• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN

TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL

(STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN

TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

SUNIAR SIWI MAHANANI

NIM 111 13 045

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

(2)
(3)

DEKLARASI

ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 19 Maret 2017 Penulis,

SUNIAR SIWI MAHANANI 111 13 045

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

Nama : SUNIAR SIWI MAHANANI

NIM : 111 13 045

Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 19 Maret 2017 Yang Menyatakan,

SUNIAR SIWI MAHANANI 111 13 045

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

(5)

Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : SUNIAR SIWI MAHANANI

NIM : 111 13 045

Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN

KEAGAMAAN TERHADAP KECERDASAN

SPIRITUAL (STUDI KASUS SANTRI

PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM

AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016)

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.

Salatiga, 19 Maret 2017 Pembimbing

Dr. Hj. Lilik Sriyani, M.Si. NIP. 19660814 199103 2003

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

(6)

SKRIPSI

PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN

TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL

(STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN

TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016)

disusun oleh:

SUNIAR SIWI MAHANANI

NIM: 111 13 045

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M.Phil.

Sekretaris Penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si

Penguji I : Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd.

Penguji II : Dr. Miftahuddin, M.Ag.

Salatiga, 29 Maret 2017 Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

(7)

MOTTO

Cintailah Sebuah Proses

Setinggi-tinggi kemuliaan yang kita harapkan, sebesar itu pulalah pengorbanan dan perjuangan yang harus dilakukan.”

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

(8)

PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak Sholeh dan Ibu Lilis Sulistyani tercinta yang senantiasa membimbing, merawat, mendidik dan memberikan kasih sayang sedari kecil sampai sekarang, semoga Allah SWT memberikan kesehatan, umur panjang dan rezeki yang barokah dan bermanfaat untuk beliau.

2. Adik-adikku Fithrotul Wafiroh dan Syafa’atun Nafisah yang selalu memberikan do’a dan dukungan terbaik.

3. Bapak K.H Zumri RWS (Alm.) dan Ibu Nyai Hj. Latifah selaku Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-falah yang kami tunggu-tunggu barokah ilmunya.

4. Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi. 5. Bapak dan Ibu dosen yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran. 6. Teman-teman pondok Al-Falah kamar c-30, mbak Azza, mbak Tyas, Olif,

Fuzia, Rizkia, Sekar Ayu, dan mbak Ani yang selalu mendukung dan mendo’akan dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Teman-teman PPL di SMA N 2 Salatiga yang telah membantu kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Teman-teman KKN yang sudah mensupport demi terselesainya skripsi ini. 9. Teman-teman angkatan 2013 yang sudah mendo’akan dan membantu

terselesainya skripsi ini.

10.Keluarga besar Al-Falah yang telah memberikan motivasi untukku.

11.Calon imamku yang selalu menyemangati, memotivasi dan mendo’akan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

KATA PENGANTAR

ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016)”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

(10)

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita.

7. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amin ya robbal ‘alamin.

Salatiga, 19 Maret 2017 Penulis,

SUNIAR SIWI MAHANANI 111 13 045

(11)

ABSTRAK

Mahanani, Suniar Siwi. 2017. Pengaruh Intensitas Kegiatan Keagamaan terhadap Kecerdasan Spiritual (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2016/ 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.

Kata Kunci: Intensitas, Kegiatan Keagamaan, Kecerdasan Spiritual.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas kegiatan keagamaan terhadap kecerdasan spiritual (studi kasus santri Pondok Pesantren Tarbiyatul islam Al-Falah Salatiga Tahun 2016/ 2017. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana intensitas kegiatan keagamaan santri yang ada di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/ 2017? (2) Bagaimana kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/ 2017? (3) Apakah intensitas kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/ 2017?

Berdasarkan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipakai untuk memahami pengaruh antara variabel bebas yakni intensitas kegiatan keagamaan dan variabel terikat yakni kecerdasan spiritual santri. Metode pengumpulan data pada skripsi ini menggunakan angket dan dokumentasi. Langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan anlisis dengan cara: (1) Analisis pendahuluan dengan perhitungan prosentase. (2) Analisis lanjutan dengan perhitungan rumus product moment.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Tingkat intensitas kegiatan keagamaan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun Ajaran 2016/ 2017 dalam kondisi sedang, terbukti dari 90 santri yang menjadi responden yang mendapat kategori sedang sebanyak 38 santri atau 42%, kategori tinggi sebanyak 35 santri atau 39%, kategori rendah sebanyak 16 santri atau 18%, dan kategori sangat tinggi sebanyak 1 santri atau 1%. (2) Tingkat kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun Ajaran 2016/ 2017 juga mendapat kategori tinggi, terbukti dari 90 santri yang menjadi responden yang mendapat kategori tinggi sebanyak 39 santri atau 41%, kategori sedang sebanyak 35 santri atau 37%, kategori sangat tinggi sebanyak 11 santri atau 12%, dan kategori rendah sebanyak 5 santri atau 0%. (3) Intensitas kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah, ditunjukkan dengan korelasional rxy sebesar 0,409, dimana nilai tersebut berada pada rentang interpretasi 0,400 – 0,700 dan menunjukkan terdapat hubungan korelasional yang sedang dengan nilai korelasi positif yang artinya semakin tinggi intensitas kegiatan keagamaan akan semakin meningkatkan kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Penelitian... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Telaah Pustaka ... 8

G. Definisi Operasional ... 10

H. Metode Penelitian ... 14

I. Sistematika Penulisan Skripsi ... 23 BAB II KAJIAN PUSTAKA

(13)

A. Intensitas Kegiatan Keagamaan ... 26

1. Pengertian Kegiatan Keagamaan ... 26

2. Tujuan Kegiatan Keagamaan ... 28

3. Jenis-jenis Kegiatan Keagamaan... 29

B. Kecerdasan Spiritual ... 38

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 38

2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual ... 45

3. Fungsi Kecerdasan Spiriual... 48

C. Pengaruh Intensitas Kegiatan Keagamaan terhadap Kecerdasan Spiritual ... 51

BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 57

1. Sejarah Singkat Berdirinya PPTI Al-Falah ... 57

2. Letak Geografis PPTI Al-Falah ... 58

3. Dasar dan Tujuan ... 59

4. Keadaan Santri ... 61

5. Struktur Organisasi Kepengurusan ... 61

6. Keadaan Asatidz/ Asatidzah ... 64

7. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ... 67

8. Kelembagaan ... 71

9. Sarana dan Prasarana... 71

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ... 73

1. Analisis Data tentang Intensitas Kegiatan

Keagamaan

(14)

2. Analisis Data tentang Kecerdasan Spiritual

Santri ... 82 3. Analisis Pengaruh Kegiatan Keagamaan

terhadap Kecerdasan Spiritual Santri... 90 4. Uji Hipotesis ... 97

B. Pembahasan ... 98 1. Intensitas Kegiatan Keagamaan Santri PPTI

Al-Falah

2. Kecerdasan Spiritual Santri PPTI AL-Falah... 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 4 Dokumentasi

Lampiran 5 Pernyataan Publikasi Skripsi

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (Bab II Pasal 3UU No 23 tahun 2003). Secara sederhana pendidikan dapat

dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh

potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa serta raga) untuk menghadapi masa depan.

Oleh karena itu seorang pendidik dituntut untuk bisa menguasai IQ atau

kecerdasan inteligensi, SQ atau kecerdasan spiritual, dan EQ atau kecerdasan

emosional secara bersamaan untuk mendukung terwujudnya tujuan pendidikan

nasional tersebut.

Proses pendidikan diharapkan mampu membantu manusia memenuhi

kebutuhan jiwanya akan kepercayaan dan keyakinan bahwa manusia adalah

makhluk ciptaan Tuhan. Kepercayaan ini membawa pada pengakuan diri bahwa

kuasa manusia merupakan pemberian Tuhan atas kuasa-Nya. Dari sisi

melahirkan kesadaran makna, arti, dan tujuan hidup harus diletakkan pada spirit

(17)

ke-Tuhanan.Keyakinan ini melahirkan sikap batin bahwa kebahagiaan hidup

dapat dirasakan di dunia ini berupa ketenangan dan ketentraman jiwa yang

bersumber dari Tuhan. Ketentraman jiwa dapat diperoleh dengan perasaan

mendalam atas kecintaan pada Tuhan yang tumbuh dari perasaan selalu ingat

akan Tuhannya. Kebutuhan rasa seperti inilah yang disebut dengan kebutuhan

spiritual (Asyhari,2016:12).

Dewasaini, pesatnya informasi yang berkembang memegang peranan

penting terhadap kualitas hidup seseorang. Harus diingat bahwa kebodohan

bukanlah sekedar lawan dari banyaknya pengetahuan, karena bisa saja seseorang

memiliki informasi yang banyak tetapi apa yang diketahuinya tidak bermanfaat

baginya (Quraish Shihab,2006:137). Oleh sebab itu, tanpa diikuti dengan

kematangan inteligensi, emosional, sosial, spiritual, dan akhlak sebagai pedoman

pribadi, segala informasi akan dengan mudah diterima oleh seseorang terutama

peserta didik/ santri sebagai kebenaran yang hakiki.

Seseorang yang sedang menuntut ilmu perlu memelihara rasa iman yang

telah dikaruniakan oleh Allah SWT, agar semakin kuat karena iman merupakan

hidayah, petunjuk yang dikaruniakan kepada kita.Setelah memelihara keimanan,

tahapan selanjutnya yaitu menempuh jalan ketaqwaan dengan memahami Islam

secara ilmiah.Setelah yakin terhdap kebenaran Islam, kita harus mengkaji Islam

yang menyangkut akidah, syariah, dan akhlakdengan sungguh-sungguh.

Seseorang yang mau belajar sungguh-sungguh untuk mengkaji kegiatan-kegiatan

yang Islami dan pasti akan lebih memilih untuk menimba ilmu di pondok

pesantren.

(18)

“Pondok pesantren merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional

yang memiliki fokus tidak hanya pada ilmu pengetahuan umum tetapi juga ilmu

agama. Pesantren mengajarkan santri bahwa dalam melakukan kegiatan apapun

harus berawal dari kesadaran sendiri, tanpa pamrih, serta lepas dari tekanan pihak

lain sekalipun orangtua, kiai atau bahkan ustadz/ustadzah” (Diah Krisnatuti dkk,

2011:148).

“Pondok pesantren adalah wadah pendidikan manusia seutuhnya sebagai

operasionalisasi dari pendidikan yakni mendidik dan mengajar, mendidik secara

keluarga berlangsung di pondok sedangkan mengajarnya di kelas-kelas atau

mushola. Hal inilah yang merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas

manusia sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan. Oleh karena itu

pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang pertama

mengembangkan sumber daya dari segi mentalnya” (Bahri,2003:20).

Sebagian orang tua memilih memondokkan anaknya di pondok pesantren

agar dapat menumbuhkembangkan perilaku pribadi yang berkemampuan energi

batin untuk memotivasi lahirnya ibadah dan moral.Sebagai seorang santri yang

memposisikan diri sebagai orang yang baik, maka tidak terlepas dari ajaran

agama yang dianut. Agama diyakini akan memproduksi kearifan jiwa ruhaniyah

bersosial. Islam dikenal sebagai rahmatan lil ‘alamin, yang mengajarkan hidup

bermasyarakat, bersosial, dan berbudaya yang selalu dilandasi dengan akhlakul

karimah.

Satu hal yang paling penting harus diupayakan betapa beratnya

mengembalikan pembinaan manusia atas dasar prinsip-prinsip Islam yang

(19)

sempurna dan akhlak yang mulia karena manusia diciptakan memiliki budi

pekerti yang agung, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Qalam ayat 4

berikut ini:

Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Demikian juga dari hadist Nabi SAW:

ِق َﻼْﺧَﻻا َمِرﺎَﻜَﻣ َﻢﱢﻤَﺗُﻻ ُﺖْﺜِﻌُﺑ ﺎَﻤﱠﻧِإ :

ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟا لﺎﻗ

Artinya:

Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan budi pekerti” (H. Riwayat

Ahmad)(Chabib Toha, 1998:110).

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah (PPTI) Salatiga merupakan

wadah yang dapat membantu menjembatani para orang yang memilih

memondokkan anaknya, karena PPTI Al-Falah mempunyai program-program

keagamaan yang mendukung terbentuknya kecerdasan spiritual santri yang

tertuang di dalam kegiatan kesehariannya, seperti: kegiatan mengaji kitab kuning,

sorogan Al-Qur’an setiap bakda maghrib; mujahadah setiap malam jum’at;

(20)

khitobah dan Al-Barzanji di setiap malam jum’at setelah mujahadah; dan ziarah

kyai pengasuh di makam pondok setiap jum’at pagi.

Pada dasarnya, pondok pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga

memiliki kinerja yang sangat dipengaruhi oleh pembinaan spiritual dan juga

pembentukan emosional santrinya, disamping lingkungan keluarga yang menjadi

lingkungan utama pembentukan kecerdasan spiritual santri.Namun, Pondok

Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah menjadi tempat pengganti keluarga yang

kedua.Karena santri setiap hari tinggal di pondok.Jadi tugas pondok pesantren

adalah melakukan pendidikan, pelatihan, dan bimbingan terhadap santri yang

mencakup salah satunya yaitu kecerdasan spiritual santri di pondok pesantren.

Ustadz merupakan salah satu teladan untuk santrinya. Dalam upaya

pembentukan kecerdasan spiritual pada santri PPTI Al-Falah Salatiga yang

dimulai dari lingkungan keluarga dan pondok pesantren sebagaimana kita

ketahui bahwa pendidikan dan bimbingan yang diberikan kepada santri/ anak

ketika mereka masih kanak-kanak akan memiliki pengaruh yang kuat di dalam

jiwa dan lingkungan masyarakat mereka, sebab masa tersebut memang

merupakan masa persiapan dan pengarahan. Dengan terselenggaranya

program-program kegiatan keagamaan yang telah disebutkan di atas di Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah kiranya dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual

santri.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul, “Pengaruh Intensitas Kegiatan

(21)

Keagamaan terhadap Kecerdasan Spiritual (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2016)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis membuat

beberapa rumusan masalahyaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana intensitaskegiatan keagamaan santri yang ada di Pondok

Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/2017?

2. Bagaimana kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam

Al-Falah Tahun Ajaran 2016/2017?

3. Apakahintensitas kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap kecerdasan

spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran

2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, sebagai tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui intensitaskegiatan keagamaan santri yang ada di Pondok

Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Untuk mengetahui kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/2017.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh intensitas kegiatan keagamaan

terhadap kecerdasan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah

tahun Ajaran 2016/2017.

(22)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Darmawan,2014:120).Dari pengertian hipotesis tersebut maka hipotesis

penelitian ini adalah intensitas kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap

kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah tahun

2016.

E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Berdasarkan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat

memperkaya khazanah kajian keilmuan dalam bidang agama khususnya

yang berkaitan dengan intensitas mengikui kegiatan keagamaan dan

kecerdasan spiritual santri.

2. Manfaat Sosial

a. Bagi pondok pesantren, sebagai masukan yang konstruktif bagi

pengembangan kegiatan yang dapat menambah kecerdasan spiritual

santri supaya lebih optimal dan menambah khazanah ilmiah tentang

keadaan kegiatan keagamaan santri yang sudah diprogramkan oleh

pondok pesantren sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan

kegiatan keagamaan yang bersifat pembinaan.

b. Bagi ustadz-ustadzah dan pengasuh pondok pesantren, dapat

memudahkan untuk mengetahui intensitas santri dalam mekasanakan

(23)

kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan kecerdasan spiritual

santri.

c. Bagi masyarakat umum, sebagai salah satu acuanakan pentingnya

intensif dalam mengikuti kegiatan keagamaan khususnya terhadap

kecerdasan spiritual.

F. Telaah Pustaka

Kajian tentang pengaruh intensitas kegiatan keagamaan terhadap

kecerdasan spiritual santri memang bukan pertama kali oleh para penulis,

terutama penelitian jurnal maupun skripsi.Sejauh peneliian yang dilakukan,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh intensitas kegiatan

keagamaan terhadap kecerdasan spiritual santri, berikut kajian penelitian yang

relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis sebagai acuan.

Pertama, penelitian yang berkaitan dengan pengaruh intensitas kegiatan

keagamaan, penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh Sidik Kurniawan

mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009 yang

berjudul “Pengaruh Intensitas Kegiatan Keagamaan terhadap Kepribadian Siswa

Kelas XI SMA 2 Wonosobo”. Pada penelitian ini membahas mengenai variasi

intensitas kegiatan keagamaan siswa kelas XI dan kepribadian siswa kelas XI,

kemudian setelah diuji menggunakan metode survey dengan teknik korelasi,

subyek penelitian sebanyak 52 responden dengan menggunakan dengan

menggunakan teknik pengambilan cluster sampling. Pengambilan data dengan

menggunakan instrument angket, wawancara, dan observasi.Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara intensitas mengikui kegiatan

(24)

keagamaan terhadap kepribadian siswa kelas XI SMA 2 Wonosobo.Skripsi

penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Sidik

Kurniawan yakni sama-sama membahas tentang intensitas kegiatan

keagamaan.Namun ada pula yakni yang membedakannya terletak pada

pengaruhnya terhadap kecerdasan spiritual, sedangkan pada skripsi saudara Sidik

Kurniawan pengaruhnya terhadap kepribadian siswa.

Kajian kedua, penulis merujuk pada skripsi saudara Ziyat Ridlo,

Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Progdi PAI IAIN Salatiga pada tahun 2011 yang

berjudul “Studi Korelasi antara Inensitas Mengikuti Kegiatan Keagamaan dengan

Kepatuhan terhadap Tata Tertib Bagi Siswa SMP N 3 Ambarawa tahun 2011”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peneliti menggunakan pendekatan

kuntitatif dengan rancangan studi korelasi serta menggunakan metode angket dan

dokumentasi.Dan temuan ini disimpulkan bahwa ada korelasi positif antara

intensitas mengikuti kegiatan keagamaan dengan kepatuhan terhadap tata tertib

sekolah.Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh saudara Ziyat Ridlo yakni sama-sama membahas tentang intensitas kegiatan

keagamaan.Namun ada pula yakni yang membedakannya terletak pada

hubungannya dengan kecerdasan spiritual, sedangkan pada skripsi saudara Ziyat

Ridlo hubungannya dengan kepatuhan terhadap tata tertib siswa.

Kajian yang ketiga, penulis merujuk pada jurnal penelitian yang ditulis

oleh Ulfah Rahmawati STAIN Kudus pada tahun 2016 yang berjudul

“Pengembangan Kecerdasan Spiritual Santri: Studi terhadap Kegiatan

Keagamaan di Rumah TahfizQu Deresan Putri Yogyakarta”. Dalam jurnal ini

(25)

berisi pentingnya melakukan upaya pengembangan dalam rangka

menumbuhkembangkan kecerdasan spiritual dikarenakan kecerdasan ini

merupakan kecerdasan tertinggi yang dapat membimbing manusia menemukan

makna hidup dengan bermuara pada Tuhan.Penelitian ini merupakan penelitian

lapangan (field research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan

keagamaan yang dilaksanakan di Rumah TahfizQu Deresan Putri

diklasifikasikan menjadi tiga bagian, pertama kegiatan harian yang meliputi

menghafal Al-Qur’an, solat berjama’ah diawal waktu, solat tahajud, solat rawaib,

solat dhuha, puasa sunnah, sedekah, zikir, dan diniyah. Kedua, kegiatan

mingguan, yang meliputi: membaca surat al-kahfi, al-waqi’ah, kajian hadis,

muhadoroh dan tasmi’, ketiga, kegiatan bulanan yaitu Ta’lim for kids. Dari

berbagai kegiatan keagamaan di atas, semuanya merupakan upaya dalam

mengembangkan kecerdasan spiritual santri di Rumah TahfizQu Deresan Putri di

Yogyakarta. Dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Ulfah Rahmawati

memiliki persamaan dengan skripsi penulis, yakni sama-sama meneliti kegiatan

keagamaan dan kecerdasan spiritual, namun ada yang membedakan yaitu dalam

jurnal penelitian oleh saudari Ulfah Rahmawati meneliti dengan metode

peneliian field research sehingga meneliti pengembangan kecerdasan spiritual

santri sudi terhadap kegiatan keagamaannya di Rumah Tahfizqu Deresan Putri

Yogyakarta, akan tetapi dalam skripsi penulis membahas mengenai pengaruh

kegiatan keagamaan terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren

Tarbiayatul Islam Al-Falah Salatiga.

(26)

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari interpretasi yang salah dalam membatasi ruang lingkup

pembahasan dalam penelitian ini perlu di jelaskan istilah yang terkandung dalam

judul penelitian.Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 variabel yang

terbagi dalam 2 kategori meliputi variabel dependent atau variabel bebas yaitu

variabel pertama intensitas kegiatan keagamaan (X), sementara variabel kedua

kecerdasan spiritual (Y) merupakan variabel independent atau variabel terikat,

yaitu sebagai berikut:

1. Intensitas Kegiatan Keagamaan (Variabel X)

Intensitas menurut (Poerwadarminto,1978:437) ialah ukuran

kekuatan keadaan tingkatan seseorang.Tolak ukur yang kemudian menjadi

kebiasaan-kebiasaan atau keseringan seseorang dalam melakukan suatu

kegiatan.Dalam aspek-aspek tertentu intensitas seseorang dapat bernilai

positif atau negatif.

Kegiatan mempunyai arti aktivitas, kegairahan, usaha dan

pekerjaan.Sedangkan keagamaan berasal dari dari kata “agama” dan

“ke-an”.Agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran

kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

Sedangkan ke-an berarti yang mempunyai arti atau sifat. Dalam arti yang

lain agama diartikan sebagai suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia

dalam usahanya mencari hakekat dan hidupnya dan yang mengajarkan

kepadanya tentang hubungannya dengan Tuhan, tentang hakikat dan maksud

dari segala sesuatu yang ada (Soeganda Poerbawakatja dan H.A.M. Harahap,

(27)

1982: 8). Jadi, kegiatan keagamaan dapat diartikan segala aktivitas yang

mempunyai ciri atau sifat dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang

bertalian kepercayaan itu.

Berdasarkandefinisi yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa

kegiatan keagamaan adalah keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan

nilai pendidikan agama yang ditunjukkan dengan cara mengadakan

hubungan dengan-Nya dalam bentuk ibadah. Dalam arti yang lain bahwa

kegiatan keagamaan adalah suatu kegiatan yang berupa serangkaian aktivitas

dalamagama Islam yang diarahkan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan keagamaan serta memberikan keteladanan bagi yang

melaksanakannya.

Adapun pengertian intensitas kegiatan keagamaan adalah tingkat

keseringan/kebiasaan-kebiasaan seseorang yang bernilai positif dalam

mengerjakan sesuatu yang ibadah kepada Allah SWT sebagai wujud

pengabdian dan ketaatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah

SWT.

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi kegiatan yang ada di

pondok, yakni:

a. Mengaji kitab kuning.

b. Sorogan Al-Qur’an.

c. Solat berjamaah.

d. Mujahadah dan tahlil bakda isya’ setiap malam jum’at.

e. Wirid dan Qiyam al-Lail

(28)

f. Khitobah setiap malam jum’atnya.

g. Ziarah ke makam pengasuh PPTI Al-Falah.

2. Kecerdasan Spiritual (Variabel Y)

Secara konseptual, kecerdasan berasal dari atas gabungan kata yaitu

kecerdasan dan spiritual.Kecerdasan berasal dari kata cerdas (dalam bahasa

Inggris disebut intelligence dan bahasa Arab disebut al-dzaka’) menurut arti

bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu.Dalam

arti, kemampuan (al-qudrab) dalam memahami sesuatu secara cepat dan

sempurna.Begitu cepat penangkapannya itu sehingga Ibnu Sina, seorang

psikolog falsafi, menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (al-bads)

(Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir,2002:317).

SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan

makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup

kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk

menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna

dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk

mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan

kecerdasan tertinggi kita. Berikut ini indikator-indikator kecerdasan

spiritual: (Danah Zohar dan Ian Marshall, 2007: 14).

a. Mempunyai tingkat kesadaran diri yang tinggi

b. Kemampuan bersifat fleksibel adaptif secara spontan dan aktif

c. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit

(29)

d. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

e. Kecenderungan untuk mengaitkan antara hal-hal yang dilakukan

berkaitan dengan makna dan nilai

Berbeda dengan pendapat yang digagas oleh pemikir Islam tentang

indikator kecerdasan spiritual, buku Saefullah (2012) yang kemudian

digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam menentukan indikator

kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah,

yakni:

a. Memiliki arah dan komitmen hidup yang diyakini

b. Selalu merasa diawasi oleh Allah SWT

c. Cenderung bersikap pada kebaikan

d. Berjiwa besar

e. Memiliki sikap empati kepada orang lain

f. Memiliki prinsip dalam hidupnya

Jadi, yang dimaksud kecerdasan spiritual santri yaitu kemampuan

yang sempurna dari perkembangan akal dan budi santri untuk memikirkan

dan berperilaku kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren bersifat

ketuhanan yang memotivasi lahirnya ibadah dan moral.

H. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini,peneliti menggunakan

metode, antara lain:

1. Pendekatan

(30)

Penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau

statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono, 2010:8).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam

Al-Falah Salatiga tepatnya di Jl. Bima No.2, Kel.Dukuh, Kec.Sidomukti,

Salatiga, Kode Pos 50722.Penelitian ini dan dilaksanakan pada bulan

Oktober sampai Desember 2016.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang menjadi

sasaran penelitian dan pada populasi itu hasil penelitian

diberlakukan.Populasi itu bisa manusia dan bukan manusia (Arikunto,

2005:93).

Berdasarkan penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian

adalah santri PPTI Al-Falah Salatiga berjumlah 450 santri, dengan

rincian sebagai berikut:

1) Santri putra: 165 orang = 37 %

2) Santri putri : 285 orang = 63%

b. Sampel

(31)

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti secara

mendalam. Ada beberapa rumus yang dapat digunakan oleh peneliti

untuk menentukan jumlah anggota sampel.Jika peneliti mempunyai

beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang

lebih 10-15% atau 20-25% dari jumlah subjek tersebut.Jika anggota

subjek dalam populasi hanya 100-150 orang, dan dalam pengumpulan

data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek dalam jumlah itu

diambil seluruhnya (Arikunto, 2005:94-95).

Karena subjek dalam penelitian ini adalah santri putri dan putra

yang mengikuti kegiatan keagamaan sejumlah 450 santri, maka penulis

menetapkan sampelsebanyak 20% dari semua santri, yakni didapati 90

santri, dengan rincian sebagai berikut:

3) Santri putra: 20% x 165 = 33 santri

4) Santri putri: 20% x 285 = 57 santri

Peneliti menggunakan teknik random sampling (sampling secara

acak), yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti

mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan

sampelnya (Arikunto, 2005:98). Alasan mengapa peneliti menggunakan

teknik random sampling, karena jumlah responden yang diteliti banyak,

sehingga disesuaikan dengan kemampuan peneliti yaitu pengambilan

secara acak.

4. Metode Pengumpulan Data

(32)

Agar penelitian sesuai dengan yang diharapkan, maka penulis

menggunakan metode pengumpulan data, yaitu:

a. Angket

Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada

orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia

memberikan respon dengan permintaan pengguna. (Arikunto, 2005:

103).Model angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup,

sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh

peneliti.

Metode ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang

intensitas kegiatan keagamaan dan kecerdasan spiritual santri.

b. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang,

tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiono, 2010:144). Metode ini

digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena yang diteliti, baik untuk mengumpulkan

data tentang kegiatan santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam

Al-Falah.Observasi yang penulis ambil adalah observasi yang dilakukan

dengan cara keterlibatan observer dalam penelitian data tentang kegiatan

pondok pesantren.

c. Dokumentasi

(33)

Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah

berlalu.Dokumen dapa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seserang (Sugiyono, 2010:240).Metode ini

digunakan penulis untuk memperoleh data mengenai gambaran umum

lokasi penelitian.

5. InstrumenPenelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut

menjadi sisematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2005:101).

Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitiannya berupa

angket untuk masing-masing variabel.

Ada dua alat ukur yang akan dibuat peneliti yaitu angket intensitas

kegiatan keagamaan dan angket kecerdasan spiritual. Adapun instrumen

penelitian (angket) yang peneliti buat, mengacu pada variabel-variabel di

bawah ini:

a. Variabel X:

Angket I digunakan untuk mengetahui intensitas kegiatan

keagamaan yang mencakup indikator:

1) Keaktifan mengaji kitab kuning setiap hari tiga kali, yaitu seiap

bakda ashar, isya’ dan subuh

2) Keaktifan mengikuti sorogan Al-Qur’an setiap hari yaitu bakda

manghrib

(34)

3) Kewajiban melaksanakan solat berjama’ah setiap waktu solat,

kecuali dhuhur dan ashar, solatnya di sekolah atau kampus

masing-masing

4) Keharusan aktif mengikuti mujahadah dan tahlil seminggu sekali

yaitu setiap malam jum’at bakda maghrib

5) Kesadaran santri untuk melanggengkan wiridan setiap bakda

solat fardhu dan melaksanakan qiyam al-lail (tahujud)

6) Kewajiban aktif mengikuti kegiatan khitobah seminggu sekali

yaitu seiap malam jum’at bakda mujahadah dan tahlil

7) Kewajiban aktif mengikuti ziarah pengasuh PPTI Al-Falah

seminggu sekali yaitu setiap jum’at pagi

8) Ketertiban dan ketepatan waktu setiap mengikuti kegiatan

keagamaan

9) Memprioritaskankegiatan keagamaan dibandingkan kegiatan luar

pondok pesantren

10) Kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan keagamaan

(35)

Tabel 1.1

Tabel Indikator Intensitas Kegiatan Keagamaan

No Indikator No. Item Jumlah

1 Keaktifan mengikuti kegiatan

keagamaan

1,4,5, 6, 7,

8, 9, 13 8

2 Ketertiban danketepatan waktu

setiap mengikuti kegiatan

keagamaan

2, 3, 14,

15

4

3 Memprioritaskan kegiatan

keagamaan

10, 11, 12 3

b. Variabel Y:

Variabel terhadap dalam penelitian ini adalah kecerdasan spiritual

santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah.

Indikator-indikator kecerdasan spiritual adalah sebagai berikut:

1) Memiliki arah dan komitmen hidup yang diyakini

2) Selalu merasa diawasi oleh Allah SWT

3) Cenderung bersikap pada kebaikan

4) Berjiwa besar

5) Memiliki sikap empati kepada orang lain

6) Memiliki prinsip dalam hidupnya

(36)

Tabel 1.2

Tabel Indikator Kecerdasan Spiritual

No Indikator No. Item Jumlah

1 Memiliki arah dan komitmen

hidup yang diyakini

17, 21 2

2 Selalu merasa diawasi oleh

Allah SWT

16, 18 2

3 Cenderung pada Kebaikan 19, 23 2

4 Berjiwa besar 20, 22, 26,

28

4

5 Memiliki empati 24, 29 2

6 Memiliki prinsip hidup 25, 27, 30 3

6. Analisis Data

Data yang kita perlukan melalui pengumpulan data pada dasarnya

adalah untuk menguji hipotesis atau sekurang-kurangnya menjawab

pertanyaan penelitian.Artinya, data itu diperlukan untuk membuktikan

kebenaran hipotesis.Namun demikian, ini tidak berarti bahwa data secara

sengaja diupayakan agar mendukung dan membenarkan hipotesis sekalipun

(37)

kenyataannya data tersebut bertolak belakang dengan hipotesis.Data tetap

bagaimana adanya (Arikunto, 2005:132).

a. Analisis data pendahuluan

Dalam penelitian ini unuk mengetahui masing-masing variabel

digunakan rumus:

P = F

𝑁 𝑋 100%

Keterangan:

P : Presentasi

F : Frekuensi

N : Jumlah Responden (Sugiyono, 2010:250)

b. Analisis data lanjut

Analisis selanjutnya yang penulis lakukan antara variabel x dan

variabel y yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment

yang ditemukan oleh Karel Pearson.Rumus ini dapat digunakan apabila

data kedua variabel berupa data kuantitas (Hadjar, 2014:139).Dalam

penelitian ini, kedua data yang dimaksud ialah data dengan variabel x

dan variabel y, di mana variabel x adalah kegiatan keagamaan

sedangkan variabel y yaitu kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah.Penggabungan antara variabel x dan variabel

y digunakan rumus product moment sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 −

(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)

�{𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2} {𝑁 ∑ 𝑌2−(∑ 𝑌)2}

Keterangan:

(38)

𝑟𝑥𝑦 : Koefisien pengaruh antara variabel X dan variabel Y

X : Jumlah variabel X

Y : Jumlah variabel Y

𝑋2 : Kuadrat dari variabel X

𝑌2 : Kuadrat dari variable Y

N : Banyaknya sampel penelitian

XY : Product dari variable X dan Y ∑ : Jumlah

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan skripsi ini penulis

menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode

penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi teori tentang:

A. Kegiatan Keagamaan

1. Mengaji Kitab Kuning

2. Sorogan Al-Qur’an

(39)

3. Solat Jamaah

4. Mujahadah dan tahlil setiap malam jumat

5. Khitobah/ Al-Barzanji yang bergiliran setiap malam

jum’atnya

6. Ziarah ke makampengasuh PPTI Al-Falah

B. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual

3. Fungsi Kecerdasan Spiritual

C. Intensitas Kegiatan Keagamaan terhadap Kecerdasan Spiritual

Santri PPTI Al-Falah

BAB III : HASIL PENELITIAN

Dalam Bab ini berisi tentang gambaran umum Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga (sejarah berdirinya, sarana dan

fasilitas, program pendidikan dan latihan, susunan organisasi, jadwal

kegiatan, visi, misi, tata tertib, keadaan obyek responden atau

populasi) serta data tentang pengaruh inensitas kegiatan keagamaan

terhadap kecerdasan spiritual santri yang terdiri dari data tentang

jawaban angket pengaruh intensitas kegiatan keagamaan terhadap

kecerdasan spiritual santri.

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini meliputi adanya pengelolaan data (analisis pendahuluan dan

analisis lanjutan) yang telah diperoleh dari penelitian lapangan untuk

(40)

menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui analisis

melalui analisis pendahuluan dan analisis lanjut.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan, saran dan penutup.

(41)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Intensitas Kegiatan Keagamaan

1. Pengertian Kegiatan Keagamaan

Intensitas menurut (Poerwadarminto,1978:437) ialah ukuran

kekuatan keadaan tingkatan seseorang.Tolak ukur yang kemudian menjadi

kebiasaan-kebiasaan atau keseringan seseorang dalam melakukan suatu

kegiatan.Dalam aspek-aspek tertentu intensitas seseorang dapat bernilai

positif atau negatif.

Kegiatan mempunyai arti aktivitas, kegairahan, usaha dan

pekerjaan.Sedangkan keagamaan berasal dari dari kata “agama” dan

“ke-an”.Agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran

kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

Sedangkan ke-an berarti yang mempunyai arti atau sifat. Dalam arti yang

lain agama diartikan sebagai suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia

dalam usahanya mencari hakekat dan hidupnya dan yang mengajarkan

kepadanya tentang hubungannya dengan Tuhan, tentang hakikat dan maksud

dari segala sesuatu yang ada (Soeganda Poerbawakatja dan H.A.M. Harahap,

1982:8).

Jalaludin (2001:199) menjelaskan bahwa keagamaan merupakan

suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk

bertingkah lakusesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

(42)

Keagamaan menurut Hamka, diartikan sebagai hasil kepercayaan

dalam hati nurani, yaitu ibadah yang tertib lantaran sudah ada I’tikad lebih

dahulu, menurut/patuh dan penuh karena iman (Hamka, 1987: 75).

Singkatnya Agama (Ad Dien) adalah keyakinan (keimanan) tentang

suatu Dzat Ketuhanan (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatan dan

penyembahan (ibadah).Agama adalah peraturan Ilahi yang mengendalikan

orang-orang yang memiliki akal sehat secara suka rela kepada kebaikan

hidup di dunia dan keberunungan di akhirat.Sebagaimana firman Allah

SWT. Surat Al-Maidah : 48

“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang

terang”. (Q.S. Al-Maidah: 48).

Jadi, kegiatan keagamaan merupakan sikap atau perbuatan yang

nyata dan bisa diamati dari seorang anak berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah.Dengan memperhatikan definisi yang ada diatas dapat disimpulkan

bahwa kegiatan keagamaan adalah keseluruhan aktivitas yang bertalian

dengan agama yang ditunjukkan dengan cara mengadakan hubungan

dengan-Nya dalam bentuk ibadah. Dalam arti yang lain bahwa kegiatan

keagamaan adalah suatu kegiatan yang berupa kegiatan-kegiatan agama

(43)

Islam yang diarahkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

keagamaan serta memberikan keteladanan.

Adapun pengertian intensitas kegiatan keagamaan adalah tingkat

keseringan/ kebiasaan-kebiasaan seseorang yang bernilai positif dalam

mengerjakan sesuatu yang ibadah kepada Allah SWT sebagai wujud

pengabdian dan ketaatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah

SWT.dibawah bimbingan pengasuh dan ustazd-ustadzah yang

menyelenggarakan kegiaan-kegiatan keagamaan Islam di lingkungan pondok

pesantren.

2. Tujuan Kegiatan Keagamaan

Segala sesuatu yang dilaksanakan, sudah barang tentu mempunyai

tujuan yang hendak dicapai, pada dasarnya kegiataan keagamaan merupakan

usaha yang dilakukan (terhadap peserta didik/ santri) agar dapat memahami,

mengamalkan ajaran-ajaran agama.Sehingga tujuan dari kegiatan keagamaan

secara umum tidak terlepas dari tujuan pendidikan Islam atau pendidikan

agamaIslam.

Menurut Zuharini bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah

membina anak agar menjadi orang muslim sejati, beriman teguh dan

berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan bangsa

(Zuharini, 1998: 45).

Menurut Ibn Khaldun sebagaimana dikutip oleh Ramayuris bahwa

tujuan pendidikan Islam mempunyai dua tujuan yaitu:

(44)

a. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal unuk akhirat, sehingga ia

menemui Tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang

diwajibkan keatasnya.

b. Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu yang diungkapkan oleh

pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk

hidup.

Selanjutnya Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam

yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan

kesempurnaan insan yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat (Ramayuris, 1994: 25-26).

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56) (Depag RI, 2005: 523).

3. Jenis-Jenis Kegiatan Keagamaan

Sebenarnya kegiatan keagamaan demikian banyak, namun dalam

skripsi ini, hanya diungkapkan diantaranya: Mengaji Kitab Kuning, Sorogan

Al-Qur’an, Solat Berjamaah, Mujahadah dan tahlil bakda isya’ setiap malam

jum’at, Wirid dan Qiyam al-Lail, Khitobah setiap malam jum’at, dan Ziarah

ke makam pengasuh PPTI Al-Falah.

(45)

a. Mengkaji Kitab Kuning Sistem Weton

Sistem weton atau biasa disebut juga bandungan atau halaqah,

yaitu sistem yang diguanakan untuk mendalami kitab-kitab kuning,

dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai

atau dalam ruangan (kelas) dan Kyai menerangkan penjelasan secara

kuliah.Para santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan

atau mengesahi (jawa, mengesahkan) dengan memberi catatan pada

kitabnya untuk mengesahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh Kyai.

Sistem weton adalah sistem yang tertua di pondok pesantren

menyertai sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran di suatu

pesantren(Abd. Rahman Shaleh, 1985:11).

b. Sorogan Al-Qur’an.

Istilah sorogan adalah berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti

menyodorkan, sebab setiap santri bergilir menyodorkan kitab/

Al-Qur’annya dihadapan Kyai atau badal (penggantinya) (Shaleh, 1985:11).

Sedangkan Al-Qur’an adalah kumpulan-kumpulan firman-firman

Allah SWT.yang diurunkan kepada uhammad SAW. lewat Malaikat

Jibril unuk disampaikan kepada seluruh umat Islam agar memiliki

pegangan hidup dan berjalan pada jalan yang lurus. Selain itu,

diturunkan Al-Qur’an bertujuan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan

sebagai penjelas segala sesuatu yang merupakan ciptaan Allah SWT

(Basuki, 2010: 5).

(46)

Sistem sorogan Al-Qur’an ini tetap dipertahankan oleh

pondok-pondok pesantren, karena banyak manfaat dan faedah yang mendorong

santri untuk lebih giat dalam mengkaji dan memahami Al-Qur’an yang

merupakan pedoman umat manusia alam semesta.Sistem ini

membutuhkan ketekunan, kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan

kedisiplinan yang tinggi dari santri.

Sistem sorogan Al-Qur’an ini amat intensif karena dengan sistem

ini seorang santri dapat menerima pelajaran dan pelimpahan nilai-nilai

sebagai proses delivery of culture di pesantren. Metode ini dalam dunia

modern dapat dipersamakan dengan istilah tutorship atau

mentorship.Metode pengajaran semacam ini diakui paling intensif

karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuktanya

jawab secara langsung.

c. Solat Berjama’ah

Solat merupakan tiang agama, dan kewajiban bagi seorang

muslim yang paling utama.Solat jama’ah merupakan solat yang

dilakukan dengan bersama-sama, minimal dua orang, yakni imam dan

ma’mum, hukumnya fardhu kifayah bagi laki-laki, dan sunnah bagi

perempuan (Saifudin, 2015: 51). Solat jama’ah merupakan realisasi Dari

perintah Rasulullah SAW.serta mengikuti sunnah beliau, baik qauliyah

(ucapan maupun fi’liyah (perbuatan). Sebagai konsep dasar dalam

kehidupan untuk memupuk ukhuwah islamiyah dan salah satu medianya

adalah solat berjama’ah. Solat berjama’ah memiliki keutamaan yang

(47)

lebih besar dari pada solat sendiri (munfarid), seperti sabda beliau Nabi

Muhammad SAW.:

ْﻟا ُةَﻼَﺻ

ًﺔَﺟَرَد َﻦْﻳِﺮْﺸِﻋَو ٍﻊْﺒَﺴِﺑ ﱠﺬَﻔْﻟا ِةَﻼَﺻ ْﻦِﻣ ُﻞَﻀْﻓَا ِﺔَﻋﺎَﻤَﺠ

Artinya:

“ Solat berjama’ah itu lebih utama 27 derajat daripada solat sendirian”

(H.R. Bukhari).

Solat berjama’ah bagi laki-laki dalam solat maktubah (selain

solat Jum’at) hukumnya sunnah muakad menurut Imam Ibnu Qosim dan

Imam Rofi’I, sedangkan menurut Imam Nawawi hukumnya adalah

fardhu kifayah. Adapun jama’ah dalam solat Jum’at hukumnya wajib.

Fadhilah jama’ah dapat diperoleh oleh makmum dengan syarat

melakukan takbiratul ihram sebelum imamnya mengucapkan salam

yang pertama, meskipun tidak duduk bersama dengan imam. Namun

dalam solat Jum’at seorang makmum harus menemukan satu rakaat

yang sempurna bersama imam (Tim Tirai I, 2015: 34-35).

Dalam solat terjadi hubungan rohani antara manusia dan Allah

SWT.Dalam tazkiyat, solat dipandang sebagai munajat kepada Allah

(berdo’a dalam hati dengan khusyuk diikuti kehadiran hati). Seseorang

yang sedang solat dalam melakukan munajat tidak merasa sendiri, tetapi

seolah-olah ia merasa berhadapan dengan Allah yang mendengar dan

memperhatikan munajatnya. Suasana yang demikian dapat mendorong

(48)

manusia dalam mengungkapkan segala perasaan, keluhan, dan

permasalahannya kepada Allah.Dengan suasana solat khusyuk manusia

memperoleh al-nafs al-muthma’innat (ketenangan jiwa) karena merasa

diri dekat dengan Allah dan memperoleh ampunan-Nya (Jealani, 2001:

101).

d.

Mujahadah dan tahlil bakda isya’ setiap malam jum’at.

Mujahadah secara etimologi merupakan peperangan. Sedangkan

secara terminology adalah memerangi hawa nafsu yang selalu

mengajak kepada kejahatan dan maksiat dengan membebani sesuatu

yang dapat memberatkannya, yaitu dengan cara melakukan aktivitas

ibadah yang dianjurkan oleh hukum syariat (Syakur & Roy Fadli, 2013:

134).

Arti tahlil secara bahasa adalah bacaan La Ilaha Illallahu,

sebagaimana Tahmid diartikan sebagai bacaan Subhanallah. Akan tetapi

menurut istilah yang telah berlaku, yang dimaksud tahlil ialah bacaan :

Surat Al-Fatihah ─ Surat Al-Ikhlas 3x ─ Surat Al-Falaq ─ Surat An-Nas

─ Awal Surat Al-Baqarah ─ Ayat Kursi ─ Tiga ayat akhir surat Al

-Baqarah ─ La Ilaha Illallahu ─ Subhanallahu Wabihamdihi ─

Shalawat kepada Nabi SAW.

Tahlil merupakan tradisi kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah yang

selalu dilakukan untuk mendoakan orang yang telah mati. Apabila

diantara kaum muslimin ada yang meninggal dunia, maka mereka

berkumpul di rumah ahli mayyit, kemudian secara bersama-sama

(49)

membacakan surat-surat pendek dari Al-Qur’an dan bacaan-bacaan

tahlil, tasbih dan shalawat sebagaimana disebut di atas untuk mayit,

sehingga semua bacaan tersebut akhirnya disebut Tahlil. Hal itu mereka

biasakan juga pada pertemuan-pertemuan dan acara-acara hajatan

sehingga menjadi tradisi yang dilakukan secara terus-menerus (Danial

Royyan, 2013:1-2).

e. Wirid dan Qiyam al-Lail (Menghidupkan Malam)

Wirid dan menghidupkan malam dengan ibadah (qiyam al-lail)

dalam Islam dipandang sebagai jalan lurus menuju Allah dan

kebahagiaan akhirat.Dalam melakukan wirid dan menghidupkan malam

seseorang mendidik, menyempurnakan, dan mendekatkan dirinya

kepada Allah dengan bersungguh-sungguh beribadat seperti, solat,

tilawah Al-Qur’an, zikir dan berdo’a. Suasana wirid dan

menghidupkan malam mempunyai arti dan manfaat yang besar bagi

kebahagiaan dan kesempurnaan jiwa. Dengan melaksanakannya, orang

yang abid (beribadah) dan muwahid (orang yang mengakui keesaan

Allah) akan memperoleh kenikmatan dan kelezatan dalam bermunajat

dan bertaqarrub kepada Allah SWT.

Ditinjau dari kesehatan mental, kegiatan wirid dan

menghidupkan malam berfungsi dalam pembinaan kecerdasan rohani,

pengobaan, pencegahan, dan pembinaan akhlak.Dalam perawatan jiwa

(terapi) terdapat hubungan yang erat antara gangguan kejiawaan dan

pengobatannya melalui kegiatan keagamaan (Jaelani, 2001:110-111).

(50)

Tahajud merupakan salah satu riyadhah spiritual yakni dengan

bangun malam mendirikan solat.Tahajud merupakan lelaku bathiniah

yang diharapkan mampu menjaga keseimbangan psikis sekaligus fisik

seseorang (Thobroni, 2008: 23).

Tahajud adalah sebuah cara, amalan istimewa, yang diharapkan

mendongkrak kuasa spiritual yang mampu menguatkan aspek psikologis

kita dalam menyelesaikan masalah. Lewat renungan di akhir malam, di

tengah kesunyian itu, dengan didampingi kekasih tercinta Allah

SWT.berusaha menyingkap tabir ghaib yang melingkupi kehidupan kita.

Banyak orang pintar yang rajin melaksanakan solat

tahajud.Karena dengan tahajud itu mereka meraup energi jernih yang

bertebar di sekitar keheningan malam, mengelolanya seraya

menggerakkan energi itu untuk membangun sendi-sendi

kecerdasan.Kesunyian tidak digunakan untuk melamun hal-hal jorok,

justru dimanfaatkannya guna meningkatkan kualitas intelektual.Inilah

makna, bahwa tahajud mampu mengubah kebodohan menuju

kecerdasan. Kesadaran penting itulah yang pernah difirmankan oleh

(51)

Artinya:

Katakanlah: "Adakah sama orang yang mengetahui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah

yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar: 9) (Thobroni, 2008:

26).

f. Khitobah setiap malam jum’atnya.

Sesungguhnya berbicara itu merupakan salah satu ciri khas bagi

manusia. Dan seni untuk berbicara yang baik; jelas, singkat dan efekif

biasanya disebut reorika (Arab: fannulkhitobah), (Inggris: the art of

speech), dan (Belanda: de kunts der welprekenheid). Retorika

merupakan seni atau keterampilan praktis, bukan suatu ilmu

pengetahuan.Kendati begitu, Jalaladdin Rakhmat mengatakan, Retorika

sebagai “ilmu bicara” sebenarnya diperlukan setiap orang.Bagi ahli

komunikasi atau komunikator retorika adalah condition sine qua non

(Kadir, 2015:39).Jadi, khitobah merupakan seni untuk berbicara yang

baik; jelas, singkat dan efektif.Namun, biasanya dalam khitobah

diselingi oleh adegan dramanya, supaya situasi tidak menegangkan dan

ada nilai (value) yang tersampaikan melalui adegan drama tersebut.

g. Ziarah ke makam pengasuh PPTI Al-Falah \

Ziarah memiliki arti: mengunjungi atau menengok. Kubur berasal

dari bahasa Arab: Qubur adalah bentuk jamak, mufradny Qabr yaitu

lahad untuk memendam mayit. Jadi, ziarah kubur adalah mengunjungi

(52)

orang yang telah mati di tempat ia dimakamkan. Sedangkan Maqbarah

memiliki arti tempat pemakaman umum (TPU).Ziarah kubur merupakan

salah satu tradisi Ahlussunah Waljamaah.Banyak dari mereka yang

melakukan perjalanan secara berjamaah untuk menziarahi kubur para

wali dan orang-orang yang shalih (Danial Royyan, 2013:52).

Pada permulaan Islam dimana umat Islam pada waktu itu masih

berbaur dengan praktek kebudayaan jahiliyah, Rasulullah SAW

melarang berziarah kubur. Tetapi setelah kebudayaan umat Islam

keadaannya sudah berubah dimana umat Islam sudah kuat memegang

aqidah, beliau lalu membolehkan berziarah kubur.Dan bahkan

Rasulullah SAW sendiri pernah menjalankannya. Hal ini sesuai dengan

hadist nabi SAW. sebagai berikut:

ُـﺗ َ ﺎَﻬّـﻧِﺎَﻓ ﺎَﻫْوُزْوُﺰَـﻓِرْﻮُـﺒُﻘْﻟا ِةَر ﺎَﻳِز ْﻦَﻋ ْﻢُﻜُﺘْﻴَﻬَـﻧ ُﺖْﻨُﻛ : ل ﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا َﻰِﺿَر ٍدْﻮُﻌْﺴَﻣ ِﻦْﺑا ْﻦَﻋ

َﺎﻴْﻧﱡﺪﻟا ُﺪﱢﻫَﺰ

(ﻪﺟ ﺎﻣ ﻦﺑا ﻩاور) َةَﺮِﺧَْﻻا ُﺮﱢﻛ َﺬُﺗَو

Artinya:

“Dari Ibnu Mas’ud ra, sesungguhnya Nabi SAW.bersabda: Aku dulu

telah melarang kamu berziarah kubur maka (sekarang) berziarahlah.

Karena ziarah kubur itu dapat menjauhkan keduniaan dan dapat pula

mengingatkan alam akhirat”.(HR. Ibnu majah).

(53)

Jadi, berziarah kubur hukumnya boleh, mengingat dalil tersebut

di atas.Dan bahkan Rasulullah SAW.sendiri pun pernah melakukannya

(Ni’amul, 1995: 8).

B. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Santri

Kecerdasan (dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan bahasa

Arab disebut al-dzaka’) menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan,

dan kesempurnaan sesuatu.Dalam arti, kemampuan (al-qudrab) dalam

memahami sesuatu secara cepat dan sempurna.Begitu cepat penangkapannya

itu sehingga Ibnu Sina, seorang psikolog falsafi, menyebut kecerdasan

sebagai kekuatan intuitif (al-bads) (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2002:

317).

Pada awal tahun 2000, Zohar dan Marshall, memperkenalkan

Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual yang disebutkannya

sebagai puncak kecerdasan (the ultimate intelligence).Jika IQ bersandar pada

nalar atau rasio-intelektual, dan EQ bersandar pada kecerdasan emosi

dengan memberi kesadaran atas emosi-emosi kita dan emosi-emosi orang

lain, maka SQ berpusat pada ruang spiritual (spiritual space) yang memberi

kemampuan pada kita untuk memecahkan masalah dalam konteks nilai

penuh makna. SQ memberi kemampuan menemukan langkah yang lebih

bermakna dan bernilai diantara langkah-langkah yang lain. Dengan demikian

(54)

SQ merupakan landasan yang sangat penting sehingga IQ dan EQ dapat

berfungsi secara efektif.Istilah “spiritual” di sini dipakai dalam arti “the

animating or vital principle” (penggerak atau prinsip hidup) yang memberi

hidup pada organisme fisik.Artinya, prinsip hidup yang menggerakkan hal

yang maerial menjadi hidup. Dalam diri manusia, kata Theodore Rotzack

ada “ruang spiritual”, yang jika tidak diisi dengan hal-hal yang lebih tinggi,

maka ruang itu secara otomatis akan terisi oleh hal-hal yang lebih rendah,

yang ada dalam diri setiap manusia. Dalam konteks ini, kiranya SQ hendak

membawa “ruang spiritual” dalam diri kita itu menjadi cerdas (Monty dan

Fidelis, 2003:41-42).

Danah Zohar dan Ian Marshall mengatakan bahwa, “Kecerdasan

Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi perilaku atau hidup kita

dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai

bahwa hidup seseorang lebih bermakna apabila dibandingkan dengan yang

lain. Kecerdasan ini adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan

IQ dan EQ secara efektif, bahkan merupakan kecerdasan tertinggi manusia

(Ary Ginanjar, 2001:57).

Berkaitan dengan hal tersebut, Monty & Fidelis (2003:43)

mengemukakan empat pembuktian ilmiah tentang adanya SQ, Spiritual

Intelligence, The Ultimate Intelligence sebagai berikut:

1. SQ mempunyai dasar neurologis yang beroperasi dalam pusat otak

yakni dari fungsi-fungsi penyatu otak. Penelitian oleh neuropsikolog,

Michael Persinger awal ahun 1990-an, dan lebih muakhir lagi ahun 1997

(55)

oleh ahli saraf V.S. Ramachandran bersama timnya di Universitas

California, menunjukkan adanya Godspot dalam otak manusia. Ini

merupakan builtin pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di

antara jaringan saraf temporal lobes dalam otak. Melalui pengamatan

terhadap oak dengan topografi emisi positron, area-area saraf tersebut

akan bersinar manakala subyek penelitian diarahkan untuk

mendiskusikan topik spiritual.

2. Riset ahli saraf Austria, Wolf Singer pada tahun 1990-an atas the

binding problem menunjukkan bahwa ada proses saraf dalam otak

manusia yang terkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan memberi

makna dalam pengalamn hidup kita. Suatu jaringan saraf yang secara

literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih

bermakna. Ada dua bentuk organisasi saraf otak yang menyatu. Salah

satunya, hubungan saraf serial yang menjadi dasar IQ, yang kemudian

sistem-sistem saraf yang berhubungan secara serial itu memungkinkan

otak untuk mengikuti aturan, berpikir logis, dan rasional. Benuk kedua

yakni organisasi jaringan saraf dimana terdapat ikatan-ikatan sekitar

seratus ribu neuron yang berhubungan satu sama lain secara tak

beraturan. Jaringan saraf inilah yang menjadi dasar bagi EQ, yakni

kecerdasan yang diarahkan oleh emosi, kemampuan mengenali pola,

dan membentuk kebiasaan. Dan penelitian Singer tentang osilasi saraf

penyatu memberi dasar pada kecerdasan spiritual (SQ).

(56)

3. Hasil studio Rodolfo Linas pada pertengahan tahun1990-an entang

kesadaran saat terjaga dan saat tidur serta ikatan peristiwa-peristiwa

kognitif dalam otak. Dengan bantuan teknologi MEG (magneto

encephalographic) yang memungkinkan diadakannya penelitian

menyeluruh atas keberadaan elektrik pada saraf-saraf otak dengan

lokasinya masing-masing, ditemukan bahwa pada waktu manusia

berpikir hal-hal mengenai “makna” atau hal-hal yang berhubungan

dengan nilai, pada bagian pusat saraf tertentu, elektrik otak aktif.

4. Terrance Deachon (The symbolic spesies, 1997) seorang neurology dan

antropologi di Harvard mengemukakan bahwa bahasa yang pada

hakekatnya adalah simbolik merupakan kekhasan manusia yang

berkembang pada belahan frontal-lobes otak manusia. Hanya manusia

yang memiliki frontal-lobe. Adanya frontal-lobe ini memungkinkan

manusia untuk berimajinasi secara simbolis dan memungkinkan

manusia berpikir tenang makna dan nilai. Dengan demikian frontal-lobe

ini adalah landasan bagi keberadaan kecerdasan spiritual (SQ) kita.

Dari penelitian Deacon menunjukkan bahwa kita membutuhkan

perkembangan di otak (frontal-lobe, landasan SQ) supaya kita bisa

menggunakan bahasa. Perkembangan pada bagian ini memungkinkan kita

menjadi kreatif, visioner, dan fleksibel.SQ adalah inti kesadaran

kita.Kecerdasan spiritual itu membuat kita mampu menyadari siapa kita

sesungguhnya dan bagaimana kita memberi makna terhadap hidup kita dan

seluruh dunia kita.Memang, kecerdasan spiritual mengarahkan hidup kita

Gambar

Tabel Indikator Intensitas Kegiatan Keagamaan
Tabel 1.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep natural tradisional dipilih sebagai konsep dasar perancangan promosi produk Ananta Bali Aromatic, dimana ilustrasi fotografi dan ornamen yang diproses dengan digital

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini yang

1) Perdarahan tanpa nyeri.. 3) Warna perdarahan merah segar. 4) Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah. 6) Waktu pergeseran saat hamil. 8) Rasa tidak

Menurut Hsu dan Teng (2000) dalam pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia, aktivator yang lebih baik digunakan untuk bahan baku yang memiliki kandungan karbon yang

Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk dapat mengetahui pengaruh asimetri informasi, leverage, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap

Tujuan penelitian adalah mengetahui seberapa besar biaya, pendapatan usaha penggilingan padi yang ada di Desa Rambah Baru Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

Berdasarkan data tabel di atas dapat disimpukan bahwa telah terjadi perubahan positif atau dampak positif terhadap kompetensi keterampilan siswa sebagai berikut: a)