• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Morfologi Bleb Trabekulektomi Dengan Tekanan Intraokular Pada Pasien Glaukoma Primer Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Morfologi Bleb Trabekulektomi Dengan Tekanan Intraokular Pada Pasien Glaukoma Primer Chapter III VII"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA TEORI, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Gambar.3.1 Kerangka Teori Glaukoma

Primer

Glaukoma Sudut Terbuka Primer

Glaukoma Sudut Tertutup Primer Resistensi

pada TM

Aposisi Iris Perifer kearah TM TIO

Obat-obat anti glaukoma

Trabekulektomi

Medikamentosa Gagal

(2)

3.2 Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Gambar.3.2 Kerangka Konsep

3.3 Hipotesa

 Adanya hubungan morfologi bleb trabekulektomi dengan TIO  Tidak adanya hubungan morfologi bleb trabekulektomi dengan TIO

Glaukoma sudut terbuka primer Glaukoma sudut tertutup primer TEKANAN INTRA OKULAR

(3)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat Prospektif Analitik Serial menurut waktu follow up pada pasien glaukoma primer untuk menilai hubungan morfologi bleb trabekulektomi dengan

TIO.

4.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP.H.Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring,

mulai bulan Januari 2017 sampai jumlah sampel terpenuhi.

4.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma

sudut tertutup primer yang datang ke poliklinik Mata RSUP.H. Adam Malik Medan dan

rumah sakit jejaring yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak masuk kriteria eksklusi.

4.4. Sampel Penelitian 4.4.1 Besar sampel

Besar sampel penelitian di hitung berdasarkan rumus:

(4)

Dimana :

Z = deviatbaku alpha. utk= 0,05 makanilaibakunormalnya 1,96

) 1 (

Z = deviatbaku alpha. utk

= 0,10 makanilaibakunormalnya1,282

= Standar deviasi TIO pada penderta Glaukoma Perimer = 11,324

a

0  = beda rerata yang bermakna, ditetapkan sebesar 8

Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 21 mata.

4.5 Identifikasi Variabel

Penelitian ini memiliki 2 variabel :

1. Variabel Bebas adalah TIO dan morfologi Moorfields Bleb Grading System (MBGS) yang telah dilakukan trabekulektomi

2. Variabel Terikat adalah glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma sudut

tertutup primer yang telah dilakukan trabekulektomi

4.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.6.1 Kriteria inklusi

- Pasien yang berobat ke divisi Glaukoma Poliklinik Mata RSUP.H.Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring

- Usia > 40 tahun

- Pasien POAG yang menjalani operasi trabekulektomi karena setelah diterapi medikamentosa maksimal tidak dapat ditoleransi, TIO > 21 mmhg

- Pasien PACG yang telah menjalani operasi trabekulektomi

4.6.2 Kriteria Ekslusi

- Inflamasi dan Infeksi bola mata - Riwayat operasi intraokular

(5)

4.7. Defenisi Operasional

1. Pasien glaukoma adalah pasien dengan diagnosis glaukoma primer sudut terbuka

dan sudut tertutup dengan indikasi trabekulektomi yang ditegakkan oleh dokter

konsultan divisi glaukoma RSUP. H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring.

2. Trabekulektomi merupakan guarded partial thickness filtering procedure yang dilakukan dengan membuka hambatan dari jaringan kornea perifer dibawah flap

sklera.

3. Tekanan intraokular adalah tekanan bola mata yang di ukur yang menggunakan

tonometri non-kontak minimal dua kali pengukuran apabila selisih diantaranya ≤ 2 mmhg dan dicatat nilai rata-ratanya atau apabila pengukuran pertama dan kedua > 2

mmhg maka dilakukan tiga kali pengukuran dan kemudian dicatat nilai mediannya.

4. Waktu pengukuran TIO adalah jam pada saat dilakukan pengukuran TIO,

pengukuran dilakukan pada pukul 08.00-12.00 WIB.

5. Umur adalah umur yang tercantum dalam catatan medis saat dilakukan

pemeriksaan.

6. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang tercantum dalam catatan medis saat

dilakukan pemeriksaan.

7. Riwayat pengobatan adalah riwayat pemakaian obat-obat antiglaukoma sebelum

trabekulektomi.

8. Kesuksesan trabekulektomi adalah apabila TIO pasca trabekulektomi didapatkan ≥ 6 mmhg dan ≤ 21 mmhg pada lebih dari dua kali kontrol baik tanpa bantuan obat penurunan TIO ( complete success) atau dengan bantuan obat penurunan TIO (qualified success).

9. Kegagalan trabekulektomi adalah apabila TIO pasca trabekulektomi didapatkan < 6

mmhg atau > 21 mmhg dan atau terjadi efek samping penurunan tajam penglihatan,

hipotoni, komplikasi bleb, dan infeksi pada dua kali kontrol.

10. Efek samping pasca trabekulektomi adalah efek samping yang terjadi pasca

trabekulektomi, apabila sampel mengalami minimal salah salah satu atau lebih dari

penurunan tajam penglihatan, hipotoni (TIO < 6 mmhg), komplikasi pada bleb

(dellen, kista tenon, kebocoran bleb), infeksi ( blebitis, endoftalmitis), dan

(6)

4.8 Bahan dan Alat - Snellent chart - Slit lamp

- Tonometer non kontak - Funduskopi direct - Kamera digital

4.9 Cara Kerja

- Pengukuran TIO pra-operasi dengan tonometer non-kontak

- Operasi Trabekulektomi dilakukan oleh ahli glaukoma dan dibantu 1 orang resident

- Pasca operasi mata ditutup selama 1 hari, tetes mata antibiotik dan kortikosteroid topikal diberikan selama 4 minggu

- Follow up hari 1, ke-7, ke-14, ke-30 yaitu tajam penglihatan dengan dan tanpa koreksi terbaik dengan snellen chart, TIO dengan tonometer non-kontak

- Foto bleb dengan kamera digital kemudian morfologinya dinilai sesuai dengan fotografi MBGS

- Data dicatat dan diolah sebagai hasil penelitian.

4.10 Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisa secara prospektif analitik serial menurut waktu

follow up sehingga didapatkan karakteristik sampel penelitian dan dicatat adalah usia, jenis

kelamin, lateralitas, visus, diagnosa, TIO pre dan pasca operasi dan morfologi bleb dan

sajikan dalam bentuk tabel. Data statistik diolah dengan program SPSS versi 15.0 . Analisa

(7)

4.11 Alur Penelitian

Gambar 4.1 Alur Penelitian

Penderita POAG dan PACG di poliklinik mata

Dicatat : visus dengan snellen chart, TIO dengan

tonometer non-kontak, keadaan segmen anterior dan

sudut bilik mata dengan slit lamp, papil sarap optik

dengan funduskopi.

Informed Consent

Sampel Penelitian

Trabekulektomi

Follow up hari pertama, tujuh hari, Empat belas hari,

Tiga puluh hari pasca operasi dicatat :Tajam penglihatan

terbaik dengan snellen chart, TIO dengan tonometer

non-kontak, Deskripsi morfologi bleb dengan sistem

penilaian tofografi Moorfioeld Bleb Grading System

(MBGS)

(8)

4.12 Pertimbangan Etika

Usulan penelitian ini terlebih dahulu di setujui oleh rapat bagian Ilmu Kesehatan

Mata FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan dan kemudian akan diajukan ke Komite

Etika Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran USU.

4.14 Personal Penelitian

Peneliti : dr. Faisal Bustami

4.15 Biaya Penelitian

Biaya Penelitian di tanggung oleh Peneliti

4.16 Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical clearance di peroleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Informed consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian

(9)

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini bersifat Prospektif Analitik Serial menurut waktu follow up,

penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai bulan April 2017. Pada penelitian ini

dilakukan trabekulektomi pada 21 mata yang memenuhi kriteria inklusi, dari jumlah

tersebut 4 pasien dilakukan trabekulektomi di RSUP.H.Adam Malik Medan dan 17 pasien

dilakukan trabekulektomi di RS.Khusus Mata Medan Baru. Seluruh pasien mengikuti

penelitian hingga follow up selesai ( hari ke 30).

Dari tabel 5.1 kisaran usia subjek penelitian 41- 81 tahun, terbanyak pada

kelompok usia > 60 tahun yaitu 9 orang (42,9%), kemudian kelompok usia 51-60 tahun

yaitu 8 orang (38,1%) serta usia 40-50 tahun yaitu 4 orang (19%).

Pada tabel 5.2 diketahui juga bahwa jenis kelamin pada subjek penelitian yang

menderita glaukoma primer pasca operasi trabekulektomi terbanyak adalah perempuan 15

orang (71,4%) sedangkan laki-laki sebanyak 6 (28,6%).

Tabel 5.1.Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan usia( n= 21 )

Karakteristik Jumlah %

Usia

- 40 – 50 (n) 4 19,0

- 51 – 60 (n) 8 38,1

- >60 (n) 9 42,9

(10)

Karakteristik Jumlah % Jenis kelamin

- Laki-laki (n) 6 28,6

- Perempuan (n) 15 71,4

Tabel 5.3.Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan lateralitas (n= 21 ) Karakteristik Jumlah % Lateralitas

- mata kanan (n) 13 61,9

- mata kiri (n) 8 38,1

Dari tabel 5.3 ditemukan juga bahwa jumlah glaukoma primer pasca operasi

trabekulektomi lebih banyak mengenai mata kanan sebanyak 13 mata (61,9%) daripada

mata kiri sebanyak 8 ( 38,1%).

Tabel 5.4.Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan diagnosis (n= 21 ) Karakteristik Jumlah % Diagnosis

- Glaukoma primer sudut terbuka (n) 9 42,9

- Glaukoma primer sudut tertutup (n) 12 57,1

Dari tabel 5.4 dijumpai 21 sampel mata galukoma primer yang telah dilakukan

trabekulektomi di dapatkan terbanyak adalah glaukoma primer sudut tertutup sebanyak 12

pasien ( 57,1%) sedangkan glaukoma primer sudut terbuka sebanyak 9 pasien ( 42,9%)

Tabel 5.5.Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan visus ( n= 21 )

(11)

Visus

- 6/60 – 4/60 (n) 3 14,2

- 3/60 – 1/60 (n) 1 4,8

- < 1/60 (n) 17 81,0

Pada tabel 5.5 juga menunjukkan bahwa tajam penglihatan glaukoma primer

sebelum dan sesudah dilakukan trabekulektomi terbanyak dengan kelompok Visus < 1/ 60

sebanyak 17 mata ( 81.0%) kemudian kelompok visus 6/60-4/60 sebanyak 3 mata ( 14,2%)

dan kelompok visus 3/60- 1/60 sebanyak 1 mata ( 4,8%).

Tabel 5.6.Rerata TIO pre- dan pasca operasi menurut waktu follow up

TIO n (mean ± SD)

TIO pre-operasi (mmhg) 21 36,8 ± 6,4

TIO pasca operasi (mmhg)

- Tioh1 21 9,7± 2,3

- Tioh7 21 11,7± 1,9

- Tioh14 21 13,9± 1,3

- Tioh30 21 16,0± 2,3

Pada tabel 5.6 ditemukan juga bahwa Tekanan intraokular pada subjek penelitian

yang menderita glaukoma primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup

pre-operasi berkisar antara 28 – 54 mmhg dengan rerata 36,8 ± 6,4 mmhg. Semua subjek pasca operasi 100% memiliki TIO < 21 mmhg pada hari ke-1, ke-7, ke-14 namun satu subjek

mencapai TIO > 21 mmhg (25 mmhg), serta TIO pasca operasi memperlihatkan

kecenderungan kenaikan TIO dalam kurun waktu follow up satu bulan namun masih dalam

batas normal.

Tabel 5.7.Hubungan Morfologi Bleb dan TIO hari 1 pasca operasi

Korelasi Tioh1 n Range P

(12)

Abmh1 21 0,251 0,273

Hh1 21 0,287 0,207

Vsh1 21 0,095 0,681

Vph1 21 0,095 0,681

Vnh1 21 0,095 0,681

Pada tabel 5.7dari hasil uji statistika (uji Spearman’s) didapatkan bahwa hubungan morfologi bleb dengan TIO pada hari 1 pasca operasi hanya dijumpai hubungan antara TIO hari 1 dengan morfologi bleb area sentral (Abch1) (p<0,05),sedangkan morfologi bleb area maksimal (Abmh1), Ketinggian (hh1), vaskularisasi sentral (Vsh1), vaskularisasi perifer (Vph1), vaskularisasi non-bleb (Vnh1) didapatkan bahwa tiap variabel tersebut tidak berhubungan dengan TIO pasca operasi (p>0,05).

Tabel 5.8.Hubungan Morfologi Bleb dan TIO hari 7 pasca operasi

Korelasi Tioh7 n Range P

Abch7 21 0,109 0,637

Abmh7 21 0,275 0,227

Hh7 21 0,094 0,685

Vsh7 21 0,164 0,477

Vph7 21 0,164 0,477

Vnh7 21 0,164 0,477

Dari tabel 5.8 didapatkan pada hari 7 pasca operasi morfologi bleb area sentral

(Abch7), area maksimal (Abmh7), Ketinggian (hh7), vaskularisasi sentral (Vsh7),

vaskularisasi perifer (Vph7), vaskularisasi non-bleb (Vnh7) didapatkan bahwa tiap variabel

tersebut tidak berhubungan dengan TIO pasca operasi (p>0,05).

Tabel 5.9.Hubungan Morfologi Bleb dan TIO hari 14 pasca operasi

Korelasi Tioh14 n Range P

(13)

Abmh14 21 0,307 0,176

Hh14 21 0,193 0,402

Vsh14 21 0,273 0,231

Vph14 21 0,273 0,231

Vnh14 21 0,273 0,231

Dari tabel 5.9 ini menunjukkan pada hari 14 pasca operasi morfologi bleb area

sentral (Abch14), area maksimal (Abmh14), Ketinggian (hh14), vaskularisasi sentral

(Vsh14), vaskularisasi perifer (Vph14), vaskularisasi non-bleb (Vnh14) didapatkan bahwa

tiap variabel tersebut tidak berhubungan dengan TIO pasca operasi (p>0,05).

Tabel 5.10.Hubungan Morfologi Bleb dan TIO hari 30 pasca operasi

Korelasi Tioh30 n Range P

Abch30 21 0,194 0,398

Abmh30 21 0,347 0,123

Hh30 21 0,058 0,802

Vsh30 21 0,303 0,182

Vph30 21 0,095 0,682

Vnh30 21 0,010 0,967

Dari tabel 5.10 juga menunjukkan pada hari 30 pasca operasi morfologi bleb Abch30,

Abmh30, hh30, Vsh30, Vph30, Vnh30 didapatkan bahwa tiap variabel tersebut tidak

(14)

BAB VI PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 21 mata sebagai sampel pada pasien yang telah

terdiagnosa glaukoma primer dan telah dilakukan operasi trabekulektomi dan dilakukan

follow up pada hari ke-1,7,14 dan 30.

Pada penelitian ini didapatkan terbanyak pada usia > 60 tahun yaitu 9 orang

(42,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Beatty,dkk 1998 mendapatkan rerata usia

64,3±11 tahun,30 sedangkan penelitian oleh Mostafei, 2011 mendapatkan rerata usia pasien

67,5±10 tahun.28

Dari penelitian ini telah dilakukan trabekulektomi pada 6 (28,6%) sampel laki-laki

dan 15 (71,4%) sampel perempuan. Penelitian Made R, 2014 di Denpasar mendapatkan

jumlah sampel laki-laki 11 orang (45,83%) dan perempuan 13 orang (54,17%).17 Penelitian

Beatty dkk,1998 mendapatkan 45% sampel penelitiannya adalah laki-laki dan sisanya

55% perempuan,30 sedangkan penelitiaan Dian E dkk, 2011 di Jakarta mendapatkan 50%

laki-laki dan 50% perempuan,25 kemudian penelitian Mostafei, 2011 mendapatkan 81%

sampel laki-laki dan 19% perempuan.28

Beberapa faktor yang diketahui meningkatkan resiko POAG adalah peningkatan

TIO, Peningkatan usia, Ketebalan kornea sentral yang tipis, ras, dan riwayat glaukoma

pada keluarga. Kejadian POAG tidak berhubungan dengan jenis kelamin, sedangkan pada

PACG faktor resiko yang diketahui adalah jenis kelamin perempuan, peningkatan usia,

hipermetropia, dan riwayat glaukoma pada keluarga.1

Pada penelitian ini dilakukan trabekulektomi pada 13 (61,9%) mata kanan dan

sisanya 8 (38,1%) pada mata kiri. Penelitian Rahayu,2013 didapatkan 25 (62,5%) sampel

mata kanan dan 15 (37,5%) sampel mata kiri31, sedangkan penelitian Made R, 2014 di

Denpasar didapatkan total 11 (45,83%) mata kanan dan 13 (54,17%) mata kiri. Glaukoma

primer tidak memiliki predileksi lateralitas mata yang terlibat karena terjadi pada kedua

mata atau bilateral.17

Pada penelitian ini melibatkan 9 (42,9%) mata dengan diagnosis POAG dan 12

(15)

didapatkan 23 (46%) mata dengan POAG dan 27 (54%) mata dengan PACG,31 penelitian

Dian E dkk,2011 melibatkan 8 (33,3%) mata dengan POAG dan 16 (66,7%) mata dengan

PACG.25

Tajam penglihatan pada penelitian ini sebelum operasi trabekulektomi dengan visus

terbanyak adalah < 1/60 yaitu 17 (81,0%) pasien. Pada penelitian Rahayu, 2013 rerata

tajam penglihatan antara 1/60-4/60. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang menjalani

operasi datang dalam keadaan yang parah atau stadium lanjut, baik terancam kebutaan

sampai sudah mengalami kebutaan. Perbaikan tajam penglihatan pada pasien glaukoma

jarang dijumpai akibat resolusi penyakitnya karena kerusakan serat saraf retina akibat

glaukoma bersifat ireversibel.31

Pada penelitian ini tekanan intraokular pre-operasi berkisar antara 28 – 54 mmhg dengan rerata 36,8±6,4 mmhg. Penelitian Made R,2014 mendapatkan rerata TIO awal

yaitu 36,08±11,43 mmhg.17Penelitian Dian E dkk,2011 didapatkan tekanan intraokular

pre-operasi antara 21-62 mmhg dengan rerata 36,8±11,3 mmhg.25Pada penelitian smith

dkk,1997 mendapatkan rerata TIO awal 24,3±7,6 mmhg,32 sedangkan penelitian oleh

Beatty dkk,1998 didapatkan TIO awal rerata 28,4±6,930 dan Mostafei,2011 mendapatkan

TIO awal pada penelitiannya 31,2±9,8 mmhg,28 serta penelitian oleh Rahayu,2013

didapatkan nilai rerata TIO awal 33.00±6,25.32 Perbedaan nilai rerata TIO awal

kemungkinan disebabkan perbedaan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi diagnosis

glaukoma yang dimasukkan sebagai sampel penelitian.

Semua subjek pasca operasi memiliki TIO < 21 mmhg (95,2%) pada hari ke-1 ( 9,7

± 2,3 mmhg) , hari ke-7 (11,7 ± 1,9 mmhg) , hari ke-14 (13,9 ± 1,3 mmhg), namun 1

subjek (4,8%) mencapai TIO > 21 mmhg( 25 mmhg) pada hari ke-30 (16,0 ± 2,3 mmhg),

serta TIO pasca operasi memperlihatkan kecenderungan kenaikan TIO dalam kurun waktu

follow up satu bulan. Dian E dkk,2011 melaporkan keberhasilan trabekulektomi dengan TIO <21 mmhg satu bulan pasca operasi sebesar 91,7%.25 Zaidi melaporkan keberhasilan

trabekulektomi dengan TIO < 21 mmhg pada satu bulan pasca operasi sebesar 84,4

%.33Keberhasilan trabekulektomi pasien POAG dengan TIO < 21mmhg sebesar 48% dan

40 % selama tiga dan lima tahun follow up.34 Inaba melaporkan 74% pasien ras Asia memiliki TIO < 21mmhg pasca trabekulektomi selama enam bulan follow upDikutip dari 34 sedangkan Otago sebesar 97,5 %.34Affandi ES dan Widyastuti mendapatkan angka antara

(16)

Adanya kecenderungan peningkatan rerata TIO pada tabel 5.6 sesuai dengan

pernyataan bahwa pada awal pasca operasi tekanan sering kali rendah selama tiga sampai

empat belas hari pasca operasi, dengan kembalinya pembentukan cairan akuos dan

berlangsungnya proses penyembuhan luka maka tekanan intraokular akan meningkat dan

kembali normal setelah hari ke-14.36

Pada operasi trabekulektomi, produksi, kontraksi dan remodeling kolagen akibat

proses penyembuhan luka subkonjungtiva akan menyebabkan pembentukan bleb gagal.

Proses dimulai segera setelah terjadinya luka yang mengenai pembuluh darah dan terdiri

dari fase inflamasi, fase aktivasi/proliferasi fibroblast (selama enam hari pertama), fase

defosit matriks ekstraselular dan remodeling ( hari ke-7 sampai ke -9), fase kontraksi luka

(fase kolagen) hari ke-10 sampai hari ke-14.7 Proses ini berlanjut hingga luka terjembatani

jaringan pembuluh darah baru yang masih rapuh. Ikatan silang kolagen dan transformasi

miofibroblas akan membentuk kolagen superkoil sehingga mengakibatkan pembentukan

jaringan parut yang padat. Proses penyembuhan luka hampir mendekati sempurna pada

hari ke-14 pasca luka.37 Picht dan Grehn mengatakan bahwa fase fibroblastik dimulai pada

hari ke-5 dan dapat berlangsung lebih dari satu tahun.38 Secara histologis, bleb yang gagal

memiliki fibroblast, makrofag dan limfosit dalam jumlah banyak pada stroma konjungtiva

serta kolagen padat pada dindingnya.39

Penelitian ini menunjukkan hubungan morfologi bleb dengan TIO pada hari 1

pasca operasi hanya dijumpai hubungan antara TIO hari 1 dengan morfologi bleb area

sentral (Abch1) (p<0,05), sedangkan morfologi bleb area maksimal (Abmh1), Ketinggian

(hh1), vaskularisasi sentral (Vsh1), vaskularisasi perifer (Vph1), vaskularisasi non-bleb

(Vnh1) didapatkan bahwa tiap variabel tersebut tidak berhubungan dengan TIO pasca

operasi (p>0,05).

Luas area bleb merupakan faktor outflow atau drainase bleb yang akhirnya mempengaruhi besar TIO. Bleb yang berfungsi baik dan diharapkan mampu mengontrol

TIO untuk jangka waktu lama umumnya memiliki luas menyebar, tidak terlokalisir atau

difus.40Bleb mengalami perubahan morfologi sepanjang waktu seiring berjalannya proses

penyembuhan luka, awal pasca operasi bleb berukuran besar lalu beberapa minggu

kemudian mencapai luas maksimal.41Dalam penelitian ini, luas area bleb sentral dan total

rata-rata mengalami penurunan. Luas area demarkasi sentral hari pertama sebesar gradasi 4

pada mayoritas 80,9% subjek lalu mangalami penurunan hari 7, 14 dan 30 menjadi gradasi

(17)

Luas area maksimal hari pertama sesuai gradasi 4 pada 61,9% subjek lalu menurun

sampai hari ke-30 menjadi gradasi 2 pada 85,71% subjek. Walaupun terdapat

kecenderungan peningkatan TIO sebagai dampak penurunan luas ini. Kemungkinan

dengan luas 25%, outflow masih dapat mengimbangi inflow dari akuos humor. Hal ini sejalan dengan Vestidikutip dari 38membagi luas bleb menjadi tiga grup yaitu difuse, flap-sized

dan no-bleb dengan masing-masing grup memiliki angka keberhasilan sebesar 92%, 64% dan 43% secara berturut-turut. Penelitian lain menunjukkan bleb difus memiliki TIO lebih

rendah daripada bleb dengan ukuran sama ketika diperiksa 1-5 tahun pasca operasi.16

Smith mengatakan bahwa luas bleb tidak berhubungan dengan TIO setelah dua tahun pasca

operasi.14

Pada penelitian ini, ketinggian bleb selama satu bulan menetap pada gradasi 2

(90,4%). Saat hari ke-30, ketinggian bleb tidak berkaitan dengan TIO pasca operasi

(p>0,05) walaupun terdapat kecenderungan peningkatan TIO sebagai dampak penurunan

tinggi bleb. Smith juga melaporkan makin tinggi bleb maka TIO makin rendah.32Pada

penelitian ini mungkin proses penyembuhan luka masih berjalan dan belum menimbulkan

fibrosis yang membuat TIO > normal. Picht dan Grenh mengatakan bahwa fase

fibroblastik di mulai hari ke-5 dan dapat berlangsung lebih dari satu tahun.38Ketinggian

bleb mencerminkan pengukuran tekanan daripada aliran yang akhirnya menggambarkan

keseimbangan antara kekuatan keluar dan tahanan dalam dinding bleb. Bleb sedikit

mengangkat konjungtiva mencerminkan tinggi bleb yang baik karena mampu mengontrol

TIO untuk jangka waktu lama.40

Pada penelitiaan ini, vaskularisasi sentral hari pertama gradasi 5(severe) pada

76,1% subjek lalu hari ke-14 menjadi gradasi 3 ( mild) pada 95,2% dan sampai hari ke-30

menjadi gradasi 2 (normal) pada 85,7%. Pada hari ke-30, vaskularisasi sentral bleb tidak

berkaitan dengan TIO pasca operasi (p>0,05). Walaupun penurunan vaskularisasi sentral

cenderung disertai peningkatan TIO yang masih normal. Hal ini mungkin karena mayoritas

vaskularisasi awal pasca operasi dalam gradasi severe sehingga saat fase proliferasi menghasilkan fibroblast lebih banyak berujung pada sikatrisasi bleb dan peningkatan TIO.

Picht dan Grenh melaporkan vaskularisasi yang hebat akan menyebabkan kegagalan fungsi

bleb karena terdapat peningkatan proses fibrosis.38Vaskularisasi menggambarkan dilatasi

dan peningkatan pembuluh darah, migrasi zat-zat kimia dalam proses penyembuhan luka

(18)

kegagalan 3 bulan selanjutnya sedangkan sentral bleb avaskular merupakan gambaran yang

baik karena mengontrol TIO dalam jangka panjang.40

Pada penelitian ini juga dijumpai penurunan gradasi vaskularisasi terjadi pada

perifer bleb dan konjungtiva non-bleb disertai TIO yang cenderung meningkat walaupun

masih normal dan vaskularisasi perifer bleb dan vaskularisasi non-bleb tidak berkaitan

dengan TIO pasca operasi (p>0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Dian E dkk,2011

bahwa tidak dijumpai hubungan morfologi luas area bleb, luas maksimal bleb, ketinggian

bleb serta vaskularisasi sentral, perifer dan non bleb dengan TIO (p>0,05).25

Satu subjek yang mengalami peningkatan TIO pada follow up terakhir memiliki morfologi bleb berupa luas area demarkasi sentral sesuai gradasi 2, area maksimal sesuai

gradasi 3, tinggi bleb sesuai gradasi 3, vaskularisasi sentral sesuai gradasi 3 (mild),

vaskularisasi perifer sesuai gradasi 3 (mild) dan vaskularisasi non-bleb sesuai gradasi 3

(mild). Subjek merupakan pasien PACG dengan TIO 25 mmhg saat follow up terakhir. Peningkatan TIO mungkin diakibatkan fibrosis subkonjungtiva yang terjadi setelah ± 2

minggu. Hal ini sesuai proses penyembuhan luka yang hampir sempurna pada hari ke-14

pasca luka.37 Morfologi internal bleb mungkin perlu dipantau dengan alat penunjang

seperti Optical Coherence Tomography (OCT) segmen anterior.16,42,43 Kegagalan trabekulektomi dapat juga dipengaruhi oleh penggunaan terapi topikal glaukoma pra

operasi jangka panjang karena meningkatkan reaktivitas konjungtiva terhadap luka operasi

dan mengakibatkan perubahan proses inflamasi dan fibrosis konjungtiva episklera.

Makrofag, limfosit, sel mast dan fibroblast mengalami peningkatan disertai penurunan sel

goblet pada epitel konjungtiva. Proliferasi fibroblastik mengakibatkan kontraksi jaringan

parut pada daerah insisi,44golongan β-bloker bersifat toksik terhadap fibroblast kapsul tenon pada kultur sel sedangkan preservative sediaan obat terutama benzalkonium chloride

bersifat merangsang perubahan inflamasi dan fibrosis konjungtiva pada hewan percobaan

serta sitotoksik ( nekrosis ) terhadap sel konjungtiva.44

(19)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. KESIMPULAN

1. Adanya hubungan morfologi bleb area sentral dengan TIO yang signifikan pada

hari pertama pasca trabekulektomi (p<0,05).

2. Dijumpai peningkatan TIO dari hari pertama sampai hari ketiga puluh pasca

trabekulektomi namun masih normal < 21 mmhg (95,2%).

3. Penurunan gradasi tiap variabel morfologi bleb hampir semua disertai peningkatan

TIO pasca operasi sesuai dengan waktu follow up walaupun tidak di jumpai hubungan bermakna secara statistik.

7.2. SARAN

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai morfologi bleb menurut kriteria MBGS dalam menilai hubungan dengan TIO dapat dipergunakan dengan

waktu follow up yang lebih lama

Pentingnya penilaian internal morfologi bleb tambahan untuk dipertimbangkan dengan

Gambar

Gambar 4.1 Alur Penelitian
Tabel 5.1.Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan usia( n= 21 )
Tabel 5.4.Karakteristik Subjek Penelitian berdasarkan diagnosis (n= 21 )
Tabel 5.6.Rerata TIO pre- dan pasca operasi menurut waktu follow up
+3

Referensi

Dokumen terkait