• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Peradaban manusia sudah mengalami banyak perubahan dari zaman ke

zaman, terutama perubahan dalam bidang teknologi dan komunikasi. Sama halnya

dengan dua sisi mata uang, manusia dan komunikasi tidak bisa dipisahkan,

keduanya saling berkaitan satu sama lain. Lazimnya, manusia berkomunikasi

diawali dengan satu alasan mendasar, yaitu karena manusia adalah makhluk sosial

yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain serta harus menjalin

hubungan dalam masyarakat.

Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama

untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial

dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa,

berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan dan menurut Everett M.

Rogers (Mulyana, 2010 : 69), komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka. Dengan kata lain, diharapkan adanya suatu

perubahan sebagai hasil dari komunikasi yang dilakukan diantara sumber dan

penerima yang akan menjadi indikator berhasil atau tidaknya komunikasi yang di

jalin.

Menurut Richard L. Weaver, salah satu karakteristik komunikasi

antarpribadi adalah tidak harus bertatap muka (Budyatna, 2011:16). Komunikasi

antarpribadi yang sudah terbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu.

Misalnya, antara orangtua dan anaknya yang menempuh pendidikan jauh dengan

orangtua dan tidak tinggal serumah dengan orangtua, maka interaksi yang terjalin

melalui telepon, email, chatting, dan sebagainya. Komunikasi antarpribadi sebagai proses yang merupakan rangkaian sistematis perilaku yang bertujuan yang terjadi

dari waktu ke waktu atau berulang kali. Misalnya, selama dua puluh menit

percakapan telepon seorang anak dengan orangtuanya untuk mendapatkan

informasi keluarga. Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu faktor yang

(2)

mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Suksesnya komunikasi antarpribadi

banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang (Rakhmat, 2008:105).

Konsep diri merupakan aspek yang penting dalam diri seseorang karena

konsep diri merupakan acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan, William H.

Fitts (Agustiani, 2009 : 138-139) mengatakan bahwa ketika individu

mempersepsikan dirinya, berinteraksi dengan dirinya, berarti ia menunjukkan

suatu kesadaran diri dan konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku

seseorang. Selain itu, menurut George Herbert Mead (Mulyana, 2010 : 11), setiap

manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain

dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. Jadi kita mengenal diri

kita lewat orang lain yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita.

Dengan konsep diri, kita bisa melihat bagaimana caranya membangun

komunikasi yang baik dengan lawan bicara kita, karena konsep diri

mencerminkan apa yang menjadi karakter atau suatu ciri khas dari diri kita

sendiri.Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat dini kehidupan anak

yang menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari

(Agustiani, 2009:138)

Kualitas konsep diri tersebut dibentuk salah satunya karena adanya teori

interaksi simbolik (Morissan,2009:74). Interaksi simbolik merupakan makna suatu

objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang

terisolir satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolik menyatakan bahwa

makna muncul melalui interaksi. Orang-orang terdekat seperti orangtua

memberikan pengaruh besar. Orangtua yang memperkenalkan dengan kata-kata

baru, konsep-konsep untuk membantu membedakan antara diri sendiri dan orang

lain sehingga miliki sense of self. Konsep diri berkembang karena adanya interaksi dengan orang lain.

Konsep diri merupakan faktor yang menentukan dalam komunikasi

antarpribadi, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan

konsep dirinya. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang

dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari

interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan,

(3)

Karena pada awalnya konsep diri yang dibentuk diawal dengan orangtua akan

berkembang melalui interaksi sosial yang ada di lingkungannya

(West,2011:101-102).

Konsep diri erat kaitannya dengan budaya, pembentukkan konsep diri

bisa dipengaruhi oleh budaya dari keluarga yang sudah turun-temurun dianut

ataupun budaya di sekitar tempat tinggal. Budaya sendiri memiliki pengertian –

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia – yaitu pikiran ; akal budi yang

menghasilkan adat istiadat

2015). Dengan begitu, budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama

dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Budaya atau kebudayaan berasal daribuddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam

disebut culture, yang berasal dari kata, yaitu mengolah atau

mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata

culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Dan

di Indonesia terdapat banyak sekali ragam budaya, terdapat lebih dari 300

menurut sensus BPS tahun 2010 dengan penyebaran yang kurang merata.

Suku yang paling mendominasi di Indonesia adalah suku Jawa, Sunda,

dan Batak yang meduduki peringkat tiga teratas dan suku Batak banyak mendiami

wilayah Sumatera Utara dengan jumlah populasi kurang lebih 8,5 juta penduduk.

Suku Batak sendiri memiliki pembagian lagi, yaitu Batak Toba, Batak

Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak, dan Batak Mandailing dengan persebaran

yang juga tidak merata namun masih tetap ada yang mendiami daerah asalnya.

Dan diantara kelima sub suku Batak diatas, yang paling besar jumlah

penduduknya ialah Batak Toba.

Jika menilik lebih dekat tentang kebudayaan Batak Toba dan melakukan

wawancara dengan seorang budayawan yaitu Monang Naipospos (Raja

(4)

agama Islam, Kristen dan Katolik dianut sebagian besar Batak Toba. Penganut

Ugamo Malim disebut Parmalim (Sumber : Wikipedia))), sejarah Batak Toba

dimulai dari garis keturunan yang berawal dari Si Raja Batak. Namun sebelum

adanya Si Raja Batak, suku batak toba memiliki mitologi yang berawal dari

Siboru Deak Parujar yang turun dari langit. Dia terpaksa meninggalkan kahyangan

karena tidak suka dijodohkan dengan Siraja Odap-odap. Padahal mereka berdua

sama-sama keturunan dewa.

Dengan alat tenun dan benangnya, Siboru Deak Parujar yakin

menemukan suatu tempat persembunyian di benua bawah. Alhasil, dia tetap

terpaksa minta bantuan melalui burung-suruhan Sileang-leang Mandi agar Dewata

Mulajadi Nabolon berkenan mengirimkan sekepul tanah untuk ditekuk dan

dijadikan tempatnya berpijak. Namun sampai beberapa kali kepul tanah itu

ditekuk-tekuk, tempat pijakan itu selalu diganggu oleh Naga Padoha Niaji.

Raksasa ini sama jelek dan tertariknya dengan Siraja Odap-odap melihat

kecantikan Siboru Deak Parujar. Akhirnya Siboru Deak Parujar mengambil siasat

dengan makan sirih. Warna sirih Siboru Deak Parujar kemudian semakin

menawan Naga Padoha Niaji. Dia mau tangannya diikat asal yang membuat

merah bibir itu dapat dibagi kepadanya. Namun setelah kedua tangan berkenan

diikat dengan tali pandan, Siboru Deak Parujar tidak memberikan sirih itu sama

sekali dan membiarkan Naga Padoha Niaji meronta-ronta sampai lelah.

Bumi yang diciptakan oleh Siboru Deak Parujar terkadang harus

diguncang gempa. Gempa itulah hasil perilaku Naga Padoha Niaji. Namun ketika

guncangan itu mereda Siboru Deak Parujar mulai merasa kesepian dan mencari

teman untuk bercengkerama. Tanpa diduga dan mengejutkan, diapun bertemu

dengan Siraja Odap-Odap dan sepakat menjadi suami-istri yang melahirkan

pasangan manusia pertama di bumi dengan nama Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat

Manisia. Dari generasi pertama ini lahir tiga anak yaitu Raja Miok-miok, Patundal

Na Begu dan Si Aji Lapas-lapas. Dari ketiga anak tersebut hanya raja Miok-miok

memiliki keturunan yaitu Eng Banua.Generasi berikutnya Eng Domia atau Raja

Bonang bonang yang menurunkan Raja Tantan Debata,Si Aceh dan Si Jau. Hanya

(5)

dari garis Si Raja Batak, asal-usul manusia Batak bukan dianggap legenda lagi

tapi menjadi tarombo atau permulaan silsilah.

Si Raja Batak kemudian membangun perkampungan di salah satu lembah

gunung tersebut dengan nama Sianjur Mula-mula,yang masih dapat dikunjungi

sampai saat ini sebagai model perkampungan batak pertama yang sangat dijaga

kelestarian lingkungan dan budayanya. Letak perkampungan itu berada di garis

lingkar Pusuk Buhit di lembah Sagala dan Limbong Mulana. Ada dua arah jalan

daratan menuju Pusuk Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur) dan satu lagi

dari dataran tinggi Tele. Legenda tentang Si Raja Batak membuat Sianjur

Mula-mula menjadi kampung yang sangat di jaga kelestarian alam dan budayanya.

Suku Batak Toba menganut sistem keturunan patrilineal, yaitu mengikuti

garis keturunan dari ayah dan peran ibu atau perempuan dalam suku Batak Toba

lebih minim dibanding laki-laki.Perempuan merupakan kaum yang sering di

nomor duakan di kehidupan sehari-hari.Perempuan seringkali mendapat perlakuan

yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat Batak. Dengan sistem patrilineal

yang dianut oleh masyarakat Batak, jelas menunjukkan bahwa anak laki-laki

sebagai generasi penerus, sedangkan anak perempuan kelak akan ikut marga

suaminya. Masyarakat patrilineal khususnya dalam masyarakat “Batak Toba”

menganggap bahwa anak laki-laki lebih berharga atau lebih tinggi kedudukannya

dari pada anak perempuan.Anak laki-laki dianggap sebagai pembawa keturunan

ataupun penerus marga dari orangtuanya. Sebaliknya, anak perempuan nanti akan

ikut dengan suami dan keturunan yang dilahirkannya akan mengikuti marga

suaminya. Tetapi disisi lain, kaum perempuan juga memiliki keistimewaan dalam

suku Batak Toba, yaitu diberi gelar ‘Boru Ni Raja’.

Orang batak identik di sebut sebagai “Raja”, sebutan ini diberikan oleh

sebuah keturunan marga sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang yang

“dirajakan” atau dihormati.Raja adalah dalam filosofi batak adalah sebuah

penghormatan.Konsep Raja memiliki makna yang sangat luas, memasuki teritori

adat, darah dan keseharian keluarga batak. Pertengkaran-pertengkaran dikalangan

keluarga batak sering di sudahi dengan kalimat “raja do hita” atau terjemahannya adalah “kita adalah raja” yang artinya kita tidak akan merendahkan diri kita untuk

(6)

martabatnya dengan pertengkaran-pertengkaran dan perkelahian. Putra –putri

orang batak disebut sebagai “Anak ni Raja” atau Boru Ni Raja.Anak ni raja yaitu kharisma seorang raja yang di bawa oleh anaknya. Keluarga batak dari pihak

perempuan yang disebut hula-hula sering di simbolkan sebagai “Raja” dan istri

seorang lelaki batak sering dikatakan Boru Ni Raja atau “putri Raja”.

Praktis konsep sebutan Boru Ni Raja adalah sebuah kehormatan yang meliputi banyak aspek seperti kepatutan,moral, etika, sensitifitas, tradisi dan adat

istidat yang saling tolong menolong tanpa pamrih dan tranpa imbalan atau suka

membantu. Inti dari konsep Boru Ni Raja dalam filosofi batak mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai kehormatan baik dari cara

bepakaian, cara berbicara, cara duduk, dan cara bergaul harus berprilaku seperti

Boru Ni Raja atau putri raja. Dan sesuai perkembangan zaman konsep Boru Ni Raja semakin asing di telinga generasi masa kini sehingga berkurangnya nilai-nilai Boru Ni Raja dalam kehidupan keluarga Batak Toba.

Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai gelar Boru Ni Raja mempengaruhi kehidupan perempuan-perempuan

yang memiliki latarbelakang keluarga batak dalam kehidupan sehari-hari dan

bagaimana pula gelar tersebut membentuk konsep diri perempuan batak.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

disimpulkan fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Konsep

Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar Boru Ni Raja?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran tentang gelar Boru Ni Raja di kecamatan Sianjur Mula-mula

2. Mengetahui konsep diri perempuan Batak Toba yang diberi gelar

Boru ni Raja di kecamatan Sianjur Mula-mula

1.4 Manfaat Penelitian

(7)

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperkaya wawasan di bidang Ilmu Komunikasi, khususnya

dalam kajian Konsep Diri.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran juga pengetahuan kepada pembaca tentang konsep diri

perempuan batak toba yang diberi gelar Boru Ni Raja.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberi

sumbangan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU guna

Referensi

Dokumen terkait

Hambleton dan Swaminathan (1985) menunjukkan bahwa karakteristik fungsi informasi tes adalah (a) ditetapkan untuk satu set aitem tes pada setiap titik dari kontinum

Proses sebelum relokasi yang melalui  beberapa tahap membuat subjek  merasa  bahwa  Jokowi  adalah  pemimpin  sembodo  atau  konsekuen.  Jokowi  konsekuen  dengan 

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat

Murid melakukan aktiviti menggosok gigi dengan teknik yang betul secara individu berpandukan poster. Edarkan Lembaran Kerja

https://www.google.co.id/search?q=kendama&tbm=isch&imgil=sDmkWvSqC0b

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang. PdP

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang. PdP

Murid menyanyikan lagu "Tak Boleh Sentuh" (Lampiran 2) atau lagu lain yang bersesuaian sambil menggayakan aksi 'tak boleh sentuh'. EMK Kreativiti