• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Penetapan Harga dan Penguasaan Pasar dalam Pelanggaran Kartel: Studi Atas Putusan Perkara Nomor 08KPPU I2014 dan Putusan Perkara Nomor 10KPPUI2015 T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Penetapan Harga dan Penguasaan Pasar dalam Pelanggaran Kartel: Studi Atas Putusan Perkara Nomor 08KPPU I2014 dan Putusan Perkara Nomor 10KPPUI2015 T1 BAB I"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha atau bisnis merupakan kegiatan yang menjadi tombak perekonomian dalam

suatu Negara. Perekonomian yang semakin maju, mengakibatkan orang-orang atau para

pelaku usaha berupaya sekuat mungkin untuk mendapatkan keuntungan demi mencapai

tujuan dan kesuksesannya. Untuk mencapai tujuannya tersebut, para pelaku usaha berupaya

dengan keras melakukan inovasi untuk menghasilkan produk atau jasa secara efisien, karena

persaingan perlu dijaga eksistensinya demi terciptanya efisiensi.1

Persaingan akan mendorong setiap perusahaan untuk melakukan kegiatan produksi

dengan seefisien mungkin agar dapat menjual barang-barang dan atau jasa-jasanya dengan

semurah-murahnya dalam rangka bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang

menjadi pesaingnya di pasar. Maka keadaan itu akan memungkinkan setiap konsumen

membeli barang yang paling murah yang ditawarkan di pasar yang bersangkutan.2

Untuk itu, demi mendapatkan keuntungan yang lebih, pelaku usaha memproduksi

barang dan atau jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan harga berdasarkan biaya

produksi. Sehingga, konsumen dapat diuntungkan dengan memilih barang dan atau jasa

dengan harga yang lebih rendah tetapi mempunyai kualitas yang lebih tinggi.

Demi mencapai target didalam usaha atau bisnis, seringkali terjadi persaingan secara

tidak adil (unfair competition) oleh para pelaku usaha yang dapat merugikan konsumen.

akibat dari persaingan yang tidak adil, beberapa pelaku usaha membuat berbagai

kesepakatan yakni untuk mengatur harga, menguasai pasar, dan mengatur kualitas suatu

1 Sutan Remy Sjahdeini, “Latar Belakang, Sejarah, dan Tujuan UU Larangan Monopoli,” Jurnal Hukum

Bisnis Vol 19 (Mei-Juni 2002), h 8

2Togar Tandjung, “Law and market economy”, diakses dari https://lawmark.wordpress.com/ pada tanggal 11

(2)

barang dan jasa yang ditawarkan (Kartel). Kesepakatan tersebut dilakukan dengan maksud

menghindari terjadinya persaingan antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha

lainnya.

Dalam pasar oligopoli terdapat beberapa pelaku usaha yang saling ketergantungan

(interdependence).3 Ketergantungan para pelaku usaha didalam pasar oligopoli

mengakibatkan para pelaku usaha membuat kesepakatan bersama untuk mengatur tingkat

harga produksi, wilayah pemasaran dan penguasaan pasa.4 Ketergantungan dalam pasar

oligopoli menyebabkan dampak yang negatif, dengan adanya keuntungan yang terlalu besar

(excess profit) yang dinikmati oleh para produsen oligopoli dalam jangka panjang dan

adanya ketidakefisi dalam memproduksin barang dan atau jasa.

KPPU telah melakukan penyusunan pedoman pelaksanaan Pasal 5 Undang–Undang

Nomor 5 Tahun 1999 “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh

konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”. Pedoman larangan ini

mengatur tentang penetapan harga oleh para pelaku usaha yang saling bersaing (price

fixing). Pedoman pelaksanaan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada

pelaku usaha. Sebagaimana diketahui, penetapan harga adalah sebuah perilaku yang sangat

terlarang dalam perkembangan peraturan persaingan. Penetapan harga ini dilarang karena

penetapan harga bersama-sama akan menyebabkan tidak berlakunya hukum pasar tentang

harga yang terbentuk dari adanya penawaran dan permintaan.5

Penetapan harga selalu menghasilkan harga yang senantiasa berada jauh di atas harga

yang biasa dicapai melalui persaingan usaha yang sehat. Harga tinggi ini tentu saja

menyebabkan terjadinya kerugian bagi masyarakan baik secara langsung maupun tidak

3 Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, (Jakarta: Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2009), h 36

4 Agus Sardjono, “Pentingnya Sistem Persaingan Usaha yang Sehat dalam Upaya Memperbaiki Sistem Perekonomian”, Newsletter No. 34 Tahun IX, (Jakarta: Yayasan Pusat Pengkajian Hukum, 1998), h 26-27

(3)

langsung.6 Penetapan harga merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap hukum

persaingan karena perilaku kesepakatan penetapan harga akan secara langsung

menghilangkan persaingan yang seharusnya terjadi diantara perusahaan-perusahaan yang

ada dipasar. Maka, hilangnya persaingan akibat penetapan harga ini jelas melanggar hukum

persaingan usaha, karena merugikan konsumen dan perekonomian secara keseluruhan.7 Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 diatur mengenai larangan perjanjian

kegiatan dan penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengarah pada persaingan usaha

tidak sehat. Salah satu kegiatan yang dilarang adalah penguasaan pasar. Sebagaimana diatur

pada pasal 19 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 “Pelaku usaha dilarang melakukan satu

atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:

a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukankegiatan

usaha yang sama pada pasar bersangkutan;

b. atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”.8

Bunyi ketentuan Pasal 19 dapat disimpulkan bahwa, kegiatan tersebut dilarang untuk

dilakukan pelaku usaha karena dapat mengakibatkan terjadinya penguasaan pasar. Kegiatan

penguasaan pasar merupakan praktek monopoli yang dapat menyebabkan persaingan usaha

tidak sehat. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Definisi dari monopoli adalah penguasaan atas

produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku

usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Sedangkan yang dimaksud dengan Praktek

monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang

6 Draf pedoman pasal 5 tentang penetapan harga Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, h 5

7 Ibid, h 5

8 Indonesia, Pasal 19 Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

(4)

mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu

sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan

umum.9

Kartel adalah kerjasama sejumlah perusahaan yang bersaing untuk mengkoordinasi

kegiatannya, sehingga dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang dan

atau jasa untuk memperoleh keuntungan diatas tingkat keuntungan yang wajar.10 Salah satu

persaingan usaha yang tidak sehat adalah kartel. Perjanjian kartel telah dilarang dalam Pasal

11 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha yang Tidak Sehat.

Pengertian kartel menurut undang undang terdapat pada pasal 11 UU Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat, kartel

adalah Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang

bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran

suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.11

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis dua putusan KPPU terkait dengan kartel.

Yaitu:

1. Putusan Perkara Nomor 08/KPPU-I/2014 tentang dugaan pelanggaran pasal 5 ayat (1)

dan Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 dalam Industri otomotif terkait kartel ban kendaraan

bermotor roda empat.

9 Indonesia, Pasal 19 Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

UU No. 5 Tahun 1999, h 7

10 Indonesia. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 11 tentang

Kartel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peraturan Komisi No. 4 Tahun 2010, h 16

11 Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU

(5)

2. Perkara Nomor 10/KPPU-I/2015 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 11 dan Pasal 19

huruf c UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat dalam Perdagangan Sapi Impor di (JABODETABEK).

A. PUTUSAN PERKARA KPPU No. 08/KPPU-I/2014

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi

yang memeriksa Perkara Nomor 08/KPPU-I/2014 tentang dugaan pelanggaran pasal 5 ayat

(1) dan Pasal 11 undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam industri otomotif terkait kartel

ban kendaraan bermotor roda empat.12 Adapun dugaan perkara yang dilakukan oleh

menetapkan 6 pelaku usaha yang merupakan produsen ban di Indonesia. Anggota asosiasi

perusahaan ban Indonesia (APBI) terbukti melakukan perjanjian yang dilarang dalam

pemasaran ban di Indonesia yang diputus melanggar Hukum Pesaingan Usaha.

Putusan KPPU Nomor 08/KPPU-I/2014, adalah perkara yang lahir atas inisiatif

KPPU berdasarkan kewenangannnya yang diatur dalam Pasal 40 UU Persaingan Usaha.13

Perkara ini berawal dari adanya indikasi persaingan usaha tidak sehat yang terjadi dalam

industri ban di Indonesia. Berdasarkan indikasi tersebut, KPPU membentuk tim investigator

pada tanggal 12 Mei 2014, tim investigator tersebut melakukan penyelidikan dugaan

pelanggaran undang-undang persaingan usaha terhadap produsen ban kendaraan bermotor

roda empat.14

Selanjutnya tim memeriksa semua pihak yang terkait dengan perkara ini untuk

mendapatkan keterangan dan bukti. Setelah melakukan pemeriksaaan perkara dalam

tahapan pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan tambahan, tim investigator menemukan

12 Putusan Perkara Nomor 08/KPPU- I/2014, h 1

(6)

bukti terkait pelanggaran undang-undang persaingan usaha. Pada sidang agenda pembacaan

putusan tanggal 7 januari 2015 dengan nomor perkara 08/KPPU-I/2014 tentang pelanggaran

yang dilakukan industri ban Indonesia telah diputus oleh KPPU pada tahun 2015.15

A. PUTUSAN PERKARA KPPU No. 08/KPPU-I/2014

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi

yang memeriksa perkara nomor 10/KPPU-I/2015 tentang dugaan pelanggaran pasal 11 dan

pasal 19 huruf c undang-undang nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat dalam Perdagangan Sapi Impor di Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK). 16

Sidang perdana ini digelar setelah melewati masa pemeriksaan pendahuluan pada

tanggal 15 september sampai 28 oktober 2015. Selanjutnya KPPU menetapkan pemeriksaan

lanjutan terhadap perkara yang direncanakan akan berlangsung pada tanggal 29 Oktober

2015 sampai dengan 25 Januari 2016 dengan agenda pembuktian dugaan pelanggaran.17

Sebanyak 32 perusahaan penggemukan daging sapi atau feedloter diduga terlibat kasus ini.

Mereka dianggap menahan stok yang masuk ke rumah potong hewan (RPH) sehingga

menyebabkan kelangkaan di pasar. Tim investigator melakukan pendalaman terhadap

praktek larangan kartel daging pada sejumlah pengusaha besar.

Tim investigasi KPPU juga menemukan sejumlah rumah pemotongan hewan

dimonopoli perusahaan daging. Bentuk monopoli yang dilakukan adalah penggolontoran

dana oleh perusahaan daging ke rumah pemotongan hewan. Dana diberikan untuk

perawatan mesin-mesin dan kebersihan rumah pemotongan hewan agar bebas dari penyakit

15 ibid, h 232-233

16 Putusan Perkara Nomor 10/KPPU-I/2015, h 1

17 Redaksi KPPU, Penegakan Hukum “KPPU gelar sidang perdana dugaan Kartel Daging Sapi” Majalah

(7)

pada sapi yang hendak dipotong. Dengan upaya tersebut, pengusaha daging menjual daging

lebih mahal.18

Sangat jelas bahwa pemerintah dengan tegas mengatur dalam Pasal 11 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 bahwa para pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan

pesaingnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga guna mengatur produksi dan atau

pemasaran suatu barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Jika terbukti melanggar, maka pelaku usaha dalam hal ini para importir daging sapi

akan diberi sanksi denda sebesar Rp. 1 miliar hingga Rp. 25 miliar.19

Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta, penilaian, analisis dan kesimpulan di atas, serta

dengan mengingat Pasal 43 ayat (3) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis

Komisi menyatakan bahwa terlapor I - terlapor XXXII terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar pasal 11 undang-undang nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.20

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan sebagai berikut :

18Hukumonline.com, “Polri Diminta Cek Dugaan Kartel Daging Sapi”, diakses dari

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5118c4ce68bab/polri-diminta-cek-dugaan-kartel-daging-sapi pada tanggal 20 mei 2017 pukul 16.20 WIB

19 SINDONEWS.com, “Polisi Sidik Sindikat Kartel Sapi”, diakses dari

http://nasional.sindonews.com/read/1036738/149/polisi-bidik-sindikat-kartel-sapi-1440472924 pada tanggal 15 mei 2017 pukul 16. 35 WIB.

(8)

1. Bagaimana penetapan harga dan penguasaan pasar dapat menyebabkan terjadinya

pelanggaran kartel terhadap Putusan Perkara KPPU No 08/KPPU-I/2014 dan Putusan

Perkara KPPU No 10/KPPU-I/2015 yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui penetapan harga dan penguasaan pasar terhadap pelanggaran

kartel, menurut UU No 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat.

b. Untuk mengetahui dampak dari penetapan harga dan penguasaan pasar dalam

pelanggaran kartel.

c. Untuk mengetahui pertimbangan Majelis Komisi dalam memberikan putusan di dua

putusan perkara KPPU.

2) Manfaat Penelitian

Harapan penulis pada penelitian ini ialah pemahaman yang dapat dimengerti dan

memiliki manfaat kepada pelajar dan atau masyarakat yang lebih luas. Penulis menguraikan

dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu :

a. Manfaat Teoritis

Keinginan penulisan dari hasil penelitian ini, tulisan ini dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya, dalam menambah wawasan di bidang ilmu hukum. Sehingga

(9)

ini, diharapkan dapat menjadi sumber pemahaman dalam memahami hukum persaingan

usaha di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Penelitian penulisan ini diharapkan dapat berguna untuk menjelaskan kepada setiap

masyarakat, tentang kartel sebagai salah satu perilaku yang dilarang dalam UU. Karena

praktek kartel dapat menciptakan persaingan usaha yang tidak sehat.

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematik

dan pemikiran tertentu yang bertujuan.21 Metode penelitian dalam tulisan ini menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang

meletakan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma.22 Dimana sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah, dari peraturan perundang-undangan,

putusan pengadilan, perjanjian, serta doktrin hukum.

2. Pendekatan yang digunakan

Terdapat tiga pendekatan yang digunakan, Yaitu :

a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach). Pendekatan ini dilakukan

dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan

permasalahan (isu hukum) yang sedang dihadapi. Pendekatan perundang-undangan ini

misalnya dilakukan dengan mempelajari konsistensi/kesesuaian antara Undang-Undang

21 Soerjono Soekamto, pengantar penelitian hukum, cet. Ke-3 (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), h

42

22 Fahmi M. Ahmadi, Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

(10)

Dasar dengan Undang, atau antara Undang yang satu dengan

Undang-Undang yang lain.

b. Pendekatan Kasus (Case Approach) Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan

telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi. Kasus-kasus

yang ditelaah merupakan kasus yang telah memperoleh putusan pengadilan

berkekuatan hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada setiap putusan tersebut adalah

pertimbangan hakim untuk sampai pada suatu keputusan sehingga dapat digunakan

sebagai argumentasi dalam memecahkan isu hukum yang dihadapi.

c. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) Pendekatan ini beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.

Pendekatan ini menjadi penting sebab pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang

berkembang dalam ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi

hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Pandangan/doktrin akan

memperjelas ide-ide dengan memberikan pengertian-pengertian hukum, konsep hukum,

maupun asas hukum yang relevan dengan permasalahan.23

3. Bahan Hukum

Sumber data dari penulisan hukum ini yaitu dilakukan dengan cara meneliti bahan

kepustakaan (data sekunder). Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi

yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada seperti dokumen resmi, buku, dan hasil

penelitian berbentuk laporan.24 Data sekunder yang akan diperoleh ini berpedoman pada

literature-literatur sehingga disebut penelitian kepustakaan, dengan memperhatikan

peraturan perundang-undangan yang ada maupun pendapat para ahli hukum. Penelitian

kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mempelajari bahan-bahan hukum

yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data sekunder.

(11)

4. Unit Analisis

a. Penetapan Harga

b. Penguasaan Pasar

c. Kartel

d. Putusan Perkara KPPU No 08/KPPU-I/2014 tentang Kartel Ban Kendaraan Bermotor

Roda Empat.

e. Putusan Perkara KPPU No 10/KPPU-I/2015 tentang Perdagangan Sapi Import.

1.5 Sistematika Penulisan

Sesuai dengan buku panduan penelitian dan penulisan skripsi fakultas Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana. Maka, bagian isi skripsi meliputi tiga substansi utama.

Yaitu :

1) Pendahuluan

Bab ini berisi uraian orientasi tentang penelitian yang akan dilakukan meliputi :

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan dan Manfaat Penelitian

d. Metode Penelitian

e. Sistematika Penulisan

2) Pembahasan

Bab ini berisi uraian pembahasan atau analisis terhadap permasalahan penelitian.

Pembahasan penelitian merupakan legal analisis yang menggunakan pendekatan peraturan,

(12)

sumber-sumber hukum dalam analisis penetapan harga dan penguasaan pasar terhadap pelanggaran

kartel dan studi putusan perkara KPPU.

3) Penutup

Bab ini berisi pernyataan tentang kesimpulan (jawaban atas permasalahan) dan saran

penulis.25

25 Krishna, Buku panduan penelitian dan penulisan skripsi, Program studi ilmu hukum Universitas Kristen

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian melanjutkan menempuh Program Pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dengan mengambil jurusan Tadris Matematika (TMT) di IAIN

STUDI PENGURANGAN ARUS INRUSH AKIBAT ENERGIZING PADA TRANSFORMATOR DAYA GARDU INDUK MENGGUNAKAN METODE.. SEQUENTIAL PHASE

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah pembagian penerimaan pajak rokok dibagi 50% (lima puluh persen) berdasarkan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul pembelajaran kontekstual bermuatan karakter pada mata pelajaran kewirausahaan dengan mataeri produk kerajinan

bahwa Upaya Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menanggulangi Anak Jalanan Yang Mengganggu Ketertiban Umum yang menjadi faktor utamanya adalah belum adanya himbauan

Dari definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa “Rekrutmen adalah proses penarikan calon tenaga kerja handal yang akan dijadikan pegawai untuk

Pendidikan Jiwa (al-Tarbiyah al-Nafs) adalah Suatu upaya untuk membina, medidik, memelihara, menjaga, membimbing dan membersihkan sisi dalam diri manusia (Jiwa)

Hampir semua distribusi Sistem Operasi, secara defaultnya menyertakan BIND sebagai program DNS Server mereka, sehingga banyak orang mengidentifikasikan atau berpikir DNS Server