I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Herbisida telah menjadi teknologi yang paling popular dan efisien untuk skala besar dalam pengendalian gulma (Ashigh et al., 2010). Peningkatan penggunaan herbisida dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain: membutuhkan sedikit tenaga kerja, waktu pelaksanaan pengendalian gulma relatif singkat, biaya pengendalian lebih murah (cost effective) dibanding dengan teknik lain (Purba, 2009).
Aplikasi herbisida sejenis terhadap gulma yang terus-menerus dalam waktu yang lama pada suatu areal, akan menimbulkan masalah yaitu timbulnya gulma-gulma resisten (Jasieniuk et al., 1996). Tanpa pemantauan dan identifikasi cepat terhadap terjadinya evolusi resisten, maka para petani, peneliti, dan industri agrokimia terancam kehilangan herbisida sebagai alat untuk mengendalikan gulma (Hamza et al., 2011). Berdasarkan data penelitian yang empirik dapat dibuktikan bahwa populasi gulma yang sudah resisten terhadap satu atau lebih jenis herbisida biasanya dapat mengembangkan sifat resistensi terhadap senyawa lain secara lebih cepat, khusunya bila senyawa baru ini mempunyai mekanisme resisten yang sama atau berdekatan dengan senyawa-senyawa sebelumnya (Ashigh et al., 2010). Peningkatan dosis herbisida telah meningkatkan tekanan seleksi untuk herbisida tertentu dan mengakibatkan timbulnya populasi gulma-gulma resisten.
Resisten herbisida adalah kemampuan suatu populasi tumbuhan untuk bertahan hidup dan bereproduksi setelah mendapat perlakuan herbisida pada dosis yang biasanya mematikan jenis populasi tumbuhan liar (Purba, 2009). Resistensi silang adalah warisan kemampuan bertahan hidup kepada dua atau lebih herbisida (Timothy et al., 2000).
Resistensi gulma terhadap herbisida tertentutelah meluas dan meningkat diberbagai belahan dunia. Sebuah survei mengidentifikasi 437 biotipe dari 238 spesies (138 dikotil, dan 100 spesies monokotil) gulma di 66 negara resisten terhadap 22 kelas herbisida (Heap, 2014).
Resistensi gulma terhadap herbisida tertentu, merupakan dampak terhadap lingkungan yang irreversibel yang dapat mengakibatkan peningkatan biaya terhadap tindakan pengendalian secara kimia dan telah mempercepat usaha ilmuwan ke arah pengembangan praktek pengendalian gulma terpadu (integrated weed managament) (Hamzaet al., 2011). Evolusi resisten herbisida pada populasi gulma dalam sistem produksi tanaman yang intensif semakin luas, hal ini merupakan ancaman besar bagi keberlanjutan dan profitalibilitas sistem tanam (Ashigh et al., 2010).
Kerugian yang akan timbul jika suatu jenis gulma resisten terahadap herbisida tertentu antara lain adalah: jumlah herbisida alternatif di lapangan berkurang, herbisida yang digunakan terus-menerus pada populasi gulma sebelum diketahui terjadi resisten sehingga pemborosan, dan hasil tanaman terus menurun (Purba, 2009; Hamza et al., 2011).
1.1Rumusan Masalah
Pengamatan penulis di Kabupaten Dairi, ketika petani mengaplikasikan parakuat (yang telah digunakan berulang-ulang) terhadap gulma yang tumbuh pada lahan tanaman jagung, ada beberapa sintrong (Crassocephalum crepidiode)
bertahan hidup terhadap herbisida parakuat, sehingga ada dugaan sintrong telah berkembang menjadi resisten terhadap parakuat. Walaupun Kabupaten Dairi termasuk salah satu sentra penghasil jagung di Sumatera Utara dimana petaninya menggunakan herbisida secara intensif, namun belum pernah ada studi yang menjelaskan distribusi dan karakterisasi populasi sintrong. Berdasarkan fisiologi dan anatomi ada perbedaan antara populasi sintrong sensitif dan resisten.
Dalam penelitian ini, secara fisiologis dan anatomis parameter yang diamati adalah pengurangan jumlah populasi, LD 50%, Lethal Time, tingkat nilai resistensi dan pengurangan jumlah klorofil daun pada biotif sensitif dan resisten.. 1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukandistribusi penyebaran, dan identifikasi fisiologi dan anatomi populasi sintrong yang resisten terhadap parakuatpada lahan tanaman jagung di Kabupaten Dairi.
1.4 Manfaat Penelitian
Sebagai informasi awal tentang distribusi dan identifikasi populasi sintrong resisten parakuat pada lahan jagung di Kabupaten Dairi.
1.5 Hipotesis Penelitian
a. Terdapat populasi sintrong resisten terhadap parakuat pada lahan jagung di Kabupaten Dairi.
b. Populasi sintrong resisten parakuat telah terdistribusi pada beberapa kecamatan di Kabupaten Dairi.