• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Susu Dengan Tinggi Badan Dan Prestasi Belajar Pada Siswa I Di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Konsumsi Susu Dengan Tinggi Badan Dan Prestasi Belajar Pada Siswa I Di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan Chapter III VI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross-sectional yaitu dimana cara pengambilan data variabel independen dan variabel dependen dilakukan sekali waktu pada saat bersamaan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan dan waktu penelitian dilakukan dari bulan Juli 2016 hingga bulan Juni 2017.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa/i kelas II, III, IV dan V di Sekolah dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan yang berjumlah 823 orang. Peneliti memilih siswa/i kelas II, III, IV dan V dengan asumsi bahwa populasi sudah dapat berkomunikasi dengan baik, memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan dapat mengerti pengarahan yang diberikan oleh peneliti. Siswa/i kelas VI tidak dijadikan populasi karena sedang mempersiapkan diri untuk Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional.

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus

(2)

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan N = jumlah populasi

Z = score Z, berdasarkan nilai yang diinginkan = 1,96

= derajat kepercayaan = 0,5

d = toleransi kesalahan = 0,1

p = proporsi kasus yang diteliti dalam populasi, jika p tidak diketahui maka gunakan p = 0,5

1-p = q, yaitu proporsi untuk terjadinya suatu kejadian. Jika penelitian ini menggunakan p, maka q = 1-p = 1=0,5

Tabel 3.1 Jumlah Siswa/i Kelas II, III, IV dan V di SD Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Kelas Jumlah Siswa/i

Kelas II 207

Kelas III 204

Kelas IV 204

Kelas V 208

Total 823

n = 1,962 x 0,5 x 0,5 x 823

n = 790,40

n = 87,09 ฀ 88

Besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 88 siswa/i yang berada di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling yangdigunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogennya dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2013). Besar sampel setiap kelasnya adalah sebagai berikut.

1. Kelas II = 207

823 � 87 = 21,8 = 22 orang

0,12 x 822 + 1,962 x 0,5 x 0,5

(3)

Untuk jumlah sampel kelas II dengan total 207 siswa maka didapat sampel sebanyak 22 orang anak.

2. Kelas III = 204

823 � 87 = 21,5 = 22 orang

Untuk jumlah sampel kelas III dengan total 204 siswa maka didapat sampel sebanyak 22 orang anak.

3. Kelas IV = 204

823 � 87 = 21,5 = 22 orang

Untuk jumlah sampel kelas IV dengan total 204 siswa maka didapat sampel sebanyak 22 orang anak.

4. Kelas V = 208

823 � 87 = 21,9 = 22 orang

Untuk jumlah sampel kelas II dengan total 208 siswa maka didapat sampel sebanyak 22 orang anak.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari objek yang diteliti (Soewadji, 2012). Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data karakteristik responden, pola makan, konsumsi susu, dan tinggi badan responden

1. Data karakteristik anak (tanggal lahir, usia, jenis kelamin, kelas) diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner penelitian.

2. Pola makan dan konsumsi susu responden yang diperoleh melalui wawancara yang meliputi jenis, jumlah, dan frekuensi dengan menggunakan formulir

(4)

3. Tinggi badan dilakukan pengukuran langsung oleh peneliti. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan yaitu microtoise dan dihitung nilai z-score tinggi badan menurut umur responden sehingga responden dapat dikategorikan sesuai indikator TB/U berdasarkan standar baku antropometri WHO 2007 untuk anak umur 5-18 tahun.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, publikasi yang sudah dalam bentuk jadi (Soewadji, 2012). Data sekunder dalam penelitian ini adalah mengenai lokasi penelitian dan rapor sekolah semester ganjil T.A. 2016/2017 siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan untuk penilaian prestasi belajar responden.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

Penelitian ini memiliki variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah konsumsi susu. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tinggi badan dan prestasi belajar siswa/i.

3.5.2 Definisi Operasional

a. Pola makan adalah informasi mengenai jenis, frekuensi dan jumlah makanan yang dikonsumsi dalam sehari.

b. Konsumi susu adalah jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi susu yang dikonsumsi dalam sehari.

c. Tinggi badan adalah ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan yang diukur dari kepala hingga ujung kaki menggunakan

(5)

d. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah yang ditulis dalam rapor sekolah semester ganjil T.A 2016/2017.

3.6 Metode Pengukuran 1. Pola Makan

Data jenis, jumlah, dan frekuensi makanan diperoleh melalui wawancara menggunakan formulir foodrecall 24 jam yang dilakukan 2 kali dan harinya tidak berturut-turut dan formulir food frequency. Setelah itu, dihitung kecukupan karbohidrat, protein, lemak, dan kalsium ke dalam energi menggunakan software nutrisurvey, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan secara manual.

a. Kategori jenis makanan adalah sebagai berikut:

1) Lengkap yaitu terdiri dari 4 jenis makanan yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

2) Kurang lengkap yaitu terdiri dari 3 jenis makanan yaitu makanan pokok, lauk-pauk dan sayur-sayuran atau buah-buahan.

3) Tidak lengkap yaitu terdiri dari 2 jenis makanan yaitu makanan pokok dan lauk-pauk atau sayur-sayuran.

b. Kategori jumlah makanan yang dikonsumsi dikonversikan menjadi zat gizi adalah sebagai berikut:

Konsumsi zat gizi (Karbohidrat)

Tingkat konsumsi Karbohidrat= x 100%

Angka kecukupan gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi (Protein)

(6)

Konsumsi zat gizi (Lemak)

Tingkat konsumsi Lemak = x 100% Angka kecukupan gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi (Kalsium)

Tingkat konsumsi Kalsium = x 100% Angka kecukupan gizi (AKG)

Tabel 3.2 Kebutuhan Zat Gizi Anak Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur 7 – 9 th 10 – 12 th

L/P L P

Zat Gizi Makro

Karbohidrat (g) 254 289 275

Protein (g) 49 56 60

Lemak (g) 72 70 67

Zat Gizi Mikro

Kalsium (mg) 1000 1200 1200

Sumber : Angka Kecukupan Gizi Indonesia Tahun 2013

Kategori jumlah makanan (zat makro) setelah didapat dalam bentuk persen adalah sebagai berikut (WNPG, 2004) :

1) Kurang : Apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi < 80 % AKG 2) Baik : Apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi 80 - 110 % AKG 3) Lebih : Apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi > 110 % AKG

Kategori jumlah makanan (zat mikro) setelah didapat dalam bentuk persen adalah sebagai berikut (WNPG, 2004) :

1) Kurang : Apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi < 80 % AKG 2) Baik : Apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi 80 - 110 % AKG c. Kategori frekuensi makanan adalah sebagai berikut:

1) Sering : >1x/hari, 1x/hari, 4-6x/minggu 2) Jarang : 1-3x/minggu, 1x/bulan

(7)

Data jenis, jumlah, dan frekuensi konsumsi susu diperoleh melalui wawancara menggunakan formulir foodrecall 24 jam yang dilakukan 2 kali dan harinya tidak berturut-turut. Setelah itu, dihitung kecukupan protein dan kalsium ke dalam energi menggunakan software nutrisurvey, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan secara manual.

a. Kategori jumlah konsumsi susu yang dikonsumsi dikonversikan menjadi zat gizi adalah sebagai berikut:

Konsumsi zat gizi (Protein)

Tingkat konsumsi Protein = x 100% Angka kecukupan gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi (Kalsium)

Tingkat konsumsi Kalsium = x 100% Angka kecukupan gizi (AKG)

Pedoman Gizi Seimbang 2013 menganjurkan mengonsumsi susu 2 gelas sehari dan kebutuhan akan protein dan kalsium per hari akan dapat dipenuhi 25-44% hanya dengan mengonsumsi susu 2 gelas sehari. Kategori tingkat kecukupan gizi dari konsumsi susu yaitu sebagai berikut.

1) Kurang : Apabila jumlah protein dan kalsium yang dikonsumsi < 25% AKG. 2) Baik : Apabila jumlah protein dan kalsium yang dikonsumsi 25–44% AKG. b. Kategori frekuensi konsumsi susu adalah sebagai berikut:

1) Sering : >1x/hari, 1x/hari

2) Jarang : 4-6x/minggu 1-3x/minggu, 1x/bulan 3) Tidak pernah

3. Tinggi Badan

(8)

pengukuran diketahui, maka TB/U dapat dihitung dengan WHO Anthroplus. Hasil

z-score akan menentukan pada kategori status gizi apa responden berada. Data status gizi responden dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu:

Tabel 3.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Kategori Status Gizi Z-Score

Sangat Pendek < -3 SD

Pendek -3 s/d < -2 SD

Normal -2 s/d 2 SD

Tinggi > 2 SD

Sumber : Depkes RI, 2011

4. Prestasi Belajar

Pengukuran prestasi belajar akan dilihat dari rata-rata nilai rapor sekolah semester ganjil T.A. 2016/2017 responden. Semua nilai akademik akan dijumlahkan dan dihitung nilai rata-ratanya berdasarkan mata pelajaran yang ada. Prestasi belajar akan dikategorikan menjadi 2 kategori adalah sebagai berikut. a. Kategori baik bila nilai rata-rata rapor ฀ 70

b. Kategori kurang bila nilai rata-rata rapor < 70.

Peneliti memilih nilai 70 sebagai batas antar kategori karena nilai rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM) di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02, Kampung Dadap, Medan adalah 70.

3.7 Metode Analisis Data

Dalam pengolahan data, ada empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu: 1. Editing (Penyuntingan Data)

(9)

2. Coding (Pemberian Kode)

Setelah semua data selesai diperiksa kebenaran dan kelengkapannya, selanjutnya akan dilakukan coding, yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Langkah ini akan memudahkan dalam pengentrian data.

3. Data Entry (Memasukkan Data)

Data yang telah diubah menjadi bentuk kode angka atau bilangan dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Tabulasi

Setelah data dimasukkan ke dalam software SPSS, langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil penelitian dengan metode cross-sectional. Hasil dari analisis tersebut akan ditampilkan pada software SPSS dalam bentuk tabel.

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu:

a. Analisis univariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari tiap variabel.

(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 terletak di Jalan Mustafa No.1 Kampung Dadap, Kelurahan Glugur Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Sekolah ini didirikan pada tahun 1942. Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan dipimpin Kepala Sekolah dan dibantu oleh 40 guru pengajar dan 10 pegawai. Fasilitas sekolah cukup lengkap yang terdiri dari 30 ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kantin, toilet, lapangan olahraga, pendopo, dan tempat parkir.

Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan ini memiliki 6 kelas (kelas I sampai dengan kelas VI). Pada tahun ajaran 2016/2017, jumlah siswa/i keseluruhan di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan adalah 1197 siswa/i.

Tabel 4.1 Distribusi Siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin

Kelas Siswa/i Jumlah

Laki-Laki Perempuan

I 109 75 184

II 92 115 207

III 125 79 204

IV 113 91 204

V 102 106 208

VI 108 82 190

Jumlah 1197

Sumber: SD Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

(11)

tidak lengkap dapat mempengaruhi kecukupan gizi seharian siswa/i sehingga dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gizi kurang pada siswa/i.

Status ekonomi orang tua siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan bervariasi. Dapat dilihat dari pekerjaan orang tua yang memungkinkan pendapatan orang tua siswa/i yang berbeda-beda, sehingga adanya status ekonomi yang berjenjang mulai dari pendapatan yang tinggi hingga yang rendah. Hal ini yang menyebabkan tidak semua siswa/i yang mengonsumsi susu setiap harinya, karena harga susu yang mahal menyebabkan orang tua siswa/i tidak sanggup untuk membeli susu untuk dikonsumsi anaknya.

4.2 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah siswa/i kelas II, III, IV dan V Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan berjumlah 88 orang. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin dan usia. Pada kategori jenis kelamin, siswa/i dibagi menjadi laki-laki dan perempuan. Jumlah siswa/i terbanyak pada penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 48 orang (54,5%), sedangkan untuk siswa/i laki-laki berjumlah 40 orang (45,5%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Siswa/i Berdasarkan Jenis Kelamin di Sekolah

Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 40 45,5

Perempuan 48 54,5

Jumlah 88 100,0

(12)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Siswa/i Berdasarkan Usia di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Usia (Tahun) n %

7 – 8 12 13,6

8 – 9 21 23,9

9 – 10 18 20,5

10 – 11 23 26,1

11 – 12 14 15,9

Jumlah 88 100,0

4.3 Karakteristik Orang Tua Responden

Pada penelitian ini, karakteristik orang tua siswa yang diteliti yaitu pekerjaan orang tua. Dapat dilihat pada Tabel 4.4, pekerjaan ayah siswa/i yang paling banyak adalah sebagai pegawai swasta, yaitu sebanyak 36 orang (40,9%), sedangkan untuk ibu siswa/i, sebanyak 54 orang (61,4%) ibu rumah tangga atau tidak bekerja.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Orang Tua Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammdiyah 02 Kampung Dadap Medan

4.4 Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan tinggi badan siswa/i dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sangat pendek, pendek, normal. Pada penelitian yang dilakukan tidak terdapat siswa/i yang berada pada kategori tinggi. Dapat dilihat pada Tabel 4.5, tinggi badan siswa/i lebih banyak berada pada kategori normal 49 orang (55,7%), sedangkan tinggi badan siswa/i yang di

Pekerjaan Orangtua Ayah Ibu

n % n %

PNS 19 21,6 10 11,4

Pegawai Swasta 36 40,9 13 14,8

Wiraswasta 33 37,5 11 12,5

Tidak Bekerja 0 0,0 54 61,4

(13)

bawah normal yaitu kategori pendek dan sangat pendek, yaitu sebanyak 36 orang (40,9%) dan 3 orang (3,4%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Status Gizi Menurut TB/U n %

Sangat Pendek 3 3,4

Pendek 36 40,9

Normal 49 55,7

Jumlah 88 100,0

4.5 Prestasi Belajar Responden

Pada penelitian yang telah dilakukan, prestasi belajar siswa/i terbagi atas 2 kelompok, yaitu baik (nilai berada di atas rata-rata ฀70) dan kurang (nilai berada

di bawah rata-rata <70). Siswa/i dengan prestasi belajar baik berjumlah sebanyak 59 orang (67,0%), sedangkan siswa/i yang memiliki prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 29 orang (33,0%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Prestasi Belajar n %

Baik 59 67,0

Kurang 29 33,0

Jumlah 88 100,0

4.6 Pola Makan Responden

(14)

4.6.1 Pola makan berdasarkan jenis makanan responden

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan jenis makanan responden yang dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu lengkap, kurang lengkap, dan tidak lengkap. Jenis makanan siswa/i terbanyak berada pada kategori kurang lengkap, yaitu sebanyak 50 orang (56,8%), sedangkan yang paling sedikit jenis makanan siswa/i pada kategori lengkap, yaitu hanya 15 orang (17,1%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Jenis Makanan n %

Lengkap 15 17,1

Kurang Lengkap 50 56,8

Tidak Lengkap 23 26,1

Jumlah 88 100,0

4.6.2 Pola makan berdasarkan kecukupan zat gizi makanan responden

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir food recall 24 jam, jumlah makanan yang diperoleh adalah rata-rata asupan gizi yang diperoleh yaitu kecukupan karbohidrat, protein, lemak, dan kalsium. Kecukupan karbohidrat, protein, lemak, dan kalsium responden dikategorikan menjadi 3 kategori berdasarkan sumbangan keempat zat gizi terhadap AKG yang dianjurkan, yaitu kurang, baik dan lebih.

(15)

Hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan kecukupan lemak siswa/i paling banyak berada dalam kategori kurang sebanyak 42 orang (47,7%), sedangkan asupan lemak siswa/i yang berada dalam kategori baik sekitar 36 orang (40,9%) dan kecukupan lemak siswa/i dalam kategori lebih sekitar 10 orang 11,4%). Kecukupan zat gizi mikro siswa/i yaitu kalsium terdapat 46 orang (52,3%) yang berada dalam kategori baik dan sebanyak 42 orang (47,7%) berada dalam kategori kurang.

4.6.3 Pola makan berdasarkan frekuensi makanan responden

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir food frequency, peneliti mendapatkan frekuensi makanan responden yang dapat dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu sering, jarang dan tidak pernah.

(16)

sebanyak 65 orang (73,9%) dan frekuensi 1x/hari sebanyak 23 orang (26,1%). Selanjutnya, makanan pokok yang paling dikonsumsi yaitu mie dengan frekuensi 4-6x/minggu sekitar 49 orang (55,7%). Selain nasi dan mie, siswa/i juga sering mengonsumsi roti dan kentang dengan frekuensi 4-6x/minggu sebanyak 40 orang (45,5%) dan 22 orang (25,0%). Makanan pokok yang jarang dikonsumsi siswa/i yaitu jagung dengan frekuensi 1x/bulan sebanyak 51 orang (58,0%).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Bahan Makanan Pokok yang Dikonsumsi Siswa/i di Sekolah Dasar

Berdasarkan lauk pauk yang dikonsumsi siswa/i yang paling banyak berasal dari protein hewani yaitu telur dengan frekuensi 4-6x/minggu sebanyak 72 orang (81,8%), kemudian lauk pauk lain yang digemari ialah daging ayam dan ikan dengan frekuensi 4-6x/minggu sebesar 58 orang (65,9%) dan 24 orang (27,3%). Selain itu jenis lauk pauk yang jarang dikonsumsi siswa/i yaitu daging sapi dan udang dengan frekuensi 1x/bulan sebanyak 72 orang (81,8%) dan 56 orang (63,6%).

(17)

(42,0%). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan lauk pauk yang dikonsumsi siswa/i tidak ada frekuensinya >1x/hari atau 1x/hari, dikarenakan lauk pauk yang dikonsumsi oleh siswa/i setiap harinya berbeda-beda. Frekuensi lauk pauk siswa/i dijelaskan selengkapnya pada Tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Lauk Pauk yang Dikonsumsi Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan Hasil wawancara yang telah dilakukan, jenis sayuran yang paling bnayak dikonsumsi siswa/i yaitu wortel dan bayam dengan frekuensi 4-6x/minggu sebanyak 30 orang (34,1%) dan 24 orang (27,3%). Namun, masih ada sejumlah siswa/i yang jarang mengonsumsi sayuran seperti labu, sawi, kangkung, dan brokoli dengan frekuensi antara 1-3x/minggu dan 1x/bulan. Bahkan ada siswa/i yang tidak mengonsumsi sayuran seperti sawi sebanyak 19 orang (21,6%), brokoli sekitar 11 orang (12,5%) dan kangkung sebanyak 10 orang (11,4%).

(18)

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Sayur-sayuran yang Dikonsumsi Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan Hasil wawancara menunjukkan bahwa buah-buahan jarang dikonsumsi oleh siswa/i. Dapat dilihat pada Tabel 4.12, buah-buahan yang dikonsumsi siswa/i yang paling banyak dan jarang dikonsumsi dengan frekuensi 1-3x/minggu adalah jeruk (61,4%), pisang (60,2%) dan semangka (53,4%).

Jenis buah-buahan yang sangat jarang dikonsumsi siswa/i dengan frekuensi 1x/bulan adalah apel (25,0% dan mangga (25,0%). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut.

(19)

Berdasarkan Tabel 4.13, makanan jajanan yang sangat diminati siswa/i adalah makanan ringan (chiki) dengan frekuensi 4-6x/minggu sekitar 50 orang (56,8%) dan biskuit dengan frekuensi yang sama sebanyak 42 orang (47,7%). Makanan jajajan seperti bakso (54,5%), mie ayam (43,2%) dan gorengan (37,5%) juga banyak dikonsumsi siswa/i tetapi berada dalam kategori jarang dengan frekuensi 1-3x/minggu.

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Makanan Jajanan yang Dikonsumsi Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

(20)

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Susu Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Konsumsi Susu n %

Ya 66 75,0

Tidak 22 25,0

Jumlah 88 100,0

4.7.1 Konsumsi susu berdasarkan kecukupan zat gizi konsumsi susu responden Pada penelitian ini terdapat siswa/i yang masih mengonsumsi susu setiap harinya dan tidak lagi mengonsumsi susu sehingga responden yang diteliti untuk kecukupan protein dan kalsium dari susu hanya siswa/i yang mengonsumsi susu setiap harinya sebanyak 66 orang. Penelitian ini menggunakan formulir food recall 24 jam.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dari 66 siswa/i yang mengonsumsi susu setiap harinya terdapat frekuensi minum susu siswa/i yang berbeda yaitu 2 gelas per hari dan 1 gelas per hari. Jumlah susu diperoleh dari banyaknya siswa/i mengonsumsi susu satu gelas (±240 ml) per hari. Jumlah susu dikategorikan menjadi 2 kategori. Kategori baik yaitu mengonsumsi susu 2 gelas (240-480 ml) per hari dan kategori kurang yaitu mengonsumsi susu 1 gelas (<240 ml) per hari.

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Konsumsi Susu Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Jumlah Konsumsi Susu n %

Baik (240-480 ml/hari) 43 65,2

Kurang (<240 ml/hari) 23 34,8

Jumlah 66 100,0

(21)

anak. Tingkat kecukupan protein dan kalsium responden dikategorikan menjadi 2 kategori baik (25 – 44% AKG dan kurang (< 25% AKG).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kecukupan protein yang diperoleh siswa/i dari konsumsi susu dengan kategori baik yang tingkat kecukupan protein 25-44% AKG yang paling banyak yaitu sekitar 42 orang (63,6%) dan sebanyak 24 orang (36,4%) berada pada kategori kurang dengan tingkat kecukupan protein <25% AKG.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kecukupan Protein dari Konsumsi Susu di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Kecukupan Protein n %

Baik (25-44% AKG) 42 63,6

Kurang (<25% AKG) 24 36,4

Jumlah 66 100,0

Hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa kecukupan kalsium yang diperoleh siswa/i dari konsumsi susu dengan kategori baik yang tingkat kecukupan kalsium 25 - 44 % AKG yang paling banyak yaitu sebanyak 45 orang (68,2%) dan sebanyak 21 orang (31,8%) mengonsumsi susu yang kecukupan kalsium dengan kategori kurang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kecukupan Kalsium dari Konsumsi Susu di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Kecukupan Kalsium n %

Baik (25-44% AKG) 45 68,2

Kurang (<25% AKG) 21 31,8

Jumlah 66 100,0

4.7.2 Konsumsi susu berdasarkan frekuensi jenis susu responden

(22)

sebanyak 30 orang (34,1%) dan susu cair dengan frekuensi yang sama sebanyak 10 orang (11,4%). Susu yang tidak pernah dikonsumsi siswa/i yang paling banyak adalah susu kambing dan susu sapi masing-masing sebanyak 82 orang (93,2%) dan 40 orang (45,5%).

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Susu yang Dikonsumsi Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Analisis hubungan konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i dilakukan setelah didapatkan hasil kecukupan zat gizi dari konsumsi susu dan tinggi badan siswa/i. Hubungan kecukupan zat gizi dari konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i diperoleh dari hasil tabulasi silang menggunakan uji analisis chi-square.

(23)

antara kecukupan protein dari konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i dengan nilai p=0,0001.

Tabel 4.19 Hubungan Kecukupan Protein dari Konsumsi Susu Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur Siswa/i di Sekolah Dasar

Hasil wawancara yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kecukupan kalsium pada kategori cukup (25 – 44% AKG) dengan tinggi badan siswa/i yang berada pada kategori normal yang paling banyak yaitu sekitar 42 orang (93,3%) dan tinggi badan siswa/i pada kategori pendek yang mengonsumsi susu dengan kecukupan kalsium pada kategori kurang (< 25% AKG) yaitu sebanyak 21 orang (100%). Hasil uji statistik menggunakan analisis chi-square menunjukkan ada hubungan antara kecukupan kalsium dari konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i dengan nilai p=0,0001.

Tabel 4.20 Hubungan Kecukupan Kalsium dari Konsumsi Susu Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur Siswa/i di Sekolah Dasar Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

(24)

Hubungan konsumsi susu dengan prestasi belajar siswa/i diperoleh dari hasil tabulasi silang menggunakan uji analisis chi-square.

Dapat dilihat pada Tabel 4.21, kecukupan protein pada kategori baik (25 –

44% AKG) dengan prestasi belajar siswa/i yang berada pada kategori baik yaitu sebesar 34 orang (80,9%) dan prestasi belajar siswa/i pada kategori baik juga terdapat siswa/i yang mengonsumsi susu dengan kecukupan protein pada kategori kurang (< 25% AKG) yaitu sebanyak 16 orang (66,7%) Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi susu dengan prestasi belajar siswa/i dengan nilai p=0,193.

Tabel 4.21 Hubungan Kecukupan Protein dari Konsumsi Susu Berdasarkan Prestasi Belajar Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Kecukupan Protein

Prestasi Belajar

Jumlah

p.

Baik Kurang

n % n % N %

Baik 34 80,9 8 19,1 42 100,0

0,193

Kurang 16 66,7 8 33,3 24 100,0

(25)

Tabel 4.22 Hubungan Kecukupan Kalsium dari Konsumsi Susu Berdasarkan Prestasi Belajar Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Kecukupan Kalsium

Prestasi Belajar

Jumlah

p.

Baik Kurang

n % n % N %

Baik 36 80 9 20 45 100,0

0,239

Kurang 14 66,7 7 33,3 21 100,0

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi susu dengan prestasi belajar siswa/i. Hal ini dapat dilihat dari siswa/i yang mengonsumsi susu 2 gelas setiap harinya terdapat prestasi belajar siswa/i cenderung baik tetapi banyak juga terdapat prestasi belajar siswa/i yang kurang. Hal dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa/i.

4.10 Tabulasi Silang Kecukupan Zat Gizi Makanan dengan Tinggi Badan dan Prestasi Belajar Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

(26)

Tabel 4.23 Distribusi Kecukupan Gizi Makanan Berdasarkan Tinggi Badan

(27)

Tabel 4.24 Distribusi Kecukupan Gizi Makanan Berdasarkan Prestasi Belajar Siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Kecukupan gizi

Prestasi Belajar

Jumlah

Kurang Baik

N % N % N %

Karbohidrat

Kurang 21 48,8 22 51,2 43 100,0

Baik 5 14,7 29 85,3 34 100,0

Lebih 0 0,0 11 100,0 11 100,0

Protein

Kurang 21 51,2 20 48,8 41 100,0

Baik 6 15,0 34 85,0 40 100,0

Lebih 0 0,0 7 100,0 7 100,0

Lemak

Kurang 21 50,0 21 50,0 42 100,0

Baik 5 13,9 31 86,1 36 100,0

Lebih 0 0,0 10 100,0 10 100,0

Kalsium

Kurang 20 47,6 22 52,4 42 100,0

(28)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Tinggi Badan Siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Tinggi badan siswa/i dalam penelitian ini didapatkan dengan mengukur tinggi badan siswa/i secara langsung oleh peneliti. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, peneliti hanya mendapatkan 3 kategori pada tinggi badan siswa/i yaitu sangat pendek, pendek dan normal.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditampilkan pada Tabel 4.5, terdapat sebesar 44,3% tinggi badan siswa/i berada di bawah normal yaitu tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia siswa/i. Kategori pendek yang paling banyak dialami oleh siswa/i yaitu sebesar 40,9% dan kategori sangat pendek sebanyak 3,4%. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur anak 5 – 12 tahun di provinsi Sumatera Utara tinggi badan di bawah normal yaitu sebesar 36,9%. Bila dibandingkan dengan prevalensi tinggi badan siswa/i di bawah normal di sekolah masih tinggi (44,3%) dibandingkan dengan prevalensi di Provinsi Sumatera Utara (36,9%). Hal ini menunjukkan permasalahan gizi di kalangan anak usia sekolah masih tinggi.

(29)

Pola makan yang baik diharapkan dapat menyumbang kecukupan karbohidrat, protein, lemak dan mineral seperti kalsium. Berdasarkan Tabel 4.23 bahwa tinggi badan siswa/i yang berada pada kategori di bawah normal cenderung memiliki kecukupan zat gizi makanan yang kurang terutama kecukupan gizi kalsium dan protein.

Menurut Sulistyoningsih (2011) makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan lain. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai zat gizi tinggi yang dapat melengkapi zat gizi dari makanan. Susu merupakan minuman yang bergizi tinggi karena mengandung kalsium yang bernilai tinggi, sangat tepat untuk pertumbuhan dan tinggi badan anak sekolah.

5.2 Gambaran Prestasi Belajar Siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Pengukuran prestasi belajar siswa/i diambil dari nilai rata-rata hasil rapor siswa/i semester ganjil Tahun Ajaran 2016/2017. Pada penelitian yang telah dilakukan, prestasi belajar siswa/i dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu baik dengan nilai ฀ 70 dan kurang baik dengan < 70. Berdasarkan hasil survei

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/i memiliki prestasi belajar yang baik yaitu sebesar 67%, sedangkan siswa/i yang memiliki prestasi belajar kurang baik sebanyak 33%. Hal ini sejalan dengan penelitian Legi NN (2012) yaitu terdapat 81 siswa/i (75,8%) dengan prestasi belajar baik.

(30)

belajar. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor fisiologis (kesehatan dan panca indera) dan psikologis (intelegensi, sikap dan motivasi). Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri (lingkungan keluarga, sekolah dan teman).

Anak usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Selain untuk kebutuhan energi, asupan makanan yang bergizi juga mempengaruhi perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme otak (Cakrawati 2012).

Makanan yang dibutuhkan siswa/i memiliki sumber energi yang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Selain itu, zat gizi mikro seperti mineral khususnya kalsium diperlukan tubuh untuk pertumbuhan anak usia sekolah. Zat-zat gizi seperti karbohidrat, protein, maupun Zat-zat gizi lainnya khusunya Zat-zat besi, dalam metabolisme tubuh berperan dalam proses berpikir atau proses penalaran serta daya konsentrasi dan sangat berkaitan erat dengan efisiensi belajar (Khomsan 2004).

(31)

menurun. Penurunan berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya penurunan prestasi belajar siswa/i.

5.3 Gambaran Konsumsi Susu Siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Pada penelitian yang telah dilakukan sebagian siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap sebagian besar siswa/I masih mengonsumsi susu setiap harinya (75%). Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati (2013) yang menyatakan bahwa anak usia sekolah sebagian besar masih mengonsumsi susu setiap harinya (83,1%).

Jenis dan kuantitas minum susu mempengaruhi tingkat kecukupan protein dan kalsium. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan sebagian besar siswa/i sering (>1x/hari dan 1x/hari) mengonsumsi susu bubuk daripada jenis susu yang lainnya (44,3%). Setiap jenis susu memiliki kandungan protein dan kalsium yang berbeda-beda setiap gramnya, sehingga jenis susu dapat mempengaruhi jumlah protein dan kalsium masuk ke dalam tubuh.

Manfaat susu dapat dirasakan dengan meminum susu minimal 2 gelas (setara dengan 480 ml) per hari terutama untuk kesehatan tulang (Almatsier, 2009). Menurut Kemenkes RI dalam Pedoman Gizi Seimbang 2013 dianjurkan mengonsumsi susu 2 gelas sehari dan mengonsumsi susu penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Kebutuhan akan protein dan kalsium per hari akan dapat dipenuhi 25-44% hanya dengan mengonsumsi susu 2 gelas sehari.

(32)

berbeda-beda, sehingga didapatkan sebanyak 65,2% mengonsumsi susu 2 gelas (240-480 ml) per hari dan 34,8% mengonsumsi susu 1 gelas (<240 ml) per hari.

Bila dibandingkan dengan tingkat kecukupan karbohidrat dan lemak dari konsumsi susu, maka kecukupan protein dan kalsium lebih banyak disumbangkan oleh susu dibandingkan karbohidrat dan lemak. Hal ini dikarenakan susu merupakan salah satu pangan yang mengandung protein dan kalsium yang tinggi. Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian hanya menganalisis kecukupan protein dan kalsium dari konsumsi susu saja.

Kecukupan protein dari konsumsi susu pada siswa/i diperoleh dari data

food recall 24 jam yang dilakukan 2 kali. Tingkat kecukupan protein dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu baik (25 – 44% AKG) dan kurang (< 25 %

AKG). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan tingkat kecukupan protein sebanyak 63,6% berada pada kategori baik, sedangkan 36,4% berada pada kategori kurang. Hal ini dikarenakan jumlah konsumsi susu anak lumayan banyak, rata-rata 2 gelas per hari (65,2%).

Kecukupan kalsium dari konsumsi susu pada siswa/i diperoleh dari data

food recall 24 jam yang dilakukan 2 kali. Tingkat kecukupan kalsium dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu baik (25 – 44% AKG) dan kurang (< 25 %

(33)

badan dibandingkan orang dewasa. Asupan kalsium rendah dapat memperlambat laju pertumbuhan dan mineralisasi tulang dan gigi.

Rasa susu yang sangat enak dan lezat membuat susu sangat mudah diterima oleh anak sekolah, bahkan sebagian besar sangat menyukai minum susu. Sehingga bila mengonsumsi susu secara rutin setiap hari dapat membantu menambahkan kecukupan gizi harian khususnya protein dan kalsium dan berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah.

5.4 Hubungan Konsumsi Susu dengan Tinggi Badan Siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

Penelitian ini menganalisis hubungan konsumsi susu dilihat dari kecukupan zat protein dan kalsium susu dengan tinggi badan siswa/i. Terdapat adanya hubungan antara asupan zat gizi dari konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.19 telah dipaparkan hasil analisis chi-square antara kecukupan protein dari konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i yaitu didapatkan nilai p=0,0001, yang artinya nilai p <0,05 sehingga dapat didefinisikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecukupan zat gizi protein dari konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan.

(34)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan siswa/i yaitu faktor keturunan dan zat gizi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Protein memiliki fungsi yang sangat baik untuk pertumbuhan, merawat tubuh dan fungsi pertahanan tubuh. Asupan protein susu yang cukup dapat mempengaruhi proses pertumbuhan yang baik dan sistem kekebalan tubuh yang tidak terganggu sehingga tidak mudah terkena infeksi sehingga berpengaruh positif terhadap tinggi badan.

Berdasarkan Tabel 4.20 menunjukkan juga hasil analisis chi-square antara kecukupan kalsium dari konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i yaitu didapatkan nilai p=0,0001, yang artinya nilai p <0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulannya bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan kalsium dari konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ria Solia Nainggolan (2014) menyatakan bahwa ada hubungan antara kecukupan protein dan kalsium dari konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia sekolah.

Asupan kalsium yang baik akan mempengaruhi tinggi badan siswa/i. Kalsium mempunyai peranan yang penting dalam tubuh, yaitu dalam pembentukan tulang dan gigi, serta pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraseluler dan interseluler. Selain itu, kalsium juga mengatur kerja hormon dan merupakan faktor pertumbuhan (Almatsier, 2004).

(35)

Banyak komponen susu yang dapat berpotensi mempengaruhi linier pada anak-anak, diantaranya protein, kalsium susu dan insulin-like-growth factor-1

(IGF-1). IGF-1 terlibat dalam metabolism kalsium dan fosfat, dan memberikan pembentukan matriks (Kelly et al. 2003). Studi yang dilakukan Clemens et al. (2010) menunjukkan bahwa asupan susu pada anak-anak secara positif berkaitan dengan tingkat sirkulasi IGF-1 yang lebih tinggi. Menurut Hoppe (2004) konsumsi susu berhubungan positif dengan konsentrasi IGF-1 dan tinggi badan. Peningkatan konsumsi susu dari 200 ml sampai 600 ml/hari berkaitan dengan peningkatan 30% sirkulasi IGF-1, sehingga susu memiliki efek merangsang konsentrasi IGF-1 dan pertumbuhan anak.

Kurangnya asupan gizi dari konsumsi susu dapat menyebabkan defiensi zat gizi terutama protein dan kalsium, dan apabila hal ini terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi tinggi badan siswa/i.

5.5 Hubungan Konsumsi Susu dengan Prestasi Belajar Siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan

(36)

menyatakan ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang.

Asupan gizi juga dibutuhkan untuk konsentrasi belajar siswa/i di sekolah. Sebelum siswa/i memulai aktivitas di sekolah, mereka membutuhkan asupan gizi di pagi hari. Asupan gizi yang diperoleh haruslah cukup, sehingga tidak akan mempengaruhi konsentrasi belajar siswa/i di sekolah. Sarapan pagi dapat memenuhi kebutuhan zat gizi mereka yaitu dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengonsumsi susu. Hal ini sejalan dengan penelitian Melastiani (2013) menyatakan adanya hubungan antara kebiasaan makan dan prestasi belajar siswa dan sebagian besar siswa yang makan pagi mengonsumsi susu setiap harinya sebesar (58,4%).

Kaitan protein dengan proses kerja otak, protein dalam bentuk asam amino seperti glisin, glutamate, tyrosine dan tryptophan sangat diperlukan untuk membentuk neurotransmitter penghantar implus saraf dan mempengaruhi perilaku emosi, kontrol diri, dan konsentrasi (Mariana, 2011). Terpenuhinya asupan zat gizi seperti protein pada siswa/i akan terjaga daya tahan tubuhnya, tidak mudah terserang penyakit sehingga siswa/i dapat mempertahankan status gizi normal, siswa/i lebih aktif dalam beraktifitas dan mudah berkonsentrasi dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru disekolah.

(37)

tersebut dapat dilihat bahwa nilai p=0,193, yang artinya nilai p > 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecukupan protein dari konsumsi susu dan prestasi belajar siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan.

Berdasarkan Tabel 4.22 menunjukkan hasil analisis chi-square antara kecukupan kalsium dari konsumsi susu dengan prestasi belajar siswa/i, dapat dilihat bahwa nilai p=0,239, yang artinya nilai p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan kalsium dari konsumsi susu dan prestasi belajar siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan.

(38)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan

1. Pola makan siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan masih kurang baik, hal ini dapat dilihat dari jenis makanan siswa/i yang paling banyak pada kategori kurang lengkap (56,8%) dan tidak lengkap (26,1%). Jumlah asupan zat gizi makro juga masih banyak dalam kategori kurang (< 80% AKG) yaitu karbohidrat (48,9%), protein (46,6%) dan lemak (47,7%), dan jumlah asupan zat gizi mikro juga masih dalam kategori kurang yaitu kalsium (47,7%).

2. Konsumsi susu siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa/i mengonsumsi susu setiap harinya 75% dan sebesar 65,2% siswa/i sudah mengonsumsi susu 2 gelas per hari sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang 2013. Jika dilihat dari kecukupan zat gizi yang diperoleh dari konsumsi susu siswa/i, terdapat kecukupan protein pada kategori baik sebesar 63,6%, sedangkan kecukupan kalsium pada kategori baik sebanyak 68,2%.

(39)

4. Prestasi belajar siswa/i di Sekolah Dasar Muhammadiyah sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa/i dengan prestasi belajar baik yang mencapai 67%. Walaupun memang masih ada siswa/i yang harus meningkatkan lagi prestasi belajarnya yaitu sebanyak 33%.

5. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi susu dengan tinggi badan siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji chi-square kecukupan protein dan kalsium dengan tinggi badan yang menunjukkan masing-masing nilai p=0,0001. Siswa/i yang mengonsumsi susu 2 gelas per hari dengan kecukupan zat gizi yang baik cenderung mengalami tinggi badan yang normal (95,2%), sedangkan siswa/i yang mengonsumsi susu < 2 gelas per hari cenderung mengalami tinggi badan di bawah normal (91,6%) dan terdapat 3 siswa/i yang memiliki tinggi badan sangat pendek tidak lagi mengonsumsi susu setiap harinya.

6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi susu dengan prestasi belajar siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung Dadap Medan. Hasil uji chi-square kecukupan protein dan kalsium dengan prestasi belajar yang menunjukkan masing-masing nilai p=0,193 dan

p=0,239. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa/i adalah intelegensi, minat, bakat, motivasi, terutama faktor lingkungan keluarga dan sekolah.

6.2 Saran

(40)

membuat program minum susu gratis pada seluruh siswa/i disekolah sehingga siswa/i yang tidak mampu membeli susu karena harganya yang mahal dapat mengonsumsi susu juga setiap harinya dan memberikan penyuluhan mengenai asupan gizi harian yang baik dan manfaat minum susu bagi anak usia sekolah agar dapat meningkatkan status gizi dan prestasi belajar siswa/i.

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 4.1 Distribusi Siswa/i Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Kampung
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Siswa/i Berdasarkan Jenis Kelamin di Sekolah
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Siswa/i Berdasarkan Usia di Sekolah Dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila perusahaan lupa dalam memperhatikan maka semangat kerja karyawan akan menurun.Kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini harus diimbangi dengan kemampuan

The following line of text may be used after your organisation’s name and/or logo: [Your organisation name] is a registered Cambridge International School.. Example

Dengan metode deskripsi penulis akan menjelaskan tentang motif batik mega mendung dari batik yang di aplikasikan ke desain komunikasi visual dalam bentuk

Dalam konteks dunia global, kemajuan sesuatu Negara hanya boleh dicapai melalui penggunaan ilmu yang berdaya maju, dan hal ini antara lainnya boleh dilakukan

Microstress level was estimated in iron-based alloys with precipitates of coherent intermetallides Ni3Ti (type 16Cr-15Ni-3Mo-Ti and 36Ni-3Ti steels) and coherent carbides

Pada sisi kiri dan kanan bejana generator plasma diletakkan sistem elektrode ignitor, yang terdiri dari katode dengan spesifikasi: material katode terbuat dari Mg berbentuk

Zonasi pertama didominasi oleh Sonneratia alba dengan penyebaran dari transek satu hingga transek delapan sepanjang 150 meter dari formasi mangrove terdepan (arah

Sebelum kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dilaksanakan, mahasiswa terlebih dahulu menempuh kegiatan yaitu pra PPL melalui pembelajaran mikro dan kegiatan