PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN
TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL
(STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN
TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
SUNIAR SIWI MAHANANI
NIM 111 13 045
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
DEKLARASI
ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 19 Maret 2017 Penulis,
SUNIAR SIWI MAHANANI 111 13 045
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:
Nama : SUNIAR SIWI MAHANANI
NIM : 111 13 045
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 19 Maret 2017 Yang Menyatakan,
SUNIAR SIWI MAHANANI 111 13 045
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : SUNIAR SIWI MAHANANI
NIM : 111 13 045
Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul : PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN
KEAGAMAAN TERHADAP KECERDASAN
SPIRITUAL (STUDI KASUS SANTRI
PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM
AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016)
Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.
Salatiga, 19 Maret 2017 Pembimbing
Dr. Hj. Lilik Sriyani, M.Si. NIP. 19660814 199103 2003
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN
TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL
(STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN
TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016)
disusun oleh:
SUNIAR SIWI MAHANANI
NIM: 111 13 045
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M.Phil.
Sekretaris Penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si
Penguji I : Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd.
Penguji II : Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Salatiga, 29 Maret 2017 Dekan
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
MOTTO
Cintailah Sebuah Proses
“Setinggi-tinggi kemuliaan yang kita harapkan, sebesar itu pulalah pengorbanan dan perjuangan yang harus dilakukan.”
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecil ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak Sholeh dan Ibu Lilis Sulistyani tercinta yang senantiasa membimbing, merawat, mendidik dan memberikan kasih sayang sedari kecil sampai sekarang, semoga Allah SWT memberikan kesehatan, umur panjang dan rezeki yang barokah dan bermanfaat untuk beliau.
2. Adik-adikku Fithrotul Wafiroh dan Syafa’atun Nafisah yang selalu memberikan do’a dan dukungan terbaik.
3. Bapak K.H Zumri RWS (Alm.) dan Ibu Nyai Hj. Latifah selaku Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-falah yang kami tunggu-tunggu barokah ilmunya.
4. Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi. 5. Bapak dan Ibu dosen yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran. 6. Teman-teman pondok Al-Falah kamar c-30, mbak Azza, mbak Tyas, Olif,
Fuzia, Rizkia, Sekar Ayu, dan mbak Ani yang selalu mendukung dan mendo’akan dalam pengerjaan skripsi ini.
7. Teman-teman PPL di SMA N 2 Salatiga yang telah membantu kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.
8. Teman-teman KKN yang sudah mensupport demi terselesainya skripsi ini. 9. Teman-teman angkatan 2013 yang sudah mendo’akan dan membantu
terselesainya skripsi ini.
10.Keluarga besar Al-Falah yang telah memberikan motivasi untukku.
11.Calon imamku yang selalu menyemangati, memotivasi dan mendo’akan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016)”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita.
7. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amin ya robbal ‘alamin.
Salatiga, 19 Maret 2017 Penulis,
SUNIAR SIWI MAHANANI 111 13 045
ABSTRAK
Mahanani, Suniar Siwi. 2017. Pengaruh Intensitas Kegiatan Keagamaan terhadap Kecerdasan Spiritual (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2016/ 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata Kunci: Intensitas, Kegiatan Keagamaan, Kecerdasan Spiritual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas kegiatan keagamaan terhadap kecerdasan spiritual (studi kasus santri Pondok Pesantren Tarbiyatul islam Al-Falah Salatiga Tahun 2016/ 2017. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana intensitas kegiatan keagamaan santri yang ada di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/ 2017? (2) Bagaimana kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/ 2017? (3) Apakah intensitas kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/ 2017?
Berdasarkan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipakai untuk memahami pengaruh antara variabel bebas yakni intensitas kegiatan keagamaan dan variabel terikat yakni kecerdasan spiritual santri. Metode pengumpulan data pada skripsi ini menggunakan angket dan dokumentasi. Langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan anlisis dengan cara: (1) Analisis pendahuluan dengan perhitungan prosentase. (2) Analisis lanjutan dengan perhitungan rumus product moment.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Tingkat intensitas kegiatan keagamaan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun Ajaran 2016/ 2017 dalam kondisi sedang, terbukti dari 90 santri yang menjadi responden yang mendapat kategori sedang sebanyak 38 santri atau 42%, kategori tinggi sebanyak 35 santri atau 39%, kategori rendah sebanyak 16 santri atau 18%, dan kategori sangat tinggi sebanyak 1 santri atau 1%. (2) Tingkat kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun Ajaran 2016/ 2017 juga mendapat kategori tinggi, terbukti dari 90 santri yang menjadi responden yang mendapat kategori tinggi sebanyak 39 santri atau 41%, kategori sedang sebanyak 35 santri atau 37%, kategori sangat tinggi sebanyak 11 santri atau 12%, dan kategori rendah sebanyak 5 santri atau 0%. (3) Intensitas kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah, ditunjukkan dengan korelasional rxy sebesar 0,409, dimana nilai tersebut berada pada rentang interpretasi 0,400 – 0,700 dan menunjukkan terdapat hubungan korelasional yang sedang dengan nilai korelasi positif yang artinya semakin tinggi intensitas kegiatan keagamaan akan semakin meningkatkan kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN DEKLARASI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis Penelitian... 6
E. Kegunaan Penelitian ... 7
F. Telaah Pustaka ... 8
G. Definisi Operasional ... 10
H. Metode Penelitian ... 14
I. Sistematika Penulisan Skripsi ... 23 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Intensitas Kegiatan Keagamaan ... 26
1. Pengertian Kegiatan Keagamaan ... 26
2. Tujuan Kegiatan Keagamaan ... 28
3. Jenis-jenis Kegiatan Keagamaan... 29
B. Kecerdasan Spiritual ... 38
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 38
2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual ... 45
3. Fungsi Kecerdasan Spiriual... 48
C. Pengaruh Intensitas Kegiatan Keagamaan terhadap Kecerdasan Spiritual ... 51
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 57
1. Sejarah Singkat Berdirinya PPTI Al-Falah ... 57
2. Letak Geografis PPTI Al-Falah ... 58
3. Dasar dan Tujuan ... 59
4. Keadaan Santri ... 61
5. Struktur Organisasi Kepengurusan ... 61
6. Keadaan Asatidz/ Asatidzah ... 64
7. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ... 67
8. Kelembagaan ... 71
9. Sarana dan Prasarana... 71
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ... 73
1. Analisis Data tentang Intensitas Kegiatan
Keagamaan
2. Analisis Data tentang Kecerdasan Spiritual
Santri ... 82 3. Analisis Pengaruh Kegiatan Keagamaan
terhadap Kecerdasan Spiritual Santri... 90 4. Uji Hipotesis ... 97
B. Pembahasan ... 98 1. Intensitas Kegiatan Keagamaan Santri PPTI
Al-Falah
2. Kecerdasan Spiritual Santri PPTI AL-Falah... 101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 104
B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Pernyataan Publikasi Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Bab II Pasal 3UU No 23 tahun 2003). Secara sederhana pendidikan dapat
dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh
potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa serta raga) untuk menghadapi masa depan.
Oleh karena itu seorang pendidik dituntut untuk bisa menguasai IQ atau
kecerdasan inteligensi, SQ atau kecerdasan spiritual, dan EQ atau kecerdasan
emosional secara bersamaan untuk mendukung terwujudnya tujuan pendidikan
nasional tersebut.
Proses pendidikan diharapkan mampu membantu manusia memenuhi
kebutuhan jiwanya akan kepercayaan dan keyakinan bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan. Kepercayaan ini membawa pada pengakuan diri bahwa
kuasa manusia merupakan pemberian Tuhan atas kuasa-Nya. Dari sisi
melahirkan kesadaran makna, arti, dan tujuan hidup harus diletakkan pada spirit
ke-Tuhanan.Keyakinan ini melahirkan sikap batin bahwa kebahagiaan hidup
dapat dirasakan di dunia ini berupa ketenangan dan ketentraman jiwa yang
bersumber dari Tuhan. Ketentraman jiwa dapat diperoleh dengan perasaan
mendalam atas kecintaan pada Tuhan yang tumbuh dari perasaan selalu ingat
akan Tuhannya. Kebutuhan rasa seperti inilah yang disebut dengan kebutuhan
spiritual (Asyhari,2016:12).
Dewasaini, pesatnya informasi yang berkembang memegang peranan
penting terhadap kualitas hidup seseorang. Harus diingat bahwa kebodohan
bukanlah sekedar lawan dari banyaknya pengetahuan, karena bisa saja seseorang
memiliki informasi yang banyak tetapi apa yang diketahuinya tidak bermanfaat
baginya (Quraish Shihab,2006:137). Oleh sebab itu, tanpa diikuti dengan
kematangan inteligensi, emosional, sosial, spiritual, dan akhlak sebagai pedoman
pribadi, segala informasi akan dengan mudah diterima oleh seseorang terutama
peserta didik/ santri sebagai kebenaran yang hakiki.
Seseorang yang sedang menuntut ilmu perlu memelihara rasa iman yang
telah dikaruniakan oleh Allah SWT, agar semakin kuat karena iman merupakan
hidayah, petunjuk yang dikaruniakan kepada kita.Setelah memelihara keimanan,
tahapan selanjutnya yaitu menempuh jalan ketaqwaan dengan memahami Islam
secara ilmiah.Setelah yakin terhdap kebenaran Islam, kita harus mengkaji Islam
yang menyangkut akidah, syariah, dan akhlakdengan sungguh-sungguh.
Seseorang yang mau belajar sungguh-sungguh untuk mengkaji kegiatan-kegiatan
yang Islami dan pasti akan lebih memilih untuk menimba ilmu di pondok
pesantren.
“Pondok pesantren merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional
yang memiliki fokus tidak hanya pada ilmu pengetahuan umum tetapi juga ilmu
agama. Pesantren mengajarkan santri bahwa dalam melakukan kegiatan apapun
harus berawal dari kesadaran sendiri, tanpa pamrih, serta lepas dari tekanan pihak
lain sekalipun orangtua, kiai atau bahkan ustadz/ustadzah” (Diah Krisnatuti dkk,
2011:148).
“Pondok pesantren adalah wadah pendidikan manusia seutuhnya sebagai
operasionalisasi dari pendidikan yakni mendidik dan mengajar, mendidik secara
keluarga berlangsung di pondok sedangkan mengajarnya di kelas-kelas atau
mushola. Hal inilah yang merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas
manusia sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan. Oleh karena itu
pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang pertama
mengembangkan sumber daya dari segi mentalnya” (Bahri,2003:20).
Sebagian orang tua memilih memondokkan anaknya di pondok pesantren
agar dapat menumbuhkembangkan perilaku pribadi yang berkemampuan energi
batin untuk memotivasi lahirnya ibadah dan moral.Sebagai seorang santri yang
memposisikan diri sebagai orang yang baik, maka tidak terlepas dari ajaran
agama yang dianut. Agama diyakini akan memproduksi kearifan jiwa ruhaniyah
bersosial. Islam dikenal sebagai rahmatan lil ‘alamin, yang mengajarkan hidup
bermasyarakat, bersosial, dan berbudaya yang selalu dilandasi dengan akhlakul
karimah.
Satu hal yang paling penting harus diupayakan betapa beratnya
mengembalikan pembinaan manusia atas dasar prinsip-prinsip Islam yang
sempurna dan akhlak yang mulia karena manusia diciptakan memiliki budi
pekerti yang agung, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Qalam ayat 4
berikut ini:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Demikian juga dari hadist Nabi SAW:
ِق َﻼْﺧَﻻا َمِرﺎَﻜَﻣ َﻢﱢﻤَﺗُﻻ ُﺖْﺜِﻌُﺑ ﺎَﻤﱠﻧِإ :
ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟا لﺎﻗ
Artinya:
“Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan budi pekerti” (H. Riwayat
Ahmad)(Chabib Toha, 1998:110).
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah (PPTI) Salatiga merupakan
wadah yang dapat membantu menjembatani para orang yang memilih
memondokkan anaknya, karena PPTI Al-Falah mempunyai program-program
keagamaan yang mendukung terbentuknya kecerdasan spiritual santri yang
tertuang di dalam kegiatan kesehariannya, seperti: kegiatan mengaji kitab kuning,
sorogan Al-Qur’an setiap bakda maghrib; mujahadah setiap malam jum’at;
khitobah dan Al-Barzanji di setiap malam jum’at setelah mujahadah; dan ziarah
kyai pengasuh di makam pondok setiap jum’at pagi.
Pada dasarnya, pondok pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga
memiliki kinerja yang sangat dipengaruhi oleh pembinaan spiritual dan juga
pembentukan emosional santrinya, disamping lingkungan keluarga yang menjadi
lingkungan utama pembentukan kecerdasan spiritual santri.Namun, Pondok
Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah menjadi tempat pengganti keluarga yang
kedua.Karena santri setiap hari tinggal di pondok.Jadi tugas pondok pesantren
adalah melakukan pendidikan, pelatihan, dan bimbingan terhadap santri yang
mencakup salah satunya yaitu kecerdasan spiritual santri di pondok pesantren.
Ustadz merupakan salah satu teladan untuk santrinya. Dalam upaya
pembentukan kecerdasan spiritual pada santri PPTI Al-Falah Salatiga yang
dimulai dari lingkungan keluarga dan pondok pesantren sebagaimana kita
ketahui bahwa pendidikan dan bimbingan yang diberikan kepada santri/ anak
ketika mereka masih kanak-kanak akan memiliki pengaruh yang kuat di dalam
jiwa dan lingkungan masyarakat mereka, sebab masa tersebut memang
merupakan masa persiapan dan pengarahan. Dengan terselenggaranya
program-program kegiatan keagamaan yang telah disebutkan di atas di Pondok Pesantren
Tarbiyatul Islam Al-Falah kiranya dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual
santri.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul, “Pengaruh Intensitas Kegiatan
Keagamaan terhadap Kecerdasan Spiritual (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren
Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2016)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis membuat
beberapa rumusan masalahyaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana intensitaskegiatan keagamaan santri yang ada di Pondok
Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/2017?
2. Bagaimana kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam
Al-Falah Tahun Ajaran 2016/2017?
3. Apakahintensitas kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap kecerdasan
spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran
2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, sebagai tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui intensitaskegiatan keagamaan santri yang ada di Pondok
Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Untuk mengetahui kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul
Islam Al-Falah Tahun Ajaran 2016/2017.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh intensitas kegiatan keagamaan
terhadap kecerdasan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah
tahun Ajaran 2016/2017.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Darmawan,2014:120).Dari pengertian hipotesis tersebut maka hipotesis
penelitian ini adalah intensitas kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap
kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah tahun
2016.
E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Berdasarkan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat
memperkaya khazanah kajian keilmuan dalam bidang agama khususnya
yang berkaitan dengan intensitas mengikui kegiatan keagamaan dan
kecerdasan spiritual santri.
2. Manfaat Sosial
a. Bagi pondok pesantren, sebagai masukan yang konstruktif bagi
pengembangan kegiatan yang dapat menambah kecerdasan spiritual
santri supaya lebih optimal dan menambah khazanah ilmiah tentang
keadaan kegiatan keagamaan santri yang sudah diprogramkan oleh
pondok pesantren sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan
kegiatan keagamaan yang bersifat pembinaan.
b. Bagi ustadz-ustadzah dan pengasuh pondok pesantren, dapat
memudahkan untuk mengetahui intensitas santri dalam mekasanakan
kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan kecerdasan spiritual
santri.
c. Bagi masyarakat umum, sebagai salah satu acuanakan pentingnya
intensif dalam mengikuti kegiatan keagamaan khususnya terhadap
kecerdasan spiritual.
F. Telaah Pustaka
Kajian tentang pengaruh intensitas kegiatan keagamaan terhadap
kecerdasan spiritual santri memang bukan pertama kali oleh para penulis,
terutama penelitian jurnal maupun skripsi.Sejauh peneliian yang dilakukan,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh intensitas kegiatan
keagamaan terhadap kecerdasan spiritual santri, berikut kajian penelitian yang
relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis sebagai acuan.
Pertama, penelitian yang berkaitan dengan pengaruh intensitas kegiatan
keagamaan, penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh Sidik Kurniawan
mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009 yang
berjudul “Pengaruh Intensitas Kegiatan Keagamaan terhadap Kepribadian Siswa
Kelas XI SMA 2 Wonosobo”. Pada penelitian ini membahas mengenai variasi
intensitas kegiatan keagamaan siswa kelas XI dan kepribadian siswa kelas XI,
kemudian setelah diuji menggunakan metode survey dengan teknik korelasi,
subyek penelitian sebanyak 52 responden dengan menggunakan dengan
menggunakan teknik pengambilan cluster sampling. Pengambilan data dengan
menggunakan instrument angket, wawancara, dan observasi.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara intensitas mengikui kegiatan
keagamaan terhadap kepribadian siswa kelas XI SMA 2 Wonosobo.Skripsi
penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Sidik
Kurniawan yakni sama-sama membahas tentang intensitas kegiatan
keagamaan.Namun ada pula yakni yang membedakannya terletak pada
pengaruhnya terhadap kecerdasan spiritual, sedangkan pada skripsi saudara Sidik
Kurniawan pengaruhnya terhadap kepribadian siswa.
Kajian kedua, penulis merujuk pada skripsi saudara Ziyat Ridlo,
Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Progdi PAI IAIN Salatiga pada tahun 2011 yang
berjudul “Studi Korelasi antara Inensitas Mengikuti Kegiatan Keagamaan dengan
Kepatuhan terhadap Tata Tertib Bagi Siswa SMP N 3 Ambarawa tahun 2011”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peneliti menggunakan pendekatan
kuntitatif dengan rancangan studi korelasi serta menggunakan metode angket dan
dokumentasi.Dan temuan ini disimpulkan bahwa ada korelasi positif antara
intensitas mengikuti kegiatan keagamaan dengan kepatuhan terhadap tata tertib
sekolah.Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh saudara Ziyat Ridlo yakni sama-sama membahas tentang intensitas kegiatan
keagamaan.Namun ada pula yakni yang membedakannya terletak pada
hubungannya dengan kecerdasan spiritual, sedangkan pada skripsi saudara Ziyat
Ridlo hubungannya dengan kepatuhan terhadap tata tertib siswa.
Kajian yang ketiga, penulis merujuk pada jurnal penelitian yang ditulis
oleh Ulfah Rahmawati STAIN Kudus pada tahun 2016 yang berjudul
“Pengembangan Kecerdasan Spiritual Santri: Studi terhadap Kegiatan
Keagamaan di Rumah TahfizQu Deresan Putri Yogyakarta”. Dalam jurnal ini
berisi pentingnya melakukan upaya pengembangan dalam rangka
menumbuhkembangkan kecerdasan spiritual dikarenakan kecerdasan ini
merupakan kecerdasan tertinggi yang dapat membimbing manusia menemukan
makna hidup dengan bermuara pada Tuhan.Penelitian ini merupakan penelitian
lapangan (field research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan di Rumah TahfizQu Deresan Putri
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, pertama kegiatan harian yang meliputi
menghafal Al-Qur’an, solat berjama’ah diawal waktu, solat tahajud, solat rawaib,
solat dhuha, puasa sunnah, sedekah, zikir, dan diniyah. Kedua, kegiatan
mingguan, yang meliputi: membaca surat al-kahfi, al-waqi’ah, kajian hadis,
muhadoroh dan tasmi’, ketiga, kegiatan bulanan yaitu Ta’lim for kids. Dari
berbagai kegiatan keagamaan di atas, semuanya merupakan upaya dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual santri di Rumah TahfizQu Deresan Putri di
Yogyakarta. Dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Ulfah Rahmawati
memiliki persamaan dengan skripsi penulis, yakni sama-sama meneliti kegiatan
keagamaan dan kecerdasan spiritual, namun ada yang membedakan yaitu dalam
jurnal penelitian oleh saudari Ulfah Rahmawati meneliti dengan metode
peneliian field research sehingga meneliti pengembangan kecerdasan spiritual
santri sudi terhadap kegiatan keagamaannya di Rumah Tahfizqu Deresan Putri
Yogyakarta, akan tetapi dalam skripsi penulis membahas mengenai pengaruh
kegiatan keagamaan terhadap kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren
Tarbiayatul Islam Al-Falah Salatiga.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari interpretasi yang salah dalam membatasi ruang lingkup
pembahasan dalam penelitian ini perlu di jelaskan istilah yang terkandung dalam
judul penelitian.Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 variabel yang
terbagi dalam 2 kategori meliputi variabel dependent atau variabel bebas yaitu
variabel pertama intensitas kegiatan keagamaan (X), sementara variabel kedua
kecerdasan spiritual (Y) merupakan variabel independent atau variabel terikat,
yaitu sebagai berikut:
1. Intensitas Kegiatan Keagamaan (Variabel X)
Intensitas menurut (Poerwadarminto,1978:437) ialah ukuran
kekuatan keadaan tingkatan seseorang.Tolak ukur yang kemudian menjadi
kebiasaan-kebiasaan atau keseringan seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan.Dalam aspek-aspek tertentu intensitas seseorang dapat bernilai
positif atau negatif.
Kegiatan mempunyai arti aktivitas, kegairahan, usaha dan
pekerjaan.Sedangkan keagamaan berasal dari dari kata “agama” dan
“ke-an”.Agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Sedangkan ke-an berarti yang mempunyai arti atau sifat. Dalam arti yang
lain agama diartikan sebagai suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia
dalam usahanya mencari hakekat dan hidupnya dan yang mengajarkan
kepadanya tentang hubungannya dengan Tuhan, tentang hakikat dan maksud
dari segala sesuatu yang ada (Soeganda Poerbawakatja dan H.A.M. Harahap,
1982: 8). Jadi, kegiatan keagamaan dapat diartikan segala aktivitas yang
mempunyai ciri atau sifat dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian kepercayaan itu.
Berdasarkandefinisi yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan keagamaan adalah keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan
nilai pendidikan agama yang ditunjukkan dengan cara mengadakan
hubungan dengan-Nya dalam bentuk ibadah. Dalam arti yang lain bahwa
kegiatan keagamaan adalah suatu kegiatan yang berupa serangkaian aktivitas
dalamagama Islam yang diarahkan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan keagamaan serta memberikan keteladanan bagi yang
melaksanakannya.
Adapun pengertian intensitas kegiatan keagamaan adalah tingkat
keseringan/kebiasaan-kebiasaan seseorang yang bernilai positif dalam
mengerjakan sesuatu yang ibadah kepada Allah SWT sebagai wujud
pengabdian dan ketaatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi kegiatan yang ada di
pondok, yakni:
a. Mengaji kitab kuning.
b. Sorogan Al-Qur’an.
c. Solat berjamaah.
d. Mujahadah dan tahlil bakda isya’ setiap malam jum’at.
e. Wirid dan Qiyam al-Lail
f. Khitobah setiap malam jum’atnya.
g. Ziarah ke makam pengasuh PPTI Al-Falah.
2. Kecerdasan Spiritual (Variabel Y)
Secara konseptual, kecerdasan berasal dari atas gabungan kata yaitu
kecerdasan dan spiritual.Kecerdasan berasal dari kata cerdas (dalam bahasa
Inggris disebut intelligence dan bahasa Arab disebut al-dzaka’) menurut arti
bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu.Dalam
arti, kemampuan (al-qudrab) dalam memahami sesuatu secara cepat dan
sempurna.Begitu cepat penangkapannya itu sehingga Ibnu Sina, seorang
psikolog falsafi, menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (al-bads)
(Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir,2002:317).
SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup
kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk
mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan
kecerdasan tertinggi kita. Berikut ini indikator-indikator kecerdasan
spiritual: (Danah Zohar dan Ian Marshall, 2007: 14).
a. Mempunyai tingkat kesadaran diri yang tinggi
b. Kemampuan bersifat fleksibel adaptif secara spontan dan aktif
c. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
d. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
e. Kecenderungan untuk mengaitkan antara hal-hal yang dilakukan
berkaitan dengan makna dan nilai
Berbeda dengan pendapat yang digagas oleh pemikir Islam tentang
indikator kecerdasan spiritual, buku Saefullah (2012) yang kemudian
digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam menentukan indikator
kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah,
yakni:
a. Memiliki arah dan komitmen hidup yang diyakini
b. Selalu merasa diawasi oleh Allah SWT
c. Cenderung bersikap pada kebaikan
d. Berjiwa besar
e. Memiliki sikap empati kepada orang lain
f. Memiliki prinsip dalam hidupnya
Jadi, yang dimaksud kecerdasan spiritual santri yaitu kemampuan
yang sempurna dari perkembangan akal dan budi santri untuk memikirkan
dan berperilaku kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren bersifat
ketuhanan yang memotivasi lahirnya ibadah dan moral.
H. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini,peneliti menggunakan
metode, antara lain:
1. Pendekatan
Penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2010:8).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam
Al-Falah Salatiga tepatnya di Jl. Bima No.2, Kel.Dukuh, Kec.Sidomukti,
Salatiga, Kode Pos 50722.Penelitian ini dan dilaksanakan pada bulan
Oktober sampai Desember 2016.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang menjadi
sasaran penelitian dan pada populasi itu hasil penelitian
diberlakukan.Populasi itu bisa manusia dan bukan manusia (Arikunto,
2005:93).
Berdasarkan penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian
adalah santri PPTI Al-Falah Salatiga berjumlah 450 santri, dengan
rincian sebagai berikut:
1) Santri putra: 165 orang = 37 %
2) Santri putri : 285 orang = 63%
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti secara
mendalam. Ada beberapa rumus yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk menentukan jumlah anggota sampel.Jika peneliti mempunyai
beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang
lebih 10-15% atau 20-25% dari jumlah subjek tersebut.Jika anggota
subjek dalam populasi hanya 100-150 orang, dan dalam pengumpulan
data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek dalam jumlah itu
diambil seluruhnya (Arikunto, 2005:94-95).
Karena subjek dalam penelitian ini adalah santri putri dan putra
yang mengikuti kegiatan keagamaan sejumlah 450 santri, maka penulis
menetapkan sampelsebanyak 20% dari semua santri, yakni didapati 90
santri, dengan rincian sebagai berikut:
3) Santri putra: 20% x 165 = 33 santri
4) Santri putri: 20% x 285 = 57 santri
Peneliti menggunakan teknik random sampling (sampling secara
acak), yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti
mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan
sampelnya (Arikunto, 2005:98). Alasan mengapa peneliti menggunakan
teknik random sampling, karena jumlah responden yang diteliti banyak,
sehingga disesuaikan dengan kemampuan peneliti yaitu pengambilan
secara acak.
4. Metode Pengumpulan Data
Agar penelitian sesuai dengan yang diharapkan, maka penulis
menggunakan metode pengumpulan data, yaitu:
a. Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia
memberikan respon dengan permintaan pengguna. (Arikunto, 2005:
103).Model angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup,
sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh
peneliti.
Metode ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang
intensitas kegiatan keagamaan dan kecerdasan spiritual santri.
b. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiono, 2010:144). Metode ini
digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena yang diteliti, baik untuk mengumpulkan
data tentang kegiatan santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam
Al-Falah.Observasi yang penulis ambil adalah observasi yang dilakukan
dengan cara keterlibatan observer dalam penelitian data tentang kegiatan
pondok pesantren.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah
berlalu.Dokumen dapa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seserang (Sugiyono, 2010:240).Metode ini
digunakan penulis untuk memperoleh data mengenai gambaran umum
lokasi penelitian.
5. InstrumenPenelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sisematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2005:101).
Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitiannya berupa
angket untuk masing-masing variabel.
Ada dua alat ukur yang akan dibuat peneliti yaitu angket intensitas
kegiatan keagamaan dan angket kecerdasan spiritual. Adapun instrumen
penelitian (angket) yang peneliti buat, mengacu pada variabel-variabel di
bawah ini:
a. Variabel X:
Angket I digunakan untuk mengetahui intensitas kegiatan
keagamaan yang mencakup indikator:
1) Keaktifan mengaji kitab kuning setiap hari tiga kali, yaitu seiap
bakda ashar, isya’ dan subuh
2) Keaktifan mengikuti sorogan Al-Qur’an setiap hari yaitu bakda
manghrib
3) Kewajiban melaksanakan solat berjama’ah setiap waktu solat,
kecuali dhuhur dan ashar, solatnya di sekolah atau kampus
masing-masing
4) Keharusan aktif mengikuti mujahadah dan tahlil seminggu sekali
yaitu setiap malam jum’at bakda maghrib
5) Kesadaran santri untuk melanggengkan wiridan setiap bakda
solat fardhu dan melaksanakan qiyam al-lail (tahujud)
6) Kewajiban aktif mengikuti kegiatan khitobah seminggu sekali
yaitu seiap malam jum’at bakda mujahadah dan tahlil
7) Kewajiban aktif mengikuti ziarah pengasuh PPTI Al-Falah
seminggu sekali yaitu setiap jum’at pagi
8) Ketertiban dan ketepatan waktu setiap mengikuti kegiatan
keagamaan
9) Memprioritaskankegiatan keagamaan dibandingkan kegiatan luar
pondok pesantren
10) Kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan keagamaan
Tabel 1.1
Tabel Indikator Intensitas Kegiatan Keagamaan
No Indikator No. Item Jumlah
1 Keaktifan mengikuti kegiatan
keagamaan
1,4,5, 6, 7,
8, 9, 13 8
2 Ketertiban danketepatan waktu
setiap mengikuti kegiatan
keagamaan
2, 3, 14,
15
4
3 Memprioritaskan kegiatan
keagamaan
10, 11, 12 3
b. Variabel Y:
Variabel terhadap dalam penelitian ini adalah kecerdasan spiritual
santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah.
Indikator-indikator kecerdasan spiritual adalah sebagai berikut:
1) Memiliki arah dan komitmen hidup yang diyakini
2) Selalu merasa diawasi oleh Allah SWT
3) Cenderung bersikap pada kebaikan
4) Berjiwa besar
5) Memiliki sikap empati kepada orang lain
6) Memiliki prinsip dalam hidupnya
Tabel 1.2
Tabel Indikator Kecerdasan Spiritual
No Indikator No. Item Jumlah
1 Memiliki arah dan komitmen
hidup yang diyakini
17, 21 2
2 Selalu merasa diawasi oleh
Allah SWT
16, 18 2
3 Cenderung pada Kebaikan 19, 23 2
4 Berjiwa besar 20, 22, 26,
28
4
5 Memiliki empati 24, 29 2
6 Memiliki prinsip hidup 25, 27, 30 3
6. Analisis Data
Data yang kita perlukan melalui pengumpulan data pada dasarnya
adalah untuk menguji hipotesis atau sekurang-kurangnya menjawab
pertanyaan penelitian.Artinya, data itu diperlukan untuk membuktikan
kebenaran hipotesis.Namun demikian, ini tidak berarti bahwa data secara
sengaja diupayakan agar mendukung dan membenarkan hipotesis sekalipun
kenyataannya data tersebut bertolak belakang dengan hipotesis.Data tetap
bagaimana adanya (Arikunto, 2005:132).
a. Analisis data pendahuluan
Dalam penelitian ini unuk mengetahui masing-masing variabel
digunakan rumus:
P = F
𝑁 𝑋 100%
Keterangan:
P : Presentasi
F : Frekuensi
N : Jumlah Responden (Sugiyono, 2010:250)
b. Analisis data lanjut
Analisis selanjutnya yang penulis lakukan antara variabel x dan
variabel y yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment
yang ditemukan oleh Karel Pearson.Rumus ini dapat digunakan apabila
data kedua variabel berupa data kuantitas (Hadjar, 2014:139).Dalam
penelitian ini, kedua data yang dimaksud ialah data dengan variabel x
dan variabel y, di mana variabel x adalah kegiatan keagamaan
sedangkan variabel y yaitu kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren
Tarbiyatul Islam Al-Falah.Penggabungan antara variabel x dan variabel
y digunakan rumus product moment sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 −
(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
�{𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2} {𝑁 ∑ 𝑌2−(∑ 𝑌)2}
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien pengaruh antara variabel X dan variabel Y
X : Jumlah variabel X
Y : Jumlah variabel Y
𝑋2 : Kuadrat dari variabel X
𝑌2 : Kuadrat dari variable Y
N : Banyaknya sampel penelitian
XY : Product dari variable X dan Y ∑ : Jumlah
I. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan skripsi ini penulis
menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi teori tentang:
A. Kegiatan Keagamaan
1. Mengaji Kitab Kuning
2. Sorogan Al-Qur’an
3. Solat Jamaah
4. Mujahadah dan tahlil setiap malam jumat
5. Khitobah/ Al-Barzanji yang bergiliran setiap malam
jum’atnya
6. Ziarah ke makampengasuh PPTI Al-Falah
B. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual
3. Fungsi Kecerdasan Spiritual
C. Intensitas Kegiatan Keagamaan terhadap Kecerdasan Spiritual
Santri PPTI Al-Falah
BAB III : HASIL PENELITIAN
Dalam Bab ini berisi tentang gambaran umum Pondok Pesantren
Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga (sejarah berdirinya, sarana dan
fasilitas, program pendidikan dan latihan, susunan organisasi, jadwal
kegiatan, visi, misi, tata tertib, keadaan obyek responden atau
populasi) serta data tentang pengaruh inensitas kegiatan keagamaan
terhadap kecerdasan spiritual santri yang terdiri dari data tentang
jawaban angket pengaruh intensitas kegiatan keagamaan terhadap
kecerdasan spiritual santri.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini meliputi adanya pengelolaan data (analisis pendahuluan dan
analisis lanjutan) yang telah diperoleh dari penelitian lapangan untuk
menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui analisis
melalui analisis pendahuluan dan analisis lanjut.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan, saran dan penutup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Intensitas Kegiatan Keagamaan
1. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Intensitas menurut (Poerwadarminto,1978:437) ialah ukuran
kekuatan keadaan tingkatan seseorang.Tolak ukur yang kemudian menjadi
kebiasaan-kebiasaan atau keseringan seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan.Dalam aspek-aspek tertentu intensitas seseorang dapat bernilai
positif atau negatif.
Kegiatan mempunyai arti aktivitas, kegairahan, usaha dan
pekerjaan.Sedangkan keagamaan berasal dari dari kata “agama” dan
“ke-an”.Agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Sedangkan ke-an berarti yang mempunyai arti atau sifat. Dalam arti yang
lain agama diartikan sebagai suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia
dalam usahanya mencari hakekat dan hidupnya dan yang mengajarkan
kepadanya tentang hubungannya dengan Tuhan, tentang hakikat dan maksud
dari segala sesuatu yang ada (Soeganda Poerbawakatja dan H.A.M. Harahap,
1982:8).
Jalaludin (2001:199) menjelaskan bahwa keagamaan merupakan
suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk
bertingkah lakusesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.
Keagamaan menurut Hamka, diartikan sebagai hasil kepercayaan
dalam hati nurani, yaitu ibadah yang tertib lantaran sudah ada I’tikad lebih
dahulu, menurut/patuh dan penuh karena iman (Hamka, 1987: 75).
Singkatnya Agama (Ad Dien) adalah keyakinan (keimanan) tentang
suatu Dzat Ketuhanan (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatan dan
penyembahan (ibadah).Agama adalah peraturan Ilahi yang mengendalikan
orang-orang yang memiliki akal sehat secara suka rela kepada kebaikan
hidup di dunia dan keberunungan di akhirat.Sebagaimana firman Allah
SWT. Surat Al-Maidah : 48
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang
terang”. (Q.S. Al-Maidah: 48).
Jadi, kegiatan keagamaan merupakan sikap atau perbuatan yang
nyata dan bisa diamati dari seorang anak berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah.Dengan memperhatikan definisi yang ada diatas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan keagamaan adalah keseluruhan aktivitas yang bertalian
dengan agama yang ditunjukkan dengan cara mengadakan hubungan
dengan-Nya dalam bentuk ibadah. Dalam arti yang lain bahwa kegiatan
keagamaan adalah suatu kegiatan yang berupa kegiatan-kegiatan agama
Islam yang diarahkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
keagamaan serta memberikan keteladanan.
Adapun pengertian intensitas kegiatan keagamaan adalah tingkat
keseringan/ kebiasaan-kebiasaan seseorang yang bernilai positif dalam
mengerjakan sesuatu yang ibadah kepada Allah SWT sebagai wujud
pengabdian dan ketaatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
SWT.dibawah bimbingan pengasuh dan ustazd-ustadzah yang
menyelenggarakan kegiaan-kegiatan keagamaan Islam di lingkungan pondok
pesantren.
2. Tujuan Kegiatan Keagamaan
Segala sesuatu yang dilaksanakan, sudah barang tentu mempunyai
tujuan yang hendak dicapai, pada dasarnya kegiataan keagamaan merupakan
usaha yang dilakukan (terhadap peserta didik/ santri) agar dapat memahami,
mengamalkan ajaran-ajaran agama.Sehingga tujuan dari kegiatan keagamaan
secara umum tidak terlepas dari tujuan pendidikan Islam atau pendidikan
agamaIslam.
Menurut Zuharini bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah
membina anak agar menjadi orang muslim sejati, beriman teguh dan
berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan bangsa
(Zuharini, 1998: 45).
Menurut Ibn Khaldun sebagaimana dikutip oleh Ramayuris bahwa
tujuan pendidikan Islam mempunyai dua tujuan yaitu:
a. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal unuk akhirat, sehingga ia
menemui Tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang
diwajibkan keatasnya.
b. Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu yang diungkapkan oleh
pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk
hidup.
Selanjutnya Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam
yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan
kesempurnaan insan yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat (Ramayuris, 1994: 25-26).
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56) (Depag RI, 2005: 523).
3. Jenis-Jenis Kegiatan Keagamaan
Sebenarnya kegiatan keagamaan demikian banyak, namun dalam
skripsi ini, hanya diungkapkan diantaranya: Mengaji Kitab Kuning, Sorogan
Al-Qur’an, Solat Berjamaah, Mujahadah dan tahlil bakda isya’ setiap malam
jum’at, Wirid dan Qiyam al-Lail, Khitobah setiap malam jum’at, dan Ziarah
ke makam pengasuh PPTI Al-Falah.
a. Mengkaji Kitab Kuning Sistem Weton
Sistem weton atau biasa disebut juga bandungan atau halaqah,
yaitu sistem yang diguanakan untuk mendalami kitab-kitab kuning,
dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai
atau dalam ruangan (kelas) dan Kyai menerangkan penjelasan secara
kuliah.Para santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan
atau mengesahi (jawa, mengesahkan) dengan memberi catatan pada
kitabnya untuk mengesahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh Kyai.
Sistem weton adalah sistem yang tertua di pondok pesantren
menyertai sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran di suatu
pesantren(Abd. Rahman Shaleh, 1985:11).
b. Sorogan Al-Qur’an.
Istilah sorogan adalah berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti
menyodorkan, sebab setiap santri bergilir menyodorkan kitab/
Al-Qur’annya dihadapan Kyai atau badal (penggantinya) (Shaleh, 1985:11).
Sedangkan Al-Qur’an adalah kumpulan-kumpulan firman-firman
Allah SWT.yang diurunkan kepada uhammad SAW. lewat Malaikat
Jibril unuk disampaikan kepada seluruh umat Islam agar memiliki
pegangan hidup dan berjalan pada jalan yang lurus. Selain itu,
diturunkan Al-Qur’an bertujuan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan
sebagai penjelas segala sesuatu yang merupakan ciptaan Allah SWT
(Basuki, 2010: 5).
Sistem sorogan Al-Qur’an ini tetap dipertahankan oleh
pondok-pondok pesantren, karena banyak manfaat dan faedah yang mendorong
santri untuk lebih giat dalam mengkaji dan memahami Al-Qur’an yang
merupakan pedoman umat manusia alam semesta.Sistem ini
membutuhkan ketekunan, kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan
kedisiplinan yang tinggi dari santri.
Sistem sorogan Al-Qur’an ini amat intensif karena dengan sistem
ini seorang santri dapat menerima pelajaran dan pelimpahan nilai-nilai
sebagai proses delivery of culture di pesantren. Metode ini dalam dunia
modern dapat dipersamakan dengan istilah tutorship atau
mentorship.Metode pengajaran semacam ini diakui paling intensif
karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuktanya
jawab secara langsung.
c. Solat Berjama’ah
Solat merupakan tiang agama, dan kewajiban bagi seorang
muslim yang paling utama.Solat jama’ah merupakan solat yang
dilakukan dengan bersama-sama, minimal dua orang, yakni imam dan
ma’mum, hukumnya fardhu kifayah bagi laki-laki, dan sunnah bagi
perempuan (Saifudin, 2015: 51). Solat jama’ah merupakan realisasi Dari
perintah Rasulullah SAW.serta mengikuti sunnah beliau, baik qauliyah
(ucapan maupun fi’liyah (perbuatan). Sebagai konsep dasar dalam
kehidupan untuk memupuk ukhuwah islamiyah dan salah satu medianya
adalah solat berjama’ah. Solat berjama’ah memiliki keutamaan yang
lebih besar dari pada solat sendiri (munfarid), seperti sabda beliau Nabi
Muhammad SAW.:
ْﻟا ُةَﻼَﺻ
ًﺔَﺟَرَد َﻦْﻳِﺮْﺸِﻋَو ٍﻊْﺒَﺴِﺑ ﱠﺬَﻔْﻟا ِةَﻼَﺻ ْﻦِﻣ ُﻞَﻀْﻓَا ِﺔَﻋﺎَﻤَﺠ
Artinya:
“ Solat berjama’ah itu lebih utama 27 derajat daripada solat sendirian”
(H.R. Bukhari).
Solat berjama’ah bagi laki-laki dalam solat maktubah (selain
solat Jum’at) hukumnya sunnah muakad menurut Imam Ibnu Qosim dan
Imam Rofi’I, sedangkan menurut Imam Nawawi hukumnya adalah
fardhu kifayah. Adapun jama’ah dalam solat Jum’at hukumnya wajib.
Fadhilah jama’ah dapat diperoleh oleh makmum dengan syarat
melakukan takbiratul ihram sebelum imamnya mengucapkan salam
yang pertama, meskipun tidak duduk bersama dengan imam. Namun
dalam solat Jum’at seorang makmum harus menemukan satu rakaat
yang sempurna bersama imam (Tim Tirai I, 2015: 34-35).
Dalam solat terjadi hubungan rohani antara manusia dan Allah
SWT.Dalam tazkiyat, solat dipandang sebagai munajat kepada Allah
(berdo’a dalam hati dengan khusyuk diikuti kehadiran hati). Seseorang
yang sedang solat dalam melakukan munajat tidak merasa sendiri, tetapi
seolah-olah ia merasa berhadapan dengan Allah yang mendengar dan
memperhatikan munajatnya. Suasana yang demikian dapat mendorong
manusia dalam mengungkapkan segala perasaan, keluhan, dan
permasalahannya kepada Allah.Dengan suasana solat khusyuk manusia
memperoleh al-nafs al-muthma’innat (ketenangan jiwa) karena merasa
diri dekat dengan Allah dan memperoleh ampunan-Nya (Jealani, 2001:
101).
d.
Mujahadah dan tahlil bakda isya’ setiap malam jum’at.Mujahadah secara etimologi merupakan peperangan. Sedangkan
secara terminology adalah memerangi hawa nafsu yang selalu
mengajak kepada kejahatan dan maksiat dengan membebani sesuatu
yang dapat memberatkannya, yaitu dengan cara melakukan aktivitas
ibadah yang dianjurkan oleh hukum syariat (Syakur & Roy Fadli, 2013:
134).
Arti tahlil secara bahasa adalah bacaan La Ilaha Illallahu,
sebagaimana Tahmid diartikan sebagai bacaan Subhanallah. Akan tetapi
menurut istilah yang telah berlaku, yang dimaksud tahlil ialah bacaan :
Surat Al-Fatihah ─ Surat Al-Ikhlas 3x ─ Surat Al-Falaq ─ Surat An-Nas
─ Awal Surat Al-Baqarah ─ Ayat Kursi ─ Tiga ayat akhir surat Al
-Baqarah ─ La Ilaha Illallahu ─ Subhanallahu Wabihamdihi ─
Shalawat kepada Nabi SAW.
Tahlil merupakan tradisi kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah yang
selalu dilakukan untuk mendoakan orang yang telah mati. Apabila
diantara kaum muslimin ada yang meninggal dunia, maka mereka
berkumpul di rumah ahli mayyit, kemudian secara bersama-sama
membacakan surat-surat pendek dari Al-Qur’an dan bacaan-bacaan
tahlil, tasbih dan shalawat sebagaimana disebut di atas untuk mayit,
sehingga semua bacaan tersebut akhirnya disebut Tahlil. Hal itu mereka
biasakan juga pada pertemuan-pertemuan dan acara-acara hajatan
sehingga menjadi tradisi yang dilakukan secara terus-menerus (Danial
Royyan, 2013:1-2).
e. Wirid dan Qiyam al-Lail (Menghidupkan Malam)
Wirid dan menghidupkan malam dengan ibadah (qiyam al-lail)
dalam Islam dipandang sebagai jalan lurus menuju Allah dan
kebahagiaan akhirat.Dalam melakukan wirid dan menghidupkan malam
seseorang mendidik, menyempurnakan, dan mendekatkan dirinya
kepada Allah dengan bersungguh-sungguh beribadat seperti, solat,
tilawah Al-Qur’an, zikir dan berdo’a. Suasana wirid dan
menghidupkan malam mempunyai arti dan manfaat yang besar bagi
kebahagiaan dan kesempurnaan jiwa. Dengan melaksanakannya, orang
yang abid (beribadah) dan muwahid (orang yang mengakui keesaan
Allah) akan memperoleh kenikmatan dan kelezatan dalam bermunajat
dan bertaqarrub kepada Allah SWT.
Ditinjau dari kesehatan mental, kegiatan wirid dan
menghidupkan malam berfungsi dalam pembinaan kecerdasan rohani,
pengobaan, pencegahan, dan pembinaan akhlak.Dalam perawatan jiwa
(terapi) terdapat hubungan yang erat antara gangguan kejiawaan dan
pengobatannya melalui kegiatan keagamaan (Jaelani, 2001:110-111).
Tahajud merupakan salah satu riyadhah spiritual yakni dengan
bangun malam mendirikan solat.Tahajud merupakan lelaku bathiniah
yang diharapkan mampu menjaga keseimbangan psikis sekaligus fisik
seseorang (Thobroni, 2008: 23).
Tahajud adalah sebuah cara, amalan istimewa, yang diharapkan
mendongkrak kuasa spiritual yang mampu menguatkan aspek psikologis
kita dalam menyelesaikan masalah. Lewat renungan di akhir malam, di
tengah kesunyian itu, dengan didampingi kekasih tercinta Allah
SWT.berusaha menyingkap tabir ghaib yang melingkupi kehidupan kita.
Banyak orang pintar yang rajin melaksanakan solat
tahajud.Karena dengan tahajud itu mereka meraup energi jernih yang
bertebar di sekitar keheningan malam, mengelolanya seraya
menggerakkan energi itu untuk membangun sendi-sendi
kecerdasan.Kesunyian tidak digunakan untuk melamun hal-hal jorok,
justru dimanfaatkannya guna meningkatkan kualitas intelektual.Inilah
makna, bahwa tahajud mampu mengubah kebodohan menuju
kecerdasan. Kesadaran penting itulah yang pernah difirmankan oleh
Artinya:
Katakanlah: "Adakah sama orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar: 9) (Thobroni, 2008:
26).
f. Khitobah setiap malam jum’atnya.
Sesungguhnya berbicara itu merupakan salah satu ciri khas bagi
manusia. Dan seni untuk berbicara yang baik; jelas, singkat dan efekif
biasanya disebut reorika (Arab: fannulkhitobah), (Inggris: the art of
speech), dan (Belanda: de kunts der welprekenheid). Retorika
merupakan seni atau keterampilan praktis, bukan suatu ilmu
pengetahuan.Kendati begitu, Jalaladdin Rakhmat mengatakan, Retorika
sebagai “ilmu bicara” sebenarnya diperlukan setiap orang.Bagi ahli
komunikasi atau komunikator retorika adalah condition sine qua non
(Kadir, 2015:39).Jadi, khitobah merupakan seni untuk berbicara yang
baik; jelas, singkat dan efektif.Namun, biasanya dalam khitobah
diselingi oleh adegan dramanya, supaya situasi tidak menegangkan dan
ada nilai (value) yang tersampaikan melalui adegan drama tersebut.
g. Ziarah ke makam pengasuh PPTI Al-Falah \
Ziarah memiliki arti: mengunjungi atau menengok. Kubur berasal
dari bahasa Arab: Qubur adalah bentuk jamak, mufradny Qabr yaitu
lahad untuk memendam mayit. Jadi, ziarah kubur adalah mengunjungi
orang yang telah mati di tempat ia dimakamkan. Sedangkan Maqbarah
memiliki arti tempat pemakaman umum (TPU).Ziarah kubur merupakan
salah satu tradisi Ahlussunah Waljamaah.Banyak dari mereka yang
melakukan perjalanan secara berjamaah untuk menziarahi kubur para
wali dan orang-orang yang shalih (Danial Royyan, 2013:52).
Pada permulaan Islam dimana umat Islam pada waktu itu masih
berbaur dengan praktek kebudayaan jahiliyah, Rasulullah SAW
melarang berziarah kubur. Tetapi setelah kebudayaan umat Islam
keadaannya sudah berubah dimana umat Islam sudah kuat memegang
aqidah, beliau lalu membolehkan berziarah kubur.Dan bahkan
Rasulullah SAW sendiri pernah menjalankannya. Hal ini sesuai dengan
hadist nabi SAW. sebagai berikut:
ُـﺗ َ ﺎَﻬّـﻧِﺎَﻓ ﺎَﻫْوُزْوُﺰَـﻓِرْﻮُـﺒُﻘْﻟا ِةَر ﺎَﻳِز ْﻦَﻋ ْﻢُﻜُﺘْﻴَﻬَـﻧ ُﺖْﻨُﻛ : ل ﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا َﻰِﺿَر ٍدْﻮُﻌْﺴَﻣ ِﻦْﺑا ْﻦَﻋ
َﺎﻴْﻧﱡﺪﻟا ُﺪﱢﻫَﺰ
(ﻪﺟ ﺎﻣ ﻦﺑا ﻩاور) َةَﺮِﺧَْﻻا ُﺮﱢﻛ َﺬُﺗَو
Artinya:
“Dari Ibnu Mas’ud ra, sesungguhnya Nabi SAW.bersabda: Aku dulu
telah melarang kamu berziarah kubur maka (sekarang) berziarahlah.
Karena ziarah kubur itu dapat menjauhkan keduniaan dan dapat pula
mengingatkan alam akhirat”.(HR. Ibnu majah).
Jadi, berziarah kubur hukumnya boleh, mengingat dalil tersebut
di atas.Dan bahkan Rasulullah SAW.sendiri pun pernah melakukannya
(Ni’amul, 1995: 8).
B. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Santri
Kecerdasan (dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan bahasa
Arab disebut al-dzaka’) menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan,
dan kesempurnaan sesuatu.Dalam arti, kemampuan (al-qudrab) dalam
memahami sesuatu secara cepat dan sempurna.Begitu cepat penangkapannya
itu sehingga Ibnu Sina, seorang psikolog falsafi, menyebut kecerdasan
sebagai kekuatan intuitif (al-bads) (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2002:
317).
Pada awal tahun 2000, Zohar dan Marshall, memperkenalkan
Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual yang disebutkannya
sebagai puncak kecerdasan (the ultimate intelligence).Jika IQ bersandar pada
nalar atau rasio-intelektual, dan EQ bersandar pada kecerdasan emosi
dengan memberi kesadaran atas emosi-emosi kita dan emosi-emosi orang
lain, maka SQ berpusat pada ruang spiritual (spiritual space) yang memberi
kemampuan pada kita untuk memecahkan masalah dalam konteks nilai
penuh makna. SQ memberi kemampuan menemukan langkah yang lebih
bermakna dan bernilai diantara langkah-langkah yang lain. Dengan demikian
SQ merupakan landasan yang sangat penting sehingga IQ dan EQ dapat
berfungsi secara efektif.Istilah “spiritual” di sini dipakai dalam arti “the
animating or vital principle” (penggerak atau prinsip hidup) yang memberi
hidup pada organisme fisik.Artinya, prinsip hidup yang menggerakkan hal
yang maerial menjadi hidup. Dalam diri manusia, kata Theodore Rotzack
ada “ruang spiritual”, yang jika tidak diisi dengan hal-hal yang lebih tinggi,
maka ruang itu secara otomatis akan terisi oleh hal-hal yang lebih rendah,
yang ada dalam diri setiap manusia. Dalam konteks ini, kiranya SQ hendak
membawa “ruang spiritual” dalam diri kita itu menjadi cerdas (Monty dan
Fidelis, 2003:41-42).
Danah Zohar dan Ian Marshall mengatakan bahwa, “Kecerdasan
Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi perilaku atau hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa hidup seseorang lebih bermakna apabila dibandingkan dengan yang
lain. Kecerdasan ini adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan
IQ dan EQ secara efektif, bahkan merupakan kecerdasan tertinggi manusia
(Ary Ginanjar, 2001:57).
Berkaitan dengan hal tersebut, Monty & Fidelis (2003:43)
mengemukakan empat pembuktian ilmiah tentang adanya SQ, Spiritual
Intelligence, The Ultimate Intelligence sebagai berikut:
1. SQ mempunyai dasar neurologis yang beroperasi dalam pusat otak
yakni dari fungsi-fungsi penyatu otak. Penelitian oleh neuropsikolog,
Michael Persinger awal ahun 1990-an, dan lebih muakhir lagi ahun 1997
oleh ahli saraf V.S. Ramachandran bersama timnya di Universitas
California, menunjukkan adanya Godspot dalam otak manusia. Ini
merupakan builtin pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di
antara jaringan saraf temporal lobes dalam otak. Melalui pengamatan
terhadap oak dengan topografi emisi positron, area-area saraf tersebut
akan bersinar manakala subyek penelitian diarahkan untuk
mendiskusikan topik spiritual.
2. Riset ahli saraf Austria, Wolf Singer pada tahun 1990-an atas the
binding problem menunjukkan bahwa ada proses saraf dalam otak
manusia yang terkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan memberi
makna dalam pengalamn hidup kita. Suatu jaringan saraf yang secara
literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih
bermakna. Ada dua bentuk organisasi saraf otak yang menyatu. Salah
satunya, hubungan saraf serial yang menjadi dasar IQ, yang kemudian
sistem-sistem saraf yang berhubungan secara serial itu memungkinkan
otak untuk mengikuti aturan, berpikir logis, dan rasional. Benuk kedua
yakni organisasi jaringan saraf dimana terdapat ikatan-ikatan sekitar
seratus ribu neuron yang berhubungan satu sama lain secara tak
beraturan. Jaringan saraf inilah yang menjadi dasar bagi EQ, yakni
kecerdasan yang diarahkan oleh emosi, kemampuan mengenali pola,
dan membentuk kebiasaan. Dan penelitian Singer tentang osilasi saraf
penyatu memberi dasar pada kecerdasan spiritual (SQ).
3. Hasil studio Rodolfo Linas pada pertengahan tahun1990-an entang
kesadaran saat terjaga dan saat tidur serta ikatan peristiwa-peristiwa
kognitif dalam otak. Dengan bantuan teknologi MEG (magneto
encephalographic) yang memungkinkan diadakannya penelitian
menyeluruh atas keberadaan elektrik pada saraf-saraf otak dengan
lokasinya masing-masing, ditemukan bahwa pada waktu manusia
berpikir hal-hal mengenai “makna” atau hal-hal yang berhubungan
dengan nilai, pada bagian pusat saraf tertentu, elektrik otak aktif.
4. Terrance Deachon (The symbolic spesies, 1997) seorang neurology dan
antropologi di Harvard mengemukakan bahwa bahasa yang pada
hakekatnya adalah simbolik merupakan kekhasan manusia yang
berkembang pada belahan frontal-lobes otak manusia. Hanya manusia
yang memiliki frontal-lobe. Adanya frontal-lobe ini memungkinkan
manusia untuk berimajinasi secara simbolis dan memungkinkan
manusia berpikir tenang makna dan nilai. Dengan demikian frontal-lobe
ini adalah landasan bagi keberadaan kecerdasan spiritual (SQ) kita.
Dari penelitian Deacon menunjukkan bahwa kita membutuhkan
perkembangan di otak (frontal-lobe, landasan SQ) supaya kita bisa
menggunakan bahasa. Perkembangan pada bagian ini memungkinkan kita
menjadi kreatif, visioner, dan fleksibel.SQ adalah inti kesadaran
kita.Kecerdasan spiritual itu membuat kita mampu menyadari siapa kita
sesungguhnya dan bagaimana kita memberi makna terhadap hidup kita dan
seluruh dunia kita.Memang, kecerdasan spiritual mengarahkan hidup kita