• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Terhadap Konsumsi Beras Organik ( Kasus: Kecamatan Medan Johor ) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Terhadap Konsumsi Beras Organik ( Kasus: Kecamatan Medan Johor ) Chapter III VI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Metode Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Johor. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Kecamatan Medan Johor dipilih

karena berdasarkan hasil pra survei peneliti terhadap distributor beras organik di

Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai. Kecamatan Medan

Johor merupakan daerah yang terdapat penjual beras organik yang cukup besar di

Kota Medan.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, metode penentuan sampel yang digunakan adalah

secara kebetulan (accidental sampling). Dilakukan accidental sampling karena

populasi konsumen beras organik di Kecamatan Medan Johor tidak dapat

diketahui. Jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian adalah 50 responden

karena sudah cukup menggambarkan permintaan beras organik dengan alasan

untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik sampel

paling minimum adalah 30 responden (Walpole, 1992).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada

konsumen beras menggunakan kuesioner terstruktur (structured questionnare),

dan data sekunder diperoleh dari lokasi penelitian dan dari instansi terkait yaitu

(2)

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif

disajikan dengan mengintrepetasikan dan mendeskripsikan data yang diperoleh.

Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh akan ditabulasikan berdasarkan

aktivitas-aktivitas. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu

analisis deskriptif, dan analisis linear regresi berganda.

3.4.1 Analisis Deskriptif

Untuk indentifikasi masalah 1 yaitu digunakan metode analisis deskriptif.

bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena

yang diselidiki. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk

menganalisis karakteristik konsumen beras organik berdasarkan kondisi sosial

ekonominya .

3.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk indentifikasi masalah 2 yaitu digunakan metode Regresi linier

berganda. Regresi linier berganda adalah model regresi yang digunakan untuk

menganalisis pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel

terikat.Pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen yaitu umur, pendidikan,

pendapatan, jumlah anggota keluarga, kesehatan terhadap permintaan beras

dianalisis menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Secara sistematis

(3)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5D1 + e

Dimana:

Y = Konsumsi beras organik (Kg)

a = Nilai konstanta

b1-b5 = Koefisien regresi

e = Variabel kesalahan (5%)

X1 = Umur (tahun)

X2 = Tingkat pendidikan (tahun)

X3 = Pendapatan (Rp/bulan)

X4 = Jumlah anggota keluarga (orang)

D1 = Kesehatan (variabel kesehatan sebagai variabel dummy)

Dimana:

0 = Tidak Sehat

1 = Sehat

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari

data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat

yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah

variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013).

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria

pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model

yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian

(4)

2. Uji Serempak (Uji F - Statistik)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh

perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter

X1, X2, X3, X4, dan D1 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau

tidak.

Kriteria pengujian:

1. Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4, dan D1 secara serempak tidak berpengaruh

nyata terhadap Y (Konsumsi beras organik).

Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4, dan D1 secara serempak berpengaruh nyata

terhadap Y (Konsumsi beras organik).

3. Uji Parsial (Uji t Statistik)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara

parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat.Taraf signifikansi

(α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5%.

Kriteria Pengujian:

1. Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4, dan D1 secara parsial tidak berpengaruh

nyata terhadap Y (Konsumsi beras organik).

Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4, dan D1 secara parsial berpengaruh nyata

(5)

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pada

prinsipnya model regresi linier yang dibangun sebaiknya tidak boleh menyimpang

dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Ada empat uji asumsi

klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas,

heterokedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah

distribusi data mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan

dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

1. Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal

2. Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel

atas suatu distribusi tertentu.

2. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau

tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan

melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED

(6)

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu

X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan

melihat nilai signifikansi.

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier (korelasi) yang sempurna

atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi.

Data yang digunakan adalah penggunaan faktor yang dilogaritmakan. Model

regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.

Ada atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi terlihat dari tolerance dan

VIF (Variance Inlaction Factor).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

1. Jika nilai VIF < 10, dan tolerance > 0,1 maka model tidak mengalami

multikolinieritas

2. Jika nilai VIF ≥10, dan tolerance ≤ 0,1 maka model mengalami

multikolinieritas

(7)

Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada

pengamatan yang berbeda waktu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi

pada data time series. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mendeteksi

autokorelasi adalah dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel

bebas . metode yang digunakan adalah uji Durbin – Watson (Uji dw).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

1. d <dL: ada autokorelasi positif

2. dL ≤ d ≤ du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa - apa

3. du ≤ d ≤ 4 – du: tidak ada autokorelasi

4. 4 – du ≤ d ≤ 4 – du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa – apa

5. d > 4 – dL: ada autokorelasi negatif

3.5.Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam melakukan penelitian, maka

peneliti perlu memberikan definisi dan batasan operasional, yang sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Konsumsi beras organik adalah jumlah beras organik yang di konsumsi

seluruh anggota keluarga (Kg/bulan).

2. Beras organik adalah beras yang didapat melalui proses penanaman pada

lahan yang ramah lingkungan.Beras ini tidak menggunakan pestisida atau

bahan kimia lainnya untuk tumbuh dan berkembang.

3. Konsumen beras organik adalah populasi dari sampel yang akan diteliti.

4. Karakteristik konsumen adalah variabel data responden tentang umur,

pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan kondisi kesehatannya.

5. Umur adalah umur responden pada saat diwawancarai (Tahun).

(8)

7. Pendapatan adalah jumlah pendapatan seluruh anggota keluarga (Rp/bulan).

8. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga dalam

rumah tangga responden (Orang).

9. Kondisi kesehatan adalah kondisi responden pada saat diwawancarai (Orang).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Medan Johor.

2. Sampel penelitian adalah orang yang membeli beras organik di daerah

penelitian.

(9)

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Kecamatan Medan Johor adalah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang

berada di Wilayah Kota Medan dan merupakan pemukiman penduduk,

perdagangan, perkantoran, industri yang terbentang luas 16,96 km² atau sekitar

6,39 % dari luas total Kota Medan. Secara umum tofografi wilayah Kecamatan

Medan Johor adalah dataran dan tidak ada yang berbatasan dengan laut dimana

ketinggian wilayahnya berada pada ketinggian 34 – 49 meter diatas permukaan

laut.

Kecamatan Medan Johor terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kwala

Berkala, Kelurahan Gedung Johor, Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Suka

Maju dan Kelurahan Pangkalan Masyhur. Kelurahan Kwala Berkala memiliki

wilayah terluas yaitu 5,5 km2 sedangkan Kelurahan Kedai Durian adalah

kelurahan dengan wilayah terkecil yaitu 0,98 km2.

Adapun batas –batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun dan Medan

Polonia, Medan Kota, Medan Baru, dan Medan Selayang.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua

Kabupaten Deli Serdang.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Medan

(10)

4.1.2 Keadaan Penduduk

Pada tahun 2015, penduduk Kecamatan Medan Johor berjumlah 130.414

jiwa yang terdiri dari 64.387 jiwa laki-laki dan 66.027 jiwa perempuan. Jumlah

penduduk paling banyak berada di Kelurahan Kwala Berkala yaitu sebanyak

34.210 jiwa, sedangkan untuk jumlah penduduk paling sedikit berada di

Kelurahan Kedai Durian yaitu sebanyak 6.989 jiwa.

a. Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Johor Tahun 2015

Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

Kwala Berkala 16.489 17.721 34.210

Sumber: BPS, Medan Johor Dalam Angka, 2016

Berdasarkan tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di

kecamatan Medan johor pada tahun 2016 sebesar 130.414 jiwa yang terdiri dari

64.387 jiwa laki-laki dan 66.027 jiwa perempuan.

b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jenis pekerjaan penduduk di Kecamatan Medan Johor terdiri dari pegawai

negeri sipil, pegawai swasta, TNI/POLRI, petani, pedagang, pensiunan dan

wiraswasta. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk

(11)

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Medan Johor Tahun 2015

Pekerjaan Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil 3.868 8,18

Pegawai Swasta 13.213 27,94

TNI / POLRI 630 1,33

Petani 1.323 2,79

Pedagang 8.845 18,71

Pensiunan 2.157 4,56

Wiraswasta 17.243 36,47

Jumlah 47.279 100,00

Sumber: BPS, Medan Johor Dalam Angka, 2016

Berdasarkan tabel 4.2. di atas menunjukan bahwa jenis pekerjaan yang

paling banyak di Kecamatan Medan Johor yaitu wiraswasta dengan jumlah

sebesar 17.243 dengan persentase 36.47 persen, sedangkan untuk jenis pekerjaan

paling sedikit di Kecamatan Medan Johor yaitu TNI/POLRI yaitu sebesar 630

(1,33 %).

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana Di Kecamatan Medan Johor meliputi sekolah,

fasilitas kesehatan, tempat perbelanjaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(12)

Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Johor Tahun 2015

Sarana dan prasarana Jumlah (Unit)

Sekolah

Sumber: BPS, Medan Johor Dalam Angka, 2016

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat, semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju

pembangunan. Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang

terdapat di Kecamatan Medan Johor dapat dikatakan cukup lengkap.

4.2. Deskripsi Karakteristik Sampel dan Variabel Bebas

Sampel penelitan adalah orang yang membeli beras organik yang dijumpai

di daerah penelitian. Karakteristik konsumen sampel yang dimasukkan adalah

meliput umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan

kondisi kesehatan.

4.2.1 Umur

Dalam penelitian ini umur responden dibagi dalam beberapa range, yaitu

umur 30 – 39 tahun, umur 40 – 49 tahun, umur 50 – 59 tahun dan umur > 60

(13)

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Dalam penelitian ini variabel pendidikan responden dibagi dalam beberapa

kelompok pendidikan yaitu SMP (9 tahun), SMA (12 tahun), D3 (15 Tahun), S1

(16 Tahun), S2 (18 Tahun), S3 (21 Tahun).

4.2.3 Pendapatan

Dalam penelitian ini variabel pendidikan responden dibagi dalam beberapa

kelompok range, yaitu pendapatan Rp 5.500.000 – Rp 7.000.000, pendapatan Rp

7.000.000 – Rp 8.500.000, pendapatan Rp 8.500.000 – Rp 10.000.000,

pendapatan Rp 10.000.000 – Rp 11.500.000, dan pendapatan > Rp 11.500.000.

4.2.4 Jumlah Anggota Keluarga

Dalam penelitian ini variabel jumlah anggota keluarga responden dibagi

dalam beberapa range, yaitu jumlah anggota keluarga 2-3 jiwa, 4-5 jiwa dan 6-7

jiwa.

4.2.5 Kondisi Kesehatan

Dalam penelitian ini variabel kondisi kesehatan adalah sebagai dummy

dan dibagi dalam 2 kategori yaitu sehat dan tidak sehat. Kondisi kesehatan sampel

dilihat dari ada atau tidaknya penyakit yang diderita oleh sampel. Penyakit

tersebut adalah diabetes, kolesterol, dan penyakit lainnya. Namun jika tidak

(14)

6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik sosial ekonomi konsumen beras organik dilihat dari umur

terbanyak yaitu rentan 50 – 59 tahun, dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi

yaitu 16 tahun (S1), dilihat dari pendapatan terbanyak dengan jumlah Rp

8.500.000 – Rp 10.000.000, dilihat dari jumlah anggota keluarga terbanyak

yaitu rentan 4 – 5 konsumen dan dilihat berdasarkan kondisi kesehatan

konsumen tertinggi yaitu sedang tidak sehat.

2. Karakteristik konsumen meliputi umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah

anggota keluarga dan kondisi kesehatan secara serempak berpengaruh nyata

terhadap konsumsi beras organik. Secara parsial umur, jumlah anggota

keluarga dan kondisi kesehatan berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras

organik, sedangkan tingkat pendidikan dan pendapatan secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap permintaan beras organik.

6.2. Saran

1. Kepada Pemerintah.

Memberikan bantuan kepada petani untuk mengembangan pertanian

organik.

2. Kepada Produsen atau Pengusaha Beras Organik.

Meningkatkan pelayanan terhadap pembelian beras organik.

3. Kepada Konsumen

(15)

mengenai manfaat beras organik.

4. Kepada Peneliti Selanjutnya.

Sebaiknya melakukan penelitian mengenai analisis ekonomi pola konsumsi

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Johor Tahun 2015
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Medan  Johor Tahun 2015
Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Johor Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Gerakan Ribuan atau yang disebut “Gerbu” merupakan gerakan moral berupa pengumpulan dana dari masyarakat secara sukarela, dalam rangka meningkatkan rasa kepedulian

,t|!gF Pcmllthnn Fenilidlkm drn Fenenpan

Bahasa Arab 43 14150078 ANA KURROTUL UYUN Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pend.. Bahasa Arab 44 14150067 HESTY MAULIDA EKA PUTRY PU Ilmu Tarbiyah dan

Penetapan indikator kinerja pada saat merencanakan kinerja akan lebih meningkatkan kualitas perencanaan dengan menghindari penetapan-penetapan sasaran yang sulit untuk diukur

Kemahasiswaan dan Alumni

masyarakat (baik kegiatan maupun output kegiatan) yang tercantum dalam Berita.. Faktor pendorong keberhasilan keberhasilan sasaran ini adalah :. 1) Telah dibangun sistem

16 15310146 AHMAD SHOBAB ABTHOHIN NI'AM Humaniora Bahasa dan Sastra Arab 17 14310096 ISTI FAIATUL MARDIYAH ALI Humaniora Bahasa dan Sastra Arab 18 13320064 NIKEN AYU DAMAYANTI