• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Status Membership Group Pada Perusahaan Kosmetik Berbasis Multi Level Marketing Terhadap Perilaku Konsumtif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Status Membership Group Pada Perusahaan Kosmetik Berbasis Multi Level Marketing Terhadap Perilaku Konsumtif"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Oriflame Indonesia merupakan sebuah perusahan yang memproduksi kosmetik dan barang perawatan tubuh untuk kebutuhan sehari – hari, dengan menggunakan sistem pemasaran berbasis Multi Level Marketing (MLM). Dalam bisnis Oriflame dibutuhkan status membership group atau dengan kata lain ialah status keanggotaan untuk membeli setiap produk yang dipasarkan.

Perusahaan Oriflame menawarkan 3 konsep keuntungan yang akan diperoleh bagi setiap anggotanya yakni look great (tampil menarik), make money (menentukan penghasilan), have fun (bersenang – senang / bahagia). Success Plan atau yang bermakna “Jenjang Karir” juga menjadi salah satu hal yang sangat menarik minat orang – orang untuk bergabung dan mendapatkan penghasilan dengan membangun bisnis bersama Oriflame. Reward yang berbentuk produk, uang tunai, hingga jalan – jalan ke dalam dan luar negeri pun menjadi salah satu daya tawar yang sangat menggiurkan bagi seluruh membernya untuk bertahan bahkan meningkatkan status keanggotaannya.

(2)

tindakan pelanggaran ataupun kecurangan yang dilakukan oleh setiap konsultannya.

Dengan begitu maka berbisnis dengan oriflame menjadi lebih aman dan tersistematis dalam hal mendapatkan produk, reward, hingga insentif bulanan. Keanggotaan dalam bisnis Oriflame dikenal dengan istilah Independent Consultant, hal ini bermakna bahwa setiap orang yang tergabung di dalam bisnis

Oriflame berhak untuk memilih dan menentukan keinginannya dalam menjalankan bisnis sesuai dengan minat dan tujuan dari konsultan tersebut. Dimana Oriflame membagi tipe konsultannya dalam 3 kriteria yakni, Usser (pengguna bagi kebutuhan pribadi), Seller (Penjual), dan Leader (Pembisnis).

Hal itulah yang membuat perusahaan Oriflame Indonesia menjadi berbeda dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan Multi Level Marketing (MLM) lainnya. Dimana dalam bisnis Oriflame segala bentuk insentif akan diberikan sesuai dengan pencapaian yang diraih dan sekecil apa pun pencapaian karir yang diraih oleh setiap membernya akan diapresiasi oleh pihak manajemen Oriflame di dalam acara Recognition Party atau pesta penghargaan bagi seluruh member Oriflame. Adanya Passive Income dan Active Income yang diberikan secara transparan oleh pihak manajemen Oriflame membuat kredibilitas perusahaan ini semakin baik.

(3)

kebutuhan hidup sehari – hari. Dengan cara kerja dan persyaratan yang tidak terlalu rumit dan kualitas produk yang sangat terjamin, kini perusahaan Oriflame pun diminati banyak lapisan masyarakat baik sebagai konsumen maupun sebagai pebisnis.

Motivasi kerja merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seseorang baik yang ingin bertahan di karir tertentu, untuk mengembangkan karir, bahkan untuk pancapai jenjang karir tertinggi. Tanpa motivasi kerja tidak mungkin seseorang mampu mendapatkan prestasi kerja yang tinggi sehingga berimbas pada kemajuan karirnya. Orang – orang yang sukses dalam karir adalah mereka yang memiliki motivasi kerja. Jika seseorang yang memiliki keterampilan begitu memukau, artinya ia memiliki motivasi tinggi untuk menguasai keterampilan tersebut. Jika seseorang yang mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik, disiplin dalam bekerja serta cepat dan tepat, artinya dia memiliki motivasi kerja yang tinggi. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi motivasi kerja karyawan di sebuah perusahaan1

a) Faktor kebijakan perusahaan. :

b) Faktor imbalan atau reward. c) Faktor kultur perusahaan.

d) Faktor kondisi mental karyawan itu sendiri.

Setiap orang yang ingin bergabung dalam bisnis Oriflame pastilah memiliki sponsor ataupun atasan yang tergabung dalam suatu jaringan besar dan berperan serta bertanggung jawab dalam proses pembinaan hingga sang konsultan baru

(4)

dapat berdiri menjadi jaringan yang mandiri. Seperti halnya pada setiap konsultan yang berhak menentukan pilihannya dalam menjalani bisnis Oriflame, begitu pula pada setiap jaringan yang terbentuk pada bisnis Oriflame Indonesia. Dimana setiap jaringan memiliki aturan dan cara pembinaan yang berbeda – beda dalam mengembangkan bisnis sesuai dengan kesepakatan para Leader Oriflame yang tergabung dalam jaringan tersebut.

Jaringan Imaginer merupakan salah satu jaringan yang terdapat dalam bisnis Oriflame Indonesia yang berada di kantor cabang Oriflame Medan dan di bangun oleh Windy Natasia Febrina Hasibuan yang saat ini telah meraih level Senior Diamond Director. Jaringan Imaginer merupakan jaringan terbesar yang

terdapat di wilayah Sumatera Bagian Utara hingga provinsi Aceh. Di lingkup nasional, jaringan Imaginer mendapatkan penghargaan peringkat kedua dalam kategori pertumbuhan jaringan tercepat se-Indonesia.

(5)

tersebut. Dengan kata lain para konsultan Oriflame diminta untuk mampu bekerja dengan baik agar dapat mengembangkan bisnis dengan melakukan perekrutan anggota baru serta membina orang – orang tersebut dan juga dapat memasarkan produk dengan baik agar dapat mempertahankan bahkan meningkatkan status keanggotaannya.

Pada umumnya para konsultan Oriflame sangat tergiur oleh beragam reward produk hingga dalam bentuk uang tunai dan tiket travelling. Hal inilah

yang menjadi alasan terbesar para konsultan Oriflame untuk bertahan dan terus berupaya mengembangkan bisnis mereka. Semua itu semata – mata demi mewujudkan segala impian mereka dan mendapatkan kematangan secara finansial. Dalam upaya mendorong proses pemasaran produk oleh para konsultannya, pihak Oriflame pun terus melakukan inovasi – inovasi disetiap katalog dengan beragam potongan harga yang disajikan. Hal tersebut sangat memberikan peranan dalam mempermudah proses pemasaran. Bahkan tidak jarang para konsultan pun turut tergiur dan menjadi “latah” untuk berbelanja produk – produk yang sedang dipromosikan dengan potongan harga tersebut. Tanpa mereka sadari bahwa mereka telah memiliki produk sejenis dengan tipe barang yang berbeda bahkan sesungguhnya mereka tidak begitu memerlukan produk tersebut. Namun hal tersebut dilakukan juga semata – mata demi melengkapai poin dan pencapaian yang mereka inginkan.

(6)

berbelanja. Hal tersebut semata – mata dilakukan karena mereka ingin mencapai jenjang karir tertentu dan juga mendapakan sejumlah reward produk dan juga insentif dalam jumlah yang besar.

Oleh sebab itu, loyalitas serta kerja sama antar tim menjadi faktor utama dan hal yang tidak dapat terelakkan dari proses pencapaian prestasi dalam suatu jaringan. Hal ini lah yang menarik minat penulis untuk melakukan penelitian dalam upaya melihat adakah keterkaitan serta pengaruh status Membership Group pada perusahaan kosmetik berbasis multi level marketing terhadap perilaku konsumtif dalam upaya pencapaian jenjang karir, pencapaian target, maupun pencapaian hadiah – hadiah yang menggunakan persyaratan kualifikasi poin belanja, yang berstudi kasus pada Jaringan Imaginer Oriflame Indonesia cabang Medan selaku jaringan terbesar dengan pertumbuhan tercepat di kantor Oriflame Cabang Medan.

1. 2. Rumusan Masalah

(7)

1. 3. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan hasil penelitian ini ialah “Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana keterkaitan antara status Membership Group terhadap perilaku konsumtif di jaringan Imaginer Oriflame

Indonesia cabang Medan.”

1. 4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan hasil penelitian ini ialah:

1. 4. 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian yang saya lakukan ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah mahasiswa, khususnya mahasiswa sosiologi dalam memahami realita kajian sosiologi dari berbagai aspek kehidupan. Serta diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.

1. 4. 2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian yang saya lakukan ini diharapkan dapat menambah referensi dan memperkaya penelitian – penelitian sejenis serta agar dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi dari penelitian sebelumnya. Selain itu penelitian ini juga memberikan pengetahuan baru dan memperluas wawasan peneliti tentang pengaruh status Membership Group terhadap perilaku konsumtif. Disamping itu hasil dari penelitian ini

(8)

Jaringan Imaginer untuk menjadi bahan referensi dan introspeksi bagi perkembangan, kemajuan dan kesejahteraan Jaringan Imaginer.

1. 5. Hipotesis Penelitian

Sugiyanto (2004) menjelaskan hipotesis adalah dugaan sementara mengenai sesuatu hal yang perlu diuji kebenarannya. Dengan kata lain hipotesis juga dapat dikatakan sebagai kesimpulan sementara dari suatu hubungan variabel dengan variabel lainnya sehingga hipotesis dapat dikatakan sebagai suatu perkiraan ataupun dugaan yang melekat pada variabel yang bersangkutan. Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

Di dalam perumusan hipotetsis pada penelitian ini menggunakan hipotesis dua arah yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nol. Dimana hipotetsis menjadi benar jika hipotetsis alternatif terbukti kebenarannya. Maka dari itu, ada pun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidaknya adanya hubungan pengaruh status Membership Group pada perusahaan kosmetik berbasis multi level marketing terhadap perilaku konsumtif di jaringan Imaginer Oriflame Indonesia cabang Medan.

(9)

1. 6. Definisi Konsep

1. 6. 1. Membership Group

Menurut Robert K. Merton Membership Group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas – batas yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada suatu kelompok secara fisik tidak dapat dilakukan secara mutlak. Hal ini disebabkan karena perubahan – perubahan keadaan. Situasi yang tidak tetap akan memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok tadi sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompok tersebut, walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok yang bersangkutan.2

1. 6. 2. Multi Level Marketing

Multilevel Marketing atau yang terkadang juga disebut dengan Networking Selling (jaringan penjualan) atau direct selling (penjualan langsung) adalah bentuk

pemasaran suatu produk atau jasa dari suatu perusahaan yang dilakukan secara perorangan atau berkelompok yang membentuk jaringan secara berjenjang, lalu dari hasil penjualan pribadi dan jaringan tersebut, setiap bulannya perusahaan akan memperhitungkan bonus atau komisi sebagai hasil usahanya.3

Multilevel Marketing adalah merupakan sebuah sistem pemasaran modern

melalui jaringan distribusi yang dibangun secara permanen dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Singkatnya, bahwa

2

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (hal. 123)

3

(10)

Multilevel Marketing adalah suatu konsep penyaluran (distribusi) barang berupa

produk dan jasa tertentu, yang member kesempatan kepada para konsumen untuk turut terlibat sebagai penjual dan memperoleh keuntungan di dalam garis kemitraannya.4

1. 6. 3. Perilaku Konsumtif

Sumartono (2002) mengatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas. Artinya belum habis suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merk lain atau membeli barang karena adanya hadiah yang ditawarkan ataupun membeli suatu produk karena banyak orang yang menggunakan produk tersebut. Sedangkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan.5

1. 6. 4. Konsultan

Konsultan adalah sebutan untuk member Oriflame. Disebut sebagai konsultan karena diharapkan seseorang yang telah tergabung menjadi bagian dari oriflame bukan hanya maju di bidang penjualan tetapi menjadi konsultan bagi para downlinenya dan menjadi trend setter dari gaya hidup Oriflame.

4

Tyas, Anis Kuncoro. 2009. Konsep Bisnis Multi Level Marketing Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Semarang: E – Jurnal Unissula.

5

(11)

1. 6. 5. Upline

Upline adalah konsultan yang secara hirarki dalam jaringan keanggotaan telah terdaftar lebih dahulu dari orang yang baru tergabung sebagai member Oriflame.

1. 6. 6. Downline

Downline adalah konsultan yang baru tergabung dalam jaringan keanggotaan dan secara hirarki berada di bawah dari seorang upline.

1. 6. 7. Sponsor

Sponsor adalah seorang upline yang secara hirarki dalam jaringan keanggotaan berada tepat diatas seseorang yang baru tergabung sebagai member Oriflame.

1. 7. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala variabel yang bervariasi yaitu faktor – faktor yang dapat berubah – ubah ataupun dapat diubah untuk tujuan penelitian. Variabel penelitian perlu ditentukan dan dijelaskan agar alur hubungan dua atau lebih variabel dalam penelitian dapat dicari dan dianalisis. Penentuan variabel dalam suatu penelitian, berkisar pada variabel bebas (independent variable), variabel tergantung (dependent variable), maupun variabel kontrol (intervening variable).6

6

(12)

Variabel Antara (Z) "Pendidikan" Variabel Bebas (X)

"Status Membership Group"

Variabel Terikat (Y) "Perilaku Konsumtif"

Di dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel bebas (independent variable) diperumpamakan sebagai variabel X, variabel tergantung

atau yang sering dikenal dengan istilah variabel terikat (dependent variable) diperumpamakan sebagai variabel Y, serta variabel antara (intervening variable) diperumpamakan sebagai variabel Z. Variabel bebas merupakan suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain, variabel tergantung atau variabel terikat merupakan variabel yang dapat dipengaruhi, sedangkan variabel antara merupakan variabel yang secara teoritis mempengaruhi dalam memperkuat ataupun memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Dalam penelitian ini penjabaran mengenai variabel penelitian adalah sebagai berikut:

X: Variabel Bebas yakni Status Membership Group

Y: Variabel Tergantung / Terikat yakni Perilaku Konsumtif Z: Variabel Antara yakni Pendidikan

(13)

1. 8. Oprasional Variabel

Devinisi oprasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur ataupun memanipulasi suatu variabel. Definisi oprasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Sarwono,2013).

1. Variabel Bebas (X)

Sarwono (2013) menjelaskan variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang variabilitasnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Di dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) yakni Status Membership Group. Adapun yang menjadi indikator dari variabel bebas tersebut, yakni:

a. Keanggotaan

b. Pencapaian Jenjang Karir c. Pencapaian Target Poin d. Keaktifan Dalam Pelatihan

2. Variabel Tergantung / Terikat (Y)

(14)

a. Pekerjaan

b. Penghasilan dan Pengeluaran c. Intensitas Pembelian

d. Intensitas Penggunaan e. Harga Barang

f. Jenis Barang

3. Variabel Perantara (Intervening Variabel)

Sarwono (2013) menjelaskan variabel perantara merupakan suatu variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan variabel yang sedang diteliti, akan tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan dimanipulasi. Pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh –pengaruh variabel bebas dan variabel terikat terhadap gejala yang sedang diteliti. Di dalam penelitian ini yang menjadi variabel perantara (Z) yakni Pendidikan. Adapun yang menjadi indikator dari variabel perantara tersebut, yakni:

(15)

1. 9. Bagan Oprasional Variabel

Jenis Variabel Indikator Skala

Variabel X

Status Membership Group

Keanggotaan Skala Rasio

Pencapaian Jenjang Karir Skala Rasio Pencapaian Target Poin Skala Rasio

Keaktifan Dalam Pelatihan Skala Rasio

Variabel Y

Perilaku Konsumtif

Pekerjaan Skala Nominal

Penghasilan & Pengeluaran Skala Interval Intensitas Pembelian Skala Rasio Intensitas Penggunaan Skala Rasio Harga Barang Skala Rasio Jenis Barang Skala Nominal

Variabel Z Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

 Pengembangan media pembelajaran berbasis mobile learning (m-learning) pada mata pelajaran sistem komputer kelas X Multimedia SMKN 1 Cerme dapat meningkatkan hasil

Lahan sawah bukan sekadar tempat penghasil bahan pangan saja, tetapi terdapat fungsi lain dari lahan sawah yang tentunya memberikan manfaat yang tidak dirasakan

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan konselor (P2TP2A) Provinsi Riau ibu Iin Rafida, S.Psi berpendapat bahwa dalam melaksanakan layanan advokasi membutuhkan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah a pakah terdapat keterkaitan yang berarti antara atribut konsumen yang meliputi usia, tingkat pendidikan dan selera terhadap keputusan

Pada plot ini terlihat bahwa Hotel Homann cenderung mirip dengan Hotel Preanger dan Hotel Panghegar yang diidentifikasikan oleh responden sebagai personal yang

Figur yang paling besar mungkin menandakan raja, kemudian permaisuri (yang saat itu layak ditemukan pada peradaban Timur Dekat purbakala). Tingginya melebihi figur-figur

Adapun dampak negatif digital (Mardiya) adalah sebagai berikut : a) Tumbuh kembang anak menjadi tidak optimal karena anak terlalu lama duduk asyik dengan gadget,

Berdasarkan perencanaan yang telah didesain oleh Mine Plan, sump tersebut akan dipindahkan ke elevasi yang lebih rendah sehingga selain mengevaluasi kebutuhan