• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Lingkungan Bisnis Garuda Indones

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa Lingkungan Bisnis Garuda Indones"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENURUNAN DRASTIS KINERJA KEUANGAN GARUDA

INDONESIA PADA TAHUN 2014

A. LATAR BELAKANG

Suatu organisasi atau perusahaan tidak akan pernah lepas dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan perusahaan atau lingkungan bisnis dapat menjadi faktor pendukung maupun penghambat organisasi, dan juga sebaliknya aktivitas organisasi dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Lingkungan bisnis adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap manajemen organisasi atau aktifitas usaha. Setiap perubahan dalam lingkungan bisnis akan dapat berdampak secara langsung ataupun tidak langsung pada perusahaan, sehingga perusahaan harus mampu beroperasi dan menyesuaikan diri secara optimal dalam kondisi lingkungan yang hampir selalu mengalami perubahan setiap waktu.

Garuda Indonesia sebagai suatu perusahaan juga tidak dapat terlepas dari lingkungan yang ada di sekitarnya, baik itu lingkungan internal ataupun lingkungan eksternal. Lingkungan perusahaan tersebut dapat mempengaruhi ataupun terpengaruh dari aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan. Untuk dapat bertahan dalam industri maskapai penerbangan dan sekaligus memiliki keunggulan kompetitif, Garuda Indonesia harus selalu mampu menyesuaikan diri dengan optimal terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya.

(2)

- 1 - B. LANDASAN TEORI

Menurut Basu Swastha DH dan Ibnu Sukotjo W (Liberty, 1988), lingkungan perusahaan adalah keseluruhan faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi perusahaan baik organisasi maupun kegiatannya. Berdasarkan tingkat pengaruh pada perusahaan maka lingkungan bisnis atau lingkungan perusahaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal. Berikut ini adalah penjelasan dari kedua macam lingkungan bisnis tersebut.

1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah faktor-faktor yang ada di dalam organisasi yang berpengaruh terhadap manajemen organisasi. Lingkungan internal ini biasanya digunakan untuk menentukan kekuatan (strength) perusahaan dan juga mengetahui kelemahan (weakness) perusahaan.

Lingkungan internal terdiri dari: visi misi perusahaan, nilai-nilai perusahaan, budaya perusahaan, gaya manajemen, kebijakan organisasi, hubungan antar divisi, karyawan, modal, material/ bahan baku dan peralatan/ perlengkapan produksi.

2. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kegiatan perusahaan. Lingkungan eksternal meliputi variabel-variabel di luar organisasi yang dapat berupa tekanan umum dan tren di dalam lingkungan sosial ataupun faktor-faktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja.

Lingkungan eksternal terbagi menjadi 2 yaitu : - Lingkungan Khusus (Mikro)

Pada lingkungan khusus, perusahaan dapat melakukan aksi-reaksi terhadap faktor-faktor penentu peluang pasar (opportunity) dan juga ancaman dari luar (threat). Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan khusus antara lain: pelanggan, pemasok, pesaing, pemegang saham, kreditor, serikat pekerja dan pemerintah sebagai pembuat peraturan.

- Lingkungan Umum (Makro)

(3)

- 2 -

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan umum antara lain: a. Kondisi Ekonomi

Kondisi Ekonomi yaitu kondisi umum dari perekonomian yang berkaitan dengan suku bunga, inflasi, konvertibilitas mata uang, tingkat penghasilan perkapita, produk dimestik bruto, kebijakan moneter dan fiskal, sistem perpajakan, pengangguran, tingkat upah, dan indikator ekonomi lainnya yang berkaitan.

b. Kondisi Sosial-Budaya

Kondisi Sosial-budaya yaitu kondisi umum dari nilai-nilai sosial yang berlaku mengenai hak asasi manusia, adat istiadat, norma, nilai, kepercayaan, bahasa, sikap perilaku, bahasa, agama, selera, aspirasi, trend pendidikan dan lembaga sosial terkait.

c. Kondisi Hukum-Politik

Kondisi hukum-politik yaitu ideologi politik, partai dan organisasi politik, bentuk pemerintah, hukum, undang-undang dan peraturan pemerintah yang mempengaruhi transaksi bisnis, perjanjian dengan negara lain, hak paten dan merek dagang.

d. Kondisi Internasional

Kondisi internasional adalah kekuatan internasional yang dapat mempengaruhi perusahaan, seperti perjanjian perdagangan internasional, kondisi ekonomi dan politik internasional, kondisi pasar internasional, tenaga kerja, budaya suatu negara, nilai mata uang, dan sebagainya.

e. Kondisi Demografi

Kondisi demografi adalah kondisi kependudukan yang terkait dengan jumlah, struktur, komposisi dan perkembangan (perubahan) penduduk yang dapat dipengaruhi atau berpengaruh terhadap keputusan dan aktivitas bisnis perusahaan. Kondisi kependudukan dapat berupa jumlah penduduk, angka kelahiran/kematian, migrasi penduduk, komposisi umur penduduk, angkatan kerja, pendidikan, etnis/suku atau kewarganegaraan dan sebagainya pada suatu daerah.

f. Kondisi Teknologi

(4)

- 3 -

dan metode kerja, peralatan fisik, elektronik dan telekomunikasi, dan sebagainya yang digunakan untuk menjalankan aktivitas bisnis.

g. Kondisi Lingkungan Alam (Ekologi)

Kondisi lingkungan alam yaitu merupakan kondisi umum dari alam dan kondisi lingkungan secara fisik.

C. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk adalah sebuah perusahaan BUMN (Badan Umum Milik Negara) bergerak di bidang jasa transportasi udara yang didirikan pada tanggal 4 Maret 1975 berdasarkan Akta Pendirian No. 8 tanggal 4 Maret 1975. Tonggak sejarah berdirinya Garuda Indonesia diawali pada 28 Desember 1949, dimana pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dilabeli dengan nama Garuda Indonesian Airways. Pesawat tersebut melakukan penerbangan dari DKI Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden RI saat itu, Presiden Soekarno.

Pada 1989, Garuda Indonesian Airways berganti nama menjadi Garuda Indonesia. Setahun kemudian, Garuda Indonesia diresmikan menjadi Perusahaan Negara. Pada masa itu, Garuda Indonesia telah memiliki 38 pesawat yang terdiri dari 22 jenis DC-3, 8 pesawat laut Catalina, dan 8 pesawat jenis Convair 240. Armada Garuda Indonesia terus berkembang, di mana untuk pertama kalinya Garuda Indonesia membawa penumpang jamaah Haji ke Mekkah pada 1956.

Saat ini komposisi kepemilikan saham Garuda Indonesia adalah sebesar 60,51 % dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, 25,49% oleh Credit Suisse AG Singapore TC AR CL PT Trans Airways dan masyarakat (kepemilikan saham di bawah 2%) sebesar 13,55%. Hingga 2014, Garuda Indonesia memiliki 7 (tujuh) entitas anak yang berfokus pada produk/jasa pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Aero Wisata, PT Abacus Distribution Systems Indonesia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, PT Aero Systems Indonesia, PT Citilink Indonesia, PT Gapura Angkasa, dan Garuda Indonesia (GIH) France. Dalam kegiatan kesehariannya, Garuda Indonesia didukung oleh 7.861 orang karyawan, termasuk 2.010 orang siswa yang tersebar di kantor pusat dan kantor cabang.

(5)

- 4 -

Seiring dengan pertumbuhan kinerja di berbagai aspek finansial dan operasional, Garuda Indonesia meraih beragam apresiasi dan penghargaan prestisius dari berbagai lembaga nasional maupun internasional. Pada 2012, Garuda dinobatkan sebagai “The Best International Airline” oleh lembaga riset Roy Morgan di Australia, serta “The World’s Best Regional Airline” oleh Skytrax, lembaga pemeringkat airline yang berkedudukan di London dalam ajang pameran kedirgantaraan Farnborough Airshow. Selanjutnya, dalam pameran kedirgantaraan “Paris Air Show” yang diselenggarakan pada Juni 2013, Garuda Indonesia memeroleh penghargaan “The World’s Best Economy Class” dan “Best Economy Class Airline Seat”, serta dinobatkan pada peringkat ke-7 dalam jajaran “The World’s Top 10 Airlines”. Pada September 2013, acara “Passenger Choice Award 2013” yang diselenggarakan di Anaheim, California, Amerika Serikat oleh Airline Passenger Experience Association (APEX) - asosiasi peningkatan layanan penerbangan yang berkedudukan di New York - mengukuhkan Garuda Indonesia sebagai “Airline Terbaik di Kawasan Asia dan Australasia” (“Best in Region: Asia and Australasia”). Pada 15 Juli 2014, Garuda Indonesia dinobatkan menjadi maskapai penerbangan dengan awak kabin terbaik di dunia. Setelah itu, pada 11 Desember 2014, Garuda Indonesia dikukuhkan menjadi salah satu dari tujuh maskapai bintang lima di dunia.

D. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Pada tahun 2014 Garuda Indonesia secara mengejutkan mencatat kerugian sebesar Rp4,8 triliun, turun sebesar 734% dibandingkan kinerja 2013. Berikut ini data trend laba/rugi operasional Garuda Indonesia yang dibukukan selama 4 tahun terakhir:

Tahun Laba Operasional Naik/Turun (%)

2011 92.347.588

2012 173.489.875 87,87

2013 62.942.065 (63,72)

(6)

- 5 -

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa kinerja Garuda Indonesia pada tahun 2014 menurun tajam menjadi rugi USD 399 juta atau sebesar Rp 4,8 T.

Akar permasalahan (kerugian) yang dialami Garuda Indonesia dapat dibagi dalam 2 faktor yaitu dari faktor eksternal dan faktor internal, sebagai berikut:

1. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain: - Tingginya nilai tukar dan harga avtur

Depresiasi IDR terhadap USD sangat berpengaruh bagi Garuda Indonesia, mengingat sebagian besar rute Garuda Indonesia memberikan pendapatan dalam Rupiah sedangkan pembiayaan hampir didominasi dalam USD. Beban bahan bakar pesawat terbang mewakili sekitar 36,0% dari total beban operasional perusahaan. Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD tahun 2014 sebesar Rp 11.878/US$, melemah sebesar 13,7% dibandingkan pada tahun 2013 yang sebesar Rp 10.445/US$. Bagi Garuda Indonesia, setiap pelemahan Rp 100 terhadap USD akan menyebabkan kenaikan beban sebesar USD 12,8 Juta. Sedangkan rata-rata harga avtur Indonesia pada tahun 2014 sebesar Rp 10.825 – Rp 11.350 per liter naik sebesar 3% dibandingkan tahun 2013. Selain itu harga avtur Indonesia lebih mahal 12% dibandingkan harga internasional, sehingga Garuda Indonesia harus membayar lebih mahal sekitar US$ 125 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun.

(7)

- 6 -

Penurunan tingkat isian penumpang dapat terlihat dari tabel berikut, dimana tingkat isian penumpang menurun dari 74,1 % di 2013 menjadi 71,8 % di 2014.

- Lambatnya pengembangan infrastruktur transportasi udara nasional yang berdampak pada inefisiensi operasional penerbangan. Misalnya pada bandara Soekarno Hatta, waktu tunggu pesawat untuk take off atau untuk landing bisa mencapai 30 menit karena harus antri akibat padatnya pesawat di landasan bandara. Pada kondisi menunggu, mesin pesawat harus tetap menyala sehingga terjadi pemborosan bahan bakar. Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia, keterlambatan landing tahun 2014 rata-rata selama 11 menit dan hal tersebut menyebabkan kerugian beban bahan bakar avtur sebesar Rp 344 miliar.

2. Faktor Internal

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi antara lain:

- Inefisiensi penggunaan bahan bakar pesawat terbang, selain pemborosan karena waktu tunggu pesawat untuk take off dan landing, juga pemborosan karena adanya rute-rute dan jumlah penerbangan yang kurang profitable.

- Beberapa rute atau jadwal penerbangan kurang profitable. Misalnya rute Bpn-Mdc-Bpn yang kurang profitable karena seringnya penerbangan tidak full terjual.

Atau rute Bpn-Jkt-Bpn sebanyak 5 kali dalam sehari, namun tidak full terjual pada

setiap penerbangannya.

Selain itu Garuda Indonesia mengembangkan rute-rute baru, terutama pada rute perintis yang diterbangkan dengan pesawat ATR72-600, namun dalam setiap penerbangannya masih belum dapat terjual penuh. Hal ini karena penerbangan perintis Garuda Indonesia masih kalah bersaing dengan maskapai-maskapai pesawat perintis terdahulu, seperti Susi Air, Kalstar, Trigana Air, atau Wings Air. Kondisi ini selain menyebabkan peningkatan biaya bahan bakar, namun juga

(8)

- 7 -

kenaikan dalam biaya perawatan dan pemeliharaan pesawat, biaya bandara dan

biaya per unit penerbangan lainnya.

Review kondisi keuangan Garuda Indonesia tahun 2014 berkaitan dengan adanya faktor eksternal dan faktor internal di atas adalah sebagai berikut.

Peningkatan beban operasional (meningkat 17,2% dibandingkan 2013) tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan operasional yang signifikan, yaitu hanya 4,63 %. Berikut ini data pendapatan dan beban operasional perusahaan pada 2012 – 2014.

Keterangan 2014 2013 2012

Pendapatan 3.933.530.272 3.759.450.237 3.508.077.977 Biaya 4.332.843.278 3.696.508.172 3.334.588.104 Laba Operasional (399.313.066) 62.942.065 173,489,875

Dari data di atas persentase beban operasional adalah sebesar 110% dibandingkan pendapatan operasional, sedangkan pada tahun 2013 dan 2012 adalah sebesar 98% dan 95% dibandingkan pendapatan operasionalnya.

Peningkatan pendapatan yang tidak signifikan (4,63%) di atas, berasal dari:

- Pendapatan dari penerbangan berjadwal meningkat sebesar 6,8% pada 2014 menjadi USD3.384,3 juta. Pendapatan ini mendominasi pendapatan usaha di 2014, yaitu mencakup 86,0% dari total pendapatan usaha yang disebabkan oleh kenaikan penumpang penerbangan berjadwal sebesar 6,5% dari USD2.995,3 juta di 2013 menjadi USD3.147,7 juta di 2014.

- Pendapatan penerbangan tidak berjadwal tercatat sebesar USD203,9 juta di 2014, menurun sebesar 5,6% atau setara dengan USD 12,1 juta, dibandingkan 2013 yang mencatatkan pendapatan sebesar USD216 juta. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan dari penerbangan haji sebesar 6,7%, dari USD195,2 juta pada 2013 menjadi USD182,1 juta pada 2014. Penurunan tersebut akibat dampak pembatasan kuota haji sebesar 20% oleh Pemerintah Arab Saudi.

(9)

- 8 -

menjadi USD67 juta pada 2014 akibat penurunan jumlah Passenger Tour di 2014 serta penurunan pendapatan hotel sebesar 10,8% seiring penurunan occupancy rate dari 74,7% di 2013 menjadi 70,8% di 2014.

Peningkatan beban operasional (17,2%) pada tahun 2014 di atas, berasal dari:

- Beban operasional penerbangan pada 2014 tercatat sebesar USD2.562,2 juta, meningkat sebesar 14,1% dibandingkan dengan 2013 yang tercatat sebesar USD2.244,8 juta. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan beban bahan bakar, beban sewa dan beban charter pesawat. Beban bahan bakar pada 2014 tercatat sebesar USD1.560,3 juta, meningkat sebesar 9,9% dibandingkan 2013 sebesar USD1.420,1 juta. Beban sewa dan charter pesawat pada 2014 tercatat sebesar USD765,9 juta, meningkat sebesar 29,3% dibandingkan 2013 sebesar USD592,3 juta.

- Beban tiket, penjualan dan pemasaran pada 2014 tercatat sebesar USD354,8 juta, meningkat sebesar 5,7% dibandingkan dengan 2013 sebesar USD335,9 juta. Peningkatan ini terutama akibat peningkatan beban komisi seiring peningkatan penumpang di 2014.

- Beban pemeliharaan, perawatan dan perbaikan pada 2014 tercatat sebesar USD420,9 juta, meningkat sebesar 46,6% dibandingkan dengan 2013 sebesar USD287,1 juta.

- Beban pelayanan penumpang pada 2014 tercatat sebesar USD302,9 juta, meningkat sebesar 6,9% dibandingkan 2013 sebesar USD283,4 juta. Kenaikan ini merupakan dampak dari peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan Garuda Indonesia serta peningkatan jumlah penumpang.

- Beban bandara pada 2014 tercatat sebesar USD339 juta, meningkat sebesar 14,1% dibandingkan 2013 sebesar USD297 juta. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penerbangan menjadi 228.329 pada 2014 dari 196.403 pada 2013, serta pembukaan kantor cabang dan rute baru di 2014.

(10)

- 9 -

- Beban operasional hotel pada 2014 tercatat sebesar USD34,1 juta, meningkat sebesar 0,9% dibandingkan 2013 sebesar USD33,8 juta. Hal ini merupakan dampak dari meningkatnya beban pegawai dan bahan baku makanan.

- Beban operasional transportasi dan operasi jaringan pada 2014 tercatat sebesar USD34,6 juta, menurun masing-masing sebesar 10,2% atau USD2,0 juta dan 6,9% atau USD1,2 juta, dibandingkan dengan 2013 yang tercatat sebesar USD37,8 juta. Hal ini merupakan dampak dari penurunan biaya operasional entitas anak yang bergerak di bidang transportasi dan operasi jaringan.

E. ANALISA PERMASALAHAN DARI ASPEK LINGKUNGAN BISNIS

Dalam permasalahan PT. GARUDA INDONESIA (Persero), Tbk yang telah diuraikan di atas, aspek lingkungan bisnis yang akan dianalisa adalah dari aspek Ekonomi dan Aspek Hukum. Penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Aspek Ekonomi

Seperti yang kita ketahui bersama, Garuda Indonesia merupakan perusahaan maskapai penerbangan yang menjadi pelopor transportasi udara di Indonesia. Namun pada kenyataannya pada tahun 2014 Garuda Indonesia mengalami kerugian yang sangat besar yaitu sebesar Rp 4,8 triliun. Aspek Ekonomi merupakan aspek yang paling utama penyebab permasalahan yang dialami Garuda Indonesia, yaitu antara lain :

- Depresiasi nilai Rupiah dan naiknya harga bahan bakar pesawat terbang.

Depresiasi Rupiah terhadap USD sangat berpengaruh bagi Garuda Indonesia, mengingat sebagian besar rute Garuda Indonesia memberikan pendapatan dalam Rupiah sedangkan pembiayaan hampir didominasi dalam USD. Persentase beban bahan bakar pesawat terbang cukup besar berkontribusi pada total beban operasional perusahaan yaitu sebesar 36%.

(11)

- 10 -

yang memiliki subsidi dan dukungan promosi dari pemerintahnya, dan juga di kawasan Asia-Pasifik sudah memasuki situasi oversupply, sehingga persaingan penurunan harga semakin gencar dilakukan.

- Terjadi inefisiensi dalam biaya-biaya operasional perusahaan. Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya bahan bakar pesawat terbang, biaya perawatan dan pemeliharaan pesawat, biaya bandara dan biaya per unit penerbangan lainnya.

Tidak efisiennya biaya-biaya tersebut disebabkan antara lain karena pemborosan dalam waktu tunggu/antri pesawat untuk take off dan landing, dan juga pemborosan karena beberapa rute dan jumlah penerbangan yang kurang

profitable/merugikan.

2. Aspek Hukum

Dari aspek hukum kerugian Garuda Indonesia dapat disebabkan karena adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Beberapa peraturan dan kebijakan yang ikut memberikan kontribusi dalam kerugian yang dialami Garuda Indonesia adalah :

- Kebijakan penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Adanya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 tahun 2014 tentang Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara dan Nomor 11 tahun 2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor, terkait penghematan biaya perjalanan dinas bagi Pejabat dan Pegawai Negeri Sipil. Kebijakan ini melarang Pegawai Negeri Sipil, anggota DPR/DPRD dan pejabat pemerintahan untuk melakukan perjalanan dinas dengan penerbangan menggunakan kelas bisnis. Kebijakan ini sangat berdampak pada pendapatan Garuda Indonesia, mengingat selama ini penerbangan kelas bisnis Garuda Indonesia banyak terjual kepada sektor pemerintah.

(12)

- 11 -

Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkatan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.

F. SOLUSI DAN TINDAK LANJUT

Setelah melakukan analisa dari berbagai aspek di atas, solusi sebagai tindak lanjut dalam mengatasi permasalahan yang dapat dilakukan oleh manajemen Garuda Indonesia antara lain:

1. Meminimalkan penggunaan bahan bakar melalui teknik disciplined conservations. 2. Melakukan review rute-rute yang profitable dan non profitable, misalnya dengan

mengurangi jumlah penerbangan per hari untuk destinasi yang sama atau menutup rute-rute penerbangan yang kurang profitable atau merugikan. Hal ini dapat mengurangi inefisiensi biaya khususnya biaya bahan bakar pesawat, biaya pemeliharaan pesawat, biaya bandara, dan biaya-biaya operasional lainnya.

3. Mengurangi biaya pelayananan penumpang, seperti biaya konsumsi, elektronik, atau pelayanan lainnya untuk rute-rute pendek dan jam penerbangan yang singkat. Namun tetap mempertahankan kualitas pelayanan dan keamanan penerbangan seperti yang telah dimiliki Garuda Indonesia saat ini. Sehingga dengan penurunan biaya, Garuda Indonesia dapat mengurangi harga tiket untuk penerbangan-penerbangan tertentu untuk dapat bersaing dengan maskapai penerbangan murah baik dalam penerbangan domestik atau internasional.

4. Efisiensi dan optimalisasi biaya operasional lainnya, termasuk efisiensi ground services, biaya administrasi, biaya penjualan, dan sebagainya.

5. Meningkatkan produktivitas karyawan, review komposisi karyawan dan beban kerja, termasuk juga pengurangan karyawan yang memiliki kinerja yang kurang baik. 6. Meningkatkan penjualan produk, misalnya pendapatan dari interline (SkyTeam dan

code share), memperluas penjualan melalui e-commerce, meningkatkan program

(13)

- 12 - G. ANALISA SWOT

Berdasarkan permasalahan dan aspek-aspek lingkungan bisnis Garuda Indonesia di atas dapat dianalisa kelebihan, kelemahan, peluang dan tantangan (analisasi SWOT) yang dihadapi perusahaan, yaitu :

1. Kelebihan (strength)

- Garuda Indonesia merupakan perusahaan penerbangan pertama di Indonesia yang telah berpengalaman dan telah melewati naik turun bisnis penerbangan termasuk pada saat krisis keuangan. Hal ini membuat Garuda Indonesia telah cukup berpengalaman untuk survive dalam menghadapi krisis keuangan.

- Garuda Indonesia didukung oleh karyawan yang profesional, terknologi yang up-to-date dan manajemen yang dinamis membuat Garuda Indonesia berpotensi untuk terus berkembang.

- Garuda Indonesia telah memperoleh banyak sekali penghargaan dari berbagai lembaga nasional dan internasional. Hal ini dapat menjadi suatu nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat terus mengembangkan jaringannya sehingga dapat terus menjadi leader dalam pangsa pasar domestik dan memiliki kemampuan kompetitif dalam pasar internasional.

2. Kelemahan (weakness)

- Garuda Indonesia merupakan perusahaan BUMN yang kepemilikan saham terbesarnya adalah Pemerintah Indonesia. Kepemimpinan atau kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor politis.

- Maskapai-maskapai penerbangan Indonesia dikenal di dunia luar sebagai maskapai yang kurang menjaga keselamatan penerbangannya. Garuda Indonesia harus dapat membuktikan dan menjamin keselamatan penerbangannya dengan usaha-usaha yang serius.

3. Peluang (opportunity)

(14)

- 13 -

dibarengi dengan perbaikan berkelanjutan dan terus menerus pada manajemen, organisasi, sistem, produk, keahlian dan profesionalitas karyawan, dan sebagainya.

4. Tantangan/ancaman (threat)

- Dari segi internal, industri penerbangan berupaya untuk memaksimalkan jumlah okupansi penumpang sebagai sumber pendapatan utama. Oleh sebab itu, para maskapai harus mampu mengunggulkan nilai tambahnya dibandingkan maskapai lainnya. Hal ini tentunya memunculkan persaingan tarif demi tingginya angka

load factor. Ketatnya persaingan industri penerbangan menjadi tantangan tersendiri bagi sebuah maskapai untuk menjadi preferensi utama masyarakat. - Tantangan internal lainnya adalah terjaminnya keselamatan penerbangan sebagai

kunci keberhasilan perusahaan.

- Kondisi eksternal turut memegang peranan penting dalam menentukan kinerja sebuah industri penerbangan. Tantangan eksternal berupa cuaca dan tantangan lainnya dalam industri penerbangan menjadi faktor yang menentukan keselamatan dan keamanan para pengguna jasa.

H. REKOMENDASI

Dari penjelasan solusi dan analisa SWOT di atas, selanjutnya rekomendasi yang dapat diberikan kepada Garuda Indonesia adalah :

- Keselamatan penerbangan merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan penerbangan, dimana perusahaan perlu memperoleh kepercayaan pelanggan terhadap penerbangannya. Untuk memastikan keselamatan penerbangan, Garuda Indonesia harus terus melakukan peningkatan dan perbaikan terus menerus sesuai standar KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) dan standar penerbangan internasional, di antaranya peremajaan pesawat, pemeliharaan pesawat, pelatihan profesional karyawan (pilot, ko-pilot, pramugari, staf ground, teknisi, staf maintenance, dsb), dan seterusnya. - Mengoptimalkan pelayanan penerbangan pesawat Garuda termasuk

penerbangan-penerbangan perintis.

(15)

- 14 -

- Mempertimbangkan untuk membuka penerbangan murah/low cost carrier untuk penerbangan luar negeri, misalnya dengan meng-internasional-kan Citilink, supaya dapat bersaing dengan maskapai penerbangan murah di luar negeri.

- Sebagai perusahaan milik negara, Garuda Indonesia dapat menjajaki kerjasama dengan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Daerah dalam hal penyediaan jasa transportasi udara dengan biaya yang lebih murah.

(16)

- 15 - REFERENSI

Griffin, Ricky W., Ebert, Ronal J. 2007. Business Essentials. Pearson Educational International, New Jersey, USA.

Swastha, Basu DH, Sukotjo, Ibnu. 1988. Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Liberty, Yogyakarta.

Budiarta, Kustoro. 2010. Pengantar Bisnis. Mitra Wacana Media, Medan. Gitosudarmo, Indriyo. 1996. Pengantar Bisnis. BPFE, Yogyakarta.

Garuda Indonesia. 2015. Laporan Tahunan 2014 Elevating Value of Journey. Diunduh dari www.garuda-indonesia.com pada tanggal 03 Maret 2015.

Garuda Indonesia. 2013. Laporan Tahunan 2012 Delivering Indonesia’s Best To The World. Diunduh dari www.garuda-indonesia.com pada tanggal 03 Maret 2015.

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Indonesia. 2015. Perkembangan Ekonomi Makro dan Realisasi APBNP Tahun 2014. Diakses melalui http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/edef-konten-view.asp pada tanggal 11 Juni 2015 CNN Indonesia. 2014. Harga Avtur Pertamina Kembali Turun Saat Rupiah Melemah. Diakses melalui http://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20141216112858-92-18413/ harga-avtur-pertamina-kembali-turun-saat-rupiah-melemah pada tanggal 11 Juni 2015 TTI News. 2015. BBM Tak Akan Naik Turun, Masyarakat Dibangkitkan Tetap Terbang.

Diakses melalui http://traveltourismindonesia.com/bbm-tak-akan-naik-turun-masyarakat-dibangkitkan-tetap-terbang.html pada tanggal 11 Juni 2015.

Indonesia Travel News. 2014. Garuda Indonesia Rugi Triliunan Karena Harga Avtur.

Diakses melalui http://news.jalanjalanyuk.com/garuda-indonesia-rugi-triliunan-karena-harga-avtur/ pada tanggal 11 Juni 2015.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 10 tahun 2014 tentang Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara. Diakses melalui

http://www.menpan.go.id pada tanggal 11 Juni 2015.

(17)

- 16 -

Referensi

Dokumen terkait

Laboratorium Terpadu FK USU adalah tempat pelayanan mahasiswa penelitian dari berbagai Fakultas dan Universitas yang dapat membuat kenyamanan mahasiswa penelitian

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Meskipun kurang tidur, banyak pasien dengan insomnia tidak mengeluh mengantuk di siang hari. Namun, mereka mengeluhkan rasa lelah dan letih, dengan konsentrasi

1. Mempunyai daya pemanasan yang tinggi karena mempunyai nilai kalori yangrelatif lebih tinggi per-satuan beratnya dibanding bahan bakar lain untukkegunaan yang

jawab Ibu dengan menangis “aku setiap hari dihina oleh teman-temanku karena sepedaku jelek dan tua sudah tidak zamannya lagi, jadi aku minta sepeda motor yang

Pengembangan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah

118 temuan tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Marques dan Ferreira (2009) yang menemukan bahwa karakteristik perusahaan yang diukur dari skala usaha, umur

Untuk dapat melaksanakan suatu proyek sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka kontraktor perlu meningkatkan produktivitas suatu pekerjaan salah satunya pekerjaan dinding