• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelainan Kromosom Pada Abostus Spontan Berdasarkan Usia Pasangan Suami Istri Di RSUP. H. ADAM MALIK Dan RS. Jejaring FK-USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kelainan Kromosom Pada Abostus Spontan Berdasarkan Usia Pasangan Suami Istri Di RSUP. H. ADAM MALIK Dan RS. Jejaring FK-USU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KELAINAN KROMOSOM PADA ABOSTUS SPONTAN BERDASARKAN USIA PASANGAN SUAMI ISTRI DI RSUP. H. ADAM MALIK

DAN RS. JEJARING FK-USU

Daulat H Sibuea, Sarma N. Lumbanraja, Hotma P. Pasaribu, Syaamsul A. Nasution, Sarah dina, Errol H

Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 2011

ABSTRAK

Tujuan: Meneliti hubungan kelainan kromosom jaringan plasenta dengan usia suami dan usia ibu yang mengalami abortus spontan lebih dari 35 tahun.

Metode: penelitian ini berupa deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang dilakukan di Departemen Obstetri & Ginekologi/ SMF Obstetri & Ginekologi; RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr Pirngadi Medan, RS Haji Mina Medan, RS. PTPN II Tembakau Deli Medan, RSU. Sundari, dan RS. KESDAM Tk. II BB Medan, dimulai tanggal 20 September 2010 hingga tanggal 12 Februari 2011. Pasien yang memenuhi criteria dilakukan kuretase dan jaringannya dilakukan kultur CVS lalu dicatat semua detail mengenai kultur jaringan CVS dan POC. Data dianalisis dengan uji chi squere atau uji fischer exact test.

Hasil: Pada suami kelompok usia 20-35 tahun didapati yang terbanyak adalah kasus Trisomi 16 yaitu sebanyak 4 (80%) pasien. Pada suami kelompok usia > 35 tahun didapati yang terbanyak adalah kasus Monosomi X yaitu sebanyak 4 (66,7%) pasien. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kelompok usia istri dengan kelainan kromosom pada jaringan abortus spontan yang dapat dilihat dari nilai p<0,05 ( p = 0,024 ), tetapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara kelompok usia suami dengan kelainan kromosom jaringan abortus

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel kelompok usia ibu diatas 35 tahun dengan kelainan kromosom pada jaringan abortus spontan. Namun tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel kelompok usia suami diatas 35 tahun dengan istri yang mengalami kelainan kromosom pada abortus spontan.

▸ Baca selengkapnya: sepasang suami istri mempunyai kelainan polidaktili heterozigot persentase kemungkinan anaknya yang bersifat polidaktili heterozigot adalah

(2)

CHROMOSOMAL ABNORMALITIES IN SPONTANEOUS ABORTION BASED ON THE AGE OF COUPLE IN ADAM MALIK HOSPITAL

AND SATELLITE HOSPITAL OF FACULTY OF MEDICINE- UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

Daulat H Sibuea, Sarma N. Lumbanraja, Hotma P. Pasaribu, Syaamsul A. Nasution, Sarah dina, Errol H

Department of Obstetric and Gynecology, Faculty of Medicine University of Sumatera Utara, Medan, 2011

ABSTRACT

Objective: To examine the relationship of chromosome abnormalities of placental tissue with husband age and maternal age who experience spontaneous abortion more than 35 years. Methods: This study is an analytic descriptive cross sectional study that conducted in the Department of Obstetrics & Gynecology / Obstetrics & Gynecology SMF; Dr. Adam Malik, RSU Dr Pirngadi Medan, Medan Mina Haji RS, RS. PTPN II Tobacco Deli Medan, RSU. Sundari, and RS. Kesdam Tk. II B field which beginning September 20, 2010 until February 12, 2011. Patients who met the criteria was underwent curettage and the tissue was cultured and recorded all the details regarding tissue culture CVS and POC. Data were analyzed with chi squere or Fischer exact test.

Results: In the age group 20-35 years the husband found that most are cases of Trisomy 16 as many as four (80%) patients. In the group husband aged> 35 years found that most are cases Monosomi X as many as four (66.7%) patients. There is a statistically significant relationship between the age group with the wife of chromosomal abnormalities in spontaneous abortion tissue that can be seen from the value of p <0.05 (p = 0.024), but did not find a statistically significant relationship between age groups husband with chromosomal abnormalities abortion network

Conclusion: There was a statistically significant relationship between the variables maternal age group above 35 years with chromosomal abnormalities in tissues of spontaneous abortion. However, there was no statistically significant relationship between the variables age group above 35 years old man with a wife who had chromosomal abnormalities in spontaneous abortion.

(3)

PENDAHULUAN

Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup dan terbatas pada kehamilan sebelum 20 minggu berdasarkan dari tanggal hari pertama haid terakhir. Defenisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya hasil konsepsi yang berat badannya < 500gr.

Di Indonesia diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun, dimana 10-15% diantaranya atau sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus spontan setiap tahun.

1

Penyebab utama abortus adalah faktor genetik atau perkembangan janin yang abnormal.

2,3

Sofia Doria dkk (2009) dan Salim Daya (2004), sama-sama melaporkan bahwa usia ibu hamil terutama setelah usia 35 tahun merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya abortus spontan terutama yang disebabkan kelainan kromosom. Resiko kematian janin meningkat drastis setelah usia 35 tahun; 9% pada usia 20-24 tahun, dan 75% pada usia 45 tahun ke atas.

Sperma dari laki-laki yang mempunyai pasangan wanita dengan riwayat abortus berulang menunjukkan insiden aneuploidi yang tinggi. Insiden abortus spontan meningkat pada wanita muda dengan usia suami yang lebih tua, dimana didapati kualitas semen yang jelek.

5

Bila dijumpai abortus spontan pada wanita setelah usia 35 tahun disarankan melakukan pemeriksaan kromosom.

Dan Diego Alvarez dkk (2005) melakukan penelitian kasus abortus spontan dimana didapati (40,2%) kasus kromosom abnormal dan trisomi komplit tunggal ditemukan pada (61,24%). Mengingat tingginya kejadian abortus spontan yang disebabkan oleh kelainan kromosom terutama yang berhubungan dengan faktor resiko usia ibu dan suami, yang didapat dalam kepustakaan mendorong penelliti mencari hubungan antara abortus spontan dengan kelainan kromosom yang dikaitkan dengan usia ibu dan suami.

7

METODE

(4)

squere, apabila tidak memenuhi syarat dengan menggunakan uji fischer exact test.

CARA KERJA :

Pasien dimintai informed consent & surat ijin operasi. Dlakukan anamnesis, pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan penunjang pada pasien. Lalu baru dilakukan kuretase. Jaringan konsepsi yang didapat dengan langsung dimasukkan ke wadah khusus yang telah disediakan dan dijadikan sampel penelitian secara kariotipe/FISH. Kemudian dilakukan kultur CVS lalu dicatat semua detail mengenai kultur jaringan CVS dan POC.

[image:4.612.317.546.378.558.2]

HASIL DAN PEMBAHASAN

TABEL.1 KARAKTERISTIK USIA SUAMI & USIA ISTRI DARI SUBJEK PENELITIAN ABORTUS SPONTAN

USIA ISTRI

FREKUENSI

(n) %

PERSENTASE

20-35 16 53.3%

>35 14 46.7%

USIA SUAMI

20-35 8 26.7%

>35 22 73.3%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa subjek penelitian pada kasus abortus spontan pada kelompok usia istri didapati kebanyakan pada usia 20-35 tahun sebesar 53.3%. Pada kelompok usia suami lebih banyak dijumpai pada usia > 35 tahun sebesar 73,3%.

Sedangkan pada kelompok usia istri > 35 tahun yang mengalami keguguran sebesar 46,7% dan kelompok usia suami 20-35 tahun yang istrinya mengalami keguguran sebesar 26,7%.

TABEL 2. DISTRIBUSI FREKUENSI JENIS KROMOSOM JARINGAN PLASENTA ABORTUS SPONTAN

KELAINAN KROMOSO

M

JUMLA H

FREKWENS I

EUPLOIDI 12 40 %

TRISOMI 11 36,7%

MONOSOMI X

7 23.3 %

TOTAL 30 100 %

[image:4.612.67.303.518.718.2]
(5)

Walaupun 3-4% sperma dan 10% oosit bersifat aneuploid akibat kesalahan miosis, gamet-gamet abnormal ini kecil kemungkinan menghasilkan konsepsi dibandingkan dengan gamet normal. Apabila tetap terjadi pembuahan, seleksi menyebabkan sebagian besar hasil konsepsi aneuploidi akan lenyap. Walaupun demikian, hanya sedikit trisomi yang biasanya teridentifikasi karena trisomi yang menimbulkan kelainan berat akan terjadi kematian dini atau pada praimplantasi. Trisomi 16 merupakan penyebab semua keguguran trimester pertama sebanyak 16%, dari berbagai aneuploidi autosom yang memungkinkan janin bertahan hidup melewati trimester pertama yaitu trisomi 13, 18, dan 21. Monosomi X terjadi paling sering karena non disjunction1

Speroff dkk menyatakan bahwa 75% dari jaringan abortus menunjukkan kelainan kromosom dan 25 % memiliki kariotip normal. Jadi terdapat proporsi yang lebih besar terjadinya kelainan kromosom dibandingkan dengan kariotip normal pada jaringan abortus. Lebih dari 90% abnormalitas kromosom yang diteliti pada jaringan abortus adalah kelainan kromosom numerik (aneuploidi, poliploidi); sisanya terbagi menjadi abnormalitas struktural kromosom (translokasi, inversi) dan mozaik.

Secara keseluruhan trisomi autosom adalah abnormalitas kromosom yang paling umum (biasanya melibatkan kromosom 13-16, 21, 22), diikuti oleh monosomi X (45 X) dan poliploidi. Diantara wanita yang mengalami abortus dengan usia <35 tahun didapati kromosom yang normal (euploidi) pada jaringan konsepsi

.

6

. Sebanyak 30% dari kasus abortus spontan disebabkan oleh trisomi dan 10% kejadian abortus spontan adalah monosomi dan poliploidi. Kejadian dari trisomi meningkat pada wanita dengan usia >35 tahun sedangkan monosomi dan poliploidi tidak dijumpai. Wanita yang didapati jaringan konsepsinya trisomi selain berhubungan dengan usia ibu juga dikarenakan pengurangan penerimaan dari ovarium dan sedang usia menuju menopause. Kebanyakan kejadian trisomi diakibatkan non-disjunction sewaktu meiosis I maternal.1,8,9

TABEL 3. JENIS KELAINAN KROMOSOM PADA ABORTUS SPONTAN BERDASARKAN USIA ISTRI

USIA Trisomi 15 Trisomi 16 Trisomi 22 Monosomi X Monosomi 18 Total n % n % n % n % n % n %

20-35 1

50% 4 80% 1 33,3% 1 16,7% - - 7 41,2%

(6)

Pada wanita kelompok usia 20-35 tahun didapati yang terbanyak adalah kasus Trisomi 16 yaitu sebanyak 4 (80%) pasien. Pada wanita kelompok usia > 35 tahun didapati yang terbanyak adalah kasus Monosomi X yaitu sebanyak 5 (83,3%) pasien.

Sofia Doria dkk (2008) melaporkan, dari 232 pasien yang didiagnosa dengan abortus spontan, 147 (63,4%) kasus dengan kromosom yang normal, 85 (36,6%) dengan kromosom abnormal. Dari 85 kasus kelainan kromosom dimana 81 (95,3%) kasus berasal dari trimester pertama, 2 (2,4%) kasus berasal dari trimester kedua dan 2 (2,4%) kasus terjadi pada trimester ketiga. Pada 66 kasus abortus spontan dilakukan pemeriksaan kariotip; 62/66 (93,9%) kasus abortus spontan menunjukkan abnormalitas; 36/62 dengan trisomi tunggal, 5/62 dengan dua atau tiga trisomi, 6/62 dengan monosomi X, 13/62 dengan poliploidi, 9/62 dengan mosaik dan 1/62 dengan trisomi plus translokasi seimbang.5

Trisomi 16 merupakan penyebab pada 16% dari semua keguguran trimester pertama, tetapi kelainan ini belum pernah ditemukan pada kehamilan tahap selanjutnya. Sedangkan trisomi 13, 18, 21 dapat menghasilkan kehamilan viable aterm

dengan presentase 57% pada trisomi 13, 14% trisomi 18, 70% trisomi 21.

Trisomi autosom dijumpai hampir 50% pada kejadian abortus spontan dimana trisomi 16 lebih banyak dijumpai dan berhubungan dengan usia ibu dan merupakan kelainan kromosom yang tersering dijumpai pada abortus spontan trimester pertama. Translokasi dapat ditemukan pada kedua orang tua. Inverse kromosom seimbang juga dapat dijumpai pada pasangan dengan abortus yang berulang. Trisomi untuk semua autosom kecuali kromosom nomor 1 pernah dijumpai pada abortus spontan, tetapi tersering adalah autosom 13, 16, 18, 21, dan 22.

1

Sekitar 30% dari kasus abortus spontan yang disebabkan trisomi dan 10% adalah kromosom sex monosomi atau poliploidi. Insidensi dari trisomi meningkat seiring dengan usia ibu, dimana kromosom sex monosomi dan poliploidi tidak.

10

1,8,9

TABEL 4.JENIS KELAINAN KROMOSOM PADA USIA SUAMI YANG ISTRINYA MENGALAMI ABORTUS SPONTAN

USIA Trisomi 15

Trisomi 16

Trisomi 22

Monosomi X

Monosomi 18

Total

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

20-35 -

-

4

80% -

-

2

33,3%

-

-

6

(7)

Pada suami kelompok usia 20-35 tahun didapati yang terbanyak adalah kasus Trisomi 16 yaitu sebanyak 4 (80%) pasien. Pada suami kelompok usia > 35 tahun didapati yang terbanyak adalah kasus Monosomi X yaitu sebanyak 4 (66,7%) pasien.

Hasil konsepsi yang abnormal secara kromosom juga merupakan hasil dari fertilisasi oosit yang euploidi dengan sperma yang aneuploidi. Sperma dari laki-laki yang mempunyai pasangan wanita dengan riwayat abortus berulang menunjukkan insiden aneuploidi yang tinggi. Insiden abortus spontan meningkat pada wanita muda dengan usia suami yang lebih tua, dimana didapati kualitas semen yang jelek.

Non disjunction meiosis maternal terjadi dengan frekuensi secara eksponensional meningkat dengan peningkatan usia maternal. Sebaliknya, non-disjunction

meiosis paternal tidak berhubungan dengan usia dan dengan demikian dapat ditemukan dalam keturunan dari orang tua muda.

6

40

Patogenesis dari 45 X biasanya 80% terjadi oleh karena kehilangan sex kromosom dari ayah.11

TABEL 5. HUBUNGAN ANTARA USIA ISTRI & USIA SUAMI SUBJEK PENELITIAN DENGAN KROMOSOM JARINGAN PLASENTA ABORTUS SPONTAN

VARIAB EL

KELAINA N KROMOS

OM (+)

KELAINA N KROMOS

OM (-)

P

USIA ISTRI

0.0 24

20-35 6 (37.5%) 10 (62.5%)

>35 11 (78.6%) 3 (21.4%)

USIA SUAMI

0.2 22

20-35 6 (75.0%) 2 (25.0%)

>35 11 (50.0%) 11 (50.0%)

Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kelompok usia istri dengan kelainan kromosom pada jaringan abortus spontan yang dapat dilihat dari nilai p<0,05 ( p = 0,024 ), tetapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara kelompok usia suami dengan kelainan kromosom jaringan abortus

Usia ibu > 35 tahun, tidak terdapat keterkaitan antara aneuploidi dengan usia ayah. Hal ini mungkin karena sperma aneuploidi tidak dapat membuahi sel telur. Namun usia ayah yang > 35 tahu meningkatkan resiko mutasi baru yang menyebabkan penyakit dominan autosom1

Sofia Doria dkk (2009) pada studi penelitian prospektif menemukan usia ibu

(8)

hamil merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya abortus spontan terutama yang disebabkan kelainan kromosom. Resiko kematian janin meningkat drastis setelah usia 35 tahun; 9% pada usia 20-24 tahun, dan 75% pada usia 45 tahun ke atas12 Speroff dkk menyatakan resiko abortus meningkat pada usia 35 tahun, beberapa wanita mengalami kerusakan folikel ovarium prematur dengan ukuran ovarium yang kecil dibandingkan dengan ovarium yang normal. Hasil konsepsi yang abnormal secara kromosom juga merupakan hasil dari fertilisasi oosit yang euploid dengan sperma yang aneuploid. Sperma dari laki-laki yang mempunyai pasangan wanita dengan riwayat abortus berulang menampilkan gambaran insiden yang tinggi terhadap aneuploidi. Insiden abortus spontan juga meningkat pada wanita usia muda dengan pasangan usia suami yang lebih tua, dimana didapati kualitas semen yang jelek. Insiden aneuplodi pada sperma hanya meningkat sedikit dengan peningkatan usia laki-laki. Peningkatan aneuplodi sperma jarang melebihi 1-2%. Pengaruh aneuplodi oosit lebih besar daripada aneuploidi sperma untuk menimbulkan resiko abortus spontan

.

6

Salim Daya (2004), mengatakan bahwa peningkatan resiko keguguran mungkin sebagian terkait dengan usia ibu; wanita

dengan kehamilan pada usia lebih tua maka resiko keguguran yang terjadi akibat dari konsepsi trisomik meningkat sesuai usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun

.

7

KESIMPULAN DAN SARAN .

Kelainan abnormalitas kromosom pada jaringan abortus adalah sebesar 60% yang terdiri dari trisomi (36,7%) dan monosomi X (23,3%), sedangkan tanpa kelainan kromosom sebesar 40 %.

Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel kelompok usia ibu diatas 35 tahun dengan kelainan kromosom pada jaringan abortus spontan.

Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel kelompok usia suami diatas 35 tahun dengan istri yang mengalami kelainan kromosom pada abortus spontan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham. F. Gary. MD, Gant. F. Norman. MD, Leveno. J. Kenneth. MD, Gilstrap III. C. Larry. MD, Hauth. C. John. MD, Wenstrom. D. Katharine. MD, Misscarriage, Obstetri Williams, Vol. 2, Ed. 21. 950

(9)

mifepristone ( RU 486 ) in late first trimester abortion. Contraception:50. 1994. 461

3. Arias F. Early Pregnancy Loss. In Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery; 2nd

4. Strom C, Ginsberg N, Applebaum M, et al. : Analyses of 95 First Trimester Spontaneous Abortions by Chorionic Villus Sampling And Karyotipe. J assist reprod genet 9: 1992. 458.

ed;. Saint Louis Mosby Year Book, 1993. 55-70

5. Sofia D, Filipa C, Carla R, Vera L, Tania F, Ana P, et.al. An Efficient Protocol For The Detection Of Chromosomal Abnormalities In Spontaneous Miscarriage or Foethal Deaths. In European journal of obstetrics & gynaecology and reproductive biology, vol 147, 2009. 144-150

6. Quenby S, MD, Recurrent Miscarriage. In Obstetry & Gynaecology, Reproductive Medicine, Elsevier journal, vol 17, 296-300

7. Daya S, MD, Evidence Based

Management of Recurrent Miscarriage : Optimal Diagnostic Protocol, International Congress Series 1266,2004. 318-327

8. Tang QS, Ho PC. Medical Management Of First-Trimester Miscarriages. In

Journal of Paediatrics, Obstetrics & Gynaecology. 2006;32(3). 102-105

9. Affandi BW, Adriaansz G, Paket Pelatihan Klinik Asuhan Pasca Keguguran. Edisi 2. AVSC International. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. Kesehatan Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan ginekologi Indonesia (JNPK-KR/POGI). Jakarta, 2002

10. Hassold TJ: Non Disjunction In The Human Male. Curr top Dev Biol

37:1998 . 383

Gambar

TABEL.1 KARAKTERISTIK
TABEL 4.JENIS KELAINAN KROMOSOM PADA USIA SUAMI YANG ISTRINYA MENGALAMI ABORTUS SPONTAN
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dan manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui proporsi keluhan menopause dikalangan paramedis usia perimenopause dan pascamenopause serta

Uji t-test tidak berpasangan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar 17 β estradiol saliva pada wanita menopause dengan dan tanpa keluhan (p =0.000)..

Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan

PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA PASCA PERSALINAN SPONTAN DENGAN SEKSIO SESARIA DENGAN MENGGUNAKAN FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX (FSFI) DI RSUPH. ADAM MALIK DAN RS JEJARING FK

Pada wanita usia lebih dari 40 tahun kadar estradiol.

Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak terdapatnya perbedaan yang bermakna nilai profil lipid serum antara penderita batu kandung empedu laki-laki dengan perempuan, walaupun

Penelitian ini dilatar belakangi oleh pasangan suami istri yang menikah pada usia dini yang mengalami permasalahan-permasalahan yang seringkali memicu tekanan emosi bagi kedua

Uji t-test tidak berpasangan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar 17 β estradiol saliva pada wanita menopause dengan dan tanpa keluhan (p =0.000).