• Tidak ada hasil yang ditemukan

Renja DKK 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Renja DKK 2015"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi – tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan Undang – undang Dasar 1945.

Berdasarkan UU no 32 tahun 2004 dan Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 2 tahun 2001, Dinas kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang pembangunan kesehatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka dicanangkan Visi Dinas Kesehatan “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat”. Pembangunan kesehatan tersebut diawali dengan suatu proses perencanaan untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Dinas kesehatan sebagai Satuan Kerja pemerintah Daerah (SKPD) Kota Semarang wajib menyusun rencana kerja sebagai pelaksanaan dari UU no 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara dan UU no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional.

(2)

langsung oleh dinas Kesehatan pada tahun 2015 dengan mendorong peran aktif masyarakat.

Rencana Kerja Dinas Kesehatan tahun 2015 ini selanjutnya dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja operasional (plan of action)

pelaksanaan berbagai kegiatan.

1.2 Landasan Hukum

Rencana Kerja Dinas Kesehatan 2015 disusun berdasar peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

a. UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 tentang hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta hak mendapatkan pelayanan kesehatan.

b. TAP MPR RI No XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN

c. UU No 23/1992 tentang kesehatan

d. UU No 28/1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih, bebas KKN e. UU No 17/2003 tentang Keuangan Negara

f. UU No 32/2004 tentang pemerintahan Daerah

g. UU No 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 108/2000 tentang tata cara

pertanggungjawaban Kepala Daerah

i. Instruksi Presiden Republik Indonesia No 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

j. Peraturan Presiden No 7/2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009.

(3)

o. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 050/2020/SJ/2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah

p. Keputusan Gubernur Jawa Tengah No 71/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah

q. Peraturan Daerah Kota Semarang No 2/2001 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Dinas daerah Kota Semarang

r. Instruksi Walikota Semarang No 184.5/19/2003 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

1.3

Maksud & Tujuan

Rencana Kerja Dinas Kesehatan 2015 digunakan sebagai dasar, acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan dan tolak ukur penilaian kinerja pembangunan kesehatan Kota Semarang selama tahun 2015.

1.4

Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan

BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2014

2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan tahun 2012 dan capaian renstra Dinas Kesehatan

2.2. Analisis Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan

2.3. Isu – isu penting Peyelenggaraan Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan 2.4. Review terhadap RancanganAwal RKPD

(4)

BAB III. TUJUAN,SASARAN,PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap kebijakan Nasional dan Provinsi 3.2 Tujuan dan Sasaran Renja Dinas Kesehatan

3.3 Program dan Kegiatan

BAB IV. PENUTUP

(5)

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja dan capaian Renstra Dinas

Kesehatan Kota Semarangtahun 2013

Rekapitulasi Capaian Indikator SPM,MDG,s dan RPJM

N

1 Cakupan Kunjungan Bumil K4 97,21 95 2 Cakupan Komplikasi Kebidanan

yg ditangani 100 80

3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidanan

98,33 90

4 Cakupan Pelayanan Nifas 83,30 90 5 Cakupan Neonatus dgn

komplikasi yg ditangani 74,84 80 6 Cakupan kunjungan Bayi 98,72 90

7

Cakupan Desa/Kelurahan

Universal Child Imunization ( UCI) 100 100 8 Cakupan Pelayanan Anak Balita 92,74 90

9

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pd anak Usia 6-24 keluarga Miskin

60,20 100

10

Cakupan Balita Gizi Buruk

mendapat perawatan 100 100 11 Cakupan Penjaringan Kesehatan

siswa SD dan setingkat 98,60 100 12 Cakupan Peserta KB aktif 78,30 70

13 Acute flacid paralysis (AFP)rate

100.000 Pddk < 15 thn 97,78 100 Penemuan penderita pneumonia

(6)

Penemuan paien baru TB BTA

positif 98,6 100

Penderita DBD yg ditangani 100 100 Penemuan penderita Diare 96,91 100 14 Cakupan pelayanan kesehatan

rujukan pasien Maskin 115,49 100

Pealayanan Kesehatan Rujukan 140,13 100 15 Cakupan pelayanan gawat

darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan ( RS)

100 100

Penyelidikan 100 100 16 Cakupan Desa/kelurahan

mengalami KLB yg dilakukan penyelidikan Epidemiologi

100 100

Promosi

17 Cakupan Desa Siaga Aktif 100 100

Goal :Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan

1

Cakupan pddk miskin yg mendapat jaminan pembiayaan Kesehatan

100 100

2

Cakupan pelay kesehatan bagi

pendd miskin 100 100

3 Prevalensi balita gizi buruk 0,87 1,59

Goal 4 : Menurunkan Angka Kematian Anak

1

Angka Kematian Bayi (AKB) per

1.000 kelahiran hidup 9,34 15

2

Angka Kematian Balita (AKABA)

per 1.000 kelahiran hidup 11,13 32

3

Persentase anak usia 1 th yg

diimunisasi campak 121,9 90

Goal 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu

1 Angka Kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup 2 Proporsi kelahiran yg ditolong

tenaga kesehtn terlatih 98,3 100

3 Cakupan pelayanan antenatal

(K4) 97,21 95

Goal 6 : Mengendalikan HIV,Malaria & Penyakit Menular Lainya

(7)

thn 0,008 0,45 2 Penggunaan kondom pd hub

seks terakhir 75,8 55

3 Proporsi pendd usia 15-24 thn yg memiliki pengetahuan

komprehensif ttg HIV dan AIDS

61 65

4 Persentase ODHA yg mendptkan

akses pengobatan ART 91 85

5 Angka penemuan kasus malaria

per 1.000 pendd 0,0091 <1

6 Angka kejadian TB per 100 rb

penduduk 167 62

7 Tingkat prevalensi TB per

100.000 pendd 250 25

8 Tingkat kematian krn TB per

100.000 pendd 2,3 <3

9

Proporsi jmlh kasus TB yg ditemukan dlm program DOTS (succes rate )

100 75

10

Proporsi jmlh kasus TB yg ditemukan dlm program DOTS (succes rate )

76 90

11 Menurunkan Angka kesakitan

DBD mjd ≤ 200 per 100.000 pend 134 210 12 Menurunkan Angka kematian

DBD < 1% 1,1 <1,5

RPJMD

1

Angka Kelangsungan Hidup Bayi

per/1000 kelahiran hidup (%) 90,66 87,75

2 Angka Usia Harapan Hidup (th) 72,38 72,5

3 Prosentase Gizi Buruk (%) 0,037 0

4 Rasio dokter per satuan pendd 91 95

5 Balita yg naik berat badanya 89,14 83

6 Angka Kesakitan Diare 20,74 21

7 Angka Kematian Diare

0,06

<1/10.00 0pddk

8 Prevalensi HIV AIDS 0,99 <2/10.00

0pdk 9 Angka Kesakitan Pneumonia

Balita

258 280/10.0 0 balita 10 Meningkatnya penerapan standar

pelayanan publik di bidang kesehatan

(8)

11 Pelayanan Kesehatan Bayi 91 91

11 Pelayanan Kesehatan Balita 92,74 84

12 Kualitas Pelayanan kesht Lansia 64,76 70

13 Jaminan keamanan peredaran

obat & makanan 100 100

14 Ketersediaan data & informasi bidang kesehatan akurat & tepat waktu

100 100

15 Meningkatkan sarana prasarana

pelayanan 65 80

Capaian tiap – tiap sasaran di tahun 2013 dapat diuraikan sebagai berikut : Sasaran I

1.1 Menurunnya angka kesakitan, kematian akibat penyakit menular dan tidak menular serta penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit. Sasaran ini didukung oleh satu program dan enam kegiatan, yaitu :

Program : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kegiatan :

1. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular 2. Pencegahan penyakit endemic / epidemic

3. Peningkatan imunisasi

4. Operasional Komisi Penaggulangan AIDS Kota Semarang 5. Penanggulangan KLB Bidang Kesehatan

6. Pengendalian penyakit dampak rokok

Indikator kinerja sasaran ini terlihat dari :

(9)

sebesar 78,4% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : semakin maksimalnya petugas Epidemiologi di puskesmas dalam pemantauan kasus

b. Kasus demam berdarah yang difogging sesuai standar < 5 hari. Dengan rencana tingkat capaian sebesar 60% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 167%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : semakin sigapnya petugas foging dalam melaksanakan tugas sesuai Perda DBD Kota Semarang

c. Penderita demam berdarah yang ditangani.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : kecepatan informasi dari masyarakat dan Rumah Sakit ke Dinas Kesehatan Kota Semarang semakin baik

d. Incident rate demam berdarah.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 240/100.000 penduduk dan realisasi sebesar 64,4/10.000 penduduk sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 27 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Semakin optimalnya sosialisasi perda no. 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian DBD Kota Semarang.

e. Case fatality rate DBD

(10)

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1. Adanya upaya sosialisasi berupa peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat bila menemukan penderita demam tinggi pada bulan penularan demam berdarah agar segera langsung membawa penderita demam tinggi ke sarana pelayanan kesehatan.

2. Peningkatan kewaspadaan yang tinggi kepada tenaga medis bila menemukan penderita demam tinggi pada bulan penularan demam berdarah.

3. adanya peningkatan kesadaran masyarakat tentang waspada terhadap DBD

f. Kesembuhan penderita TB BTA + (cure rate).

Dengan rencana tingkat capaian sebesar >80% dan realisasi sebesar 64% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 80%.

Kurang berhasilnya pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Masa kesembuhan yang membutuhkan waktu 6 bulan

2). Sebagian penderita tidak datang ketika dilakukan pemeriksaan sputum diakhir pengobatan, sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi. 3). Penderita dari rumah sakit banyak yang drop out.

Pemecahan masalah :

1). Masih diperlukannya peningkatan peran pendamping minum obat untuk pengawasan terhadap penderita.

2). Masih diperlukannya peningkatan koordinasi dengan rumah sakit dalam menginformasikan penderita yang drop out sehingga dapat dilakukan kunjungan ke rumah oleh petugas

(11)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar >60% dan realisasi sebesar 69,48 % Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : semakin baiknya Peran swasta (dokter praktik, balai pengobatan) dalam pelaporan.

h. Angka kesakitan diare.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 20/1000 penduduk dan realisasi sebesar 23/1000 penduduk

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Meningkatnya berbagai indikator kesehatan lingkungan seperti cakupan penggunaan air bersih, kualitas air bersih dan air minum, penggunaan jamban serta saluran pembuangan air limbah rumah tangga.

i. Balita dengan diare yang ditangani.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : jumlah sarana pelayanan kesehatan sudah merata baik unit pelayanan kesehatan (pemerintah swasta) maupun kader kesehatan

sehingga bila ditemukan penderita dapat diatasi dengan pemberian rehidrasi (larutan gula garam, oralit)

j. Angka kematian diare.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar < 1/10.000 penduduk dan realisasi sebesar 0,07/10.000 penduduk

(12)

jumlah sarana pelayanan kesehatan yang mencukupi juga disebabkan kualitas pelayanan dan perawatan penderita diare sudah baik.

k. Cakupan penemuan pnemoni balita.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 36 % dan realisasi sebesar 19,73 % Kekurang berhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : pelaporan masyarakat tentang pnemoni balita masih kurang, hal ini berkaitan tentang masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pnemoni.

Pemecahan masalah : dilaksanakannya penyuluhan pengetahuan penyakit pnemoni balita bagi masyarakat, serta dilaksanakannya peningkatan pelaporan bagi sarana pelayanan kesehatan.

l. Angka kesakitan pnemoni balita.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 310/10.000 balita dan realisasi sebesar 277/10.000 balita sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 192,5 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Telah Optimalnya penemuan dan pengobatan kasus.

m. Cakupan balita dengan pnemoni yang ditangani.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : telah tersedianya obat pneumonia di seluruh puskesmas dalam jumlah yang mencukupi.

(13)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 80% dan realisasi sebesar 84%

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Adanya tenaga pendamping bagi klien untuk memeriksakan diri. 2). Adanya Sosialisasi secara intensif keberadaan klinik VCT pada masyarakat umum sehingga klien yang datang ke klinik VCT tidak hanya dari kelompok yang berisiko (wanita pekerja seks, injection drug user) tetapi masyarakat umum juga telah mulai memeriksakan diri di VCT.

o. Kasus infeksi menular seksual (IMS) yang diobati.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100%

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya klinik IMS dan tersedianya obat IMS gratis dan banyaknya kegiatan sosialisasi klinik IMS di kota Semarang serta penyuluhan pengetahuan tentang IMS.

p. Prevalensi HIV-AIDS penduduk yang berisiko :

Dengan rencana tingkat capaian sebesar < 2/10.000 penduduk berisiko dan realisasi sebesar 2,95/10.000 penduduk.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

(14)

q. Darah donor diskrening HIV/AIDS

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : telah tersedianya alat dan tenaga yang memenuhi syarat bagi skrening darah donor di PMI

r. Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate).

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 90 % dan realisasi sebesar 58,53% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 65%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Obat kusta tersedia mencukupi, intensifnya pencarian dan pengobatan penderita, jumlah penderita kusta sedikit dan partisipasi aktif dalam melaksanakan pengobatan.

s. Kelurahan mengalami KLB PD3I yang ditangani <24 jam.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya kerjasama dengan lintas program (subdin PMKL, puskesmas) dan lintas sektor (RS, Laboratorium kesehatan dan masyarakat) yang mantap.

t. Kelurahan mengalami KLB penyakit yang bersumber binatang yang ditangani < 24 jam.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 35% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 286 %.

(15)

u. Acute flacid paralysis rate < 15 tahun.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 2/100.000 penduduk dan realisasi sebesar 2,7/100.000 penduduk sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 135%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Peran serta rumah sakit, puskesmas serta masyarakat untuk segera melaporkan setiap kasus AFP yang ditemukan.

2). Adanya review tentang Acute Flacid Paralysis.

3). Adanya supervisi aktif petugas ke rumah sakit.

4). Adanya partisipasi dokter praktik swasta.

v. Jejaring surveielens PTM di RS & puskesmas yang mantap.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 80 % dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 125%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Sudah tersedianya jaringan surveilens aktif di seluruh rumah

sakit sehingga memudahkan koordinasi dengan adanya kontak person.

2). Adanya pertemuan 2 kali/th mengenai surveilens untuk evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.

3). Supervisi aktif ke puskesmas dan rumah sakit.

w. Puskesmas yang melakukan deteksi dini PTM tertentu.

(16)

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : seluruh puskesmas telah memiliki tenaga analis dan peralatan pemeriksa gula darah kecuali puskesmas pudakpayung dan rowosari

x. Ketepatan laporan surveilens penyakit menular RS.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 98 % dan realisasi sebesar 92% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 94 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Adanya batas waktu maksimal pengumpulan laporan mingguan. 2). Adanya pertemuan rutin petugas pembuat laporan mingguan.

3). Adanya masukan/feedback saat supervisi petugas Dinkes ke puskesmas

y. Kelengkapan laporan surveilens penyakit menular RS.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 95% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 95 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Adanya batas waktu maksimal pengumpulan laporan mingguan. 2). Adanya pertemuan rutin petugas pembuat laporan mingguan.

3). Adanya masukan/feedback saat supervisi petugas Dinkes ke puskesmas

z. Ketepatan laporan penyakit tidak menular.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 65 % dan realisasi sebesar 70% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 108 %.

(17)

1). Adanya batas waktu maksimal pengumpulan laporan 2). Adanya pertemuan rutin petugas pembuat laporan.

3). Adanya masukan/feedback saat supervisi petugas Dinkes

aa.Kelengkapan laporan penyakit tidak menular.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 80 % dan realisasi sebesar 91 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 114 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Adanya batas waktu maksimal pengumpulan laporan. 2). Adanya pertemuan rutin petugas pembuat laporan.

3). Adanya masukan/feedback saat supervisi petugas Dinkes

bb.Persentase kelurahan mencapai Universal Child Imunization (UCI). Dengan rencana tingkat capaian sebesar 99% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 101 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Dilaksanakannya sweeping secara intensif. 2). Dukungan dan kerjasama dengan linsek terkait.

cc.Persentase cakupan BIAS.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 97,6 % dan realisasi sebesar 98,4% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 101%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Adanya kerjasama dengan lintas sektor (dinas pendidikan)

dd.Cakupan imunisasi Calon Jamaah Haji.

(18)

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya kerjasama dengan lintas sektor terkait (Depag)

ee.Bayi diimunisasi Campak

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 90 % dan realisasi sebesar 86,3 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 96 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : makin baiknya kesadaran masyarakat akan imunisasi campak

1.2 Meningkatnya Pelayanan Kesehatan

Sasaran II :

Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar & rujukan dan penunjang. Program : Upaya Pelayanan Kesehatan

Kegiatan :

1. Pelayanan Kesehatan Penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya 2. Pemeliharaan & Pemulihan kesehatan

3. Revitalisasi sistem kesehatan

4. Peningkatan pelayanan penangulangan masalah kesehatan 6. Kegiatan Puskesmas

Indikator kinerja sasaran ini terlihat dari :

(19)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 17% dan realisasi sebesar 24% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 141 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya peningkatan kepercayaan masyarakat tentang pelayanan kesehatan dasar di puskesmas.

b. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan dasar (puskesmas)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 0,47 % dan realisasi sebesar 0,3% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 64 %.

Kekurang berhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : sarana dan prasarana penunjang yang ada di puskesmas rawat inap masih belum lengkap.

Pemecahan masalah : dilaksanakannya pemeliharaan gedung/kantor puskesmas rawat inap dan pemenuhan perlengkapan pendukung.

c. Pelayanan kesehatan korban bencana

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya kesiapsiagaan personel dan peralatan serta koordinasi yang meningkat dalam tim penanggulangan bencana tingkat kota

d. Puskesmas ISO

(20)

Pemecahan masalah : dilaksanakannya ISO untuk Dinas Kesehatan Kota Semarang.

e. Pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 80 % dan realisasi sebesar 100 % Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya sarana dan prasarana yang mencukupi baik dari segi kuantitas maupun kualitas serta tenaga pelaksana yang sudah terlatih dalam pelayanan pasien masyarakat miskin.

f. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pada masyarakat miskin

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100 % Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : kesiapan 24 rumah sakit di kota Semarang dalam pelayanan kesehatan rujukan pada masyarakat miskin.

g. Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 0,32 % dan realisasi sebesar 0,25% Kurang berhasilnya pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : terbatasnya pengetahuan dan kemampuan petugas dalam melakukan deteksi dini dari gejala yang menjurus pada gangguan kejiwaan.

Pemecahan masalah : dilaksanakannya pelatihan pelayanan gangguan kejiwaan pada petugas medis

(21)

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya sarana dan peralatan kegawatdaruratan yang mencukupi baik dari segi kuantitas maupun kualitas serta tenaga pelaksana yang sudah terlatih.

i. Sarana kesehatan rujukan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya sarana dan peralatan kegawatdaruratan yang mencukupi baik dari segi kuantitas maupun kualitas serta tenaga pelaksana yang sudah terlatih.

j. Pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya sarana dan peralatan kegawatdaruratan yang mencukupi baik dari segi kuantitas maupun kualitas serta tenaga pelaksana yang sudah terlatih.

k. Sarana Kesehatan penunjang yang melaksanakan pemantapan mutu internal

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 80 % dan realisasi sebesar 80% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya sarana dan peralatan kegawatdaruratan yang mencukupi baik dari segi kuantitas maupun kualitas serta tenaga pelaksana yang sudah terlatih.

(22)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 65 % dan realisasi sebesar 62% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : dengan diberlakukannya undang-undang praktek kedokteran membuat tenaga kesehatan mengajukan perijinan praktek.

Sasaran III :

Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.

Sasaran ini didukung oleh satu program dan sepuluh kegiatan.

Program : Peningkatan keselamatan Ibu melahirkan,Pelayanan kesehatan anak dan Lansia.

Kegiatan :

1. Pelatihan teknis kesehatan ibu 2. Pelayanan Kesehatan ibu / KB

3. Pelatihan & Pendidikan perawatan anak balita 4. Usaha kesehatan institusi

5. Pelayanan Pemeliharaan kesehatan

6. Pendidikan dan Pelatihan perawatan kesehatan

Indikator kinerja sasaran ini terlihat dari : a. Pelayanan kesehatan ibu hamil K-4

Dengan rencana tingkat capaian berturut turut sebesar 93%, dan realisasi sebesar 97,21%

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1).kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan di tenaga kesehatan meningkat.

(23)

b. Deteksi risiko tinggi oleh tenaga kesehatan.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 20 % dan realisasi sebesar 92,31% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : semakin baiknya koordinasi sistem pelaporan dengan berbagai sarana kesehatan pemerintah maupun swasta.

c. Deteksi risiko tinggi oleh masyarakat.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 10 % dan realisasi sebesar 56,4 % Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : dilaksanakannya koordinasi sistem pelaporan dengan berbagai sarana kesehatan pemerintah maupun swasta

d. Persalinan oleh tenaga kesehatan

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 95 % dan realisasi sebesar 98,2 % Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

e. Pemeriksaan papsmear

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 500 ibu, Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : semakin baiknya tingkat kesadaran ibu tentang kesehatan reproduksi

f. Ibu Hamil risti yang dirujuk

(24)

rumah sakit, dokter praktek spesialis obsgyn, klinik spesialis yang melaksanakan pemeriksaan rutin melaporkan ke Dinkes.

Pemecahan masalah : Peningkatan kerjasama dengan rumah sakit, dokter praktek spesialis obsgyn, klinik spesialis yang melaksanakan pemeriksaan rutin melaporkan ke Dinkes.

g. Puskesmas dengan PONED

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 8 puskesmas dan realisasi sebesar 6 puskesmas Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya komitmen Dinas kesehatan dan Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.

h. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : semakin baiknya tingkat keterampilan petugas kesehatan serta sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memadai

i. Peserta KB aktif

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 85 % dan realisasi sebesar 77,1 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 91%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

(25)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 92% dan realisasi sebesar 93,07% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan neonatus. 2). Peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak

(neonatus, bayi, balita) di puskesmas.

3). Adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang tidak dapat berkunjung ke rumah.

4). Pelaporan hasil kegiatan lebih baik.

k. Cakupan Kunjungan bayi

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 92 % dan realisasi sebesar 99,3 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 108 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan neonatus. 2). Peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak

(neonatus, bayi, balita) di puskesmas.

3). Adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang tidak dapat berkunjung ke rumah.

4). Pelaporan hasil kegiatan lebih baik.

l. Cakupan Bayi berat badan lahir rendah (BBLR).

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 0,8 % dan realisasi sebesar 0,6 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 75 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Selama kehamilan bumil telah memeriksakan kehamilan, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kunjungan bumil ke puskesmas. 2). Petugas kesehatan melakukan ante natal care dan post natal care

(26)

3). Dilaksanakannya pelatihan manajemen BBLR bagi petugas.

m. BBLR yang ditangani.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Adanya petugas yang telah dilatih manajemen BBLR di tiap puskesmas

n. Pelayanan deteksi dini tumbuh kembang balita & anak prasekolah. Dengan rencana tingkat capaian sebesar 95% dan realisasi sebesar 96,64% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 102 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :.

o. Neonatal risti/komplikasi yang ditangani

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : tersedianya tenaga medis yang mencukupi baik dari segi jumlah maupun kapasitasnya serta memadainya peralatan pada sarana pelayanan

p. Pelayanan anak Balita.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 78 % dan realisasi sebesar 92,74% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : seluruh puskesmas telah mempunyai sarana beserta tenaga yang terlatih dalam penanganan anak balita

(27)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 75 % dan realisasi sebesar 100% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : dari 4 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terlaporkan semuanya dapat tertangani

r. Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 70 % dan realisasi sebesar 62,48% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 89 %.

Kekurang berhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : masih adanya koordinasi yang kurang dengan pihak sekolah untuk pengaturan waktu pemberian pelayanan kesehatan sehingga pelayanan kesehatan remaja

Rencana tindak lanjut:

Penyesuaian kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja agar dapat dilaksanakan dengan waktu yang mencukupi tanpa mengganggu jam pelajaran di sekolah.

s. Cakupan pelayanan kesehatan usila.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 55 % dan realisasi sebesar 64 % Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Petugas dan kader secara aktif melakukan pencarian data dan melakukan pencatatan pada lansia yang tidak datang di puskesmas dan poksila.

t. Puskesmas Lantun Lansia

(28)

Pemecahan masalah: perbaikan sarana prasarana pendukung menuju puskesmas lantun lansia.

u. Kelompok usila aktif.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 85 % dan realisasi sebesar 90 % Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : sosialisasidan pembinaan secara intensif mengenai kesehatan usila oleh petugas di berbagai poksila dan peran serta aktif kader usila yang meningkat.

Sasaran IV :

Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan gizi.

Program : Perbaikan Gizi Masyarakat

Kegiatan :

1. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi 2. Pemberian tambahan makanan & vitamin

3. Penanggulangan KEP, anemia besi , GAKI, KVA 4. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian Kadarzi

indikator kinerja sasaran ini terlihat dari :

a. Balita yang datang dan ditimbang (D/S).

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 78 % dan realisasi sebesar 78,51%

(29)

yang tidak ditimbang di posyandu maupun puskesmas melainkan di rumah sakit, balai pengobatan, dokter praktek dan lain-lain.

Pemecahan masalah :

1). Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan lainnya.

2). Petugas puskesmas dan kader melakukan sweeping pada balita yang tidak datang untuk melakukan timbang badan (di posyandu & puskesmas).

b. Balita yang naik berat badannya (N/D).

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 78 % dan realisasi sebesar 88,33% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 113 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

2). Peningkatan penyuluhan dan pemantauan tumbuh kembang balita. 3). Pemberian bantuan makanan pendamping ASI bagi golongan masyarakat miskin

c. Balita bawah garis merah (BGM).

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 2,8 % dan realisasi sebesar 1,45 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 52 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Pembinaan rutin pada kader posyandu.

2). Pemberian makanan tambahan kepada balita BGM.

3). Adanya koordinasi lintas program dan sektor dalam pelaksanaan kegiatan.

(30)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 13,5 % dan realisasi sebesar 6,1% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 45 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Pembinaan rutin pada kader posyandu.

2). Pemberian makanan tambahan kepada balita BGM.

3). Adanya koordinasi lintas program dan sektor dalam pelaksanaan kegiatan.

e. Prevalensi gizi buruk balita.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 1,16 % dan realisasi sebesar 0,69% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 43 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Pembinaan rutin pada kader posyandu.

2). Pemberian makanan tambahan kepada balita BGM.

3). Adanya koordinasi lintas program dan sektor dalam pelaksanaan kegiatan.

f. Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 94 % dan realisasi sebesar 95,86% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 102 %. Kurangberhasilnya pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :masih kurangnya pengetahuan tentang pentingnya tablet Fe bagi ibu hamil.

Pemecahan masalah : penyuluhan tentang pentingnya tablet Fe bagi ibu hamil.

g. Bayi yang mendapat kapsul vit A 1 kali/th

(31)

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Adanya persediaan kapsul vitamin A yang mencukupi.

2) Kerjasama dan koordinasi dengan lintas sektor terutama kader kesehatan di posyandu.

3). Petugas kesehatan rutin mensosialisaikan kegiatan ini.

h. Balita yang mendapat kapsul vit A 2 kali/th.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 97 % dan realisasi sebesar 99,54% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 103 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Adanya persediaan kapsul vitamin A yang mencukupi.

2). Kerjasama dan koordinasi dengan lintas sektor terutama kader kesehatan di posyandu.

3). Petugas kesehatan rutin mensosialisaikan kegiatan ini.

i. Ibu nifas yang mendapat kapsul vit A.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 87 % dan realisasi sebesar 106,59% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 123 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Adanya persediaan kapsul vitamin A yang mencukupi.

2). Adanya koordinasi dan kerja sama dengan RS, RB, bidan praktek swasta.

j. Anemi gizi besi ibu hamil.

(32)

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : pengetahuan dan kesadaran ibu hamil untuk memperhatikan cakupan gizi besi sudah cukup baik.

k. Ibu hamil KEK.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 4,5 % dan realisasi sebesar 4,06 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 90 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya kegiatan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil yang mengalami kurang energi kalori. Disamping itu pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan dan gizi meningkat yang ditandai dengan sering kontaknya ibu hamil dengan petugas kesehatan waktu kunjungan pelayanan antenatal.

l. Balita gizi buruk mendapat perawatan.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Tersedianya dana perawatan bagi balita gizi buruk yang mencukupi. 2). Adanya kerjasama dengan berbagai pihak (laboratorium, LSM, perguruan tinggi).

m. Bayi mendapat ASI Eksklusif.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 45 % dan realisasi sebesar 51,73% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 115 %. Kekurang berhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : kesadaran masyarakat yang kurang mengerti arti pentingnya ASI Eksklusif.

(33)

1) pelaksanaan survei yang dilakukan oleh petugas,

2) penyuluhan tentang pentingnya penggunaan ASI eksklusif

3) adanya kerjasama antar lintas sektor terkait dengan MOU gerakan ASI Eksklusif.

n. Kecamatan bebas rawan gizi

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 80 % dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 125 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : seluruh kecamatan bukan merupakan daerah endemi rawan gizi dan dapat diakses dengan baik.

o. Keluarga sadar gizi.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 74 % dan realisasi sebesar 82,27% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 111 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

Sasaran V :

Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.

Sasaran ini didukung oleh satu program dan empat kegiatan. Program : Pengembangan Lingkungan Sehat

Kegiatan :

1. Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 2. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat. 3. Pengendalian Vektor lalat

4. Pengawasan Kualitas air

(34)

a. Cakupan air bersih.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 91,6 % dan realisasi sebesar 96 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 105 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.

b. Kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 77 % dan realisasi sebesar 94,1 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 122 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : telah dilakukannya inspeksi sanitasi depot air minum serta pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pengusaha depot mengenai persyaratan kesehatan air minum.

c. Kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 72 % dan realisasi sebesar 72 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : petugas pemantau yang melaksanakan kegiatan berkala.

d. Rumah sehat.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 83 % dan realisasi sebesar 89,7 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 108 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.

(35)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 93 % dan realisasi sebesar 91,2 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 98 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.

f. Rumah yang mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 80 % dan realisasi sebesar 85,2 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 107 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.

g. TPA-TPS yang memenuhi syarat kesehatan.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 85 % dan realisasi sebesar 82 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 96 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : terjalinnya kerja sama lintas sektor dengan Dinas Kebersihan dan kepedulian, perhatian yang tinggi walikota terhadap kebersihan.

h. Tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 76 % dan realisasi sebesar 85 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 112 %.

(36)

i. Tempat pengelolaan pestisida sehat.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 88 % dan realisasi sebesar 95 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 108 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Perusahaaan pest control telah melakukan pencegahan pencemaran akibat pestisida dengan melakukan aplikasi pestisida sesuai jenis dan dosis dan tidak membuang bekas tempat pestisida tetapi dikumpulkan dan dikirim ke distributor untuk dimusnahkan.

2). adanya pembinaan dan pengawasan petugas mengenai keberadaan sarana sanitasi pada tempat pengelolaan pestisida

j. Institusi yang dibina.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 77 % dan realisasi sebesar 79 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 103 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : sarana kesehatan, pendidikan, ibadah, perkantoran yang dilakukan inspeksi sanitasi menunjukkan telah bebas vector, air limbah dan sampah sudah dikelola dengan baik.

k. Industri rumah tangga makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan.

(37)

tambahanpangan yang dilarang, penggunaan pakaian kerjaoleh pekerja dan bebas jentik nyamuk)

l. Tempat pengelolaan makanan sehat.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 75 % dan realisasi sebesar 97% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 129 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : petugas melaksanakan inspeksi sanitasi rutin yang intensif di tempat pengelolaan makanan (rumah makan, restoran, jasa boga).

Sasaran VI :

Meningkatnya ketersediaan & mutu pengelolaan obat pelayanan Sasaran ini didukung oleh satu program dan lima kegiatan. Program : Obat dan Perbekalan Kesehatan

Kegiatan :

1. Pengadaan obat & perbekalan kesehatan

2. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas & RS

3. Peningkatan mutu penggunaan obat & perbekalan kesehatan 4. Pengawasan terhadap penggunaan obat & bahan berbahaya 5. Pengelolaan & distribusi obat

Indikator kinerja sasaran ini terlihat dari : a. Ketersediaan obat sesuai kebutuhan.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya tim perencanaan obat terpdu yang melibatkan semua program terkait (kesehatan keluarga, P2M, puskesmas). serta adanya pedoman baku tentang pengadaan obat dari Depkes.

(38)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya pedoman baku tentang pengadaan obat dari Depkes.

c. Pengadaan obat esensial

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100%.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). adanya tim perencanaan obat terpadu yang melibatkan semua program terkait (kesehatan keluarga, P2M, puskesmas).

2) adanya pedoman baku tentang pengadaan obat dari Depkes

d. Ketersediaan narkotika, psikotropika sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). adanya tim perencanaan obat terpdu yang melibatkan

semua program terkait (kesehatan keluarga, P2M, puskesmas). 2) adanya pedoman baku tentang pengadaan obat dari Depkes

e. Pengelolaan dan peredaran obat di sarana distribusi obat

Dengan rencana dan realisasi tingkat capaian berturut turut sebesar – Pengelolaan obat di puskesmas : 100%, 95%

(39)

– Pengelolaan dan peredaran obat di IKOT : 15%, 80%

– Pengelolaan dan peredaran obat di toko kosmetika : 30%, 80% Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya perencanaan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan melalui koordinasi lintas program dan sektor sesuai jadwal.

f. Penerapan pengobatan rasional di puskesmas.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 40 % dan realisasi sebesar 70% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 175 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : Adanya pelatihan dan penyegaran tentang pengobatan rasional pada tenaga medis puskesmas yang dilaksanakan rutin.

g. Penulisan resep obat generik.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : .adanya pembinaan dan monitoring rutin kepuskesmas

h. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradisional Benar.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 40 % dan realisasi sebesar 80% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 200 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya koordinasi lintas program dan sektor dengan Dinkes Provinsi, Balai POM, pemilik usaha

(40)

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya koordinasi lintas program dan sektor dengan Dinkes Provinsi, Balai POM, pemilik usaha

Sasaran VII :

Meningkatnya kualitas makanan minuman. Produksi industri rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan.

Sasaran ini didukung oleh

Program : Pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan Kegiatan : Pengawasan dan kesehatan makanan hasil industri

a. Industri rumah tangga makanan dan minuman yang memiliki sertifikat penyuluhan

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 1700 industri dan realisasi sebesar 2254 industri sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 160 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : kesadaran masyarakat akan pengelolaan makanan dan minuman secara baik dan sehat.

Sasaran VIII :

Meningkatnya fungsi perencanaan,pengawasan,pengendalian & penilaian pelaksanaan kegiatanserta serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna menjamin tercapainya kinerja secara efektif efisien.

Sasaran ini didukung oleh satu program dan enam kegiatan. Program : Standarisasi Pelayanan Kesehatan

Kegiatan :

1. Penyusunan estándar pelayanan kesehatan

(41)

6. Monev pelaporan

Indikator kinerja sasaran ini terlihat dari :

a. Pengkajian renstra dan renja

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya kerjasama dan dukungan data/informasi dari lintas program guna penyusunan rencana dan evaluasi kinerja.

b. Penyusunan penetapan kinerja .

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : partisipasi aktif dari pelaksana kegiatan berbagai program untuk mengikuti kegiatan monev tiap bulannya.

c. Penyusunan dokumen anggaran .

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya kerjasama antar bidang dan linsek yang baik

Sasaran X :

Meningkatnya kualitas & kuantitas sarana prasarana pelayanan kesehatan. Program : Peningkatan Sarana Prasarana aparatur dan Peningkatan , perbaikan sarana prasarana puskesmas & pustu

Kegiatan :

(42)

2. Rehabilitasi sedang / berat Puskesmas

3. Rehabilitasi sedang / berat Puskesmas Purwoyoso

Indikator kinerja sasaran ini terlihat dari :

a. Tersedianya bangunan fisik puskesmas & pustu sesuai standar

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya komitmen pemerintah kota Semarang dalam peningkatan dan perawatan sarana prasarana kesehatan..

b. Tersedianya alat kesehatan & kedokteran yang memadai

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya komitmen pemerintah kota Semarang dalam peningkatan dan perawatan sarana prasarana kesehatan..

c. Tersedianya sarana prasarana penunjang pelayanan yg memadai

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : adanya komitmen pemerintah kota Semarang dalam peningkatan dan perawatan sarana prasarana kesehatan...

Sasaran XI :

Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan peran serta aktif masyarakat dalam memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya.

(43)

Program : Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan :

1. Pengembangan media promosi & informasi sadar hidup sehat 2. Penyuluhan Masyarakat pola hidup sehat

3. Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan 4. Peningkatan pelayanan kesehatan diposyandu Indikator kinerja sasaran ini terlihat dari :

a. Rumah tangga sehat (sehat utama & paripurna).

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 60 % dan realisasi sebesar 90,02% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 150 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan : meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga di tatanan rumah tangga. Hal ini dapat disebabkan disamping penyuluhan rutin yang dilakukan oleh petugas juga sebagai dampak makin

tingginya tingkat pendidikan masyarakat dan makin beragamnya media massa yang mengkampanyekan hidup bersih dan sehat

b. Posyandu purnama.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 40 % dan realisasi sebesar 35,93% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 90 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Kader posyandu mempunyai kemauan kuat untuk terus meningkatkan kualitas posyandu.

2). kerjasama dan koordinasi yang baik dengan berbagai lintas sektor terutama PKK

(44)

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 7 % dan realisasi sebesar 37,98% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 543%. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). Kader posyandu mempunyai kemauan kuat untuk terus meningkatkan kualitas posyandu.

2). kerjasama dan koordinasi yang baik dengan berbagai lintas sektor terutama PKK

d. Angka bebas jentik.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 85 % dan realisasi sebesar 91,99% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100,8 %. Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

1). adanya kerja sama dengan lintas program dan sektor terkait (Dinas Pendidikan).

2). Adanya lomba sekolah sehat memotivasi sekolah untuk terus meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat.

3). Adanya komitmen masyarakat dalam gerakan Pemberantasan sarang nyamuk

e. Cakupan penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 70 % dan realisasi sebesar 100 % sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 143 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :

(45)

2) adanya pemanfaatan program Jamkesmas / Jamkesmaskot oleh masyarakat miskin Kota Semarang

f. Kelurahan siaga aktif.

Dengan rencana tingkat capaian sebesar 100% dan realisasi sebesar 100% sehingga persentase pencapaian tingkat capaian : 100 %.

Keberhasilan pencapaian tingkat capaian dari indikator kinerja sasaran ini disebabkan :.adanya pembinaan dari petugas kesehatan yang semakin baik.

2.2 Analisis Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan tahun 2013

Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Kesehatan berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat sesuai dengan tujuan pembangunan yaitu meningkatkan produktifitas dan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai program baik yang bersifat promotif,preventif maupun kuratif antara lain melalui pendidikan kesehatan,imunisasi,pemberantasan penyakit menular, penyediaan air bersih dan sanitasi,dan pelayanan kesehatan.

Pemerintah memprioritaskan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat umum, dengan perhatian khusus kepada warga miskin.

Salah satu indikator untuk kesejahteraan adalah Usia Harapan Hidup (UHH), UHH Kota Semarang tahun 2012 yaitu 72,3 meningkat dibandingkan tahun 2011 yang hanya 72,22, hal ini menunjukkan semakin baik tingkat kesejahteraaan kota Semarang. Berikut ini dikemukakan perkembangan situasi kesehatan yang dihadapi Kota Semarang.

(46)

a. Mortalitas. Kejadian kematian dalam masyarakat digunakan sebagai indikator dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

i. Angka kematian bayi per 1000 kelahiran bayi di kota Semarang tahun 2013 berdasar laporan Puskesmas dan rumah sakit yang ada di Kota Semarang tercatat 8,59/1000 KH dengan jumlah kematian 228 orang, hal ini sedikit lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 10.67/1000 KH yaitu 293 bayi meninggal.

ii. Angka Kematian Balita mengalami sedikit penurunan yaitu dari 12,28 / 1000 KH di tahun 2012 menjadi 11,26 / 1000 KH ditahun 2013.

iii. Angka kematian Ibu (AKI) mengalami kenaikan di tahun 2013 karena jumlah kematian ibu 29 kasus (107.9/100.000 Kelahiran Hidup) dan di tahun 2012 jumlah kematian ibu 22 kasus (80,15/100.000 Kelahiran Hidup). Meningkatnya kematian Ibu lebih disebabakan oleh penyebab langsung dan tidak langsung.

b. Morbiditas adalah keadaan sakit; terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Hal ini dapat dilihat dari data angka Prevalensi, Angka Kematian dan Angka Penanganan Penyakit :

i. Jumlah penderita DBD pada tahun 2012 sebanyak 1.250 kasus (IR 70.90/100.000 penduduk) dengan angka kematian 22 orang (CFR 1,76 %). Pada tahun 2013 terjadi kenaikan dengan jumlah penderita sebanyak 2.364 kasus (IR 134,09/100.000 penduduk) dengan angka kematian 27 orang (CFR 1,1 %). Akan tetapi rangking Incident Rate (IR) Kota Semarang dari rangking 1 menjadi rangking 2 se Jawa Tengah.

(47)

iii. Jumlah HIV positif mengalami penurunan, pada tahun 2012 terdapat 520 penderita dan menjadi 430 penderita baru di tahun 2013 dengan jumlah penderita asli penduduk Kota Semarang sebesar 174 orang.

iv. Jumlah penderita baru AIDS mengalami penurunan dari 104 orang di tahun 2012 menjadi 75 orang di tahun 2013. Dengan presentase kematian 16,3% di tahun 2012 dan turun di tahun 2013 sebesar 9.3 % Dengan jumlah total OTDHA mulai tahun 1995 – 2013 sebesar 2661 angka ini termasuk penderita dari luar Kota Semarang

v. Angka kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis ) atau biasa disebut lumpuh layu di tahun 2013 adalah 2.2 hal ini lebih bagus dibanding tahun 2012 yang mencapai 2.7 karena target yang ada adalah kurang dari 2.

c. Status Gizi ; Status gizi masyarakat dapat memberikan gambaran terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Tahun 2013 telah dilakukan penurunan persentase balita gizi buruk yaitu dari upaya di tahun 2012 sebesar 0,69 % meningkat menjadi 0,87%.

vi. Pada tahun 2012 prevalensi balita gizi buruk 0,69 % dan tahun 2013 menjadi 0,87 %

vii. Prevalensi gizi kurang pada balita tahun 2012 adalah 6,1 % turun menjadi 5,32 % pada tahun 2013.

B. Paradikma Semarang Sehat

a. Keadaan Lingkungan : adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

(48)

Higiene Sanitasi di tempat-tempat umum dan pengolahan makanan ; tempat – tempat umum yang sudah memenuhi higiene sanitasi sehat tahun 2012 sebesar 85% mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 100% sedangkan institusi yang dibina mengalami perubahan yaitu dari 79% di tahun 2012 menjadi 80 % di tahun 2013. Sedangkan Hygiene sanitasi tempat pengolahan makanan dapat dilihat dari Industri Rumah tangga makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2013 sebesar 84 % meningkat dari tahun 2012 yang hanya sebesar 83,7 %. Sedangkan Tempat pengelolaan makanan sehat masih sama dari tahun 2012 – 2013 yaitu 97%.

b. Perilaku hidup masyarakat : adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku hidup sehat di masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya :

Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun 2012 rumah bebas jentik nyamuk sebesar 91,99% di tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 84,69%,

Disamping itu peranserta masyarakat dalam kesehatan dapat dilihat dari persentase Posyandu Purnama dan Mandiri tahun 2012 sebesar 74,35 % meningkat di tahun 2013 menjadi 77,33% dengan rincian Cakupan posyandu purnama tahun 2012 sebesar 35,93% dan tahun 2013 meningkat sebesar 39,85 %. Sedangkan posyandu mandiri di tahun 2012 dan 2013 yaitu berturut turut 37,98% menjadi 37,48% Selain posyandu, kelompok usia lanjut merupakan salah satu bentuk peran serta dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lanjut usia. Kelompok usia lanjut aktif selama 2012-2013, yakni berturut turut dari 98% menjadi 97,65%.

(49)

kesehatan, seperti puskesmas, puskesmas perawatan, puskesmas pembantu, puskesmas keliling

serta pelayanan kesehatan lainnya.

Kota Semarang sampai dengan tahun 2013 telah memiliki 5 Puskesmas yang telah memiliki sertifikat ISO yaitu Puskesmas Halmahera, Puskesmas Ngesrep, Puskesmas Mijen,Puskesmas Kedungmundu dan Puskesmas Bangetayu.serta memiliki 13 puskesmas perawatan dengan 6 puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar) atau puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan dapat dilihat dari Rasio Puskesmas,Poliklinik, Puskesmas Pembantu per satuan penduduk di tahun 2013 yaitu 5,7 %

d. Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.Pelayanan kesehatan memiliki beberapa sasaran diantaranya: i. Persentase Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami

peningkatan yaitu di tahun 2012 sebesar 98,20 % meningkat di tahun 2013 menjadi 98,33 %

ii. Persentase Kelurahan yang mencapai Universal Child Imunization ( UCI ) setiap tahunnya dapat dilakukan sesuai dengan target 100% termasuk di tahun 2013

iii. Persentase kelurahan yang terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam di tahun 2013 mencapai 100%

iv. Persentase pelayanan pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil pada tahun 2012 tercatat 95,86%.dan pada tahun 2013 pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil naik menjadi 96,36%

(50)

vi. Persentase bayi yang mendapat imunisasi campak selalu mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang telah mencapai 113,9 % meningkat di tahun 2013 menjadi 116,1%

vii. Pelayanan Kesehatan Ibu mengalami peningkatan Kunjungan ibu hamil (K-4) tahun 2012 – 2013 yaitu dari 96,90% menjadi 97,21%.

viii. Pemberian vitamin A pada bayi tahun 2012 mencapai 100,61% dan meningkat di tahun 2013 menjadi 121,6%, demikian halnya pemberian vitamin A pada balita di tahun 2012 sebesar 99,54 % di tahun 2012 meningkat menjadi 100,2%. Sedangkan pemberian vitamin A pada ibu nifas mencapai sebesar 106,59% pada tahun 2012, dan di tahun 2013 sebesar 100,05%.sebagian besar target diatas 100% karena dari jumlah sasaran mendapat tambahan dari luar Kota Semarang yang pada saat kegiatan bulan vitamin A berada di Kota Semarang

ix. Pelayanan pemantauan pertumbuhan balita yang ada di Kota Semarang berdasarkan balita yang datang dan ditimbang (D/S) pada tahun 2013 sebesar 78,51% hal ini naik dibandingkan tahun 2012, sebesar 79,69% sedangkan balita yang naik berat badannya (N/D) 88,33% di tahun 2012, menjadi 88,58% ditahun 2013.

x. Penemuan balita yang menderita pneumonia, pada tahun 2012 sebanyak 25% dan pada tahun 2013 sebanyak 20%. Semua balita yang menderita pneumonia dalam kurun waktu tersebut telah mendapat pelayanan kesehatan, baik ditangani langsung oleh petugas puskesmas maupun dilakukan rujukan bagi pneumonia berat.

e. Sumber daya Kesehatan ;

(51)

sebesar 23.2 per 100.000 penduduk dan di tahun 2013 yaitu menjadi 21 per 100.000 penduduk. Rasio Dokter Spesialis tahun 2012 sebesar 47,4 per 100.000 penduduk menjadi 40 per 100.000 penduduk di tahun 2013. Sedangkan Bidan dari 53 menjadi 28 per 100.000 penduduk dari tahun 2012 ke 2013. Jumlah Perawat mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2012 sebesar 199 per 100.000 penduduk menjadi 204 per 100.000 penduduk di tahun 2013. Di sisi lain ada bentuk partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan seperti kader posyandu, petugas pemantau jentik, pengawas minum obat bagi penderita TB, hanya jumlahnya masih terbatas dan perlu upaya peningkatan.

f. Manajemen Kesehatan adalah suatu kegiatan untuk mengatur sumber daya yang ada di dinas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan dengan penguatan ketersediaan informasi kesehatan berupa pengembangan program sistem IT, Local area Network, Website. Pengembangan teknologi informasi ini juga bertujuan untuk mempercepat pelayanan kesehatan serta sebagai wujud keterbukaan informasi untuk masyarakat umum.

g. Cakupan Universal Coverage

Persentase penduduk kota yang menjadi peserta jaminan kesehatan masyarakat

Tahun 2012 sebesar 56,91% menjadi 100% di tahun 2013 hal ini dikarenakan seluruh penduduk Kota Semarang yang tidak masuk dalam ”Data Base”

Warga Miskin asal menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) langsung dapat menggunakan Kartu Jamkesmaskot.

Jumlah kunjungan pasien warga miskin disarana kesehatan strata 1 selama tahun 2013 sebesar 517.839 kunjungan. Sehingga cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin sebesar 115% di tahun 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana budaya spiritual, yang bisa mengandung aspek-aspek religius tersebut, yang menjadi konteks sejarah persemaian Injil, tempat pertumbuhan dan perkembangan Injil, hingga

terhadap sumber informasi yang disampaikan oleh guru. Hasil yang diperoleh dari wawancara kepada beberapa siswa kelas VII C di MTs Wahid Hasyim 2 Dau Malang pada

Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Made Wena (2009: 91) bahwa strategi belajar berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik antara lain: a) belajar

Berangkat dari pernyataan partai di atas, Jiang menyatakan bahwa untuk menjadikan Partai Komunis Cina selalu sebagai partai pelopor kelas pekerja yang bisa lebih baik dalam

Dari pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa dengan Cloud Computing user dapat menyimpan informasi di saat manapun posisi user berada tanpa harus memikirkan kendala

Berdasarkan hasil analisa uji hubungan tingkat pengetahuan dengan kemandirian ibu nifas dalam perawatan diri didapatkan nilai p = 0.072 ( nilai signifikansi p

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya penyusunan skripsi saya yang berjudul

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH NOMOR: 375/KEP/D/KR/2016 TANGGAL: 14 JULI 2016.. PENETAPAN SATUAN PENDIDIKAN PELAKSANA KURIKULUM 2013