikum Analisis Kesehatan, EGC, Jakarta.
Pearce, E C 2013, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia Pustak Utama, Jakarta.
LAMPIRAN 1. Skema Kerja
1) Penyiapan serum
Siapkan alat dan bahan
Masukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
Sentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 5000 rpm
Ambil serum darah
Masukkan ke dalam tabung reaksi 2) Pengukuran absorban blanko
Siapkan alat dan bahan
Pipet 200 µL aquadest ke dalam kuvet
Tambahkan 2000 µL reagen 1 SGOT, homogenkan
Inkubasi pada suhu 37 °C selama 5 menit
Tambahkan 500 µL reagen 2 SGOT, homogenkan
Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
3) Pengukuran absorban sampel
Siapkan alat dan bahan
Pipet 200 µL serum ke dalam kuvet
Tambahkan 2000 µL reagen 1 SGOT, homogenkan
Ditambahkan 500 µL reagen 2 SGOT, homogenkan
Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
Ukur lagi absorbannya pada menit ke-2, ke-3 dan ke-4
Catat hasil absorbansinya
Pemeriksaan SGPT/ALT
1) Penyiapan serum
Siapkan alat dan bahan
Masukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
Sentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 5000 rpm
Ambil serum darah
Masukkan ke dalam tabung reaksi 2) Pengukuran absorban blanko
Siapkan alat dan bahan
Pipet 200 µL aquadest ke dalam kuvet
Tambahkan 2000 µL reagen 1 SGPT, homogenkan
Inkubasi pada suhu 37 °C selama 5 menit
Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
3) Pengukuran absorban sampel
Siapkan alat dan bahan
Pipet 200 µL serum ke dalam kuvet
Tambahkan 2000 µL reagen 1 SGPT, homogenkan
Inkubasi pada suhu 37 °C selama 5 menit
Ditambahkan 500 µL reagen 2 SGPT, homogenkan
Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
Ukur lagi absorbannya pada menit ke-2, ke-3 dan ke-4
Catat hasil absorbansinya