• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kuat Tekan Batako Dengan Campuran Serbuk Kaca dan Silica Fume

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Kuat Tekan Batako Dengan Campuran Serbuk Kaca dan Silica Fume"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batako

2.1.1 Pengertian Batako

Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland dan air. Batako difokuskan sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan non struktural. Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.

Persyaratan batako menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia tahun 1982 (PUBI-1982) pasal 6 antara lain adalah berumur minimal satu bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang ±400 mm, lebar ±200 mm, tebal ±100-200 mm, kadar air 25-35% dari berat, dan memiliki kuat tekan antara 2-7 N/mm2. Berdasarkan persyaratan fisik batako standar dalam PUBI-1982 memberikan batasan standar bahwa untuk batako dengan nilai kuat tekan 2-3,5 MPa dapat dipakai pada konstruksi yang tidak memikul beban. Untuk kuat tekan 2 MPa dapat dipasang pada tempat yang terlindung dari cuaca luar dan diberi lapisan pelindung.

(2)

2.1.2 Klasifikasi Batako

Ditinjau dari bahan pembuatannya, batako dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu:

a. Batako semen/batako press

Batako press dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan) dan ada juga yang menggunakan mesin. Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Umumnya memiliki panjang 36 – 40 cm dan tinggi 18 – 20 cm.

Gambar 2.1 Contoh Batako Semen/Batako Press

(https://image1ws.indotrading.com/s3/productimages/co36357/p358095/4e59be50-33b3-4028-8925-06f0c77a583aw.jpg)

b. Batako putih (tras)

(3)

juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran panjang 25 – 3 cm, tebal 8 – 10 cm, dan tinggi 14 – 18 cm.

Gambar 2.2 Contoh Batako Putih

(https://mesincetakanbatako.files.wordpress.com/2015/10/bata-ringan.jpg) c. Bata ringan

Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat jenis sebesar 1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi.

(4)

Batako Padat Batako Berlubang

Gambar 2.3 Contoh Batako Padat dan Berlubang (Rahman, 2016)

Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain batako berlubang adalah tahan terhadap panas dan suara. Batako secara umum dibagi menjadi 6 tipe, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.4 Tipe-tipe Batako (Rahman, 2016) Keterangan:

a. Panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding luar.

(5)

c. Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding pengisi dengan tebal 10 cm.

d. Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai penutup pada dinding pengisi.

e. Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk dinding pengisi dan pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut dan pertemuan. f. Panjang 40 cm, lebar 8 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk

dinding pengisi (Rahman, 2016).

Agar didapat mutu batako yang berkualitas, banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kualitas batako tergantung pada faktor air semen, umur batako, kepadatan batako, bentuk tekstur batuan, ukuran agregat,

kekuatan agregat, dan lain-lain.

Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan batako. Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah:

a. Penggunaan batako sebagai bahan pasangan dinding lebih sedikit untuk pekerjaan pasangan dinding per m2 nya dibandingkan dengan penggunaan bata merah. b. Proses pembuatannya mudah, dan dapat dicetak dengan ukuran yang sama. c. Ukuran batako yang besar, membuat waktu dan biaya pemasangannya lebih

sedikit.

d. Jika pekerjaan pemasangannya rapi, diding batako tidak perlu dipelaster. e. Batako yang berlubang dapat dijadikan isolasi udaa.

f. Batako lebih mudah untuk dipototong, apabila sambungan tertentu butuh potongan.

(6)

Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut:

a. Karena proses pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama (3 minggu), maka butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum memakainya.

b. Bila diinginkan lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen, sehingga menambah biaya pembuatan.

c. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengarasannya cukup lama mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah (Rahman, 2016).

2.2 Bahan Pembentuk Batako

Bahan dasar untuk membentuk batako pada penelitian ini terdiri dari semen, pasir, serbuk kaca, air, silica fume dan foaming agent. Sedangkan untuk batako normal hanya menggunakan semen, pasir dan air saja.

2.2.1 Semen Portland

Berdasarkan SNI 15-2049-2004 tentang Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling

bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.

(7)

Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1875. Sejak saat itu, semen portland berkembang dan terus dibuat sesuai dengan kebutuhan (Mulyono, 2005).

Semen tipe I biasa digunakan untuk pembuatan beton bagi konstruksi yang tidak dipengaruhi sifat-sifat lingkungan yang mengandung bahan sulfat, perbedaan temperatur yang ekstrim. Pemakaian tipe ini umumnya bagi konstruksi beton pada bangunan:

1) Jalan;

2) Bangunan beton bertulang; 3) Jembatan-jembatan;

4) Tangki, waduk, pipa-pipa, batako (Rahman, 2016).

Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13). Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain. Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang satu dengan yang lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen yang lebih dahulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.

Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Apabila semen telah disimpan terlalu lama, perlu dibuktikan dulu bahwa semen tersebut memenuhi syarat sebelum dipakai.

(8)

dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan semen sekitar 30 cm (Mulyono, 2005).

2.2.2 Pasir

Pasir adalah bahan butiran batuan halus yang berukuran 0,14 – 5 mm, didapat dari basil desintegrasi batuan alam (natural sand) atau dengan memecah (artificial sand). Pasir diperoleh biasanya dari penggalian di dasar sungai, pasir cocok digunakan untuk pembuatan bata konstruksi. Pasir terbentuk ketika batu-batu dibawa arus sungai dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat juga digali dari laut asalkan pengotoran serta garam-garamnya (khlorida) dibersihkan dan kulit kerang disisihkan.

Jenis pasir dapat dibedakan berdasarkan asal dan sifat pasir, antara lain: a. Pasir gunungan, pasir ini ditemukan di daerah-daerah yang terletak agak tinggi,

banyak mengandung kerikil.

b. Pasir sungai, jenis pasir ini yang mempunyai butiran yang tak merata. Pasir ini sangat baik untuk membuat mortar (adukan) karena unsur-unsur pengikatnya dapat mencekal dengan baik pada permukaan kasar butiran tersebut.

c. Pasir laut, jenis pasir ini banyak mengandung kapur karena sisa-sisa kulit kerang. d. Pasir gunungan tepi pantai, pasir ini juga sama dengan pasir laut banyak

mengandung kapur. Pasir gunungan tepi pantai adalah pasir yang terbawa angin. Pembulatan butir-butir disebabkan oleh arus laut dan terpaan ombak.

(9)

f. Pasir lembek, jenis pasir ini merupakan pasir halus dengan butiran bulat, yang sedikit mengandung tanah liat namun banyak mengandung lumpur, dan mengandung air.

g. Pasir timah, Pasir ini merupakan pasir yang dihanyutkan oleh air hujan dan sisa-sisa humus berwarna abu-abu timah.

Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton, maka agregat halus harus diperiksa di lapangan. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan agregat halus di lapangan adalah:

1) Agregat halus terdiri dari butir – butir tajam dan keras. Butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca. 2) Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat

kering). Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci. 3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak, hal

tersebut dapat diamati dari warna agregat halus.

4) Agregat yang berasal dari laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua adukan spesi dan beton (Permatasari, 2015).

2.2.3 Air

Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran batako. Air yang mengandung senyawa – senyawa berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunan kualitas beton, bahkan dapat merubah sifat – sifat beton yang dihasilkan (Mulyono, 2005).

(10)

campuran adukan batako sangat dipengaruhi oleh jumlah air campuran yang dipakai. Untuk suatu perbandingan campuran batako tertentu diperlukan jumlah air yang tertentu pula.

Pada dasarnya semen memerlukan jumlah air sebesar 32% berat semen untuk bereaksi secara sempurna, akan tetapi apabila kurang dari 40 % berat semen maka reaksi kimia tidak selesai dengan sempurna. Apabila kondisi seperti ini dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi air yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan untuk memudahkan pembuatan batako, maka nilai f.a.s. pada pembuatan dibuat pada batas kondisi adukan lengas tanah, karena dalam kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara optimal. Disini tidak dipakai patokan angka sebab nilai f.a.s. sangat tergantung dengan campuran penyusunnya. Nilai f.a.s. diasumsikan berkisar antara 0,3 sampai 0,6 atau disesuaikan dengan kondisi adukan agar mudah dikerjakan (Rahman, 2016).

2.2.4 Serbuk Kaca

Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang merupakan gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya (Rahman, 2016).

a. Penggunaan kaca dalam bidang konstruksi

(11)

partikel silika tidak sempat menyusun diri secara teratur. Kaca merupakan hasil penguraian senyawa-senyawa organik yang mana telah mengalami pendinginan tanpa kristalisasi. Unsur pokok dari kaca adalah silika. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Sifat sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silica (SiO2) dan proses pembentukannya.

b. Kandungan dalam Kaca

Ada beberapa kandungan kaca berdasarkan jenis-jenis kaca, yaitu: clear glass, amber glass, green glass, pyrex glass, dan fused silica. Kandungan di dalam jenis-jenis kaca tersebut akan dijelaskan pada Tabel 2.1 seperti berikut ini:

Tabel 2.1 Kandungan Kaca dalam Persen (Permatasari, 2015)

Jenis Kaca Clear Glass Amber Glass

Kandungan kimia di dalam bubuk kaca seperti Tabel 2.2:

Tabel 2.2 Kandungan Serbuk Kaca (Nursyamsi, 2016) Unsur Serbuk Kaca

(12)

Handy Yohanes Karwur dkk dalam penelitiannya membahas tentang penambahan serbuk kaca terhadap kuat tekan beton. Hasilnya adalah kadar optimum untuk kuat tekan berada pada persentase 10% yaitu sebesar 31,07 Mpa lebih tinggi 18,45% dari beton normal (Karwur, 2013).

Hendra Purnomo dan Endang Setyawati Hisyam dalam penelitiannya membahas tentang pemanfaatan serbuk kaca pada campuran beton. Hasilnya adalah kadar optimum untuk kuat tekan berada pada persentase 10% yaitu sebesar 21,41 MPa dan untuk kuat tarik sebesar 2,78 MPa atau mengalami kenaikan sebesar 9,02% dibandingkan dengan beton normal (Purnomo, 2014).

Kosim dan Arfan Hasan (2014) dalam penelitiannya membahas tentang pemanfaatan serbuk kaca pada campuran beton. Hasilnya adalah kadar optimum untuk kuat tekan berada pada persentase 25% yaitu sebesar 318,52 Kg/cm2 atau mengalami kenaikan sebesar 12% dibandingkan dengan beton normal (Kosim, 2014).

Nursyamsi dkk dalam penelitiannya membahas tentang pemanfaatan serbuk kaca pada campuran beton. Hasilnya adalah kadar optimum untuk kuat tekan berada pada persentase 20% yaitu sebesar 75,022 Kg/cm2 (Nursyamsi, 2016).

Pada penelitian ini, bahan kaca yang dipakai untuk batako adalah serbuk kaca dari berbagai jenis botol minuman bekas yang berwarna bening.

2.2.5 Foaming Agent

Admixture adalah bahan/material selain air, semen dan agregat yang ditambahkan ke

(13)

tambah yaitu bahan tambah yang berupa mineral (additive) dan bahan tambah kimiawi (chemical admixture).

Bahan tambah admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat pengecoran. Sedangkan bahan tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan. Bahan tambah admixture biasanya dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan kinerja beton pada saat pelaksanaan. Untuk bahan tambah additive lebih banyak bersifat penyemenan sehingga digunakan dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya.

Admixture atau bahan tambah untuk beton digunakan dengan tujuan untuk

memperbaiki atau menambah sifat beton tersebut menjadi lebih baik. Jadi sifatnya hanya sebagai bahan penolong saja. Jadi admixture sendiri bukan zat yang dapat membuat beton yang buruk menjadi baik.

Ada beberapa pertimbangan di dalam pemakaian admixture pada beton, yaitu: 1. Jangan menggunakan admixture bila tidak tahu tujuannya

2. Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik 3. Suatu admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton

4. Pengawasan terhadap bahan ini sangat penting, termasuk pengawasan atas pengaruhnya pada beton (Riyadi, 2005).

(14)

pengecoran yang telah dicampurkan dan ditambah foaming agent menjadi lebih ringan. Komponen utama penyusun dari zat ini adalah Alcohol dan Sulfuric Ester. Zat tersebut sangat baik untuk digunakan dalam pembuatan beton ringan ataupun bata ringan. Perbandingan pemakaian airnya 1:20 s/d 1:39 (Rahman, 2016).

2.2.6 Silica Fume

Silica fume bisa dipakai sebagai pengganti sebagian semen, untuk tujuan

pengurangan kadar semen, meskipun tidak ekonomis. Kedua, sebagai tambahan untuk memperbaiki sifat beton, baik beton segar maupu keras. Untuk beton normal dengan kadar semen diatas 250 kg/m3, kebutuhan air bertambah dengan ditambahkannya silica fume. Campuran lebih kohesif. Pada slump yang sama, lebih banyak energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan aliran tertentu. Ini mengindikasikan stabilitas yang lebih baik dari beton cair. Pendarahan (bleeding) sangat berkurang sehingga perlu perawatan dini untuk mencegah retak susut plastis, khususnya pada cuaca panas dan berangin. Silica fume umumnya dipakai bersama plastisizer (Nugraha, 2004).

Faseyemi Victor Ajileye dalam penelitiannya membahas tentang pemanfaatan silica fume pada campuran beton. Hasilnya adalah kadar optimum untuk kuat tekan berada pada persentase 10% yaitu sebesar 48,75 Mpa atau mengalami kenaikan sebesar 20,22% dibandingkan dengan beton normal (Ajileye, 2012).

2.3 Pengujian Benda Uji

(15)

Pemeriksaan ukuran dilakukan untuk melihat dan mengamati bentuk batako sudah sesuai dengan standar yang ditentukan, karena apabila belum sesuai dapat menpengaruhi nilai kekuatan pada bangunan. Sedangkan pemeriksaan tampak luar dilakukan agar tidak mengurangi nilai jual. Apabila batako tampak dari segi fisik sudah bagus, maka nilai jualnya akan baik. Sebaliknya, apabila secara fisik sudah tampak tidak kuat maka batako tersebut tidak akan laku dipasaran.

Tabel 2.3 Persyaratan Ukuran dan Toleransi (PUBI hal. 28 dalam Permatasari, 2015).

Jenis batako

Ukuran nominal ± toleransi (mm)

Panjang Lebar Tebal

Besar 400 ± 3 200 ± 3 100 ± 2

Sedang 300 ± 3 150 ± 3 100 ± 2

Kecil 200 ± 3 100 ± 2 80 ± 2

Keterangan : Ukuran nominal = ukuran bata ditambah 10 mm tebal siar.

2.3.2 Pengujian Berat Isi

Pengujian berat isi dilakukan untuk mengetahui berat isi atau berat volume adalah pengukuran berat setiap satuan volume benda. Semakin tinggi berat suatu benda maka semakin berat pula berat setiap volumenya. Semakin besar berat volume suatu benda, maka semakin rendah porositasnya (Rahman, 2016). Untuk menghitung besarnya volume dipergunakan persamaan berikut:

Berat Isi (BI) = … (2.1) Dimana:

(16)

W = Berat Benda Uji (Kg)

V = Volume Benda Uji (m3)

2.3.3 Pengujian Absorpsi

Absorpsi atau daya serap air ialah persentase berat air yang mampu diserap agregat di dalam air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut kadar air. Penyerapan air sangat dipengaruhi oleh pori atau rongga yang terdapat pada benda uji. Semakin banyak pori yang terkandung dalam beton maka akan semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanannya akan berkurang. Rongga (pori) yang terdapat pada beton terjadi karena kurang tepatnya kualitas dan komposisi material penyusunannya. Pengaruh rasio yang terlalu besar dapat menyebabkan rongga, karena terdapat air yang tidak bereaksi dan kemudian menguap dan meninggalkan rongga. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton (batako), persyaratan nilai penyerapan air maksimum adalah 35%

Untuk pengukuran penyerapan air batako, mengacu pada standar SNI 03-0349-1989 dan dihitung dengan persamaan berikut:

��=

… (2.2)

Dimana:

Wa = Water Absorption (%)

Mk = Massa benda kering (gr)

Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh (gr)

(17)

Pengujian kuat tekan batako dan kubus kecil adalah pengujian pemberian beban terhadap batako dan kubus kecil untuk mengetahui gaya tekan yang dapat ditahan oleh sampel. Kuat tekan sampel adalah perbadingan besar beban maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji dibagi dengan luas penampang yang menerima beban tersebut.

Kekuatan tekan merupakan salah satu tolak ukur batako. Pengertian kuat tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton. Mengacu pada pada SK SNI M– 14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton, yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Teori teknologi beton menjelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan beton adalah faktor air semen (FAS), kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah semen dan sifat agregat (Tjokrodimulyo, 1996 dalam Rahman, 2016).

Untuk pengukuran kuat tekan batako mengacu pada standar SNI 03-0349-1989 dan dihitung dengan persamaan berikut:

�= … (2.3)

Dimana:

P = Kuat Tekan (Kg/cm2) Fmaks = Gaya Maksimum (Kg)

(18)

Tabel 2.4 Syarat-Syarat Fisis Bata Beton (SNI 03-0349, 1989)

No Syarat Fisik Satuan

Tingkat Mutu Bata2)

Bata Pejal Bata Berlubang I II III IV I II III IV 1 Kuat tekan rata-rata minimum Kg/cm2 100 70 40 25 70 50 35 20

2

Kuat tekan bruto1) benda uji minimum

Kg/cm2 90 65 35 21 65 45 30 17

3

Penyerapan air rata-rata maksimum

% 25 35 - - 25 35 - -

Catatan:

1) Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah dibagi dengan luas ukurannya dari permukaan bata yang tertekan, termasuk luas lobang serta cekungan tepi

2) Tingkat Mutu:

Tingkat I : Untuk dinding struktural tidak terlindungi.

Tingkat II : Untuk dinding struktural terlindungi (boleh ada beban).

Tingkat III : Untuk dinding non struktural tak terlindungi boleh terkena hujan dan panas.

Tingkat IV : Untuk dinding non struktural terlindungi dari cuaca.

(19)

Pada dasarnya, batako juga dapat menahan gaya tarik meskipun kekuatannya

terhadap tarik terlalu kecil dibandingkan kekuatan tekan. Untuk mengetahui batas

kekuatan tarik terhadap suatu campuran batako, maka perlu diadakan suatu pengujian

kuat tarik batako campuran mortar yang akan digunakan sebagai benda uji dan dicetak

dalam suatu cetakan dalam keadaan plastis (belum mengeras) dan untuk selanjutnya

benda uji ini disebut benda uji briquette. Briquette mortar juga merupakan campuran

yang mempunyai kekuatan untuk melawan tarikan dengan bentuknya yang menyerupai

angka delapan. Kekuatan ini juga bergantung pada mutu bahan yang dipakai serta

komposisi dari bahan tersebut (Permatasari, 2015).

Untuk pengukuran kuat tarik briquette mengacu pada standar ASTM C – 190 dan dihitung dengan persamaan berikut:

σ =

... (2.4)

Dimana:

P = Kuat Tarik (kg)

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Batako Semen/Batako Press
Gambar 2.2 Contoh Batako Putih
Gambar 2.3 Contoh Batako Padat dan Berlubang (Rahman, 2016)
Tabel 2.1 Kandungan Kaca dalam Persen (Permatasari, 2015)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Pelatihan Penulisan Kreatif Terstruktur di MA Raudhatusshibyan NW Belencong ini bertujuan untuk: 1) mengakrabkan peserta didik dengan budaya literasi; 2)

Langkah-langkah penyelesaian sistem persamaan linier fuzzy dengan metode Cramer adalah dengan merepresentasikan bilangan fuzzy segitiga dalam bentuk potongan- , menghitung

Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Ponorogo dengan kepercayaan diri sebagai

Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan simpulan sebagai berikut: (1) deskripsi peran dan posisi tokoh perempuan dalam novel Liang Shanbo yu Zhu Yingtai, sebagai

- Klik view web tampilan kembali ke halaman nomor 1 - Klik logout tampilan kembali ke halaman nomor 1 - Klik tambah tagline tampilan ke halaman tambah tagline - Klik back

Kesenian ulin barong memiliki keunikan tersendiri khususnya dalam bidang seni rupa, namun banyak masyarakat Bandung lainnya yang belum mengenal keberadaan kesenian ini

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota DPRD yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup

 beberapa keterbatasan tertentu akuntansi biaya historis dalam hal kemampuannya untuk mengatasi berbagai isu yang terkait dengan perubahan harga..  sejumlah metode