• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Mulsa Vertikal Pada Budidaya Tebu (Saccharum Officinarum.L) Ratoon Satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik Mulsa Vertikal Pada Budidaya Tebu (Saccharum Officinarum.L) Ratoon Satu"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pertumbuhannya tebu ratoon membutuhkan unsur hara yang cukup banyak, baik hara makro maupun hara mikro, yang berasal dari alam atau melalui penambahan pupuk ke dalam tanah. Selain pupuk makro atau mikro dan pupuk organik, dapat juga diterapkan pemberian pupuk kompos atau pemberian bokashi yang bertujuan selain penambahan unsur hara kedalam tanah juga memperbaiki sifat fisik dan sekaligus sifat biologi tanah.

Kebutuhan unsur hara yang tinggi pada tanaman tebu menyebabkan kemerosotan yang cepat akan unsur hara di dalam tanah, terutama di daerah- daerah dimana tanaman tebu merupakan monokultur. Dalam hal ini perlakuan dengan sejumlah pupuk yang cukup merupakan syarat penting untuk mendapatkan hasil yang menguntungkan. Tanah yang sangat subur sekalipun tidak akan dapat terus-menerus menyediakan sejumlah hara yang begitu tinggi selama beberapa tahun. Oleh karena itu, penting sekali memberi atau melengkapi unsur-unsur hara tersebut secukupnya dengan memakai pupuk, yang dimaksudkan untuk mempertahankan hasil optimum pada suatu tingkat. Pawirosemadi (2006) menyatakan bahwa tanaman tebu tidak memerlukan suatu tipe tanah yang khusus asalkan secara fisik tipe tanah tidak terlalu jelek. Tipe tanah berat lebih sesuai daripada tipe tanah ringan, asal tanah berat tersebut diberikan sejumlah 60 ton per hektar bahan organik.

(2)

total.Kombinasi pupuk anorganik dan organik sebagai biostarter untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah yang selanjutnya dapat mencukupi penyediaan hara.Pemberian pupuk organik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kandungan BOT. Bahan organik yang berupa pupuk organik dapat berfungsi sebagai buffer (penyangga) dan penahan lengas tanah. Kualitas pupuk organik ditentukan oleh komposisi bahan mentahnya dan tingkat dekomposisinya (Nuraini dan Nanag, 2003).

Daun tebu pada umumnya tersusun atas selulosa dan lignin yang sulit untuk didegradasi. Selulosa adalah polisakarida yang tersusun atas 1000-10.000 unit glukosa yang diikat oleh ikatan 1,4 β-glukosida. Secara alami proses

degradasi memerlukan bantuan mikroorganisme yang mengeluarkan enzim selulotik. Selulosa dihidrolisis olehenzim selulase dengan memotongikatan 1,4 β

-glukosida pada rantai panjang selulosa. Pada lingkungan aerobik, selulosa akan terurai menjadi glukosa yang akan bergabung ke dalam sel yang sedang tumbuh dan karbondioksida. Sedangkan pada lingkungan anaerobik, selulosa akan terurai menjadi asam organik dan alkohol (Mariadi, et al,2009). Proses penghancuran tersebut dipercepat dengan bantuan bakteri selulolitik. Beberapa genus fungi selulolitik diantaranya adalah Aspergillus, Fusarium, Phoma, dan Trichoderma (Bainbridge, 1999).

(3)

Mulsa vertikal atau disebut juga “teknik jebakan mulsa” adalah bangunan menyerupai rorak yang dibuat memotong lereng dengan ukuran yang lebih panjang bila di bandingkan dengan rorak. Ukuran jebakan mulsa harus disesuaikan dengan keadaan lahan dengan lebar 0,40 0,60 meter dan dalam 0,30 -0,50 meter, jarak antar barisan jebakan mulsa ditentukan oleh kemiringan lahan atau berkisar antara 3-5 meter. Jebakan mulsa ini merupakan tempat dan sekaligus berfungsi untuk menampung air aliran permukaan serta sedimen.Pada musim tanam berikutnya, bersamaan dengan persiapan dan pengelolaan tanah, jebakan mulsa tersebut diperbaiki (dibuat kembali), hasil pelapukan tanaman dan sedimen dari jebakan mulsa dikembalikan ke bidang olah yang dapat memperbaiki kesuburan tanah (Kurnia, 2004).

Biomassa segar yang telah terdekomposisi merupakan media yang dapat menyerap dan memegang massa air dalam jumlah besar, sehingga penyimpanan air dalam tanah dapat berjalan efisien dandapat meningkatkan keragaman biota tanah, karena mulsa merupakan niche ecology bagi berbagai jenis biota tanah. Biota ini akan memanfaatkan energy dan unsur hara di dalam mulsa dan akan menghasilkan senyawa organik yang dapat memantapkan agregat tanah (Pratiwi 2001).

(4)

Pemberian mulsa, pupuk hijau atau bahan organik akan membantu mencegah erosi. Mulsa akan menutupi permukaan tanah dari gaya mekanis butir hujan dan aliran permukaan. Mulsa sebaiknya berasal dari sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk seperti serasah tebu, ampas, jerami padi atau batang jagung.

Penambahan mulsa pada areal tanaman tebu dapat menurunkan erosi hingga 80%.Sabagai mulsa pada tanaman tebu dapat digunakan serasah tebu , blotong atau ampas tebu. Mulsa ditaburkan pada tanah-tanah kosong diantara barisan tanaman tebu.Mulsa juga bisa menahan laju penguapan air dan memberikan kondisi iklim mikro yang kondusif bagi pertumbuhan mikroba di sekitar akar. Penambahan bahan organik ke tanah diharapkan dapat memperbaiki kualitas fisika tanah, meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah, meningkatkan

kemampuan tanah menahan air-tersedia dan mampu memperbaiki pertumbuhan

tanaman (Tangkoonboribun et al, 2007).

(5)

Oleh karena itu di perlukan teknik pemanfaatan sisa bahan organik tumbuhan, agar aliran permukaan dan erosi dapat dikurangi. Salah satu Teknik tersebut adalah pemanfaatan bahan organik sisa tanaman melalui teknik mulsa vertikal.

Teknik mulsa vertikal adalah pemanfaatan sisa tumbuhan dengan memasukkannya ke dalam saluran yang dibuat menurut kontur pada bidang tanah yang diusahakan. Penerapan mulsa vertikal terbukti dapat meningkatkan infiltrasi serta menurunkan laju evaporasi dari permukaan tanah pertanian. Penelitian mengenai penggunaan mulsa vertikal di Indonesia pada bidang pertanian telah banyak dilakukan oleh Brata, et al., (1999). Selanjutnya Abdul-Rauf, (2004) menyatakan , perlakuan mulsa vertikal baik searah kontur (MVK), maupun Mulsa Vertikal Piringan (MVP) menghasilkan erosi yang lebih kecil dari perlakuan gulud Piringan (GP) dan berbeda nyata dibandingkan erosi pada perlakuan mulsa horizontal (MH).

Trichoderma Sp, adalah kelompok kapang yang banyak diisolasi dari tanah, benda-benda di permukaan tanah seperti serasah, buah-buah busuk, daun layu, pelapukan kayu dan juga ditemukan berasosiasi dengan akar tanaman berkayu dan herba membentuk koloni di dalam tanah. Genus ini adalah jenis kapang tanah yang paling banyak dikulturkan (Mariadi et al., 2009).

(6)

Potensi Jamur Trichoderma Sp sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebutsemakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), disamping itu diketahui pula bahwa, Trichoderma, Sp juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik (Mursida, 2005).

Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan (tanaman). Dengan demikian susunan kimianya tergantung dari: jenis ternak,umur dan keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, dan cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Hewan hanya menggunakan setengah dari bahan organik yang dimakan, dan selebihnya dikeluarkan sebagai kotoran.Sebagian dari padatan yang terdapat dalam pupuk kandang terdiri dari senyawa organik serupa dengan bahan makanannya, antara lain selulosa, pati dan gula, hemiselulosa dan lignin seperti yang kita jumpai dalam humus ligno-protein.Penyusun pupuk kandang yang paling penting adalah komponen hidup, yaitu organisme tanah, pada sapi seperempat hingga setengah bagian kotoran hewan merupakan jaringan mikrobia (Suntoro Wongso Atmojo, 2011).

Mowindu, (2001) menyatakan bahwa pupuk kandang biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5dan 0,5% K2O. Pupuk kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20% P2O5dan 0,1% K2O dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2% P2O5dan 1,35% K2O.

(7)

air sehingga mikroorganisme dapat memanfaatkannya terutama dalam kondisi aerobik. Perombakan selanjutnya dalam kondisi aerobik dengan hasil akhirnya CO2dan H2O.Dalam kondisi anaerobik, hasil samping adalah asam asetat, asam propionat, asam laktat, asam butirat dan asam format serta alkohol dan gas-gas CO2, H2dan metan (CH4) (Sugitoet al., 1995).

Sangatanan (1999) merekomendasikan jumlah pupuk kandang sebanyak 15 – 20 ton/ha tergantung jenis tanaman dan pertumbuhan tanaman, dan menurut Mowidu (2001) pemberian 20 – 30 ton/ha Pupuk Kandang berpengaruh nyata dalam meningkatkan porositas total, jumlah pori berguna, jumlah pori penyimpan lengas dan kemantapan agregat serta menurunkan kerapatan , kerapatan bongkah dan permeabilitas tanah

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Bangunan. pada Fakultas Pendidikan Teknologi

BERDASARKAN PENETAPAN PEMENANG PELELANGAN SEDERHANA NOMOR : PEN/05/XII/2015/ULP , TANGGAL 22 DESEMBER 2015 PEKERJAAN PENGADAAN MAKAN TAHANAN POLRES BADUNG DAN POLSEK

Merupakan suatu anugerah yang tak ternilai bagi penulis bisa memperoleh ilmu dan berkesempatan menerapkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan

Pengujian formula minyak cengkeh dan serai wangi serta ekstrak bawang putih dilakukan di kebun kakao hasil sambung samping berumur 2 tahun yang terinfeksi VSD, dengan gejala

Fatah (2008) menyatakan, pendekatan open-ended merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki lebih dari satu metode penyelesaian

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam menggunakan kartu IM3 adalah : (1) Faktor

memperketat alur pembiayaan agar barang yang diperjualbelikan dapat dipastikan telah menjadi milik bank baik secara langsung maupun secara prinsip sebelum

Pemanfaatan barang bekas menjadi barang yang bernilai belum sepenuhnya tertanam pada setiap individu, seperti halnya pada peserta didik di MI Muhammadiyah