• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Direksi Terhadap Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 05 PAILIT 2012 PN NIAGA.SMG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Direksi Terhadap Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 05 PAILIT 2012 PN NIAGA.SMG)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang pengurusan

dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas.

Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para kreditur atas

harta kekayaan debitur pailit oleh kurator. Debitur yang mempunyai dua atau lebih

kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan

dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya

sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya. Masalah yang dibahas

dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana akibat hukum putusan pailit terhadap

Perseroan Terbatas, apakah direksi secara pribadi dapat dipailitkan sejalan dengan

kepailitan PT, bagaimana tanggung jawab direksi terhadap kepailitan PT.

Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif, yang bersifat

deskriptif analitis, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji

ketentuan Perundang-undangan yang berlaku di bidang hukum kepailitan dan PKPU

sebagaimana termuat di dalam Undang-Undang No.37 Tahun 2004 dan Undang-Undang

No. 40 tahun 2007 tentang PT.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa akibat hukum yang terpenting dari

pernyataan pailit adalah bahwa organ PT demi hukum kehilangan haknya untuk berbuat

bebas terhadap harta kekayaannya, begitu pula hak untuk mengurusnya. Namun PT tidak

kehilangan hak-hak dan kecakapannya untuk mengadakan persetujuan-persetujuan, akan

tetapi perbuatan-perbuatannya tersebut tidak mempunyai akibat hukum atas kekayaannya

yang tercakup dalam

budel

kepailitan. Direksi secara pribadi dapat dipailit oleh para

krediturnya dengan cara mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga, apabila

terdapat kesalahan direksi dalam pengambilan keputusan yang mengakibatkan terjadinya

kepailitan PT, dengan catatan PT telah terlebih dahulu dinyatakan pailit melalui suatu

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap

(inkracht van geweijsde).

Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Semarang yang telah memutuskan menyatakan pailit PT. Indonesia Antique adalah

karena PT Indonesia Antique terbukti di Pengadilan mempunyai dua kreditur dan tidak

mampu membayar hutang-hutangnya kepada kreditur yang telah jatuh tempo dan dapat

ditagih yang berjumlah dua hutang sekaligus, sehingga telah memenuhi ketentuan

sebagaimana termuat di dalam Pasal 2 Undang-Undang 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan PKPU mensyaratkan “Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur

dan tidak membayar sedikitnya satu utangnya

yang telah jatuh waktunya dan dapat

dipailitkan. Disamping itu Pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung Republik

Indonesia menyatakan bahwa, Tanah-tanah yang disita dalam putusan pailit Pengadilan

Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang tersebut adalah terbukti milik/aset dari PT

Indonesia Antique yang merupakan jaminan untuk pembayaran hutang-hutang PT.

Indonesia Antique kepada para krediturnya dan oleh karena itu telah terikat ke dalam aset

budel pailit.

Kata Kunci : Pertanggungjawaban Direksi, PT dan Kepailitan

(2)

ii

ABSTRACT

Bankruptcy is a public confiscation upon the Bankrupt Debtor’s whole

property which management and settlement are carried out by a Curator under the

direction of the Supervisory Judge. The main purpose of bankruptcy declaration is to

make shares among creditors upon the bankrupt debtor’s property by the curator.

Debtors that have two or more creditors and are unable to pay at least one of the

creditors its debts which past due and are collectable, are declared to be bankrupt by

the Court’s Verdict. The problems discussed in this research were the consequences

of Bankruptcy Declaration by the court on PT. (Limited Liability Company), whether

or not the board of directors could be made personally liable for its debts as the

company was declared to be bankrupt, and what responsibilities the directors had

toward its bankruptcy.

This was a normative juridical research with descriptive analysis which

reviewed the provisions on the Acts applicable in Bankruptcy Law and PKPU

(Postponement of Debt Payment Obligation) as stipulated in Law No.37/ 2004 and

Law No.40/ 2007 about PT.

The results showed that the most important legal consequence of bankruptcy

declaration was that the organization of the company lost its rights in controlling and

managing its property. However, it did not lose its rights and capacity to make

agreements, yet its actions were void upon its property as stipulated in Bankrupt

Estates. The board of directors could be made personally liable for its debts by the

creditors through the application for bankruptcy petition to the Commercial Court, in

case there were errors made by the directors in making decisions that led to its

bankruptcy, with notes that it had been declared to be bankrupt by a Court Verdict

(inkracht van geweijsde). The consideration of the Commercial Judges at the District

Court of Semarang declaring PT. Indonesia Antique to be bankrupt was that it was

proved to have two creditors and to be unable to pay the creditors its debts that past

due and were collectable, thus, it met the provision stipulated in Article 2 of Law No.

37/ 2004 about Bankruptcy and PKPU that presupposes, “Debtors that have two or

more creditors and are unable to pay at least one of the creditors its debts which past

due and are collectable, are declared to be bankrupt”. In addition, the considerations

of the Supreme Court judicial panel of the Republic of Indonesia stated that, all land

confiscated in Bankruptcy Verdict by the Commercial Court at District Court of

Semarang was proved to be the proprietary/ assets of PT. Indonesia Antique that

were used as the collateral for the debts payment of PT. Indonesia Antique to its

creditors, and was, therefore, bound to the assets of Bankrupt Estates.

Keywords: Liability of Board of Directors, PT (Limited Liability Company), and

Bankruptcy

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 tingkat konsep diri berada pada kategori sedang dengan prosentase 68% sebanyak 34 anak asuh; 2 tingkat dukungan sosial berada pada kategori

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hipotesis diterima Ada hubungan positif yang signifikan antara penyesuaian diri dengan school well-being pada mahasiswa

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada umumnya pengaruh media gambar terhadap peningkatan pemahaman menghitung siswa kelas II SDN 3 Lepak tergolong cukup

2.3 Ngena pengelandik enggau strategi macha, meretika teks literari, informasional enggau fungsional sereta nguasa akal chara baka ni leka jaku dikena nitihka

Berdasarkan uraian diatas, maka guru perlu mempelajari dan mempertimbangkan masalah Strategi mengajar yang tepat yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan

Dalam pembahasan ini, penulis akan membatasi masalah terhadap salah satu kegiatan dalam perusahaan, yaitu kegiatan penjualan tunai karena aktivitas perusahaan

3.1.1 Ijin tidak bekerja karena tugas diberikan kepada karyawan yang mendapat surat tugas dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cendekia Karya Utama atau YAYASAN STIE

LPEI sebagai agen Pemerintah dapat membantu memberikan pembiayaan pada area yang tidak dimasuki oleh bank atau lembaga keuangan komersial ( fill the market gap )