• Tidak ada hasil yang ditemukan

REGLEMEN CATATAN SIPIL UNTUK ORANG-ORANG INDONESIA-KRISTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REGLEMEN CATATAN SIPIL UNTUK ORANG-ORANG INDONESIA-KRISTEN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

REGLEMEN

CATATAN SIPIL UNTUK

ORANG-ORANG INDONESIA-KRISTEN

(Reglement Burgerlijke Stand Christen-Indonesiers)

Reglemen tentang penyelenggaraan daftar catatan sipil untuk orang-orang Indonesia-Kristen di Jawa dan Madura, di bagian Keresidenan Manado yang terkenal dengan nama Minahasa dan di

onderafdeling-onderafdeling Ambon, Saparua dan Banda, tanpa pulau-pulan Teun, Nila dan Serua dari afdeling Ambon di Keresidenan Maluku.

(Ord. 15 Februari 1933.) S- 1933-75 jo. S. 1936-607.

Berdasarkan S. 1936-607 mb. tanggal 1 Januari 1937 untuk semua bagian daerah tersebut di atas.

Bagian 1. Daftar-daftar Catatan Sipil Pada umumnya.

Pasal 1.

(s.d.u. dg. S. 1934-621, 622; S. 1936-247, 607; S. 1938-370, 264.)

Di Jawa dan Madura, di bagian dari Keresidenan Manado yang terkenal dengan nama Minahasa dan di onderafdeling-onderafdeling Ambon, Saparua dan Banda, tanpa pulau-pulan Teun, Nila dan Serua di afdeling Ambon di Keresidenan Maluku terdapat daftar-daftar untuk pencatatan tentang kelahiran, tentang perkawinan, tentang perceraian, dan tentang kematian. (BS. Ind. 1.)

Pasal 2.

(s.d.u. dg. S. 1936-247, 607.) Keadaan berikut dapat digunakan sebagai bukti, bahwa seseorang adalah Kristen dalam pengertian ordonansi ini:

1. bahwa la adalah anggota dari suatu himpunan gereja Kristen, dari suatu kelompok gereja Kristen atau Zending, atau dari suatu perkumpulan agama Kristen;

2. bahwa ia telah menerima baptis Kristen; 3. bahwa ia dilahirkan dari orang tua Kristen;

4. bahwa seorang pemuka agama menerangkan bahwa ia memeluk agama Kristen;

5. bahwa ia dikenal oleh umum sebagai Kristen. (HCI. 76.)

Pasal 3.

(s.d.u. dg. S. 1936-247jo. 607; S. 1938-370jo. 264.) Daftar-daftar itu diselenggarakan oleh pegawai catatan sipil dan bertindak sedemikian:

a. di Jawa dan Madura, pegawai-pegawai negeri yang berdasarkan reglemen yang ditetapkan dengan ordonansi 15 Oktober 1920 (S. 1920-751) ditugaskan untuk menyelenggarakan daftar-daftar catatan sipil untuk beberapa golongan penduduk Indonesia di Jawa dan Madura;

(2)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 4.

(1) (s.d.u. dg. S. 1936-247io. 607; S. 1939-288.) Bila keadaan dari orang-orang Indonesia-Kristen di Jawa dan Madura memerlukan, maka residen di daerah gubernemen dan di tempat-tempat lain Kepala Pemerintahan Daerah, di samping pejabat-pejabat termaksud dalam pasal 3, menunjuk pegawai-pegawai negeri lain yang bertugas untuk menyelenggarakan daftar-daftar seperti disebut dalam pasal 1 dan menetapkan wilayahnya.

(2) Pegawai-pegawai Catalan sipil seperti dimaksud dalam ayat yang lalu menjalan tugasnya tersebut di daerah jabatannya dengan meniadakan wewenang dari pegawai catatan sipil termaksud data- pasal 3. (BSCI. 64.)

Pasal 5.

(s. d. u. dg. S. 1936-24 7jo. 607; S. 1939-288.)

(1) Residen di daerah gubernemen di Jawa dan Madura dan Kepala Pemerintahan Daerah di tempat-tempat lain menunjuk orang-orang yang akan bertindak sebagai pegawai catatan sipil luar biasa, jika pegawai-pegawai catatan sipil yang ditunjuk berdasarkan pasal 3 huruf b dan pasal 4 tidak ada di tempat atau

berhalangan. (BSCI. 6 4.)

(2) Orang-orang yang berdasarkan pasal 3 dan pasal 4 dan ayat (1) pasal ini ditunjuk sebagai pegawai catatan sipil, adalah

pegawai-pegawai umum dalam hal menjalankan tugasnya tersebut.

Pasal 5a.

(s.d.t. dg. S. 1936-247, 607; s.d.u. dg. S. 1938-370,246.) Di Keresidenan Maluku, jika calon suami-istri mengajukan permohonan, maka kepala onderafdeling berwenang untuk mewakili di seluruh wilayahnya, juga di luar hal tidak adanya atau berhalangannya

pegawai-pegawai catatan sipil seperti dimaksud dalam pasal 3 huruf b, masing-masing di antara mereka sebagai pegawai Catatan sipil luar biasa, sepanjang mengenai perbuatan-perbuatan pelaporan dan

pelangsungan perkawinan dan pembuatan aktanya dalam daftar

perkawinan. Kepala onderafdeling dapat menjalankan tugas ini di kantornya, di mana daftar yang bersangkutan untuk sementara

dipindahkan.

Pasal 6.

(1) Kepala-kepala Pemerintahan Daerah dapat menunjuk seorang atau lebih pemuka agama dari orang-orang Indonesia-Kristen, termasuk di dalamnya pimpinan "Bala Keselamatan" (Leger des Heils), yang berwenang untuk membuat akta-akta perkawinan.

(2) Pada penunjukan itu Kepala-kepala Pemerintahan Daerah sedapat mungkin memenuhi usul dari pengurus persekutuan-persekutuan dan perkumpulan-perkumpulan gereja bersangkutan yang berdiri

sendiri, atau penguasa-penguasa yang ditunjuk olehnya untuk mengajukan usul, bila usul tersebut, yang untuk Pengajuannya sebelumnya diberi kesempatan, telah diterima.

(3) Wilayah dari pemuka agama yang ditunuk adalah sama dengan

wilayah dari pegawai Catalan sipil, di daerah mana ia bertempat tinggal, kecuali jika penunjukan itu dilakukan untuk lebih dari satu wilayah.

(4) (s.d.u. dg. S. 1936-257jo. 607.) Pemuka-pemuka agama yang ditunjuk tidak termasuk dalam istilah "pegawai catatan sipil". (5) Di mana dalam pasal-pasal berikut dari reglemen ini disebut

(3)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ditunjuk oleh Kepala Pemerintahan Daerah berdasarkan pasal ini.

Pasal 7.

(s.d. u. dg. S. 1936-24 7jo. 607.)

(1) Penguasa-penguasa yang disebut dalam pasal 5 dan pasal 6 akan mengirim turunan dari keputusan-keputusan yang diambil

berdasarkan ketentuan dalam reglemen ini, juga tanda tangan dari pegavvai catatan sipil biasa dan luar biasa dan dari

pemuka-pemuka agama, kepada para panitera pengadilan-pengadilan negeri, dalam daerah mana yang bersangkutan menjalankan tugasnya

berdasarkan reglemen ini, untuk ditempatkan dan disimpan. (BS. 2.)

(2) Turunan dari keputusan-keputusan yang menunjuk pemuka-pemuka agama seperti tersebut dalam ketentuan pasal 6 dan tanda tangan pendahulu-pendahulunya harus juga dikirim kepada pegawai catatan sipil, dalam daerah jabatan mana mereka bertugas.

Pasal 8.

Ada lima daftar catatan sipil yang diselenggarakan secara terpisah, yaitu:

1. daftar tentang kelahiran;

2. daftar tentang pemakaian nama; 3. daftar tentang perkawinan; 4. daftar tentang perceraian;

5. daftar tentang kematian. (BS. 6; BS. Ind. 6.)

Pasal 9.

(1) Daftar-daftar itu, kecuali tentang pemakaian nama, diadakan secara rangkap. (BS. 7)

(2) Daftar-daftar itu terdiri dari formulir-formulir kosong tentang akta-akta yang dicetak menurut model yang ditetapkan oleh

Directeur van Justitie (kini: Menteri Kehakiman.)

(3) Pembuatan akta-akta itu dilakukan dengan mengisi petak-petak yang kosong dari formulir itu sesuai dengan tujuan yang

dijelaskan di sampingnya. Dalam hal-hal seperti dimaksud dalam pasal 56, 58, 63 dan 66, formulir itu diisi sedapat mungkin dan di pinggir akta dicatat surat-surat atau lain-lain yang

merupakan dasar dari hal-hal yang tercantum dalam formulir itu. (BS. Ind. 7.)

(4) Para bupati di Jawa dan Madura di tuar daerah swapraja, kepala afdeling di daerah swapraja di Jawa dan kepala-kepala

onderafdeling di tempat-tempat lain, mengawasi agar pegawai-Pegawai catatan sipil menyelesaikan daftar-daftar yang

diperlukan pada waktunya.

Pasal 10.

Halaman pertama dan terakhir dari daftar-daftar yang diberi nomor urut harus disahkan di Jawa dan Madura di luar daerah swapraja oleh bupati, di daerah swapraja di Jawa oleh kepala afdeling dan di

tempat-tempat lain oleh kepala onderafdefing, dalam daerah jabatan mana pegawai catatan sipil berada, dengan membubuhkan tanda

tangannya, sedang halaman-halaman lainnya dibubuhi parafnya. (BS. 8; BS. Ind. 8.)

Pasal 11.

(4)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 12.

(1) Pegawai-pegawai catatan sipil berkewajiban untuk menggunakan formulir-formulir itu secara berurutan.

(2) Jika pada pembuatan akta ada yang perlu dicoret, ditulis di antara atau di pinggir, hal itu harus disetujui dan seperti aktanya sendiri harus ditandatangani dengan ketentuan bahwa

tidak boleh dinyatakan dengan singkatan atau dengan angka-angka. (3) Sesudah akta selesai, maka di dalamnya sama sekali tidak boleh

diadakan perubahan selain berdasarkan keputusan hakim mengenai hal itu.

Pasal 13.

Pegawai-pegawai catatan sipil tidak boleh menyebutkan dalam akta yang ia buat baik dalam tubuh akta-akta itu maupun secara catatan atau penyisipan, sesuatu di luar yang diterangkan oleh pihak-pihak yang hadir sesuai dengan reglemen ini atau yang selanjutnya diatur oleh reglemen ini. (BS . 10; BS. Ind. I 1.)

Pasal 14.

(1) Di dalam akta catatan sipil dinyatakan tahun, bulan dan hari pencatatannya, demikian juga jika mungkin nama keturunan, nama kecil, usia, pekerjaan dan tempat tinggal baik dari pihak-pihak yang menghadap maupun dari saksi-saksi. (BS. I 1.)

(2) Jika usianya tidak diketahui dengan pasti, maka harus ditaksir sebaik mungkin dan hal itu disebut dalam akta. (BS. Ind. 12.)

Pasal 15.

(1) Saksi-saksi yang hadir pada waktu dibuat akta catatan sipil dipihh sendiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan; mereka harus penduduk Indonesia, dan menurut pendapat pegawai catatan sipil sudah berusia dua puluh tahun penuh. (ISR. 160.)

(2) Juga sanak saudara diperkenankan menjadi saksi. (BS. 13; BS. Ind. 13)

Pasal 16.

(1) Pegawai catatan sipil membacakan akta itu kepada pihak menghadap, juga kepada saksi-saksi.

(2) Bila satu atau lebih dari pihak-pihak yang menghadap atau dari saksi-saksi tidak engerti bahasa Indonesia, maka kepada mereka dibacakan terjemahan dari akta oleh pegawai catatan sipil. Bila pegawai catatan sipil tidak mampu untuk itu, maka pembacaan, jika perlu, dilakukan oleh seorang penerjemah.

(3) Setiap akta harus ditandatangani oleh pegawai catatan sipil, pihak-pihak yang hadir, dan saksi-saksi. Bila salah satu dari pibak-pihak atau saksi-saksi tidak dapat menandatangani, maka sebabnya harus disebut dalam akta. (BS. 14; BS. Ind. 14.)

Pasal 16a.

(s.d.t. dg. S. 1936-247jo. 607.)

(1) Bila terjadi suatu kelahiran atau kematian pada jarak lebih dari sepuluh kilometer dari gedung di mana akta-akta catatan sipil dibuat, maka laporan dari kelahiran atau kematian dapat

dilakukan secara tertulis di atas kertas tanpa meterai dalam tenggang waktu yang telah ditentukan untuk itu.

(5)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Kehakiman), sesudah mengisi petak-petak yang kosong sesuai dengan tujuan yang ditunjuk pada bagian pinggir. Formulir-formulir kosong dapat diperoleh dari pegawai catatan sipil dan yang dibubuhi cap jabatannya.

(3) Bila pelapor tidak dapat menulis, maka suatu laporan seperti dimaksud dalam ayat (1) boleh dibuat oleh kepala desa, kepala kampung atau kepala suku atau bila kepala sedemikian itu tidak ada, oleh kepala rukun wilayah (wokmeester). Dalam hal itu si pelapor meribubuhkan cap jarinya pada laporan itu. Orang yang menyusun laporan membuat keterangan di bawah cap jari itu dengan menyebutkan namanya dan kedudukannya, bahwa hal ini dibuat oleh pelapor di hadapannya. Yang terakhir ini berlaku juga bila saksi-saksinya atau salah satu dari mereka tidak dapat menulis. (4) Pegawai-pegawai catatan sipil harus segera mencatat

laporan-laporan tertulis itu, menandatangani akta-akta yang dibuatnya saja, dan menyertakan Surat-surat yang diajukan pada akta-akta. (5) Bila mereka mencungai keaslian dari laporan itu, mereka akan

memberitahukan kepada kepala afdeling untuk mengadakan

penyelidikan tentang hal itu, dan dalam hal itu pencatatannya tidak akan dilakukan sebelum terbukti kebenaran dari laporan itu.

Pasal 17.

(1) Daftar-daftar tersebut ditutup oteh pegawai catatan sipil pada tiap akhir tahun. (BS. 171.)

(2) Salah satu dari daftar-daftar rangkap yang diselenggarakan, dalam waktu satu bulan sesudah penutupan itu, dengan menerima Surat bukti tanda terima, dipindahkan untuk disimpan di

kepaniteraan pengadilan negeri, sedangkan rangkap yang lain tetap disimpan di kantor pegawai catatan sipil.

(3) Daftar dari pemakaian nama juga tetap disimpan di kantor pegawai catatan sipil.

(4) Di tempat-tempat di mana kepaniteraan pengadilan negeri dan kantor pegawai catatan sipil berada di gedung yang sama, maka daftar-daftar yang menurut ayat yang lalu dipindahkan ke

kepaniteraan, segera sesudah dibuat berita acara seperti

dimaksud dalam pasal 33, dipindahkan ke tempat penyimpanan lain di luar gedung itu yang ditunjuk oleh kepala afdeling. (BS. Ind. 15.)

Pasal 18.

Bila pada akhir tahun dalam suatu daftar tidak ada akta-akta yang tercatat, maka daftar semacam itu diperlakukan juga sesuai dengan pasal yang lain. (BS. 19; BS. Ind. 16.)

Pasal 19.

(1) (s.d. u. dg. S. 1936-247, 607.) Kecuali aturan-aturan dari dua pasal yang lalu dan dari pasal 5a, daftar-daftar catatan sipil tidak dapat dipindahkan tanpa perintah hakim.

(2) Bila hakim memerintahkan pemindahan daftar-daftar yang sedang berjalan, maka pegawai catatan sipil, sesudah perintah itu diberitahukan, berkewajiban untuk segera mengadakan daftar-daftar lanjutan. (BS. 20; BS. Ind. 17.)

Pasal 20.

(1) Setelah pegawai catatan sipil mengusahakan daftar-daftar

(6)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

pasal 10, maka ia menutup daftar-daftar seperti yang

diperintahkan untuk dipindahkan dengan menyebutkan alasan, mengapa penutupan itu dilakukan sebelum akhir tahun, untuk kemudian segera memenuhi perintah hakim.

(2) Daftar-daftar lanjutan selalu dianggap dalam segala hal sebagai satu kesatuan dengan daftar daftar yang dilanjutkannya;

penutupan akhir tahun dilakukan juga seakan-akan hanya ada satu daftar. (BS. 21; BS. Ind. 18.)

Pasal 21.

Bila perkara yang memerlukan daftar-daftar itu telah selesai, daftar-daftar tersebut harus dipindahkan ke tempat-tempat

penyimpanan seperti ditunjuk dalam pasal 17. (BS. 22; BS. Ind. 19.)

Pasal 22.

(1) Bila dapat diketahui terlebih dahulu bahwa daftar-daftar yang berjalan tidak cukup memberi tempat untuk mencatat akta-akta yang masih diharapkan selama setahun yang berjalan, maka pegawai catatan sipil berkewajiban untuk memiliki daftar-daftar lanjutan pada waktunya, dan sesuai dengan pasal 10 mengusahakan

pengesahan dan pemarafannya.

(2) Ayat kedua dari pasal 20 berlaku juga terhadap daftar-daftar lanjutan itu. (BS. 23; BS. Ind. 20.)

Pasal 23.

Surat-surat kuasa dan Surat-Surat lain yang disertakan pada akta-akta tetap melekat pada daftar-daftar yang dipindahkan ke

kepaniteraan pengadilan negeri. (BS. 24; BS. Ind. 21; BSCI. 24, 30 dst., 34 , 46 dst.)

Pasal 24.

(1) Setiap orang berwenang untuk memperoleh kutipan dari daftar-daftar itu dari para juru simpan daftar-daftar-daftar-daftar catatan sipil, juga turunan-turunan dari surat-surat kuasa dan surat-surat lain yang melekat pada akta-akta. Kutipan kutipan itu harus

dipercaya jika sesuai dengan daftar-daftar sampai saat

kepalsuannya dinyatakan, baik melalui jalan tuntutan pidana maupun dengan cara seperti diatur oleh ketentuan-ketentuan

undang-undang hukum acara perdata. Pengesahan tandatangan dari juru simpan daftar-daftar catatan sipil atas surat-surat yang dikeluarkan olehnya dilakukan oleh ketua pengadilan negeri, jika hal itu diharuskan atau diinginkan oleh pihak yang

berkepentingan. (BS. 24; BS. Ind. 22; KUHPerd. 1888 dst.; Sv. 231 dst.; IR. 165, 246 dst., 252 dst., 288; Rv. 148 dst., 853.) (2) (s.d.t. dg. S. 1933-327jo. S. 1936-607,) Turunan-turunan dan

kutipan-kutipan dari surat-surat kuasa dan surat-surat lain yang melekat pada akta-akta yang dikeluarkan untuk kepentingan dinas umum, adalah bebas dari meterai.

Pasal 25.

(1) Bila di bagian pinggir dari suatu akta yang telah dicatat harus disebut suatu akta lain yang menyangkut catatan sipil atau

diatasnya harus dibubuhi suatu catatan lain, maka hal disimpan di kantornya, dan oleh panitera pengadilan negeri dalam daftar-daftar yang telah demikian dilakukan oleh pegawai catatan sipil dalam daftar-daftar yang berjalan atau yang dipindahkan ke

(7)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

(2) Catatan-catatan itu ditandatangani oleh pegawai catatan sipil atau panitera dengan menyebutkan hari pencatatan itu dilakukan. (3) Pengawasan untuk pencatatan secara seragam dibebankan kepada

kepala afdeling, kepada siapa pegawai catatan sipil atau panitera pengadilan negeri dalam waktu sepuluh hari sesudah

pencatatan harus mengirim turunannya yang sesuai kata demi kata. (4) Kutipan dari daftar-daftar catatan sipil tidak boleh diberikan,

kecuali padanya dibubuhkan catatan-catatan yang terdapat pada bagian pinggir akta. (BS. 26; BS. Ind. 23.)

Pasal 26.

Akta-akta catatan sipil dan catatan-catatan yang harus dimasukkan dalam daftar-daftar, dicatat tanpa biaya. (BS. Ind. 25.)

Pasal 27.

(s.d.u. dg. S. 1933-327jo. S. 1936-607.)

(1) Untuk pemberian kutipan-kutipan dari daftar-daftar catatan sipil dipungut biaya sebesar tujuh puluh lima sen.

(2) (s.d.u. dg. S. 1936-247jo. 607.) Kutipan dari daftar-daftar catatan sipil diberikan tanpa biaya:

a. untuk kepentingan dinas umum;

b. kepada orang-orang miskin, asal kemiskinan itu dinyatakan oleh suatu keterangan, di daerah luar Jawa dari Kepala Pemerintahan Daerah dan di Jawa dan Madura di luar daerah swapraja dari bupati dan di daerah swapraja dari kepala afdeling atau pegawai yang ditunjuk oleh mereka untuk memberi Surat keterangan sedemikian dan keadaan miskin disebutkan pada surat-surat itu. (BS. 33; BS. Ind. 26.)

Pasal 28.

(1) Setiap orang dapat membuktikan, baik dengan saksi-saksi maupun dengan surat-surat, bahwa daftar-daftar catatan sipil tidak pernah ada atau hilang, atau juga suatu akta yang pernah tercatat tidak ada.

(2) Dalam hal pemalsuan, perubahan, penyobekan, penghancuran atau penghilangan suatu akta dari catatan sipil, keputusan hakim yang menyatakan adanya kejahatan itu merupakan persangkaan sah atas pemalsuan, perubahan, penyobekan, penghancuran atau

penghilangan. (KUHPerd. 1918, 1921 dst.; BS. 27; BS. Ind. 24.)

Bagian 2. Perbaikan Akta-akta Catatan Sipil Dan Penambahannya

Pasal 29.

Bila tidak pernah ada daftar-daftar, atau daftar itu telah hilang, dipalsu, diubah, disobek, dihancurkan, dihilangkan atau dirusak, jika akta-akta padanya tidak ada, atau jika dalam akta-akta yang dicatat terjadi kekeliruan, penghapusan atau kesalahan-kesalahan lain, maka hal-hal itu merupakan dasar untuk penambahan atau untuk perbaikan daftar-daftar itu. (KUHPerd. 14; BS. Ind. 50.)

Pasal 30.

(1) Permohonan untuk itu hanya dapat diajukan kepada pengadilan negeri, dalam daerah mana daftar-daftar itu berada atau

(8)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

permohonan untuk itu atau yang dipanggil pada kesempatan itu. (KUHPerd. 15; BS. Ind. 51.)

Pasal 31.

Semua keputusan mengenai perbaikan atau penambahan akta-akta, oleh pegawai catatan sipil setelah diperlihatkan, segera dicatat dalam daftar-daftar yang berjalan dan datam hal perbaikan, hal itu disebut pada bagian pinggir akta yang diperbaiki sesuai (iengan ketentuan-ketentuan reglemen ini. (KUHPerd. 16; BS. Ind. 52.)

Bagian 3. Pengawasan Terhadap Dan Pertanggungjawaban Pegawai-pegawai Dan Para Juru Simpan Lain Dari Catatan Sipil.

Pasal 32.

Pengawasan terhadap pegawai-pegawai catatan sipil dalam daerah jabatannya dilakukan di lawa dan Madura di luar daerah-daerah swapraja oleh bupati-bupati di bawah pimpinan Para residen

(afdelingshoofden), dalam daerah swapraja di Jawa oleh Para residen dan di tempat-tempat lain oleh kepala onderafdeling di bawah

pimpinan residen.

Pasal 33.

(1) Para kepala kejaksaan berkewajiban untuk memeriksa daftar-daftar yang dipindahkan ke kepaniteraan dan surat-surat yang

dilampirkan dan membuat berita acara tentang pendapatnya dalam waktu enam bulan pertama dari setiap tahun. Mereka berwenang untuk melihat rangkap duanya yang tidak berada di kepaniteraan, tetapi tidak boleh memindahkannya atau menyuruh memindahkannya. (2) Turunan yang telah disahkan dari berita acara yang dimaksud

dalam pasal ini, dikirim oleh pembuat berita-acara dalam waktu delapan hari di daerah swapraja kepada gubernur dan di tempat-tempat lain kepada residen. (BS. 29; BS,Ind. 30.)

Pasal 34.

(1) Pegawai-pegawai catatan sipil dan juru simpan lain bertanggungjawab, masing-masing untuk bagiannya, atas

penyelenggaraan yang benar dan penyimpanan dari daftar-daftar. (2) (s.d.u.-dg. S. 1936-247, 607.) Terhadap pencatatan dari

akta-akta yang diterima menurut apa yang ditentukan dalam pasal 16a dan ayat (2) dari pasal 55, pegawai catatan sipil hanya

bertanggungjawab untuk pencatatan yang tertib dan sesuai kata demi katanya.

(3) Tiap perubahan, tiap pemalsuan dalam akta-akta, tiap pencatatan di atas kertas lepas, dan semua pelanggaran yang dilakukan

terhadap peraturan-peraturan reglemen ini, dapat merupakan dasar bagi pihak-pihak untuk menuntut kerugian pada orang-orang

tersebut. (BS. 28; BS. Ind. 29.)

Bagian 4. Akta Kelahiran.

Pasal 35.

(9)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

dan Pantekosta kedua, kedua hari Natal, hari Kenaikan Isa Al Masih, Isra dan Miraj Nabi Muhammad S.A.W., dua hari permulaan bulan Syawal menurut penanggalan Arab (Idul Fitri, Garebeg Puasa, Lebaran Puasa), hari Idhul Adha (Lebaran Haji), hari Asyura dan hari Garebeg Maulud.

(3) Bila tempat kelahiran dipisahkan oleh laut dari kantor pegawai catatan sipil, maka laporan dapat dilakukan kemudian. (BS. 37; BS. Ind. 29.)

Pasal 36.

Bila terjadi gangguan perhubungan antara tempat kelahiran dan kantor pegawai catatan sipil, sehingga laporan dalam tenggang waktu seperti ditentukan dalam pasal yang lalu tidak mungkin, maka tenggang waktu itu dihitung dari saat pulihnya keadaan. (BS. 38; BS. Ind. 30.)

Pasal 37.

(1) Pegawai catatan sipil akan membuat suatu akta dari laporan yang telah dilakukan, sekalipun tenggang waktu yang ditetapkan untuk itu telah lewat.

(2) Akan tetapi bila laporan terjadi sesudah lewat dua bulan sesudah kelahiran, tidak menjadi soal apakah untuk laporan itu

ditetapkan suatu tenggang waktu tertentu atau tidak, tidak akan dibuat akta.

(3) Pegawai itu berwenang untuk, sebelum membuat akta, pergi ke tempat kelahiran, dan minta agar anaknya diperlihatkan

kepadanya. (BS. Ind. 31.)

Pasal 38.

(1) Laporan tentang kelahiran seorang anak harus dilakukan oleh ayahnya, atau jika tidak ada atau berhalangan, oleh dokter, bidan kepala, bidan atau orang lain yang hadir pada waktu

kelahiran, atau juga, bila ibunya melahirkan di luar rumahnya, oleh orang pemilik rumah di mana anak itu dilahirkan.

(2) Bila kelahiran terjadi di rumah sakit atau di lembaga

pemasyarakatan, maka jika ayahnya tidak ada atau berhalangan, laporan harus dilakukan oleh kepala atau salah satu dari

pembantu lembaga itu. (BS. 39; BS. Ind. 32.)

Pasal 39.

(1) Akta kelahiran menyebutkan:

10. tahun, bulan, hari, jam dan tempat kelahiran;

20. jenis ketamin dari anak dan nama kecil yang diberikan kepadanya;

30. nama keturunan, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal orang tuanya;

40. nama keturunan, nama kecil, usia, pekerjaan dan tempat tinggal dari pelapor dan dari saksi-saksi;

50. penyebutan apakah anak itu dilahirkan dari perkawinan sah atau tidak;

60. (s.d.u. dg. S. 1936-247, 607; S. 1938-370, 264.) di

Keresidenan Maluku penyebutan apakah pada waktu dilangsungkan perkawinan orang tuanya disetujui bahwa anak itu tidak akan meneruskan nama keturunan si suami, tapi dari ayah si istri. (2) Pada penyebutan tahun, bulan dan hari diikuti penangggalan Eropa

(10)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 40.

(1) Bila anak dilahirkan di luar perkawinan, maka nama ayahnya tidak boleh dicantumkan dalam akta, kecuali ia, bila hukum yang

berlaku terhadapnya mengenal suatu pengakuan terhadap anak yang dilahirkan di luar perkawinan, mengakui anak itu sesuai dengan hukum itu.

(2) Laporan oleh ayahnya dianggap sebagai pengakuan, jika ini sesuai dengan hukumyang berlaku terhadapnya. (BS. 41; BS. Ind. 34.)

Pasal 41.

Bila pengakuan terhadap anak yang dilahirkan di luar perkawinan terjadi sesudah dibuat akta kelahirannya, maka pegawai catatan

sipil, bila ia diberitahu tentang pengakuan itu, segera menyebutkan hal itu pada bagian pinggir dari akta kelahiran. (BS. 53; BS. Ind. 35.)

Pasal 42.

Bila terjadi pengesahan terhadap seorang anak yang dilahirkan di luar perkawinan sesuai dengan hukum yang berlaku untuk orang tuanya, maka atas pemohonan pihak-pihak yang berkepentingan, pengesahan itu disebut pada bagian pinggir dari akta kelahiran. (BS. 53b; BS. Ind. 36.)

Pasal 43.

Tentang kelahiran seorang anak di tuar daerah berlakunya reglemen ini dari orang tua yang bertempat tinggal dalam daerah itu, laporan harus dilakukan dalam waktu dua bulan pada pegawai catatan sipil, dalam daerah jabatan mana orang tuanya bertempat tinggal. (BS. Ind. 37.)

Bagian 5. Nama.

Pasal 44.

(1) Bila ayah, atau bila mengenai seorang anak di luar perkawinan yang tidak diakui oleh ayahnya, ibu dari anak, yang untuk kelahirannya harus dibuat suatu akta, tidak memakai nama keturunan yang tetap, maka ayah atau ibu sebelum laporan mengambil nama sedemikian, yang dicatat dalam daftar dari pemakaian nama.

(2) Tentang pemakaian nama itu pegawai catatan sipil harus diberi laporan oleh seorang yang melaporkan kelahiran dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang sama yang bertindak pada laporan

kelahiran. (BS. Ind. 38.)

Pasal 45.

Pegawai catatan sipil meyakinkan diri, jika perlu bahwa nama yang diberikan adalah nama yang dikehendaki oleh ayah atau ibunya. (BS. Ind. 39.)

Pasal 46.

(1) Gubemur Jenderal berwenang untuk melarang pencatatan nama-kecil atau nama keturunan, baik atas dasar bahwa nama itu menurut pengertian-pengertian Indonesia menunjukkan suatu tingkat atau gelar, atau berhubungan dengan suatu tingkat atau gelar, maupun alasan-alasan penting lainnya.

(11)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

memberitahukan di Jawa dan Madura di luar daerah swapraja kepada bupati, di daerah swapraja di Jawa kepada kepala afdeling dan di tempat-tempat lain kepada kepala onderafdeling. Pejabat-pejabat tersebut berwenang memerintahkan kepada pegawai catatan sipil untuk tidak membuat akta pemakaian nama atau akta kelahiran sampai tentang hal itu diputus oleh Gubemur Jenderal.

(3) Pegawai catatan sipil dalam hal ini mengirim surat-suratnya kepada Kepala Pemerintahan Daerah yang memohon putusan dari Gubemur Jenderal.

(4) Para bupati tidak diperbolehkan memakai nama keturunan tanpa persetujuan dari Gubemur Jenderal. (BS. Ind. 40.)

Pasal 47.

(1) Nama-nama keturunan yang tercantum dalam suatu akta pemakaian nama dan juga dalam akta kelahiran, tidak boleh diubah selain atas kekuatan dari suatu penetapan tertulis dari Gubemur

Jenderal.

(2) Perubahan itu dicatat pada akta pemakaian nama dan pada akta kelahiran daripemohon dan dari anaknya Yang belum cukup umur. (3) Perubahan nama kecil dilaporkan oleh yang berkepentingan, jika

ia masih belum cukup umur didampingi oleh kuasanya yang sah, kepada pegawai Catatan sipil dan dengan pengecualian yang sama seperti tersebut dalam ayat (1), (2) dan (3) pasal yang lalu, disebutkan pada bagian pinggir akta kelahiran dari yang

berkepentingan. (KUHPerd. 6 dst.; BS. Ind. 41.)

Bagian 6. Akta Perkawinan.

Pasal 48.

(s. d.u. dg. S. 1,936-24 7, 607.) Sesudah Pegawai catatan sipil atau pemuka agama sesuai dengan ketentuan dalam pasal 33 ayat (2) Ordonansi Perkawinan Orang-orang Indonesia-Kristen di Jawa,

Minahasa, dan Ambon, menerangkan atas nama undang undang bahwa calon suami-istri telah terikat oleh perkawinan, ia akan membuat akta

tentang hal itu oleh yang tersebut pertama dalam daftar untuk maksud itu dan oleh yang tersebut terakhir dalam formulir untuk maksud itu. (BS. 60; HCI. 30, 33 dst.)

Pasal 49.

Akta perkawinan harus menyebut: (BS. 61.)

10. nama keturunan, nama kecil, usia, tempat kelahiran, pekerjaan dan tempat tinggal suami dan istri; jika mereka sebelumnya telah kawin, nama suami atau istri yang terdulu;

20. nama keturunan, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua mereka;

30. izin dari orang tua, orang tua yang mengadopsi, kakek dan nenek atau dari para wali atau pengasuh-pengasuh, atau juga izin dari pengadilan negeri, dalam hal-hal di mana izin itu diharuskan; 40. pembebasan (dispensasi) yang telah diberikan;

50. keterangan dari para pihak bahwa mereka saling memilih sebagai suami-istri secara sukarela dan pernyataan bahwa mereka terikat dalam perkawinan oleh pejabat umum;

(12)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

70. izin untuk perwira-perwira dan militer berpangkat lebih rendah yang diharuskan untuk melangsungkan suatu perkawinan;

80. perjanjian-perjanjian seperti dimaksud dalam pasal 49 dan pasal 50 dari Ordonansi Perkawinan Orang-orang Indonesia-Kristen di Jwa, Minahasa, dan Ambon, jika itu dibuat, demikian pula nama-nama dan usia dari anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan, jika itu diajukan berdasarkan ketentuan dalam pasal 47 dari

ordonansi itu;

90. jika perkawinan itu dilangsungkan dengan kuasa: nama keturunan, nama kecil, usia, pekerjaan dan tempat tinggal dari yang

menerima kuasa. (BS. 62; BSCI. 68.)

100 (s.d.u. dg. S. 1.936-247, 607.) (1) Pembuatan akta Perkawinan oleh pemuka agama dilakukan dengan mengisi, sesuai dengan tuiuan yang disebut di pinggir, petak-petak kosong dari

formulir-formulir tercetak yang kosong yang bentuknya ditetapkan oleh Directeur van Justitie (kini: Menteri Kehakiman), yang dapat diperoleh pada pegawai catatan sipil, dalam daerah mana

perkawinan dilangsungkan dan diberi cap jabatannya. Akta perkawinan itu adalah bebas dari meterai.

(2) Akta itu dibuat secara rangkap dua dengan mengisi dua formutir yang dicetak di atas lembar kertas yang sama dan dipisahkan oleh lubang-lubang kecil (perforatie).

(3) dan (4) Dihapus dg. S. 1936-247, 607.

Pasal 51.

Terhadap akta perkawinan Yang dibuat oleh pemuka agama berlaku pasal 11, 12 ayat (2) dan (3), 13, 14, 15, 16, dan 49.

Pasal 52.

(s.d.u. dg. S. 1936-247, 607.)

(1) Surat-surat yang harus diserahkan oleh para pihak untuk dilangsungkannya perkawinan mereka menurut pasal 21 dari Ordonansi Perkawinan Orang-orang Indonesia-Kristen di Jawa, Minahasa, dan Ambon, sepanjang hal itu dapat diberikan oleh seorang pegawai catatan sipil, jika dikehendaki, diminta oleh pemuka agania.

(2) Pegawai-pegawai catatan sipil berkewajiban dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 21, untuk mengirim kepada seorang pemuka agama kutipan-kutipan dari daftar-daftar yang diminta olehnya.

Pasal 53.

(s.d.u, dg. S. 1936-247, 607.) Pemuka-pemuka agama bertanggungjawab atas pengiriman yang terlambat dari suatu akta perkawinan dan atas setiap kesalahan yang sengaja dibuat olehnya pada pembuatannya. Para pihak atas dasar itu dapat menuntut ganti rugi dari mereka.

Pasal 54.

Para pemuka agama, kecuali apa yang ditentukan dalam ayat (3) pasal 55, tidak berwenang memberi turunan-turunan atau kutipan-kutipan dari akta-akta perkawinan yang dibuat oleh mereka.

Pasal 55.

(13)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

(2) (s.d. u. dg. S. 1936-247, 607.) Lembar kedua dipisahkan olehnya dari yang pertama dan dengan surat-surat yang menurut ketentuan dalam Ordonansi Perkawinan Orang-orang Indonesia-Kristen di Jawa, Minahasa, dan Ambon, diserahkan pada waktu pelaksanaan pelangsungan perkawinan, dikirim dengan sesegera mungkin kepada pegawai catatan sipil, dalam daerah mana perkawinan

dilangsungkan.

(3) Dalam hal lembar dari akta Yang dikirimkan untuk pencatatan dalam daftar untuk keperluan itu seperti diatur dalam pasal 56 hilang, maka pemuka agama yang membuat akta mengirim secepat mungkin turunan dari akta perkawinan yang disahkan olehnya kepada pegawai catatan sipil.

Pasal 56.

(1) (s.d.u. dg. 1936-247, 607.) Pegawai catatan sipil segera mencatat akta perkawinan Yang ia terima dari pemuka agama menurut ketentuan dalam ayat (2) dari pasal 55 dalam daftar perkawinan.

(2) Akta-akta yang telah dicatat itu ditandatangani oleh pegawai catatan sipil hanya "untuk pencatatan". Akta-akta yang diterima dari pemuka-pemuka agama disatukan dengan akta-akta yang

dicatat.

Pasal 57.

(1) (s.d.u. dg. S. 1936-247, 607.) Bila akta-akta yang diterima oleh pegawai catatan sipil tidak dikirim dalam tenggang waktu yang ditentukan atau jika satu atau lebih dari surat-surat yang harus dilampirkan pada akta menurut ketentuan dalam Ordonansi Perkawinan Orang-orang Indonesia-Kristen di Jawa, Minahasa, dan Ambon, tidak ada, maka ia harus segera membuat berita acara tentang hal itu.

(2) Suatu turunan dari berita acara itu yang disahkan, dikirim oleh pegawai catatan sipil dalam waktu delapan hari sesudah dibuatnya kepada residen, yang mengusahakan sedemikian rupa agar kesalahan yang telah dibuat diperbaiki.

Pasal 58.

(1) Pegawai catatan sipil mencatat segera sesudah menerima turunan keputusan hakim seperti tersebut dalain ayat (3) pasal 73 dari Ordonansi Perkawinan Orang-orang Indonesia-Kristen di Jawa, Minahasa, dan Ambon, perkawinan seorang lelaki yang masuk agama Kristen dalam daftar perkawinan.

(2) Akta itu memuat nama keturunan, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal suami-istri, sepanjang dapat diketahui dari keputusan hakim, dan penyebutan keputusan hakim yang menyatakan perkawinan itu menjadi perkawinan Kristen.

(3) Akta itu ditandatangani hanya oleh pegawai catatan sipil. (4) Turunan keputusan hakim disatukan dengan akta.

Bagian 7. Akta Perceraian.

Pasal 59.

(14)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

(2) Bila perkawinan dari bekas suami-istri tercatat dalam daftar yang diselenggarakan oleh pegawai catatan sipil, maka perceraian itu dicatat di Pinggir akta perkawinan. (BS. 642.)

Pasal 60.

(1) Akta Pencatatan suatu perceraian memuat:

10. nama keturunan, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal dari suami-istri; (BS. 64 2.)

20. penyebutan keputusan hakim yang memutus perceraian; (BSCI. 68.)

30. penyebutan surat kesaksian dari panitera, yang dimaksudkan sebagai bukti bahwa keputusan hakim itu tidak dapat dilawan dengan upaya hukum yang sah mana pun.

(2) Akta itu ditandatangani hanya oleh pegawai catatan sipil.

(3) Turunan dari keputusan hakim dan surat kesaksian panitera yang dikirimkan disatukan dengan akta.

Bagian 8. Akta Kematian

Pasal 61.

(1) Laporan tentang kematian harus dilakukan paling lambat pada hari kesepuluh sesudah kematian, tidak turut dihitung hari Minggu dan hari yang disamakan dengan itu, kepada pegawai catatan sipil, dalam daerah jabatan mana orang itu meninggal dunia. Ayat (2) pasal 35 berlaku dalam hal ini.

(2) Pegawai itu akan membuat akta kematian atas keterangan dari pelapor dan dari seorang saksi; ia berwenang, jika dipandang perlu, untuk sebelumnya meyakinkan diri tentang kematian itu. (3) Ayat (3) pasal 35, pasal 36, ayat (1) dan (2) pasal 37 berlaku

juga di sini. (BS. 65'; BS. Ind. 42.)

Pasal 62.

Yang berkewajiban untuk melakukan laporan mengenai kematian adalah penghuni-penghuni rumah yang sudah dewasa, di mana orang meninggal dunia dan jika mereka tidak ada atau berhalangan, juga jika kematian tidak terjadi di dalam rumah, kepala desa, kepala kampung atau

kepala suku atau juga jika kepala sedemikian tidak ada, kepala rukun wilayah (wijkmeester).

Pasal 63.

Bila ternyata bahwa orang yang meninggal dunia mempunyai tempat tinggal di suatu tempat dalam wilayah, untuk mana reglemen ini berlaku, maka pegawai catatan sipil yang menerima laporan mengirim kutipan dari daftar yang memuat akta kematian, kepada pegawai di tempat tinggal terakhir yang diketahui dari orang yang meninggal dunia dalam daerah itu, agar dapat dicatat juga dalam daftar-daftar di tempat itu. Akta yang telah dicatat ditandatangani hanya oleh pegawai catatan sipil. Kutipan yang diterima disatukan dengan akta kematian. (BS. 65 2 ; BS. Ind. 44.)

Pasal 64.

(1) Akta kematian memuat:

10. nama keturunan, namakecil, usia, pekerjaandan tempat tinggal orang yang meninggal dunia, demikian pula hari dan jam

kematian; (BSCI. 68.)

(15)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

meninggal dunia kawin, atau duda maupun janda;

30. nama keturunan, nama kecil, usia, pekerjaan dan tempat tinggal dari pelapor dan saksi, juga jika mereka keluarga sedarah atau semenda, derajat dari kekeluargaannya.

(2) Akta kematian selanjutnya memuat, sedapat mungkin, nama

keturunan, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal dari orang tua dari yang meninggal dunia, juga tempat kelahirannya. (BS. 67; BS. Ind. 45.)

Pasal 65.

(1) Pegawai catatan sipil tidak boleh membuat akta kematian dari seorang anak yang hidup belum sampai tiga hari penuh, kecuali sepanjang kepadanya ternyata bahwa untuk kelahiran anak itu telah dibuat suatu akta.

(2) Bila hal ini tidak ternyata, pegawai catatan sipil yang menerima laporan tidak boleh menyebut dalam suatu akta bahwa anak itu telah meninggal dunia, tetapi hanya bahwa anak itu dilaporkan sebagai tidak bernyawa. Pegawai catatan sipil dapat meminta dalam hal demikian, jika terdapat keraguan tentang kebenaran laporan, agar anak itu diperlihatkan kepadanya. Akan tetapi ia harus menerima keterangan dari pelapor dan saksi mengenai nama keturunan, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua anak itu, dengan menyebutkan tahun, bulan, hari dan jam

kelahiran anak itu.

(3) Akta itu, sesuai dengan hari ditandatanganinya dicatat dalam daftar-daftar kematian; tanpa itu akan diputuskan, apakah anak itu dilahirkan hidup atau mati. (BS. 68; BS. Ind. 46.)

Pasal 66.

Bila terjadi suatu kematian di rumah sakit umum atau rumah sakit militer, ataupun suatu jenazah dimasukkan di situ sebelum

penguburan, maka kepala atau pengurus, juga salah satu dokter atau perwira kesehatan yang sedang bertugas, dalam hal-hal bahwa mereka kecuali kepala terikat pada rumah sakit, kewajiban untuk membuat laporan tertulis tentang hal itu dalam puluh empat jam, sesuai dengan formulir tertentu, kepada pegawai catatan sipil yang akan membuat akta kematian. Akta itu ditandatangani hanya oleh pegawai catatan sipil. Laporan yang diterima dilampirkan pada akta kematian. (BS. 71; BS. Ind. 47.)

Pasal 67.

Dalam hal suatu kematian terjadi karena kekerasan, karena pelaksanaan hukuman mati seorang narapidana, atau kematian di lembaga pemasyarakatan, maka hal-ihwal itu tidak disebut oleh pegawai catatan sipil dalam akta. (BS. 75; BS. Ind. 48.)

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 68.

(16)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 69.

Putusan Gubemur Jenderal tanggal 4 Oktober 1864 No. 13 (S. 1864-142) sebagaimana ditambah dengan keputusan tanggal 5 Nopember 1885 No. 1c (S 1885-185) tidak berlaku di daerah, untuk mana reglemen ini

berlaku.

Pasal 70.

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga sumbu kristal dari sistam ini sama panjang dan semuanya saling tegak

• Mobile Computing adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan aplikasi pada piranti berukuran kecil, portable, dan wireless serta

keterpercayaan hasil ukur (skor) yang diperoleh dari subyek yang diukur dengan alat yang sama, atau ukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Uji

Menurut informasi dari keluarga, sikap lanjut usia tentang bagaimana cara memelihara kebersihan diri secara baik dan benar juga kurang, hal ini ditandai dengan banyaknya lanjut

Kemajuan komputer generasi ketiga lainnya adalah penggunaan sistem operasi ( operating system ) yang memungkinkan mesin untuk menjalankan berbagai program yang berbeda

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Wijayanto (2013) menyatakan bahwa motivasi tidak memoderasi kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai, dan

Menimbang, bahwa ketika dilakukan pemerikaan saksi Nurmawilis bersama Tim dari Balai Besar Pengawas obat dan Makanan (BBPOM) di Pekanbaru tidak menemukan Obat

This study is aimed to analyze the effectiveness of product sampling as a one of sales promotion tools in tutoring agency from communication perspective.. Product sampling in