• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP MINAT DAN PERILAKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SIKAP MINAT DAN PERILAKU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP, MINAT DAN PERILAKU MANUSIA

Dr. Yayat Suharyat, M.Pd. *)

ABSTRAK

Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan berdampak sebagai berikut: 1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. 2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. 3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.

Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial yang dinyatakan dengan cara berulang-ulang pada kegiatan yang sama atau lebih lazimnya disebut kebiasaan, motif merupakan dorongan, keinginan dan hasrat yang berasal dari dalam diri, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif sedangkan kekuatan pendorong dan kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau penyuluhan dan informasi

Kata Kunci : Siakap dan Perilaku

1. Hakikat Sikap

Sikap adalah salah satu istilah bidang

psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude.

Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap

suatu perangsang. Suatu kecenderungan

untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Menurut kamus

bahasa Indonesia oleh W.J.S.

Poerwodarminto pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma yang ada di

masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan

dilakukan manusia biasanya tergantung apa permasalahannya serta benar-benar

berdasarkan keyakinan atau

kepercayaannya masing-masing.

Ellis mengemukakan bahwa sikap

melibatkan beberapa pengetahuan tentang sesuatu. Namun aspek yang esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi,

kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan. Dari

pengertian yang dikemukakan oleh Ellis,

sikap melibatkan pengetahuan tentang sesuatu termasuk situasi. Situasi di sini dapat digambarkan sebagai suatu objek

yang pada akhirnya akan mempengaruhi perasaan atau emosi dan kemudian

memungkinkan munculnya reaksi atau respons atau kecenderungan untuk berbuat.

(2)

Dalam beberapa hal, sikap adalah penentu yang paling penting dalam tingkah laku

manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu

senang (like) dan tidak senang (dislike) untuk melaksanakan atau menjauhinya. Dengan

demikian pengetahuan tentang sesuatu adalah awal yang mempengaruhi suatu sikap

yang mungkin mengarah kepada suatu perbuatan.

Sikap juga diartikan sebagai "suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktivitas." Pengertian sikap itu sendiri

dapat dipandang dari berbagai unsur yang terkait seperti sikap dengan kepribadian,

motif, tingkah laku, keyakinan dan lain-lain. Namun dapat diambil pengertian yang

memiliki persamaan karakteristik; sikap ialah tingkah laku yang terkait dengan

kesediaan untuk merespon objek sosial yang membawa dan menuju ke tingkah laku

yang nyata dari seseorang. Hal itu berarti suatu tingkah laku dapat diprediksi apabila

telah diketahui sikapnya. Walaupun manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat

langsung tapi sikap dapat ditafsirkan sebagai tingkah laku yang masih tertutup.

Setiap orang mempunyai sikap yang

berbeda-beda terhadap sesuatu objek. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada

pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas

perasaan dan juga situasi lingkungan. Demikian juga sikap seseorang terhadap

sesuatu yang sama mungkin saja tidak sama.

Banyak sosiolog dan psikolog

memberi batasan bahwa sikap merupakan

kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus

yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, posotitif atau

negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide,

konsep dan sebagainya.1 Gagne menambahkan bahwa sikap merupakan

suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan

peristiwa.2

Sedangkan menurut Saefudin

Azwar, sikap adalah salah satu unsur kepribadian yang harus dimiliki seseorang

untuk menentukan tindakannya dan bertingkah laku terhadap suatu objek disertai dengan perasaan positif dan negatif.

Kemudian para pakar psikologi mendisfungsikan sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan. Dan formulasi sikap itu dikaitkan sebagai afek

positif dan afek negatif yang dikaitkan

1

Howard H., Kendler, Basic Psychology (Philipines: Benyamin/Cummings, 1974)

2

(3)

dengan suatu obyek psikologis.3 Jadi sikap itu berhubungan dengan perasaan

seseorang terhadap obyek bukan tindakan, dimana perasaan ada kalanya positif dan

ada kalanya negatif.

Definisi tersebut melihat sikap dari

sudut pandang evaluasi. Dengan demikian, sikap adalah suatu sistem evaluasi positif

atau negatif, yakni suatu kecenderungan untuk menyetujui atau menolak. Sikap positif akan terbentuk apabila rangsangan

yang datang pada seseorang memberi pengalaman yang menyenangkan.

Sebaliknya sikap negatif akan timbul, bila rangsangan yang datang memberi

pengalaman yang tidak menyenangkan. Perbedaan sikap berhubungan dengan derajat kesukaan atau ketidaksukaan

seseorang terhadap obyek yang dihadapi, atau dengan kata lain sikap menyangkut

kesiapan individu untuk bereaksi terhadap obyek tertentu berdasarkan konsep

penilaian positif-negatif. Oleh karena itu, sikap merupakan pernyataan evaluatif, baik

yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa.

Ahli lain di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian mempunyai

konsep lain tentang sikap, yaitu, ”sikap merupakan semacam kesiapan untuk

3

Saifudin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan

Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)

bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu.”4

Kesiapan dalam definisi ini ditafsirkan sebagai suatu kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu

dihadapkan pada suatu stimulus atau

rangsangan yang menghendaki adanya respon. Jadi, dapat dikatakan bahwa sikap

sebagai respon, hal ini didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang pada akhirnya akan memberikan kesimpulan

berupa nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk - positif atau negatif,

menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka yang kemudian

mengkristal atau tidak sebagai potensi reaksi terhadap obyek. Dengan demikian, sikap merupakan aspek perilaku yang

dinamis, bisa berubah, dibentuk atau dipengaruhi. Kondisi lingkungan dan situasi

disuatu saat dan disuatu tempat tidak disangsikan berpengaruh terhadap

pernyataan sikap seseorang. Dalam keadaan terancam keselamatannya secara

langsung atau tidak langsung seseorang akan cenderung menyatakan sikap yang

dapat menyelamatkan dirinya walaupun tidak sesuai dengan hati nuraninya.

Kadang-kadang seseorang menunjukan sikap yang sesuai dengan harapan orang

4

(4)

lain, sekalipun tidak sesuai dengan isi hatinya disebabkan adanya tujuan-tujuan

tertentu yang ingin dicapainya. Sikap baru memiliki makna apabila ia ditampakkan

dalam bentuk perilaku baik lisan maupun perilaku perbuatan.

Masih banyak lagi definisi sikap yang lain, sebenarnya agak berlainan, akan tetapi

keragaman pengertian tersebut disebabkan oleh sudut pandang dari penulis yang berbeda. Namun demikian, jika dicermati

hampir semua batasan sikap memiliki kesamaan padang, bahwa sikap merupakan

suatu keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam dari manusia. Keadaan

internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka

dapatkan, sebagaimana pendapat Piaget’s tentang proses perkembangan kognitif manusia.

Berdasarkan beberapa literatur di

atas, dan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada dasarnya merupakan hasil dari proses sosialisasi dan

interaksi seseorang dengan lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari pikiran,

perasaan seseorang serta penilaian terhadap obyek, yang didasarkan pada

pengetahuan, pemahaman, pendapat dan keyakinan dan gagasan-gagasan terhadap

suatu obyek sehingga menghasilkan suatu kecenderungan untuk bertindak pada suatu

obyek. Dengan demikian sikap adalah kecenderungan individu menanggapi secara

positif atau negatif terhadap obyek sikap ditinjau dari dimensi kognisi, afeksi dan

konasi.

a. Komponen Sikap

Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni:

kognitif, afektif, dan kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975; Krech dan Ballacy, 1963, Howard dan Kendler

1974, Gerungan, 2000). Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan

dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke

dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan

diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada di dalam otak

manusia. Nilai - nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya, pada

akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu. Oleh

karena itu, komponen afektif dapat dikatakan sebagai perasaan (emosi)

individu terhadap obyek atau subyek, yang sejalan dengan hasil penilaiannya. Sedang

komponen kecenderungan bertindak berkenaan dengan keinginan individu untuk

(5)

dapat positif atau negatif. Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang

apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap objek atau

subjek.

Komponen sikap berkaitan satu

dengan yang lainnya. Komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak

menumbuhkan sikap individu. Dari manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu

sistem. Sikap individu sangat erat kaitannya dengan perilaku mereka. Jika faktor sikap

telah mempengaruhi ataupun

menumbuhkan sikap seseorang, maka

antara sikap dan perilaku adalah konsisten, sebagaimana yang dikemukan oleh Krech dan Ballacy, Morgan King, dan Howard.

Sikap seseorang memang

seharusnya konsisten dengan perilaku.

Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada faktor dari luar diri

manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai eksternal yang berada di

masyarakat, diantaranya norma, politik, budaya, dan sebagainya.

Menurut Gerungan5 sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap sosial. Sikap sosial dinyatakan oleh

cara-cara kegiatan yang sama dan

5

Gerungan WA., Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2000)

berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang

atau masyarakat. Sedang sikap individu, adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan

oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat membentuk sikap sosial,

manakala ada seragaman sikap terhadap suatu obyek. Dalam konteks pemahasan ini,

sikap yang dimaksud adalah sikap individual, mengingat pendidikan yang

dihabahas dalam kajian ini menyangkut proses pendidikan secara individual, mengingat keinginan, kebutuhan,

kemampuan, motivasi, sasaran didik sangat beragam.

Sejalan dengan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa: 1) sikap ditumbuhkan dan dipelajari

sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan

obyek tertentu, 2) sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat

ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar, 3) sikap selalu berhubungan

dengan obyek, sehingga tidak berdiri sendiri, 4) sikap dapat berhubungan dengan

satu obyek, tetapi dapat pula berhubungan dengan sederet obyek sejenis, 5) sikap

memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi.6 Mengetahui

karakter sikap semacam ini sangat penting manakala kita akan membahas sikap secara

(6)

cermat. Dari sifat ini dapat diketahui bahwa sikap dapat ditumbungkan dan

dikembangkan, melalui proses pembelajaran siswa yang sesuai dengan

motivasi, dan keinginan mereka. Demikian juga, sikap harus diarahkan pada suatu

obyek tertentu, sehingga memudahkan mengarahkan belajar siswa pada sasaran

belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya.

b. Karakteristik Sikap

Selain mempunyai komponen, sikap juga mempunyai beberapa karakteriatik yaitu

sikap mempunyai arah, intensitas, keluasan, konsisten, dan spontanitas. Arah disini

maksudnya arah positif atau negati; intensitas maksudnya kekuatan sikap itu sendiri, dimana setiap orang belum tentu

mempunyai kekuatan sikap yang sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap

positif terhadap sesuatu, tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan kekuatan

sikapnya, yang satu positif tetapi yang satu lagi lebih positif. Keluasan sikap meliputi

cakupan aspek obyek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang.

Sedangkan konsistensi adalah kesesuaian anatara pernyataan sikap dengan

responnya, atau tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Karakteristik sikap terakhir

adalah spontanitas yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk mengatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dapat

dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi, apabila sikap dinyatakan tanpa perlu

pengungkapan atau desakan agar subyek menyatakan sikapnya.

c. Cara Menumbuhkan dan

Mengembangkan Sikap

Sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar. Dalam

proses belajar tidak terlepas dari proses komunikasi dimana terjadi proses tranfer

pengetahuan dan nilai. Jika sikap merupakan hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap terletak pada proses kognisi dalam belajar

siswa. Menurut Bloom, serendah apapun tingkatan proses kognisi siswa dapat

mempengaruhi sikap.7 Namun demikian, tingkatan kognisi yang rendah mungkin saja

dapat mempengaruhi sikap, tetapi sangat lemah pengaruhnya dan sikap cenderung

labil. Proses kognisi yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap

secara signifikan, sejalan dengan taksonomi kognisi Bloom, adalah pada taraf analisis,

sintesis, dan evaluasi. Pada taraf inilah memungkinkan sasaran didik memperoleh

nilai-nilai kehidupan yang dapat menumbuhkan keyakinan yang merupakan kunci utama untuk menumbuhkan dan

mengembangkan sikap. Melalui proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan,

pengalaman, dan nilai ke dalam otak sasaran didik, seperti pendapat Pieget, pada

7

(7)

gilirannya akan menjadi referensi dalam menanggapi obyek atau subyek di

lingkungannya.

Tidak semua informasi dapat

mempengaruhi sikap. Informasi yang dapat mempengaruhi sikap sangat tergantung

pada isi, sumber, dan media informasi yang bersangkutan. Dilihat dari segi isi informasi,

bahwa informasi yang menumbuhkan dan mengembangkan sikap adalah berisi pesan

yang bersifat persuasif. Dalam pengertian, pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi haruslah memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi keyakinan sasaran didik, meskipun sebenarnya keyakinan

tersebut akan didapat siswa sendiri melalui proses belajar. Seperti di atas telah

disebutkan, bahwa untuk dapat memberikan pesan yang persuasif kepada sasaran didik

haruslah dibawa pada obyek telaah melalui proses penganalisaan, pensintesisan, serta

penilaian, yang dilakukan sasaran didik untuk memperoleh keyakinan.

Sikap dapat tumbuh selama manusia hidup. Sepanjang hidupnya, manusia belajar

tidak pernah berhenti. Proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan, dan pengalaman, berlangsung sepanjang hidup

manusia. Dalam proses yang panjang inilah nilai-nilai hidup didapatkan oleh manusia,

yang kemungkinan besar akan dapat menumbuhkan sikap mereka terhadap

subyek atau obyek. Periode kritis

penumbuhan seseorang terjadi pada usia 12 tahun sampai 30 tahun. Jika pendapat Sear

ini dianut, maka penumbuhan sikap yang paling tepat ketika usia Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP), sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), setelah itu sikap akan

tumbuh melalui belajar dan pengalaman pribadi masing-masing. Perlu dipahami,

bahwa dalam hidup belajar lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri dari pada di

bangku sekolah. Namun demikian, sudah menjadi kewajiban bagi sekolah untuk menumbuhkan sikap dasar yang bermanfaat

bagi hidup sasaran didik. Selanjutnya, di luar bangku sekolah, sikap akan dikembangkan

sendiri oleh yang bersangkutan. Lebih lanjut Sear mengatakan, bahwa setelah usia 30

tahun sikap relatif permanen sehingga sulit berubah. Dari sini terlihat betapa pentingnya

peletakan sikap dasar di sekolah, mengingat bahwa usia pembentukan sikap dasar ketika

siswa ada pada SLTP sampai dengan Perguruan Tinggi. 8

2. Hakikat Minat

Pada setiap orang, minat berperan sangat penting dalam kehidupannya. Minat mempunyai dampak yang besar atas

perilaku dan sikap orang tersebut. Di dalam belajarpun minat dapat menjadi sumber

8

BPRANOWO, Pembelajaran Yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.

(8)

motivasi yang kuat dalam mendorong seseorang untuk belajar.

Pengertian minat menurut bahasa (Etimologi), ialah usaha dan kemauan untuk

mempelajarai (learning) dan mencari sesuatu. Secara (Terminologi), minat adalah

keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Menurut Hilgar minat adalah

suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan memfokuskan diri pada

sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas. 9

Andi Maprare menyatakan bahwa

minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,

harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan

individu kepada suatu pikiran tertentu. Secara sederhana, minat (interest) berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu.10 H.C. Witherington menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang

bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut

dengan dirinya.11

Minat dapat diartikan pula sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan

perhatian dan bertindak terhadap orang,

9

Yasin Setiawan, Pengembangan Minat Pada Anak

http://www.siaksoft.net.net/index.php?option=com_cont ent&task=view&id=2372&Itemid=105, h. 46

10

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 151

11

H. C. Wherington, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Aksara baru, 1982), h. 122

aktivitas, atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai dengan

perasaan senang.12 Sementara Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa minat merupakan

sikap jiwa seseorang yang tertuju pada suatu objek tertentu ketiga jiwanya (kognisi, konasi

dan emosi) dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat.13 Minat mengandung

unsur-unsur yang terdiri dari kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi

(kehendak). Unsur kognisi, dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat

tersebut. Unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai

dengan perasaan tertentu (perasaan senang) sedangkan unsur konasi merupakan

kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan

hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan

oleh sekolah.

Secara garis besar, minat memiliki dua pengertian, Pertama, usaha dan

kemauan untuk mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu, Kedua merupakan

dorongan pribadi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu.

Crow and Crow mengatakan bahwa minat (Interest) bisa berhubungan dengan

12

Abd. Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: PT. Prenada media, 2004), h. 262

13

(9)

daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, atau

kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang olah kegiatan

itu sendiri.14 Dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab

partisipasi dalam kegiatan.

Minat menurut Elizabeth B. Hurlock

merupakan sumber motivasi yang mendorong untuk melakukan apa yang

mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat,

bila kepuasan berkurang minatpun berkurang.15 Minat akan menambah

kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Bila anak berminat pada

suatu kegiatan, pengalaman mereka jauh lebih menyenangkan. Lagipula jika

anak-anak tidak memperoleh kegembiraan suatu kegiatan, mereka akan berusaha seperlunya

saja. Akibatnya prestasi mereka jauh lebih rendah dari kemampuan yang sebenarnya.16

Wiliam James menambahkan bahwa minat merupakan faktor utama yang

menentukan derajat keaktifan belajar siswa.17 Artinya, minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang

14

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT. Tiara kencana, 1993), h. 112 15

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: PT. Erlangga, 1978), h. 114

16

Tjandrasa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Muria,1989), h. 144 17

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 27

menunjukkan anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat

juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Suatu anggapan

yang keliru adalah bila mengatakan bahwa minat dibawa sejak lahir. Minat adalah

perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu

dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan

minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung belajar aktivitas

berikutnya.

Dengan kata lain, minat adalah suatu

rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas suasana tanpa ada

yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin

besar minatnya.

Menurut Drs. Agus Sujanto minat adalah

perbuatan perhatian yang sengaja terlahir dengan kemauan dan bergabung pada minat dan bakat. Sedangkan menurut Kriterinton minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu soal atau situasi yang mengandung sangkut paut dirinya.

(10)

Berdasarkan beberapa literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah

kecenderungan hati untuk memperhatikan suatu hal atau aktivitas dimana aktivitas

tersebut secara terus menerus diperhatikan dan dilakukan tanpa adanya paksaan dari

orang lain, sebaliknya dengan disertai rasa senang.

a. Ciri-ciri Minat

Minat taraf tinggi merupakan hasil dari pendidikan penting orang yang benar-benar terdidik, ditandai dengan adanya minat-minat yang benar-benar besar serta benar terhadap hal-hal yang dinilai secara singkat oleh pandangan hidup seseorang atau seluruh perbendaharaan. Norma seseorang yang ditentukan oleh arah minat menulisnya dengan arti oleh apa yang dianggap ada sangkut paut dengan dirinya.

Minat berbeda dari kesenangan sementara bukan dalam kesenangan memotivasi tindakan,

melainkan dalam ketetapan. Rasa bosan

merupakan lawan dari minat. Kebosanan terjadi di sekolah, penting mengenal perbedaan antara minat dan kesenangan dan menyadari bahwa kesenangan sering menjadi ke arah kebosanan, karena minat dan kebosanan berpengaruh pada penyesuaian pribadi dan sosial anak.Minat memegang peranan penting dalam kehidupan anak sebagai sumber motivasi untuk belajar, sumber aspirasi, kegembiraan dan prestasi.

Dr. Med. Metasari dalam buku ”Perkembangan Anak”, menyebutkan ada beberapa ciri minat pada seorang anak,

diantara sebagai berikut:18

1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkenbangan fisik dan mental.

2. Minat bergantung pada kesiapan belajar.

18

Yasin Setiawan, op.cit.,h. 7

3. Minat bergantung pada kesempatan belajar.

4. Perkembangan minat terbatas.

5. Minat dipengaruhi oleh pengaruh

budaya.

6. Minat berbobot emosional.

7. Minat itu Egosentrik.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

satu persatu sebagai berikut:

1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada

waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih

stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman

sebayanya. Anak yang lambat matang akan menghadapi masalah sosial karena

minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebayanya minat remaja. 2. Minat bergantung pada kesiapan belajar.

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat

sebelum mereka siap secara fisik dan mental, sebagai contoh : mereka tidak

dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi

otot yang diperlukan untuk permainan tersebut.

3. Minat bergantung pada kesempatan

(11)

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, bahkan

anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak.

Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, minat

mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkaran sosial

mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka

kenal.

4. Perkembangan minat terbatas.

Ketidakmampuan fisik dan mental serta

pengalaman yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik

misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti

teman sebaya yang perkembangann fisiknya normal.

5. Minat dipengaruhi oleh pengaruh

budaya.

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru dan orang lain untuk

belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya yang mereka dianggap

minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka

oleh kelompok budaya mereka. 6. Minat berbobot emosional

Bobot emosional, aspek efektif, dari minat menentukan kekuatannya. Bobot

emosional yang tidak menyenangkan

melemahkan minat bobot emosional yang menyenangkan memperkuat.

7. Minat itu Egosentrik.

Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu

egosentris, misalnya : minat anak laki-laki pada matematika, sering

berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika di

sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang

menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha.

Selain beberapa ciri minat di atas, di

dalam buku ”Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya”, Slameto menambahkan

bahwa ciri seseorang mempunyai minat terdiri atas sebagai berikut:

1. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa

siswa lebih menyukai suatu hal dari pada yang lain.

2. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu subjek tertenu cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besdar terhadap subjek tersebut.

3. Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

b. Macam-Macam Minat

Minat memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

(12)

timbulnya minat dan berdasarkan arahnya minat.

1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua

macam antara lain:

a. Minat Primitif adalah minat yang

timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh,

misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak dan

nyaman, kebebasan beraktivitas serta seks.

b. Minat Kultural atau sosial adalah

minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak

secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya minat

belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan

akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi,

sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan

berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal

ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.

2. Berdasarkan arahnya, minat dapat

dibedakan menjadi dua macam antara lain:

a. Minat Intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan

aktivitas itu sendiri, ini merupakan

minat yang lebih mendasr atau minat asli. Misalnya seseorang belajar

karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang

senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau

penghargaan.

b. Minat Ekstrinsik adalah minat yang

berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila

tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya seseorang yang belajar

dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian.

3. Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi empat macam,

terdiri atas:

a. Expressed interest adalah minat yang

diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan

atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun

bukan tugas dengan perasaan senang.

b. Manifest interest adalah minat yang

diungkapkan dengan cara mengobservasi secara langsung

terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek

c. Tested interest adalah minat yang

(13)

hasil jawaban tes objektif yang diberikan.

d. Inventoried interest adalah minat yang diungkapkan dengan

menggunakan alat-alat yang sudah distandardisasikan.19

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Faktor minat mempunyai peranan

yang sangat penting, minat individu terhadap suatu objek, pekerjaan, orang, benda, dan persoalan yang berkenaan dengan dirinya

timbul karena ada faktor yang mempengaruhinya pada objek yang diamati.

Dalam buku psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan dijelaskan sebagai berikut:

”Sebab timbulnya minat bergantung

pada seks/jenis kelamin, intelegensi, lingkungan dimana ia hidup, kesempatan

untuk mengembangkan minat, minat teman-teman sebaya, status dalam kelompok

sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga, dan banyak faktor-faktor lain.”20

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu, secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber dari dalam diri individu yang

bersangkutan (misal: umur, bobot, jenis

19

Abd. Rahman shaleh, op.cit., h. 265-266 20

Djasman Adimiharja, Psikologi Umum Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis (Bandung, 1987-1988), h. 216

kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian) dan yang berasal dari luar

mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Agus

Sujanto21 memperkuat pendapat ini, dengan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi minat ada 2, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Adapun faktor yang tergolong dalam faktor internal, yaitu :

a. Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.

b. Sikap adalah adanya kecendrungan dalam subjek untuk menerima,

menolak suatu objek yang berharga baik atau tidak baik.

c. Permainan adalah merupakan suatu permasalahan tenaga psikis yang

tertuju pada suatu subjek semakin intensif perhatiannya.

d. Pengalaman suatu proses pengenalan lingkungan fisik yang nyata baik dalam dirinya sendiri

maupun di luar dirinya dengan menggunakan organ-organ indra.

e. Tanggapan adalah banyaknya yang tinggal dalam ingatan setelah itu

melakukan pengamatan. Kalau kita lihat secara jeli, maka akan tampak

suatu perbedaan antara pengamatan

21

(14)

dan tanggapan, meskipun keduanya merupakan gejala yang saling

berkaitan, karena tanggapan itu sebenarnya kesan yang tinggal

setelah individu mengamati objek. Tanggapan itu terjadi setelah adanya

pengamatan, maka semakin jelas individu mengamati suatu objek, akan

semakin positif tanggapannya.

f. Persepsi merupakan proses untuk

mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa, bila benda yang kita

ingat atau yang kita identifikasikan adalah objek yang mempengaruhi

oleh persepsi, karena merupakan tanggapan secara langsung terhadap

suatu objek atau rangsangan. 2. Faktor Eksternal

Lingkungan bisa juga mempengaruhi minat, karena lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap individu, baik itu

lingkungan fisik yang berhubungan dengan benda konkrit maupun lingkungan fisik yang

berhubungan dengan jiwa seseorang.

Lingkungan itu sendiri terbagi atas 2 bagian, yakni (1) Lingkungan fisik, yaitu berupa alat misalnya keadaan tanah. (2) Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat dimana lingkungan ini adanya interaksi individu yang satu dengan yang lain. Keadaan masyarakat akan memberi pengaruh tertentu kepada individu.

Dengan teknik pengungkapan yang cukup berbeda, Crow and Crow22 mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, antara lain yaitu:

1. Dorongan dari dalam diri individu

22

Abd. Rahman Shaleh, op.cit., h.265-266

Dorongan ingin tahu atau rasa ibngin tahu akan membangkitkan minat untuk

membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain-lain.

2. Motif Sosial

Motif sosial ini dapat menjadi faktor

yang membangkitkan minat untuk melakukan sesuatu aktivitas tertentu. Misalnya minat

untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat

penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat

kedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat.

3. faktor emosional

Minat mempunyai hubungan yang erat

dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan

menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap

aktivitas tersebut. Sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat

terhadap hal tersebut.

Jadi minat merupakan suatu

kecenderungan yang menetap dalam hati untuk selalu mengingat sesuatu atau mengerjakan sesuatu secara terus menerus

tanpa merasa terbebani untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan disertai

(15)

keaktifan, dan mentaati peraturan atau aturan main yang terkait dengan subjek.

3. Hakikat Perilaku

Dalam Kamus bahasa Indonesia, kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi

seseorang (individu) terhadap rangsangan atau lingkungan. Dalam agama perilaku yang

baik adalah perilaku yang sesuai dengan tujuan penciptaan manusia ke dunia, yaitu

untuk menghambakan diri kepada tuhanya. Skiner seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar23, dari segi biologis perilaku

adalah suatu kegiatan atau aktifitas oerganisme makhluk hidup yang

bersangkutan, sehingga perilaku manusia adalah tindakan atau aktifitas manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Bohar Soeharto mengatakan

perilaku adalah hasil proses belajar mengajar yang terjadi akibat dari interksi

dirinya dengan lingkungan sekitarnya yang diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman

pribadi.24 Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) kawasan yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotor.25

23

Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 133 24

Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Persetasi Siswa (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), h. 63

25

Soekidjo Notoadmodjo, op. cit., h. 139

Setiap perilaku yang ada pada diri manusia dipengaruhi oleh perkembangan

dan pertumbuhannya. Dalam perkembangan manusia atau makhluk lain pada umumnya

dapat dibedakan dalam 3 hal yaitu proses pematangan, proses belajar, dan proses

pembawaan atau bakat.26

Saifudin Azwar dalam bukunya

menjelaskan bahwa perilaku sebagai reaksi bersifat sederhana maupun kompleks dan

merupakan ekspresi sikap seseorang.27 Sikap itu sudah terbentuk dalam dirinya karena sebagai tekanan atau hambatan dari

luar maupun dalam dirinya. Artinya potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam dirinya

akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikapnya. Jadi jelas bahwa perilaku

dipengaruhi oleh faktor dalam diri maupun faktor lingkungan yang ada di sekitarnya.

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati

langsung, maupun yang dapat diamati oleh pihak luar.

Menurut Kurt Lewin, perilaku adalah fungsi karakteristik individu (motif, nilai-nilai,

sifat kepribadian, dll) dan lingkungan, faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, terkadang

kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu sehingga menjadikan

prediksi perilaku lebih komplek. Jadi, perilaku

26

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991), h. 26

27

(16)

manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan

pendorong dan kekuatan-kekuatan penahan.

28

Kurt Lewin menambahkan perilaku dapat berubah apabila terjadi

ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang sehingga

adanya 3 kemungkinan terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, diantaranya

adalah:

1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, karena stimulus yang

mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku.

2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun, karena adanya stimulus yang

memperlemah kekuatan penahan tersebut.

3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.29

Para psikolog, di antaranya Morgan dan King, Howard dan Kendler, Krech,

Crutchfield dan Ballachey, mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh

faktor lingkungan dan hereditas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku adalah beragam, di antaranya pendidikan,

nilai dan budaya masyarakat, politik, dan sebagainya. Sedang faktor hereditas

merupakan faktor bawaan seseorang yang

28

Ibid., h. 11 29

Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 114

berupa karunia pencipta alam semesta yang telah ada dalam diri manusia sejak lahir,

yang banyak ditentukan oleh faktor genetik. Kedua faktor secara bersama-sama

mempengaruhi perilaku manusia.

Perilaku merupakan cerminan

kongkret yang tampak dalam sikap, perbuatan dan kata-kata yang muncul

karena proses pembelajaran, rangsangan dan lingkungan.30

Sekilas, di atas terlihat bahwa antara sikap dan perilaku ada kesamaan. Oleh karena itu, psikolog sosial, seperti Morgan

dan King, Howard dan Kendler, serta Krech dkk., mengatakan bahwa antara sikap dan

perilaku adalah konsisten. Apakah selalu bahwa sikap konsisten dengan perilaku?

Seharusnya, sikap adalah konsisten dengan perilaku, akan tetapi karena banyaknya

faktor yang mempengaruhi perilaku, maka dapat juga sikap tidak konsisten dengan

perilaku. Dalam keadaan yang demikian terjadi adanya desonansi nilai.

Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang

teliti dan beralasan dan berdampak sebagai berikut: 1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang

spesifik terhadap sesuatu. 2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi

juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain

30

(17)

inginkan agar kita perbuat. 3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma

subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.

Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial

yang dinyatakan dengan cara berulang-ulang pada kegiatan yang sama31 atau lebih

lazimnya disebut kebiasaan, motif merupakan dorongan, keinginan dan hasrat

yang berasal dari dalam diri32, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif sedangkan kekuatan pendorong dan

kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau penyuluhan dan informasi.33

Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prilaku

adalah segala tindakan atau reaksi manusia yang disebabkan oleh dorongan organisme

kongkret yang terlihat dari kebiasaan, motif, nilai-nilai, kekuatan pendorong dan kekuatan

penahan sebagai reaksi atau respon seseorang yang muncul karena adanya

pengalaman proses pembelajaran dan rangsangan dari lingkungannya. Adapun

indikatornya adalah respon terhadap lingkungan, hasil proses belajar mengajar, ekspersi kongkret berupa sikap, kata-kata,

dan perbuatan.

DAFTAR PUSTAKA

31

Gerungan, op. cit., h. 150 32

Ibid.., h. 141 33

Soekidjo Notoatmodjo, op. cit., h. 175

Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi

Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara

kencana.

Adimiharja, Djasman.1987-1988. Psikologi

Umum Pusat Pengembangan

Penataran Guru Tertulis. Bandung

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia: Teori

dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

BPRANOWO, Pembelajaran Yang

Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.

http://www.ekofeum.or.id/artikel.php? cid=51

Ellis, Robert S..Educational Psychology: a

Problem Approach. NewYork:d. Van

Nostrard Co.

Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. 1974. Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and

Winston, Inc

Gerungan WA. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

H. C. Wherington. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru

Howard H., Kendler. 1974. Basic

Psychology. Philipines:

Benyamin/Cummings

Hurlock, Elizabeth B.1978. Perkembangan

Anak. Jakarta: PT. Erlangga

Keterkaitan Sikap, Perilaku Toleransi Dengan Nilai Moral Lainnya.

http://www.edukasi.net/mol/mo_full.p hp?moid=14&fname+ppkn101_03.hm

Munandar, Utami. 1999. Pengembangan

Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

(18)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

_______. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu

Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sarwono, Sarlito Wirawan.1991. Pengantar

Ilmu Psikologi. Jakarta: PT. Bulan

Bintang

Setiawan, Yasin. Pengembangan Minat

Pada Anak

http://www.siaksoft.net.net/index.php ?

Shaleh, Abd. Rahman. 2004. Psikologi Suatu

Pengantar Dalam Perspektif Islam.

Jakarta: PT. Prenada media

Sukiati. Hubungan Tingkat Pengetahuan

Dengan Sikap Masyarakat terhadap Hukum

Waris Islam.

http://www.ligatama.org/jurnal/edisiI/ Waris%20Islam.htm

Syah, Muhibbin.2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Tenrie, M. Shabran. 2005. “Tesis”. Studi

Korelasional Antara Kompensasi dan Sikap Guru Terhadap Tugas Dengan Disiplin Kerja Guru. Program Pascasarjana Magister Studi Islam Konsentrasi manajeman Pendidikan. Bekasi : UNISMA

Tjandrasa. 1989. Psikologi Perkembangan

Anak dan Remaja. Jakarta: BPK

Gunung Muria

Tu’u , Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada

Perilaku dan Persetasi Siswa.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkungan pergaulan yang meliputi: sekolah, keluarga dan masyarakat dengan sikap dan perilaku seks bebas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada hubungan yang positif antara perilaku berkarakter dengan sikap siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing (guiding inquiry)

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (nilai p = 0,174); dan tidak ada hubungan antara sikap dengan

Hipotesis yang diajukan: Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual. Subjek penelitian anggota Karang taruna “Sedyo Utomo” Kelurahan Jeron

Kesimpulan penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual namun generalisasi hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di bidang Produksi PT.Mustika Ratu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut yaitu pengetahuan, sikap dan

1) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, yang lama kelaman secara bertahap diserap oleh individu dan mempengaruhi suat

Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Sikap Sosial Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja pembentukan sikap karena ada faktor- faktor yang