1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Dermatomikosis superfisial adalah infeksi jamur yang mengenai kulit, kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non dermatofita.1,2 Umumnya ini terbatas pada lapisan tanduk yang telah mati, tetapi dapat juga meluas tergantung pada penyebabnya dan derajat kerentanan host.1 Penyakit kulit infeksi jamur ini merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara kita yang beriklim panas dan lembab. Lingkungan yang demikian sangat membantu timbulnya penyakit jamur kulit, apalagi bila higiene juga kurang sempurna. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mendapat infeksi jamur superfisial diantaranya adalah: iklim subtropis dan lembab, kebersihan yang kurang, kurang gizi, pemakaian antibiotika yang terlampau lama, pemakaian kortikosteroid yang terlampau lama, pakaian yang ketat dan tidak mengisap keringat serta banyak terpapar dengan air.1 Penyakit infeksi jamur pada kulit sering termasuk sebagai penyakit akibat kerja.3
Insidensi penyakit dermatomikosis terhadap seluruh kasus penyakit kulit di berbagai rumah sakit pendidikan dokter di Indonesia menunjukkan angka yang bervariasi, dari yang terendah 2,3% (Yogyakarta) tahun 1996 hingga yang tertinggi 39,2% (Denpasar) tahun 1997. Hal tersebut mungkin disebabkan sistem pencatatan yang kurang akurat atau pasien enggan berobat ke rumah sakit besar, dan cenderung memilih berobat ke fasilitas pengobatan lainnya. Di Sumatera Utara, insidens dermatomikosis cukup tinggi, menempati urutan kedua terbanyak
2
dari insidens penyakit kulit. Nasution M, dan kawan-kawan melaporkan jumlah penderita dermatomikosis dari tahun 1996 sampai 1998 sebanyak 4162 orang dari 20.951 penderita baru penyakit kulit yang berkunjung ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK-USU/ RSUP. H. Adam Malik/ RSUD. Dr. Pirngadi Medan.1 Nasution M, dan kawan- kawan juga melaporkan 7903 orang menderita dermatomikosis dari 45.196 orang kunjungan baru selama 5 tahun (1992-1997) di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD. Dr. Pirngadi Medan.1 Pada penelitian dermatomikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2003-2005, yang paling banyak menderita dermatomikosis superfisial adalah kelompok usia produktif yang banyak mempunyai faktor predisposisi, misalnya pekerjaan basah, trauma, dan banyak berkeringat, sehingga resiko untuk menderita dermatomikosis superfisialis lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok umur lainnya.4
Industri tahu merupakan industri kecil yang bergerak di sektor informal.5 Industri ini banyak dijumpai di kota Medan, salah satunya di sentra tahu di Desa Mabar Kecamatan Medan Deli. Pada industri tahu, proses pembuatan kacang kedelai menjadi tahu dimulai dengan perendaman kacang kedelai, penggilingan, penyaringan, penggumpalan dan pencetakan. Dari tahapan proses pembuatan tahu tersebut, dapat kita lihat bahwa para pekerja pabrik tahu sering terpapar dengan air dalam melakukan pekerjaannya. Pada industri tahu juga dapat kita jumpai lingkungan kerja yang basah dan lembab, yang merupakan kondisi yang baik bagi jamur untuk berkembang biak.
Dari pemaparan di atas, tampaknya pekerja pabrik tahu banyak yang beresiko menderita dermatomikosis superfisial. Namun belum ada penelitian
3
tentang hal tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai profil dermatomikosis superfisial pada pekerja pabrik tahu di Desa Mabar Kecamatan Medan Deli.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana profil dermatomikosis superfisial pada pekerja pabrik tahu di Desa Mabar Kecamatan Medan Deli.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum :
Mengetahui profil dermatomikosis superfisial pada pekerja pabrik tahu di Desa Mabar Kecamatan Medan Deli.
1.3.2 Tujuan khusus :
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proporsi dermatomikosis superfisial pada pekerja pabrik tahu di Desa Mabar Kecamatan Medan Deli.
2. Mengetahui jenis dermatomikosis superfisial pada pekerja pabrik tahu di Desa Mabar Kecamatan Medan Deli.
3. Mengetahui agen penyebab dermatomikosis superfisial pada pekerja pabrik tahu di Desa Mabar Kecamatan Medan Deli. 4. Mengetahui karakteristik pekerja pabrik tahu di Desa Mabar
Kecamatan Medan Deli berdasarkan lokasi tubuh yang terkena dermatomikosis superfisial.
4 1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat untuk:
1. Memberikan informasi kepada tenaga medis tentang gambaran dermatomikosis superfisial yang terjadi pada pekerja pabrik tahu.
2. Dijadikan referensi penelitian yang akan datang mengenai gambaran dermatomikosis superfisial pada pekerja parik tahu.
1.5 Kerangka teori
1.6 Kerangka konsep
Dermatomikosis superfisial • Proporsi
• Jenisnya
• Agen penyebabnya • Lokasi tubuh yang terkena PEKERJA
PABRIK TAHU
Agen penyebab Kebersihan
lingkungan
kelembaban Kebersihan diri
Pejamu
Dermatomikosis superfisial
Dermatofita Non dermatofita
Defisiensi imun
Perubahan fisiologis
Faktor nutrisi