• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu yang mepunyai Balita Mengenai Pemberian Prebiotik di Puskesmas Padang Bulan pada Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu yang mepunyai Balita Mengenai Pemberian Prebiotik di Puskesmas Padang Bulan pada Tahun 2011"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI

BALITA MENGENAI PENTINGNYA PEMBERIAN

PREBIOTIK DI PUSKESMAS PADANG BULAN

TAHUN 2011

Oleh :

JUSTIN A/L MICHAL DASS

080100414

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI

BALITA MENGENAI PENTINGNYA PEMBERIAN

PREBIOTIK DI PUSKESMAS PADANG BULAN

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

JUSTIN A/L MICHAL DASS

080100414

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Ibu yang mepunyai Balita Mengenai

Pemberian Prebiotik di Puskesmas Padang Bulan pada Tahun

2011

Nama : Justin A/L Michal Dass NIM : 080100414

Pembimbing Penguji I

(dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK) (dr. Nurchaliza Siregar, Sp.M)

NIP. 19460406 196902 1 001 NIP. 19700908 200003 2 001

Penguji II

(Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSi )

NIP. 19760410 200312 2 002

Medan, Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Prebiotik merupakan makanan tidak dapat dicerna, yang membawa manfaat kepada host dengan secara selektif menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas bakteri yang terbatas di dalam kolon, yang membantu meningkatkan kesehatan manusia. Prebiotik biasanya diperoleh dari makanan yang mengandung serat yang tinggi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Melalui statistik yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) pada 2010, 85% dari penduduk Indonesia kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran lebih dari lima porsi sehari.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik consecutive sampling.

tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita mengenai pentingnya pemberian prebiotik di Puskesmas Padang Bulan.

Dengan jumlah sampel sebanyak 97 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pentingnya pemberian prebiotik di Puskesmas Padang Bulan mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 49.5%, kategori baik dan kurang masing-masing 5.2% dan 45.4%.

Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu dengan balita di Puskesmas Padang Bulan berada rata-rata dalam kategori sedang.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dengan balita terhadap pentingya pemberian prebiotik di Puskesmas Padang Bulan berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak puskesmas dapat memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian prebiotik kepada balita.

(5)

ABSTRACT

A prebiotic is a selectively fermented ingredient that allows specific changes, both in the composition and/or activity in the gastrointestinal microflora that confers benefits upon host well-being and health. Prebiotic main source is vegetables and fruits which contain lots of fibers. According to the statistics from World Health Organization (WHO) in 2010, 85% of Indonesians ate lees than 5 portions fruits and vegetables daily.

This study was conducted to apprehend the mothers with child below 5 years old, knowledge towards the benefit of providing prebiotic in Puskesmas Padang Bulan, Medan.

This research was conducted with descriptive research methode, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using total consecutive sampling .

With a total sample of 97 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on the benefits of providing prebiotic majority are at average category that is 49.5%, good and less categories respectively 5.2% and 45.4%.

From these results, it can be concluded that knowledge of mothers with child below 5 years old, towards the benefit of providing prebiotic is at average category. The authorized party are expected to provide information regarding the benefits of prebiotic toward the mothers

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan berkat dan kurnia-Nya yang begitu besar sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu

area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan

hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan

pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan

laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK

USU.

2. Kepada dosen pembimbing penulisan penelitian ini, dr. Zairul Arifin, Sp.A,

DAFK, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk

membimbing dan mengarahkan penulisan dalam penyusunan laporan hasil

penelitian ini. Juga kepada dr. Nurchaliza Siregar, Sp.M dan ibu Nenni Dwi

A. Lubis, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

4. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta

memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

5. Teman sejawat Juan Carson Marbun atas masukan dan bantuannya dalam

pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman sejawat Fadillah Akbar atas masukan dan bantuannya dalam

pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman sejawat Esanikaruppiah Jagathisen atas masukan dan bantuannya

(7)

8. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan

kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 6 Desember 2011

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan .……...………... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi………... vi

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar... ix

Daftar Lampiran... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian... 3

1.4.Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Tingkat Pengetahuan ... 6

2.2. Prebiotik ... 7

2.2.1. Mengenai Prebiotik ... 7

2.2.2. Perbedaan antara Prebiotik dan Probiotik ... 8

2.2.3. Sumber Prebiotik ... 8

2.2.4. Manfaat yang diperoleh dari prebiotik... 10

2.2.5. Suplemen Prebiotik... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL………... 12

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 12

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN... 14

4.1. Jenis Penelitian ... 14

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 14

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 14

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 15

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 16

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 17

5.1. Hasil Penelitian ... 17

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 17

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 17

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 19

5.2. Pembahasan ... 22

5.2.1. Karakteristik Responden ... 22

5.2.2. Pengetahuan ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan... 28

6.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu

18

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Usia Ibu

18

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Pekerjaan Ibu

19

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat

Pengetahuan

20

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat

Pendidikan

20

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Responden Menurut Usia Ibu

21

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Responden Menurut Pekerjaan Ibu

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Surat Izin Survei Awal Penelitian Lampiran 4 Lembar Ethical Clearence Lampiran 5 Surat Keterangan Hasil Penelitian Lampiran 6 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 7 Informed Consent

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Prebiotik merupakan makanan tidak dapat dicerna, yang membawa manfaat kepada host dengan secara selektif menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas bakteri yang terbatas di dalam kolon, yang membantu meningkatkan kesehatan manusia. Prebiotik biasanya diperoleh dari makanan yang mengandung serat yang tinggi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Melalui statistik yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) pada 2010, 85% dari penduduk Indonesia kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran lebih dari lima porsi sehari.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik consecutive sampling.

tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita mengenai pentingnya pemberian prebiotik di Puskesmas Padang Bulan.

Dengan jumlah sampel sebanyak 97 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pentingnya pemberian prebiotik di Puskesmas Padang Bulan mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu 49.5%, kategori baik dan kurang masing-masing 5.2% dan 45.4%.

Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu dengan balita di Puskesmas Padang Bulan berada rata-rata dalam kategori sedang.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dengan balita terhadap pentingya pemberian prebiotik di Puskesmas Padang Bulan berada pada kategori sedang. Diharapkan pihak puskesmas dapat memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian prebiotik kepada balita.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Prebiotik merupakan makanan tidak dapat dicerna, yang membawa

manfaat kepada host dengan secara selektif menstimulasi pertumbuhan dan/atau

aktivitas bakteri (yang bermanfaat) yang terbatas di dalam kolon, yang

membantu meningkatkan kesehatan manusia (Roberfroid, 2007).

Prebiotik yang paling berpotensial terdiri dari karbohidrat, tetapi tidak

menyingkirkan bahan bukan karbohidrat untuk digunakan sebagai prebiotik. Di

dalam teori, dikatakan bahwa segala jenis antibiotik yang dapat mengurangi

jumlah bakteri yang berpotensi untuk membahayakan tubuh dan membantu

meningkatkan bakteri yang bermanfaat kepada tubuh, bisa dikatakan sebagai

prebiotik. Melalui definisi tersebut juga tidak dinyatakan secera spesifik

kumpulan atau jenis bakteri. Namun demikian, prebiotik dipercaya meningkatkan

jumlah dan/atau aktivitas dari Bifidobacteria dan bakteri asam laktat, karena

dipercaya dan disebutkan bahwa bakteri dari kedua golongan tersebut memberi

manfaat kepada manusia (Roberfroid, 2007).

Prebiotik merupakan makanan yang sangat spesifik (Moehji, 2002).

Prebiotik adalah makanan yang tidak dapat dicerna yang memberi manfaat

kepada tubuh Selain itu, prebiotik juga resisten terhadap suhu yang tinggi, yang

menyebabkan prebiotik ini tidak rusak secara struktural dan fungsional di dalam

makanan seharian. Namun demikian, kebanyakan dari kita mengkonsumsi hanya

separuh dari jumlah prebiotik yang diprlukan. Prebiotik biasanya diperoleh dari

makanan yang mengandung serat yang tinggi seperti buah-buahan dan

sayur-sayuran. Melalui statistik yang dikeluarkan oleh World Health Organization

(WHO) pada 2010, 85% dari penduduk Indonesia kurang mengkonsumsi

buah-buahan dan sayur-sayuran lebih dari lima porsi sehari dengan ukuran satu porsi

buah-buahan setara dengan 150 gram sedangkan satu porsi sayuran setara

(15)

bahawa setiap orang seharusnya menkonsumsi lima porsi sayur-sayuran dan

buah-buahan setiap hari.

Prebiotik biasanya diperoleh dari diet serat inulin yang larut (soluble

dietary fibre inulin). Inulin biasanya dijumpai dalam tumbuhan yang

mengandungi fruktan (polimer dari fruktosa). Selain itu, tanaman ini kerap

dimakan sebagai makanan seharian, seperti bawang putih, bawang bombay,

bawang merah, dan asparagus mengandung kandungan inulin yang tinggi. Akibat

peningkatan konsumsi makanan yang diproses, prebiotik juga ditambahkan ke

dalam makanan sehari-hari seperti cereal, biskut, roti, minuman (susu), dan

yoghurt (Watzl, 2007).

Efek dari prebiotik dapat dilihat bila terdapat peningkatan dalam aktivitas

bakteri yang memberi manfaat kepada tubuh di dalam usus. Prebiotik merangsang

pertumbuhan bakteri tersebut (prebiotik berfungsi sebagai sumber makanan

kepada bakteri yang bermanfaat) seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli di dalam

usus besar dan meningkatkan resistensi terhadap patogen yang menginvasi tubuh.

Selain itu, manfaat lain prebiotik juga dapat mengembalikan keseimbangan flora

bakteri akibat penggunaan antibiotik, diare, stres dan obat lain (bukan antibiotik)

melaui proses tersebut (Munjal, 2009).

Prebiotik juga mengurangi pH pada usus. Efek ini terjadi akibat perubahan

metabolisme dari fermentasi protein (menghasilkan amoniak dan pH yang tinggi)

menjadi fermentasi karbohidrat (menghasilkan asam). Beberapa penyakit seperti

Crohn disease dan Irritable Bowel Syndrome (IBS) mempunyai karekteristik pH

yang tinggi, yang demikian mnurunkan pH sehigga mengurangi simptom penyakit

tersebut, tetapi bukan menyembuhkan dan membawa manfaat kepada pasien

(Munjal, 2009).

Manfaat lain prebiotik yang penting adalah kemampuan meningkatkan

sistem imun tubuh. Prebiotik sendiri tidak membawa manfaat langsung kepada

sistem imun, tetapi dengan mengubah flora usus, sistem imun tubuh bisa

terpengaruh. Stimulasi ini bermanfaat untuk meningkatkan sistem imun terhadap

patogen. Selain itu mikroflora balita sangat tidak stabil. Banyak patogen oral

(16)

Oleh karena konsumsi makanan yang berserat rendah dan rentannya balita

untuk mendapat serangan penyakit, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai tingkat pengetahuan pemberian prebiotik pada oleh ibu mereka di

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Padang Bulan.

1.2. Rumusan Masalah

Sejauh manakah ibu mengetahui pentingnya pemberian prebiotik pada

balita?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita

mengenai pentingnya pemberian prebiotik di Puskesmas Padang Bulan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.

Tujuan khusus untuk penlitian ini adalah:

2.

Mengetahui tingkat pendidikan ibu balita di Puskesmas Padang Bulan.

3.

Mengetahui distribusi usia ibu balita di Puskesmas Padang Bulan.

Mengetahui distribusi pekerjaan ibu di Puskesmas Padang Bulan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

Untuk Ibu

2.

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan pengetahuan ibu

mengenai prebiotik. Selain itu penelitian ini dapa memberi informasi kepada

ibu mengenai pentingnya memberikan zat yang cukup kepada anak mereka.

Untuk Puskesmas Padang Bulan

3.

Menjadi sumber informasi bagi Puskesmas Padang Bulan, untuk mengetahui

pola makan balita di Puskesmas tersebut, dan mengambil tindakan untuk

meningkatkan gizi balita.

(17)

Meningkatkan ilmu pengetahuan saya mengenai prebiotik, karena prebiotik

merupakan sesuatu yang baru di bidang kesehatan, dan berbagai penelitian

telah dan sedang dijalankan untuk mengetahui manfaatnya dalam bidang

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah individu

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses penginderaan ini

terjadi melalui kemampuan pancaindera manusia yakni penglihatan, perciuman,

pendengaran, rasa dan raba. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognisi merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Sebelum orang mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku baru), di

dalam diri orang itu terjadi proses yang berurutan yakni:

a.) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b.) Interest, yaitu subjek merasa rasa tertarik kepda stimulus atau objek .Disini

sikap subjek sudah mulai muncul.

c.) Evaluation, di sini subjek akan menimbang-nimbang baik atau tidaknya

stimulus terhadap dirinya. Hal ini bererti sikap responden sudah jauh lebih

baik lagi.

d.) Trial, subjek sudah mencoba melakukan sesuatu sesuai stimulus. Di sini

subjek sudah mulai mencoba perilaku yang baru.

e.) Adoption, di sini subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Rogers,1974).

Namun demikian, perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap

tersebut. Apabila penerimaan atau perilaku baru atau adopsi perilaku melalaui

proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya

apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka

(19)

2.1.1. Tingkat Penegetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

yakni:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke pengetahuan tahap ini adalah mengingat kembali

(recall) suatu yang spesifik dari bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat penhetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tersebut tahu tentang apa

yang diperlajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami apa yang diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tesebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelasakan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramal

terhadap bahan yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunkan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini juga dapat

diartikan sebagai aplikasi dalam penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu

objek ke dalam komponen- knomponen , tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitnya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mennggambarkan

(membuat bagan) , membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

(20)

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu

formula baru dari formualasi –formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,

merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan terhadap teori atau

rumusan-rumusan yang sudah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah

ada. Misalnya, dapat membandingkan anak yang cukup gizi dan

anak-anak kekurangan gizi, dapat mentafsirkan penyebab ibu-ibu tidak mau ikut KB

(Keluarga Berencana).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat

disesuikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Prebiotik

2.2.1. Mengenai Prebiotik

Prebiotik pertama kali ditemukan dan dinamai oleh Marcel Roberfroid

pada tahun 1995. Prebiotik ialah bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang

menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri di dalam sistem pencernaan yang

bermanfaat pada kesehatan manusia. Prebiotik merupakan bahan yang tidak dapat

dicerna yang digunakan sebagai sumber tanaga bagi beberapa jenis bakteri yang

secara semula jadi tinggal usus kecil (

Mengkonsumsi makanan yang mengandungi prebiotik sudah diamalkan

oleh nenek moyang kita baberapa ratus tahun yang lalu. (Agus, 2010). Bukti yang

terkuat adalah dijumpainya sisa makanan yang mengandungi inulin-oligofructose,

sotol, bawang merah dan bawang putih telah djumpai di dalam gua di Amerika

Utara. Selain itu, dijumpai berbagai perkakas memasak yang digunakan pada

masa itu. Selain itu bahan yang sama juga dumpai di Australia sehingga ke Eropa

(21)

mengandungi prebiotik seperti bawang, daun ubi dan berbagai sayuran telah

digunakan setiap hari dalam masakan sehari-hari. Oleh karena itu, ini bukanlah

merupakan suatu hal yang baru untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

(Angelo, 2002).

Satu hal yang masih menimbulkan perdebatan berbagai pihak adalah

mengenai kandungan prebiotik dalam ASI. Ada pihak yang mengatakan bahwa

galaktosakarida dalam ASI adalah prebiotik. Selain itu, ASI mengandung

probiotik (bakteri yang membawa manfaat kepada kesehatan dan bakteri tersebut

biasanya ialah Bifidobacterium), dengan demikian ASI sudah pasti mengandung

prebiotik (makanan untuk bakteri-bakteri tersebut). Bayi memperoleh prebiotik

yang pertama dari ASI (Munjal, 2009).

2.2.2. Perbedaan antara Prebiotik dan Probiotik

Prebiotik adalah serat yang merangsang pertumbuhan bakteri yang

memberi manfaat pada flora normal di usus kecil. Namun demikian, probiotik

merupakan mikroorganisme hidup yang diperoleh dari makanan yang kita makan

sehari-hari. Prebiotik ini akan melalui sistem pencernaan, masuk ke usus kecil dan

usus besar. Probiotik pada saat itu juga masuk ke usus kecil dan usus besar. Secara

normal (fisiologi), bakteri ini tidak merangsang aktivitas metabolik, namun

memberikan manfaat yang lain kepada tubuh (Shereen, 2010). Manfaat-manfaat

lain adalah meningkatkan sistem imun. Prebiotik dan probiotik secara simbiosis

bekerja sama untuk memberikan manfaat kesehatan kepada tubuh manusia. Selain

itu, akibat sinergisme (Depdikbud, 1994) yang diperolehi akibat penggabungan

prebiotik dan probiotik maka banyak makanan tambahan serta suplemen yang

telah diproduksi (Adriano, 2010).

2.2.3. Sumber Prebiotik

Secara dasarnya prebiotik merupakan karbohidrat (seperti oligosakarida),

tetapi bisa terdiri dari bahan bukan karbohidrat. Secara lazim, prebiotik

diklasifikasikan sebagai serat yang larut, yang mempunyai sifat khas yang tidak

(22)

Prebiotik ialah bahan yang secara selektif menghasilkan perubahan

spesifik dari segi komposisi dan aktivitas mikrofloora gastraointestinal, yang

mempunyai manfaat terhadap kesehatan manusia. Terdapat 2 jenis

fruktooligosakarida (FOS) yang cocok dengan definisi tersebut iaitu oligofruktosa

dan inulin. Pihak lain juga mengklasifikasikan galaktooligosakarida (GOS)

sebagai prebiotik (

Para peneliti kini lebih fokus terhadap perbedaan prebiotik rantai pendek,

prebiotik rantai panjang, dan full spectrum prebiotic (prebiotik spektrum penuh).

Prebiotik rantai pendek, seperti oligofruktosa yang mengandungi 2-8 rantai per

molekul, lazimnya dihasilkan lebih cepat di sebelah kanan kolon, yang akan

memberikan nutrisi kepada bakteri di tersebut. Prebiotik rantai-panjang, seperti

inulin yang mengandungi 9-64 rantai per molekul dan dihasilkan dengan lebih

perlahan, menjadi sumber nutrisi terhadap bahagian kolon sbelah kiri. (Coxam,

2007). Prebiotik spektrum penuh dihasilkan dari rantai prebiotik yang penuh

(lebih kurang 2-62 rantai per molekul), dan menjadi sumber makanan kepada

bakteri ke hampir seluruh bagian kolon, contohnya ialah Oligofructose-Enriched

Inulin (OEI). Mayoritas dari penelitian yang dilakukan terhadap prebiotik

biasanya menggunakan OEI sebagai bahan penelitian Stephanie, 2010)

(Hunges, 2001

Prebiotik dijumpai dalam berbagai sumber makanan. Makanan yang

mengandung prebiotik antara lain kacang kedelai, keladi liar atau berbagai akar

sayuran seperti ubi kayu dan kacang-kacangan. Inulin pula bersumber dari oat

mentah, barley, dan gandum (Almatsier, 2004). Selain itu makanan sehari-hari

kita seperti bawang merah, bawang putih, timun, salad dan berbagai buah-buahan

mengandungi prebiotik. Buah-buahan seperti seperti pisang, nenas, rambutan dan

semangka juga kaya akan prebiotik (Koon, 2010). Disini harus diingat bahwa

setiap makanan yang mengandungi prebiotik dalam jumlah tertentu ).

(Penington,

(23)

2.2.4. Manfaat yang Diperoleh dari Prebiotik

Terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari konsumsi prebiotik.

Manfaat utamanya adalah untuk mencegah konstipasi. Manfaat ini telah

dibuktikan dengan beberapa penelitian. Banyak prebiotik adalah karbohidrat, yang

dihasilkan di usus besar, melalui proses fermentasi. Dengan pross fermentasi ini,

gas yang akan dihasilkan akan meningkatkan volume dan mengurangi masa transit

hasil pencernaan di dalam usus. Konstipasi ialah efek dari jangka waktu yang

diambil oleh hasil pencernaan yang lama di usus (masa transit yang panjang).

Oleh itu, dengan mengurangi jangka waktu ini, konstipasi dapat teratasi. Selain

itu, karbohidrat juga meningkatkan kandungan air di dalam usus dan asam yang

dihasilkan dari proses fermentasi bisa meningkatkan peristaltik usus. Kedua efek

ini juga akan mengurangi waktu transit makanan di usus (Angelo, 2002).

Prebiotik dapat mengembalikan keseimbangan flora di usus selepas

berlaku perubahan akibat penggunaan antibiotik, diare, stres dan pnggunaan obat

lain selain antibiotik. Hal ini terjadi akibat adanya mekanisme yang secara selektif

menstimulasi pertumbuhan bakteri dari kumpulan tertentu. Hal ini seterunya akan

memperbaiki keadaan keseimbangan flora pada bahagian usus (Lomax, 2010). Prebiotik juga mengurangi pH usus. Efek ini terjadi akibat adanya

perubahan dari metabolisme fermentasi protein (menghasikan amoniak dan pH

yang tinggi) menjadi fermentasi karbohidrat (menghasilkan asam). Beberapa

penyakit seperti Crohn disease dan Irritable Bowel Syndrome (IBS) mempunyai

karekteristik pH yang tinggi. Prebiotik dapat menurunkan pH sehingga

mengurangkan gejala penyakit tersebut. Selain itu, pH usus yang rendah juga

meningkatkan pergerakkan usus dan melindungi dari serangan dari bakteri

patogenik (Munjal, 2009).

(24)

Prebiotik sendiri tidak membawa manfaat kepada sistem imun, tetapi

dengan mengobah flora usus, sistem imun tubuh bisa berpengaruh. Stimulasi ini

bisa berfaedah karena meningkatkan sistem imun terhadap patogen. Terdapat

banyak penelitian yang telah dijalankan terhdap efek prebiotik terhadap sistem

imun. Walaupun begitu tidak dikatakan jenis secera spesifik prebiotik yang

membawa manfaat kepada sistem imun tubuh (Lomax, 2010).

Mikroflora untuk anak-anak kurang dari 5 tahun sangat tidak stabil. Banyak patogen oral yang bisa menggangu keseimbangan mikroflora tersebut (Saavedra, 2002). Oleh yang demikian substansi yang bisa memperbaiki keadaan

ini ialah prebiotik. Terdapat beberapa studi yang mengatakan bahawa

oligosakarida yang komersil mempunyai efek untuk menstabilkan keseimbangan

mikroflora tersebut dan menyediakan pH yang sesuai untuk aktivias pencernaan

(Cruz, 2010).

2.2.5. Suplemen Prebiotik

Oleh karena banyak manfaat yang diperoleh dari prebiotik, maka berbagai

jenis suplemen prebiotik telah dipasarkan. Konsumsi suplemen prebiotik dapat

memenuhi jumlah prebiotik yang diperlukan agar fungsi tubuh dapat berjalan

(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan

• Definisi operasional: Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui (hasil tahu) ibu balita di Puskesmas Padang Bulan mengenai pemberian

suplemen prebiotik kepada balita mereka dan manfaatnya.

• Cara pengukuran: Pengukuran dilakukan dengan wawancara.

• Alat ukur: Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang telah disesuaikan dari berbagai sumber mengenai tingkat pengetahuan prebiotik dalam

kalangan orang tua. Pertanyaan adalah pertanyaan tertutup dengan jumlah

sebanyak 20 pertanyaan, dimana 7 pertanyaan untuk ibu mengenai prebiotik

serta pemberian suplemen prebiotik, 4 pertanyaan mengenai pola makan dan

pemberian ASI kepada balita, dan 5 pertanyaan untuk ibu dengan balita

berusia 12 tetapi kurang dari 59 bulan mengenai nutrisi balita dan 4 prtanyaan

untuk balita dngan kelainan.

o Pertanyaan 4, 10, 11, 16 dan 20, diberi skor a=4, b=3, c=2, d=1. Pengetahuan

- tingkat pendidikan ibu - usia ibu

- pekerjaan ibu

(26)

o Pertanyaan 1, 2, 3, 5,6 , 8, 13, 14, 15, 18 dan 19 diberi skor a=2 dan

b=1.

o Pertanyaan 7, 9 dan 12 diberi skor 1 bila < 6 bulan.

o Pertanyaan 17 , diberi skor 1

• Hasil Ukur: Hasil pengukuran untuk tingkat pengetahuan mengenai pemberian suplemen prebiotik oleh ibu dengan balita adalah sebagai berikut

(Pratomo, 1990) :

o Baik, jika skor yang didapat > 15 (>75%)

o Sedang, jika skor antara 8 – 15 (40 – 75%)

o Kurang, jika mendapat skor <8 (< 40%)

• Skala Pengukuran: Ordinal

3.2.2. Prebiotik

Prebiotik merupakan bahan yang tidak dapat dicerna yang digunakan

(27)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan

pendekatan cross sectional study, dimana dengan satu kali pengamatan, data

penelitian sudah didapat.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Padang Bulan. Alasan pemilihan lokasi

penelitian adalah seperti berikut:

1. Puskesmas ini memiliki program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

2. Belum pernah dilakukan penelitian seperti ini di puskemas tersebut.

3. Tingkat pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas ini teratur dan adanya

berbagai program untuk kesehatan anak dijalankan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang berkunjung ke Puskesmas

Padang Bulan.

4.3.2. Sampel Penelitian

4.3.2.1.Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara consecutive

sampling. Sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :

(28)

b. Kriteria eksklusi: Ibu yang tidak bersedia menjawab kuesioner atau kuesioner

tidak dijawab dengan lengkap.

4.3.2.2.Perkiraan Besar Sampel

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil

berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki

sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif 10% (Sastroasmoro, 2002). Maka

diperoleh sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 97 sampel:

Besarnya sampel ditentukan dari rumus :

n =

d² Zα² PQ

n = (1.96) ² . 0,50 . (1-0.50)

(0,1)²

= 96.04

Keterangan :

n = Besar sampel

Zα² = deviasi baku alfa (1,96)

P = proporsi kategori (0,50)

Q = 1-P

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (0,1)

Dengan demikian sampel diperoleh nilai 96.04 dan dubulatkan pada 97 responden.

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Jenis Data

Jenis data adalah data primer. Data yang diambil melaui kuesioner. Di

dalam kuesioner tersebut ditanyakan identitas ibu (terutama nama, tingkat

pendidikan, umur, dan pekerjaan), pengetahuan ibu tentang prebiotik dan

(29)

4.4.2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data adalah melaui pemberian kuesioner. Kuesioner

tersebut diberikan kepada ibu balita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer SSPS

(Statistical Package for Social Sciences) for Windows 17.0.

4.5.2. Analisis Data

(30)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang pemberian prebiotik di

Puskesmas Padang Bulan. Penelitian ini diikuti 97 orang ibu yang telah bersedia

mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan yang

tertuang dalam kuesioner yang dibagikan.

Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan ibu

mengenai pemberian prebiotik, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi lokasi

penelitian dan deskripsi karakteristik responden yang terdapat di Puskesmas

Padang Bulan.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan. Puskesmas

Padang Bulan ini terletak di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Padang Bulan,

Kecamatan Medan Baru.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 97 orang ibu yang

menpunyai balita di Puskesamas Padang Bulan. Gambaran karakteristik

responden yang diamati meliputi tingkat pendidikan, usia dan pekerjaan ibu balita

di Puskesmas Padang Bulan. Data lengkap mengenai karakteristik responden

(31)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

S1 7 7.2

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, dari 97 responden, diketahui bahwa tingkat

pendidikan sebagian besar ibu balita ialah SMP sebanyak 35 responden (36.1%),

kemudian SD sebanyak 25 responden (25.8%) , diikuti S1 sebanyak 7 responden

(7.2%) dan tidak bersekolah 7 (7.2%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Usia Ibu

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa orang sebagian besar ibu

balita di Puskesmas Padang Bulan, berusia antara 21-25 tahun, dengan 48

responden (49.5%), kemudian responden berusia 16-20 tahun dengan 24 orang

(32)

(15.5%), ibu yang berusia 31-35 tahun pula ialah 9 responden (9.3) dan terakhir 1

responden (1.0%) berusia antara 36-40 tahun.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Ibu Frekuensi (n) Persen (%)

Pegawai Negeri 13 13.4

Pegawai Swasta 8 8.2

Wiraswasta 42 43.3

Tidak Bekerja 34 35.1

Total 97 100

Berdasarkan Tabel 5.3. di atas, menunjukkan bahawa sebahagian besar ibu

bekerja sebagai wiraswasta dengan 42 responden (43.3%), kemudian ibu yang

tidak bekerja sebanyak 34 responden (35.1%), diikuti dengan pegawai negeri

sebanyak 13 responden (13.4%), delapaan reponden (8.2%) bekerja sebagai

pegawai swasta, yaitu jumlah terkecil.

5.1.3. Tingkat Pengetahuan

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 14

pertanyaan mengenai pengetahuan ibu balita mengenai pemberian prebiotik.

Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas

dan reliabilitasnya.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu

baik, sedang, dan kurang. Pengetahuan seorang responden akan dikatakan baik

apabila jumlah skor untuk empat belas pertanyaan ialah dari 35-40. Pengetahuan

sedang, apabila jumlah skor untuk 14 pertanyaan ialah 25-34, pengetahuan

kurang, apabila jumlah skor untuk 14 pertanyaan ialah 14-24. Berdasarkan hasil

(33)

prebiotik di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2011 dapat dikategorikan pada

Tabel 5.4. di bawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 5 5.2

Sedang 48 49.5

Kurang 44 45.4

Total 97 100

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden

terhadap pemberian prebiotik paling banyak berada pada kategori sedang

sebanyak 48 orang ibu (49.5%), diikuti dengan kategori kurang sebanyak 44

responden (45.9%), dan lima responden (5.2%) yang berada pada kategori baik.

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap

pemberian prebiotik kepada balita menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada

Tabel 5.5.

(34)

Tidak

Bersekolah

0 0.0 0 0.0 7 7.2 7 7.2

Total 5 5.2 48 49.5 44 45.4 97 100

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui tingkat pengetahuan responden

yang paling baik dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan terdapat pada

kelompok ibu berpendidikan S1 sebanyak tiga orang (3.1%). Sedangkan

pengetahuan responden yang paling kurang pula terdapat kelompok ibu yang

berpendidikan SD dengan jumlah 24 (24.7%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap

pemberian prebiotik kepada balita menurut usia ibu dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Usia Ibu

Usia(tahun)

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

16-20 0 0.0 11 11.3 13 13.4 24 24.7

21-25 4 4.1 22 22.7 22 22.7 48 49.5

26-30 0 0.0 9 9.3 6 6.2 15 15.5

31-35 1 1.0 5 5.2 3 3.1 9 9.3

36-40 0 0.0 1 1.0 0 0.0 1 1.0

Total 5 5.2 48 49.5 44 45.9 97 100

Berdasarkan Tabel 5.6. diatas, dapat diketahui pengetahuan responden

(35)

antara 21-25 tahun dengan empat responden (4.1%). Sedangkan pengetahuan

responden yang paling kurang adalah juga responden yang berusia antara 21-25

tahun dengan 22 responden (22.7%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap

pemberian pemberian prebiotik kepada balita menurut pekerjaan ibu dapat dilihat

pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Ibu

Berdasarkan Tabel 5.7. diatas, dapat diketahui pengetahuan responden

yang paling baik dilihat dari karakteristik pekerjaannya terdapat pada ibu yang

bekerja sebagai pegawai negeri dan wiraswasta dengan jumlah responden

masing-masing ialah dua orang (2.1%). Sedangkan pengetahuan responden yang paling

kurang terdapat pada ibu yang tidak bekerja dengan jumlah 22 responden (22.7%).

5.2. PEMBAHASAN

(36)

Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang

digunakannya. Karakteristik ibu yang mempunyai balita di Puskesmas Padang

Bulan pada tahun 2011, yang dinilai dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik

jenis tingkat pendidikan, usia dan pekerjaan.

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, dari 97 responden, diketahui bahwa tingkat

pendidikan sebagian besar ibu balita ialah SMP sebanyak 35 responden (36.1%),

diikuti S1 sebanyak 7 responden (7.2%) dan tidak bersekolah 7 (7.2%),

merupakan terendah. Dalam penelitian Rosliani, 2010, tingkat pendidikan ibu

yang terbanyak ialah SMP dengan 34 responden (56.8%), manakala yang terendah

ialah SD dengan 3 responden (3.2%).Terdapat persamaan antara data yang

diperoleh.

Berdasarkan karekteristik mengenai usia ibu pada Tabel 5.2. di atas,

diketahui bahwa orang sebagian besar (terbanyak) ibu balita di Puskesmas Padang

Bulan, berusia antara 21-25 tahun, dengan 48 responden (49.5%),) dan paling

sedikit 1 responden (1.0%) berusia antara 36-40 tahun. Dalam penelitian Rosliani,

2010 pula, jumlah responden terbanyak adalah umur ibu antara 24-32 tahun

dengan 61 responden manakala terkecil ialah 33-40 tahun dengan jumlah 16

responden. Disini dilihat terdapat kesamaan, dari rentang usia untuk kedua-dua

penelitian tersebut.

Berdasarkan karakteristik menurut pekerjaan ibu pada tabel 5.3. di atas,

menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bekerja sebagai wiraswasta dengan 37

responden (38.1%), dan jumlah ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri ialah

sebanyak 9 orang (9.3%), yaitu jumlah terkecil. Namun demikian berdasarkan

penelitian Rosliani, 2010 sebahagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga

dengan 40 respoden (42.1%) (di dalam penelitian peneliti ialah ibu yang tidak

bekerja) dan terendah pula sebagai buruh dengan lima orang (5.3%). Terdapat

perbedaan antara data yang diperoleh antara yang tertinggi dan terendah karena

(37)

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui tingkat pengetahuan responden

yang paling baik dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan terdapat pada

kelompok ibu berpendidikan S1 sebanyak tiga orang (3.1%). Sedangkan

pengetahuan responden yang paling kurang pula terdapat kelompok ibu yang

berpendidikan SD dengan jumlah 24 (24.7%). Menurut analisis peneliti, ibu

berpendidikan S1 memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik tentang prebiotik

karena lebih banyak membaca dan mengetahui mengenai gizi dan makanan yang

bermanfaat bagi balita berbanding ibu yang mempunyai tingkat pendidikan SMA,

SMP, SD atau tidak bersekolah.

. Berdasarkan Tabel 5.6. diatas, dapat diketahui pengetahuan responden yang

paling baik dilihat dari karakteristik usianya adalah responden yang berusia antara

21-25 tahun dengan empat responden (4.1%). Sedangkan pengetahuan responden

yang paling kurang adalah juga responden yang berusia antara 21-25 tahun

dengan 22 responden (22.7%). Menurut peneliti, terdapat perbedaan tingkat

pengetahuan pada usia yang sama karena tingkat pendidikan dan pengaruh

lingkungan ibu dengan anak balita yang berbeda serta tingkat pendidikan.

Berdasarkan Tabel 5.7. diatas, dapat diketahui pengetahuan responden

yang paling baik dilihat dari karakteristik pekerjaannya terdapat pada ibu yang

bekerja sebagai pegawai negeri dan wiraswasta dengan jumlah responden

masing-masing ialah dua orang (2.1%). Sedangkan pengetahuan responden yang paling

kurang terdapat pada ibu yang tidak bekerja dengan jumlah 22 responden (22.7%).

Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan memiliki peranan penting dalam

menentukan kualitas hidup manusia dan memberikan motivasi untuk memperoleh

informasi yang berguna. Menurut pendapat peneliti, pegawai negeri dan

wiraswasta mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai prebiotik

karena mereka lebih terdedah dengan pelbagai pengetahuan terbaru terutama

mengenai makanan anak.

5.2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

(38)

pengetahuan ibu dengan balita di Puskesmas Padang Bulan terhadap pemberian

prebiotik kepada balita seperti yang terlihat pada data statistik. Dari hasil analisa

data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu dengan balita di Puskesmas

Padang Bulan berada rata-rata dalam kategori sedang.

Dalam penelitian ini, pengetahuan mengenai prebiotik yaitu apa itu

prebiotik dan kepentingan pemberiannya. Selain itu, terdapat pengetahuan umum

mengenai makanan mengandungi prebiotik terutamanya ASI, sayuran dan buahan.

Untuk mengukur tingkat pengetahuan responden terdapat 20 pertanyaan

ditanyakan, tetapi yang dianalisis hanyalah 14 pertanyaan. Pada tabel 5.4 dapat

dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pemberian prebiotik paling

banyak berada pada kategori sedang sebanyak 48 orang ibu (49.5%), diikuti

dengan kategori kurang sebanyak 44 responden (45.9%), dan 5 responden (5.2%)

yang berada pada kategori baik. Pertanyaan mengetahui apakah itu prebiotik

(pernyataan 1). Pertanyaan ini dijawab dengan ya oleh 63 responden (64.9%) dan

tidak dijawab oleh 34 responden (35.1%). Pertanyaan apakah yang dimaksudkan

oleh prebiotik (pertanyaan 2), jawabannya makanan yang tidak bisa dicerna yang

membawa manfaat kepada tubuh. Pertanyaan ini dijawab benar oleh 55 responden

(56.7%) manakala dijawab dengan salah 42 responden (43.3%). Pertanyaan

apakah terdapat perbedaan antara prebiotik dan preobiotik (pertanyaan 3),

jawabannya ialah ya. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 60 responden

(61.9%) manakala dijawab salah oleh 37 responden (38.1%). Pertanyaan apakah

sumber utama prebiotik kepada anak kurang dari 6 bulan (pertanyaan 4),

jawabannya ialah ASI. Pertanyaan ini dijawab tepat oleh 24 responden (24.7%)

dan 74 responden (75.3%) menjawab jawaban kurang tepat. Pertanyaan pernakah

memberikan suplemen prebiotik kepada anak (pertanyaan 5). Sebanyak 55

responden (56.7%) mejawab ya manakala 42 responden (43.3%). Pertanyaan

apakah jenis suplemen yang diberikan kepada anak balita (pertanyaan 6), jawaban

yang tepat ialah sirup. Sebanyak 36 responden (37.1%) menjawab dengan tepat

manakala 61 responden (62.9%) menjawab dengan kurang tepat. Pertanyaan

sekiranya ya, berapa lama pemberian (pertanyaan 7). Sebanyak 43 responden

(39)

dari 2 tahun, 23 responden (23.7%) pula menjawab lebih dari 2 tahun dan 10

responden (10.3%) pula menjawab tetap memberikan walapun melebihi usia lima

tahun. Pertanyaan apakah sampai saat ini ibu menyusui balita (Pertanyaan 8).

Sebanyak 44 responden (45.4%) dan 53 responden (54.6%) menjawab tidak.

Pertanyaan mengapa balita anda tidak diberikan ASI (Pertanyaan 10). Sebanyak

18 responden (18.6%) menjawab sibuk bekerja, 18 responden (18.6%) juga

menjawab anak tidak mau, 6 responden (6.2%) menjawab air susu tidak keluar

dan selebihnya 55 responden (56.7%) menjawab dengan bukan salah satu di atas

(BBSD). Pertanyaan makanan (selain ASI) apa yang diberikan kepada balita

tersebut (Pertanyaan 11), jawaban yang paling tepat ialah MP-ASI dari Depkes.

Sebanyak 18 responden (18.6%) menjawab dengan tepat manakala 79 responden

(81.4%) menjawab dengan kurang tepat. Pertanyaan selain makanan pokok utama

(nasi, dll), adakah balita sudah makanan mengandung sayuran berserat

(Pertanyaan 13). Sebanyak 43 responden (44.3 %) menjawab ya dan 55 responden

(55.7%) menjawab tidak. Pertanyaan jika ya, bagaimana frekuensi balita

mengkonsumsi sayur-sayuran/berserat (Pertanyaan 14), jawaban tepat ialah setiap

hari per minggu. Sebanyak 15 responden (15.5 %) menjawab dengan tepat dan

sebanyak 72 responden (84.5%) menjawab kurang tepat. Pertanyaan apakah balita

anda sudah diberikan buah-buahan (Pertanyaan 15). Sebanyak 55 responden

(55.6%) menjawab ya dan 42 responden (43.3%) menjawab tidak. Pertanyaan jika

ya, bagaimana frekuensi balita mengkonsumsi buah-buahan (Pertanyaan 16), dan

jawaban tepat ialah setiap hari per minggu. Sebanyak 15 responden (15.5 %)

mejawab dengan tepat manakala sebanyak 82 responden (84.5%) menjawab

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita mengenai pentingnya

pemberian prebiotik kepada balita di Puskesmas Padang Bulan, Medan

pada tahun 2011 paling banyak berada pada kategori sedang sebanyak 48

orang ibu (49.5%), diikuti dengan kategori kurang sebanyak 44 responden

(45.9%), dan 5 responden (5.2%) yang berada pada kategori baik.

2. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik

tingkat pendidikan terdapat pada kelompok ibu berpendidikan S1 sebanyak

3 orang (3.1%). Sedangkan pengetahuan responden yang paling kurang

pula terdapat kelompok ibu yang berpendidikan SD dengan jumlah 24

(24.7%).

3. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik

usianya adalah responden yang berusia antara 21-25 tahun dengan 4

responden (4.1%). Sedangkan pengetahuan responden yang paling kurang

adalah juga responden yang berusia antara 21-25 tahun dengan 22

responden (22.7%).

4. Tingkat pengetahuan responden yang paling baik dilihat dari karakteristik

pekerjaannya terdapat pada ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri dan

wiraswasta dengan jumlah responden masing-masing ialah 2 orang (2.1%).

Sedangkan pengetahuan responden yang paling kurang terdapat pada ibu

yang tidak bekerja dengan jumlah 27 responden (27.8%).

6.2. Saran 1. Bagi ibu

Ibu balita di Puskesmas Padang Bulan, diharapakan mengetahui tentang

(41)

terdapat pada prebiotik. Selain itu, ibu juga diharapkan dapat memastikan

balita memperoleh makanan yang seimbang yang penting untuk tumbuh

kembang anak.

2. Bagi Puskesmas Padang Bulan, Medan

Pihak Puskesmas diharapkan dapat melaksanakan pelbagai program

penyuluhan mengenai pemberian prebiotik kepada balita dan memastikan

ibu mengetahui mengenai manfaat pemberian makanan berkhasiat

terutamanya yang berserat tinggi kepada balita.

3. Bagi Peneliti

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam

menggambarkan tingkat pengetahuan ibu dengan anak balita tentang

pemberian prebiotik kepada balita di Puskesmas Padang Bulan tahun

2011. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian

ini. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya, untuk meneliti

tidak hanya tingkat pengetahuan saja, tetapi juga sikap dan perilaku ibu

(42)

Daftar Pustaka.

Agus, M.K., 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Angelo, P.F. et al., 2002. Antitumorigenic Activity of the Prebiotic Inulin

Enriched with Oligofructose in Combination with the Probiotics

Lactobacillus rhamnosus and Bifidobacterium lactis on

Azoxymethane-Induced Colon Carcinogenesis in Rats. 1953-60.

Coxam, V., 2007. Current Data with Inulin-Type Fructans and Calcium, Targeting

Bone Health in Adults. J Nutr 137 (11): 2527.

Depdikbud, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Geier, M.S. et al., 2006. Probiotics, Prebiotics and Synbiotics: A Role in

Chemoprevention for Colorectal Cancer? Cancer Biol Ther 5(10): 1265-9.

Gibson, G.R., Roberfroid M.B., 1995. Dietary Modulation of the Human Colonic

Microbiota: Introducing the Concept of Prebiotics. J Nutr. 209-220.

Hunges, K., Ludger, H., and Blau, M., 2001. Oligofructose and Long-Chain

Inulin: Influence on the Gut Microbial Ecology of Rats Associated with a

Human Faecal Flora. British Journal of Nutrition. 2110-31.

Jakarta : Depdikbud

Koon, Y. et al., 2010. Antihypertensive Properties of Plant-Based Prebiotics.

School of Industrial Technology, Universiti Sains Malaysia.

Lomax, A.R., Calder P.C., 2010. Prebiotics, Immune Function, Infection and

Inflammation: A Review of the Evidence. Institute of Human Nutrition,

(43)

Macfarlane, S. et al., 2006. Prebiotics in the Gastrointestinal Tract. Aliment

Pharmacol Ther.

Moehji, S., 2002. Ilmu Gizi (Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi). Jakarta: Bhratara.

Munjal, U., Glei, M., Pool-Zobel, B.L., Scharlau, D., 2009. Fermentation

Products of Inulin-type Fructans Reduce Proliferation and Induce

Apoptosis in Human Colon Tumour Cells of Different Stages of

Carcinogenesis. British Journal of Nutrition. 663-671.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Penington, J.A.T. et al., 1986. Mineral Content of Foods and Total

Diets: The Selected Minerals in Food Survey. Journal of the American

Dietetic Association 86: 876.

Pratomo, H., Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

Masyarakat.

Saavedra, J.M., Tschernia, A., 2002. Human Studies With Probiotics and

Prebiotics: Clinical Implications. Available from:

http://www.ingentaconnect.com/content/cabi/bjn/2002/00000087/900000s

2/art00015

Sastroasmoro, Sudigdo, 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:

FKUI.

[Accesed 16 March 2011]

2010. Prebiotics and Probiotics. Available from:

http://nutrition.about.com/od/therapeuticnutrition1/p/pro_prebiotics.html

Stephanie, S. dan Bernhard, W., 2007. Inulin and Oligofructose: Review of

Experimental Data on Immune Modulation. J Nutr.; 137: 2563. [Accesed 2 March 2011]

Whitney, E.N., Hamilton, E.M.T., 1984. Understanding Nutrition. Ed. III. New

(44)

LAMPIRAN 1

Lembar Informed Consent

Salam Sejahtera bagi kita semua

Kepada Ibu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas

kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan kuesioner

ini.

Pertama-tama, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Justin A/L

Michal Dass. Saya adalah salah seorang mahasiswa di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara (FK-USU), stambuk tahun 2008. Saat ini saya sedang

mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi

kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun

judul penelitian saya adalah Tingkat Pengetahuan Ibu yang mempunyai Balita

mengenai Pentingnya Pemberian Prebiotik di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011.

Prebiotik merupakan makanan tidak dapat dicerna, yang membawa

manfaat kepada host dengan secara selektif menstimulasi pertumbuhan dan/atau

aktivitas bakteri (yang bermanfaat) yang terbatas di dalam kolon, yang

membantu meningkatkan kesehatan manusia ( Roberfroid, 2007). Prebiotik

sangat bermanfaat kepada sistem imun balita yang penting untuk kesehatannya.

Selain itu, prebiotik juga dapat membantu meninhkatkan fungsi sistem

pencernaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu

mengenai pemberian prebiotik dan suplemen prebiotik kepada balita.

Untuk itu saya mohon kesediaan Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini,

yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal seputar identitas

dan riwayat penyakit ibu dan balita serta pengetahuan ibu mengenai pembrian

(45)

Partisipasi Ibu bersifat sukarela tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam

penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Untuk penelitian in Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu

membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya:

Nama : Justin A/L Michal Dass

Alamat : TASBI. Blok VV 123, Medan.

No. HP : 085831793007

Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Ibu saya ucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Ibu dalam penelitian ini membawa

manfaat besar bagi kita semua.

Medan, 2011

Peneliti

(46)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat : No. Telp:

Setelah mendapat penjelasan oleh peneliti tentang penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu yang mempunyai Balita mengenai Pentingnya Pemberian Prebiotik di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011, maka dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat untuk dapat digunakan sebaik-baiknya.

Medan, 2011

( )

(47)

Kuesioner Penelitian Tingkat Penegetahuan Ibu yang mempunyai Anak Balita mengenai pemberian Prebiotik kepada Balita, di Puskesmas Padang Bulan , Medan Tahun 2011.

Pelaksanaan Pengambilan Data: / / I IDENTITAS RESPONDEN

1. Identitas Ibu

a. Nama ibu :

b. Umur ibu : thn

c. Pekerjaan ibu :

d. Pendidikan terakhir :

e. Jumlah anak : (balita: orang)

** coret yang tidak perlu

II PENILAIAN TINGKAT KESEDARAN IBU BALITA MENGENAI

PEMBERIAN PREBIOTIK 1. Mengetahui apakah itu prebiotik?

A. Ya B. Tidak

2. Apakah yang dimaksudkan oleh prebiotik?

A. Makanan yang bisa dicerna, yang membawa manfaat kepada tubuh

B. Makanan yang tidak bisa dicerna yang membawa manfaat kepada

tubuh

3. Apakah terdapat perbedaan antara prebiotik dan preobiotik?

A. Ya B. Tidak

4. Apakah sumber utama prebiotik kepada anak kurang dari 6 bualn?

A. Asi

B. Sayuran

C. Buah-buahan

(48)

5. Pernakah memberikan suplemen prebiotik kepada anak?

A. Ya B. Tidak

6. Apakah jenis suplemen yang diberikan kepada anak balita?

A. Syrup

B. Tablet

7. Sekiranya ya, berapa lama?

bulan / tahun

III PENILAIAN MENGENAI KESEDARAN IBU MENGENAI PEMBERIAN MAKANAN MENHGANDUNGI PREBIOTIK KEPADA BALITA

Asi dan Pola Makan Anak.

8. Apakah sampai saat ini ibu menyusui balita anda?

A. Ya B. Tidak

9. Jika tidak , sejak usia berapa balita anda masih mendapat asi:

...hari ...bulan

10.Mengapa balita anda tidak diberikan ASI?

A ibu sakit

B. Air susu tidak keluar

C. Anak tidak mahu

D. Ibu sibuk bekrja

11.Makanan (selain ASI) apa yang diberikan kepada balita tersebut:

A. Tidak ada

B. Makanan dari buatan pabrik

C. Makanan buatan rumah

(49)

Konsumsi Balita pada usia 12 sehingga 59 bulan.

12.Sejak usia brapakah balitadiberi makanan slain dari ASI ?... bulan

13.Selain makanan pokok utama (nasi, dll), adakah balita sudah makanan

mengandungi sayuran/berserat:

A. Ya B. Tidak

14. Jika ya, bagaimana frekuensi balita mengkonsumsi sayur-sayuran/bersrat :

A Setiap hari/ miggu

B. 4-6 minggu

C. 2-3 hari/minggu

D. Tidak pernah

15.Apakah balita anda sudah diberikan buah-buahan?

A. Ya B. Tidak

16.Jika ya, bagaimana frekuensi balita mengkonsumsi buah-buahan:

A Setiap hari/ miggu

B. 4-6 minggu

C. 2-3 hari/minggu

D. Tidak pernaH

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai pemberian Prebiotik, kepada balita yang mengalami kelainan (kongenital atau didapat) [DIISI JIKA BERKENAAN]

17.Apakah kelainan yang dialami oleh balita:

... (diisi jika ada kelainan)

(50)

A. Ya B. Tidak

19.Adakah balita mengkonsumsi makanan berserat?

A. Ya B. Tidak

20.Jika ya, bagaimana frekuensi balita mengkonsumsi sayur-sayuran/bersrat :

A Setiap hari/ miggu

B 4-6 minggu

C 2-3 hari/minggu

(51)

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Pendidkan pada Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S1 7 7.2 7.2 7.2

SD 25 25.8 25.8 33.0

SMA 23 23.7 23.7 56.7

SMP 35 36.1 36.1 92.8

Tidak Bersekolah 7 7.2 7.2 100.0

Total 97 100.0 100.0

Batasan usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16-20 24 24.7 24.7 24.7

21-25 48 49.5 49.5 74.2

26-30 15 15.5 15.5 89.7

31-35 9 9.3 9.3 99.0

36-40 1 1.0 1.0 100.0

Total 97 100.0 100.0

(52)

Frequency Percent Valid Percent

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

pengetahuan prebiotik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid makanan yg dapat docerna 42 43.3 43.3 43.3

makanan yg tidak dapat dicerna

55 56.7 56.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

perbedaan prebiotik dan prebiotik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 37 38.1 38.1 38.1

ya 60 61.9 61.9 100.0

(53)

sumber prebiotik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bssd 22 22.7 22.7 22.7

buahan 32 33.0 33.0 55.7

sayuran 19 19.6 19.6 75.3

asi 24 24.7 24.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

suplemen prebiotic

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 42 43.3 43.3 43.3

ya 55 56.7 56.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

jenis suplemen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bssd 37 38.1 38.1 38.1

tablet 24 24.7 24.7 62.9

syrup 36 37.1 37.1 100.0

Total 97 100.0 100.0

(54)

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(55)

makanan dari perbuatan pabrik

23 23.7 23.7 54.6

makanan buatan rumah 26 26.8 26.8 81.4

MP-ASI dari Depkes 18 18.6 18.6 100.0

Total 97 100.0 100.0

makanan yang mengandungi sayuran/berserat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 54 55.7 55.7 55.7

ya 43 44.3 44.3 100.0

Total 97 100.0 100.0

bagaimana frekuensi balita mengkunsumsi sayuan/berserat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 44 45.4 45.4 45.4

2-3hari/ minggu 24 24.7 24.7 70.1

4-6 hari/minggu 14 14.4 14.4 84.5

setiap hari/minggu 15 15.5 15.5 100.0

Total 97 100.0 100.0

balita penah diberikan buahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(56)

ya 55 56.7 56.7 100.0

Total 97 100.0 100.0

bagaimana frekunsi balita mengkonsumsi buahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 36 37.1 37.1 37.1

2-3 hari/minggu 23 23.7 23.7 60.8

4-6 hari/minggu 25 25.8 25.8 86.6

setiap hari/minggu 13 13.4 13.4 100.0

Total 97 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 44 45.4 45.4 45.4

Sedang 48 49.5 49.5 94.8

Baik 5 5.2 5.2 100.0

Total 97 100.0 100.0

Pendidkan pada Ibu * tingkat pengetahuan Crosstabulation

tingkat pengetahuan

Total Kurang Sedang Baik

Pendidkan pada Ibu S1 Count 0 4 3 7

% of Total .0% 4.1% 3.1% 7.2%

(57)

% of Total 24.7% 1.0% .0% 25.8%

Batasan usia * tingkat pengetahuan Crosstabulation

tingkat pengetahuan

Pekerjaan ibu * tingkat pengetahuan Crosstabulation

tingkat pengetahuan

(58)

Pekerjaan ibu pegawai negeri Count 0 11 2 13

% of Total .0% 11.3% 2.1% 13.4%

pegawai swasta Count 0 7 1 8

% of Total .0% 7.2% 1.0% 8.2%

tidak bekerja Count 27 7 0 34

% of Total 27.8% 7.2% .0% 35.1%

wiraswasta Count 17 23 2 42

% of Total 17.5% 23.7% 2.1% 43.3%

Total Count 44 48 5 97

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Alarm 220 volt merupakan alat untuk memberi peringatan kepada kita akan adanya gangguan pada tegangan listrik kita sehingga kita tidak terlambat mengatasi peralatan-peralatan

[r]

Status Byte adalah 8 bit data yang menentukan jenis proses pada synthesizer, dikirimkan pertama kali diikuti oleh data yang akan diproses, yaitu Data Byte. Jumlah Data Byte

Kawalan adalah aktiviti untuk memastikan perancangan yang dibuat berjalan dengan lancar. Sebarang tindakan pembetulan yang perlu diambil akan dibuat dari maklum balas yang

KEY WORDS: Small Satellite Constellation, Infrared Instruments, High Temperature Events, impact on the climatic processes, Bi- Spectral Method, Advanced On Board

6 Berikut ialah maklumat yang dipetik dari Syarikat Kelana Berhad, sebuah kilang kasut, bagi tahun berakhir 31 Mei 2007. Belanja am kilang terakru

Furthermore, the multi-temporal classification based on dry and wet season images had higher accuracy than single image classifications, but the improvement was small

[r]