SKRIPSI
PENGARUH PROFITABILITAS DAN NILAI PASAR TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE DAN BUILDING
CONSTRUCTION YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
WINNY 110503152
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Pasar terhadap Harga Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Property, Real Estate dan Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 24 Maret 2015 Yang membuat pernyataan,
Winny
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS DAN NILAI PASAR TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI VARIABEL
PEMODERASI PADA PERUSAHAAN PROPERTY, REAL
ESTATE DAN BUILDING CONSTRUCTION YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan nilai pasar terhadap harga saham dengan struktur modal sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan property, real estate dan building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan property, real estate dan building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian tahun 2011, 2012, dan 2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 37 perusahaan. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.
Variabel yang digunakan adalah Profitabilitas (diproksikan dengan Net Profit Margin) dan nilai pasar (diproksikan dengan Price Earning Ratio dan Price to Book Value) sebagai variabel independen, harga saham sebagai variabel dependen, dan struktur modal sebagai variabel pemoderasi. Pengujian hipotesis pertama diuji dengan metode uji statistik regresi linier berganda dan hipotesis kedua diuji dengan uji residual dengan menggunakan software SPSS.
Hasil penelitian ini membuktikan pada hipotesis pertama bahwa Net Profit Margin, Price Earning Ratio, dan Price to Book Value secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial Price Earning Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham, Price to Book Value berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ketika struktur modal digunakan sebagai variabel pemoderasi pada hipotesis kedua, struktur modal bukan merupakan variabel pemoderasi yang dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas dan nilai pasar terhadap harga saham pada perusahaan property, real estate dan building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
THE IMPACT OF PROFITABILITY AND MARKET VALUE ON STOCK PRICE WITH CAPITAL STRUCTURE AS MODERATING VARIABLE
ON PROPERTY, REAL ESTATE AND BUILDING CONSTRUCTION COMPANY LISTED ON
INDONESIA STOCK EXCHANGE
The Purpose of this study was to test and analyze the influence of profitability and market value on stock price with capital structure as moderating variable on property, real estate and building construction companies listed in Indonesia Stock Exchange. The population in this study was all of the property, real estate and building construction companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period of the study in 2011, 2012, and 2013. The samples were selected using purposive sampling method totaling 37 companies. Data was obtained from the publication of Indonesia Stock Exchange on corporate data, company performance reports, financial statements and annual reports, as well as reference books, the Internet articles, and the scientific literatures related to the study.
The variables used are profitability (represented by Net Profit Margin) and market value (represented by Price Earning Ratio and Price to Book Value) as independent variables, stock price as dependent variable, and capital structure as moderating variable. The first hypothesis was statistically tested through multiple linear regression test and the second hypothesis was tested through residual test by using SPSS program.
The result of this study showed that, in the first hypothesis, Net Profit Margin, Price Earning Ratio, and Price to Book Value simultaneously have significant influence on stock price. Further research also showed that partially Price Earning Ratio has significant negative influence on stock price, Price to Book Value has significant positive influence on stock price, meanwhile Net Profit Margin has no significant influence on stock price. When capital structure was used as a moderating variable in the second test, the capital structure was not a moderating variable which could moderate the relationship between profitability and market value towards stock price of property, real estate and building construction companies listed in Indonesia Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa atas segala
rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang menyertai, membimbing dan memberikan
kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Pasar terhadap Harga Saham dengan Struktur
Modal sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Property, Real Estate dan
Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Selama masa perkuliahan dan dalam proses penyusunan skripsi, penulis
menemui berbagai macam kesulitan, kendala dan hambatan. Pada kesempatan ini,
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan motivasi, dukungan, bantuan, dan bimbingan
selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Acc., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Drs. Hotmal
Ja’far, MM., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak.,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM., Ak., selaku Dosen Pembanding penulis
yang selalu memberikan masukan atas penulisan skripsi ini.
5. Kedua Orangtua tercinta penulis, Bapak Alvin Cendekiawan dan Ibu Ng. Lie
Mei, Adik tersayang, Winda dan Goldwin Chantesuta serta Tante tercinta,
Julia Evan Wijaya, S.H., yang telah memberikan dukungan material dan moril
dengan penuh kasih sayang kepada penulis. Serta semua Keluarga besar
penulis yang telah memberikan doa, perhatian, motivasi dan semangat kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan studi S1 Akuntansi ini.
6. Para Sahabat tersayang (Anita, Evelyn, Khaterine, Meryana, Monica, Yenni),
sahabat Geng Saboteur (Agung, Evi, Feisal, Sandey, Topan), Nadia, Yudith,
dan rekan-rekan mahasiswa S1 Akuntansi stambuk 2011 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu yang telah memberi semangat, dan menghibur
selama ini. Terima kasih atas kebersamaannya, semoga dapat menyelesaikan
studi dengan baik dan sukses di kemudian hari.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 24 Maret 2015 Penulis,
Winny
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN………... i
ABSTRAK……….…….. ii
ABSTRACT………...…….. iii
KATA PENGANTAR………. iv
DAFTAR ISI……… vi
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR GAMBAR………... ix
DAFTAR LAMPIRAN………... x
BAB I PENDAHULUAN……… 1
1.1. Latar Belakang Masalah ……….………...….……… 1
1.2. Rumusan Masalah ………... 8
1.3. Tujuan Penelitian ……….. 8
1.4. Manfaat Penelitian ……… 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 11
2.1. Landasan Teori………... 11
2.1.1. Signalling Theory………… ….………. 11
2.1.2.Saham………. ..……….. 12
2.1.2.1. Harga Saham………...……. 14
2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham.…… 15
2.1.3. Penilaian dan Analisis Harga Saham...……… 16
2.1.3.1. Penilaian Saham………. 16
2.1.3.2. Analisis Saham……….……. 17
2.1.4. Keuntungan dan Resiko Investasi Saham.………... 20
2.1.4.1. Keuntungan Investasi Saham……… 20
2.1.4.2. Resiko Investasi Saham……….... 21
2.1.5. Analisis Laporan Keuangan...…………..……….... 23
2.1.6. Analisis Rasio Keuangan...……….. 25
2.1.7. Profitabilitas ………...………. 26
2.1.7.1. Net Profit Margin (NPM)……….. 27
2.1.8. Nilai Pasar……… 28
2.1.8.1. Price Earning Ratio (PER)……… 28
2.1.8.2. Price to Book Value (PBV) .……….. 29
2.1.9. Struktur Modal ……… 30
2.2. Tinjauan Penelitian terdahulu ……… 31
2.3. Kerangka Konseptual ……… 34
2.4. Hipotesis Penelitian………. 38
BAB III METODE PENELITIAN ………... 44
3.1. Desain Penelitian……… 44
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian………... 44
3.3.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….. 44
3.3.1 Variabel Dependen ……….. 44
3.3.2 Variabel Independen ……… 45
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 47
3.5. Jenis dan Sumber Data ………... 49
3.6. Metode Pengumpulan Data ………... 50
3.7. Metode Analisis Data ……… 50
3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif………. 51
3.7.2. Uji Asumsi Klasik...……… ………. 51
3.7.2.1. Uji Normalitas……… 51
3.7.2.2. Uji Multikolonieritas………. 52
3.7.2.3. Uji Heterokedastisitas……… 53
3.7.2.4. Uji Autokorelasi………. 54
3.7.3. Pengujian Hipotesis Penelitian...……. 55
3.7.3.1. Pengujian Hipotesis Pertama(H1)……….. 55
3.7.3.2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)……… 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 59
4.1. Hasil Penelitian ………. 59
4.1.1. Statistik Deskriptif………... 59
4.1.2. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama Sebelum Transformasi 61 4.1.2.1. Uji Normalitas Sebelum Transformasi……….. 61
4.1.2.2. Uji Multikolonieritas Sebelum Transformasi………… 63
4.1.2.3. Uji Heterokedastisitas Sebelum Transformasi……….. 64
4.1.2.4. Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi……… 65
4.1.3. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama Setelah Transformasi... 66
4.1.3.1. Uji Normalitas Setelah Transformasi……… 67
4.1.3.2. Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi………….. 69
4.1.3.3. Uji Heterokedastisitas Setelah Transformasi…………. 70
4.1.3.4. Uji Autokorelasi Setelah Transformasi………. 70
4.1.4. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ……….. 71
4.1.4.1. Uji Normalitas Hipotesis Kedua……… 71
4.1.4.2. Uji Multikolonieritas Hipotesis Kedua………. 73
4.1.4.3. Uji Heterokedastisitas Hipotesis Kedua……… 74
4.1.4.4. Uji Autokorelasi Hipotesis Kedua………. 75
4.2. Pengujian Hipotesis………..……. 75
4.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama (H1) .………... 75
4.2.1.1. Persamaan Regresi Model Pertama ……….. 75
4.2.1.2. Koefisien Determinasi ………..……… 77
4.2.1.3. Uji Signifikan Simultan (Uji F).……… 78
4.2.1.4. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)………. 79
4.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)……….. 80
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..……… 85
5.1. Kesimpulan……… 85
5.2. Keterbatasan Penelitian ……… 86
5.3. Saran………. 86
DAFTAR PUSTAKA ………. 88
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Kinerja Bursa Efek Indonesia 2009-2013...…………...… 1
2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu……… 34
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...……….… ... 46
3.2 Daftar Sampel Penelitian……….. 48
3.3 Kriteria Autokorelasi……… 54
4.1 Statistik Deskriptif Penelitian……… 59
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum Transformasi….. 63
4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Sebelum Transformasi……….. 64
4.4 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi………. 66
4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Transformasi….… 68 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi……… 69
4.7 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Transformasi……… 70
4.8 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test Hipotesis Kedua………… 73
4.9 Hasil Uji Multikolonieritas Hipotesis Kedua……… 73
4.10 Hasil Uji Autokorelasi Hipotesis Kedua ……….. 75
4.11 Hasil Analisis Regresi Hipotesis Pertama………. 76
4.12 Uji Koefisien Determinasi (R2)………. 77
4.13 Uji Signifikan Simultan (Uji F)………. 78
4.14 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)………. 79
4.15 Hasil Pengujian Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Pasar terhadap Struktur Modal….. ……..………….. 80
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ……….. 38
4.1 Grafik Histogram(sebelum data di transformasi)………. 62
4.2 Grafik Normal P-Plot (sebelum data di transformasi)………. 62
4.3 Grafik Scatterplot (sebelum data di transformasi)……… 65
4.4 Grafik Histogram (setelah data di transformasi)……….. 67
4.5 Grafik Normal P-Plot (setelah data di transformasi)………… 67
4.6 Grafik Scatterplot (setelah data di transformasi)……….. 70
4.7 Grafik Histogram Hipotesis Kedua……….. 71
4.8 Grafik Normal P-Plot Hipotesis Kedua……… 72
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian……….... ... 92 2 Daftar Variabel Dependen, Indepeden, dan Pemoderasi
2011-SebelumTranformasi………..……… 94 3 Daftar Variabel Dependen, Indepeden, dan Pemoderasi
2012-SebelumTranformasi………..……… 95 4 Daftar Variabel Dependen, Indepeden, dan Pemoderasi
2013-SebelumTranformasi.……….. ….. 96
5 Daftar Variabel Dependen, Indepeden, dan Pemoderasi
2011-SetelahTranformasi……….……… 97 6 Daftar Variabel Dependen, Indepeden, dan Pemoderasi
2012-SetelahTranformasi……… 98
7 Daftar Variabel Dependen , Indepeden, dan Pemoderasi
2013-SetelahTranformasi……… 99
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia investasi dan pasar modal sudah menjadi bagian dari fundamental ekonomi suatu negara, tidak hanya di negara maju, namun juga di
negara berkembang. Perkembangan pasar modal tersebut tidak lepas dari kerja
keras regulator dan pelaku industri serta dukungan pemerintah melalui kebijakan
ekonomi dan politik yang mampu menciptakan keadaan yang kondusif bagi
industri pasar modal. Secara umum pasar modal Indonesia mengalami
peningkatan kinerja dari waktu ke waktu, walaupun cenderung berfluktuasi. Hal
ini dapat dilihat dari beberapa indikator pasar saham di Bursa Efek Indonesia
yaitu: nilai kapitalisasi pasar saham, nilai perdagangan saham, indeks harga saham
gabungan (IHSG), dan jumlah emiten (Warsono, 2008).
Tabel 1.1
Kinerja Bursa Efek Indonesia 2009-2013
Indikator 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) 2.534,36 3.703,51 3.821,99 4.316,69 4.274,18
Perusahaan Tercatat 398 420 440 462 483
Emiten Baru 12 24 25 24 30
Perusahaan Delisted 12 1 5 4 7
Kapitalisasi Pasar Saham
(Rp. Triliun) 2.019,38 3.247,10 3.537,29 4.126,99 4.219,02 Volume Transaksi (Miliar
Saham) 1.467,66 1.330,87 1.203,55 1.053,76 1.342,66
Nilai Perdagangan Saham
(Rp. Triliun) 975,13 1.176,24 1.223,44 1.116,11 1.522,12
Berdasarkan data pada tabel 1.1, perdagangan saham di Bursa Efek
Indonesia hingga tahun 2013 menunjukkan track record yang positif. Indeks
harga saham gabungan (IHSG) merupakan indikator pergerakan harga saham
keseluruhan. IHSG tahun 2013 menyentuh 4.274,18 turun 0,98% dibanding tahun
2012, yakni 4.316,69. Meski IHSG menurun, likuiditas pasar saham naik ditandai
dengan nilai perdagangan saham tahun 2013 meningkat 36,38%. Pada 2012,
nilainya Rp 1.116,11 triliun, tahun 2013 naik menjadi Rp 1.522,12 triliun
Bursa efek Indonesia juga mencatat kenaikan nilai kapitalisasi pasar saham.
Bertambahnya 30 emiten baru berhasil mendongkrak kapitalisasi pasar saham
sebesar 2,23%, dari Rp 4.126,99 triliun pada akhir 2012 menjadi Rp 4.219,02
pada akhir tahun 2013.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 menyatakan
bahwa Pasar Modal ialah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar
modal menjadi sarana efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi
pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari
masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor produktif. Hal ini
membuka peluang bagi perusahaan untuk memperoleh dana jangka panjang untuk
pengembangan dan ekspansi bisnis selain dana pinjaman dari perbankan
konvensional.
Dengan berkembangnya pasar modal Indonesia, alternatif investasi kini
dapat menanamkan dananya di pasar modal. Efek yang sering diperjualbelikan
dalam pasar modal adalah saham. Pengembalian yang diharapkan oleh investor
dari investasi saham dapat berupa dividen yang dibagikan kepada para pemegang
saham maupun capital gain yang diperoleh dari perubahan harga saham tersebut.
Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap
faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang
mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro
suatu negara serta kondisi ekonomi global (Tandelilin, 2010:341). Fluktuasi harga
saham yang terjadi di pasar modal sangat berperan bagi seorang investor untuk
menentukan pilihan investasi yang akan dimasukkan ke dalam portofolio.
Penanaman modal dalam bentuk saham memiliki potensi keuntungan yang lebih
besar dibandingkan bentuk investasi lainnya, namun juga merupakan suatu jenis
investasi yang mengandung resiko relatif tinggi, sehingga diperlukan analisis yang
akurat untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya fluktuasi
harga saham yang akan dibeli.
Pada dasarnya, investasi dalam saham terbagi menjadi dua, yaitu untuk
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan investasi jangka pendek
atau jangka panjang memiliki konsekuensi berdasar pada pemilihan analisis yang
berbeda. Untuk tujuan investasi jangka pendek, investor cenderung menggunakan
analisis teknikal, yaitu metode untuk mengevaluasi efek dengan menganalisis
statistik yang dihasilkan oleh aktivitas pasar, seperti harga saham terakhir dan
volume perdagangan. Analisis teknikal menggunakan grafik dan data-data pasar
menganalisa harga saham yang mungkin akan terbentuk karenanya. Sedangkan
untuk tujuan investasi jangka panjang, analisis fundamental akan menjadi dasar
penilaian yang lebih tepat untuk memutuskan apakah suatu saham layak dibeli.
Analisis fundamental berdasar pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh
perusahaan yang dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental seperti
perekonomian makro dan kondisi sektor industri serta kinerja perusahaan.
Analisis fundamental digunakan untuk memastikan bahwa saham yang dibeli
merupakan saham yang berkinerja baik.
Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu tampilan mengenai kondisi
keuangan perusahaan selama periode tertentu. Menurut Keputusan Menteri
Keuangan No: 740/KMK.00/1989 tanggal 28 Juni 1989, pengertian kinerja itu
sendiri adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Penilaian terhadap
kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan
keuangan. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah
rasio. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan rasio akan dapat
memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan
posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka
rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2007:64).
Informasi dari rasio keuangan yang mengindikasikan profitabilitas dan
tingkat resiko perusahaan akan direspon oleh investor, baik secara positif maupun
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas dan rasio nilai
pasar untuk memprediksi harga saham. Rasio profitabilitas mencerminkan hasil
akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional sedangkan rasio
nilai pasar memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan
investor terhadap resiko dan prospek perusahaan di masa depan (Brigham dan
Houston, 2010:146).
Hal terpenting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah mengenai struktur
modal. Perbaikan struktur permodalan dunia usaha merupakan keharusan untuk
meningkatkan efisiensi dan memperkokoh daya saing perusahaan dalam
menghadapi persaingan yang semakin tajam terutama dalam era globalisasi.
Penyusunan struktur modal yang baik akan membuat kinerja perusahaan semakin
baik.
Penelitian mengenai harga saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wulandari (2012)
menunjukkan bahwa secara parsial Net Profit Margin dan Debt to Equity Ratio
tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal tersebut bertolak belakang dengan
penelitian Dewi (2014) yang menguji pengaruh Net Profit Margin dan Debt to
Equity Ratio terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman,
menunjukkan bahwa secara parsial baik Net Profit Margin maupun Debt to Equity
Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian Pranggana
dan Winarno (2012) juga menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh
Willianove (2013) dalam penelitiannya pada perusahaan LQ45 menyatakan
bahwa secara parsial Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham
sementara Price to Book Value tidak berpengaruh terhadap harga saham. Berbeda
dengan penelitian Salman (2012) pada perusahaan Real Estate dan Properti yang
menyatakan Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham serta
penelitian Chandra (2013) pada perusahaan pertambangan yang menyatakan Price
to Book Value berpengaruh terhadap harga saham perusahaan pertambangan.
Seiring dengan perkembangan ekonomi nasional, industri properti pada
umumnya juga mengalami peningkatan yang searah. Seluruh kegiatan ekonomi
baik dalam bidang jasa maupun barang pada dasarnya akan selalu membutuhkan
produk properti sebagai salah satu faktor produksi. Sebagai contoh, kegiatan jasa
perbankan yang memberikan jasa keuangan juga masih memerlukan adanya
produk properti secara aktif sebagai tempat atau sarana untuk melakukan
transaksi. Demikian pula, kegiatan produksi atau perdagangan maupun
perkebunan/pertanian akan selalu membutuhkan produk properti sebagai sarana
kegiatannya. Dengan demikian, kebutuhan akan produk properti akan terus
meningkat sejalan dengan perkembangan ekonomi (Wuryandani et.al, 2005).
Berdasarkan data Lembaga Penelitian Ekonomi Universitas Indonesia (LPEUI)
ada sebanyak 175 industri dan jasa yang terkait pertumbuhan industri properti
nasional.(www.properti.kompas.com
Pasar properti Indonesia dipandang masih sangat menjanjikan, terutama jika
dilihat dari segi jumlah populasi usia produktif yang lebih dari 30 juta jiwa.
unit. Populasi dan backlog sebanyak itu merupakan potensi bagi pengembang
untuk terus membangun hunian. Sepanjang tahun 2013, nilai kapitalisasi pasar
properti Nasional mencapai Rp 219 triliun. Nilai kapitalisasi tumbuh 15 persen
dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 186,150 trili
Fenomena perkembangan dunia investasi dan pasar modal yang diikuti
dengan pertumbuhan sektor property, real estate dan building construction serta
mengingat pentingnya analisis fundamental perusahaan bagi investor dalam
mengambil keputusan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pergerakan harga saham, menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham perusahaan property,
real estate dan building construction di Indonesia. Ketertarikan peneliti didukung
dengan bukti-bukti adanya ketidak-konsistenan antar hasil penelitian sebelumnya,
dengan topik harga saham. Peneliti mereplikasi penelitian yang dilakukan
Wulandari (2012) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Harga Saham dengan Dividend Per Share sebagai variabel moderating pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Replikasi tidak
dilakukan secara utuh, melainkan hanya pada penggunaan 1 (satu) variabel
independen (Net Profit Margin) dan keterkaitannya dengan variabel dependen
(Harga Saham), serta pengubahan variabel independen (Debt to Equity Ratio)
menjadi variabel pemoderasi. Struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity
Ratio digunakan sebagai variabel pemoderasi untuk melihat pengaruh penggunaan
hutang dalam hubungan antara profitabilitas dan nilai pasar terhadap harga saham.
dengan judul “Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Pasar terhadap Harga Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Property, Real Estate dan Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan,
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah profitabilitas (diproksikan dengan Net Profit Margin) dan nilai
pasar (diproksikan dengan Price Earning Ratio dan Price to Book Value)
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham perusahaan
Property, Real Estate dan Building Construction yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?
2. Apakah struktur modal (diproksikan dengan Debt to Equity Ratio) sebagai
variabel pemoderasi mampu memoderasi hubungan antara variabel
profitabilitas (diproksikan dengan Net Profit Margin) dan nilai pasar
(diproksikan dengan Price Earning Ratio dan Price to Book Value)
terhadap harga saham perusahaan Property, Real Estate dan Building
Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas (diproksikan dengan Net Profit
Margin) dan nilai pasar (diproksikan dengan Price Earning Ratio dan
perusahaan Property, Real Estate dan Building Construction yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis kemampuan struktur modal (diproksikan dengan Debt
to Equity Ratio) dalam memoderasi hubungan antara profitabilitas
(diproksikan dengan Net Profit Margin) dan nilai pasar (diproksikan
dengan Price Earning Ratio dan Price to Book Value) terhadap harga
saham perusahaan Property, Real Estate dan Building Construction yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pemahaman mengenai pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga
saham di pasar modal dan juga sebagai media guna menunjang
pembelajaran peneliti ke arah yang lebih baik.
2. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam melakukan analisis investasi saham suatu perusahaan
terutama pada perusahaan property, real estate dan building construction
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga mampu menentukan
pilihan yang tepat untuk dimasukkan ke dalam alternatif portfolio.
3. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu informasi
yang bermanfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian
untuk penelitian berikutnya mengenai pengaruh rasio-rasio keuangan
terhadap harga saham yang terdaftar di BEI, atau penelitian-penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Signalling Theory
Signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:36). Signaling theory
menjelaskan alasan perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan
informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Teori sinyal menunjukkan
adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak
yang berkepentingan. Menurut Scott (2003:7), asimetri informasi adalah
“suatu kondisi di mana suatu pihak memiliki informasi lebih banyak dari
pihak lain.” Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor,
kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan
menyebabkan mereka kesulitan untuk menilai prospek perusahaan dan
melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan.
Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri
informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya
berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al.,
keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan maka
diperlukan keterlibatan pihak lain yang independen dalam memberikan
pendapat tentang laporan keuangan.
Informasi keuangan yang dipublikasikan akan memberikan signal
bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Reaksi pasar terhadap
informasi keuangan yang dipublikasikan dapat mempengaruhi harga saham
dan volume perdagangan saham perusahaan yang bersangkutan. Jika
publikasi tersebut mengandung informasi positif, maka investor diharapkan
akan bereaksi positif pada saat informasi tersebut diterima pasar. Sebaliknya
apabila publikasi mengandung informasi negatif, maka investor juga akan
bereaksi secara negatif. Dengan demikian, reaksi pasar akan tercermin dari
adanya perubahan harga dan volume transaksi saham perusahaan yang
bersangkutan dan diukur dengan menggunakan harga saham pada saat
penutupan.
2.1.2. Saham
Saham merupakan surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal
pada suatu perseroan terbatas. Dengan memiliki saham suatu perusahaan,
investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan
perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan. Saham dapat dibedakan menjadi saham preferen dan saham
biasa.
1. Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan
preferen memiliki nilai nominal dan dividen dalam jumlah tetap yang
tidak akan bertambah walaupun perusahaan mengalami keuntungan.
Seperti saham biasa, jika suatu ketika perusahaan mengalami kerugian,
maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran
dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pemegang saham preferen
mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan
dengan pemegang saham biasa. Pemegang saham preferen juga
memiliki prioritas untuk memperoleh aktiva perusahaan terlebih dahulu
pada saat terjadinya likuidasi perusahaan.
2. Saham biasa adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
dalam suatu perusahaan. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh
tempo dan tetap ada sepanjang perusahaan aktif (Arthur J, 2004:228
dalam Dita and Murtaqi, 2014). Pemegang saham biasa mempunyai hak
suara dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting
perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Menurut
Lubis (2008:61), berdasarkan fundamental dan kondisi perekonomian,
klasifikasi dari saham biasa meliputi:
1. Blue Chips. Merupakan klasifikasi dari saham yang penerbitannya memiliki reputasi yang baik. Emiten mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten membayar dividen yang tinggi. Di sini emiten sudah dalam keadaan stabil.
3. Growth Stock (Well Known). Hal ini terjadi bila emiten merupakan pemimpin di dalam industrinya. Dalam beberapa tahun, perusahaan mampu mendapatkan hasil di atas rata-rata.
4. Growth Stock (Lesser Known). Emiten saham ini umumnya bukan merupakan pemimpin dalam industrinya, namun demikian saham ini tetap mempunyai ciri-ciri seperti growth stock well known, yaitu mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penghasilan rata-rata tahun terakhir.
5. Speculative Stock. Merupakan saham yang emitennya tidak dapat menghasilkan dividen/penghasilannya konsisten dari tahun ke tahun. Tetapi emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang baik di masa-masa mendatang.
6. Cyclical Stocks. Perkembangan saham jenis ini sesuai dengan perkembangan dan pergerakan kondisi ekonomi makro dan kondisi bisnis secara umum. Penerbit saham jenis ini biasanya bergerak dalam bidang ekonomi dasar, perumahan, otomotif, baja dan industri.
7. Defensive Stocks atau Counter Cyclical Stocks. Harga saham ini tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi ekonomi makro dan kondisi bisnis pada umumnya. Emiten ini bergerak dalam penjualan/memproduksi produk yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen, misalnya rokok, sabun, dan sebagainya.
2.1.2.1. Harga Saham
Harga saham menurut Jogiyanto (2006:8) adalah “harga yang
terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar
dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan
di pasar modal”.
Harga saham menurut Widoatmojo (2005:91) dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut:
a. Harga Nominal
b. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut dengan Initial Public Offering (IPO). Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat.
c. Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali kemungkinan terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan aktivitas di Bursa Efek Indonesia.
2.1.2.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga
saham adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal
Faktor internal dapat berupa berbagai pengumuman yang
dikeluarkan perusahaan seperti pengumuman laporan
keuangan yang berisi laba akhir tahun, laba per saham,
dividen per saham dan sebagainya. Selain itu, pengumuman
mengenai rencana investasi ataupun rencana lain yang dapat
berdampak pada pendapatan perusahaan di masa depan juga
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal dapat berupa keadaan politik suatu negara,
kebijakan pemerintahan yang baru, fluktuasi nilai tukar mata
uang, berbagai isu baik yang berasal dari luar maupun dalam
negeri serta perubahan tingkat suku bunga. Apabila tingkat
suku bunga perbankan naik, maka investor akan terdorong
untuk menjual sahamnya sehingga berdampak pada
menurunnya harga saham dan begitu pula sebaliknya.
2.1.3. Penilaian dan Analisis Harga Saham 2.1.3.1. Penilaian Saham
Dalam penilaian saham, dikenal tiga jenis nilai yakni nilai buku,
nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung
berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai pasar adalah
nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham di pasar. Nilai
intrinsik atau nilai fundamental adalah nilai saham yang sebenarnya atau
seharusnya.
Secara umum, keputusan membeli, menjual atau mempertahankan
saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik
dengan harga pasarnya (Halim, 2005:31), dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai intrinsik > dari harga pasar saham, maka saham tersebut undervalued artinya saham tersebut dinilai terlalu rendah. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan sementara.
3. Jika nilai intrinsik < harga pasar saham, maka saham tersebut overvalued, artinya saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dijual.
Dengan menggunakan penilaian saham ini, para investor dapat
mengambil keputusan dalam menentukan strategi investasi yang tepat
baik dengan membeli, menjual atau mempertahankan saham.
2.1.3.2. Analisis Saham
Analisis saham dibutuhkan untuk menentukan kelas resiko dan
perolehan surat berharga sebagai dasar keputusan investasi. Analisis
tersebut dilakukan dengan dasar sejumlah informasi yang diterima
investor atas suatu jenis saham tertentu. Keputusan investasi akan
berbeda apabila merupakan hasil analisis yang berbeda, dari susunan
informasi yang berbeda, dengan kondisi yang berbeda, dengan preferensi
resiko yang relevan untuk berbagai investor. Terdapat dua pendekatan
dalam penilaian saham, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas
perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya
merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal (Kamaruddin,
2004:79).
Pendekatan ini menekankan pentingnya perilaku investor di masa
yang akan datang dan berdasarkan masa lalu sehingga para analisis
historis perdagangan. Penilaian saham dalam analisis teknikal
menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas
perdagangan saham seperti harga saham, volume perdagangan,
permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara
keseluruhan. Para analis melakukan studi dengan menggunakan grafik
dengan harapan dapat menemukan suatu pola pergerakan harga saham.
Ketepatan waktu dalam memprediksi harga jangka pendek suatu saham
merupakan sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini.
Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan
analisis teknikal, yaitu :
a. Market Price Discounts Everything
Yaitu harga yang terbentuk di pasar merupakan refleksi dari
seluruh faktor yang ada di pasar. Analisis teknikal hanya peduli
pada apa yang terjadi dengan harga yaitu jika permintaan
meningkat dan penawaran menurun atau tetap, maka harga akan
naik, begitu juga sebaliknya, mereka tidak peduli dengan
kenaikan inflasi atau hal lain karena semua itu sudah tercermin
dalam harga.
b. Price Moves in Trend
Analisis teknikal tidak berkeyakinan bahwa pergerakan harga
adalah acak dan tidak dapat diprediksi karena harga akan bergerak
dalam suatu arah (trend) tertentu dan akan berlanjut selama
c. History Repeats Itself
Analisis teknikal percaya bahwa perilaku investor di masa lalu
terjadi secara berulang-ulang dan dapat digunakan sebagai acuan
dalam memprediksi perilaku investor di masa yang akan datang.
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung
nilai intrinsik saham biasa dengan menggunakan data keuangan
perusahaan (Kamaruddin, 2004:81).
Analisis fundamental fokus pada data laporan keuangan perusahaan
untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasikan secara
akurat. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 189), “analisis
fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham
dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi
makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai
indikator keuangan dan manajemen perusahaan”. Dengan demikian,
analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai
data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.
Analisis fundamental akan meminimalkan resiko kemungkinan membeli
saham yang berpotensi untuk di-delisting dari bursa saham. Secara
umum, untuk menganalisis perusahaan dengan menggunakan analisa
fundamental terdiri dari empat langkah (Anoraga, 2001:63) yaitu:
1) Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan
2) Menghitung kondisi industri secara keseluruhan
Industri perusahaan secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang tidak menguntungkan jika kondisi industri secara keseluruhan lemah
3) Menghitung kondisi perusahaan
Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana seluruh pemegang saham mengharapkan perusahannya selalu menghasilkan laba yang pada akhirnya mempengaruhi dividen maka perlu diperhitungkan kesahatan keuangan perusahaan tersebut. Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunkana rasio-rasio keuangan.
4) Menghitung nilai saham perusahaan
Setelah memperhitungkan kondisi ekonomi, industri dan perusahaan selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung apakah saham suatu perusahaan overvalued, undervalued ataupun pas harganya.
2.1.4. Keuntungan dan Resiko Investasi Saham 2.1.4.1. Keuntungan Investasi Saham
Pada dasarnya terdapat dua keuntungan yang diperoleh pemodal
dengan membeli atau memiliki saham perusahaan go public, yaitu:
a. Dividen
Dividen adalah keuntungan bersih setelah dikurangi pajak
yang diberikan perusahaan penerbit saham kepada para
pemegang saham (Simatupang, 2010:39). Pembagian dividen
tergantung pada hasil RUPS.
b. Capital Gain
Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh para
investor di pasar modal dari selisih antara harga beli dan harga
jual (Simatupang, 2010:39). Data-data transaksi di Bursa Efek
investasi saham lebih memprioritaskan mendapatkan capital
gain daripada dividen. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya
investor melakukan investasi jangka pendek.
2.1.4.2. Resiko Investasi Saham
a. Resiko Sistematik dan Non Sistematik
Resiko Sistematik mengacu pada resiko pasar sehingga sering
disebut sebagai resiko pasar, yaitu ketidakpastian hasil
perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor inflasi,
pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga dan
kondisi politik.
Resiko nonsistematik sering disebut sebagai resiko unik adalah
resiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari
industri tertentu. Contoh resiko nonsistematik yaitu resiko
finansial, resiko industri dan resiko negara.
b. Resiko Investasi Saham Lainnya.
1) Tidak mendapatkan dividen.
Perusahaan yang mengalami kerugian tidak dapat
membagikan laba atau dividen kepada para pemegang
sahamnya.
2) Capital Loss
Capital Loss, yaitu kerugian dari hasil jual/beli saham,
berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah daripada
terjadi antara lain misalnya harga saham yang dimiliki
investor mengalami penurunan di satu sisi dan di sisi lain,
investor terdesak oleh kebutuhan uang tunai, sehingga
walaupun harga saham yang dimiliki lagi mengalami
penurunan, saham tetap dijual untuk memperoleh uang
tunai. Kemungkinan kedua timbulnya resiko capital loss
yang dihadapi investor saham dikarenakan investor menjual
saham untuk menghindarkan kerugian yang lebih besar (Cut
Lost) mengingat kecenderungan harga-harga saham di bursa
sedang mengalami penurunan (Bearish).
3) Saham Perusahaan Dilikuidasi (Bangkrut)
Kondisi suatu perusahaan yang dilikuidasi karena
kebangkrutan pada umumnya sering terjadi bahwa hutang
perusahaan jauh melebihi asset perusahaan, sehingga sangat
sulit diharapkan adanya sisa pembagian asset yang setara
dengan nilai dari suatu perusahaan yang dilikuidasi.
4) Saham Perusahaan Di-delisting
Resiko bagi investor yang memiliki saham di-delist yaitu
harga saham umumnya akan turun secara drastis dan saham
sulit ditransaksikan (tidak likuid). Sesuai ketentuan pasar
modal bahwa suatu saham di-delist dapat terjadi karena
5) Saham Di-Suspend
Saham di-suspend artinya aktivitas perdagangan suatu
saham dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa.
Resiko atas saham yang di-suspend maka investor tidak
dapat menjual sahamnya tersebut sampai suspend dicabut.
Suspend atau pemberhentian transaksi suatu saham pada
umumnya terjadi karena adanya lonjakan harga yang naik
atau turun secara drastis serta bersifat sementara yaitu satu
atau dua sesi perdagangan. Selanjutnya suspend akan
dicabut oleh otoritas bursa dan saham dapat diperdagangkan
kembai seperti semula setelah pihak manajemen perusahaan
telah memberikan informasi yang jelas terhadap berita atau
rumor yang terjadi yang menyebabkan kepanikan bagi
masyarakat investor.
2.1.5. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu
proses akuntansi. Akuntansi mampu memberikan informasi tentang kondisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan
keuangan perusahaan yang bersangkutan. Informasi laporan keuangan
sebagai pertanggungjawaban manajemen dan menggambarkan indikator
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2009):
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Warren (2005:24), laporan keuangan suatu entitas bisnis
terdiri atas:
a. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi yang disebut laba bersih. b. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi karena laba bersih ataupun rugi bersih dalam periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena julah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan didalam neraca.
c. Neraca
Neraca merupakan suatu daftra aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Pada bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversikan kedalam kas atau digunakan dalam operasi.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1(2009):
dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
Menurut Wild et.al (2005:16), analisis laporan keuangan merupakan
“penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja
perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.”
Kasmir (2008 : 68) mengungkapkan secara lengkap tujuan dan
manfaat analisis laporan keuangan adalah :
a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
b. Untuk mengetahui kelemahan – kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
c. Untuk mengetahui kekuatan – kekuatan yang dimiliki.
d. Untuk mengetahui langkah – langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
2.1.6. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi
dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk
dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk
rasio (Wild et al., 2005:36). Analisis rasio keuangan dilakukan dengan
membandingkan data-data keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan
atau antar laporan keuangan.
Rasio keuangan harus menunjukkan hubungan yang sistematis dalam
hal menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan
adanya pembanding.
Ada dua metode pembanding rasio keuangan perusahaan menurut
Syamsuddin (2000:39), yaitu :
1. Cross- sectional approach
Cross- sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio – rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lannya yang sejenis pada saat bersamaan.
2. Time series analysis
Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio- rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
Menurut Harahap (2008:298), analisis rasio mempunyai keunggulan
sebagai berikut:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
e. Menstandarisir ukuran perusahaan.
f. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau time series
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
2.1.7. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas,
manajemen aset, dan hutang pada hasil operasi (Brigham dan Houston,
2010:146). Profitabilitas mengukur efektivitas manajemen dalam
menghasilkan laba merupakan signal positif bagi investor, karena dapat
mengindikasikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Dalam penelitian ini, profitabilitas diproksikan dengan rasio net profit
margin.
2.1.7.1. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang diukur dari
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Net profit
margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu (Kodrat dan
Kurniawan, 2010:31).
Rumus untuk menghitung Net Profit Margin sebagai berikut:
NPM = Net Income
Sales x 100%
Net profit margin menginterpretasikan tingkat efisiensi
perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya operasional yang ada di perusahaan. Profit margin yang tinggi
menunjukkan perusahaan dapat mengendalikan biaya atau memiliki
posisi kompetitif yang kuat dalam industri. Nilai NPM yang tinggi juga
memberi sinyal bagi investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut
dimana NPM yang tinggi mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan laba bersih (Dita and Murtaqi, 2014). Laba Bersih
dananya dan pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham di pasar
saham.
2.1.8. Nilai Pasar
Nilai pasar menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba,
arus kas, dan nilai buku per sahaamnya. Nilai pasar memberi indikasi bagi
manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap risiko dan
prospek perusahaan di masa depan (Brigham dan Houston, 2010:150).
Dalam penelitian ini, nilai pasar diproksikan dengan rasio Price Earning
Ratio dan Price to Book Value.
2.1.8.1. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga pasar
per lembar saham dengan laba per saham. Darmadji dan Fakhrudin
(2006:198) menyatakan bahwa “Price earning ratio menggambarkan
apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba.” Dengan mengetahui besarnya PER, investor dapat memperkirakan
jangka waktu pengembalian investasi pada saham tersebut serta dapat
membandingkannya dengan saham lainnya.
Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio sebagai berikut:
PER= Market Price per Share
Earning Per Share
PER menjadi ukuran penting yang menjadi landasan pertimbangan
investor dalam membeli atau menjual saham suatu perusahaan. Jika PER
tersebut adalah lima kali dari EPS. Artinya, modal investasi saham
tersebut akan kembali dalam waktu lima tahun sebab EPS pada
umumnya dibagikan tiap tahun. Dengan demikian, secara teoritis dapat
dinyatakan semakin kecil PER akan semakin baik dimana tingkat
pengembalian investasi saham tersebut akan semakin cepat.
Pengembalian yang besar secara konsisten dapat dicapai dari nilai
investasi pada saham PER yang rendah (Truong,2009).
2.1.8.2. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) merupakan rasio antara harga pasar
per lembar saham dengan nilai buku per saham. Rasio price to book
value menunjukkan sudah berapa kali market value suatu saham dihargai
dari book value-nya. Sihombing (2008:95) berpendapat bahwa “price to
book value merupakan suatu nilai yang dapat digunakan untuk
membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau lebih murah
dibandingkan dengan saham lainnya.” Untuk membandingkannya, kedua
perusahaan harus berasal dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat
bisnis yang sama. Sawir (2000:22) berpendapat bahwa “rasio price to
book value menggambarkan nilai pasar keuangan terhadap manajemen
dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan.”
Rumus untuk menghitung Price to Book Value sebagai berikut:
PBV= Market Price per Share
Book Value per Share
Rasio price to book value dapat memberikan gambaran potensi
berarti semakin tinggi apresiasi pasar terhadap prospek perusahaan,
namun di sisi lain juga meningkatkan resiko bagi investor, karena harga
saham dengan PBV yang tinggi juga berpotensi untuk turun dikarenakan
kinerja keuangan yang sangat buruk sehingga nilai buku saham tersebut
menjadi rendah. Jika saham suatu perusahaan yang berkinerja baik
memiliki PBV yang masih rendah, harga saham tersebut masih
berpotensi untuk naik, dan sebaliknya. Menurut Simatupang (2010:68),
“secara teoritis rasio PBV yang wajar adalah sebesar dua kali atau
dengan kata lain harga saham dikategorikan masih wajar dalam kaitannya
dengan tingkat resiko investasi, apabila harga saham perusahaan adalah
dua kali nilai buku suatu perusahaan”
2.1.9. Struktur Modal
Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian modal asing
atau hutang dengan modal sendiri. Struktur modal dproksikan dengan rasio
Debt to Equity Ratio. Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang
mengukur proporsi antara total hutang dengan total modal yang dimiliki
perusahaan.
Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio sebagai berikut:
DER = Total Debt
Total Equity x 100%
Struktur modal terkait dengan harga saham. Penentuan struktur
modal merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam
operasional perusahaan. Ketika manajer memiliki keyakinan kuat atas
propek perusahaan kedepan dan ingin agar harga saham meningkat, maka
manajer dapat menggunakan hutang sebagai sinyal yang lebih dapat
dipercaya oleh calon investor. Penilaian investor terhadap keberadaan
hutang sebuah perusahaan sangat tergantung dari bagaimana perusahaan
tersebut mampu mengelola hutangnya dan peruntukkan dari hutang itu
sendiri, maka investor akan menilai positif keberadaan hutang tersebut.
Struktur modal erat kaitannya dengan harga saham, hal ini dikarenakan
salah satu unsur yang membentuk harga saham adalah persepsi investor atas
kinerja perusahaan, dan struktur modal adalah salah satu unsur yang
menentukan baik buruknya kinerja perusahaan, karena struktur modal akan
menentukan sumber pembiayaan dan pembelanjaan yang dilakukan oleh
perusahaan atas kegiatan operasionalnya.
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Salman (2011) dalam penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan
terhadap harga saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel
independen Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio
tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan Return On Equity
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan Debt to Equity
Ratio, Return On Equity, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio
Penelitian Pranggana dan Winarno (2012) mengenai pengaruh faktor
fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham pada industri Properti
dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011. Desain penelitian ini
menggunakan pendekatan studi ex post facto. Metode analisis data menggunakan
uji regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis data secara parsial, hanya
variabel Book Value, Return On Asset, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio
yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham Secara
simultan, variabel Earning Per Share, Book Value, Return On Asset, Return On
Equity, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Beta mempunyai pengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Wulandari (2012) dalam penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham dengan dividend per share sebagai variabel
pemoderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian Chandra (2013) menganalisis pengaruh kinerja keuangan
terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara parsial hanya Total Assets Turnover yang
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara simultant
menunjukan Return On Assets , Total Assets Turnover , Earning Per Share and
Price to Book Value berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Willianove (2013) meneliti pengaruh laba bersih akuntansi, arus kas operasi,
dan rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek
Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, Current Ratio, Price Earning Ratio, Price to Book Value secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, hanya variabel Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan Price Earning Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Current Ratio dan Price to Book Value tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Dewi (2014) meneliti pengaruh margin laba bersih dan rasio hutang pada modal terhadap harga saham. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Model analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
margin laba bersih dan rasio hutang pada modal berpengaruh signifikan terhadap
margin laba bersih dan rasio hutang pada modal berpengaruh signifikan terhadap
harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.
Penelitian Baker dan Wurgler (2002) mengenai market timing and capital
structure. Penelitian menyatakan struktur modal saat ini terkait dengan nilai pasar
historis. Perusahaan dengan leverage rendah cenderung meningkatkan pendanaan
saat nilai pasar tinggi. Fluktuasi nilai pasar memiliki dampak besar terhadap
struktur modal yang berlangsung setidaknya satu decade.
Gunawan (2011) meneliti pengaruh profitabilitas dan perputaran aktiva
terhadap struktur modal. Hasil pengujian membuktikan bahwa variabel Net Profit
Margin dan Total Assets Turn Over secara parsial berpengaruh positif terhadap
Debt to Equity Ratio. Net Profit Margin dan Total Assets Turn Over secara
[image:45.595.106.517.498.713.2]simultan juga berpengaruh terhadap Debt to Equity Ratio.
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu No Nama
Peneliti
Judul Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Salman
(2011) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Independen:
Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS)dan Price Earing Ratio (PER)
Variabel Dependen:
Harga Saham
1. Secara simultan
DER, ROE,EPS dan PER berpengaruh terhadap Harga Saham.
2. Secara parsial ROE berpengaruh
signifikan
2 Pranggana dan Winarno (2012) Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011 Variabel Independen:
Earnings Per Share (EPS), Book Value (BV), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER),dan risiko sistematik (Beta)
Variabel Dependen:
Harga Saham
1. Secara simultan,
ketujuh variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.
2. Berdasarkan hasil
analisis data secara parsial, variabel BV, ROA, PER dan DER mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham.
Sedangkan variabel EPS, ROE dan Beta tidak berpengaruh terhadap harga saham
3 Wulandari
(2012) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaru hi Harga Saham Dengan Dividend Per Share Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen:
Current ratio (CR), Return On Equity (ROE), Dividend Payout Ratio (DPR), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan Variabel Pemoderasi:
Dividend Per Share
Variabel Dependen:
Harga Saham
1. Secara simultan,
variabel CR, ROE,
DER, NPM berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
2. Secara parsial hanya
variabel CR berpengaruh
terhadap harga saham. Sedangkan variabel dividend per share tidak memoderasi
hubungan antara variabel independen dan dependen.
4 Chandra
(2013) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Variabel Independen:
Return on Assets (ROA), Total Asset Turnover (TATO),
1. ROA, TATO, EPS
dan PBV secara
simultan berpengaruh
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Earning Per Share (EPS), dan Price to Book Value (PBV)
Variabel Dependen:
Harga Saham
harga saham.
2. Secara parsial,
ROA, TATO, dan PBV berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hanya TATO yang secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
5 Willia nove (2013) Pengaruh Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Variabel
Independen: Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, Current Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV)
Variabel Dependen: Harga Saham 1. Variabel-variabel independen (Laba Bersih Akuntansi, arus kas operasi, CR, PER dan PBV) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
2. Secara parsial,
variabel Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan PER berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
6 Dewi
(2014) Pengaruh margin Laba Bersih dan Rasio Hutang pada Modal terhadap Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI 2009-2012) Variabel Independen:
Net Profit Margin (NPM) dan Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel Dependen:
Harga Saham
1. Uji t test
menunjukkan bahwa secara parsial NPM dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
2. secara simultan,
7 Baker and Wurgler (2002) Market Timing and Ca