• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

KALA II

BAB I PENDAHULUAN

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan maternal dan perinatal. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas. Keberadaan bidan memiliki posisi strategis, mengingat sebagian besar persoalan reproduksi berhubungan dengan kaum perempuan. Oleh karena itu, para bidan dituntut untuk memiliki keterampilan yang lebih baik, disertai dengan kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan reproduksi di masyarakat (Sofyan M, Madjid N A, Siahaan R, 2004).

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang bidan adalah mampu memberikan asuhan persalinan dan kelahiran. Meskipun persalinan adalah proses yang normal serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi potensi komplikasi yang mengancamnya juga akan selalu ada, sehingga bidan harus mengamati dengan ketat ibu dan bayi sepanjang kelahiran. Semua kelahiran harus selalu dihadiri oleh petugas yang terlatih serta kompeten yang secara cepat dapat mendiagnosa dan menangani penyulit (Pusdiknakes, 2003). Mengingat angka kematian ibu yang masih tinggi di Provinsi Jawa Tengah untuk sepanjang tahun 2012 dari bulan Januari sampai November 2012 mencapai 605 kasus. Angka tersebut setara 100/100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu bidan harus memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir (Kompas, 2013).

(2)

Untuk mencapai kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 1464/Menkes/SK/X/2010 tentang registrasi dan praktek bidan tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut dapat diawali dari institusi pendidikan yang berpedoman pada kompetensi inti bidan dan melalui institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan bidan sesuai dengan kebutuhan.

Guna mencapai keterampilan yang profesional dalam memberikan pelayanan kebidanan, diperlukan proses belajar mengajar yang kondusif dilihat dari kurikulum, tenaga pengajar, sarana dan prasarana yang berkualitas serta metode. Untuk mengetahui metode yang diharapkan mahasisiwa, terlebih dahulu pengajar harus mengetahui persepsi mahasiswa terhadap metode yang akan mereka gunakan nanti. Terjadinya persepsi karena obyek menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak, kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar atau apa yang diraba ( Walgito, 2001 ).

Kesuksesan belajar mahasiswa sangat dipengaruhi oleh cara seorang pengajar mengelola proses pembelajaran atau penggunaan metode dalam pembelajaran. Hakikat mengajar atau teaching adalah membantu mahasiswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara–cara belajar bagaimana belajar. Metode pembelajaran harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi diantaranya : metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode audiovisual, dan metode visual (Sanjaya, 2007).

(3)

tentang hal–hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses kerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya komponen–komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu (Djamarah dan Zain, 2006).

Video merupakan media audiovisual yang memiliki unsur gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Bidang studi yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapat mengandalkan kemampuan video. Melatih keterampilan melakukan kegiatan dengan prosedur tertentu akan terbantu dengan pemanfaatan media video. Video mempunyai kemampuan untuk menyajikan gerakan lambat (slow motion), sehingga video dapat membantu dosen untuk menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci. Keterampilan yang dapat dilatihkan melalui media video tidak hanya berupa keterampilan fisik saja tetapi juga keterampilan interpersonal seperti keterampilan dalam bidang psikologi dan hubungan masyarakat ( Pribadi, 2005 ).

(4)

mempelajarinya, selain itu karena peroses persalinan menyangkut nyawa ibu dan bayi yang diharapkan dengan pertolongan persalinan yang aman AKI dan AKB dapat diturunkan. Dengan metode demonstrasi mahasiswa dapat langsung mempraktikan apa yang sedang dipelajari, dan dengan audiovisual mahasiswa dapat lebih mengetahui secara jelas tentang bagaimana proses pertolongan persalinan sedang berlangsung. Dan dari kedua metode yang digunakan tersebut didapatkan 94 % mahasiswa lebih senang menggunakan metode demonstrasi, menurut mereka dengan metode demonstrasi mereka bisa langsung mempraktekkan kembali dan langsung menanyakan kepada pangajar jika mereka belum jelas dalam langkah – langkah pertolongan persalinan kala II dan 6 % menyatakan senang dengan audiovisual karena mereka dapat melihat gambar asli dari apa yang ditayangkan.

Mengingat begitu pentingnya metode mengajar dalam proses belajar mengajar dan pertolongan persalinan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh mahasiswa kebidanan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Persepsi Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tentang Penerapan Metode Demonstrasi Dan Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II”.

Dalam penelitian ini tujuannya adalah : 1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi Persepsi Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Isslamiyyah Cilacap Tentang Penerapan Metode Demonstrasi Dan Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi persepsi mahasiswa tentang penerapan metode demonstrasi dalam keterampilan pertolongan persalinan kala II.

(5)

c. Mengidentifikasi persepsi mahasiswa tentang perbedaan penerapan metode demonstrasi dan audiovisual dalam keterampilan pertolongan persalinan kala II.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Persepsi

a. Pengertian persepsi

Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah petanda atau segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya. ( Zainuddin, 2001 ).

Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, memberi serta meraba ( kerja indera ) di sekitar kita, ( James cit Widayatun, 1997 ) mengatakan “ persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa data – data yang didapat melalui indera, hasil pengolahan otak dan ingatan “. Persepsi dihayati melalui ilusi atau mispersepsi, atau trick atau tipuan dan juga bukan merupakan salah satu tanggapan (Widayatun, 1997 )

Persepsi menurut Branca ( cit Walgito, 2001 ), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima atau alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

(6)

oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu. Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan ( Walgito, 2001 ).

Jadi persepsi adalah proses mental yang terjadi pada manusia sebagai hasil kerja indera dalam upaya menafsirkan, mengorganisasikan dan mengolah pertanda yang terjadi dilingkungannya dan setiap orang memandang realitas dari sudut persektif yang berbeda.

b. Proses Terjadinya Persepsi

Ada beberapa proses dalam persepsi yang dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa persepsi merupakan hal yang kompleks dan interaktif. Yaitu stimulus / situasi, registrasi, interpretasi dan feedback. Dalam masa registrasi suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang terpengaruh. Kemampuan fisik akan mendengar dan melihat informasi dikirim kepadanya, mulailah ia mencari tahu semua informasi. Setelah itu terjadilah interpretasi. Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi, yang terpenting proses interpretasi tergantung pada cara pendalaman ( learning ), motivasi dan kepribadian seseorang. Hal ini akan berbeda pada setiap orang. Oleh karena itu interpretasi terhadap suatu informasi yang sama akan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya, di sinilah letak perbedaan pertama dari persepsi. Yang terakhir adalah feedback atau umpan balik yang akan dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

(7)

perhatian tadi dibawa ke otak, dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban ( respon ), adanya stimulus berupa kesan atau respon tadi dibalikkan ke indera kembali berupa “ tanggapan “ atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengolahan otak.

Gambar 1. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi melalui fenomena, yang terpenting dari fenomena dan persepsi adalah “ perhatian atau attention “. Pengertian perhatian sendiri adalah konsep yang diberikan kepada proses – proses persepsi yang menyeleksi input – input tertentu untuk diikutsertakan dalam suatu pengalaman yang kita sadari atau kita kenal dalam suatu waktu tertentu ( Widayatun, 1997 ).

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Ada sejumlah factor yang dapat berpengaruh untuk memperbaiki dan kadang – kadang mendistorsi persepsi seseorang. Factor ini dapat terletak dalam pelaku persepsi / pemersepsi, terletak pada obyek / target persepsi, dan dalam konteks situasi dimana persepsi itu dilihat.( Muklas, 1999 )

1) Factor pelaku persepsi

Jika seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk memberikan interpretasi apa yang di lihat, interpretasi tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya ( masing – masing pelaku persepsi ). Diantara beberapa karakteristik Obyek/

Stimulus

Sensor Diproses indra (input)

Output

Indra otak ( pusat ) Berupa persepsi

(8)

pribadi yang dapat mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

a) Sikap

Sikap ( attitude ) yaitu evaluasi positif, negative ambivalen individu terhadap objek, peristiwa, orang atau ide tertentu. Sikap merupakan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relative menetap.

Sikap yang komplek ini dapat mudah dimengerti dengan mengenal adanya tiga komponen yang berbeda dalam setiap sikap tertentu yaitu :

(1) Komponen koqnitif dari sikap tertentu berisikan informasi yang dimiliki seseorang tentang orang lain atau benda ( obyek dari sikapnya ).

(2) Komponen affektif dari sikap tertentu berisikan perasaan – perasaan seseorang terhadap obyeknya. (3) Komponen kecenderungan perilaku dari sikap tertentu

berisikan cara yang direncanakan seseorang untuk bertindak atau berperilaku terhadap obyeknya.

Sikap mahasiswa terhadap dosen yang sama bisa berbeda, tergantung tingkat kesukaan mereka untuk bertanya / diskusi dan cara dosen yang bersangkutan memberikan kuliah. Dosen yang kuliah sambil memberikan kesempatan untuk bertanya / diskusi akan dinilai baik oleh oleh mahasiswa yang suka bertanya / berdiskusi dalam kelas, tetapi dinilai tidak baik oleh mereka yang tidak suka atau tidak bisa berdiskusi dalam kelas.

b) Motif

(9)

c) Interest

Interest adalah merasa tertarik terhadap stimulasi atau obyek. Karakteristik ini sudah mulai minimbulkan sikap subyek.

Interest kita yang berbeda satu sama lain jika seseorang sedang di sibukkan dengan problem – problem pribadi akan sulit rasanya untuk memperhatikan pelajaran di kelas. d) Pengalaman masa lalu.

Subyek memperoleh pengalaman dalam pembentukan sikap dengan melakukan kontak langsung dengan obyeknya. Pengalaman – pengalaman ini biasanya memiliki dampak pada komponen koqnitif dari sikapnya. Pengalaman masa lalu dapat di hubungkan dengan interest dimana pengalaman masa lalu seseorang terhadap sesuatu obyek dapat menurunkan interest seseorang pada obyek tersebut. Obyek – obyek / peristiwa – peristiwa yang dialami, lebih kurang “ keluar biasanya “ atau “ keunikannya “ dari pada yang baru dialaminya.

e) Ekspektasi

Ekspektasi juga dapat mendistorsi persepsi subyek dalam arti bahwa subyek akan melihat apa saja yang diharapkan untuk dilihat.

2) Target persepsi

(10)

besarlah kemungkinannya bahwa kita akan cenderung mempersepsikan mereka sebagai sebuah kelompok bersama. 3) Situasi

Elemen – elemen dalam lingkungan sekitarnya dapat mempengaruhi persepsi subyek. Seseorang mungkin tidak akan memperhatikan gadis yang cantik dengan gaun petang yang menyolok dan ber ”make up “ berat di sebuah club malam pada sabtu malam. Tetapi jika gadis yang sama dan ber “ make up “ nya dating keesokan harinya di gereja, pasti akan menarik perhatian sebagian besar orang yang ada disana. Dalam hal ini bukannya pelaku pesepsi maupun target persepsi yang berubah, tetapi situasinya yang berbeda.

Syah (1999), menyebutkan bahwa factor pembentukan persepsi juga meliputi faktor internal dan faktor eksternal diantaranya pengetahuan, pengalaman, proses belajar dan wawasan kepribadian, keinginan, motivasi dan tujuan, sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan. Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dari proses interaksi dengan lingkungan, dan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan ini melalui proses belajar. Proses belajar dipengaruhi oleh keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat, dengan kata lain belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk kehidupan.

Didalam belajar akan mencakup 2 hal yaitu :

a) latihan adalah suatu perbuatan pokok dalam kegiatan belajar seperti halnya dalam pembiasaan;

(11)

Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito, ( 2001 ), adalah faktor internal individu itu sendiri, faktor yang lain adalah faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan di mana persepsi itu berlangsung dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal individu mengadakan persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus yaitu kekuatan yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu.

Keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila sistem fisiologis terganggu akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, segi psikologis yaitu mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada orang dalam mengadakan persepsi.

d. Faktor – faktor Yang Menentukan Terjadinya Persepsi 1) Faktor Fungsional

Berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor – faktor personal. Faktor yang menentukan persepsi bukan jenis/bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.

2) Faktor Struktural

Berasal semata – mata dari sifat stimuli fisik dan efek – efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf individu. Menurut teori Gestalt bila kita mempersepsi sesuatu kita mempersepsi sebagai suatu keseluruhan tidak melihat bagian – bagiannya lalu menghimpunnya.

(12)

hubungan keseluruhan, untuk memahami seseorang kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya (Rakhmat, 1999 ).

e. Macam – macam persepsi 1) Klosur

Merupakan prinsip – prinsip pengelompokan dimana orang kadang – kadang mempersepsikan sesuatu keseluruhan meskipun ada satu atau beberapa orang yang tidak mendukung atau menyutujuinya.

2) Kontiunitas

Kontiunitas ini erat hubungannya dengan klosur, meskipun ada sedikit perbedaan. Klosur mengisi stimuli yang hilang sedangkan prinsip kontiunitas menyatakan bahwa orang itu akan cenderung mempersepsikan garis – garis atau pola – pola yan kontiyu. Tipe kontiunitas ini dapat menuju kepada infleksibilitas atau keadaan tidak kreatif, hanya berdikir untuk kepentingan semua anggota organisasi.

3) Proksimitas

Prinsip proksimitas ini atau kedekatan, menyatakan bahwa sekelompok stimuli yang secara bersama saling berdekatan akan dipersepsikan sebagai satu pola yang menyeluruh.

4) Kesamaan

Prinsip kesamaan ini menyatakan bahwa makin besar kesamaan dari stimuli makin besar kecenderungan untuk mempersepsikan stimuli tersebut sebagai kelompok umum. 2. Metode Pembelajaran

(13)

implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran (Sanjaya, 2007).

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran jangan bertolak belakang, artinya metode harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2006).

Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar (Djamarah dan Zain, 2006).

3. Media Pembelajaran

(14)
(15)

Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa. Semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa (Sanjaya, 2007).

4. Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi

Pendapat Sanjaya (2007) dan Djamarah dan Zain (2006) tentang pengertian demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan secara lisan oleh guru. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan

Verbal Lambang Visual

Visual Radio Film Televisi Karyawisata Demonstrasi

Pengalaman Melalui Drama Pengalaman Melalui Benda Tiruan

Pengalaman Langsung Konkrit

(16)

sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal–hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen–komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu (Djamarah dan Zain, 2006).

b. Kelebihan Metode Demonstrasi

Sanjaya (2007) dan Djamarah dan Zain (2006) mengemukakan bahwa kelebihan metode demonstrasi adalah:

1) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata–kata atau kalimat), sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati secara

langsung, sehingga siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran

c. Kelemahan Metode Demonstrasi

Sanjaya (2007) dan Djamarah dan Zain (2006) mengemukakan bahwa metode demonstrasi memiliki beberapa kelemahan antara lain: 1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perencanaan yang

(17)

2) Metode demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru secara khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Karena tanpa ditunjang hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.

3) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan–bahan, dan tempat yang memadai, berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal.

d. Langkah –langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

Sanjaya (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah pelaksanaan demonstrasi, antara lain:

1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan: a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah

proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.

b) Mempersiapkan garis besar langkah –langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan. c) Melakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala

peralatan yang diperlukan. 2) Tahap Pelaksanaan

a) Langkah Pembukaan

(1) Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

(18)

(3) Mengemukakan tugas–tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal–hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi

(1) Memulai demonstrasi dengan kegiatan–kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan–pertanyaan yang mengandung teka–teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.

(2) Menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

(3) Meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa. (4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif

memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

b) Langkah mengakhiri Demonstrasi

(19)

5. Audiovisual (Video) a. Pengertian Audiovisual

Media audiovisual adalah jenis media yang mengandung unsur suara dan gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya (Sanjaya, 2007). Video dapat digunakan sebagai alat Bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak mahasiswa untuk melihat peristiwa dimana saja walaupun dibatasi dengan ruang kuliah. Objek–objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya atau bahkan tidak dapat dikunjungi oleh mahasiswa, dapat dihadirkan melalui media video (Pribadi dan Putri, 2005). Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama– sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri (Arsyad, 2007).

b. Manfaat Video

Pada bidang studi yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapat mengandalkan kemampuan video. Melatih keterampilan melakukan kegiatan dengan prosedur tertentu akan terbantu dengan pemanfaatan media video. Dengan kemampuan untuk menyajikan gerakan lambat (slow motion), media video membantu dosen untuk menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci. Keterampilan yang dapat dilatih melalui media video tidak hanya berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga keterampilan interpersonal seperti keterampilan dalam bidang psikologi dan hubungan masyarakat (Pribadi dan Putri, 2005).

(20)

mengetengahkan fakta dan kemudian membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya di ruang kuliah (Pribadi dan Putri, 2005).

Tujuan video ini adalah untuk memberikan hiburan, dokumentasi dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep–konsep yang rumit dan mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap (Arsyad, 2007).

c. Kelebihan Video

Kelebihan video menurut Arsyad (2007) adalah:

1) Video dapat melengkapi pengalaman–pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik dan lain –lain. 2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat

disaksikan berulang–ulang.

3) Video dapat mendorong dan meningkatkan motivasi serta menanamkan sikap dan segi–segi afektif lainnya.

4) Video dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

5) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung.

6) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.

d. Kelemahan Video

Kelemahan video menurut Arsyad (2007) adalah:

1) Diperlukan biaya mahal dan waktu yang banyak untuk pengadaannya.

2) Diperlukan ketersediaan video yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, sehingga harus dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan pembelajaran.

(21)

1) Video sulit menarik perhatian penonton, sehinga mereka jarang mempraktikkan apa yang dilihatnya.

2) Video mempunyai sifat komunikasi satu arah, sehingga penonton harus mencari bentuk umpan balik yang lain.

3) Video kurang mampu menampilkan detail dari obyek yang seharusnya disajikan secara sempurna.

4) Video memerlukan peralatan yang mahal dan komplek. e. Langkah –Langkah Penggunaan Video

Pribadi dan Putri (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah penggunaan video, antara lain:

1) Menentukan program video/ CD yang relevan atau menunjang materi perkuliahan.

2) Persiapan peralatan pemutar (playback) dan memastikan peralatan tersebut berfungsi dengan baik sebelum perkuliahan dimulai. 3) Persiapan aktivitas lanjutan yang perlu dilakukan mahasiswa

setelah menyaksikan program, misalnya diskusi atau penugasan. 4) Jika diperlukan, persiapkan materi lain yang terkait dengan

program video, misalnya handout, chart atau visual lain.

5) Memperhatikan reaksi mahasiswa pada saat menyaksikan program. Hal ini perlu dilakukan untuk memprediksi bagian mana yang terlihat sulit dicerna atau membosankan. Selanjutnya catatan tersebut dapat digunakan dalam kegiatan diskusi lanjutan.

6. Kala Dua Persalinan a. Batasan

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut kala pengeluaran bayi (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007).

(22)

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva –vagina dan sfingter ani membuka.

e) Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.

2) Tanda pasti kala dua ditentukan melalui pemeriksaan dalam (informasi objektif) yang hasilnya adalah:

a) Pembukaan serviks telah lengkap, atau

a) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. (JNPK, 2007)

b. Persiapan Penolong Persalinan

Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi (PI) yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi (JNPK, 2007).

c. Penatalaksanaan Fisiologi Kala Dua

Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala dua merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar (JNPK, 2007). 1) Membimbing Ibu untuk Meneran

Mendiagnosa kala dua persalinan dan memulai meneran:

(23)

b) Memakai satu sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril untuk periksa dalam.

c) Memberitahu ibu saat prosedur dan tujuan periksa dalam. d) Melakukan periksa dalam (hati–hati) untuk memastikan

pembukaan sudah lengkap (10 cm), lalu melepaskan sarung tangan.

e) Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan hati ibu dan membantu ibu mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan–jalan di sekitar ruang bersalin. Mengajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung.

f) Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahu ibu belum saatnya meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk meneran.

g) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, membantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Menganjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya. Mencatat hasil pemantauan pada partograf. Memberi ibu cukup minum dan memantau denyut jantung janin (DJJ) setiap 5-10 menit. Memastikan ibu dapat beristirahat diantara kontraksi.

(24)

setiap 15 menit. Stimulasi putting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi (JNPK, 2007). 2) Posisi Ibu Saat Meneran

Ibu dapat mengubah –ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero plasenter tetap baik.

a) Posisi duduk atau setengah duduk

Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu memberi kemudahan untuk beristirahat diantara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.

b) Posisi jongkok atau berdiri

Posisi jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri.

c) Posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri

Posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri dapat membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior. Posisi merangkak dapat membantu ibu mengurangi rasa nyeri punggung saat persalinan. Posisi berbaring miring ke kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika mengalami kelelahan dan dapat mengurangi risiko terjadinya laserasi perineum (JNPK, 2007).

d. Menolong Kelahiran Bayi 1) Posisi Ibu Saat Melahirkan

(25)

sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif.

Apapun posisi yang dipilih oleh ibu, pastikan tersedia alas kain atau sarung bersih di bawah ibu dan kemudahan untuk menjangkau semua peralatan dan bahan–bahan yang diperlukan untuk membantu kelahiran bayi. Tempatkan juga kain atau handuk bersih diatas perut ibu sebagai alas tempat melatakkan bayi (JNPK, 2007).

2) Melahirkan Kepala

Saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm, penolong persalinan meletakkan kain bersih dan kering yang dilipat 1/ 3 nya di bawah bokong ibu. Melindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap muka bayi dengan kain atau kassa bersih atau DTT untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi (JNPK, 2007).

3) Memeriksa Tali Pusat pada Leher

Setelah kepala bayi lahir, ibu diminta untuk berhenti meneran dan bernafas cepat kemudian memeriksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat. Jika ada dan lilitan cukup longgar maka lilitan tersebut dilepaskan dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan sangat erat maka tali pusat dijapit dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat tersebut diantara 2 klem (JNPK, 2007).

4) Melahirkan Bahu

(26)

sisi kiri dan kanan kepala bayi, meminta ibu untuk meneran sambil menekan kepala ke bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati sisfisis. Setelah bahu lahir, menggerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan (JNPK, 2007).

5) Melahirkan Seluruh Tubuh bayi

a) Saat bahu posterior lahir, tangan bawah digeser kearah perineum dan menyanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.

b) Menggunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum.

c) Tangan bawah menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir. d) Tangan atas menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan

bagian anterior.

e) Melanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong, dan kaki.

f) Dari arah belakang, jari telunjuk tangan atas disisipkan di antara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.

g) Meletakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuh.

h) Mengeringkan dan melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu.

(JNPK, 2007) 6) Memotong Tali Pusat

(27)

handuk yang basah diganti dan bayi diselimuti dengan kain yang bersih dan kering (JNPK, 2007).

B. Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berawal pada data dan bermuara pada kesimpulan. Sasaran atau obyek penelitian dibatasi agar data yang diambil dapat digali sebanyak mungkin. Serta agar penelitian ini tidak dimungkinkan adanya pelebaran obyek penelitian, maka kredibilitas dari peneliti sendiri yang menentukan kualitas dari penelitian ini ( Bungin, 2001 ). Oleh karena itu peneliti membuat focus penelitian sebagai berikut :

Gambar 3. Fokus Penilitian C. Penjelasan Fokus Penelitian

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa sebuah persepsi itu dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah sikap, motif, pengalaman dan interest. Persepsi bisa berupa persepsi positif maupun negative. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada persepsi mahasiswa

Persepsi Mahasiswa

Karakteristik pelaku

Motif Sikap Pengalaman

pemahaman Audiovisual

Interest Alasan

pemilihan metode

Keterampilan persalinan Keterampilan

pertolongan persalinan kala II

Metode demonstrasi

(28)

tentang penerapan metode demonstrasi dan audiovisual dalam penguasaan keterampilan pertolongan persalinan kala II. Peneliti ingin mengetahui persepsi mahasiswa, karakteristik pelaku, pemahaman, alasan pemilihan metode,keterampilan.

D. Pertanyaan Penelitian

1) Bagaimana persepsi mahasiswa tentang penerapan metode demonstrasi dalam keterampilan pertolongan persalinan kala II?.

2) Bagaimana persepsi mahasiswa tentang penerapan audiovisual dalam keterampilan pertolongan persalinan kala II?.

3) Bagaimana persepsi mahasiswa tentang perbedaan penerapan metode demonstrasi dan audiovisual dalam keterampilan pertolongan persalinan kala II ?.

E. Definisi Operasional ( DO )

1) Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

2) Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan secara lisan oleh guru.

3) Media audiovisual adalah jenis media yang mengandung unsur suara dan gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

(29)

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap yang berhubungan dengan penggunaan metode pembelajaran ( metode demonstrasi dan audiovisual ) yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan atau ketrampilan mahasiswa pada mata kuliah Asuhan Kebidanan II khususnya dalam pertolongan persalinan kala II.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan metode pengambilan data kualitatif, yang bertujuan memperoleh gambaran suatu keadaan secara objektif ( Notoatmodjo, 2002 ). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi mahasiswa tentang penerapan Metode Demonstrasi Dan Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Subjek penelitian mahasiswa Program Studi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap, adapun alasan pemilihan lokasi adalah sebagai berikut :

a) Berdasarkan studi pendahuluan di Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap target yang harus dicapai dalam melaksanakan asuhan kebidanan II pada ibu bersalin adalah 25 kali, dan memerlukan keterampilan untuk melakukan asuhan tersebut. b) Berdasarkan survey pendahuluan dengan menyebarkan angket

(30)

media pembelajaran yang bervariatif dalam penguasaan keterampilan pertolongan persalinan.

c) Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2014. B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti atau wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Prodi Kebidanan Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacsp yang telah mendapatkan mata kuliah Asuhan Kebidanan II yaitu semester III sebanyak 91 mahasiswa dan semester V sebanyak 98 mahasiswa.

Sampel adalah sebagian obyek yang diambil dari keseluruhan informan yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan informan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Mahasiswa Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Semester III & V, karena mahasiswa tersebut sudah mendapat pembelajaran asuhan kebidanan II.

2. Mahasiswa Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap yang bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Pengambilan informan penelitian menggunakan metode Purposive Sampling dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakter populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam & Pariani, 2001 ). Penelitian ini peneliti memilih mahasiswa yang mempunyai nilai IPK lebih dari 3 dan nilai IPK kurang dari 3 yang dapat dilihat dari KHS. C. Metode Pengumpulan Data

(31)

penerapan Metode Demonstrasi Dan Audiovisual Terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan Focus Group Discution ( FGD ) atau Diskusi Kelompok Terarah ( DKT ) dan wawancara mendalam ( In-depth interview ).

Diskusi Kelompok Terarah ( DKT ) dilakukan untuk memperoleh informasi yang luas dan variatif dalam waktu yang singkat dengan asumsi bahwa secara kelompok akan diikuti sebanyak 8 mahasiswa dan pelaksanaannya dilakukan oleh tim yang terdiri dari moderator sekaligus peneliti dan dibantu oleh peneliti anggota yaitu seorang dosen di Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap ( dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan II ), diharapkan lebih memahami pembelajaran tersebut khususnya pertolongan persalinan kala II. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan dibuat pedoman – pedoman DKT. Sebelum pengambilan data, moderator dan asisten dilatih untuk melakukan DKT berdasarkan pedoman yang telah dibuat agar pelaksanaan DKT dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan. Langkah pelaksanaan adalah membuat janji dengan responden, menentukan waktu, tempat dan lamanya kegiatan, kemudian melaksanakan DKT. Data yang diambil dengan metode ini adalah persepsi mahasiswa tentang penerapan metode demonstrasi, penerapan audiovisual, perbedaan penerapan metode demonstrasi dan audiovisual terhadap penguasaan keterampilan pertolongan persalinan kala II di Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.

(32)

D. Instrumen dan Alat Penelitian

Instrumen adalah suatu alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatan pengumpulan data. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah panduan wawancara mendalam dan panduan diskusi kelompok terarah yang didalamnya menggunakan pertanyaan terbuka dengan menanyakan kepada mahasiswa tentang persepsi mahasiswa tentang penerapan Metode Demonstrasi Dan Audiovisual Terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II. Alat yang perlu dipersiapkan guna membantu kelancaran pengambilan data antara lain : kamera, tape recorder, casete yang digunakan untuk merekam semua pendapat yang disampaikan oleh informan , buku catatan dan alat – alat tulis yang digunakan dalam penelitian.

E. Credibilitas dan Dependabilitas

1. Credibilitas atau derajat kepercayaan

Menurut Sugiyono ( 2003 ) uji validitas yaitu suatu tindakan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukuran betul – betul mengukur apa yang perlu diukur. Validasi instrument dalam penelitian ini dengan menggunakan rational judgment yaitu setelah instrument disusun kemudian dikonsultasikan kepada ahli untuk memperoleh masukan dan pertimbangan, dalam hal ini pembimbing, kemudian diadakan pembenahan sesuai saran atau masukan ahli, sedangkan untuk validitas data dalam penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan (Credibility ) antara lain dengan:

a. Triangulasi ( triangulation ) yang digunakan untuk keabsahan data dalam penelitian ini adalah :

1) Triangulasi sumber, dengan membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan cara :

(33)

b) Membandingkan data yang diperoleh dari wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dengan informasi, pendapat atau pandangan orang lain (mahasiswa DIII Kebidanan semester III & V yang tidak menjadi informan) 2) Triangulasi metode, dengan pengecekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian ini ada 2 metode atau teknik pengumpulan data yaitu diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam.

3) Triangulasi teori, yang digunakan sebagai penjelas pembanding (rival explanation )

b. Pengecekan anggota ( member checking ), dilakukan dengan cara sebagai berikut : data yang telah diambil oleh peneliti dan terorganisir ( dalam bentuk koding ) diumpan balikkan kepada sebagian subjek penelitian ( mahasiswa yang telah menjadi informan ). Mereka diminta untuk mengecek, merespon, memberi tanggapan, pandangan dan penilaian serta masukan. Pengecekan dilakukan secara formal dan informal dalam bentuk diskusi kelompok atau wawancara mendalam agar data yang diperoleh memiliki derajat kepercayaan yang tinggi.

2. Dependabilitas atau derajat kebergantungan

(34)

F. Pengolahan dan Analisa Data

Data hasil diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam dan dianalisis secara deskriptif dan fenomena yang terdapat dalam penelitian dilakukan analisis isi ( Content analysis ) mengenai makna pesan dan cara mengungkapkan pesan. Kemudian akan dianalisis dengan prosedur interaktif mode Miles dan Huberman (1999 ) yang terdiri atas empat langkah antara lain sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, data diperoleh dari wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah yang telah direkam pada pita suara serta catatan lapangan, hasil diketik dalam bentuk transkrip.

2. Reduksi data, data dibuat ringkasan dan dilengkapi kekurangannya kemudian dilakukan koding terbuka dan seterusnya dikategorikan kemudian dicari hubungan antara kategori tersebut sehingga menghasilkan teoritical codes, agar mudah disajikan.

3. Penyajian data, setelah dilakukan analisis data, kemudian disajikan secara deskriptif dengan membandingkan atau menghubungkan data cross check untuk pemeriksaan keabsahan data.

4. Pemeriksaan dan verifikasi, melalui pembahasan hasil penelitian, data dihubungkan dan dibandingkan serta dibedakan dengan beberapa teori dan kriteria, selanjutnya ditarik kesimpulan dalam penelitian.

Gambar 4.Model interaktif menurut Milles dan Huberman (1999) Pengumpulan Data

Penarikan dan Pengujian/ verifikasi Penyederhanaan /

Reduksi

(35)

G. Rencana Pelaksanaan

Jalannya penelitian dibedakan menjadi 2 tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan

Diawali dengan mengurus perijinan pada instansi yang terkait dengan penelitian ini, baik ijin dari akademi maupun wilayah penelitian. Selanjutnya melakukan survey pendahuluan pada beberapa mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap, serta melakukan pendekatan kepada mahasiswa serta memberikan penjelasan dan meminta kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini. Bila mahasiswa bersedia, dilakukan kesepakatan kapan peneliti dapat datang untuk wawancara dan kapan mahasiswa tersebut diundang untuk diajak berdiskusi. Waktu dan tempat untuk diskusi dibuat kesepakatan.

2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dengan mengambil data dilokasi penelitian akan dimulai pada bulan Febuari 2014 kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan DKT pada subjek penelitian, DKT dilakukan di Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dengan waktu yang telah disepakati antara responden dan peneliti. Pelaksanaan DKT dipandu oleh seorang moderator dan seorang asisten. Diawali dengan ucapan salam dan memberi penjelasan maksud serta tujuan penelitian, dilanjutkan dengan diskusi yang hasilnya direkam dengan tape recorder dan semua reaksi peserta diamati dan dicatat oleh asisten. DKT ditutup dengan ucapan terima kasih dan ucapan salam penutup.

(36)

diwawancarai sesuai dengan kriteria sample yaitu mahasiswa Prodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Semester III & V yang sudah mendapat pembelajaran asuhan kebidanan II dan bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Gambar

Gambar 1. Proses Terjadinya Persepsi
Gambar 2 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Gambar 3. Fokus Penilitian
Gambar 4.Model interaktif menurut Milles dan Huberman (1999)

Referensi

Dokumen terkait

BELANJA MODAL PENGADAAN KONSTRUKSI/PEMBELIAN GEDUNG KANTOR REHABILITASI PUSKESMAS KELILING JB: Modal JP: Pekerjaan Konstruksi. 1

Didapatkan perbedaan rerata kadar aktivin A serum pada kedua kelompok dimana rerata kadar aktivin A kelompok yang berakhir dengan preeklampsia pada umur kehamilan selanjutnya

Semakin lama waktu reaksi, maka hasil yang diperoleh akan bertambah besar karena pentosan yang berkontak dengan asam lebih lama.. Tetapi pertambahan hasil furfural

AN AUTHENTICITY ANALYSIS OF CONVERSATIONAL TEXTS IN THE INDONESIAN EFL TEXTBOOKS. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hal ini disebabkan karena lingkaran yang dihitamkan pada tangan orang coba akan menyerap panas yang ditimbulkan oleh alat Hardy-Wolff tersebut sehingga orang coba akan

Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial yang dinyatakan dengan cara berulang-ulang pada kegiatan yang sama atau lebih lazimnya

SISA LONGLIST CALON PESERTA SERTIFIKASI BAGI GURU RA/ M ADRASAH DALAM JABATAN UNTUK M ATA PELAJARAN QUR'AN HADITS, AKIDAH AKHLAK, FIQH, SKI, BAHASA ARAB, GURU KELAS RA, DAN GURU

[r]