• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Masyarakat Perkebunan

Ada aspek yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat perkebunan yaitu tanah. Tanah ditanami berbagai tumbuhan menjadi sektor pertanian dan perkebunan sebagai penghasil sumber daya alam. Potensi alam dapat berkembang dan menghasilkan perkebunan dengan cara membudiayakan sektor perkebunan seperti perkebunan karet. Sektor perkebunan adalah usaha pertanian yang memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk menghasilkan komoditas perdagangan berbasis pertanian skala kecil maupun skala besar, terdiri dari 2 aspek yaitu besar :

1. Aspek skala kecil : berkaitan dengan pengalokasian perkebunan yang

dijadikan sebagai ajang pembudidayaan, perkebunan hanya sebagai kerja sampingan untuk mempunyai penghasilan sebagai tambahan, tidak mengharapkan untung besar, menggunakan tenaga kerja secara kekeluargaan, kualitas perkebunan cenderung rendah.

2. Perkebunan berskala besar, ciri-ciri: perkebunan itu berbentuk usaha

(2)

sarana dan prasarana (teknologi) terlebih dahulu sudah dipersiapkan.Menggunakan tenaga kerja yang besar dengan pembagian kerja yang rinci sesuai struktur dan sistem kerja yang rapi.

Masyarakat dalam penelitian ini merupakan masyarakat yang berada di perkebunan skala besar memerlukan kuantitas tenaga kerja dari masyarakat untuk mengerjakannya. Ekspansi perkebunan besar tidak hanya menyangkut perusahaan yang bersifat multinasional, melainkan juga penduduknya multi etnik yang berasal dari Indonesia. Di kawasan perkebunan terdapat stratifikasi sosial pada masyarakat perkebunan, masyarakat bekerja sesuai potensi dan kekuatan fisik yang mereka miliki sebagai buruh/pekerja di perkebunan.

Stratifikasi sosial pada masyarakat perkebunan besar : 1. Manager/ administrasi: staf paling tinggi

2. Staf pelaksanaan/ krani : keuangan, bibit

3. Pegawai tetap seperti : mandor : mandor besar, mandor 1 dan 2 4. Buruh: buruh tetap, buruh harian lepas, buruh musiman.

(3)

perkebunan juga tidak terlepas dari sifat kelas sosial dalam meningkatkan status pekerjaan. Individu yang memiliki jaringan sosial dengan individu yang berada di level atas maka dengan mudah individu level bawah untuk menaikan pekerjaan.

Masyarakat yang berada dalam stratifikasi ini harus mampu bekerja sesuai dengan kedudukan kerja yang mereka miliki. Setiap perkebunan memperkuat sebuah struktur institusional, waktu bekerja telah ditentukan, hari bekerja dan pendapatan pokok sudah ditentukan dan disesuaikan. Pihak perkebunan akan memberikan berbagai fasilitas yang menjadi hak buruh/pekerja sesuai dengan level kerja di perkebunan. Bahkan tidak hanya fasilitas buruh saja yang disediakan, sarana dan prasarana telah di sediakan pihak perkebunan untuk anak buruh seperti sekolah, kesehatan, dan transportasi untuk menjemput dan mengantar anak sekolah. Karena lokasi kawasan perkebunan jauh dari pusat keramaian/pendidikan serta memerlukan waktu yang cukup lama untuk menempuh jarak ke sekolah.

(4)

Kenyataanya sebagian besar anak buruh desa setempat yang di rekrut menjadi pekerja di perkebunan. Hal ini menjadi budaya lokal turun temurun orang tua dan anak akan bekerja di perkebunan dengan kemampuan yang mereka miliki dan mereka kembangkan dalam bekerja supaya dapat mobilitas sosial secara vertikal pada kerjaan.

2.2.Pendidikan sebagai Sarana Mobilitas Sosial

Menurut Huky (1982) dalam buku Interpretasi Sosiologi dalam Pendidikan, yang menyatakan bahwa istilah mobilitas sosial diartikan sebagai gerak orang perorang atau grup dari suatu stratum ke stratum lainnya dalam masyarakat (Saripudin 2010). Setiap manusia memiliki keinginan agar kehidupan lebih baik dan merubah status kedudukan yang lebih tingggi disertai dengan pendapatan yang lebih tinggi. Mengubah status sosial menjadi lebih baik tidak dapat terjadi begitu saja tanpa ada saluran yang menghantarkan pada kedudukan tersebut seperti pendidikan. Pendidikan merupakan saluran yang signifikan menentukan kedudukan seseorang.

(5)

terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, mengembangkan potensi,dan sikap.

Menurut (Saripuddin 2010:32) secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda ke arah yang di arahkan masyarakat. Secara formal pada hakikatnya pendidikan di fokuskan kepada anak, remaja, orang dewasa bahkan usia lanjut dan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, perguruan Tinggi, lingkungan kerja.

Potensi yang dimiliki individu dalam pendidikan akan membawa individu ke jenjang berikutnya bahkan pendidikan yang dimiliki dapat menghantarkan ke pada status sosial di masyarakat. Pendidikan merupakan anak tangga mobilita sosial yang penting. Bahkan jenis pekerjaan kasar yang berpenghasilan baik pun sukar di peroleh kecuali jika seseorang mampu membaca petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang sederhana. Pada usaha dan perusahaan industri, bukan hanya terdapat satu melainkan dua tangga mobilitas sosial. Yang pertama berakhir pada jabatan dan yang kedua berakhir pada jabatan mandor (Setiadi: 2011)

(6)

pendidikan harus dapat mengikuti perkembangan maka tidak dapat di pungkiri program pendidikan akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan zaman untuk menjawab permasalah di masa yang akan datang melalui pendidikan. Mungkin tidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial bila hanya mengandalkan pendidikan dan ijazah tingkat SMA tidak akan memberikan mobilitas yang lebih besar kepada seseorang, jikalaupun ada kemungkinan besar akan mengalami perlambatan mobilitas. Akan, tetapi pendidikan yang lebih tinggi dari SMA seperti pendidikan Perguruan Tinggi dapat memberikan mobilitas secara luas hal ini makin berkurang jaminan ijazah untuk meningkat dalam status sosial.

(7)

pendidikan dapat dipercaya menjadi salah satu faktor yang akan mempercepat terjadinya mobilitas sosial.

Fungsi pendidikan sebagai sebuah proses penyeleksian untuk menempatkan orang pada masyarakat sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, pendidikan menjadi sinkron dengan tujuan mobilitas sosial karena mobilitas sosial yang terpenting adalah kemampuan dan keahlian seseorang.Lembaga pendidikan seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran kongkrit gerak sosial yang vertikal (Idi 2011). Bahkan sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke

kedudukan yang paling tinggi. Terkadang dijumpai keadaan sekolah-sekolah tertentu hanya dapat dimasuki oleh golongan-golongan masyarakat tertentu, misalnya dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu. Sekolah-sekolah yang demikian dimasuki oleh kelas golongan bawah maka dia akan menjadi saluran gerak sosial yang vertikal.

(8)

daerah pedesaan, antara sekolah swasta dan sekolah negeri. Pada masa yang akan datang bisa jadi bisa jadi orang yang tidak lagi bertanya gelar apa yang kita miliki untuk bekerja di sebuah tempat, tetapi justru orang bertanya dari mana kita memperoleh gelar tersebut. Sistem pelapisan sosial itu berbentuk piramida, maka persaingan untuk naik tangga sosial itu selalu cukup ketat. Dalam situasi demikian, peran pendidikan jadi makin penting. Barang siapa yang berhasil dalam pendidikan, dialah yang memiliki kemungkinan besar untuk naik tangga sosial, memiliki hubungan erat antara tingkat pekerjaan dan tingkat upah pada tingkat pendidikan dipihak lain.

(9)

2.2.1. Jenis-Jenis Pendidikan

Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas. Pendidikan dapat digunakan untuk membantu dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih tinggi melalui usaha mereka sendiri dalam mencapai jenis pendidikan yang sudah dipersiapkan lembaga Pendidikan Nasional. Menurut Saripudin Didin (2010), mencapai pendidikan yang berkualitas serta mengembangkan individu melalui jenis pendidikan, ada 3 jenis pendidikan, yaitu:

1. Pendidikan Formal merupakan proses belajar melalui pendidikan di sekolah. Sekolah di susun secara teratur, memiliki kegitan yang sistematis, berstruktur, berjenjang, mengikuti syarat-syarat yang jelas. Di sekolah terdapat jenjang dari mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan formalmerancang kegiatan studi yang berorientasi akademis, program spesialisasi, dilaksanakan dalam waktu terus, efektif dan efesien.

2. Pendidikan Informal: proses belajar yang berlangsung sepanjang usia melalui pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk yang berbentuk kegiatan secara mandiri. Pendidikan ini tidak terfokus dalam kegiatan pembelajaran disekolah, sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan dan media massa.

3. Pendidikan Nonformal merupakan pendidikan memberi peluang kepada setiap orang untuk memperkaya ilmu dalam mengembangkan talenta atau keterampilan setiap manusia. Pendidikan non formal kegiatan terorganisir dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri yang sengaja seperti mengikuti kursus menjahit, memasak, komputer, bahasa dan lain-lain

2.3.Sekolah Dan Masyarakat

(10)

sekolah dengan masyarakat dikatakan Sutisna dalam Mulyasa (2009), yakni untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan sarana-sarana dari sekolah. Untuk menilai program sekolah, untuk mempersatukan orang tua murid dengan guru dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik, untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan; untuk membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah (Idi 2011;66-68).

Ketiga pihak ( sekolah, masyarakat, orang tua/keluarga) bekerja sama dalam menciptakan program dan peluang yang lebih baik untuk anak didik. Tentang hak dan kewajiban orang tua dalam memajukan pendidikan (nasional) terlihat dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 berikut:

(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anakny;

(2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya

Hak dan kewajiban masyarakat dalam pendidikan :

(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok , keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelanggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan;

(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksaan dan penggunaan hasil pendidikan;

2.4. Nilai Pendidikan dalam Keluarga

(11)

perkembangan anak akan memberikan cara yang strategis dalam penyadaran, penanaman, dan pengetahuam nilai moral sosial dan budaya (Endang Purwaningsih,2010:2) terkhusus dalam proses pendidikan “ pendewasaan “ dari individu yang tidak berdaya kepada calon pribadi yang mengenal pengetahuan dasar, norma sosial, nilai-nilai dan etika pergaulan.Strategi pengembangan melalui sosialisasi keluarga, maka keluarga memiliki nilai pendidikan anak, karena dukungan orang tua terhadap pendidikan anak memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak.

Pendidikan nilai merupakan penanaman dan pengembangan nilai-nilai diri seseorang. Pendidikan nilai sebagai bantuan untuk mengembangkan dan mengartikulasikan kemampuan pertimbangan nilai atau keputusan moral yang dapat melambangkan kerangka tindakan manusia. Pendidikan nilai ini digunakan sebagai proses untuk membantu anak dalam mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis, sehingga siswa dimungkinkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas berpikir serta perasaannya (Endang Purwaningsih, 2010: 46).

(12)

kebersamaan dengan anak dalam merealisasikan nilai moral, sikap demokratis dan terbuka dalam kehidupan keluarga, kemampuan menghayati kehidupan anak dan berorientasi pada tindakan atau perbuatan. Memberi penjelasan atas keinginan dan tuntutan yang diberikan kepada anak dengan mendorong komunikasi lisan, menggunakan kekuasaan sebagai orang tua, mengharapkan anak untuk menyesuaikan dengan harapan orang tua. Keluarga juga mendorong anak untuk bersikap tanggungjawab dan mandiri. Orang tua membimbing anak dalam kedisiplinan dan kepatuhan, serta memberikan peluang kepada anak untuk belajar memecahkan masalah dan mengambil keputusan terhadap kepentingan dirinya.

(13)

keterbatasan ekonomi dalam memfasilitasi pendidikan anak. Untuk itu ibu memiliki peran dalam bekerja sebagai pedagang jual jambu biji di pinggir pasar, supaya kondisi sosial ekonomi meningkat melalui berdagang, serta terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan ibu-ibu yang berdagang jambu menyisihkan penghasilan untuk ditabung guna keperluan pendidikan anak. Ditengah kesibukan ibu bekerja, si ibu tetap memberikan perhatian tidak sepenuhnya, hanya perhatian pada mendampingi anak dalam pendidikan keluarga, seperti mengajarkan pendidikan agama, norma-norma sosial, sopan santun, dan kedisiplinan bagi anak.

2.4.1. Pendidikan Anak Membutuhkan Perlindungan Khusus

(14)

Kemiskinan seringkali dijadikan alasan utama untuk memperlakukan anak secara salah dengan memaksa mereka bekerja di pabrik, di jalanan, bahkan dilacurkan sebagai pekerja seks dan bekerja di perkebunan guna membantu menopang ekonomi keluarga. Aktivitas bekerja ini tidak hanya dilakukan oleh anak laki-laki saja, tetapi juga dilakukan oleh anak perempuan. Di lingkungan kerja anak juga berpeluang besar mendapat pengaruh negatif dari teman kerja mereka yang akan berdampak buruk terhadap perkembangan psikologis dan kehidupan sosial mereka termasuk eksploitasi waktu dan ekonomi. Dengan bekerja anak terbiasa dengan gaya hidup bebas dan tidak terkontrol dari orang tua mereka, serta melakukan aktivitas kehidupan yang keras seperti berkelahi dan pengeroyokan, menggunakan senjata tajam, pemerasan, mengkonsumsi narkoba. Penelitian Tjandraningsih dan Anaritha (2002) yang dikutip oleh Clara, dilakukan pada pekerja anak di perkebunan tembakau Jember, menunjukan bahwa hanya 70% anak yang masih sekolah. Penelitian dikutip dari Unicef ( 2004) di masyarakat pesisir 50-75% tidak layak naik kelas. Beban kerja, kelelahan fisik dan psikis, jam belajar yang berkurang, kurang intensif dalam bersosialisasi pelajaran dengan teman sekolah, merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi penurunan kualitas yang buruk dari proses belajar pekerja anak.

(15)

perlindungan khusus. Pada pasal 28 dan 29 dari KHA menyatakan bahwa anak mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan mereka melalui program pendidikan yang dijalaninya serta aspek pendidikan merupakan bekal yang teramat penting bagi pertumbuhan anak harus terpenuhi yang pemenuhannya wajib untuk difasilitasi oleh semua pihak. 2.4.2. Pendidikan Anak Diperkebunan

(16)

keluarga mengalami kendala ekonomi dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak,

Permasalahan utama penyebab anak putus sekolah di Kec. Mapat Tunggul sebagai daerah yang mewakili daerah perkebunan di Kabupaten Pasaman adalah 63,6% karena rumah tangga kesulitan membiayai pendidikan anak yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan keluarga, 53% karena tidak adanya motivasi untuk sekolah, baik motivasi orang tua maupun anak, 25,8 % alasan putus sekolah adalah karena anak usia sekolah banyak yang bekerja sebagai pekerja keluarga. Hal ini terjadi karena kondisi ekonomi keluarga yang menyebabkan sebagian orang tua dihadapkan pada pilihan antara menyekolahkan anak atau mempekerjakan anak sebagai pekerja keluarga di kebun mereka sendiri. Bahkan masih banyak lagi berbagai faktor yang mendorong anak putus sekolah di ruang lingkup pedesaan seperti anak masyarakat di kawasan pesisir, anak masyarakat petani dan anak masyarakat perkebunan. Ada yang faktor geografis adanya letak sekolah jauh dari rumah sehingga memerlukan waktu dan biaya, faktor lingkungan yang menjadi sosial budaya dapat mempengaruhi hambatan mengecap pendidikan lebih tinggi sehingga anak dialihkan keperkebunan menjadi karyawan di perkebunankaret tersebut menjadi masa depan anak karyawan penyadap karet.

(17)

perkebunan yang menjadi daya tarik bagi anak untuk bekerja, seperti kemudahan untuk bekerja, upah yang ditawarkan dan jenis pekerjaan.

Amidha, dkk (2012) dalam penelitiannya tentang “Profil Pendidikan keluarga miskin (Buruh)” bahwa buruh perkebunan sebagai salah satu karyawan

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa

Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan LKS dengan pendekatan STEM dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.. Grafik Peningkatan Kemampuan

Adapun perangkat yang digunakan pada tahapan pembuatan program adalah Java 2 Micro Edition (J2ME) bahasa pemrograman untuk aplikasi yang akan dijalankan pada handphone,

[r]

Sesuai dengan kendala yang terjadi, maka penulis membuat suatu sistem yang berbasis web dimana banyak mendapat keuntungan bagi ormas dan user yang membutuhkan Untuk membangun web

Dimana aplikasi E-learning ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan mata kuliah metode numerik kepada mahasiswa tanpa interaksi langsung dengan dosen pada perkuliahan di

Sernua perokok mengetahui bahaya merokok dan sebagian besar mengetahuinya dari media massa, sedangkan 77% perokok rnempunyai keinginan untuk berhenti merokok.. Kesimpulan yang

Sehingga, tindak kekerasan dalam rumah tangga ini dapat menimbulkan akibat penderitaan fisik maupun psikis dapat dijadikan dasar atau alasan perceraian sebagaimana diatur