• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Dan Pengujian Turbin Pelton Mini Bertekanan 7 Bar Dengan Diameter Roda Turbin 68 mm Dan Jumlah Sudu 12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Dan Pengujian Turbin Pelton Mini Bertekanan 7 Bar Dengan Diameter Roda Turbin 68 mm Dan Jumlah Sudu 12"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN UMUM TURBIN AIR

Tenaga air mulai digunakan oleh manusia sudah sekitar 2000 tahun yang lalu yaitu

ketika bangsa Yunani dan Romawi sudah mengenal kincir air, yang mana mereka meletakkan

kincir air itu secara horizontal (arah poros kincir horizontal) di aliran sungai yang panjang.

Kincir air ini digunakan tenaganya untuk menggiling jagung dengan menggunakan roda gigi.

Tenaga air yang ditimbulkan oleh adanya energi potensial dan energi kinetik yang dimiliki

oleh arus sungai yang mengalir tersebut yang akan memutar kincir air itu, oleh karena itu

beroperasi penggilingan. Penggilingan menjadi tugas yang utama dilakukan dengan tenaga

air kemudian pada perkembangannya kincir ini kemudian dikembangkan oleh bangsa-bangsa

di Asia dan Eropa Timur pada masa setelah itu yaitu sekitar abad ke 4.

Gambar 2.1. Kincir Air

Karena kincir air sudah terkenal di berbagai tempat di dunia pada waktu itu, maka

manusia mulai memikirkan tentang bagaimana cara meningkatkan kegunaan dari tenaga air

tersebut. Manusia mulai mengubah bentuk kincir air dari keadaan yang sebelumnya, hal ini

(2)

itu. Bentuk kincir pun mulai bervariasi ada yang dipasang secara horisontal dengan arah

putaran roda dari kiri ke kanan. Pada awalnya, kincir air dipasang sedemikian sehingga pusat

dari kincir tersebut berada di atas permukaan air dan arus air akan menggerakkan bagian

bawah dari kincir tersebut sehingga kincir air dapat berputar. Kemudian, mereka akan

mencelupkan kincir di bawah permukaan air yang melebihi dari orientasi yang sebelumnya.

Pada abad ke 18, John Smeaton menguji kedua-duanya orientasi di atas dan menemukan

bahwa kincir yang bekerja mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi.

Pada abad sesudahnya para insinyur telah dapat menyempurnakan kincir air

menemukan dua peningkatan, diantaranya adalah sudu dari kincir air yang dibengkokkan

dapat bekerja lebih baik ,dan yang kedua adalah dapat diketahui posisi yang lebih tepat dari

roda sehingga dihasilkan kincir air yang efisien. Pengembangan ini membantu orang-orang

dalam penggunaan dari kincir air yang sudah mempunyai tenaga yang lebih dari sebelumnya.

Tenaga yang lebih tersebut tidak hanya untuk menggiling hasil panen seperti jagung dan

gandum, tetapi juga dapat digunakan sebagai tenaga untuk menggerakkan konveyor, sehingga

masalah pengangkutan di dalam suatu pengilingan dapat diatasi dengan penggunaan tenaga

kincir air. Pada abad ke 19, turbin air telah ditemukan, dan lambat laun mulai menggeser

penggunaan dari kincir air. Manusia mulai meninggalkan kincir air karena melihat bahwa

turbin air jauh lebih efisien dibanding dengan kincir air. Bagaimanapun, kincir air masih

tersisa di seluruh dunia sampai hari ini.

2.2 KLASIFIKASI TURBIN AIR

2.2.1 Turbin Reaksi

Turbin reaksi adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah seluruh energi air

(3)

mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air selama

melalui sudu. Dilihat dari konstruksinya, turbin reaksi ada dua jenis :

1. Turbin Francis

Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara

sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian

keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air

masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin francis dapat merupakan suatu

sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk

penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat

diatur merupakan pilihan yang tepat.

Gambar 2.2. Turbin Francis

2. Turbin Kaplan.

Turbin ini mempunyai roda jalan yang mirip dengan baling-baling pesawat

terbang. Bila baling-baling pesawat terbang berfungsi untuk menghasilkan gaya

dorong, roda jalan pada kaplan berfungsi untuk mendapatkan gaya F yaitu gaya putar

yang dapat menghasilkan torsi pada poros turbin. Berbeda dengan roda jalan pada

francis, sudu-sudu pada roda jalan kaplan dapat diputar posisinya untuk

menyesuaikan kondisi beban turbin. Turbin kaplan banyak dipakai pada instalasi

pembangkit listrk tenaga air sungai, karena turbin ini mempunyai kelebihan dapat

(4)

beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda turbin lebih kecil dan dapat

dikopel langsung dengan generator. Pada kondisi pada beban tidak penuh turbin

kaplan mempunyai efisiensi paling tinggi, hal ini dikarenakan sudu-sudu turbin

kaplan dapat diatur menyesuaikan dengan beban yang ada.

Gambar 2.3. Turbin Kaplan dengan sudu jalan yang dapat diatur

2.2.2 Turbin Impuls

Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah seluruh energi air

yang tersedia menjadi energi kinetik untuk memutar turbin, sehingga menghasilkan energi

puntir dalam bentuk putaran poros. Atau dengan kata lain, energi potensial air diubah

(5)

1. Turbin Pelton.

Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air

yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nosel. Turbin Pelton adalah

salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang

cocok digunakan untuk head tinggi.

Gambar 2.4. Turbin Pelton

Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk

sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran

air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air

dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan

daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nosel. Dengan

(6)

2.3 PERBANDINGAN KARAKTERISTIK TURBIN

Perbandingan karakteristik turbin dapat dilihat pada grafik head (m) vs flow (m3/s) di

bawah ini.

Gambar 2.5. Perbandingan karakteristik turbin

Pemilihan turbin kebanyakan didasarkan pada head air yang didapatkan dan kurang

lebih pada rata-rata alirannya. Umumnya, turbin impuls digunakan untuk tempat dengan head

tinggi, dan turbin reaksi digunakan untuk tempat dengan head rendah. Pada gambar 2.5

terlihat bahwa turbin pelton adalah turbin yang beroperasi pada head yang menengah hingga

tinggi dengan kapasitas aliran air yang menengah, atau bahkan beroperasi pada kapasitas

(7)

Aplikasi penggunaan turbin berdasarkan tinggi head yang didapatkan adalah sebagai berikut

ini :

1. Turbin Kaplan : 0 < H < 25 meter.

2. Turbin Francis : 25 < H < 50 meter.

3. Turbin Pelton : 30 < H < 300 meter.

4. Turbin Banki : 2 < H < 200 meter.

Untuk arah aliran turbin dapat diuraikan sebagai aliran radial, aksial, dan tangensial

berkenan dengan roda. Apabila aliran tidak ada yang sejajar, maupun tegak lurus poros, tetapi

pada umumnya dalam arah bersiku berkenan dengan poros, aliran tersebut dapat disebut

sebagai aliran diagonal. Pada tabel di bawah adalah ringkasan dari aliran yang umumnya

terjadi pada turbin yang biasa dipergunakan.

Tabel. 2.1. Penggolongan Berdasarkan Arah Aliran

(Sumber : M.M. Dandekar & K.N. Sharma, 1991 : 398)

Jenis turbin Arah aliran

Francis Radial atau gabungan

Pelton Tangensial

Kaplan Aksial

(8)

2.4 TEKANAN KERJA

Tekanan fluida dipancarkan dengan kekuatan yang sama ke semua arah dan

bekerja tegak lurus pada suatu bidang. Dalam bidang datar yang sama kekuatan

tekanan dalam suatu cairan sama. Pengukuran suatu tekanan dilakukan dengan

menggunakan berbagai bentuk meteran.

Persamaan momentum (kontinuitas) untuk pipa yang dialiri fluida, dimana

sifat fluida konstan sebagai berikut:

�2

Gambar 2.6. Perbedaan tekanan pada dua titik pengukuran

Berdasarkan gambar 2.6, perbedaan tekanan antara dua titik pada ketinggian berbeda

dalam suatu cairan dinyatakan oleh pada gambar, diasumsikan perbedaan ketinggian z diubah

menjadi h sehingga didapat persamaan :

�2− �1 = � .� (ℎ1 − ℎ2) ... (2.2)

(9)

2− �1 = Perbedaan tekan (Pa)

� .� = Satuan berat cairan (N/m3)

(ℎ1− ℎ2) = Perbedaan ketinggian (m)

Jika titik 1 berada di permukaan bebas cairan dan h positif ke arah bawah, persamaan

di atas menjadi :

p =

ρ

. g . h

... (2.3)

Dimana :

p = Tekanan (Pa)

ρ = Massa jenis (kg/m3)

g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

h = Ketinggian (m)

Persamaan-persamaan tersebut dapat digunakan selama besarnya p tetap atau berubah

sedikit sekali bersama h sehingga tidak mengakibatkan kesalahan yang cukup berarti dalam

hasil perhitungan.

Head (h) menyatakan tinggi suatu kolom fluida homogen yang akan menghasilkan

suatu kekuatan tekanan tertentu, maka :

=

(10)

2.5 DASAR PEMILIHAN TURBIN

2.5.1 Perencanaan Saluran Udara dan Air

2.5.1.1 Selang Saluran Udara

Selang saluran udara yang digunakan adalah selang komproser yang

berdiameter 6 mm dengan bahan dari karet. Selang ini digunakan untuk mengalirkan

udara dari tabung udara ke tabung air dengan perantaraan regulator.

Gambar 2.7. Selang saluran udara

2.5.1.2Selang Saluran Air

Selang saluran air yang digunakan adalah selang kompresor yang berdiameter

9 mm. Selang ini digunakan untuk mengalirkan air dari tabung udara ke nosel

kemudian tembakan air diteruskan ke sudu turbin.

(11)

2.5.2 Perencanaan Nosel

Nosel adalah alat untuk mengekspansikan fluida sehingga kecepatannya bertambah.

Nosel pada Turbin Pelton mempunyai peranan dalam mengatur kecepatan aliran fluida ketika

menabrak runner. Untuk memudahkan pengaturan kecepatan fluida yang melalui nosel

tersebut biasanya pada nosel dipasang sebuah guide vane (kran) yang berfungsi sebagai katub

atau valve yang mengatur besar kecilnya lubang pada nosel yang akan dilalui fluida.

Gambar 2.9. Nosel

Persamaan untuk menentukan diameter nosel adalah sebagai berikut :

�= 0,54 ��

√� ... (2.5)

Dimana :

d = Diameter nosel (m)

Q = Kapasitas aliran air (m3/detik)

H = Head turbin (m)

2.5.3 Perencanaan Turbin

2.5.3.1 Kecepatan Air Keluar Nosel

� = ��2.�.� ... (2.6)

Dimana :

v = Kecepatan air keluar nosel (m/detik)

Cv = Koefisien kecepatan = 0,97 s.d 0,99

(12)

H = Head Turbin (m)

2.5.3.2 Kecepatan Keliling Roda Turbin

�= ∅�2.�.� ... (2.7)

Dimana :

u = Kecepatan keliling roda turbin (m/detik)

= Speed ratio = 0,43 s.d 0,47

g = Percepatan gravitasi bumi = 9,81 (m/detik2)

H = Head Turbin (m)

2.5.3.3 Putaran Teoritis Turbin

=

60 �

��

... (2.8)

Dimana :

N = Putaran poros turbin (rpm)

D = Diameter roda jalan (m)

u = Kecepatan keliling roda turbin (m/detik)

Gambar 2.10. Rumah turbin pelton

2.5.3.4 Ukuran Sudu

1. Lebar sudu (b)

(13)

2. Tinggi sudu (h)

ℎ = (2,1 �.� 2,7) � ...(2.10)

3. Kedalaman sudu (t)

� = (0,81 �.� 1,05) � ...(2.11)

4. Lebar celah sudu (m)

� = (1,1 �.� 1,25) � ...(2.12)

5. Sudut pancaran air masuk sudu (β1)

�1 = 5o �.� 8o ...(2.13)

6. Sudut pancaran air keluar sudu (β2)

�2 = 160o�.� 170o ...(2.14)

Gambar 2.11. Sudu turbin

2.5.3.5 Gaya Pancar Air Terhadap Sudu

�= � .� (� − �)(1− �����2) ... (2.15)

Dimana :

F = Gaya pancar air terhadap sudu (N)

ρ = Massa jenis air = 1000 (kg/m3)

Q = Kapasitas aliaran air (m3/detik)

v = kecepatan air keluar nosel (m/detik)

u = Kecepatan keliling roda turbin (m/detik)

(14)

Gambar 2.12. Diagram vektor kecepatan pada sisi masuk dan sisi keluar sudu

2.5.3.6 Daya

1. Daya Hidrolis

Pa= ρ . g . Ht . Q ... (2.16)

Dimana :

Pa = Daya hidrolis air (W)

ρ = Massa jenis air = 1000 (kg/m3)

g = Percepatan gravitasi bumi = 9,81 (m/detik2)

�� = Head turbin (m)

Q = Kapasitas air keluar nosel (m3/detik)

2. Daya Kinetik Pancaran Air

�� = 12 � .� .�3 ... (2.17)

Dimana :

Pk = Daya kinetik pancaran air (W)

ρ = Massa jenis air = 1000 (kg/m3)

A = Luas penampang nosel (m2)

= �

(15)

v = Kecepatan aliran air (m2/detik)

3. Daya Poros Turbin

��= � .� ... (2.18)

Dimana :

PT = Daya poros turbin (W)

F = Gaya pancar air terhadap sudu (N)

u = Kecepatan keliling roda turbin (m/detik)

2.5.3.7. Putaran Spesifik

Kecepatan spesifik setiap turbin mempunyai kisaran (range) tertentu

berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa turbin air adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.2. Putaran Spesifik Turbin

(Sumber : M.M. Dandekar & K.N. Sharma, 1991 : 398)

Penggerak Kecepatan khusus (putaran dalam semenit, rpm)

Lambat Sedang Cepat

Pelton 4 – 15 16 – 30 31 – 70

Francis 60 – 150 151 – 250 251 – 400

Kaplan 300 – 450 451 – 700 701 – 1100

Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin, maka perencanaan dan

pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah, bahkan dimensi dasar turbin dapat

diestimasi (diperkirakan).

=

�√�

�5�4

. ... (2.19)

(16)

Ns = putaran spesifik (rpm)

N = putaran turbin (rpm)

P = daya (kW)

H = Head (m)

2.5.3.8 Efisiensi

1. Efiisiensi Sudu Turbin

�� = � . 100 % ... (2.20)

Dimana :

ηR = Effisiensi sudu turbin

PT = Daya poros turbin (W)

Pk = Daya kinetik pancaran air (W)

2. Efisiensi Turbin

�� = � . 100 % ... (2.21)

Dimana :

ηT = Effisiensi sudu turbin

PT = Daya poros turbin (W)

Pa = Daya hidrolis air (W)

2.5.4 Perencanaan Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua

mesin meneruskan daya bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam

(17)

Gambar 2.13. Poros turbin

2.5.4.1 Macam-macam Poros

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya, sebagai

berikut :

1. Poros Transmisi

Poros transmisi mendapatkan beban puntir saja atau puntir dan lentur dan

pengaplikasiannya, tetapi ada juga poros transmisi yang mengalami pembebanan

berupa puntir, lentur, dan aksial. Poros seperti itu biasanya terdapat pada turbin

dimana gaya aksial terjadi karena tumbukan dari fluida kerja yang mengenai sudu.

2. Poros Spindel

Spindel adalah poros yang ukurannya lebih pendek dari poros transmisi.

Fungsinya untuk meneruskan putaran sehingga mendapatkan pembebanan puntir.

Poros ini harus memiliki kekakuan yang tinggi, karena ditempatkan pada daerah yang

kritis. Pengaplikasiannya seperti pada mesin perkakas atau pada poros motor

penggerak. Poros spindel dianggap menerima puntiran saja.

3. Poros Gandar

Pada poros jenis ini pembebanan yang terjadi adalah lentur murni, dimana

(18)

mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan

mengalami beban puntir juga.

Menurut bentuknya, gandar dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros

engkol, poros luwes untuk transmisi daya kecil, dan lain-lain. Karena poros gandar

tidak boleh berputar sehingga dianggap hanya menerima beban lentur saja.

2.5.4.2 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros

Untuk merencanakan sebuah poros hal-hal sebagai berikut perlu diperhatikan :

a. Kekuatan Poros

b. Kekakuan Poros

c. Putaran Kritis

d. Korosi

e. Bahan Poros

Untuk menentukan diameter poros harus ditentukan terlebih dahulu hal-hal

berikut :

1. Daya Rencana Poros

Untuk menghitung diameter poros yang diperlukan, maka harus dihitung

terlebih dahulu daya rencana yaitu dengan persamaan berikut ini :

�� = �� .� ... (2.22)

Dimana :

Pd = Daya rencana (kW)

fc = Faktor koreksi

(19)

Faktor koreksi yang diperlukan untuk menghitung daya rencana yang

diperlukan terdapat pada tabel....

Tabel 2.3. Faktor-faktor koreksi daya (fc)

(Sularso, 1994 : 7)

Daya yang ditransmisikan Faktor koreksi (fc)

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2

Daya normal 1,0 – 1,5

2. Momen Puntir Poros

Setelah melakukan perhitungan besar daya rencana, maka momen puntir dapat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

�= 9,74 . 105 ��

3. Tegangan Geser Ijin Bahan

Untuk menghitung tegangan geser ijin bahan, maka perlu diketahui terlebih

dahulu kekuatan tarik bahan poros. Persamaan untuk menghitung tegangan geser ijin

bahan adalah sebagai berikut :

�� = ��

(20)

Dimana :

�� = Tegangan geser ijin bahan (kg/mm2)

�� = Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)

��1 = Faktor keamanan puntir

��2 = Faktor keamanan akibat pengaruh konsentrasi tegangan

dengan harga antara 1,3 – 3,0

4. Diameter Poros

Dalam perencanaan poros ini diperkirakan akan terjadi beban lentur maka

akan dipertimbangkan pemakaian faktor Km yang harganya antara 1,2 sampai 2,3 dan

harga Kt harus diperhatikan yang harganya antara 1,5 sampai 3,0 serta Momen puntir

dan beban aksial akibat tumbukan dari fluida kerja yang mengenai sudu, sehingga

diameter poros dihitung dengan persamaan :

�� = [ 5,1

�� = Faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban

lentur yang harganya 1,2 – 2,3

�� = Faktor koreksi terhadap momen puntir yang besarnya :

1,0 jika beban dikenakan halus

1,0 – 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan

(21)

2.5.4.3 Pemeriksaan Kekuatan Poros

Hasil diameter poros yang dirancang harus diuji kekuatannya. Pemeriksaan

dapat dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi akibat tegangan

puntir yang dialami poros. Jika tegangan geser lebih besar dari tegangan geser ijin

dari bahan tersebut, maka perancangan akan dikatakan gagal.

1. Tegangan Geser Pada Poros

Bila momen puntir T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros maka

tegangan geser � (kg/mm2) yang terjadi dihitung dengan persamaan berikut :

�� = 16 . 3 ... (2.26)

Dimana :

τp = Tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)

T = Momen puntir yang ditransmisikan (kg.mm)

ds = Diameter poros (mm)

2. Gaya Tangensial Poros

Gaya tangensial poros dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

�� =� . 2�

... (2.27)

Dimana :

Fp = Gaya tangensial poros (kg)

T = Momen puntir (kg.mm)

(22)

��2 = Faktor keamanan akibat pengaruh konsentrasi tegangan

dengan harga antara 1,3 – 3,0

2.5.5 Perencanaan Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau

gerak bolak-balik dapat bekerja dengan aman, halus dan panjang umur. Bantalan harus kokoh

untuk memungkinkan poros atau elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik. Jika

bantalan tidak bekerja dengan baik, maka prestasi kerja seluruh sistem akan menurun atau

tidak dapat bekerja semestinya. Jadi, jika disamakan pada gedung, maka bantalan dalam

permesinan dapat disamakan dengan pondasi pada suatu gedung.

2.5.5.1 Klasifikasi Bantalan

Berdasarkan dasar gerakan bantalan terhadap poros, maka bantalan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Bantalan luncur

Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban yang

besar. Bantalan ini memiliki konstruksi yang sederhana dan dapat dibuat dan

dipasang dengan mudah. Bantalan luncur memerlukan momen awal yang besar

karena gesekannya yang besar pada waktu mulai jalan. Pelumasan pada bantalan ini

tidak begitu sederhana, gesekan yang besar antara poros dengan bantalan

menimbulkan efek panas sehingga memerlukan suatu pendinginan khusus.

(23)

Lapisan pelumas pada bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran

sehingga hampir tidak bersuara. Tingkat ketelitian yang diperlukan tidak setinggi

bantalan gelinding sehingga harganya lebih murah. Adapun macam-macam dari

bantalan luncur adalah sebagai berikut :

a. Bantalan radial

b. Bantalan aksial

c. Bantalan khusus

2. Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar

dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol jarum dan rol

bulat. Bantalan gelinding pada umumnya cocok untuk beban kecil daripada bantalan

luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada bantalan ini

dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut. Bantalan

gelinding hanya dibuat oleh pabrik-pabrik tertentu saja karena konstruksinya yang

sukar dan ketelitiannya yang tinggi. Harganya pun pada umumnya relatif lebih mahal

jika dibandingkan dengan bantalan luncur.

Bantalan gelinding diproduksi menurut standar dalam berbagai ukuran dan

bentuk, hal ini dilakukan agar biaya produksi menjadi lebih efektif serta memudahkan

dalam pemakaian bantalan tersebut. Keunggulan dari bantalan gelinding yaitu,

gesekan yang terjadi pada saat berputar sangat rendah. Pelumasannya pun sangat

sederhana, yaitu cukup dengan gemuk, bahkan pada jenis bantalan gelinding yang

memakai seal sendiri tidak perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat

tinggi, namun karena adanya gerakan elemen gelinding dan sangkar, pada putaran

(24)

Jenis bantalan yang digunakan sesuai dengan diameter poros terdapat pada

tabel 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.15. Macam-macam bantalan peluru

2.5.5.2 Rumus Perhitungan Bantalan

Rumus perhitungan bantalan gelinding antara lain mengenai (Sularso, 2004)

1. Beban Ekuivalen Dinamis

P = X . V. Fr + Fa .Y ... (2.28)

Dimana :

P = Beban ekuivalen dinamis (kg)

Fr = Beban radial (kg)

Fa = Beban aksial (kg)

X,V,Y = Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan beban

ekuivalen dinamis terdapat pada tabel 2 pada lampiran.

(25)

fn = Faktor kecepatan

C = Kapasitas nominal dinamis spesifik (kg)

P = Beban ekuivalen dinamis (kg)

Sekrup merupakan salah satu alat pengikat yang sering digunakan. Untuk mencegah

kecelakaan atau kerusakan pada mesin, pemilihan sekrup sebagai alat pengikat harus

dilakukan dengan kebutuhan rangkaian.

Sekrup mempunyai diameter sampai 8 mm dan untuk pemakaian khusus tidak ada

beban besar. Kepalanya mempunyai alur lurus atau silang untuk dapat dikuatkan dengan

obeng. Adapun macam-macam sekrup, yaitu :

a. Kepala bulat alur silang

(26)

c. Macam panci

d. Kepala rata alur bersilang

e. Kepala benam lonjong

Gambar 2.16. Sekrup dengan bermacam–macam bentuk kepala serta teknik pemutarnya

Sekrup penetap digunakan untuk menetepkan naff pada porosnya, sedang bentuk

ujungnya disesuaikan dengan penggunaannya.

Gambar 2.17. Sekrup penetap

Keterangan :

1. Beralur 5. Ujung rata

2. Lekuk (soket) segienam 6. Ujung kerucut

3. Kepala bujur sangkar 7. Ujung berleher

4. Ujung mangkok 8. Ujung bulat

Penggunaan baut-mur dan sekrup yang sesuai dengan diameter ulirnya terlihat pada

(27)

Untuk menentukan ukuran mur-baut dan sekrup, berbagai faktor harus diperhatikan

seperti sifat gaya yang bekerja, syarat kerja, kekuatan bahan dan kelas ketelitian. Adapun

gaya-gaya yang bekerja pada mur-baut dan sekrup berupa:

a. Beban statis aksial murni

b. Beban aksial bersama dengan beban puntir

c. Beban geser

d. Beban aksial tumbukan

Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menentukan diameter ulir pada

perencanaan mur-baut dan sekrup sebagai berikut :

�� ≥ ���4 0,64 ... (2.32)

Atau

�� ≥ �2 ... (2.33)

Dan, � = 0,8 � ... (2.34)

Sehingga, � = 1,25 �� ... (2.35)

Dimana :

dc = Diameter batang ulir (mm)

d = Diameter luar ulir (mm)

W = Beban tarik aksial pada baut (kg)

�� = Tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)

Harga � tergantung dari macam bahan, yaitu SS, SC atau SF. Jika ditulis tinggi faktor

(28)

liat yang mempunyai kadar karbon 0,2 – 0,3 (%), tegangan yang diijinkan � umumnya

adalah sebesar 6 kg/mm2 jika difinis tinggi dan 4,86 kg/mm2 jika difinis biasa.

2.5.7 Perencanaan Puli dan Sabuk

2.5.7.1 Puli (Pulley)

Puli biasanya digunakan untuk mentransmisikan atau memindahkan tenaga

dari poros yang satu ke poros yang lainnya dengan bantuan belt atau sabuk. Bahan

puli biasanya terbuat dari besi tuang, baja tuang atau baja press, aluminium, kayu dan

kertas. Puli yang terbuat dari baja dicetak atau di-press mempunyai koefisien yang

rendah dan membutuhkan pengerjaan yang rumit.

Gambar 2.18. Variasi diamter ukuran puli

Secara teoritis, persamaan-persamaan dalam perencanaan puli adalah

sebagai berikut :

1. Torsi Puli

�� =� .��2�� ... (2.36)

Dimana :

Tp = Torsi puli (N.mm)

F = Beban puli (N)

(29)

2. Tarikan Efektif Rem

�� = / 2 ... (2.37)

Dimana :

Fe = Tarikan efektif rem (N)

T = Momen torsi poros (N.mm)

Dp = Diameter puli (mm)

3. Koefisien Gesek

�= ln��−ln (��−�)

���� ... (2.38)

Dimana :

µ = Koefisien gesek

θ = Sudut kontak = 90o

4. Koefisien Gaya Terhadap Gaya Gesek

�= � . � . � . � ... (2.39)

Dimana : F = Gaya gesek (N)

µ = Koefisien gesek

PT = Daya poros turbin (W)

Ap = Luas penampang puli (m2)

ls = Lebar sabuk (m)

2.5.7.2 Sabuk (Belt)

Sabuk atau belt biasanya digunakan untuk memindahkan daya dari poros yang

(30)

kecepatan yang sama atau pada kecepatan yang berbeda. Jumlah daya yang

dipindahkan tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

a. Kecepatan sabuk

b. Tegangan di bawah sabuk dimana sabuk diletakkan di atas puli

c. Sudut kotak antara sabuk dan puli yang lebih kecil

Material yang digunakan untuk bahan belt harus kuat, fleksibel dan

mempunyai daya tahan yang lama. Material belt juga harus menggunakan koefisien

yang tinggi terhadap gesekan. Bahan belt yang biasa digunakan adalah :

a. Leather belt

b. Cotton or pabric belt

c. Rubber belt

d. Balata belt

Sabuk yang digunakan pada rancang bangun ini adalah sabuk gilir ( tipe J)

(31)
(32)
(33)

2.5.7.3 Sistem Transmisi Puli dan Sabuk

1. Rasio Kecepatan

Rasio kecepatan adalah rasio antara kecepatan puli penggerak (driver) dan

puli yang digerakkan (driven). Dinyatakan secara matematis :

Panjang sabuk yang melewati driver dalam 1 menit :

L1 = π d1 n1 ... (2.40)

Panjang sabuk yang melewati driven dalam 1 menit :

L2 = π d2 n2 ... (2.41)

Karena panjang sabuk yang melewati driver dalam 1 menit adalah sama

dengan panjang sabuk yang melewati driven dalam 1 menit, sehingga :

π d

1

n

1

= π d

2

n

2 ... (2.42)

Sehingga kecepatan rasio adalah :

�2

�1

=

�1

�2

... (2.43)

Ketika ketebalan sabuk dianggap (t), maka rasio kecepatan menjadi :

(34)

=

�� . �1

3. Koefisien Gesek Antara Puli dan Sabuk

= 0,45

42,6

152,6+� ... (2.47)

Dimana :

μ = Koefisien gesekan antara puli dan sabuk.

V = Kecepatan sabuk (m/menit)

T2 = Momen torsi puli yang digerakkan (kg.mm)

Pd = Daya rencana (kW)

n1 = Putaran poros penggerak (rpm)

(35)

5. Panjang Sabuk

�=�

2(�1+ �2) + 2�+

(�1−�2)2

4� ... (2.50)

Gambar 2.21. Transmisi puli dan sabuk

2.5.8 Perencanaan Generator

2.5.8.1 Pengertian Generator

Dinamo (Generator) atau pembangkit listrik yang sederhana dapat ditemukan

pada sepeda. Pada sepeda, biasanya dinamo digunakan untuk menyalakan lampu.

Caranya ialah bagian atas dinamo (bagian yang dapat berputar) dihubungkan ke roda

sepeda. Pada proses itulah terjadi perubahan energi gerak menjadi energi listrik.

Generator (dinamo) merupakan alat yang prinsip kerjanya berdasarkan induksi

elektromagnetik. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday.

Berkebalikan dengan motor listrik, generator adalah mesin yang mengubah

energi kinetik menjadi energi listrik. Energi kinetik pada generator dapat juga

diperoleh dari angin atau air terjun. Berdasarkan arus yang dihasilkan. Generator

dapat dibedakan menjadi dua rnacam, yaitu generator AC dan generator DC.

Generator AC menghasilkan arus bolak-balik (AC) dan generator DC menghasilkan

arus searah (DC). Baik arus bolak-balik maupun searah dapat digunakan untuk

(36)

2.5.8.2 Cara Kerja Dinamo

Prinsip kerja dinamo sama dengan generator yaitu memutar kumparan di

dalam medan magnet atau memutar magnet di dalam kumparan. Bagian dinamo yang

berputar disebut rotor. Bagian dinamo yang tidak bergerak disebut stator. antara

dinamo DC dengan dinamo AC terletak pada cincin yang digunakan. Pada dinamo

arus searah menggunakan satu cincin yang dibelah menjadi dua yang disebut cincin

belah (komutator). Cincin ini memungkinkan arus listrik yang dihasilkan pada

rangkaian luar Dinamo berupa arus searah walaupun di dalam dinamo sendiri

menghasilkan arus bolak-balik. Adapun, pada dinamo arus bolak-balik menggunakan

cincin ganda (dua cincin). Alat pembangkit listrik arus bolak balik yang paling

sederhana adalah dinamo sepeda. Tenaga yang digunakan untuk memutar rotor adalah

roda sepeda. Jika roda berputar, kumparan atau magnet ikut berputar. Akibatnya,

timbul GGL induksi pada ujung-ujung kumparan dan arus listrik mengalir. Makin

cepat gerakan roda sepeda, makin cepat magnet atau kumparan berputar. Makin besar

pula GGL induksi dan arus listrik yang dihasilkan. Jika dihubungkan dengan lampu,

nyala lampu makin terang. GGL induksi pada dinamo dapat diperbesar dengan cara

putaran roda dipercepat, menggunakan magnet yang kuat (besar), jumlah lilitan

diperbanyak, dan menggunakan inti besi lunak di dalam kumparan.

2.5.8.3 Macam-macam Generator

Adapun macam-macam dari generator adalah sebagai berikut :

1. Generator DC

(37)

Prinsip kerja generator (dinamo) DC sama dengan generator AC. Namun, pada

generator DC arah arus induksinya tidak berubah. Hal ini disebabkan cincin yang

digunakan pada generator DC berupa cincin belah (komutator).

2. Generator AC

Gambar 2.23. Generator AC

Bagian utama generator AC terdiri atas magnet permanen (tetap), kumparan

(solenoida). cincin geser, dan sikat. Pada generator. perubahan garis gaya magnet

diperoleh dengan cara memutar kumparan di dalam medan magnet permanen. Karena

dihubungkan dengan cincin geser, perputaran kumparan menimbulkan GGL induksi

AC. OIeh karena itu, arus induksi yang ditimbulkan berupa arus AC. Adanya arus AC

ini ditunjukkan oleh menyalanya lampu pijar yang disusun seri dengan kedua sikat.

Sebagaimana percobaan Faraday, GGL induksi yang ditimbulkan oleh generator AC

dapat diperbesar dengan cara :

a. Memperbanyak lilitan kumparan,

b. Menggunakan magnet permanen yang lebih kuat.

c. Mempercepat perputaran kumparan, dan menyisipkan inti besi lunak

ke dalam kumparan.

Contoh generator AC yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari

adalah dinamo sepeda. Bagian utama dinamo sepeda adalah sebuah magnet tetap dan

kumparan yang disisipi besi lunak. Jika magnet tetap diputar,perputaran tersebut

(38)

dipasang pada kabel yang menghubungkan kedua ujung kumparan. lampu tersebut

akan dilalui arus induksi AC. Akibatnya, lampu tersebut menyala. Nyala lampu akan

makin terang jika perputaran magnet tetap makin cepat (laju sepeda makin kencang).

2.5.8.4 Pemilihan Generator Pada Turbin

Dinamo sepeda merupakan generator kecil yang dapat menghasilkan arus

listrik yang kecil pula. Pada dinamo sepeda prinsip kerjanya yaitu energi gerak dari

poros turbin diubah menjadi energi potensial listrik melalui transmisi puli dan sabuk.

Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan dinamo sepeda ini ditentukan oleh cepatnya

roda turbin yang berputar melalui perantaraan poros. Semakin cepat putaran poros

turbin semakin cepat putaran dinamo dan arus listrik yang dihasilkan semakin besar

pula, biasanya dinamo dapat menghasilakan tegangan 6 sampai 12 Volt. Dinamo

sepeda intinya adalah sebuah magnet yang dapat berputar dan sebuah kumparan tetap.

Gambar 2.24. Dinamo sepeda

Hubungan antara kecepatan, flux medan dan tegangan dinamo ditunjukkan

dalam persamaan sebagai berikut :

E = K . Φ . N... (2.51) Dan

(39)

Persamaan K dimasukkan ke persamaan E menjadi :

=

� . �

.

... (2.53)

Sehingga momen torsi dinamo adalah :

=

� . ��

� ... (2.54)

Dimana :

E = Gaya elektromagnetik yang dikembangkan pada terminal

dinamo/tegangan dinamo (Volt)

Φ = Flux medan yang berbanding lurus dengan arus medan

n = Kecepatan poros dinamo (rpm)

T = Torsi elektromagnetik (N.m)

Ia = Arus dinamo (Ampere)

Gambar

Gambar 2.2. Turbin Francis
Gambar 2.3. Turbin Kaplan dengan sudu jalan yang dapat diatur
Gambar 2.4. Turbin Pelton
Gambar 2.5. Perbandingan karakteristik turbin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena aktiva jangka pendek umumnya digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar), kebanyakan ukuran likuiditas membandingkan antara aktiva

Berdasarkan hasil penelitian, promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian dengan nilai korelasi sebesar 0,71 yang berarti promosi memberikan pengaruh kuat

Rostya Adi (2012), Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi pada Waroeng Spesial Sambal cabang Lampersari Semarang),

Masalah ergonomi yang sering timbul pada proses produksi unit keseimbangan T2C berkaitan dengan posisi dan postur tubuh operator seperti membungkuk, jongkok, serta

LUM AJANG CHOLIFAH RA M USLIM AT NU 03 M IFTAHUL ULUM Hadir Tidak layak hadir t idak ada berkas..

Penjadwalan induk produksi pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan empat fungsi utama, yaitu menyediakan atau memberi masukan utama pada sistem perencanaan kebutuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pemahamn konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa antara yang dibelajarkan dengan model PjBL