• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Parkir di Kota Medan Dan PDRB Sebagai Variabel Moderating

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Parkir di Kota Medan Dan PDRB Sebagai Variabel Moderating"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1 Wajib Pajak Parkir

Wajib pajak merupakan jumlah orang pribadi atau badan yang terdaftar

dan memiliki nomor pokok wajib pajak, meliputi pembayaran pajak, pemotongan

pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban atas perpajakan sesuai dengan

ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak bisa

berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Wajib pajak pribadi

adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan diatas pendapatan tidak

kena pajak (Rahman, 2011).

2.1.2 Jumlah Penduduk

Menurut Budiharjo (2003:25) mengatakan bahwa, jumlah penduduk yang

besar bagi Indonesia oleh perencanaan pembangunan dipandang sebagai asset

modal besar pembangunan tetapi sekaligus juga sebagai beban. Pembangunan

sebagai asset apabila dapat meningkatkan produksi nasional.

Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur,

persebaran, dan mutunya sedemikian rupa sehingga hanya menuntut pelayanan

sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk

yang bekerja secara efektif. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bekasi (2007),

jumlah penduduk yang biasa digunakan sebagai pembagi dalam perhitungan

PDRB agar diperoleh pendapatan per kapita adalah jumlah penduduk pertengahan

tahun. Jumlah penduduk tersebut merupakan rata-rata jumlah penduduk pada

(2)

adalah jumlah penduduk pada akhir tahun ditambah penduduk awal tahun dibagi

dua. Menurut Meier (1995:39), jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi

suatu daerah merupakan permasalahan mendasar. Karena pertumbuhan penduduk

yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan

pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka

kemiskinan.

Menurut Todaro (2006:14) bahwa besarnya jumlah penduduk berpengaruh

positif terhadap kemiskinan. Hal itu dibuktikan dalam perhitungan indek Foster Greer Thorbecke (FGT), yang mana apabila jumlah penduduk bertambah maka kemiskinan juga akan semakin meningkat. Jumlah Penduduk merupakan unsur

penting dalam kegiatan ekonomi serta usaha untuk membangun suatu

perekonomian karena penduduk menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan

perusahaan tenaga usahawan dalam menciptakan kegiatan ekonomi. (Sukirno,

2004).

Robert Malthus menyatakan bahwa jumlah penduduk akan melampaui

jumlah persediaan bahan pangan yang dibutuhkan (Mantra, 2000:26). Malthus

sangat prihatin bahwa jangka waktu yang dibutuhkan oleh penduduk untuk

berlipat dua jumlahnya sangat pendek, ia melukiskan bahwa apabila tidak

dilakukan pembatasan, penduduk cenderung berkembang menurut deret ukur.

Sehingga, tegadi ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan persediaan

bahan pangan. Dalam waktu 200 tahun, perbandingan itu akan menjadi 256 : 9.

(Mantra, 2000:49) Malthus ditentang oleh para sagana lain, diantaranya Michael

Sadler yang mengemukakan bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh

(3)

tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun. Sebaliknya jika kepadatan

penduduk rendah, maka daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan

bahan makanan yang tersedia. (Mantra, 2000:53).

Todaro (2006:20) yang berpendapat bahwa besarnya jumlah penduduk

berpengaruh positif terhadap kemiskinan, hal itu dibuktikan dalam perhitungan

Foster Greer Thorbecke (FGT), yang mana apabila jumlah penduduk bertambah maka kemiskinan juga akan semakin meningkat. Para ahli ekonomi klasik yang di

pelopori Adam Smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan

input yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk

meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak

penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan Robert

Malthus menanggap bahwa pada kondisi awal jumlah penduduk memang dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun pada suatu keadaan optimum

pertambahan penduduk tidak akan menaikkan pertumbuhan ekonomi malahan

dapat menurunkannya.

2.1.3 Jumlah Kendaraan

Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia menunjukkan angka

pertumbuhan yang tinggi mencapai 20 juta kendaraan bermotor (Gusnita, 2010).

Laju pembangunan di bidang transportasi juga di dukung dengan meningkatnya

jumlah kendaraan. Jumlah kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat

tumbuh pesat di dunia sejak tahun 1986. Akibatnya seperti yang terlihat dari hasil

penelitian Word Auto tahun 2011 untuk 2010 dan jumlah kendaraan di seluruh

dunia telah mencapai 1,015,000,000 unit. Sedangkan untuk peningkatan jumlah

(4)

Otomotif Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia

(AISI) menunjukkan jumlah populasi kendaraan bermotor di Indonesia hingga

2014 mencapai 111.917.270 unit. Jumlah kendaran bermotor akan mempengaruhi

peneriman Pajak Kendaran Bermotor secara langsung. Semakin banyak jumlah

kendaran bermotor, diharapkan akan meningkatkan peneriman Pajak Kendaran

Bermotor (Nuringsih, 2006).

2.1.4 Inflasi

Inflasi adalah kencenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum

dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua

barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau

menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono,

2000:16).

Secara keseluruhan, inflasi yang sedang berlangsung tergantung pada (I)

permintaan, seperti yang ditunjukan oleh senjang inflasi atau senjang resesi, (ii)

kenaikan biayayang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar yang datang

terutama sisi penawaran (Nopirin, 2000). Inflasi yang terlalu tinggi akan

menyebabkan penurunan daya beli uang ( purchasing power of money) serta dapatmengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari

investasinya. Jadi inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya keuntungan

perusahan, sehingga efek ekuitas menjadi kurang kompetitif (Tandelilin,

2001:24).

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan

terus menerus. dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai

(5)

tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum

tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga

berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga di

gunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat

sebagai penyebab meningkatnya harga. Lerner mengungkapkan (1976:43) inflasi

adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang dan jasa secara keseluruhan. Sukirno (2004:56), inflasi merupakan suatu

proses kenaikan harga-harga yang berlaku secara umum dalam suatu

perekonomian.

Mankiw (2000:68) menyatakan bahwa inflasi merupakan peningkatan

dalam seluruh tingkat harga. Venieris dan Sebold (Nanga, 2005:21)

mendifinisikan inflasi sebagai “a sustainned tendency for general price”.

Kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu saja, menurut definisi ini, tidak

dapat dikatakan sebagai inflasi. Nopirin (2000:27) mendefinisikan inflasi sebagai

proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Inflasi

dapat mempengaruhi distribusi pendapatan alokasi faktor-faktor serta produksi

nasional (Nopirin, 2000:28). Menurut Sunariyah (2006:36), meningkatnya inflasi

secara relatif adalah signal negatif bagi investor. Dilihat dari segi masyarakat,

inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Jika dilihat

dari segi perusahaan, inflasi dapat meningkatkan biaya perusahaan seperti harga

bahan baku untuk memproduksi suatu produk akan meningkat.

Tandelilin (2001:25), inflasi merupakan kecenderungan terjadinya

peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Inflasi yang tinggi

(6)

Sebaliknya, jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan maka hal ini

merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya resiko daya

beli uang dan resiko penurunan pendapatan riil. Menurut teori Keynes, inflasi

terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan

ekonominya. Menurut pandangan teori ini, proses inflasi terjadi tidak lain karena

perebutan bagian di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian

yang lebih besar dari pada yang bisa disediakan oleh msyarakat tersebut. Proses

ini kemudian diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat

akan barang – barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.

Samuelson & Nordhaus (2004:16) menyatakan bahwa inflasi merupakan

kenaikan harga secara umum. Inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli

masyarakat, karena secara rill tingkat pendapatannya juga menurun. (Lipsey,

1992:14) Inflasi pada asasnya merupakan gejala ekonomi yang berupa naiknya

tingkat harga.

2.1.5 Penerimaan Pajak Parkir

Menurut Siahaan (2013) mengatakan “Pajak adalah pungutan dari

masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat

dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak

mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang

hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan”. Dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak

daerah dan retribusi daerah, ”Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan

(7)

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

penitipan kendaraan bermotor.”

Siahaan (2013) menjelaskan bahwa Pengenaan dasar Pajak parkir yaitu

jasa atau jumlah pembayaran yang dibayarkan kepada penyelenggara tempat

parkir yang dimiliki oleh perorangan atau badan. Dasar pengenaan tersebut di

tetapkan dengan peraturan daerah yang didasarkan pada klasifikasi daya tampung,

tempat parkir dan banyaknya kendaraan bermotor. Setiap kendaraan bermotor

yang parkir di tempat parkir yang berada di luar badan jalan akan dikenakan tarif

parkir yang ditetapkan oleh pengelola parkir, ini merupakan pembayaran yang

harus diserahkan oleh pengguna tempat parkir untuk pemakaian tempat parkir.

Salah satu objek Pajak Daerah yang dikelola oleh Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung adalah Pajak Parkir yang dikenakan

atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau

badan yang didasarkan pada Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2002 tentang Pajak

Parkir. Menurut Pasal 1 Ayat 15, tentang Peraturan Daerah Kota Malang Pajak

Parkir Nomor 3 Tahun 2002,” Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas

penyelenggaraan tempat parkir yang dimiliki oleh orang atau badan, baik yang

disediakan berkaitan dengan usaha pokok maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha yang berdiri sendiri termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan

bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran”. Peraturan

Daerah Kota Magelang Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Pajak Parkir. “ Pajak

parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,

baikyang disediakan berkaitan dengan pokok usaha, termasuk tempat penitipan

(8)

2.1.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sukirno (2004:48) menyatakan PDRB adalah merupakan nilai dari

seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu satu tahun di suatu wilayah

tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor produksi, tapi lebih memerlukan

keberadaan faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi itu, PDRB

merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah. Kenaikan

PDRB akan menyebabkan pendapatan daerah dari sektor pajak dan retribusi

meningkat. Hal tersebut berdampak pada peningkatan PAD di daerah tersebut.

PDRB merupakan nilai total produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah

(regional) tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu tahun) (BPS, 2010).

PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh

berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode (Sasana, 2006:12).

PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh suau

kegiatan ekonimi di daerah tersebut dikurangi biaya antara masing-masing total

produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu

(satu tahun) (BPS, 2012). Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

biasanya digunakan untuk menganalisis pertumbuhan atau kontribusi sektoral

oleh para ekonom, peneliti maupun perencana pembangunan. Akan tetapi,

menurut Tarigan (2005:37) khusus untuk perencana wilayah harus memiliki

kemampuan untuk menganalisis potensi ekonomi wilayahnya. Menurut Arsyad

(1999:21) pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi

barang dan jasa yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk

(9)

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat

pertambahan penduduk atau perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bekasi (2007), Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi didalam suatu wilayah atau daerah

pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, tanpa memperhitungkan

kepemilikan. PDRB merupakan hasil penjumlahan dari seluruh tambahan

produksi barang dan jasa dari seluruh kegiatan perekonomian disuatu wilayah

pada suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya

berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut.

Prishardoyo (2008:29) menyatakan tingkat perkembangan PDRB sebagai

ukuran kesuksessan suatu daerah untuk menciptakan pembangunan ekonomi.

Sukirno (2004:54) menyatakan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui

indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Sirojuzilam (2008:13) menyatakan pertumbuhan ekonomi. akan

menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran. Jika

PDRB suatu daerah meningkat maka kemampuan daerah dalam membayar pajak

(ability to pay) pajak juga akan meningkat. Hal ini meningkatkan daya pajaknya agar penerimaan pajak meningkat (Nurcholis, 2007:8). Dari uraian diatas dapat

dikatakan sebagai Faktor-faktor penentu perubahan tak terduga ini dalam

penerimaan pajak, kita menemukan bahwa pertumbuhan GDP, dalam beberapa

kasus berfluktuasi dari harga aset telah memberikan pengaruh yang paling

(10)

2.1.7 Hubungan PDRB dengan Penerimaan Pajak Parkir

Nilai PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan

jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa

yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, Pendapatan

perkapita menunjukkan kemampuan masyarakat untuk membayar pengeluarannya

termasuk mengkonsumsi barang dan jasa. Semakin besar tingkat pendapatan

perkapita masyarakat mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan

penerimaan pajak. Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam periode tertentu

biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita merupakan salah satu ukuran bagi

kemakmuran suatu daerah, pendapatan perkapita yang tinggi cenderung

mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya menimbulkan

intensif bagi diubahnya struktur produksi pada saat pendapatan meningkat,

permintaan akan barang-barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat lebih

cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian (Todaro, 2006:19).

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula

permintaan barang dan jasa. Hal ini mengakibatkan semakin besar pula

kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pejak dan retribusi

yang ditarik pemerintah daerah. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi

pendapatan perkapita suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber

(11)

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Sutrisno (2002), dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah (Studi Kasus di Kab. Semarang)”

mengungkapkan bahwa Peningkatan perkapita berpengaruh positif baik terhadap

pajak Hotel & restoran maupun pajak parkir.

Agustina (2011), dengan judul “Pengaruh Pengelolaan Pemungutan Pajak

Parkir Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Parkir” Hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan sebesar 0,643 antara

pengelolaan pemungutan pajak parkir terhadap realisasi penerimaan pajak parkir

kota Bandung.

Nariana, Khairani, dan Ratna (2011) dengan judul penelitian “Analisis

Kontribusi Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang”

mengungkapkan hasil bahwa kontribusi pajak parkir berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah. Hal ini didasarkan pada t hitung sebesar 3,657 dengan

nilai value sebesar 0,035 pada tingkat alfa 5%. Hasil perhitungan ini

menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan oleh pajak parkir dapat

meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah Kota Palembang.

Sahara (2001) “Pengaruh Efektivitas pelaksanaan pajak parkir terhadap

penerimaan pajak parkir” hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tingkat

efektivitas pelaksanaan Pajak Parkir setiap tahunnya dikategorikan sangat efektif

terhadap penerimaan pajak parkir.

Penelitian dengan judul “Potensi dan Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Semarang” oleh

(12)

pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah.

Marselina (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kontribusi

Pajak Parkir dan Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada

Pemerintah Kota Padang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pajak

parkir hasilnya berfluktuatif dengan kisaran 0,01% - 0,17%, sangat jauh dari

efektif. Kontribusi retribusi pasar hasilnya juga berfluktuatif dari tahun ke tahun

namun sudah bagus dari kontribusi pajak parkir yaitu berkisar dari 2%-4%,

sedangkan kontribusi pajak parkir terhadap pajak daerah kontribusinya dari tahun

ke tahun selalu mengalami penurunan, kisaran rata - rata rasionya berkisar 5% -

3%. Adapun kontribusi retribusi pasar terhadap retribusi daerah sudah mulai

membaik di bandingkan sebelumnya, dimana hasilnya sudah mendekati efektif

dengan kisaran 11% -14%.

Dini Wulansari dalam penelitiannya yang berjudul “Analysis On Local

Goverment Performance” hasilnya menunjukkan local tax and local retribution

berpengaruh signifikan terhadap local government independence ratio. Sementara itu, hasil temuan lain menunjukkan economic growth dan revenue sharing tidak berpengaruh signifikan terhadap local government independence ratio.

Hasan dan Suratman (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “An

Analysis of the Implementation of Parking Management Policies in Increasing

the Regional Income of Makassar City” menunjukkan hasil kontribusi retribusi

parkir terhadap pendapatan daerah selama 5 tahun (2007-2011) terakhir relatif

tidak signifikan di rata-rata 0,50%. Kontribusi pajak parkir terhadap pendapatan

daerah selama 5 tahun terakhir telah menunjukkan jumlah yang lebih tinggi pada

(13)

karena pengenaan pajak itu dipungut bulanan atau tahunan, dan objek pajak parkir

difokuskan pada perusahaan kontributor bukan individual. Kendala utama dalam

melaksanakan kebijakan manajemen parkir di kota Makassar yang ditemukan

pada: (1) manajemen (2) keterampilan sumber daya manusia dalam pemetaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Butar-butar (2014) dengan judul “Analisis

Peranan Pajak Parkir Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota

Tomohon” mengungkapkan hasil bahwa terdapat beberapa jenis pajak daerah

yang dipungut berdasarkan kebijakan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan

daerah. Penelitian ini fokusnya adalah pajak parkir, dan hasil yang didapatkan

dibandingkan dengan penerimaan pajak lainnya, pajak parkir mempunyai

kontribusi terhadap pajak daerah. Kontribusi pajak parkir terhadap PAD juga

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Total kontribusi pajak parkir terhadap

PAD kota Tomohon sebesar 0,080% sehingga pajak parkir memiliki peranan

tersendiri dalam pembangunan kota Tomohon. Pemerintah daerah sebaiknya

segera menertibkan parkir liar, dan menempatkan pegawai sendiri untuk

mengelola tempat parkir yang selama ini masih menjadi area parkir liar.

Malombeke (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Potensi

dan Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Minahasa Utara”

mengungkapkan bahwa setiap tahun perolehan potensi pajak parkir dapat

meningkat dilihat dari peningkatan tahun 2016 dengan jumlah Rp. 16.014.340.

Tahun 2017 Rp. 20.146.039, tahun 2018 Rp. 25.343.717, tahun 2019 Rp.

31.882.395 dan tahun 2020 dengan jumlah Rp. 40.108.052 dan tingkat

efektivitas yang bervariasi. Tingkat efektivitas tertinggi pajak parkir tahun 2015

(14)

sebesar 66,66% namun melihat dari perhitungan potensi menunjukan

perkembangan yang baik karena selalu meningkat setiap tahunnya. Sebaiknya

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DISHUB) di Kabupaten

Minahasa Utara harus melakukan perhitungan ulang terhadap penetapan target

pemungutan Pajak Parkir agar sesuai denga potensi rill yang dimiliki.

Lasdhiwati (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Parkir dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Kota Bekasi”. Adapun dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Pemungutan pajak parkir berpengaruh terhadap realisasi PAD. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi pemungutan pajak parkir adalah: wajib pajak yang

telat membayar, wajib pajak yang telah membayar namun tidak menyetorkan,

calon wajib pajak yang seharusnya sudah dapat dinyatakan sebagai wajib pajak

namun tidak melapor ke DPPKAD Kota Bekasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Litmann, (2013) dengan judul “Parking Taxes Evaluating Options and Impacts” menunjukkan hasil bahwa secara umum

commercial parking taxes (pajak khusus atas transaksi sewa parkir) relatif mudah untuk menerapkan tetapi cenderung bertentangan tujuan perencanaan. Adapun

Per-space Parking Levy (pajak khusus diterapkan untuk fasilitas parkir) lebih menantang untuk dilaksanakan karena memerlukan inventarisasi kualifikasi

fasilitas parkir, tetapi mendorong pemilik properti untuk mengurangi pasokan

parkir (khususnya ruang yang jarang digunakan) dan mengelola mereka pasokan

parkir lebih efisien, dan itu mendorong harga parkir.

Dari beberapa rincian review penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat

(15)

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Sutrisno

1. Faktor-faktor yang berpengaruh dominan terhadap penerimaan pajak daerah adalah : jumlah penduduk, jumlah pelanggan listrik, pendapatan perkapita, jumlah petugas pajak dan jumlah wisatawan.

2. Peningkatan jumlah pelanggan listrik akan memberikan efek yang besar terhadap peningkatan penerimaan pajak daerah.

3. Peningkatan perkapita berpengaruh positif baik terhadap pajak Hotel & restoran maupun pajak parkir. 4. Peningkatan jumlah wisatawan

mempunyai pengaruh positif terhadap penerimaan pajak Hotel & restoran.

(16)

3.

Kontribusi pajak parkir berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini didasarkan pada t hitung sebesar 3,657 dengan nilai value sebesar 0,035 pada tingkat alfa 5%. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan oleh pajak parkir dapat meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah Kota Palembang.

Tingkat efektivitas pelaksanaan Pajak Parkir setiap tahunnya dikategorikan sangat efektif terhadap penerimaan pajak parkir.

5. Muhammad Masrofi (2004)

Potensi dan Analisis Faktor-Faktor yang

PDRB, Jumlah Penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah.

6. Ega

(17)

7. Wulansari,

terhadap local government independence ratio. Sementara itu, hasil temuan lain menunjukkan economic

growth dan revenue sharing tidak

berpengaruh signifikan terhadap local government independence ratio

Kontribusi retribusi parkir terhadap pendapatan daerah selama 5 tahun (2007-2011) terakhir relatif tidak signifikan di rata-rata 0,50%. Kontribusi pajak parkir terhadap pendapatan daerah selama 5 tahun terakhir telah menunjukkan jumlah yang lebih tinggi pada rata-rata 1,26%. Kontribusi yang lebih tinggi dari pajak parkir dari retribusi itu karena pengenaan pajak itu dipungut bulanan/tahunan, dan objek pajak parkir difokuskan pada perusahaan kontributor bukan individual. Kendala utama dalam melaksanakan kebijakan manajemen parkir di kota Makassar yang ditemukan pada : (1) manajemen (2) keterampilan sumber daya manusia dalam pemetaan.

9. Tarida Elisa

(18)

mengelola tempat parkir yang selama ini masih menjadi area parkir liar.

10. Novelia

Tingkat efektivitas tertinggi pajak parkir tahun 2015 bulan desember 1,5% (150%) dibandingkan dengan bulan desember tahun 2014 sebesar 66,66% namun melihat dari perhitungan potensi menunjukan perkembangan yang baik karena selalu meningkat setiap tahunnya. Sebaiknya Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DISHUB) di Kabupaten Minahasa Utara harus melakukan perhitungan ulang terhadap penetapan target pemungutan Pajak Parkir agar sesuai denga potensi rill yang dimiliki.

11 Dinda

Pemungutan pajak parkir berpengaruh terhadap realisasi PAD. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pemungutan pajak parkir adalah: wajib pajak yang telat membayar, wajib pajak yang telah membayar namun tidak menyetorkan, calon wajib pajak yang seharusnya sudah dapat dinyatakan sebagai wajib pajak namun tidak melapor ke

Gambar

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan obat yang rasional yaitu pasien menerima pengobatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individual mereka sendiri,

Bapak seorang pria yang bertanggung jawab pada keluarga, meski Bapak memiliki kebiasaan buruk yang kami benci, yaitu mabuk-mabukan; yang juga tidak disukai masyarakat di

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kaitan antara konflik keluarga-kerja, kepuasan kerja, komitmep keorganisasian dan jenjang jabatanB.

Pengukuran terhadap perubahan berat tubuh mencit setiap kelompok memperlihatkan kenaikan rerata berat tubuh pada seluruh kelompok perlakuan, kecuali pada kelompok

menunjukkan bahwa pada aspek disposisi/ pengangkatan birokrasi telah dilaksanakan secara optimal baik dilihat dari sisi pemahaman, dukungan, komitmen dan

Sembrar plantas y árboles en zonas con pendiente Caficulturores en El Salvador y Costa Rica.. 15 Resumen correspondiente: 9.1 correspondiente: 9.1 Mantener cobertura verde sobre

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengembangan media pembelajaran fisika berbasis lagu dan

Berdasarkan ketujuh tahapan diatas peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dikarenakan adanya tahap dimana peserta didik wajib untuk bertanya