HUBUNGAN ANTARA SIKAP, MINAT DAN PERILAKU MANUSIA
Dr. Yayat Suharyat, M.Pd. *)
ABSTRAK
Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan berdampak sebagai berikut: 1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. 2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. 3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial yang dinyatakan dengan cara berulang-ulang pada kegiatan yang sama atau lebih lazimnya disebut kebiasaan, motif merupakan dorongan, keinginan dan hasrat yang berasal dari dalam diri, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif sedangkan kekuatan pendorong dan kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau penyuluhan dan informasi
Kata Kunci : Siakap dan Perilaku
1. Hakikat Sikap
Sikap adalah salah satu istilah bidang
psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude.
Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap
suatu perangsang. Suatu kecenderungan
untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Menurut kamus
bahasa Indonesia oleh W.J.S.
Poerwodarminto pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma yang ada di
masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan
dilakukan manusia biasanya tergantung apa permasalahannya serta benar-benar
berdasarkan keyakinan atau
kepercayaannya masing-masing.
Ellis mengemukakan bahwa sikap
melibatkan beberapa pengetahuan tentang sesuatu. Namun aspek yang esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi,
kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan. Dari
pengertian yang dikemukakan oleh Ellis,
sikap melibatkan pengetahuan tentang sesuatu termasuk situasi. Situasi di sini dapat digambarkan sebagai suatu objek
yang pada akhirnya akan mempengaruhi perasaan atau emosi dan kemudian
memungkinkan munculnya reaksi atau respons atau kecenderungan untuk berbuat.
Dalam beberapa hal, sikap adalah penentu yang paling penting dalam tingkah laku
manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu
senang (like) dan tidak senang (dislike) untuk melaksanakan atau menjauhinya. Dengan
demikian pengetahuan tentang sesuatu adalah awal yang mempengaruhi suatu sikap
yang mungkin mengarah kepada suatu perbuatan.
Sikap juga diartikan sebagai "suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktivitas." Pengertian sikap itu sendiri
dapat dipandang dari berbagai unsur yang terkait seperti sikap dengan kepribadian,
motif, tingkah laku, keyakinan dan lain-lain. Namun dapat diambil pengertian yang
memiliki persamaan karakteristik; sikap ialah tingkah laku yang terkait dengan
kesediaan untuk merespon objek sosial yang membawa dan menuju ke tingkah laku
yang nyata dari seseorang. Hal itu berarti suatu tingkah laku dapat diprediksi apabila
telah diketahui sikapnya. Walaupun manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat
langsung tapi sikap dapat ditafsirkan sebagai tingkah laku yang masih tertutup.
Setiap orang mempunyai sikap yang
berbeda-beda terhadap sesuatu objek. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada
pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas
perasaan dan juga situasi lingkungan. Demikian juga sikap seseorang terhadap
sesuatu yang sama mungkin saja tidak sama.
Banyak sosiolog dan psikolog
memberi batasan bahwa sikap merupakan
kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus
yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, posotitif atau
negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide,
konsep dan sebagainya.1 Gagne menambahkan bahwa sikap merupakan
suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan
peristiwa.2
Sedangkan menurut Saefudin
Azwar, sikap adalah salah satu unsur kepribadian yang harus dimiliki seseorang
untuk menentukan tindakannya dan bertingkah laku terhadap suatu objek disertai dengan perasaan positif dan negatif.
Kemudian para pakar psikologi mendisfungsikan sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Dan formulasi sikap itu dikaitkan sebagai afek
positif dan afek negatif yang dikaitkan
1
Howard H., Kendler, Basic Psychology (Philipines: Benyamin/Cummings, 1974)
2
dengan suatu obyek psikologis.3 Jadi sikap itu berhubungan dengan perasaan
seseorang terhadap obyek bukan tindakan, dimana perasaan ada kalanya positif dan
ada kalanya negatif.
Definisi tersebut melihat sikap dari
sudut pandang evaluasi. Dengan demikian, sikap adalah suatu sistem evaluasi positif
atau negatif, yakni suatu kecenderungan untuk menyetujui atau menolak. Sikap positif akan terbentuk apabila rangsangan
yang datang pada seseorang memberi pengalaman yang menyenangkan.
Sebaliknya sikap negatif akan timbul, bila rangsangan yang datang memberi
pengalaman yang tidak menyenangkan. Perbedaan sikap berhubungan dengan derajat kesukaan atau ketidaksukaan
seseorang terhadap obyek yang dihadapi, atau dengan kata lain sikap menyangkut
kesiapan individu untuk bereaksi terhadap obyek tertentu berdasarkan konsep
penilaian positif-negatif. Oleh karena itu, sikap merupakan pernyataan evaluatif, baik
yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa.
Ahli lain di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian mempunyai
konsep lain tentang sikap, yaitu, ”sikap merupakan semacam kesiapan untuk
3
Saifudin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan
Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)
bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu.”4
Kesiapan dalam definisi ini ditafsirkan sebagai suatu kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus atau
rangsangan yang menghendaki adanya respon. Jadi, dapat dikatakan bahwa sikap
sebagai respon, hal ini didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang pada akhirnya akan memberikan kesimpulan
berupa nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk - positif atau negatif,
menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka yang kemudian
mengkristal atau tidak sebagai potensi reaksi terhadap obyek. Dengan demikian, sikap merupakan aspek perilaku yang
dinamis, bisa berubah, dibentuk atau dipengaruhi. Kondisi lingkungan dan situasi
disuatu saat dan disuatu tempat tidak disangsikan berpengaruh terhadap
pernyataan sikap seseorang. Dalam keadaan terancam keselamatannya secara
langsung atau tidak langsung seseorang akan cenderung menyatakan sikap yang
dapat menyelamatkan dirinya walaupun tidak sesuai dengan hati nuraninya.
Kadang-kadang seseorang menunjukan sikap yang sesuai dengan harapan orang
4
lain, sekalipun tidak sesuai dengan isi hatinya disebabkan adanya tujuan-tujuan
tertentu yang ingin dicapainya. Sikap baru memiliki makna apabila ia ditampakkan
dalam bentuk perilaku baik lisan maupun perilaku perbuatan.
Masih banyak lagi definisi sikap yang lain, sebenarnya agak berlainan, akan tetapi
keragaman pengertian tersebut disebabkan oleh sudut pandang dari penulis yang berbeda. Namun demikian, jika dicermati
hampir semua batasan sikap memiliki kesamaan padang, bahwa sikap merupakan
suatu keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam dari manusia. Keadaan
internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka
dapatkan, sebagaimana pendapat Piaget’s tentang proses perkembangan kognitif manusia.
Berdasarkan beberapa literatur di
atas, dan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada dasarnya merupakan hasil dari proses sosialisasi dan
interaksi seseorang dengan lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari pikiran,
perasaan seseorang serta penilaian terhadap obyek, yang didasarkan pada
pengetahuan, pemahaman, pendapat dan keyakinan dan gagasan-gagasan terhadap
suatu obyek sehingga menghasilkan suatu kecenderungan untuk bertindak pada suatu
obyek. Dengan demikian sikap adalah kecenderungan individu menanggapi secara
positif atau negatif terhadap obyek sikap ditinjau dari dimensi kognisi, afeksi dan
konasi.
a. Komponen Sikap
Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni:
kognitif, afektif, dan kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975; Krech dan Ballacy, 1963, Howard dan Kendler
1974, Gerungan, 2000). Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan
dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke
dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan
diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada di dalam otak
manusia. Nilai - nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya, pada
akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu. Oleh
karena itu, komponen afektif dapat dikatakan sebagai perasaan (emosi)
individu terhadap obyek atau subyek, yang sejalan dengan hasil penilaiannya. Sedang
komponen kecenderungan bertindak berkenaan dengan keinginan individu untuk
dapat positif atau negatif. Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang
apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap objek atau
subjek.
Komponen sikap berkaitan satu
dengan yang lainnya. Komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak
menumbuhkan sikap individu. Dari manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu
sistem. Sikap individu sangat erat kaitannya dengan perilaku mereka. Jika faktor sikap
telah mempengaruhi ataupun
menumbuhkan sikap seseorang, maka
antara sikap dan perilaku adalah konsisten, sebagaimana yang dikemukan oleh Krech dan Ballacy, Morgan King, dan Howard.
Sikap seseorang memang
seharusnya konsisten dengan perilaku.
Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada faktor dari luar diri
manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai eksternal yang berada di
masyarakat, diantaranya norma, politik, budaya, dan sebagainya.
Menurut Gerungan5 sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap sosial. Sikap sosial dinyatakan oleh
cara-cara kegiatan yang sama dan
5
Gerungan WA., Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2000)
berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang
atau masyarakat. Sedang sikap individu, adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan
oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat membentuk sikap sosial,
manakala ada seragaman sikap terhadap suatu obyek. Dalam konteks pemahasan ini,
sikap yang dimaksud adalah sikap individual, mengingat pendidikan yang
dihabahas dalam kajian ini menyangkut proses pendidikan secara individual, mengingat keinginan, kebutuhan,
kemampuan, motivasi, sasaran didik sangat beragam.
Sejalan dengan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa: 1) sikap ditumbuhkan dan dipelajari
sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan
obyek tertentu, 2) sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar, 3) sikap selalu berhubungan
dengan obyek, sehingga tidak berdiri sendiri, 4) sikap dapat berhubungan dengan
satu obyek, tetapi dapat pula berhubungan dengan sederet obyek sejenis, 5) sikap
memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi.6 Mengetahui
karakter sikap semacam ini sangat penting manakala kita akan membahas sikap secara
cermat. Dari sifat ini dapat diketahui bahwa sikap dapat ditumbungkan dan
dikembangkan, melalui proses pembelajaran siswa yang sesuai dengan
motivasi, dan keinginan mereka. Demikian juga, sikap harus diarahkan pada suatu
obyek tertentu, sehingga memudahkan mengarahkan belajar siswa pada sasaran
belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya.
b. Karakteristik Sikap
Selain mempunyai komponen, sikap juga mempunyai beberapa karakteriatik yaitu
sikap mempunyai arah, intensitas, keluasan, konsisten, dan spontanitas. Arah disini
maksudnya arah positif atau negati; intensitas maksudnya kekuatan sikap itu sendiri, dimana setiap orang belum tentu
mempunyai kekuatan sikap yang sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap
positif terhadap sesuatu, tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan kekuatan
sikapnya, yang satu positif tetapi yang satu lagi lebih positif. Keluasan sikap meliputi
cakupan aspek obyek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang.
Sedangkan konsistensi adalah kesesuaian anatara pernyataan sikap dengan
responnya, atau tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Karakteristik sikap terakhir
adalah spontanitas yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk mengatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dapat
dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi, apabila sikap dinyatakan tanpa perlu
pengungkapan atau desakan agar subyek menyatakan sikapnya.
c. Cara Menumbuhkan dan
Mengembangkan Sikap
Sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar. Dalam
proses belajar tidak terlepas dari proses komunikasi dimana terjadi proses tranfer
pengetahuan dan nilai. Jika sikap merupakan hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap terletak pada proses kognisi dalam belajar
siswa. Menurut Bloom, serendah apapun tingkatan proses kognisi siswa dapat
mempengaruhi sikap.7 Namun demikian, tingkatan kognisi yang rendah mungkin saja
dapat mempengaruhi sikap, tetapi sangat lemah pengaruhnya dan sikap cenderung
labil. Proses kognisi yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap
secara signifikan, sejalan dengan taksonomi kognisi Bloom, adalah pada taraf analisis,
sintesis, dan evaluasi. Pada taraf inilah memungkinkan sasaran didik memperoleh
nilai-nilai kehidupan yang dapat menumbuhkan keyakinan yang merupakan kunci utama untuk menumbuhkan dan
mengembangkan sikap. Melalui proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan,
pengalaman, dan nilai ke dalam otak sasaran didik, seperti pendapat Pieget, pada
7
gilirannya akan menjadi referensi dalam menanggapi obyek atau subyek di
lingkungannya.
Tidak semua informasi dapat
mempengaruhi sikap. Informasi yang dapat mempengaruhi sikap sangat tergantung
pada isi, sumber, dan media informasi yang bersangkutan. Dilihat dari segi isi informasi,
bahwa informasi yang menumbuhkan dan mengembangkan sikap adalah berisi pesan
yang bersifat persuasif. Dalam pengertian, pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi haruslah memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi keyakinan sasaran didik, meskipun sebenarnya keyakinan
tersebut akan didapat siswa sendiri melalui proses belajar. Seperti di atas telah
disebutkan, bahwa untuk dapat memberikan pesan yang persuasif kepada sasaran didik
haruslah dibawa pada obyek telaah melalui proses penganalisaan, pensintesisan, serta
penilaian, yang dilakukan sasaran didik untuk memperoleh keyakinan.
Sikap dapat tumbuh selama manusia hidup. Sepanjang hidupnya, manusia belajar
tidak pernah berhenti. Proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan, dan pengalaman, berlangsung sepanjang hidup
manusia. Dalam proses yang panjang inilah nilai-nilai hidup didapatkan oleh manusia,
yang kemungkinan besar akan dapat menumbuhkan sikap mereka terhadap
subyek atau obyek. Periode kritis
penumbuhan seseorang terjadi pada usia 12 tahun sampai 30 tahun. Jika pendapat Sear
ini dianut, maka penumbuhan sikap yang paling tepat ketika usia Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), setelah itu sikap akan
tumbuh melalui belajar dan pengalaman pribadi masing-masing. Perlu dipahami,
bahwa dalam hidup belajar lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri dari pada di
bangku sekolah. Namun demikian, sudah menjadi kewajiban bagi sekolah untuk menumbuhkan sikap dasar yang bermanfaat
bagi hidup sasaran didik. Selanjutnya, di luar bangku sekolah, sikap akan dikembangkan
sendiri oleh yang bersangkutan. Lebih lanjut Sear mengatakan, bahwa setelah usia 30
tahun sikap relatif permanen sehingga sulit berubah. Dari sini terlihat betapa pentingnya
peletakan sikap dasar di sekolah, mengingat bahwa usia pembentukan sikap dasar ketika
siswa ada pada SLTP sampai dengan Perguruan Tinggi. 8
2. Hakikat Minat
Pada setiap orang, minat berperan sangat penting dalam kehidupannya. Minat mempunyai dampak yang besar atas
perilaku dan sikap orang tersebut. Di dalam belajarpun minat dapat menjadi sumber
8
BPRANOWO, Pembelajaran Yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.
motivasi yang kuat dalam mendorong seseorang untuk belajar.
Pengertian minat menurut bahasa (Etimologi), ialah usaha dan kemauan untuk
mempelajarai (learning) dan mencari sesuatu. Secara (Terminologi), minat adalah
keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Menurut Hilgar minat adalah
suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan memfokuskan diri pada
sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas. 9
Andi Maprare menyatakan bahwa
minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,
harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan
individu kepada suatu pikiran tertentu. Secara sederhana, minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.10 H.C. Witherington menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang
bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut
dengan dirinya.11
Minat dapat diartikan pula sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan
perhatian dan bertindak terhadap orang,
9
Yasin Setiawan, Pengembangan Minat Pada Anak
http://www.siaksoft.net.net/index.php?option=com_cont ent&task=view&id=2372&Itemid=105, h. 46
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 151
11
H. C. Wherington, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Aksara baru, 1982), h. 122
aktivitas, atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai dengan
perasaan senang.12 Sementara Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa minat merupakan
sikap jiwa seseorang yang tertuju pada suatu objek tertentu ketiga jiwanya (kognisi, konasi
dan emosi) dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat.13 Minat mengandung
unsur-unsur yang terdiri dari kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi
(kehendak). Unsur kognisi, dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat
tersebut. Unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai
dengan perasaan tertentu (perasaan senang) sedangkan unsur konasi merupakan
kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan
hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan
oleh sekolah.
Secara garis besar, minat memiliki dua pengertian, Pertama, usaha dan
kemauan untuk mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu, Kedua merupakan
dorongan pribadi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu.
Crow and Crow mengatakan bahwa minat (Interest) bisa berhubungan dengan
12
Abd. Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: PT. Prenada media, 2004), h. 262
13
daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, atau
kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang olah kegiatan
itu sendiri.14 Dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab
partisipasi dalam kegiatan.
Minat menurut Elizabeth B. Hurlock
merupakan sumber motivasi yang mendorong untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat,
bila kepuasan berkurang minatpun berkurang.15 Minat akan menambah
kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Bila anak berminat pada
suatu kegiatan, pengalaman mereka jauh lebih menyenangkan. Lagipula jika
anak-anak tidak memperoleh kegembiraan suatu kegiatan, mereka akan berusaha seperlunya
saja. Akibatnya prestasi mereka jauh lebih rendah dari kemampuan yang sebenarnya.16
Wiliam James menambahkan bahwa minat merupakan faktor utama yang
menentukan derajat keaktifan belajar siswa.17 Artinya, minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang
14
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT. Tiara kencana, 1993), h. 112 15
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: PT. Erlangga, 1978), h. 114
16
Tjandrasa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Muria,1989), h. 144 17
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 27
menunjukkan anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat
juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Suatu anggapan
yang keliru adalah bila mengatakan bahwa minat dibawa sejak lahir. Minat adalah
perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu
dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan
minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung belajar aktivitas
berikutnya.
Dengan kata lain, minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas suasana tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minatnya.
Menurut Drs. Agus Sujanto minat adalah
perbuatan perhatian yang sengaja terlahir dengan kemauan dan bergabung pada minat dan bakat. Sedangkan menurut Kriterinton minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu soal atau situasi yang mengandung sangkut paut dirinya.
Berdasarkan beberapa literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan hati untuk memperhatikan suatu hal atau aktivitas dimana aktivitas
tersebut secara terus menerus diperhatikan dan dilakukan tanpa adanya paksaan dari
orang lain, sebaliknya dengan disertai rasa senang.
a. Ciri-ciri Minat
Minat taraf tinggi merupakan hasil dari pendidikan penting orang yang benar-benar terdidik, ditandai dengan adanya minat-minat yang benar-benar besar serta benar terhadap hal-hal yang dinilai secara singkat oleh pandangan hidup seseorang atau seluruh perbendaharaan. Norma seseorang yang ditentukan oleh arah minat menulisnya dengan arti oleh apa yang dianggap ada sangkut paut dengan dirinya.
Minat berbeda dari kesenangan sementara bukan dalam kesenangan memotivasi tindakan,
melainkan dalam ketetapan. Rasa bosan
merupakan lawan dari minat. Kebosanan terjadi di sekolah, penting mengenal perbedaan antara minat dan kesenangan dan menyadari bahwa kesenangan sering menjadi ke arah kebosanan, karena minat dan kebosanan berpengaruh pada penyesuaian pribadi dan sosial anak.Minat memegang peranan penting dalam kehidupan anak sebagai sumber motivasi untuk belajar, sumber aspirasi, kegembiraan dan prestasi.
Dr. Med. Metasari dalam buku ”Perkembangan Anak”, menyebutkan ada beberapa ciri minat pada seorang anak,
diantara sebagai berikut:18
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkenbangan fisik dan mental.
2. Minat bergantung pada kesiapan belajar.
18
Yasin Setiawan, op.cit.,h. 7
3. Minat bergantung pada kesempatan belajar.
4. Perkembangan minat terbatas.
5. Minat dipengaruhi oleh pengaruh
budaya.
6. Minat berbobot emosional.
7. Minat itu Egosentrik.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
satu persatu sebagai berikut:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada
waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih
stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman
sebayanya. Anak yang lambat matang akan menghadapi masalah sosial karena
minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebayanya minat remaja. 2. Minat bergantung pada kesiapan belajar.
Anak-anak tidak dapat mempunyai minat
sebelum mereka siap secara fisik dan mental, sebagai contoh : mereka tidak
dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi
otot yang diperlukan untuk permainan tersebut.
3. Minat bergantung pada kesempatan
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, bahkan
anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak.
Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, minat
mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkaran sosial
mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka
kenal.
4. Perkembangan minat terbatas.
Ketidakmampuan fisik dan mental serta
pengalaman yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik
misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti
teman sebaya yang perkembangann fisiknya normal.
5. Minat dipengaruhi oleh pengaruh
budaya.
Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru dan orang lain untuk
belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya yang mereka dianggap
minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka
oleh kelompok budaya mereka. 6. Minat berbobot emosional
Bobot emosional, aspek efektif, dari minat menentukan kekuatannya. Bobot
emosional yang tidak menyenangkan
melemahkan minat bobot emosional yang menyenangkan memperkuat.
7. Minat itu Egosentrik.
Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu
egosentris, misalnya : minat anak laki-laki pada matematika, sering
berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika di
sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang
menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha.
Selain beberapa ciri minat di atas, di
dalam buku ”Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya”, Slameto menambahkan
bahwa ciri seseorang mempunyai minat terdiri atas sebagai berikut:
1. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal dari pada yang lain.
2. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu subjek tertenu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besdar terhadap subjek tersebut.
3. Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
b. Macam-Macam Minat
Minat memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
timbulnya minat dan berdasarkan arahnya minat.
1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua
macam antara lain:
a. Minat Primitif adalah minat yang
timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh,
misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak dan
nyaman, kebebasan beraktivitas serta seks.
b. Minat Kultural atau sosial adalah
minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak
secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya minat
belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan
akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi,
sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan
berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal
ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.
2. Berdasarkan arahnya, minat dapat
dibedakan menjadi dua macam antara lain:
a. Minat Intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan
aktivitas itu sendiri, ini merupakan
minat yang lebih mendasr atau minat asli. Misalnya seseorang belajar
karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang
senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau
penghargaan.
b. Minat Ekstrinsik adalah minat yang
berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila
tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya seseorang yang belajar
dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian.
3. Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi empat macam,
terdiri atas:
a. Expressed interest adalah minat yang
diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan
atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun
bukan tugas dengan perasaan senang.
b. Manifest interest adalah minat yang
diungkapkan dengan cara mengobservasi secara langsung
terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek
c. Tested interest adalah minat yang
hasil jawaban tes objektif yang diberikan.
d. Inventoried interest adalah minat yang diungkapkan dengan
menggunakan alat-alat yang sudah distandardisasikan.19
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Faktor minat mempunyai peranan
yang sangat penting, minat individu terhadap suatu objek, pekerjaan, orang, benda, dan persoalan yang berkenaan dengan dirinya
timbul karena ada faktor yang mempengaruhinya pada objek yang diamati.
Dalam buku psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan dijelaskan sebagai berikut:
”Sebab timbulnya minat bergantung
pada seks/jenis kelamin, intelegensi, lingkungan dimana ia hidup, kesempatan
untuk mengembangkan minat, minat teman-teman sebaya, status dalam kelompok
sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga, dan banyak faktor-faktor lain.”20
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber dari dalam diri individu yang
bersangkutan (misal: umur, bobot, jenis
19
Abd. Rahman shaleh, op.cit., h. 265-266 20
Djasman Adimiharja, Psikologi Umum Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis (Bandung, 1987-1988), h. 216
kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian) dan yang berasal dari luar
mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Agus
Sujanto21 memperkuat pendapat ini, dengan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi minat ada 2, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Adapun faktor yang tergolong dalam faktor internal, yaitu :
a. Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.
b. Sikap adalah adanya kecendrungan dalam subjek untuk menerima,
menolak suatu objek yang berharga baik atau tidak baik.
c. Permainan adalah merupakan suatu permasalahan tenaga psikis yang
tertuju pada suatu subjek semakin intensif perhatiannya.
d. Pengalaman suatu proses pengenalan lingkungan fisik yang nyata baik dalam dirinya sendiri
maupun di luar dirinya dengan menggunakan organ-organ indra.
e. Tanggapan adalah banyaknya yang tinggal dalam ingatan setelah itu
melakukan pengamatan. Kalau kita lihat secara jeli, maka akan tampak
suatu perbedaan antara pengamatan
21
dan tanggapan, meskipun keduanya merupakan gejala yang saling
berkaitan, karena tanggapan itu sebenarnya kesan yang tinggal
setelah individu mengamati objek. Tanggapan itu terjadi setelah adanya
pengamatan, maka semakin jelas individu mengamati suatu objek, akan
semakin positif tanggapannya.
f. Persepsi merupakan proses untuk
mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa, bila benda yang kita
ingat atau yang kita identifikasikan adalah objek yang mempengaruhi
oleh persepsi, karena merupakan tanggapan secara langsung terhadap
suatu objek atau rangsangan. 2. Faktor Eksternal
Lingkungan bisa juga mempengaruhi minat, karena lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap individu, baik itu
lingkungan fisik yang berhubungan dengan benda konkrit maupun lingkungan fisik yang
berhubungan dengan jiwa seseorang.
Lingkungan itu sendiri terbagi atas 2 bagian, yakni (1) Lingkungan fisik, yaitu berupa alat misalnya keadaan tanah. (2) Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat dimana lingkungan ini adanya interaksi individu yang satu dengan yang lain. Keadaan masyarakat akan memberi pengaruh tertentu kepada individu.
Dengan teknik pengungkapan yang cukup berbeda, Crow and Crow22 mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, antara lain yaitu:
1. Dorongan dari dalam diri individu
22
Abd. Rahman Shaleh, op.cit., h.265-266
Dorongan ingin tahu atau rasa ibngin tahu akan membangkitkan minat untuk
membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain-lain.
2. Motif Sosial
Motif sosial ini dapat menjadi faktor
yang membangkitkan minat untuk melakukan sesuatu aktivitas tertentu. Misalnya minat
untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat
penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat
kedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
3. faktor emosional
Minat mempunyai hubungan yang erat
dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan
menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap
aktivitas tersebut. Sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat
terhadap hal tersebut.
Jadi minat merupakan suatu
kecenderungan yang menetap dalam hati untuk selalu mengingat sesuatu atau mengerjakan sesuatu secara terus menerus
tanpa merasa terbebani untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan disertai
keaktifan, dan mentaati peraturan atau aturan main yang terkait dengan subjek.
3. Hakikat Perilaku
Dalam Kamus bahasa Indonesia, kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi
seseorang (individu) terhadap rangsangan atau lingkungan. Dalam agama perilaku yang
baik adalah perilaku yang sesuai dengan tujuan penciptaan manusia ke dunia, yaitu
untuk menghambakan diri kepada tuhanya. Skiner seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar23, dari segi biologis perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktifitas oerganisme makhluk hidup yang
bersangkutan, sehingga perilaku manusia adalah tindakan atau aktifitas manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Bohar Soeharto mengatakan
perilaku adalah hasil proses belajar mengajar yang terjadi akibat dari interksi
dirinya dengan lingkungan sekitarnya yang diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman
pribadi.24 Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) kawasan yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.25
23
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 133 24
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Persetasi Siswa (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), h. 63
25
Soekidjo Notoadmodjo, op. cit., h. 139
Setiap perilaku yang ada pada diri manusia dipengaruhi oleh perkembangan
dan pertumbuhannya. Dalam perkembangan manusia atau makhluk lain pada umumnya
dapat dibedakan dalam 3 hal yaitu proses pematangan, proses belajar, dan proses
pembawaan atau bakat.26
Saifudin Azwar dalam bukunya
menjelaskan bahwa perilaku sebagai reaksi bersifat sederhana maupun kompleks dan
merupakan ekspresi sikap seseorang.27 Sikap itu sudah terbentuk dalam dirinya karena sebagai tekanan atau hambatan dari
luar maupun dalam dirinya. Artinya potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam dirinya
akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikapnya. Jadi jelas bahwa perilaku
dipengaruhi oleh faktor dalam diri maupun faktor lingkungan yang ada di sekitarnya.
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati
langsung, maupun yang dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Kurt Lewin, perilaku adalah fungsi karakteristik individu (motif, nilai-nilai,
sifat kepribadian, dll) dan lingkungan, faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, terkadang
kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu sehingga menjadikan
prediksi perilaku lebih komplek. Jadi, perilaku
26
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991), h. 26
27
manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan
pendorong dan kekuatan-kekuatan penahan.
28
Kurt Lewin menambahkan perilaku dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang sehingga
adanya 3 kemungkinan terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, diantaranya
adalah:
1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, karena stimulus yang
mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku.
2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun, karena adanya stimulus yang
memperlemah kekuatan penahan tersebut.
3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.29
Para psikolog, di antaranya Morgan dan King, Howard dan Kendler, Krech,
Crutchfield dan Ballachey, mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan hereditas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku adalah beragam, di antaranya pendidikan,
nilai dan budaya masyarakat, politik, dan sebagainya. Sedang faktor hereditas
merupakan faktor bawaan seseorang yang
28
Ibid., h. 11 29
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 114
berupa karunia pencipta alam semesta yang telah ada dalam diri manusia sejak lahir,
yang banyak ditentukan oleh faktor genetik. Kedua faktor secara bersama-sama
mempengaruhi perilaku manusia.
Perilaku merupakan cerminan
kongkret yang tampak dalam sikap, perbuatan dan kata-kata yang muncul
karena proses pembelajaran, rangsangan dan lingkungan.30
Sekilas, di atas terlihat bahwa antara sikap dan perilaku ada kesamaan. Oleh karena itu, psikolog sosial, seperti Morgan
dan King, Howard dan Kendler, serta Krech dkk., mengatakan bahwa antara sikap dan
perilaku adalah konsisten. Apakah selalu bahwa sikap konsisten dengan perilaku?
Seharusnya, sikap adalah konsisten dengan perilaku, akan tetapi karena banyaknya
faktor yang mempengaruhi perilaku, maka dapat juga sikap tidak konsisten dengan
perilaku. Dalam keadaan yang demikian terjadi adanya desonansi nilai.
Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang
teliti dan beralasan dan berdampak sebagai berikut: 1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang
spesifik terhadap sesuatu. 2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi
juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
30
inginkan agar kita perbuat. 3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma
subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial
yang dinyatakan dengan cara berulang-ulang pada kegiatan yang sama31 atau lebih
lazimnya disebut kebiasaan, motif merupakan dorongan, keinginan dan hasrat
yang berasal dari dalam diri32, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif sedangkan kekuatan pendorong dan
kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau penyuluhan dan informasi.33
Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prilaku
adalah segala tindakan atau reaksi manusia yang disebabkan oleh dorongan organisme
kongkret yang terlihat dari kebiasaan, motif, nilai-nilai, kekuatan pendorong dan kekuatan
penahan sebagai reaksi atau respon seseorang yang muncul karena adanya
pengalaman proses pembelajaran dan rangsangan dari lingkungannya. Adapun
indikatornya adalah respon terhadap lingkungan, hasil proses belajar mengajar, ekspersi kongkret berupa sikap, kata-kata,
dan perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA
31
Gerungan, op. cit., h. 150 32
Ibid.., h. 141 33
Soekidjo Notoatmodjo, op. cit., h. 175
Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara
kencana.
Adimiharja, Djasman.1987-1988. Psikologi
Umum Pusat Pengembangan
Penataran Guru Tertulis. Bandung
Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia: Teori
dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
BPRANOWO, Pembelajaran Yang
Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.
http://www.ekofeum.or.id/artikel.php? cid=51
Ellis, Robert S..Educational Psychology: a
Problem Approach. NewYork:d. Van
Nostrard Co.
Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. 1974. Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and
Winston, Inc
Gerungan WA. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama
H. C. Wherington. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru
Howard H., Kendler. 1974. Basic
Psychology. Philipines:
Benyamin/Cummings
Hurlock, Elizabeth B.1978. Perkembangan
Anak. Jakarta: PT. Erlangga
Keterkaitan Sikap, Perilaku Toleransi Dengan Nilai Moral Lainnya.
http://www.edukasi.net/mol/mo_full.p hp?moid=14&fname+ppkn101_03.hm
Munandar, Utami. 1999. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
_______. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu
Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sarwono, Sarlito Wirawan.1991. Pengantar
Ilmu Psikologi. Jakarta: PT. Bulan
Bintang
Setiawan, Yasin. Pengembangan Minat
Pada Anak
http://www.siaksoft.net.net/index.php ?
Shaleh, Abd. Rahman. 2004. Psikologi Suatu
Pengantar Dalam Perspektif Islam.
Jakarta: PT. Prenada media
Sukiati. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dengan Sikap Masyarakat terhadap Hukum
Waris Islam.
http://www.ligatama.org/jurnal/edisiI/ Waris%20Islam.htm
Syah, Muhibbin.2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tenrie, M. Shabran. 2005. “Tesis”. Studi
Korelasional Antara Kompensasi dan Sikap Guru Terhadap Tugas Dengan Disiplin Kerja Guru. Program Pascasarjana Magister Studi Islam Konsentrasi manajeman Pendidikan. Bekasi : UNISMA
Tjandrasa. 1989. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Muria
Tu’u , Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada
Perilaku dan Persetasi Siswa.