ABSTRAK
STUDI BEDA CAPITAL ADEQUACY RATIO BANK SWASTA NASIONAL DAN BANK ASINGDI BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI KASUS PERIODE 2007 – 2010)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing periode 2007 – 2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Tahunan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Setelah melewati tahap purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan sebanyak 10 Bank Umum Swasta Nasional dan 8 Bank Asing. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriminan. Variabel yang digunakan adalah Modal dan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko). Penelitian ini juga menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing.
Hasil analisis statistik deskriptif dan analisis diskriminan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Rasio Kecukupan Modal (CAR) Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing.
ABSTRACT
THE COMPARATIVE STUDY OF CAPITAL ADEQUACY RATIO EXCHANGE COMMERCIAL BANKS AND FOREIGN BANKS IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE AT THE PERIOD OF 2007 – 2010
The objective of this research to analyze the comparative financial ratio of Exchange Commercial Banks and Foreign Banks at the period of 2007 to 2010 which are listed in Indonesia Stock Exchange.
This research used time series data from Indonesia Stock Exchange yearly Exchange Commercial Banks and Foreign Banks published financial reports. After passed the purposive sampling phase, the number of valid sample is 10 Exchange Commercial Banks and 8 Foreign Banks. This research used discriminant analysis to analyze the data. The variables used in this research are Capital and Risk Weight Assets (RWA). This research also used statistic descriptive analyze to analyze the comparative financial ratio of Capital Adequacy Ratio (CAR) between Exchange Commercial Banks and Foreign Banks.
Statistic Descriptive and Discriminant analysis result shows that CAR has not significant differences between Exchange Commercial Banks and Foreign Banks.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Beda Capital
Adequacy Ratio Bank Swasta Nasional dan Bank Asing di Bursa Efek Indonesia
Studi Kasus Periode 2007-2010”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan
studi pada Program Studi Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku Ketua Departemen S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dra Marhayanie, Msi selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Dr. Endang Sulistyarini SE, Msi selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
5. Ibu Dra Nisrul Irawati, MBA selaku dosen pembimbing yang selalu
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, serta saran dalam
6. Ibu Dr. Khaira A. Fachruddin SE, MBA, AK selaku dosen pembaca penilai
yang telah membimbing penulis dengan sabar, penuh ide-ide baru dan terus
memberi semangat yang dituangkannya menjadi saran untuk penulis dalam
proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini
7. Kedua orangtuaku, Mama Papa yang selalu ada disampingku memberikan
bantuan, doa, dukungan dan kasih sayang
8. Kakakku Fitri Yanti serta kedua adikku, Ade Rahmat Aprilian dan Maulana
Rizki Anggara yang selalu memberikan masukan, semangat dan gurauan
yang dapat membuat penulis merasa tenang
9. Ibu Saripah yang telah memberi masukan dalam penulisan skripsi ini
10. Serta seluruh teman-temanku, Indila Rezekika Putri, Rizki Arfani, Yuli,
Kharisma Tenang, Rahmadaeni Giawa, Puja Areyouda, Rafiqi, Reza Yusran,
Frans Prayuda, Ema Tri Marlini, Ami Hidayat, Imam Darmawan, Indriana
Tobing, Yulin Samosir dan teman-teman yang lain yang membantu penulis
dalam banyak hal.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan rendah hati dan lapang dada penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Medan, 2 Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Kecukupan Modal (CAR) ... 10
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.3 Batasan Operasional ... 31
3.4 Defenisi Operasional ... 32
3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi ... 34
3.5.2 Sampel ... 35
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 37
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 43
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif ... 64
4.2.2 Analisis Diskriminan ... 65
4.3 Pembahasan ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Daftar Nama Bank Swasta Nasional yang Dilikuidasi ... 3
1.2 Jumlah Kantor Perbankan ... 4
1.3 Pertumbuhan Aset Perbankan ... 6
2.1 Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan ... 16
3.1 Daftar Populasi ... 34
3.2 Pengelompokan Bank Berdasarkan Modal ... 36
4.1 Statistik Deskriptif ... 65
4.2 Normalitas Data ... 66
4.3 Normalitas Data Setelah di LN ... 67
4.4 Uji Kesamaan Varian ... 68
4.5 Uji Kesamaan Rata-Rata ... 68
4.6 Wilk’s Lambda ... 69
4.7 Structure Matrix ... 70
4.8 Eigenvalues ... 71
4.9 Canonical Discriminant Function Coefficients ... 71
4.10 Fisher’s Linear Discriminant Function ... 72
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Casewise Statistic ... 82
2 Data CAR Bank ... 89
3 Data Modal Bank ... 90
ABSTRAK
STUDI BEDA CAPITAL ADEQUACY RATIO BANK SWASTA NASIONAL DAN BANK ASINGDI BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI KASUS PERIODE 2007 – 2010)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing periode 2007 – 2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Tahunan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Setelah melewati tahap purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan sebanyak 10 Bank Umum Swasta Nasional dan 8 Bank Asing. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriminan. Variabel yang digunakan adalah Modal dan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko). Penelitian ini juga menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing.
Hasil analisis statistik deskriptif dan analisis diskriminan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Rasio Kecukupan Modal (CAR) Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing.
ABSTRACT
THE COMPARATIVE STUDY OF CAPITAL ADEQUACY RATIO EXCHANGE COMMERCIAL BANKS AND FOREIGN BANKS IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE AT THE PERIOD OF 2007 – 2010
The objective of this research to analyze the comparative financial ratio of Exchange Commercial Banks and Foreign Banks at the period of 2007 to 2010 which are listed in Indonesia Stock Exchange.
This research used time series data from Indonesia Stock Exchange yearly Exchange Commercial Banks and Foreign Banks published financial reports. After passed the purposive sampling phase, the number of valid sample is 10 Exchange Commercial Banks and 8 Foreign Banks. This research used discriminant analysis to analyze the data. The variables used in this research are Capital and Risk Weight Assets (RWA). This research also used statistic descriptive analyze to analyze the comparative financial ratio of Capital Adequacy Ratio (CAR) between Exchange Commercial Banks and Foreign Banks.
Statistic Descriptive and Discriminant analysis result shows that CAR has not significant differences between Exchange Commercial Banks and Foreign Banks.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank adalah sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak (Dendawijaya, 2005 : 5). Sehubungan dengan fungsi menghimpun
dan menyalurkan dana, bank sering pula disebut sebagai lembaga kepercayaan.
Terpeliharanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank selain tergantung
pada keahlian pengelolaannya, juga tergantung pada integritas mereka.
Industri perbankan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam
perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional (Sinungan, 1992 : 1). Banyak sektor yang ditopang
pertumbuhannya oleh industri perbankan, misalnya saja sektor pertanian,
peternakan, pembangunan (konstruksi), perdagangan, real estate dan property,
dan masih banyak lagi sektor-sektor perekonomian lainnya. Sektor-sektor tersebut
sangat tergantung pada perbankan, oleh karena itu apabila sektor perbankan
mengalami masalah, maka secara otomatis sektor-sektor industri tersebut akan
terkena imbasnya juga sehingga perekonomian suatu negara pun akan terganggu.
Sejarah telah mencatatkan bahwa dunia perbankan pernah
memporak-porandakan hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia pada pertengahan
nilai rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika Serikat (US $).
Trigger-nya diawali oleh jatuhnya nilai baht di Thailand sebagai akibat dari
kegiatan di pasar valuta asing yang dilakukan Soros, warga negara Amerika
Serikat keturunan Yahudi, dan kemudian merambat ke Malaysia, Filipina dan
Indonesia.
Selanjutnya, masyarakat dikejutkan oleh berbagai kejadian yang menimpa
perbankan nasional sejak November 1997 hingga April 1998. Kejadian-kejadian
tersebut berakibat banyak bank yang mengalami kerugian, terutama bank yang
mempunyai pinjaman dalam mata uang asing dan tidak melakukan lindung nilai
(hedging) atas pinjamannya. Akibat dari pergolakan nilai tukar (kurs) dan
ditambah dengan semakin memburuknya arus kas perbankan menyebabkan
banyak bank mengalami kesulitan likuiditas, sehingga membuat bank kehilangan
kepercayaan masyarakat dan mengakibatkan nasabah beramai-ramai melakukan
penarikan dananya secara besar-besaran (rush), akibatnya banyak bank yang harus
ditutup sehingga berdampak pada lumpuhnya perekonomian secara total. Oleh
karena itu pemerintah dan Bank Indonesia melakukan inisiatif untuk
menyelamatkan perbankan pada saat itu, namun biaya dari penyelamatan itu juga
tidak sedikit karena jumlah bank yang harus diselamatkan juga sangat banyak.
Selain itu, pada tanggal 13 Maret 1999 pemerintah mengumumkan
berbagai tindakan terhadap bank swasta nasional dalam rangka memperbaiki
kondisi industri perbankan nasional yang sedang mengalami krisis. Tindakan
tersebut berupa pembekuan operasi, pengambilalihan manajemen, penentuan bank
menjadi alasan pemerintah dalam tindakan-tindakan di atas yaitu dengan
mempertimbangkan nilai kecukupan modal (CAR) yang jauh dari standar yang
ditentukan. Berikut ini daftar nama bank swasta nasional yang dilikuidasi oleh
pemerintah yang disajikan dalam Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Daftar Nama Bank Swasta Nasional yang Dilikuidasi (Maret 1999)
No. Nama Bank
Kondisi Keuangan (dalam miliar rupiah)
CAR
Bank Dewa Rutji
Bank Pesona Kriya Dana Bank Dagang dan Industri Bank Papan Sejahtera Bank Dharmala Bank Indotrade Bank Orient Bank Danahutama Bank Ficorinvest Bank Lautan Berlian Bank Uppindo
Bank Yakin Makmur (Yama) Bank Bapeda Indonesia Bank Central Dagang (BCD) Bank Indonesia Raya (Bira) Bank Budi Internasional Bank Mashill Utama Bank Dana Asia
Bank Bumi Raya Utama Bank Namura Internusa Bank Umum Servitia Bank Putra Surya Perkasa
Krisis keuangan membuat terjadinya krisis kepercayaan masyarakat
terhadap dunia perbankan, oleh karena itu pembenahan disektor perbankan dan
mengembalikan kepercayaan masyarakat baik nasional maupun internasional
dipandang sebagai suatu hal yang mendesak, karena sekali kepercayaan
masyarakat hilang maka dunia perbankan Indonesia akan mengalami krisis yang
berkepanjangan.
Akhir-akhir ini dengan didorong oleh kemajuan perekonomian maka
sektor perbankan perlahan-lahan bangkit kembali. Industri perbankan yang
berkembang pesat membuat persaingan antar bank semakin tajam. Hal ini ditandai
dengan semakin banyaknya jumlah kantor bank yang beroperasi baik itu dari bank
pemerintah, bank swasta nasional maupun bank asing yang ikut meramaikan
dunia perbankan di Indonesia.
Berikut ini perkembangan jumlah kantor dari bank swasta nasional dan
bank swasta asing yang tersebar di seluruh Indonesia periode 2007-2010 yang
disajikan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Kantor Perbankan Bank Swasta Nasional
Tahun 2007 2008 2009 2010
Dari Tabel 1.1 terlihat kenaikan jumlah kantor tiap tahunnya dari bank
swasta nasional dan bank asing di Indonesia. Pada bank swasta nasional, di tahun
2007 hingga tahun 2008, jumlah kantor bertambah sebanyak 599 unit. Di tahun
2009, bertambah lagi sebanyak 1.086 unit dan di tahun 2010 jumlah kantor
menjadi 7.739 unit, dimana terjadi penambahan sebanyak 582 unit.
Begitu juga dengan bank asing, pada tahun 2007 hingga tahun 2008,
jumlah kantor bertambah sebanyak 43 unit. Di tahun 2009, bertambah lagi
sebanyak 45 unit dan di tahun 2010 jumlah kantor menjadi 233 unit, dimana
terjadi penambahan sebanyak 3 unit.
Namun, jika dibandingkan antara bank swasta dan bank asing, jumlah
bank swasta jauh mengungguli jumlah bank asing. Di tahun 2010, jumlah bank
swasta sudah mencapai 7.739 unit, sedangkan bank asing hanya berjumlah 233
unit. Peningkatan jumlah kantor bank yang tidak seimbang antara bank swasta
nasional dan bank asing, semakin memperketat persaingan bisnis dalam dunia
perbankan. Dan untuk itu, baik bank swasta nasional dan bank asing saling
berpacu untuk memberikan yang terbaik, misalnya saja bank asing yang
keamanannya lebih tinggi dan menawarkan fitur-fitur baru yang mempermudah
nasabah untuk bertransaksi, sebaliknya bank swasta diharapkan menawarkan
bunga yang kompetitif, tinggi untuk funding (menghimpun dana) dan rendah
untuk lending (menyalurkan dana/kredit).
Secara umum kinerja perbankan di Indonesia menunjukkan perkembangan
yang cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan aset, seperti pada Tabel
Tabel 1.3 Pertumbuhan Aset (dalam miliar rupiah)
Kelompok Bank Tahun
2007 2008 2009 2010
Bank Swasta Nasional 807.742 925.937 1.014.311 1.281.855
Pertumbuhan Aset - 1,15% 1,11% 1,26%
Bank Asing 176.278 233.674 204.502 222.347
Pertumbuhan Aset - 1,33% 0,87% 1,09%
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2011)
Kinerja yang berbeda antara bank umum swasta nasional dan bank asing
akan menciptakan pertumbuhan aset yang berbeda pula. Di tahun 2008, aset bank
swasta tumbuh sebesar 1,15% lebih rendah dari bank asing sebesar 1,33%. Namun
di tahun 2009 aset bank swasta nasional lebih tinggi pertumbuhannya sebesar
1,11% dibandingkan aset bank asing yang mengalami penurunan sebesar 0,87%.
Dan angka pertumbuhan aset tertinggi pada bank umum swasta nasional yaitu di
tahun 2010 sebesar 1,26% lebih tinggi daripada bank asing sebesar 1,09%.
Jika dikaitkan dengan teori, suatu bank yang memiliki aset lebih besar,
tentu mempunyai profit yang besar juga, berarti kinerja dari bank itu bisa
dikatakan bagus. Jadi dari Tabel 1.2 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja
bank swasta lebih bagus dibanding bank asing.
Marketing Research Indonesia (MRI) meninjau apa yang terjadi di
masyarakat yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan. Hasil survei menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, diantaranya terutama yang
berhubungan dengan persepsi mereka terhadap keamanan bank, pengenalan
Ditinjau dari kepercayaan masyarakat, belum hilang diingatan kita tentang
kasus pada Bank Century pada tahun 2008 yang tergolong bank umum swasta
nasional yang bangkrut dan tidak mampu mengembalikan dana nasabah.
Disamping itu, kepercayaan masyarakat juga dapat dilihat dari jumlah nasabah
bank. Dari 5 besar, Bank Central Asia sebagai Bank Asing termasuk ke dalam
bank yang memiliki jumlah nasabah terbesar, yaitu sebesar 9.700.000 orang.
Sedangkan untuk bank umum swasta nasional, Bank Danamon hanya
memiliki jumlah nasabah sebanyak 4.700.000 orang (InfoBank No. 392 Edisi
November 2011). Dari hal tersebut diketahui bahwa masyarakat masih
menempatkan kepercayaan yang besar pada bank asing.
Maka dari tinjauan yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa
persepsi masyarakat cenderung menilai bahwa bank asinglah yang lebih baik
kinerjanya dibandingkan bank swasta, maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian apakah persepsi masyarakat tersebut benar adanya jika
dilihat dari rasio kecukupan modal bank (CAR), selain itu kita juga dapat
mengetahui kinerja bank mana yang lebih baik dalam mengelola dana nasabah
yang dipercayakan kepada mereka.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Studi Beda CAR (Capital Adequacy Ratio)antara Bank Swasta Nasional dengan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah ada perbedaan nilai CAR (Capital
Adequacy Ratio) antara bank swasta nasional dan bank asing, jika ditinjau dari
faktor modal dan aktiva tertimbang menurut resiko?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan
CAR (Capital Adequacy Ratio) pada bank dengan kepemilikan swasta dan bank
dengan kepemilikan asing jika ditinjau dari faktor modal dan ATMR.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di dunia
perbankan khususnya perbedaan kecukupan modal antara bank swasta nasional
dan bank asing serta menilai mana yang lebih baik.
b. Bagi Perusahaan Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan peningkatan kualitas kinerja
c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian
lanjutan dan memberikan sumbangan yang positif untuk memperluas wawasan
mengenai rasio keuangan khususnya pada aspek permodalan, yaitu rasio
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rasio Kecukupan Modal (CAR) 2.1.1 Definisi CAR
Secara umum, pengertian CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio
kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan
dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang
berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan
operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
Sedangkan, menurut Dendawijaya (2005:121) CAR adalah ” Rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko
(kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut dibiayai dari
dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber –
sumber di luar bank , seperti dana dari masyarakat , pinjaman , dan lain – lain.
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh
aktiva yang berisiko.
Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dihitung dengan menggunakan
formula sebagai berikut :
CAR = Modal
Penyediaan modal minimum yang ditetapkan oleh pemerintah dalam
penilaian kesehatan bank ini berubah-ubah sesuai dengan tingkat keperluan yang
dianggap paling tepat. Misalnya, tingkat CAR yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk tahun 1999 minimal 8% dan untuk tahun 2001 minimal 12%. Pada
prinsipnya, tingkat CAR ini disesuaikan dengan ketentuan CAR yang berlaku
secara internasional yaitu sesuai dengan standard yang dikeluarkan oleh Bank for
International Settlement (BIS). Peningkatan CAR ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja dan untuk memastikan prinsip kehati-hatian perbankan
senantiasa terjamin.
2.1.2 Unsur Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Rivai (2007:709), modal adalah faktor penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Agar mampu
berkembang dan bersaing secara sehat, maka permodalannya perlu disesuaikan
dengan ukuran internasional yang dikenal dengan standar BIS (Bank for
International Settlement). Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap
(Susilo, 2000:28) dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Modal Inti, berupa:
a. Modal Disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
b. Agio Saham, yaitu selisih lebih setoran yang diterima oleh bank akibat
c. Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari
sumbangansumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat
dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.
d. Cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau
dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat
anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran masing-masing
bank.
e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota.
f. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
g. Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah
diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya.
h. Laba tahun berjalan, yaitu 50 persen dari laba tahun buku berjalan
dikurangi pajak. Apabila tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka
seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
2. Modal Pelengkap, berupa:
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari
selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan
Direktorat Jenderal Pajak.
b. Penyisihan penghasilan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk
untuk menampung kerugian yang mungkin timbul akibat tidak diterimanya
kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap
adalah maksimum 25 persen dari ATMR.
c. Modal Kuasi, yaitu modal yang didukung oleh instrument atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal.
d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang harus memenuhi berbagai
syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman
mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun
dan pelunasan sebelum jatuh tempo, harus ada Bank Indonesia.
Menurut Sinungan (1992:169) Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)
adalah aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat
administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat
kontingen dann atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga.
Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot resiko yang
besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri
atau bobot resiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin, atau sifat
barang jaminan.
Adapun menurut Sinungan (1992:178) langkah-langkah dalam
perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut:
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari
2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko
masing-masing pos rekening tersebut.
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + aktiva administratif.
4. Rasio modal bank dapat dihitung dengan cara membandingkan antara
modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR.
2.1.3 Hal yang Dapat Mempengaruhi CAR
Menurut Rivai (2007:713) Capital Adequacy Ratio (CAR) sangat
bergantung pada :
1. Jenis aktiva serta besarnya resiko yang melekat padanya
Meliputi aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat
administratif (tidak tercantum dalam neraca). Terhadap masing-masing
pos dalam aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada
kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu.
2. Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya
Guna memperhitungkan kualitas dari masing-masing aktiva agar diketahui
seberapa besar kemungkinan diterima kembali dana yang ditanamkan pada
aktiva tersebut.
3. Total aktiva suatu bank, semakin besar aktiva semakin bertambah pula
resikonya. Jadi bank yang memiliki aktiva yang besar tidak menjamin
masa depan dari bank tersebut, karena aktiva-aktiva telah memiliki bobot
2.2 Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang Perbankan , yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan tarif hidup rakyat banyak”. Dari pengertian diatas dapat
dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan
dalam bidang keuangan.
Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan
funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari
masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar
masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan.
Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak
perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada
si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah,
pelayanan atau balas jasa lainnya.
Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka
oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke
(lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima
kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi.
2.2.1 Jenis-jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Menurut Kasmir
(2008:34) perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari berbagai aspek :
1. Menurut Kegiatannya
Jenis-jenis bank menurut kegiatannya dapat dibedakan berdasarkan
periode penerapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Sebelum Undang-Undang tersebut berlaku maka jenis bank berdasarkan
kegiatannya dikategorikan kepada tiga jenis. Namun setelah Undang-Undang
tersebut berlaku maka bank yang ada dikategorikan kepada dua jenis saja.
Tabel 2.1
Jenis Bank Berdasarkan Kegiatannya Sebelum Berlaku UU No7
Tahun 1992
Sesudah Berlaku UU No 7 Tahun 1992
Bank Tabungan
Bank Pembangunan
Bank Ekspor-Impor
Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat
Sumber : (Lubis, 2010 : 30)
a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Menurut Target Pasar
Berdasarkan target pasar, bank-bank yang ada dibagi menjadi :
a. Corporate Bank
Corporate bank adalah bank yang memberikan pelayanan dan transaksi
kepada nasabah yang berskala besar, biasanya berbentuk koperasi. Corporate
bank dengan sendirinya harus memiliki dana modal yang besar sehingga dapat
memberikan jasa pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah atau
perusahaan-perusahaan besar.
b. Retail Bank
Retail bank adalah bank yang memfokuskan pelayanan dan transaksi
kepada nasabah-nasabah kecil.
c. Retail Corporate Bank
Retail corporate bank adalah bank yang memberi pelayanan kepada
kelompok retail dan juga perusahaan-perusahaan besar
3. Menurut Kepemilikannya
Kepemilikan bank dapat dilihat dari penguasaan saham dan juga akta
pendirian bank tersebut. Dalam hal ini bank-bank yang ada dibedakan kepada :
a. Bank Milik Pemerintah adalah jenis bank dimana akta pendirian dan
yang diperoleh dari operasinya akan menjadi milik pemerintah, seperti
BNI46, BRI, BTN.
b. Bank Milik Pemerintah Daerah adalah bank dimana pemiliknya adalah
pemerintah daerah tertentu misalnya BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat,
BPD Sumatera Utara, dan lain-lain.
c. Bank Milik Koperasi adalah jenis bank dimana saham-sahamnya dimiliki
perusahaan yang berbadan hukum koperasi, misalnya Bukopin.
d. Bank Milik Swasta Nasional adalah jenis bank dimana seluruh atau
sebagian bank tersebut dimiliki swasta nasional karena akte pendiriannya
dilakukan oleh pihak swasta. Misalnya Bank Muamalat, Bank Niaga, bank
Universal, dan lain-lain.
e. Bank Milik Asing adalah bank milik swasta asing atau milik pemerintah
asing yang beroperasi di Indonesia. Bank ini biasanya merupakan cabang
dari bank induknya yang ada di luar negeri, misalnya American Express
Bank, Hongkong Bank, City Bank, dan lain-lain.
f. Bank Milik Campuran adalah jenis bank dimana sahamnya mayoritas
dimiliki oleh pihak swasta nasional dan sisanya dimiliki oleh pihak asing.
4. Menurut Status atau Kedudukan
Pembagian ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani
masyarakat dari segi jumlah produk, modal dan kualitas pelayanan. Menurut
status atau kedudukannya, bank diklarifikasikan kepada :
a. Bank Devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
b. Bank Non-Devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa. Bank ini melakukan aktivitas
yang lebih terbatas baik ditinjau dari jasa dan produk yang ditawarkan
maupun luas geografi yang mungkin dilayani.
5. Menurut Prinsip Operasinya
Jika ekstensi perbankan ditinjau dari sudut prinsip operasi yang
diaplikasikannya, maka institusi perbankan yang ada sekarang dapat
diklasifikasikan kepada dua kelompok yaitu :
a. Bank berdasarkan prinsip konvensional
Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank yang beroperasi
dengan menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan
keuntungan yang diharapkan.
b. Bank Berdasarkan prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah merupakan suatu lembaga intermediasi
yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh
aktivitasnya dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip Islam
sehingga bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari kegiatan spekulatif non
produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan
(gharar), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil) dan hanya membiayai
usaha-usaha yang halal. Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya
merupakan perluasan jasa perbankan bagi mayarakat yang membutuhkan
dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem
2.2.2 Kegiatan Bank
Menurut Kasmir (2008:42) dalam melaksanakan kegiatannya, bank
dibedakan antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat.
Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan Bank Umum
a. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk :
i. Simpanan Giro (Demand Deposit)
ii. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
iii. Simpanan Deposito (Time Deposit)
b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk :
i. Kredit Investasi
ii. Kredit Modal Kerja
iii. Kredit Perdagangan
c. Memberikan jasa-jasa lainnya (Services) seperti :
i. Transfer (Kiriman Uang)
ii. Inkaso (Collection)
iii. Kliring (Clearing)
iv. Safe Deposit Box
v. Bank Card
vi. Bank Notes (Valas)
vii. Bank Garansi
ix. Bank Draft
x. Letter of Credit (L/C)
xi. Cek Wisata (Travellers Cheque)
xii. Jual beli surat-surat berharga
xiii. Menerima setoran-setoran, seperti : pembayaran pajak,
telepon, dan lain sebagainya
xiv. Melayani pembayaran-pembayaran, seperti : gaji/pensiun,
pembayaran deviden, pembayaran kupon, dan lain
sebagainya
xv. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau
menjadi : penjamin emisi (Underwriter), Penjamin
(Guarantor), Wali amanat (Trustee), Pedagang efek
(Dealer), dan lain sebagainya
xvi. Dan jasa-jasa lainnya.
2. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat a. Menghimpun dana dalam bentuk :
i. Simpanan Tabungan
ii. Simpanan Deposito
b. Menyalurkan dana dalam bentuk :
i. Kredit Investasi
ii. Kredit Modal Kerja
c. Larangan-larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat adalah sebagai
berikut :
i. Menerima Simpanan Giro
ii. Mengikuti Kliring
iii. Melakukan Kegiatan Valuta Asing
3. Kegiatan Bank Campuran dan Bank Asing
a. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran dilarang menerima
simpanan dalam bentuk simpanan tabungan
b. Kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang tertentu, seperti :
i. Perdagangan Internasional
ii. Bidang Industri dan Produksi
iii. Penanaman Modal asing atau Campuran
iv. Kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional
c. Untuk jasa-jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum
campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di
Indonesia seperti berikut ini :
i. Jasa Transfer
ii. Jasa Kliring
iii. Jasa Inkaso
iv. Jasa Jual Beli Valuta Asing
v. Jasa Bank Card
vi. Jasa Bank Draft
viii. Jasa Pembukaan dan Pembayaran L/C
ix. Jasa Bank Garansi
x. Jasa Referensi Bank
xi. Jasa Jual Beli Travellers Cheque
xii. Dan jasa bank umum lainnya
2.3 Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubungannya
dengan yang lain. Ini didapat dengan membagi satu angka yang menjadi dasar
dengan angka yang lain (Tunggal, 2012 : 26). Hasil perhitungan rasio ini dapat
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan
dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode
keuangan tersebut (Riyadi : 2006).
Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca
publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu Capital Adequacy Ratio
(CAR), Aktiva Produktif yaitu Aktiva Produktif Bermasalah, Non Performing
Loan (NPL), PPAP terhadap Aktiva Produktif dan Pemenuhan PPAP; rasio
rentabilitas yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest
Margin (NIM), Beban Operasional Termasuk Beban Bunga dan Beban PPAP
serta Beban Penyisihan Aktiva Lain-lain Dibagi Pendapatan Operasional termasuk
Pendapatan Bunga (BO/PO) ; rasio Likuiditas yaitu Cash Ratio dan Loan To
2.4 Laporan Keuangan Bank
Menurut Siamat (2005 : 368) dalam rangka peningkatan transparansi
kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 3/22/PBI/2001
tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan
keuangan dengan bentuk dan cakupan yang terdiri dari :
1. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank
dalam kurun waktu satu tahun. Laporan Tahunan sekurang-kurangnya mencakup :
a. Informasi umum yang meliputi antara lain : kepengurusan,
kepemilikan, perkembangan usaha bank dan kelompok usaha bank,
strategi dan kebijakan manajemen dan laporan manajemen, minimal
mencakup : struktur organisasi, aktivitas utama, teknologi informasi,
produksi dan jasa yang ditawarkan, dan lain sebagainya
b. Laporan Keuangan Tahunan Bank adalah laporan keuangan akhir
tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan
yang berlaku dan wajib diaudit oleh akuntan publik, terdiri dari :
i. Neraca
ii. Laporan Laba-Rugi
iii. Laporan Perubahan Ekuitas
iv. Laporan Arus kas
v. Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang
komitmen dan kontinjensi
2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang
disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan
setiap triwulan. Laporan keuangan publikasi triwulanan disusun antara lain untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil usaha bank,
serta informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan
dengan perkembangan usaha bank.
3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan keuangan publikasi bulanan adalah laporan keuangan yang
disusun berdasarkan laporan bulanan bank umum yang disampaikan bank kepada
Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan. Laporan keuangan publikasi
bulanan bank umum sekurang-kurangnya, meliputi :
a. Laporan keuangan yang terdiri dari :
i. Neraca
ii. Laporan Laba Rugi
b. Komitmen dan Kontinjensi
c. Rincian Kualitas Aktiva Produktif
d. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk,
dibandingkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib
dibentuk.
e. Perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
2.5 Penelitian Terdahulu
1. Handayani (2005)
Handayani melakukan penelitian mengenai “Analisis Perbandingan dan
Kinerja Bank Nasional, Bank Campuran dan Bank Asing Dengan Menggunakan
Rasio Keuangan”. Handayani menggunakan sampel sebanyak 140 bank yang
terdaftar di Bank Indonesia yang terdiri dari 107 bank nasional, 23 bank campuran
dan 10 bank asing. Penelitian Handayani bertujuan untuk menganalisis perbedaan
kinerja keuangan bank nasional, bank asing dan bank campuran periode 2000 –
2002 dengan menggunakan proksi rasio keuangan.
Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan variabel Bank Nasional,
Bank Campuran dan Bank Asing untuk periode tahun 2000 sampai tahun 2002
dengan menggunakan Uji Anova. Dari penelitiannya tersebut ditemukan bahwa
tidak ada perbedaan kinerja keuangan berdasarkan Capital Adecuacy Ratio yang
diproksikan dengan CAR antara bank nasional, bank asing dan bank campuran.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung = 0.405 < F 0.05 = 3.017, sehingga H0
diterima.
2. Putra (2011)
Penelitian yang dilakukan Putra pada kelompok bank swasta nasional dan
bank milik pemerintah menggunakan sampel sebanyak 21 bank dengan tahun
penelitian 2007 sampai dengan tahun 2009. Tujuan dari penelitian Putra adalah
untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara CAR bank umum
ini menggunakan software statistic SPSS dengan metode statistik yang digunakan
berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test).
Dari penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada CAR antara bank swasta dengan bank pemerintah. Namun mean CAR bank
swasta lebih tinggi dari bank pemerintah, artinya bank swasta lebih baik CAR nya
dibandingkan bank pemerintah selama periode penelitian karena semakin tinggi
nilai CAR semakin bagus kualitasnya.
2.6 Kerangka Konseptual
Menurut Dendawijaya (2005:152) Kesehatan atau kondisi keuangan bank
dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik
pemilik, manajemen bank, bank pemerintah (melalui Bank Indonesia) dan
pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan
oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan
prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen
resiko.
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan
analisis CAMELS. Enam aspek dalam metode CAMELS diantaranya aspek
permodalan yang didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Penilaian tersebut didasarkan pada CAR yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Menurut Dendawijaya (2005 : 121) CAR adalah rasio yang
(kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di
luar bank , seperti dana dari masyarakat , pinjaman , dan lain – lain.
Bila CAR (Capital Adequacy Ratio)suatu bank rendah, kemampuan bank
untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah. Modal sendiri cepat
habis untuk menutup kerugian yang dialami, maka kemampuan bank diragukan
oleh masyarakat dan akhirnya kelangsungan usaha bank menjadi terganggu. Ada
dua penyebab Capital Adequacy Ratio (CAR) rendah yaitu terkikisnya modal
perbankan akibat negative spread dan peningkatan aset yang tidak didukung
dengan peningkatan modal. Berdasarkan hal tersebut di atas, menunjukkan risiko
yang dipikul bank semakin bertambah besar karena rendahnya modal sebagai
penyangga risiko yang dapat melindungi nasabah. Capital Adequacy Ratio (CAR)
yang rendah dapat menyebabkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada
akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank.
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan (Kasmir, 2002 : 34)
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya dari
aspek kepemilikan.
Di Indonesia, bank milik swasta nasional dan bank milik asing memiliki
jumlah paling banyak, untuk itu penulis tertarik untuk meneliti kedua bank ini.
Bank Swasta Nasional dan Bank Asing sama-sama kita ketahui akan
menghasilkan laporan keuangan, dimana laporan keuangan masing-masing bank
ini, penulis ingin mencoba membandingkan sejauh mana perbedaan rasio
kecukupan modal (CAR) antara Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1 :
Sumber : Bhakti (2009), Febriyani (2003), Putra (2011) (diolah) Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka konseptual
yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut :
Ho : CARS = CARA
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai CAR pada Bank Umum
BANK SWASTA NASIONAL CAR :
MODAL ATMR
BANK ASING
CAR :
MODAL ATMR
ANALISIS DISKRIMINAN
H1 : CARS≠ CARA
Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai CAR pada Bank Umum Swasta
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian komparatif, yaitu
penelitian yang membandingkan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan situs www.idx.co.id dan Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 sampai dengan
bulan Maret 2012.
3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian, terdiri dari 2 bagian, yaitu :
i. Variabel bebas (independent variable), yang mencakup : Modal dan
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
ii. Variabel terkait (dependent variable), yaitu kelompok bank swasta
iii. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perbankan swasta
nasional dan perbankan asing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2007 hingga 2010 dan sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.
b. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik pihak
pengumpul data primer maupun oleh pihak lain. Sumber data sekunder ini
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari gabungan yang
melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data yang melibatkan
urutan waktu (time series). Datanya tersebut berupa laporan keuangan
tahunan tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang telah diaudit oleh akuntan
publik.
3.4 Defenisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.4.1 Variabel Bebas (independent variable)
1. Modal
Menurut Rivai (2007:709), modal terdiri dari :
a. Modal inti berupa : modal disetor, modal saham, modal sumbangan,
cadangan umum, laba yang ditahan, laba tahun lalu dan laba tahun
b. Modal pelengkap berupa : cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan
penghasilan aktiva produktif, modal kuasi, dan pinjaman subordinasi
2. ATMR
Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) adalah nilai total dari
masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot resiko
aktiva tersebut. Menurut Rivai (2007:710), untuk menghitung CAR, sebelumnya
dihitung terlebih dahulu Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dengan
langkah sebagai berikut:
a. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari
masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
b. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot
resiko masing-masing pos rekening tersebut.
c. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + aktiva administratif.
3.4.2 Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel terikat yang digunakan adalah 2 kelompok bank, yaitu kelompok
bank swasta nasional dan kelompok bank asing.
1. Bank Swasta Nasional adalah jenis bank dimana seluruh atau sebagian
bank tersebut dimiliki swasta nasional karena akte pendiriannya dilakukan
oleh pihak swasta.
2. Bank Asing adalah bank milik swasta asing atau milik pemerintah asing
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi menurut Agung (2003 : 1) adalah “himpunan semua data yang
dapat (atau yang mungkin akan) memberikan data dan informasi untuk suatu
penelitian”. Populasi dalam penelitian ini diambil dari tahun 2007 hingga tahun
2010. Tercatat di Bursa Efek Indonesia jumlah perbankan pada periode 2010
adalah sebanyak 31 bank.
Tabel 3.1
Bank Agroniaga Tbk Bank ICB Bumiputera Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk
Bank Negara Indonesia Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara Tbk Bank Mutiara Tbk
Bank Danamon Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Pembangunan Jabar Tbk Bank QNB Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank International Ind. Tbk Bank Permata Tbk
Bank Sinarmas Tbk Bank Swadesi Tbk
Bank Tabungan Pensiun N. Tbk Bank Victoria Int. I Tbk Bank Artha Graha Int. Bank Mayapada Tbk
Bank Windu Kentjana Int. I Tbk Bank Mega Tbk
3.5.2 Sampel
Menurut Agung (2003 : 2), sampel adalah himpunan data yang jumlahnya
terbatas atau sangat terbatas yang terpilih atau dipilih dari populasi tertentu.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability
sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan yang
sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode
non probability sampling yang digunakan adalah purpose sampling yaitu sampel
yang diambil menjadi anggota sampel berdasarkan kriteria atau pertimbangan
(Sugiyono, 2005 : 78). Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Bank umum swasta nasional dan bank asing yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan tidak berubah status dari tahun 2007 hingga tahun 2010.
2. Bank swasta nasional yang mana sahamnya 51% lebih dimiliki oleh pihak
swasta dan bank asing yang sahamnya 51% lebih dimiliki oleh pihak
asing.
3. Bank yang menyajikan laporan keuangan tahunan dengan lengkap dari
tahun 2007 hingga tahun 2010.
Pemilihan sampel yang akan dibandingkan dilakukan dengan cara
mengelompokkan Bank berdasarkan jumlah modal di tahun 2010, kemudian
membandingkan Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing yang berada pada
kelompok jumlah modal yang sama. Pengelompokan Bank Swasta dan Bank
Tabel 3.2
Pengelompokan Bank Swasta Nasional dan Asing Berdasarkan Jumlah Modal Tahun 2010
Jumlah Modal Tahun 2010
Jenis Bank
Bank Swasta Nasional Bank Asing
Modal Bank < 1 triliun Bank Saudara 1906 Tbk
Bank Agroniaga Tbk
Bank Windu Kentjana Tbk
Bank Bumi Arta Tbk
Bank Victoria Int. I Tbk
Bank Swadesi Tbk
Bank QNB Kesawan Tbk
Bank Capital Indonesia Tbk
Bank N. Parahyangan Tbk
Bank ICB Bumiputera Tbk
Modal Bank 1 trilyun – 10
triliun
Bank Artha Graha Int.
Bank Tab. Pensiun N.
Bank Mayapada Tbk
Bank Mega Tbk
Bank Permata Tbk
Bank Ekonomi Raharja Tbk
Bank OCBC NISP Tbk
Bank Int. Indonesia Tbk
Modal Bank 10 triliun – 20
triliun
Bank Pan Indonesia Tbk
Bank Danamon Tbk –
Modal Bank > 20 triliun – Bank Central Asia Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2012) (diolah)
Dari empat kategori pengelompokan bank berdasarkan jumlah modal
tahun 2010, bank swasta nasional dan bank asing yang memiliki jumlah modal 10
– 20 triliun dan besar dari 20 triliun tidak dapat dibandingkan. Sedangkan bank
swasta nasional dan bank asing yang memiliki jumlah modal kecil dari 1 triliun
penelitian. Untuk itu, jumlah bank yang dapat dijadikan sampel adalah sebanyak
18 bank, dimana jumlah bank swasta nasional sebanyak 10 bank dan jumlah bank
asing sebanyak 8 bank.
3.6 Jenis dan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang
berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, laporan tahunan bank periode
2007 hingga 2010, buku-buku referensi, koran, internet, dan literatur ilmiah
lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini. Studi dokumentasi adalah pengumpulan data-data dengan
cara mengumpulkan, mengklasifikasi dan menganalisis data yang berhubungan
dengan masalah penelitian yang diperoleh dengan cara mengunduh dari Bursa
Efek Indonesia dan Bank Indonesia. Data yang diambil ini adalah berupa laporan
keuangan tahunan tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang telah diaudit oleh
akuntan publik.
3.8 Teknik Analisis Data
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian komparatif
(perbandingan) yang datanya terdiri dari dua populasi, yaitu bank umum swasta
software statistic SPSS dengan metode statistik yang digunakan analisis
diskriminan.
Analisis Diskriminan merupakan suatu teknik statistik parametrik yang
digunakan untuk memprediksi probabilitas obyek-obyek milik dua kategori atau
lebih yang benar-benar berbeda dan terdapat dalam satu variabel tergantung
didasarkan pada beberapa variabel bebas (Sarwono, 2010 : 213). Analisis
diskriminan dipakai untuk menjawab pertanyaan bagaimana individu dapat
dimasukkan ke dalam kelompok berdasarkan beberapa variabel. Persamaan fungsi
diskriminan yang dihasilkan untuk memberikan peramalan yang paling tepat
untuk mengklasifikasi individu ke dalam kelompok.
Persamaan diskriminan : Z = a+b1x1+b2x2+b3x3...bnxn
Z : Nilai Score
X1...Xn : Independen variabel
B1...Bn : Koefesien diskriminan
Pada penelitian ini maka,
Z : Nilai Score
X1 : Modal Bank
X2 : ATMR Bank
Dalam program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences), test
dilakukan berdasarkan Wilks’lambda. Jika tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05,
1. Asumsi dalam Analisis Diskriminan
Sebelum melakukan teknik analisis diskriminan, terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas dan uji kesamaan varian dengan Box’s Test of Equality of
Covariance Matrices.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah pengujian yang dilakukan untuk mengecek
apakah data yang sedang diteliti mempunyai sebaran normal atau tidak (Sarwono,
2010 : 23). Uji statistik yang dapat digunakan dalam uji normalitas adalah Uji
Kolmogorov – Smirnov. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai
signifikansi diatas 0,05. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
Ho = Data berdistribusi normal
H1 = Data tidak berdistribusi normal
Besar taraf signifikansi, yaitu sebesar 0,05.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
i. Apabila Asymp sig < 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti data
berdistribusi tidak normal.
ii. Apabila Asymp sig > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti data
berdistibusi normal.
b. Uji Kesamaan Varian
Uji Kesamaan Varian dilakukan untuk melihat matriks varian-kovarian
dalam kelompok, apakah sama atau berbeda. Hal ini sangat dibutuhkan karena,
merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis diskriminan
analisis tidak dapat dilanjutkan. Untuk melakukan pengujian terhadap asumsi ini
dilakukan melalui Box’s Test of Equality of Covariance Matrices.
Covariance matrices kedua kelompok dapat dikatakan sama, jika
memenuhi kriteria sebagai berikut:
i. Jika nilai signifikansi pada Box’s M < 0,05, maka dikatakan kovarian
kedua kelompok berbeda, dan proses analisis diskriminan tidak bisa
dilakukan.
ii. Jika nilai signifikansi pada Box’s M > 0,05, maka dikatakan kovarian
kedua kelompok sama, dan proses analisis diskriminan dapat
dilanjutkan.
2. Uji-Uji dalam Analisis Diskriminan a. Uji Kesamaan Rata-Rata
Menurut Sarwono (2010 : 220) untuk melakukan pengujian kesamaan
rata-rata melalui Test of Equality of Group Means digunakan dua cara, yang
pertama dengan menggunakan angka Wilks’ Lambda dan kedua dengan
menggunakan angka signifikansi untuk angka F.
Jika menggunakan cara pertama maka ketentuan yang digunakan sebagai
berikut :
i. Jika angka Wilks’ Lambda mendekati 0, maka data cenderung berbeda
ii. Jika angka Wilks’ Lambda mendekati 1, maka data cenderung sama
Sedangkan jika dilihat dari angka F dan signifikansi, maka ketentuan yang
i. Jika signifikansi > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dalam kelompok
ii. Jika signifikansi < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan
dalam kelompok
b. Structure Matrix
Pada tabel Structure Matrix ini, menunjukkan urutan karakteristik yang
paling membedakan kedua kelompok. Masing-masing variabel akan mempunyai
nilai. Variabel yang memiliki nilai tertinggi adalah variabel yang paling
membedakan antar kelompok (Sarwono, 2010 : 223).
3. Fungsi Diskriminan a. Eigenvalues
Pada tabel Eigenvalues terdapat nilai Canonical Correlation yang
digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara hasil diskriminan skor dan
kelompok atau besarnya variabilitas yang mampu diterangkan oleh variabel
independen terhadap variabel dependen (Sarwono, 2010 : 229). Ketentuan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
i. Jika angka Eigenvalues mendekati 0, maka korelasi rendah
ii. Jika angka Eigenvalues mendekati 1, maka korelasi tinggi
b. Canonical Discriminant Function Coefficient
Koefisien untuk tiap variabel yang masuk dalam fungsi diskriminan dapat
dilihat pada tabel Canonical Discriminant Function Coefficient. Fungsi
diskriminan bermanfaat untuk menganalisis suatu kasus yang diteliti akan masuk
c. Fungsi Diskriminan Linear Fishes
Bagian ini persamaannya berupa persamaan regresi sebagai berikut :
Z = a+b1x1+b2x2+b3x3...bnxn
Dimana,
Z : Nilai Score
X1 : Modal Bank
X2 : ATMR Bank
d. Uji Keakuratan Pengelompokan
Uji ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan setiap kasus yang
dimasukkan pada kelompok atau grup (Sarwono, 2010 : 235). Dalam penafsiran
ini, bisa saja suatu kasus tetap pada kelompoknya atau pindah ke kelompok lain.
Uji ini dilakukan melalui Casewise Statistic. Setelah dilakukannya penafsiran
untuk masing-masing kasus, dilanjutkan dengan penentuan tingkat ketepatan
prediksi dengan melihat pada tabel akhir dari Classification Results atau dengan
perhitungan rumus sebagai berikut :
(X1 + X2 ) / total original
Dimana,
X1 : Kelompok Bank Swasta
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan A. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun
1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Pasar modal telah ada sejak
tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti
yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kevakuman.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab seperti perang dunia ke I dan II,
perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik
Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda
c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup
e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
aktif
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal)
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran
Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996
s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading)
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
B. Sejarah Perusahaan
1. PT. BANK AGRONIAGA Tbk
Bank Agro yang didirikan dengan akte notaris Rd. Soekarsono, SH di
Jakarta No. 27 tanggal 27 September 1989, kemudian memperoleh ijin usaha dari
Menteri Keuangan tanggal 11 Desember 1989, mulai beroperasi secara komersial
pada tanggal 8 Februari 1990. Bank Agro didirikan dengan maksud untuk
menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan umum dalam arti yang
seluas-luasnya secara profesional, serta berperan menunjang terwujudnya industri
agrobisnis yang semakin tumbuh dan berkembang dalam sistem perekonomian
nasional yang tangguh dalam era globalisasi di masa mendatang.
2. PT. BANK BUMIPUTERA INDONESIA Tbk
Bank ini didirikan berdasarkan akta No.49 tanggal 31 Juli 1989. Bank
mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 4 Januari 1990. Sesuai surat
Keputusan BI No. 31/146/kep/dir tanggal 6 Desember 1997, status bank
meningkat menjadi bank devisa. Bank memiliki 10 kantor cabang, 17 kantor
cabang pembantu dan 26 kantor kas yang seluruhnya berlokasi di Indonesia.
Kegiatan utama bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan.
3. PT. BANK CAPITAL INDONESIA Tbk
PT Bank Capital Indonesia, Tbk (untuk selanjutnya disebut “Bank”)
dahulu bernama PT Bank Credit Lyonnais Indonesia didirikan pada tanggal 20
April 1989, sebagai bank campuran (joint venture) antara Credit Lyonnais SA,
Perancis (disebut “CL”) dengan PT Bank Internasional Indonesia, Tbk., Jakarta
Menteri Keuangan berdasarkan Surat Keputusan No. 119/KMK.013/1989 tanggal
25 Oktober 1989. Setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia sesuai
dengan surat Nomor 6/2/DpG/DPIP/Rahasia tanggal 3 Maret 2004, pada Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS) yang diselenggarakan pada tangggal
31 Agustus 2004 secara resmi saham Credit Lyonnais telah diakuisisi oleh Sdr.
Danny Nugroho. Dalam RUPS tersebut di atas, telah diputuskan bahwa nama
Bank dirubah dari PT Bank Credit Lyonnais Indonesia menjadi PT Bank Capital
Indonesia, Tbk. Untuk meningkatkan pelayanan kepada para nasabah dan
menyesuaikan dengan perkembangan produk jasa-jasa perbankan, Bank Capital
selalu berusaha mencari sistem baru dan memutakhirkan teknologi informasinya
dengan bekerjasama dengan IT provider yang profesional. Ini berarti Bank
memerlukan karyawan yang professional yang selalu mengikuti perubahan
kondisi perbankan.
4. PT. BANK EKONOMI RAHARJA Tbk
PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk didirikan pada tanggal 8 Maret 1990,
Bank Ekonomi dinyatakan oleh Bank Indonesia sebagai bank yang sehat selama
24 bulan berturut-turut sejak pembukaan dan tetap bertahan hingga saat ini.
Karena hasil evaluasi yang baik, maka pada tahun 1992, Bank Ekonomi berhasil
mengakreditasi status menjadi Bank Devisa sehingga bentuk pelayanan kepada
masyarakat semakin dapat diperluas dan dikembangkan. Pada tanggal 22 Mei
2009, HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited telah berhasil menyelesaikan
akuisisi 88.89% dari kepemilikan Bank Ekonomi. Pada hari ini, Bank Ekonomi