• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan Di Area Medan Oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan Di Area Medan Oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DI AREA MEDAN

OLEH PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

ANNA ALFI YANTI HULU

080902029

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan Oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara

OLEH: ANNA ALFIYANTI NIM: 080902029

Skripsi ini berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan Oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara”. Skripsi ini terdiri dari enam bab dengan jumlah halaman 122 halaman. Masalah yang dibahas di sini adalah bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program Kemitraan yang merupakan salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara dalam membantu masyarakat mengembangkan kemandirian dengan usaha kecil.

Tipe penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya mengenai pelaksanaan Program Kemitraan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV serta menggambarkan respon dari mitra binaan terhadap Program Kemitraan. Populasi dalam penelitian ini ada 246 mitra binaan sehingga yang menjadi sampel berjumlah 25 mitra binaan melalui teknik penarikan sampel bertujuan. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan kuisioner yang kemudian data dianalisis melalui statistik deskriptif.

Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data meliputi: (1) dari beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV yang harus dijalankan dalam pelaksanaan program kemitraan seperti ketentuan pemberian pinjaman, melakukan monitoring dan pemberian pelatihan, ada hal mengenai pelaksanaan monitoring yang tidak sesuai dengan ketetapan. (2) Program Kemitraan berdampak positif bagi mitra binaan. (3) Tercapainya hubungan harmonis antara perusahaan dan masyarakat melalui Program Kemitraan. (4) PT. Perkebunan Nusantara IV memberikan persepsi yang positif bagi masyarakat melalui Program Kemitraan. (5) Tidak adanya pekerja sosial profesional yang turut dalam pelaksanaan Program Kemitraan yang dijalankan oleh PT. Perkebunan Nusantara.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

ABSTRACT

Evaluation to The Implementation of Partnership Program in Medan Area By PT. Perkebunan Nusantara IV of North Sumatera

BY: ANNA ALFIYANTI NIM: 080902029

This thesis entitled "Evaluation to The Implementation of partnership Program in Medan Area By PT. Perkebunan Nusantara IV of North Sumatera”. This thesis consists of six chapters with 122 pages. The issue discussed here is how the implementation of Partnership Program in Medan area by PT. Perkebunan Nusantara IV of North Sumatra. The purpose of the research is to investigate the implementation of Partnership Program is one of the corporate social responsibility programs which is managed by PT. Perkebunan Nusantara IV of North Sumatera in helping people develop independence with small businesses.

Type of the research is descriptive method, which aims to describe the real situation regarding the implementation of Partnership Program by PT. Perkebunan Nusantara IV and describes the response of partners built the Partnership Program. The population was 246 partners that target a sample totaling 25 partners assisted with purposive sampling technique. Meanwhile, the techniques of data collection using observation, interviews and questionnaires then the data is analyzed through descriptive statistics.

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis ingin mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas limpahan taufiq dan ‘inayah Nya, karena skripsi yang telah lama penulis harapkan kehadirannya ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata satu (S-1) pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis ingin juga menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Badaruddin Rangkuti, selaku dekan FISIP USU.

2. Ibu Hairani Siregar S.sos, MSP selaku Ketua departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D selaku Dosen pembimbing yang selalu

memberikan arahan, masukan dan pemikiran-pemikiran untuk pemantapan skripsi ini. 4. Terimakasih juga saya ucapkan kepada staff pengajar dan staff kepegawaian di kampus FISIP USU yang telah memberi banyak kesempatan untuk saya menimba ilmu dan meminta pertolongan- pertolongan sehingga menghantarkan saya pada akhir masa studi ini.

5. Terima kasih kepada orangtua tercinta yang selalu mendo’akan, dan memberikan dukungan yang sangat berharga.

6. Terima kasih buat sahabat kandung isna, mia, rizka terima kasih atas tawa dan cerita. 7. Semua pihak yang pernah bersentuhan pemikiran dengan penulis. Sedikit banyaknya

skripsi ini adalah kristalisasi pemikiran yang selama ini ada. Terimakasih semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Medan, Oktober 2012

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Pembatasan Masalah... 11

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan ... ... 13

2.2. Pemberdayaan Masyarakat ... 15

2.3. Pengembangan Masyarakat ... 18

2.3.1. Model-Model Pengembangan Masyarakat ... 19

(6)

2.4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 22

2.5. Evaluasi Pelaksanaan Program 2.5.1. Pengertian Evaluasi ... 26

2.5.2. Pengertian Pelaksanaan ... 26

2.5.3. Pengertian Program... 27

2.5.4. Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program ... 28

2.6. BUMN ... 28

2.7. Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV 2.7.1. Pengertian Program Kemitraan... 31

2.7.2. Manfaat Program Kemitraan ... 31

2.7.3. Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV... 32

2.7.3.1. Pelaksanaan Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV ... 35

2.8. Kerangka Pemikiran ... 39

2.9. Defenisi Konsep dan Operasional 2.9.1. Defenisi Konsep ... 42

2.9.2. Defenisi Operasional... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 46

3.2. Lokasi Penelitian ... 46

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi ... 47

3.3.2. Sampel ... 47

(7)

3.5. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV 4.1.1. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara IV ... 50

4.1.2. Alamat Kantor ... 50

4.1.3. Kepemilikan ... 51

4.1.4. Bidang Usaha... 51

4.1.5. Visi dan Misi Perusahaan 4.1.5.1. Visi Perusahaan ... 54

4.1.5.2. Misi Perusahaan ... 54

4.1.6. Budaya Perusahaan ... 54

4.1.7. Paradigma Bisnis ... 55

4.1.8. Struktur Organisasi ... 56

4.2. Gambaran Umum Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 4.2.1. Landasan Hukum Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ... 58

4.2.2. Stuktur Organisasi PKBL... 58

4.2.3. Program Kemitraan ... 60

4.2.4. Program Bina Lingkungan ... 6

BAB V ANALISIS DATA PENELITIAN 5.1. Karakteristik Umum Responden ... 63 5.2. Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan

(8)

5.2.1. Kesesuaian Pelaksanaan Program Kemitraan

yang direncanakan Dengan Pelaksanaan ... 68 5.2.2. Pengembangan Usaha Mikro Dengan

Pemberian Pinjaman ... 101 5.2.3. Terwujudnya Hubungan Harmonis Antara

Masyarakat Dengan Perusahaan... 110 5.2.4. Persepsi Mitra Binaan Terhadap Program

dan Perusahaan ... 111 5.2.5. Keterlibatan Pekerja Sosial Profesional ... 117

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ... 120 6.2. Saran ... 122

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Usia Responden………... 63

Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden……….…………... 64

Tabel 5.3 Agama Responden……… 65

Tabel 5.4 Suku Responden….……….. 66

Tabel 5.5 Pendidikan Terakhir Responden……….. 67

Tabel 5.6 Pekerjaan Responden Pada Bidang Lain……….. 70

Tabel 5.7 Penerimaan Informasi Awal………. 71

Tabel 5.8 Bidang Usaha……… 72

Tabel 5.9 Lama Kegiatan Usaha Responden……… 73

Tabel 5.10 Izin Usaha Responden……….. 74

Tabel 5.11 Jenis Teknologi Usaha Responden………... 75

Tabel 5.12 Jumlah Modal Teknologi Maupun Habis Pakai……… 76

Tabel 5.13 Jumlah Tenaga Kerja………. 77

Tabel 5.14 Jumlah Pendapatan Responden Setiap Bulan……… 78

Tabel 5.15 Distribusi Responden Mengetahui Syarat-syarat Menjadi Mitra Binaan……… 79

Tabel 5.16 Tanggapan Responden Mengenai Proses Peminjaman Awal………. 80

Tabel 5.17 Tanggapan Responden Mengenai Jangka Pengajuan Permohonan Hingga mendapatkan Pinjaman……… 81

(10)

Dana Pinjaman……….. 82

Tabel 5.19 Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian Jumlah Permohonan Pinjaman…….………. 83

Tabel 5.20 Bentuk Agunan………. 84 Tabel 5.21 Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Pinjaman Memadai Dengan Keperluan Usaha………. 86 Tabel 5.22 Tanggapan Responden Mengenai Bunga Pinjaman... 87 Tabel 5.23 Tanggapan Responden Mengenai Sikap Pihak

PT. Perkebunan Nusantara IV Monitoring…….….. 89 Tabel 5.24 Tanggapan Responden Berdasarkan Tingkat

Frekuensi Monitoring……….……….. 90

Tabel 5.25 Keikutsertaan Responden Dalam Kegiatan Pameran……… 92 Tabel 5.26 Tanggapan Responden Mengenai Dampak Positif

Kegiatan Pameran…………..……… 93

Tabel 5.27 Tanggapan Responden Mengenai Penyediaan Fasilitas Kegiatan Pameran……….. 94 Tabel 5.28 Tanggapan Responden Mengenai Pendampingan

PT. Perkebunan Nusantara IV Dalam Kegiatan Pameran…. 95 Tabel 5.29 Tanggapan Responden Mengenai Besarnya Peranan

Fasilitasi oleh PT. Perkebunan Nusantara IV……… 96 Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam

Pelatihan dan Pembinaan……….……….. 97 Tabel 5.31 Tanggapan Responden Mengenai Pentingnya Pelatihan

(11)

Tabel 5.32 Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian Pelatihan dan Pembinaan Dengan Kebutuhan Usaha……… 99

Tabel 5.33 Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Pelatihan

dan Pembinaan Terhadap Pengembangan Usaha………….. 100

Tabel 5.34 Tanggapan Responden Mengenai Hal-hal yang Dapat

Menghambat Perkembangan Usaha………. 103

Tabel 5.35 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Kesulitan

Dalam Pemasaran……….. 104

Tabel 5.36 Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Perkembangan Usaha Sebelum Mendapatkan Pinjaman……….…….. 105

Tabel 5.37 Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Perkembangan Usaha Setelah Mendapatkan Pinjaman……… ……… 107

Tabel 5.38 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Kepuasan

Perkembangan Usaha Setelah Mendapatkan Pinjaman……. 108

Tabel 5.39 Tanggapan Responden Mengenai Niatan Melakukan

(12)

Tabel 5.40 Tanggapan Responden Mengenai Pengetahuan Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV……….…. 111

Tabel 5.41 Tanggapan Responden Mengenai Keberadaan

PT. Perkebunan Nusantara IV……….. 112

Tabel 5.42 Tanggapan Responden Mengenai Pelayanan

PT. Perkebunan Nusantara IV……….………. 113

Tabel 5.43 Tanggapan Responden Mengenai Adanya Program

Kemitraan………. 114

Tabel 5.44 Tanggapan Mengenai Dukungan Program Kemitraan Yang Dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara IV ……….. 115

Tabel 5.45 Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Pelayanan Program KemitraanPT. Perkebunan Nusantara IV……….. 116

Tabel 5.46 Tanggapan Responden Mengenai Pengetahuan Tentang Pekerja Sosial……… 117

Tabel 5.47 Tanggapan Responden Mengenai Keikutsertaan

Pekerja Sosial Dalam Pelaksanaan Program………. 118

(13)

DAFTAR BAGAN

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan Oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara

OLEH: ANNA ALFIYANTI NIM: 080902029

Skripsi ini berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan Oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara”. Skripsi ini terdiri dari enam bab dengan jumlah halaman 122 halaman. Masalah yang dibahas di sini adalah bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program Kemitraan yang merupakan salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara dalam membantu masyarakat mengembangkan kemandirian dengan usaha kecil.

Tipe penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya mengenai pelaksanaan Program Kemitraan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV serta menggambarkan respon dari mitra binaan terhadap Program Kemitraan. Populasi dalam penelitian ini ada 246 mitra binaan sehingga yang menjadi sampel berjumlah 25 mitra binaan melalui teknik penarikan sampel bertujuan. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan kuisioner yang kemudian data dianalisis melalui statistik deskriptif.

Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data meliputi: (1) dari beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV yang harus dijalankan dalam pelaksanaan program kemitraan seperti ketentuan pemberian pinjaman, melakukan monitoring dan pemberian pelatihan, ada hal mengenai pelaksanaan monitoring yang tidak sesuai dengan ketetapan. (2) Program Kemitraan berdampak positif bagi mitra binaan. (3) Tercapainya hubungan harmonis antara perusahaan dan masyarakat melalui Program Kemitraan. (4) PT. Perkebunan Nusantara IV memberikan persepsi yang positif bagi masyarakat melalui Program Kemitraan. (5) Tidak adanya pekerja sosial profesional yang turut dalam pelaksanaan Program Kemitraan yang dijalankan oleh PT. Perkebunan Nusantara.

(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

ABSTRACT

Evaluation to The Implementation of Partnership Program in Medan Area By PT. Perkebunan Nusantara IV of North Sumatera

BY: ANNA ALFIYANTI NIM: 080902029

This thesis entitled "Evaluation to The Implementation of partnership Program in Medan Area By PT. Perkebunan Nusantara IV of North Sumatera”. This thesis consists of six chapters with 122 pages. The issue discussed here is how the implementation of Partnership Program in Medan area by PT. Perkebunan Nusantara IV of North Sumatra. The purpose of the research is to investigate the implementation of Partnership Program is one of the corporate social responsibility programs which is managed by PT. Perkebunan Nusantara IV of North Sumatera in helping people develop independence with small businesses.

Type of the research is descriptive method, which aims to describe the real situation regarding the implementation of Partnership Program by PT. Perkebunan Nusantara IV and describes the response of partners built the Partnership Program. The population was 246 partners that target a sample totaling 25 partners assisted with purposive sampling technique. Meanwhile, the techniques of data collection using observation, interviews and questionnaires then the data is analyzed through descriptive statistics.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada negara. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekadar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial.

Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama setelah reformasi, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemilik dan manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya di sekitar lokasi perusahaan. Hal ini disebabkan kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi juga tanggung jawab sosial perusahaan. Peristiwa ini dapat kita lihat dari banyaknya perusahaan yang didemo, dihujat, bahkan dirusak oleh masyarakat sekitar lokasi pabrik.

(17)

masyarakat, justru yang banyak terjadi, masyarakat malah termarginalkan di daerah sendiri

Sebagai contoh, kasus terbaru terjadi di Papua yang melibatkan PT. Freeport, hingga menimbulkan efek domino dan menyebabkan chaos di daerah yang terkenal dengan potensi sumber daya alamnya tersebut. Di sekitar areal pertambangan yang mengalirkan jutaan dollar perhari, kehidupan masyarakat masih hidup miskin dan nyaris tak tersentuh perhatian perusahaan. Berbagai tindakan anarkis justru yang ditimpakan kepada mereka saat mengais sisa produksi di areal pembuangan limbah

Contoh di atas hanya merupakan salah satu gambaran fenomena kegagalan hubungan perusahaan dengan masyarakat serta lingkungan sekitar perusahaan yang muncul di Indonesia. Ada banyak lagi contoh kasus seperti kasus PT. Newmont Minahasa Raya, kasus Lumpur Panas Sidoarjo yang diakibatkan kelalaian PT. Lapindo Brantas, kasus perusahaan tambang minyak dan gas bumi Unicoal Perusahaan Amerika Serikat, kasus PT. Kelian Equatorial Mining pada komunitas Dayak, kasus suku Dayak dengan perusahaan tambang emas milik Australia yaitu Aurora Gold, dan kasus pencemaran air raksa yang mengancam kehidupan 1,8 juta jiwa penduduk Kalimantan Tengah yang merupakan kasus suku Dayak melawan Minamata

(18)

yang terus menguat. Isu ini sering diperdebatkan dengan pendekatan nilai-nilai etika, dan memberi tekanan yang semakin besar pada kalangan bisnis untuk berperan dalam masalah-masalah sosial yang akan terus tumbuh. Isu Corporate Social Responsibility sendiri juga sering diangkat oleh kalangan bisnis, manakala pemerintahan nasional di berbagai negara telah gagal menawarkan solusi terhadap berbagai masalah kemasyarakatan

Logika ekonomi neoklasik dijelaskan bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran sebuah perusahaan sudah pasti akan meningkatkan kemakmuran rakyat karena lebih efisien dan murah produk yang dihasilkan tetapi penjelasan ini berbanding terbalik dengan hal yang terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia. Perusahaan selama ini dianggap sebagai biang rusaknya lingkungan, pengeksploitasi sumber daya alam, hanya mementingkan keuntungan semata. Kebanyakan perusahaan selama ini melibatkan dan memberdayakan masyarakat hanya untuk mendapat simpati. Dengan konsep seperti ini, kondisi masyarakat tidak akan berubah dari kondisi semula, tetap miskin dan termarginalkan (Djojohadikusumo, 1991:33).

Seiring pesatnya perkembangan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan teknologi sekarang mengakibatkan adanya kesenjangan serta ketidakadilan dalam kesejahteraan masyarakat. Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk melakukan upaya pengentasan kemiskinan antara lain bantuan langsung tunai, program peningkatan kesejahteraan dan sebagainya.

(19)

penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan masing-masing turun 0,14 persen dan 0,13 persen.

Pada periode tersebut, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,09 juta orang, sementara di daerah perdesaan berkurang 0,04 juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dari Maret 2011 ke September 2011. Pada Maret 2011, sebagian besar 15,72 persen penduduk miskin berada di daerah perdesaan. Begitu juga pada September 2011, yaitu sebesar 15,59 pers

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, dapat diketahui kondisi angka kemiskinan di Indonesia memang mengalami penurunan. Namun penurunan tidak terlalu signifikan, hal ini menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang memuaskan dalam pengentasan masalah kemiskinan. Berbicara mengenai masalah kemiskinan, masalah ini sudah sejak lama menjadi masalah bangsa Indonesia, dan hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda menghilang, kemiskinan merupakan akibat dari pembangunan ekonomi yang berlangsung. Kemiskinan akan semakin bertambah seiring tidak terjadinya pemerataan pembangunan.

(20)

Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan Corporate Social Responsibility. Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa perusahaan-perusahaan besar terutama di negara Indonesia bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat melainkan suatu entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya dan masyarakat Indonesia lebih merasakan hasil dari pemerataan pembangunan Indonesia

Pada kenyatannya Corporate Social Responsibility tidak serta merta dipraktikkan oleh semua perusahaan, beberapa perusahaan yang menerapkan Corprate

Social Responsibility justru dianggap sok sosial. Ada juga yang berhasil memberikan

materi riil kepada masyarakat, namun di ruang publik nama perusahaan gagal menarik simpati orang. Hal ini terjadi karena Corporate Social Responsibility dilakukan secara latah dan tidak didukung konsep yang baik, kenyataan membuktikan bahwa masih banyak perusahaan yang belum cukup menyadari pentingnya membangun kemitraan dengan komunitas yang ada disekitar akibatnya, program Corporate Social

Responsibility yang digelar lebih banyak bersifat jangka pendek.

(21)

Dengan dasar ini menyebabkan pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang memuat tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Pada akhirnya penerapan dan pelaksanaannya bukan lagi sebuah kesukarelaan, tetapi berubah menjadi sebuah kewajiban. Hal ini dibuktikan dengan adanya Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara, 2011: 1).

Dalam Pasal 9 Peraturan Menteri Nomor PER-05/MBU/2007 disebutkan bahwa untuk perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara wajib menyisihkan 2% (dua persen) dari laba bersihnya setelah dikurangi pajak sebagai dana operasional pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara. Usaha kecil yang dimaksudkan disini adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan yang diatur dalam peraturan pemerintah.

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara sebagai pembina membentuk sebuah unit organisasi didalam perusahaannya untuk mengelola dan mengatur Program Kemitraan tersebut. Unit tersebut dibawah pengawasan seorang Direksi Perusahaan, selanjutnya, Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh Badan Usaha Milik Negara melalui pemanfaatan dana dari bagian laba dan dilaksanakan di wilayah usaha Badan Usaha Milik Negara yang bersangkutan.

(22)

yang telah dibentuk di atas, sesuai dengan Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV Nomor : 04.11/KPB/80/XII/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Struktur Organisasi, Sasaran Tugas Organisasi dan Proses Bisnis. PT. Perkebunan Nusantara IV telah membentuk satu bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang berada dibawah Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha (PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara, 2011: 2).

Program ini merupakan komitmen PT. Perkebunan Nusantara IV untuk mendorong kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasional, bukan sesaat dan jangka pendek namun, kesejahteraan jangka panjang melalui pemberdayaan masyarakat sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara luas. Hal ini bagian dari tanggung jawab perusahaan untuk turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong pengembangan usaha mikro dengan memberi pinjaman.

Menurut data yang diperoleh dari pemberitaan media, PT. Perkebunan Nusantara IV Medan tahun ini diperkirakan mengalokasikan dana corporate social

responsibily sekitar Rp45 miliar atau tiga sampai lima persen dari laba bersih tahun 2011

(23)

mengembangkan usaha kemandirianny

Dalam pelaksanaan usahanya, berbagai penghargaan telah diraih oleh PT. Perkebunan Nusantara IV. Salah satu diantaranya, PT. Perkebunan Nusantara IV pernah menerima penghargaan Corporate Social Responsibility Award 2010 sebagai Pembina Usaha Kecil Menengah berprestasi, yang diserahkan langsung oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil serta Menengah Republik Indonesia

Untuk tahun pertama PT. Perkebunan Nusantara IV menyisihkan sebesar Rp7,5 milyar untuk program Corporate Social Responsibility, untuk tahun 2009 menganggarkan sebesar Rp8 milyar, dan untuk tahun 2010 menganggarkan dana sebesar Rp8 milyar. PT. Perkebunan Nusantara IV lebih jadi merupakan perusahaan pertama di lingkungan Badan Usaha Milik Negara perkebunan yang memasukkan dana Corporate

Social Responsibility ke dalam biaya perusahaan. Meski dana Corporate Social

Responsibility dimasukkan ke dalam biaya perusahaan terbilang relatif kecil, PT.

(24)

Penyisihan dari laba minimal sebesar satu persen sejak 1990 s/d 2010 telah terakumulasi untuk Program Kemitraan Rp65,13 milyar. Untuk tahun 2008 disisihkan sebesar Rp5,52 milyar atau meningkat dari hanya Rp2,85 milyar pada tahun 2007, untuk tahun 2009 Rp16,05 milyar dan untuk tahun 2010 sebesar Rp8,36 milyar. Untuk Program Bina Lingkungan yang dimulai sejak tahun 2001 s/d 2010 telah disisihkan dari laba PT. Perkebunan Nusantara IV sebesar Rp72,72 milyar, tahun 2008 Rp22,09 milyar, tahun 2009 Rp16,05 milyar dan tahun 2010 Rp8,36 milyar.

Sejalan dengan peningkatan jumlah laba dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disalurkan, PT. Perkebunan Nusantara IV juga berusaha untuk memperluas segmentasi penerimaan bantuan di bidang kemitraan misalnya usaha yang dibantu melingkupi industri, jasa perdagangan, perikanan, perkebunan, pertanian dan peternakan. Dalam bidang bina lingkungan diutamakan diarahkan kepada korban bencana alam, pendidikan dan pelatihan, kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, sarana rumah ibadah sampai pelestarian lingkungan hidup. Program Kemitraan adalah untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri, melalui pemberian dana bergulir dengan bunga rendah, sedangkan Program Bina Lingkungan adalah pemberdayaan kondisi sosial masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan serta peningkatan kualitas sebuah lingkungan tertentu.

(25)

Dengan kata lain, PT. Perkebunan Nusantara IV ingin pula menerapkan konsep 3P, yakni profit, people dan planet sebagai filosofi dalam menjalankan usaha sekaligus untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Gevernance. Arah menuju visi dan misi perusahaan itu nampaknya sudah mulai bisa dirasakan hasilnya. Perolehan keuntungan yang semakin meningkat tiap tahun membuktikan kebijakan yang ditempuh perusahaan sudah berada pada jalan yang benar dan bertanggung jawab 10.13WIB, 21 Maret 2012).

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan sama-sama memliki peran penting dalam pengentasan masalah di masyarakat, namun sistem pelaksanaannya berbeda. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan dasar inilah penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan Program Kemitraan yang merupakan salah satu program dari

Corporate Social Responsibility yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IV

sebagai judul penelitian saya yang hasilnya akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di latar belakang masalah, maka Penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

(26)

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih mempertajam masalah yang ingin diteliti tentang evaluasi pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara, Penulis membatasi materi kajian, maka objek sasaran yang diteliti sebagai berikut:

a. PT. Perkebunan Nusantara IV. b. Mitra binaan, berupa sebagai berikut: 1. Badan hukum.

2. Perorangan.

c. Pelaksanaan Program Kemitraan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV kepada mitra binaan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program Kemitraan yang merupakan salah satu program Corporate Social Responsibility yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara dalam membantu masyarakat mengembangkan kemandirian dengan usaha kecil.

1.4.2. Manfaat Penelitian

(27)

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kemiskinan

Ada berbagai variasi defenisi dan klarifikasi mengenai kemiskinan yang dikemukakan oleh beberapa pakar ekonomi, salah satunya David Cox (dalam Seabrook, 2006: 31) membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi:

1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju, sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.

2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten yaitu kemiskinan akibat rendahnya pembangunan, kemiskinan pedesaan yaitu kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan, kemiskinan perkotaan yaitu kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan.

3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.

4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

(29)

individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya diakses pada pukul 13.46 WIB, 23 Maret 2012).

Kemiskinan dilihat dari sisi poverty profile masyarakat. Kemiskinan tidak hanya menyangkut persoalan kesejahteraan semata, tetapi kemiskinan menyangkut persoalan kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk kebutuhan konsumsi, angka ketergantungan yang tinggi, rendahnya akses terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam budaya kemiskinan yang diwarisi dari satu generasi kegenerasi berikutnya (Seabrook, 2006: 34).

(30)

Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan tidak bisa hanya dipandang dari sisi kurangnya pemenuhan kebutuhan pokok semata sebagai akibat kerentanan dan ketidakberdayaan seperti yang selama ini banyak didefinisikan dalam kebijakan-kebijakan tentang pengentasannya. Kemiskinan juga harus dipandang dari pengertian kemiskinan relatif sehingga kebijakan yang diambil dapat memberikan solusi terhadap akar permasalahan kemiskinan itu sendiri.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemahaman mengenai konsep pemberdayaan tidak bisa dilepaskan dari pemahaman mengenai siklus pemberdayaan itu sendiri, karena pada hakikatnya pemberdayaan adalah sebuah usaha berkesinambungan untuk menempatkan masyarakat menjadi lebih proaktif dalam menentukan arah kemajuan dalam komunitasnya sendiri. Konsep pemberdayaan masyarakat ini muncul karena adanya kegagalan sekaligus harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan.

(31)

Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.

Upaya yang amat pokok dalam rangka pemberdayaan ini adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang.

(32)

seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini (Adi, 2003: 51-52).

Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pemberdayaan masyarakat. Menurut Rubin (dalam Adi, 2003: 55) mengemukakan 5 prinsip dasar dari konsep pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat memerlukan break-even dalam setiap kegiatan yang dikelolanya, meskipun orientasinya berbeda dari organisasi bisnis, dimana dalam pemberdayaan masyarakat keuntungan yang diperoleh didistribusikan kembali dalam bentuk program atau kegiatan pembangunan lainnya.

2. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan.

3. Dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik. 4. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan

sumber daya, khususnya dalam hal pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber-sumber lainnya.

(33)

2.3. Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama dengan mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan Masyarakat sering diimplementasikan dalam bentuk:

1. Proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhan.

2. Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab.

Pengembangan Masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu pengembangan dan masyarakat. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial-budaya. Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.

(34)

seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.

Istilah masyarakat dalam pengembangan masyarakat biasanya diterapkan terhadap pelayanan-pelayanan sosial kemasyarakatan yang membedakannya dengan pelayanan-pelayanan sosial kelembagaan. Pelayanan perawatan manula yang diberikan di rumah mereka dan/atau di pusat-pusat pelayanan sosial kemasyarakatan, sedangkan perawatan manula di sebuah rumah sakit khusus manusia lanjut usia adalah contoh pelayanan sosial kelembagaan.

Istilah masyarakat juga sering dikontraskan dengan negara. Misalnya, sektor masyarakat sering diasosiasikan dengan bentuk-bentuk pemberian pelayanan sosial yang kecil, informal dan bersifat bottom-up, sedangkan lawannya, yakni sektor publik kerap diartikan sebagai bentuk-bentuk pelayanan sosial yang relatif lebih besar. Pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan (Susantyo, 2008: 39-40).

2.3.1. Model-Model Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat terdiri atas tiga model yang berguna dalam memahami konsep pekerjaan sosial dengan masyarakat yaitu:

(35)

sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.

2. Perencanaan sosial, yang dimaksud perencanaan sosial disini adalah sebagai proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan, kesehatan masyarakat yang buruk.

3. Aksi sosial, tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan, pendistribusian sumber dan pengambilan keputusan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan, dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokratis, kemerataan dan keadilan (Soetomo, 2006: 131).

2.3.2. Peranan Pekerja Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat

(36)

1. Fasilitator

Peranan fasilitator sering juga disebut sebagai pemungkin sebagai tanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional. Pengertian ini didasari oleh visi pekerjaan sosial bahwa setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh adanya usaha-usaha klien sendiri, dan perana pekerja sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan yang ditetapkan dan disepakati bersama.

2. Broker

Dalam konteks pekerja sosial dengan masyarakat, peran pekerja sosial sebagai broker tidak jauh berbeda dengan peran broker dipasar modal. Seperti halnya dipasar modal, pekerjaan sosial dengan masyarakat terdapat klien atau konsumen namun, demikian pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial dilingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh keuntungan maksimal.

3. Mediator

(37)

4. Pembela

Peran pembelaan dapat dibagi dua: advokasi kasus dan advokasi kausa. Apabila pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kausa terjadi manakala klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.

5. Pelindung

Dalam melakukan peran sebagai pelindung, pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang beresiko lainnnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan sebagai kemampuan yang menyangkut: kekuasaan, pengaruh, otoritas, dan pengawasan sosial.

2.4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Definisi Corporate Social Responsibility menurut World Business Council on

Sustainable Development adalah komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis

dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Definisi lain, Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi (Wibisono, 2007: 6).

Petkoski dan Twose (dalam Susanto, 2007: 22) mendefinisikan Corporate Social

Responsibility sebagai komitmen bisnis untuk berperan untuk mendukung pembangunan

(38)

masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan.

Green Paper Komisi Masyarakat Eropa 2001 (dalam Susanto, 2007: 24) menyatakan bahwa kebanyakan definisi tanggung jawab sosial korporasi menunjukkan sebuah konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakeholder-nya. Ini setidaknya ada dua hal yang terkait dengan tanggungjawab sosial korporat itu yakni pertimbangan sosial dan lingkungan hidup serta interaksi sukarela.

Melalui bukunya berjudul Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of

Twentieth Century Business, Elkington (dalam Siagian & Suriadi, 2010: 49)

mengenalkan konsep Triple Bottom Line. Dalam bukunya tersebut Elkington mencoba menyadarkan para pelaku usaha, bahwa jika para pelaku ingin aktivitas ekonomi perusahaannya berkesinambungan dan berjalan baik, maka para pelaku usaha tidak boleh hanya berorientasi pada satu fokus berupa keuntungan, melainkan harus menjadikan tiga fokus sebagai orientasi aktivitas ekonomi, yang oleh Elkington dinamakan dengan konsep “3P”.

Cakupan yang harus menjadi pusat perhatian para pelaku usaha adalah, selain mengejar keuntungan perusahaan (Profit), pihak pelaku usaha juga harus memperhatikan dan terlibat secara sungguh-sungguh dalam upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People), serta turut berperan aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian lingkungan (Planet). Dalam kaitan itulah, penerapan

corporate social responsibility dipandang bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi

(39)

Corporate Social Responsibility adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba, tapi juga harus mengandung kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar. Sejalan dengan dinamika saat ini, disimpulkan ada enam kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting Corporate Social Responsibility, yaitu:

1. Meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin. 2. Posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya. 3. Makin mengemukanya arti kesinambungan.

4. Makin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik. 5. Tren ke arah transparansi.

6. Harapan-harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi pada era milenium baru (Soetomo, 2006: 116).

Corporate Social Responsibility merupakan salah satu bentuk implementasi dari

konsep tata kelola perusahaan yang baik. Diperlukan tata kelola perusahaan yang baik agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentinga, yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

(40)

Ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya :

Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan ekploratif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan pada masyarakat, semua ini diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa karena adanya market driven.

Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Implementasikan program karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam, perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan keuntungan demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

(41)

dalam konteks kehumasan merupakan kebijaksanaan bisnis yang hanya bersifat kosmetik (Wibisono, 2007: 23-24).

2.5. Evaluasi Pelaksanaan Program 2.5.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi menurut Yusuf (dalam Siagian & Suriadi, 2010: 116) adalah Suatu upaya untuk mengukur secara objektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari suatu aktivitas atau program yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penilaian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktivitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan aktivitas yang sama di masa depan.

Evaluasi menurut Jones (dalam Siagian & Suriadi, 2010: 117) adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalui indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan.

2.5.2. Pengertian Pelaksanaan

Menurut Kamus Webster (dalam Wahab, 1990: 48) implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden.

(42)

implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Sebaik apapun sebuah kebijakan tidak akan ada manfaatnya bila tidak dapat diterapkan sesuai dengan rencana, maka penerapan adalah suatu proses yang tidak sederhana

Pernyataan ini turut didukung oleh Ujodi (dalam Wahab, 1990: 51) mengemukakan dengan tegas bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip jika tidak diimplementasikan.

Dapat dikatakan, bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk melaksanakan serta mengoperasikan suatu program atau kebijakan yang perlu dilakukan secara arif, bersifat situasional mengacu pada semangat kompetensi dan berwawasan pemberdayaan. Mengimplementasikan suatu kebijakan diperlukan lebih banyak yang terlibat baik tenaga kerja maupun kemampuan organisasi.

2.5.3. Pengertian Program

Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Manila (dalam Jones, 1996: 43) mengemukakan bahwa program akan menunjang implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain:

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

(43)

d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan. e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

2.5.4. Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program

Evaluasi dalam pelaksanaan suatu program yaitu, melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan (Siagian & Suriadi, 2010: 117-118). Dapat diketahui bahwa evaluasi pelaksanaan program adalah sejauhmana pelaksanaan suatu program, yaitu sosialisasi yang dilakukan, ketepatan sasaran dan waktu program, pelayanan program yang diberikan, manfaat dan tujuan serta penanganan dari pengaduan masyarakat terhadap program.

2.6. BUMN

(44)

Perusahaan Umum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum, berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Secara filosofis, BUMN lahir sebagai wujud implementasi dari kewajiban negara mempersembahkan kesejahteraan kepada rakyatnya. Membangun struktur perekenomian yang kuat, melalui bisnis yang sehat dan beretika, merupakan salah satu jalan meraih kesejahteraan itu. Hal ini dikarena negara tidak mungkin secara langsung menjalankan aktivitas bisnis, maka BUMN adalah pilihan dengan cara menempatkan modal negara di dalamnya.

(45)

untuk keperluan pembinaan usaha kecil dan koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN (Wibisono, 2007: 69).

Meski tidak secara eksplisit menegaskan mengenai organ perseroan suatu BUMN, Undang-undang BUMN menyebutkan bahwa pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi (Pasal 5 ayat 1), sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas (Pasal 6 ayat 1). Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi, Komisaris, maupun Dewan Pengawas harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran. Direksi selaku organ BUMN yang ditugasi melakukan pengurusan tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN, dan tetap berpegang pada penerapan prinsip-prinsip good corporate

governance yang meliputi:

a) Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

b) Kemandirian, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

(46)

d) Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

e) Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat (Wibisono, 2007: 70).

2.7. Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV 2.7.1. Pengertian Program Kemitraan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Milik Negara Dengan Usaha Kecil, BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 6 disebutkan bahwa Program Kemitraan adalah, program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN/Perusahaan yang besarnya 1% (satu persen) s/d 3% (tiga persen) dari laba bersih setelah dipotong pajak. Program Kemitraan ini merupakan salah satu tanggung jawab sosial perusahaan (PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara, 2011: 1).

2.7.2. Manfaat Program Kemitraan

Adapun manfaat Program Kemitraan pada pertumbuhan ekonomi kerakyatan antara lain:

(47)

b. Pembinaan mitra binaan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan, kompetensi serta menambah omset usaha mitra binaan dalam pembangunan ekonomi kerakyatan.

c. Kemajuan serta peningkatan dalam usaha mitra binaan dapat memperluas lapangan kerja dan peningkatan taraf hidup masyarakat menuju sejahtera.

d. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada masa kedepan akan mendukung pembangunan kekuatan berbagai sektor lainnya menuju kesejahteraan hidup bangsa (PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara, 2011: 5).

2.7.3. Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV

PT. Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia. Perusahaan ini menjalankan program pemerintah yang telah dibentuk di atas, sesuai dengan Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV Nomor : 04.11/KPB/80/XII/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Struktur Organisasi, Sasaran Tugas Organisasi dan Proses Bisnis. PT. Perkebunan Nusantara IV telah membentuk satu bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang berada dibawah Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha (PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara, 2011: 2).

(48)

dengan perusahaan. Sasaran kebijakan Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV ini dengan menjadikan usaha kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang maju, modern, tangguh dan mandiri serta memiliki fungsi dan peranan strategis dalam Perekonomian Nasional. Hal ini merupakan tindakan PT. Perkebunan Nusantara IV dalam menjalankan prinsip-prinsip good corporate governance.

Dalam menjalankan program kemitraan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV ini, terdapat beberapa hal yang sebelumnya harus dipahami, anatara lain:

1. Perjanjian Kredit/Pinjaman

Perjanjian kredit/pinjaman yang merupakan perikatan antara pihak PT. Perkebunan Nusantara IV dengan pihak Mitra Binaan yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak, sehingga memiliki landasan agar tidak terjadi kerugian antara kedua belah pihak.

2. Mitra Binaan

Merupakan badan hukum dan perorangan yang telah memenuhi syarat dan melewati seleksi untuk diberikan dana pinjaman dari Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan untuk mengembangkan usaha sesuai dengan standar Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, sebagai berikut: a. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah).

b. Milik warga negara Indonesia.

(49)

d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

e. Mempunyai potensi dalam prospek usaha untuk dikembangkan. f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun.

3. Laporan

Merupakan informasi tentang suatu progress dan potensi kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang dipertanggung jawabkan kepada pihak yang berkepentingan.

4. Agunan

Merupakan suatu jaminan mitra binaan yang diserahkan kepada Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, sebagai ikatan tanggung jawab terhadap dana pinjaman yang harus dikembalikan oleh mitra binaan. Apabila mitra binaan tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian kredit/pinjaman, maka hal ini akan diproses oleh Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan mitra binaan, apakah agunan tersebut diproses untuk melunasi pinjaman atau Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan memberi waktu dengan mitra binaan untuk melunasi sisa pinjaman terhutang.

5. Bunga Pinjaman

(50)

6. Masa Pinjaman

Adalah masa perjanjian dana pinjaman selama 36 bulan dengan masa grace periode tiga bulan.

7. Pembayaran Angsuran

Merupakan kewajiban mitra binaan setiap bulan menyetorkan sejumlah angsuran (pinjaman pokok + bunga) perbulan ke rekening Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan selama masa yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja sama.

8. Rekening Koran

Merupakan identifikasi nasabah pada institusi perbankan, yang telah disyahkan oleh perbankan tertentu, sebagai alamat transaksi (kirim/terima) antara mitra binaan dengan Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara, 2011: 7).

2.7.3.1. Pelaksanaan Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV

Adapun kegiatan dalam pelaksanaan Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV, yaitu:

a. Penyaluran Pinjaman Dana Program Kemitraan

(51)

(1). Tata cara pengajuan permohonan pinjaman dana program kemitraan:

a. Calon mitra binaan menyampaikan proposal pinjaman kepada perusahaan yang ditujukan kepada Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. b. Jadwal penerimaan/penyampaian proposal yang menjadi prioritas adalah

pada Semester I Tahun berjalan dan selanjutnya paling lambat pada Triwulan III. Diluar jadwal tersebut proposal pinjaman akan dievaluasi pada tahun berikutnya.

d. Proposal yang masuk dicatat pada buku agenda dan menjadi milik PT. Perkebunan Nusantara IV serta masa berlakunya hanya dua tahun. Hal ini disebabkan data proposal sudah tidak up to date lagi dengan kegiatannya. (2). Pelaksanaan Seleksi/Evaluasi

Perusahaan melaksanakan seleksi/evaluasi terhadap proposal pinjaman calon mitra binaan melalui dua tahap sebagai berikut:

a. Tahap seleksi/evaluasi administrasi dan keuangan meliputi:

Memeriksa kelengkapan data proposal serta lampirannya, apabila proposal dianggap layak maka diteruskan untuk dievaluasi lapangan, tetapi apabila tidak layak akan dibalas dengan surat resmi ditolak.

b. Tahap seleksi/evaluasi lapangan meliputi:

Peninjauan langsung ke unit usaha calon mitra binaan untuk menilai kelayakan guna memperoleh pinjaman.

(3). Pelaksanaan Penyaluran Pinjaman

(52)

b. Daftar calon mitra binaan terseleksi tersebut diajukan oleh Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ke Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV untuk mendapat persetujuan.

c. Memberitahu dan mengundang calon mitra binaan untuk menandatangani kontrak atau surat perjanjian kerja sama.

d. Dari daftar calon mitra binaan yang telah disetujui direksi ditindak lanjuti dengan pembuatan kontrak/Surat Perjanjian Kredit dalam rangkap dua yang ditanda-tangani oleh calon mitra binaan dan direksi.

e. Surat Perjanjian Pinjaman tersebut dilengkapi dengan Kwitansi Tanda Terima Pinjaman bermaterai cukup serta Daftar Cicilan Pinjaman

f. Jangka waktu ditetapkan selama 36 bulan dengan masa grace periode tiga bulan

g. Besarnya bunga pinjaman antara 6% (enam persen) pertahun dengan sistem perhitungan bunga efektif

h. Penyaluran dana pinjaman dilakukan melalui transfer langsung ke rekening calon mitra binaan

i. Mitra binaan kemudian akan menerima satu set surat perjanjian yang telah ditanda-tangani oleh kedua belah pihak serta surat tanda terima agunan dari Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan bagi yang menyerahkan agunan.

b. Pemantauan Mitra Binaan / Monitoring

(53)

(1). Pemantauan kepada mitra binaan jika memungkinkan dilakukan setiap bulan oleh karyawan Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di Kabupaten/Kota baik di Provinsi Sumatera Utara maupun diluar Provinsi Sumatera Utara.

(2). Monitoring pemenuhan kewajiban, pengembangan usaha, permasalahan yang dihadapi oleh mitra binaan dan lain-lain.

(3). Hasil monitoring petugas Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, dituangkan dalam bentuk laporan untuk disampaikan kepada Kepala Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan selanjutnya diteruskan kepada Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV.

(4). Bagi mitra binaan yang kurang disiplin dalam mengembalikan pinjaman ditindak lanjuti dengan pemberian surat peringatan tertulis yang ditanda-tangani oleh Kepala Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. c. Pembinaan / Pelatihan

Untuk mewujudkan kelancaran usaha para mitra binaan. Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan mengadakan pembinaan /pelatihan kepada para mitra binaan tersebut demi kelancaran usaha mereka. Kegiatan pembinaan yang telah dilakukan adalah berupa:

1. Pelatihan kepada para mitra binaan.

2. Mengikuti berbagai acara untuk promosi produk-produk yang dihasilkan oleh mitra binaan melalui pameran.

(54)

2.8. Kerangka Pemikiran

Berbagai persoalan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kini semakin menjadi perhatian, hal ini membuat pemerintah untuk mendorong perusahaan-perusahaan swasta maupun BUMN agar menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu perusahaan BUMN yang menjalankan program pemberdayaan masyarakat sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara IV membentuk sebuah bagian yang menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Adapun yang menjadi sasaran kajian penelitian adalah Program Kemitraan. yang kegiatannya terdiri atas:

1. Penyaluran dana pinjaman untuk modal pengembangan usaha mitra binaan. 2. Monitoring mitra binaan oleh bagian Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan.

3. Pembinaan dan pelatihan kepada mitra binaan terhadap promosi produk mitra binaan.

Sasaran dari pada Program Kemitraan ini adalah badan hukum atau perorangan yang telah menjadi mitra binaan yang tersebar di seluruh wilayah Sumatera Utara, termasuk area Medan dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Berdasarkan pelaksanaan Program Kemitraan tersebut, maka diperlukannya evaluasi yang bertujuan untuk melihat dan menilai apakah program tersebut telah berjalan dengan tujuan semula dan sesuai dengan proses perencanaan yang telah dicanangkan sebelumnya dan bagaimana persepsi atau pandangan masyarakat terhadap adanya pelaksanaan program kedepannya.

(55)
(56)

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran di bawah ini:

Bagan 2.1 Bagan Alir Pikiran

Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

Program Kemitraan

1. Penyaluran dan pengembalian pinjaman (dana pinjaman untuk modal pengembangan usaha mitra binaan)

2. Monitoring mitra binaan oleh Bagian PKBL

3. Pembinaan dan pelatihan kepada mitra binaan terhadap promosi produk mitra binaan

Mitra Binaan PTPN IV Area Medan dari tahun 2007 sampai tahun 2011

1. Kesesuaian sasaran yang direncanakan dengan pelaksanaan 2. Pengembangan usaha mikro dengan memberi pinjaman

3. Terwujudnya hubungan harmonis antara perusahaan dengan masyarakat 4. Persepsi mitra binaan terhadap program dan perusahaan

5. Keterlibatan pekerja sosial profesional

PT. Perkebunan Nusantara IV Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(57)

2.9. Defenisi Konsep dan Operasional 2.9.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep.

Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Evaluasi adalah proses penilaian untuk menentukan sampai sejauhmana kelemahan dan kekurangan suatu program, sejak direncanakan sampai pada pelaksanaan untuk mencapai tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Pelaksanaan adalah penerapan seperangkat program atau kebijakan yang memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh individu, kelompok, pemerintah maupun masyarakat. 3. Program Kemitraan adalah salah satu bentuk dari penerapan tanggung jawab sosial

(58)

4. PT. Perkebunan Nusantara IV Medan Sumatera Utara adalah salah satu perusahaan pemerintah BUMN terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan.

5. Evaluasi pelaksanaan Program Kemitraan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV adalah suatu proses penilaian terhadap pelaksanaan program untuk kemandirian masyarakat oleh PT. Perkebunan Nusantara IV bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan usaha mikro.

2.9.2. Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam evaluasi pelaksanaan Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV dapat diukur melalui indikator sebagai berikut: 1. Kesesuaian Pelaksanaan Program Kemitraan yang direncanakan dengan pelaksanaan

adalah kesesuaian pelaksanaan yang meliputi penyaluran dana, pemantauan mitra binaan, pemberian pelatihan sudah sesuai dengan standar yang telah ditentukan. a. Penyaluran dana pinjaman, diukur dengan:

1. Siapa mitra binaan/ Peminjam dana 2. Usaha mitra binaan

(59)

4. Proses peminjaman

5. Dana pinjaman yang diinginkan 6. Agunan

7. Bunga Pinjaman

b. Pemantauan/ monitoring mitra binaan, diukur dengan:

1. Pihak PT. Perkebunan Nusantara IV melakukan monitoring

2. Frekuensi pihak PT. Perkebunan Nusantara IV melakukan monitoring

3. Guna pihak PT. Perkebunan Nusantara IV melakukan monitoring bagi mitra binaan

c. Pelatihan dan pembinaan bagi mitra binaan, diukur dengan: 1. Kegiatan pameran yang dilakukan mitra binaan

2. Fasilitas oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara IV

3. Pelatihan dan pembinaan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara IV kepada mitra binaan

2. Pengembangan usaha mikro dengan memberikan pinjaman adalah tujuan daripada pelaksanaan Program Kemitraan yang diharapkan, sehingga diperlukan evaluasi apakah pengembangan usaha mikro yang diharapkan telah tercapai, diukur dengan: a. Kelancaran pengembangan usaha

b. Hambatan pengembangan usaha

(60)

3. Terwujudnya hubungan harmonis antara masyarakat dengan perusahaan, dimana hal ini merupakan tujuan dari pelaksanaan Program Kemitraan, apakah tujuan yang diharapkan tersebut tercapai hal ini dapat diukur dengan:

a. Peranan PT. Perkebunan Nusantara IV terhadap masyarakat

b. Peranan masyarakat terhadap peningkatan image building PT. Perkebunan Nusantara IV

4. Persepsi mitra binaan terhadap program dan perusahaan, hal ini dapat diukur dengan: a. Persepsi mitra binaan terhadap perusahaan

b. Persepsi mitra binaan terhadap program yang dilaksanakan perusahaan 5. Keterlibatan pekerja sosial profesional, hal ini dapat diukur dengan:

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaiman unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52).

Dalam jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dari hal tersebut, maka jelas bahwa penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal be

Gambar

Tabel 5.2
Tabel 5.3 Agama Responden
Tabel 5.4
Tabel 5.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Di satu wilayah kerja dalamwaktu yang sama.. 21 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Jumlah kunjungan pasien maskin di sarana kesehatan Strata 1 --- x

Previous work by Davies and Colvin in 2000 combined these two datasets, using ground-level image photogrammetry and the historic United States Geological Survey (USGS)

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Tingkat intensitas kegiatan keagamaan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun Ajaran 2016/

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH 6 YOGYAKARTA.. TAHUN

Peptida antimikroba yang diperoleh dari susu seperti isracidin, casocidin, casecidin dan beberapa fragmen lain dengan berbagai variasi sekuen asam amino dapat dihasilkan dengan

Karena prosesor sangat sensitif sehingga perlu diperhatikan hal-hal yang bisa menyebabkan arus pendek dan overheating yang berakibat dapat merusak prosesor. Jika semua hal-hal

Melalui program ini alat dikendalikan dengan data yang sudah baku dan sudah dirancang agar tampilan pada alat sesuai dengan menekan beberapa tombol