• Tidak ada hasil yang ditemukan

S BIO 1200351 Chapter 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S BIO 1200351 Chapter 1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman fauna dan beberapa di antaranya adalah hewan endemik, contohnya reptil berupa Komodo yang terkenal dan berada di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Diversitas atau keanekaragaman termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan, semakin tinggi tingkat keanekaragaman semakin mantap pula keadaan lingkungan. Hutan Indonesia merupakan salah satu ekosistem yang memiliki kekayaan terbesar di dunia. Lebih dari 1000 pepohonan yang bernilai ekonomi tinggi yang tumbuh di Indonesia. Wilayah Indonesia memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini karena berbagai hal sebagai berikut. Terletak di daerah tropik, sehingga mempunyai hutan hujan tropis (tropical rain forest) yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis. Terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau memungkinkan tumbuh dan persebaran hewan dan tumbuhan khas tertentu sesuai dengan kondisi alamnya. Indonesia terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia yaitu Australia dan oriental (KLH, 2012).

Indonesia memiliki lebih dari 1000 jenis reptil (Bappenas, 1993). Reptil tersebar luas di Asia Tenggara, meliputi padang rumput, air tawar, rawa gambut, hutan primer, hutan sekunder, hutan pegunungan, pantai, laut, batu karang dan lainnya. Reptil memiliki beberapa habitat diantaranya adalah ada yang bersifat

fossorial (penggali tanah), arboreal (pemanjat pohon), terestrial (tanah daratan) dan aquatik (perairan). Umumnya reptil aktif pada malam hari (nokturnal), namun ada juga yang aktif pada siang hari (diurnal) (Das, 2010).

(2)

kurang namun masih cukup signifikan untuk lingkungannya, contohnya reptil mempunyai pengendalian penting pada populasi serangga dan hewan pengerat (Abrahamson, 1989).

Kawasan hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran merupakan hutan alami, kawasan ini semula merupakan tempat perladangan penduduk. Pada awalnya kawasan hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran berstatus Suaka Margasatwa berdasarkan GB No. 19 Stbl. 669 tanggal 7 Desember 1934, seluas 497 Ha (luas yang sebenarnya 530 Ha), kemudian setelah ditemukan bunga Rafflesia patma, statusnya berubah berdasarkan SK Menteri Pertanian No170/Kpts/Um/3/1978 pada tanggal 10 Maret 1978 yaitu menjadi Cagar Alam (419,3 Ha) dan Cagar Alam Alam (37,7 Ha). Perairan di sekitar Cagar Alam dan Cagar Alam Alam seluas 470 Ha berubah status menjadi Cagar Alam Laut berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 225/Kpts-II/1990 tanggal 3 Agustus 1990 (Resort Konservasi Wilayah XX Pangandaran, 2007).

Cagar Alam Alam Pangandaran terletak di dalam kawasan konservasi alam Pangandaran berhimpitan dengan kawasan Cagar Alam. Secara geografis terletak pada: 7o30’ LS dan 108o30’- 109o BT , mempunyai ketinggian yaitu 0 sampai dengan 75 mdpl dengan luas kurang lebih 37,7 Ha, dengan luas blok pemanfaatan seluas kurang lebih 20 Ha. Secara administratif termasuk wilayah Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran (BBKSDA, 2013).

Keadaan topografi Cagar Alam Alam Pangandaran bervariasi mulai dari landai hingga berbukit. Keadaan tanah di hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran ini terdiri dari jenis podsol kuning, podsol kuning merah, latosol coklat dan litosol. Areal Cagar Alam Alam Pangandaran mempunyai suhu antara: 25oC – 30oC serta kelembaban udara sekitar: 80%-90% dengan curah hujan rata-rata: 3196 mm/tahun, curah hujan tertinggi terjadi antara bulan Oktober-Maret dan terendah terjadi antara bulan Juli-September (KSNRI, 2010).

(3)

(Macacca fascicularis), Lutung (Trachipytecus auratus), Landak (Hystrix bracyura), Rusa (Cervus timorensis), Biawak (Varanus salvator), Kelelawar (Pteropus vampyrus), Tando (Cynocephalus variegatus), dan ternyata di kawasan cagar alam ini ditemukan juga hewan endemik berupa reptil yaitu kadal pohon (Lygosoma sanctum). Kadal pohon (Lygosoma sanctum) hanya terdapat di tiga lokasi di seluruh dunia, yakni berada di Semenanjung Malaya, Sumatera, serta Jawa yang berada tepat di hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran, kabupaten Pangandaran, provinsi Jawa Barat (Resort Konservasi Wilayah XX Pangandaran, 2007).

Penelitian reptil di Indonesia pertama kali dilakukan oleh De Rooij pada tahun 1917 yang mendeskripsikan tentang 267 jenis kadal, 35 jenis penyu, dan empat jenis buaya yang telah dideskripsikan secara detil. Pulau Jawa secara biologis merupakan salah satu pulau yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayatinya. Sejak abad ke-19 Pulau Jawa telah menarik perhatian ahli biologi, sehingga fauna Jawa sudah cukup dikenal pada abad ke-20 (Hinde, 1966).

Kenyataan ini juga berlaku bagi jenis herpetofauna (amfibi dan reptil) yang ada di Jawa. De Rooij (1917) menerbitkan buku The Reptils of The Indo-Australian Archipelago dan P.N.van Kampen (1923) menerbitkan bukunya The Amfibia of the Indo-Australian Archipelago. Kedua buku ini selanjutnya dijadikan acuan utama dalam pengkajian amfibi dan reptil. Antara tahun 1923 dan 1990 hampir tidak ada penelitian yang dilakukan terhadap amfibi dan reptil di Jawa, seolah-olah semua hal yang menarik tentang reptil dan amfibi Jawa sudah diketahui (Suratmo, 2002).

(4)

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya hewan endemik yang berada di Cagar Alam Pantai Pangandaran bagi ekosistem disekitarnya.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: “Bagaimanakah Perilaku Harian kadal pohon (Lygosoma sanctum) yang berada di hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran?”. Terdapat beberapa pertanyaan penelitian yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perilaku makan atau mencari mangsa pada kadal pohon? 2. Bagaimanakah perilaku mempertahankan diri pada kadal pohon?

3. Bagaimanakah perilaku berjemur pada kadal pohon? 4. Bagaimanakah perilaku istirahat pada kadal pohon?

C.Batasan Masalah Penelitian

Supaya permasalahan yang dikaji tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah pada:

1. Kadal pohon yang diamati adalah kadal pohon betina ataupun jantan.

2. Perilaku yang diamati meliputi: perilaku makan atau mencari mangsa, mempertahakan diri, perilaku berjemur, serta perilaku istirahat.

3. Penentuan plot pengamatan dilakukan di lokasi yang dapat ditembus atau masih bisa dilewati.

4. Faktor klimatik yang diukur adalah suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya.

D.Tujuan Penelitian

(5)

E.Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya: 1. Dapat membantu Balai Konservasi atau Dinas Kehutanan dalam hal

identifikasi fauna endemik di hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran.

2. Memberikan khazanah keilmuan mengenai perilaku harian kadal pohon di kawasan hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran.

3. Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk pengembangan konservasi alam.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, diantaranya; Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, pada bagian latar belakang juga dipaparkan konteks penelitian yang dilakukan. Selanjutnya Bab I juga terdapat rumusan masalah, pertanyaan penelitian, dan batasan masalah yang memuat identifikasi spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian merupakan cerminan dari rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Manfaat penelitian memberikan gambaran mengenai nilai lebih atau kontribusi yang diberikan oleh hasil penelitian.

Bab II merupakan kajian pustaka/landasan teori yang memebrikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Dalam bab II ini dipaparkan tentang perilaku harian hewan, hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran, jenis pohon yang didiami kadal pohon tersebut, serta pemaparan tentang kadal pohon (Lygosoma sanctum).

Bab III merupakan bagian yang bersifat prosedural, yaitu terdiri dari jenis penelitian yang merupakan penelitian deskriptif. Selanjutnya terdapat populasi dan sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian, desain penelitian yang merupakan gambaran secara umum tentang penelitian deskriptif, alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian, prosedur kerja serta analisis data yang digunakan.

(6)

sanctum) yang berada di hutan Cagar Alam Pantai Pangandaran telah diketahui. Selanjutnya dalam bab IV ini juga terdapat pembahasan temuan penelitian yang menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.

Bab V berisi simpulan dan rekomendasi atau saran. Simpulan mencakup semua hasil dan pembahasan di bab IV. Menjelaskan hasil dari penelitian secara ringkas, rinci dan jelas tentang perilaku harian kadal pohon (Lygosoma sanctum)

Referensi

Dokumen terkait

Fleksibel atau luwes berarti sistem filing yang dipergunakan dapat diterapkan di setiap satuan organisasi dan dapat mengikuti perkembangan organisasi. Perlu diingat

Deviation Minimum Maximum Range. Interquartile

Pendiri kerajaan banten ini adalah Hasanudin yang mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng TirtayasaA.

[r]

SEBELUM DIRAKIT SESUDAH DIRAKIT..

Jika banyaknya buah yang diambil pada keranjang besar harus tiga kali lebih banyak dari banyaknya buah yang diambil pada keranjang kecil, maka agar dijamin

Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Media Realistik di Kelas V

Setelah diketahui ada hubungan yang signifikan antara kemampuan memahami bacaan dengan prestasi siswa, maka dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara