PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII
SMP TRISAKTI 2 MEDAN T.A 2012/2013
Oleh :
Erwin Harianto Gultom NIM 071244120025
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan berkahNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas VIII SMP TRISAKTI 2 MEDAN”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Bapak Drs. Togi, M.Pd dan
Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku dosen penguji dan pemberi saran yang
telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai
dengan selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada Bapak Drs. W.L. Sihombing, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing
Akademik. Begitu juga ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Bapak
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat, kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku
dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan serta para pegawai di fakultas, kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd,
selaku ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku
Sekretaris jurusan, dan Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku Ketua Prodi
Pendidikan Matematika, beserta seluruh dosen dan staf pegawai Jurusan
Matematika yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Drs. Gunawan Simanjuntak, selaku Kepala Sekolah SMP
Trisakti 2 Medan, kepada Ibu P. Sihombing, S.Pd selaku guru matematika kelas
v
ini serta seluruh guru dan pegawai SMP SMP Trisakti 2 Medan yang telah
membantu penulis.
Teristimewa saya sampaikan terimakasih kepada Ayahanda terkasih yaitu
Alm. A. Gultom yang tidak sempat melihat penulis menyelesaikan skripsi ini dan
Ibunda tercinta, B. Sihombing serta kakak, abang, abang dan kakak ipar yaitu
Febrina Hariana Gultom, S.Pd dan Feri Yudo Hariara Gultom, Amk, Didik
Purwoko, S.Pd, Yuli Purwanti, S.Pd yang selalu senantiasa membantu penulis dan
memberikan semangat yang luar biasa, doa serta dana kepada saya dalam
menyelesaikan studi di Unimed, dan beserta seluruh keluarga yang selalu
senantiasa berdoa dan memberikan dorongan semangat bagi penulis. Dan tidak
lupa pula penulis menyampaikan terimakasih kepada yang tercinta dan tersayang
yaitu Pumpe Lince Valentina Hutauruk. Terima kasih kepada teman-temanku
terutama GAMASI Pendidikan Matematika 2007.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi
skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Februari 2013
Penulis,
vi
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1. Kerangka Teoritis 9
2.1.1. Belajar Matematika 9
2.1.2. Hasil Belajar 10
2.1.3. Pembelajaran Kooperatif 12
2.1.3.1. Pembelajaran Kooperatif dalam Matematika 15
2.1.3.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 16
2.2. Materi Pemfaktoran Bentuk Aljabar 23
2.2.1. Pengertian Koefisien, Variabel, Konstanta dan Suku 23
2.2.2. Pemfaktoran Bentuk Aljabar 23
2.3. Kerangka Konseptual 27
2.4. Hipotesis Tindakan 28
BAB III METODE PENELITIAN 29
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 29
3.1.1. Lokasi Penelitian 29
3.1.2. Waktu Penelitian 29
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 29
vii
3.7. Indikator Keberhasilan 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 40
4.1. Hasil Penelitian 40
4.1.1. Siklus I 40
4.1.1.1 Permasalahan I 40
4.1.1.2. Perencanaan Tindakan Siklus I 55
4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus I 56
4.1.1.4. Observasi Proses Pembelajaran Siklus I 60
4.1.1.5 Analisis Data I 61
4.1.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi I 61
4.1.1.5.2 Analisis Data Tes hasil belajar I 62
4.1.1.6. Wawancara I 68
4.1.1.7. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I 69 4.1.1.8. Penentuan Nilai Perkembangan Siswa I 71
4.1.2. Siklus II 71
4.1.2.1. Permasalahan II 71
4.1.2.2. Perencanaan Tindakan siklus II 72
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 73
4.1.2.4. Observasi Proses Pembelajaran Siklus II 74
4.1.2.5. Analisis Data II 75
4.1.2.5. Analisis Data Hasil Onservasi II 75
4.1.2.5. Analisis Tes hasil belajar II 75
4.1.2.6. Wawancara II 77
4.1.2.7. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II 78 4.1.2.8. Penentuan Nilai Perkembangan Siswa II 79 4.1.2.9. Uji Beda Rata-rata Hasil Belajar Siswa 79
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 80
4.3. Temuan Penelitian 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 86
5.1. Kesimpulan 86
5.2. Saran 87
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Skor Perkembangan Individu 19
Tabel 2.2. Kategori Skor Kelompok 19
Tabel 2.3. Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 20 Tabel 4.1. Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan
Tes Awal I di Kelas VIII-B 41
Tabel 4.2. Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan
Tes Awal II di Kelas VIII-A 46
Tabel 4.3. Hasil Tes Awal I di Kelas VIII-B 51 Tabel 4.4. Nilai Maksimum, Minimum dan Rata-rata siswa
Berdasarkan Nilai Tes Awal I 52
Tabel 4.5. Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Awal I 52 Tabel 4.6. Hasil Tes Awal II di Kelas VIII-A 53 Tabel 4.7. Nilai Maksimum, Minimum dan Rata-rata siswa
Berdasarkan Nilai Tes Awal II 54
Tabel 4.8. Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Awal II 54 Tabel 4.9. Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Tes Hasil Belajar 62 Tabel 4.10. Hasil Tes Hasil Belajar I di Kelas VIII-B 67 Tabel 4.11. Nilai Maksimum, Minimum dan Rata-rata siswa
Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar I 68 Tabel 4.12. Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan
Nilai Tes Hasil Belajar I 68
Tabel 4.13. Hasil Tes Hasil Belajar II di Kelas VIII-A 75 Tabel 4.14. Nilai Maksimum, Minimum dan Rata-rata siswa
Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar II 77 Tabel 4.15. Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan
Nilai Tes Hasil Belajar II 77
Tabel 4.16. Peningkatan Persentase dan Jumlah siswa yang tuntas
pada saat diberikan Tes Belajar Matematika Siklus I 82 Tabel 4.17. Peningkatan Persentase dan Jumlah siswa yang tuntas
pada saat diberikan Tes Belajar Matematika Siklus II 83 Tabel 4.18. Peningkatan Persentase dan Jumlah siswa yang tuntas
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 34 Gambar 4.1. Diagram Persentase dan Jumlah Siswa yang Tuntas
pada saat Diberikan Tes Belajar Matematika Siklus I 82 Gambar 4.2. Diagram Persentase dan Jumlah Siswa yang Tuntas
pada saat Diberikan Tes Belajar Matematika Siklus II 83 Gambar 4.3. Diagram Persentase dan Jumlah Siswa yang Tuntas
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 92 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa 114
Lampiran 4. Alternatif Penyelesaian Lembar Kerja Siswa 120
Lampiran 5. Kisi-kisi Tes Awal 126
Lampiran 6. Lembar Validasi Tes Awal 127
Lampiran 7. Tes Awal 129
Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 131
Lampiran 9. Pedoman Penskoran Tes Awal 134
Lampiran 10. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 136
Lampiran 11. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar 137
Lampiran 12. Tes Hasil Belajar 139
Lampiran 13. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar 141 Lampiran 14. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar 143 Lampiran 15. Pengolahan Hasil tes awal I dan Pengelompokan 144 Lampiran 16. Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajar I 145 Lampiran 17. Peningkatan Hasil Belajar I dan Nilai Perkembangan Siswa 146 Lampiran 18. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran I 147 Lampiran 19. Pengolahan Hasil tes awal II dan Pengelompokan 150 Lampiran 20. Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajar II 151 Lampiran 21. Peningkatan Hasil Belajar II dan Nilai Perkembangan Siswa 152 Lampiran 22. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran II 153
Lampiran 23. Tabel Uji Hipotesis 156
Lampiran 24. Perhitungan Rata-rata dan Standar Deviasi 157
Lampiran 25. Pengujian Hipotesis 159
Lampiran 26. Lembar Wawancara 161
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor
pendidikan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional (dalam PP No 19
Tahun 2005) yaitu : “Menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat”.
Pendidikan nasional dewasa ini dihadapkan pada banyak masalah
mengenai pendidikan. Menurut Weinata (dalam Kunandar 2007:15) menyatakan
bahwa :
“Beberapa permasalahan yang dari dulu sampai saat ini dihadapi sektor
pendidikan, antara lain pertama, pemerataan dan perluasan pendidikan dasar dan menengah, kedua rendahnya mutu pendidikan, ketiga, relevansi pendidikan yang belum maksimal, keempat, manajemen pendidikan yang masih rendah, dan kelima, pembiayaan pendidikan yang belum
memadai”.
Permasalahan pendidikan tersebut juga dikemukan oleh Umar (dalam
Kunandar 2007:16) bahwa :
“Beberapa pokok permasalahan pendidikan di Indonesia adalah : (1)
belum ada standar nasional mutu; (2) kurikulum nasional dan strukturnya; (3) sistem ujian; (4) sistem akreditasi; (5) sistem pemantauan mutu pendidikan; (6) sistem birokrasi pendidikan;(7) sistem pembiayaaan dan anggaran pendidikan;(8) kesenjangan mutu antardaerah; (9) kesadaran masyarakat akan pentingnya mutu pendidikan.”
Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satu pembaruan yang sudah
dilakukan yaitu penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Seperti yang
dikemukan Kunandar (2007:6) bahwa :
“Peningkatan mutu pendidikan di indonesia dapat ditempuh melalui
2
memecahkan berbagai masalah kehidupan secara kreatif dan menjadi
manusia inovatif serta produktif”.
Dalam dunia pendidikan, matematika sebagai suatu mata pelajaran di
sekolah dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam
membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan
sehari-hari dan merupakan sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis
dan sismatematis. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat perlu
diajarkan kepada siswa. Cockfort (dalam Abdurrahman 2003:253)
mengemukakan bahwa :
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana matematika yang kuat, singkat dan jelas; (4)dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, kesadaran; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang”.
Pelajaran matematika diberikan disemua sekolah, baik dijenjang pendidikan dasar
maupun pendidikan menengah bahkan perguruan tinggi. Hal ini ditetapkan
tentunya memiliki maksud yang baik yaitu agar dengan pembelajaran matematika
mampu memberikan kontribusi yang baik bagi masa depan bangsa dan negara
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan matematika di akhir abad
20 ini telah dimanfaatkan oleh negara-negara maju dalam meningkatkan dan
menguasai teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Soedjadi (2000:138)
mengatakan bahwa :
“Matematika sebagai ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek
yang mempengaruhinya, yang mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti sampai batas tertentu matematika perlu dikuasai oleh segenap warga negara
Indonesia, baik penerapannya maupun pola pikirnya”.
Hal ini sejalan juga dengan pendapat Sujono (1988:13) mengatakan bahwa :
“Dalam dunia modern saat ini kiranya tidak ada orang yang tidak
3
di berbagai bidang, ekonomi, teknologi, persenjataan, usaha, eksplorasi
luar angkasa dan lain sebagainya”.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi
positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap logis
dan berfikir logis serta melalui pembelajaran matematika mampu membentuk
kepribadan siswa serta mampu mengembangkan keterampilan. Tetapi sampai saat
ini matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, membosankan,
bahkan menakutkan. Seperti yang dikemukan oleh Abdurrahman (2003:1) “Dari
bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang
dianggap paling sulit untuk dipelajari”. Pendapat tersebut sejalan dengan Sujono
(1988:14) yang menyatakan bahwa “Sampai sekarang masih banyak orang yang
berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, untuk mempelajarinya
dibutuhkan kemauan, kemampuan, dan kecerdasan tertentu”. Hal ini mungkin
disebabkan tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru, mungkin akibat
kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Hal ini ditandai
adanya kecenderungan guru dalam mengajarkan materi tersebut dengan metode
ceramah secara klasikal, monoton, kurang kreatif dan guru sebagai pusat belajar
(teacher centered). Akhirnya siswa merasakan matematika itu sulit, tidak mampu
menjawab, takut disuruh guru ke depan, dan sebagainya.
Hal tersebut berdampak langsung dengan mutu pendidikan Indonesia,
terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. menurut penelitian
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) 1999,
matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO).
Banyak hal yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa di
Indonesia rendah antara lain kurangnya pendekatan guru dalam proses belajar
mengajar, seperti yang diungkapkan oleh Frederick yang berasal dari The
University of Hongkong menyatakan :
“Mayoritas soal yang diberikan guru matematika di Indonesia terlalu
4
Akibatnya, siswa sering kali merasa bosan dan menganggap matematika sebagai
pelajaran yang tidak menyenangkan. Mereka pun tidak mampu menerapkan teori
di sekolah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
(http://www.topix.com/forum/world/indonesia/T36OLENKQ6R3G1130)
Dalam proses pembelajaran matematika guru hendaknya mengupayakan
agar siswa aktif berbuat atau menyediakan mata pelajaran yang menuntut siswa
menjadi aktif, seperti yang dikemukakan oleh TIM MKPBM UPI (2001:60)
bahwa : “Dalam pembelajaran matematika di sekolah guru hendaknya memilih
dan menggunakan strategi, pendekatan, dan teknik yang banyak melibatkan siswa
aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial”. Kemampuan guru
dalam mengolah kelas dan memotivasi siswa menjadi daya tarik bagi siswa dalam
mempelajari matematika. Pemilihan metode mengajar oleh guru tentunya juga
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru yang profesional dan kreatif hanya
akan memilih metode mengajar yang tepat, setelah menetapkan topik pembahasan
materi dan tujuan pembelajaran, serta jenis kegiatan belajar siswa yang
dibutuhkan.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMP Trisakti
2 Medan, Perumnas Mandala Medan tanggal 24 Agustus 2011 ditemukan bahwa
ketika guru menjelaskan siswa diam mendengarkan tetapi ketika guru memberi
pertanyaan hanya beberapa orang saja yang menjawab pertanyaan. Siswa harus
ditunjuk terlebih dahulu baru mau menjawab pertanyaan. Disini terlihat siswa
kurang berani dan kurang mandiri. Padahal pembelajaran seharusnya merupakan
perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi
interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun
interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi
tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat
memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Dari
5
tepat dalam mengajarkan matematika sehingga dalam pembelajaran yang
berlangsung terjadi interaksi.
Dari permasalahan diatas perlu diterapkan suatu model pembelajaran
matematika yang lebih melibatkan siswa aktif dalam belajar. Oleh karena itu
model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan model pembelajaran yang
diharapkan dapat membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam arti
siswa harus aktif, saling berinteraksi dengan tema-temannya, saling bertukar
informasi, dan memecahkan masalah-masalah pelajaran yang ada untuk
menuntaskan materi belajarnya. Selain itu TIM MKPBM UPI (2001:219) juga
menyatakan bahwa :
“Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu siswa
meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak
dialami oleh para siswa”.
Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh para
ahli. Beberapa model yang dikembangkan oleh para ahli diantaranya adalah
STAD (Student Teams Achievement Division), jigsaw, investigasi kelompok dan
lain sebagainya. STAD (Student Teams - Achievement Divisions) merupakan salah
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk
memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi
tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat
pembelajaran yang lain. Selain itu metode STAD merupakan cara mengajar
dimana siswa dituntut untuk lebih aktif secara langsung dalam pembelajaran
sehingga siswa akan lebih mudah untuk berinteraksi dalam belajar melalui metode
pembelajaran ini, dimana penekanan pada pembelajaran ini terletak pada
kerjasama siswa pada kelompok ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Dari kondisi dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa perlu diatasi. Guru hendaknya
memilih model pembelajaran yang tepat dalam mengajar yaitu suatu model
konsep-6
konsep matematika yang sulit. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat membuat siswa aktif secara mental, fisik dan sosial. Pada model
pembelajaran tipe STAD ini terdapat adanya kehadiaran teman sebaya yang
berinteraksi antar sesamanya sebagai suatu tim dalam menyelesaikan atau
membahas suatu masalah atau tugas, menumbuhkan keberanian, adanya
kebersamaan, membangun rasa percaya diri, dan menghilangkan rasa ketakutan
terhadap matematika.
Dari uraian permasalahan diatas, penulis merasa perlu mengadakan
penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas VIII SMP TRISAKTI 2 MEDAN”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit,
membosankan bahkan menakutkan.
2. Pembelajaran yang konvensional (teacher centered).
3. Siswa yang masih pasif pada saat pembelajaran matematika.
4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
5. Perlunya diterapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
matematika.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi
masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih spesifik dan fokus.
Dalam penelitian ini masalah-masalah yang timbul dibatasi yaitu mengenai
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
7
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah
tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini
adalah:
Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pemfaktoran bentuk
aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas
VIII SMP Trisakti 2 Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat.
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
pemfaktoran bentuk aljabar.
b. Meningkatkan rasa percaya diri, tanggung jawab, serta mampu
mengembangkan hubungan antar siswa dan kepedulian satu sama lain.
c. Mampu mengkomunikasikan kemampuannya dengan baik.
2. Bagi guru
a. Menambah wawasan tentang model pembelajaran untuk meningkatkan
profesi guru sebagai pendidik masa depan.
b. Mampu mengatasi masalah pembelajaran yang berkaitan dengan
motivasi dan hasil belajar siswa dengan menciptakan suasana yang
8
3. Bagi sekolah
Sebagai referensi dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa.
4. Bagi peneliti
a. Sebagai pengalaman langsung untuk memecahkan masalah yang timbul
dikelas melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b. Sebagai bekal untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik.
1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam penafsirkan judul
penelitian ini maka akan dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu:
1. Model Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa bekerja sama untuk belajar dan
bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan
belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok
yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan
atau penguasaan materi.
2. Pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams - Achievement Divisions)
adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi
yang maksimal dimana pembelajaran ini meliputi lima komponen utama
yaitu : 1) presentasi kelas, 2) tahap kegiatan kelompok (tim), 3) tahap tes
individual (kuis), 4) tahap penghitungan skor, perkembangan individu, 5)
tahap pemberian penghargaan kelompok (rekognisi tim).
3. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai
hasil proses pembelajaran yang dicapai dalam bentuk pengetahuan dan
pemahaman terhadap materi yang dipelajari, dapat dilihat dari skor tes
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dari hasil pembahasan penelitian pada Bab IV
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pemfaktoran bentuk
aljabar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata siswa pada tes awal I yaitu 55,66 dan siswa yang mencapai
nilai diatas 65 sebanyak 15 orang siswa atau 44,12%. Pada tes awal II nilai
rata-rata siswa yaitu 57,01 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak
18 orang siswa atau 52,94%. Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan I,
diperoleh nilai rata-rata siswa pada tes hasil belajar I yaitu 66,30 dan siswa
yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 21 orang siswa atau 61,76%.
Selanjutnya setelah dilaksanakan pelaksanaan tindakan II, diperoleh nilai
rata-rata siswa pada tes hasil belajar II yaitu 72,18 dan siswa yang mencapai nilai
diatas 65 sebanyak 29 orang siswa atau 85,29% Dari siklus I dan siklus II
ditemukan bahwa nilai rata-rata tes hasil belajar mengalami peningkatan
sebesar 5,88 yaitu dari 66,30 meningkat menjadi 72,18 dan mengalami
peningkatan persentase ketuntasan belajar matematika yaitu 61,76%
meningkat menjadi 85,29%. Hal ini telah memenuhi kriteria peningkatan hasil
belajar matematika siswa yaitu ketuntasan klasikal paling sedikit 85% siswa
telah tuntas dalam belajar (memperoleh nilai diatas 65) yang sudah terpenuhi
pada siklus kedua dan diperoleh hasil observasi pengelolaan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori baik.
Oleh karena itu penelitian tidak dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.
2. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pemfaktoran bentuk
aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan T.P 2012/2013 dan dapat menjadi
acuan pada materi, subjek, maupun waktu yang berbeda dengan media dan alat
88
5.2. Saran
1. Disarankan pada guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan LKS sebagai sebagai salah satu alternatif pembelajaran
yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran matematika karena model
pembelajaran ini dapat membuat siswa saling berinteraksi dengan guru maupun
dengan siswa yang lain seperti mengemukakan jawaban dan pendapat, saling
bekerja sama dan saling membantu antara siswa yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang tinggi dengan siswa yang kurang mampu sehingga dapat
memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa serta
menjadikan proses pembelajaran lebih berkesan dan bermakna bagi siswa.
2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama hendaknya terus
melakukan perubahan (modifikasi) yang diperlukan dalam usaha meningkatkan
kualitas pendidikan khususnya matematika, tidak statis dalam mengaplikasikan
sebuah metode pembelajaran, harus dinamis dan dapat menyesuaikan metode
yang ada dengan materi maupun kondisi siswa, serta meneliti dalam batas yang
lebih luas dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan dengan
ii
RIWAYAT HIDUP
Erwin Harianto Gultom dilahirkan di Medan, pada tanggal 13 Maret 1988. Ayah
bernama A. Gultom dan Ibu bernama B. Sihombing, merupakan anak ketiga dari
tiga bersaudara. Pada tahun 1994 penulis masuk SD Swasta RK Setia Budi
Medan, dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah
di SMP Negeri 12 Medan, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis
melanjutkan sekolah di SMA Swasta Methodist 8 Medan, dan lulus pada tahun
2006. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam