• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING FK-USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING FK-USU"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER DEPARTEMEN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS SUMATERA UTARA

PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING

FK-USU

OLEH:

Dr. BAYU IRVIA SATRIA

PEMBIMBING:

Dr. LIBERTI SIRAIT SpBKBD

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

(2)

Judul Tesis : PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING FK-USU

Nama : Bayu Irvia Satria

Nomor CHS :

Bidang Ilmu : Kedokteran / Ilmu Bedah

Kategori : Bedah Digestif

TESIS INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

Pembimbing :

(Dr. Liberti Sirait Sp.B-KBD) NIP : 195604131987021001

Ketua Departemen Ilmu Bedah, Ketua Program Studi Ilmu Bedah,

Dr. Emir T Pasaribu, SpB(K)ONK Dr. Marshal, SpB, SpBTKV NIP : 19520304 198002 1 001 NIP : 19610316 198611 1 001

(3)

SURAT KETERANGAN

PEMBIMBING METODOLOGI PENELITIAN

Sudah diperiksa hasil penelitian

JUDUL : PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING FK-USU

PENELITI : BAYU IRVIA SATRIA DEPERTEMEN : ILMU BEDAH

INSTITUSI : FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN, NOVEMBER 2012 KONSULTAN METODOLOGI PENELITIAN

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

(PROF. Dr. AZNAN LELO, PhD, SpFK) NIP : 19511202 197902 1 003

(4)

TESIS PENELITIAN

JUDUL: “PROFIL LIPID SERUM PADA PASIEN BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING FK USU ”

PENELITI : Dr. BAYU IRVIA SATRIA

NO. CHS :

DEPARTEMEN : ILMU BEDAH

INSTITUSI : FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN, NOVEMBER 2012 SEKSI ILMIAH

DEPARTEMEN ILMU BEDAH USU

Prof.Dr.A.Gofar Sastrodiningrat SpBS (K)

NIP. 19440507 197703 1 001

(5)

PERNYATAAN

PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MEDAN DAN RS JEJARING FK - USU

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, November 2012

Bayu Irvia Satria

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena berkat segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini yang merupakan salah satu persyaratan tugas akhir untuk memperoleh keahlian dalam bidang magister Ilmu Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Selawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan selesainya penulisan tesis ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

Kedua orang tua, ayahanda H.Sudirman dan ibunda Hj. Sofiah. Mertua, ayahanda Sutipto dan ibunda Sudarmiati, terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya, yang telah membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan perhatian, dengan diiringi doa dan dorongan yang tiada hentinya sepanjang waktu, memberikan contoh yang sangat berharga dalam menghargai dan menjalani kehidupan.

Terima kasih yang tak terkira kepada istriku tercinta, Sri Rezeki Handayani dan anakku M.Satria Raafi Irvia dan Cerelia Aisyah Chaura Irvia, atas segala pengorbanan, pengertian, dukungan semangat, kesabaran dan kesetiaan dalam segala suka duka mendampingi penulis selama menjalani masa pendidikan yang panjang ini.

Kepada abang, kakak, adik-adik (Lily Irviany SH, Alm. Yuyun M Irvia K, Rino Irvia Yudha SH, Wiwin Irvia P AMKEB) dan seluruh keluarga besar yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu di sini, penulis menucapkan terima kasih atas pengertian dan dukungan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.

Kepada Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Ketua Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Emir T Pasaribu, SpB(K)Onk dan Sekretaris Departemen, dr. Erjan Fikri, SpB,SpBA. Ketua Program Studi Ilmu Bedah, dr. Marshal SpB,SpBTKV dan Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah, dr. Asrul S, SpB-KBD, yang telah

(7)

bersedia menerima, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penulis menjalani pendidikan.

Prof.dr. Bachtiar Surya, SpB-KBD; dr. Syahbuddin Harahap, SpB; dr. Liberti Sirait, SpB-KBD; dr. Budi Irwan SpB-KBD; dr. Asrul S, SpB-KBD; dan dr. Adi Muradi SpB-KBD pembimbing penulisan tesis, terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya yang dapat penulis sampaikan, yang telah sabar membimbing, mendidik, membuka wawasan penulis, senantiasa memberikan dorongan dan motivasi yang tiada hentinya dengan penuh bijaksana dan tulus ikhlas disepanjang waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada guru-guru saya : Prof.

Iskandar Japardi, SpBS(K), Prof. Adril A Hakim, SpS,SpBS(K), Prof. A. Gofar Sastrodiningrat SpBS(K), Prof. Nazar Moesbar, SpB,SpOT, Prof. Hafas Hanafiah, SpB,SpOT, Alm.Prof. Usul Sinaga, SpB, Alm.Prof Buchari Kasim, SpBP, dr. Asmui Yosodihardjo, SpB,SpBA, dr. Gerhard Panjaitan, SpB(K)Onk, DR. dr. Humala Hutagalung, SpB(K)Onk, dr. Harry Soejatmiko, SpB,SpBTKV, dr. Edi Sutrisno, SpBP; dr.

Jaelani, SpBP; dr. Chairiandi Siregar, SpOT, dr. Otman Siregar SpOT(K)Spine; dr.Nino Nasution SpOT, dr. Husnul SpOT, dr. Riahsyah Damanik, SpB(K)Onk, dr.Tiur Purba, SpB, dr. Kamal B Siregar, SpB(K)Onk, dr. Bungaran Sihombing, SpU, dr. Syah M Warli, SpU , dr. Sumiardi Karakata, SpU, Alm.

dr. Djafar Tarigan, SpB-KBD, dr. Rasidi Siregar, SpB, dr. Suhelmi, SpB, dr. Ramotan Purba, SpB, dr.

Nazwir Nazar, SpB, dr. Manan, SpOT, dr. Djeni Bijantoro, SpB, SpBA, dr. Zahri A Rani, SpU, dr.

Azwarto, SpB, dr. Albiner S, SpB(K)Onk, dr. Robert Siregar, SpB, dr. Nasrun, SpB, dr. Afdol, SpB, dr.

Erina Outri, SpB, dr. Marahakim, SpB, dr. Amrin Hakim, SpB, Alm.dr.Daten Bangun, SpB dan seluruh guru bedah saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, di lingkungan RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat yang telah mengajarkan ketrampilan bedah pada diri saya. Semua telah tanpa pamrih memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis selama mengikuti program pendidikan ini.

Buat abang dan kakak bedah saya, dr. Mahyono, SpB, SpBA, dr. Adi Muradi, SpB-KBD, dr. Budi Irwan, SpB-KBD, dr. Suyatno, SpB(K)Onk, dr. Iqbal P Nasution, SpBA, dr. Doddy P, SpBTKV, dr. Ihsan, SpBS, dr. Mahyudanil, SpBS, dr. Ridha D, SpBS, dr. Aswadi Tanjung, SpB(K)V, dr. Suzie I, SpBS, dr. Frank B, SpBP, dr. Utama, SpBP. Terima kasih buat semuanasehatdi sekolah bedah.

Prof. Aznan Lelo, PhD, SpFK, yang telah membimbing, membantu dan meluangkan waktu dalam membimbing statistik dari tulisan tugas akhir ini.

(8)

Para Senior, dan semua rekan seperjuangan peserta program studi Bedah Medan yang bersama- sama menjalani suka duka selama pendidikan. Terima kasihku buat kalian semua di sepanjang waktu kebersamaan kita.Buat Yudha, Ryan, Deni, thanks buat spss-nya.

Para pegawai dilingkungan Departemen Ilmu Bedah FK USU, dan para tenaga kesehatan yang berbaur berbagi pekerjaan memberikan pelayanan Bedah di RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi, RSUDSipirok, RSUD Blank kejeren, RSUD Balige, RSUD Singkil, RSUD Tamiang, RSUD Panyabungan dan di semua tempat yang pernah bersama penulis selama penulis menimba ilmu.

Mohon maaf penulis pada semua orang, atas kesalahan ucapan dan perbuatan yang telah terjadi.

Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan.

Semoga ilmu yang penulis peroleh selama pendidikan magister Ilmu Bedah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, November 2012

Penulis

Bayu Irvia Satria

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN……… xiv

ABSTRAK... xv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Batu Empedu ... 3

2.2. Diagnosa Batu Empedu ... 3

2.2.1. Anamnesis ... 4

2.2.2. Pemeriksaan Fisik ... 4

2.2.3. Pemeriksaan Laboratorium ... 4

2.2.4. Pencitraan ... 4

2.3. Epidemiologi ... 5

2.3.1. Jenis Kelamin ... 5

2.3.2.Usia………... 5

2.3.3.Berat Badan………... 7

2.3.4.Makanan……….... 7

2.3.5.Riwayat Keluarga………. 7

2.3.6.Aktifitas Fisik……… 7

2.3.7.Penyakit Usus Halus……….. 7

2.3.8.Nutrisi Intravena Jangka Lama……….. 8

(10)

2.4. Patofisiologi ... 8

2.4.1.Patofisiologi Batu Kolesterol………. 8

2.4.1.1.Supersaturasi Kolesterol………. 9

2.4.1.2.Pembentukan Inti Kolesterol……….. 9

2.4.1.3.Penurunan Fungsi Kandung Empedu………. 10

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 11

3.2. Tempat dan Waktu ... 11

3.3. Populasi dan Sampel... 11

3.4. Kriteria Inklusi ... 11

3.5. Kriteria Eksklusi ... 11

3.6. Besar Sampel... 11

3.7. Variabel Penelitian ... 12

3.8. Defenisi Operasional ... 12

3.9. Kerangka Konsep ... 12

3.10. Data………. 13

3.11. Alur Kerja………... 13

3.12. Jadwal Pelaksanaan... 13

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Sampel ... 14

4.2. Profil Lipid Serum Pada Penderita Batu Kandung Empedu ... 17

BAB 5. PEMBAHASAN . Pembahasan... 23

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 26

6.2. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... .. 27

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1.1. Distribusi Pasien Berdasarkan Usia ... 15 4.1.2. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 15 4.1.3. Distribusi Pasien Berdasarkan BMI ... 15 4.2.1. Perbandingan Kadar Lipid Serum Antara Perempuan dan Laki-laki Penderita Batu

Kandung Empedu... 18

4.2.2. Perbandingan Kadar Lipid Serum Antara Penderita Batu Kandung Empedu dengan Usia ≤ 45 tahun dengan > 45 tahun ... 19

4.2.3. Perbandingan Kadar Lipid Serum Antara Perempuan ≤ 45 tahun dengan perempuan > 45 tahun Penderita Batu Kandung Empedu ... 20

4.2.4. Perbandingan Kadar Lipid Serum Antara Penderita Batu Kandung Empedu yang

Overweight dengan yang tidak Overweight ... 35

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.9. Kerangka Konsep ... 12

3.11. Alur Kerja ... 13

Diagram 1. Proporsi Kelompok Usia Penderita Batu Kandung Empedu ... 16

Diagram 2. Proporsi Jenis Kelamin Penderita Batu Kandung Empedu ... 16

Diagram 3. Proporsi BMI Penderita Batu Kandung Empedu ... 17

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Susunan Peneliti ... 29

2. Jadwal penelitian ... 30

1. Naskah Penjelasan Kepada Orang Tua/Kerabat Pasien Lainnya ... 31

2. Persetujuan Setelaj Penjelasan (PSP) ... 32

3. Persetujuan Dari Komisi Etika Penelitian ... 33

4. Formulir Data Penelitian ... 34

(14)

DAFTAR SINGKATAN

BMI Body Mass Index

ERCP Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography

HDL High Density Lipoproteins

HIDA Hepatobiliary Iminodiacetic Acid

LDL Low Density Lipoproteins

MRCP Magnetic Resonance Cholangio-Pancreatography

PTC Percutaneus Cholangiography

USG Ultrasonography

(15)

ABSTRAK

Objektif: Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat dan telah berubah selama beberapa dekade terkahir di negara-negara Asia, dengan peningkatan menonjol dalam prevalensi batu kandung empedu kolesterol. Trend ini terjadi akibat dari meningkatnya konsumsi lemak, diet rendah serat, dan peningkatan gaya hidup sedentarian dalam populasi Asia

Metode Penelitian: Seluruh pasien di RSUP H Adam Malik Medan dan RS jejaring selama periode dari bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012 yang didiagnosa batu kandung empedu dengan pencitraan ultrasonografi atau CT Scan abdomen dilakukan pemeriksaan profil lipid serum (kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL).

Hasil:D

ijumpai 52 penderita batu kandung empedu dengan jumlah penderita yang sama antara jenis kelamin perempuan dengan laki-laki. Kelompok usia terbanyak adalah pada kelompok usia 41 – 50 tahun dengan rata-rata usia adalah 49 ± 13,17 tahun. BMI rata-rata penderita adalah 25,2 ± 2,4 kg/m2

Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna profil lipid serum penderita batu kandung empedu antara kelompok perempuan dengan laki-laki, sementara terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perempuan

≤45 tahun dengan >45 tahun. Didapatkan nilai profil lipid

. Dari hasil pemeriksaan profil lipid serum didapatkan rata-rata kolesterol total adalah 207,48 ± 44,78 mg/dL, rata-rata trigliserida adalah 191,03 ± 56,18 mg/dL, rata-rata HDL adalah 64,57 ± 17,27 mg/dL, dan rata-rata LDL adalah 136,79 ± 31,34 mg/dL.Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan dengan laki-laki menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan ≤45 tahun dengan >45 tahun menunjukkan perbedaan yang bermakna (Kolesterol total (p=0.011), Trigliserida (p=0,033), HDL (p=0,033), LDL (p=0,024).

(16)

serum lebih tinggi pada kelompok perempuan >45 tahun penderita batu kandung empedu dibanding dengan kelompok perempuan ≤45 tahun.

Kata Kunci: Batu kandung empedu, Profil Lipid Serum

(17)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas.1 Di Amerika Serikat, sekitar 10-15 % penduduk dewasa menderita batu empedu, dengan angka kejadian pada pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pada pria. Setiap tahun, sekitar 1 juta pasien batu empedu ditemukan dan 500.000-600.000 pasien menjalani kolesistektomi, dengan total biaya sekitar U$4 trilyun.2 Secara klinis, kejadian batu empedu telah meningkat pada dekade terakhir ini bertepatan dengan meningkatnya konsumsi kalori dan lemak, penurunan asupan serat, dan peningkatan prevalensi dari gaya hidup pada populasi asia.

Menurut Ahmed dan Ramsey, lebih dari 90% batu empedu adalah batu kolesterol (komposisi kolesterol lebih dari 50%), atau bentuk campuran (20-50% memiliki unsur kolesterol) dan 10%

sisanya adalah batu pigmen (unsur kalsium dominan dan kolesterol kurang dari 20%). Berdasarkan hal tersebut, maka batu empedu diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu batu kolesterol dan batu non kolesterol atau batu pigmen.

3

4 Kolesterol adalah lemak tidak larut dalam air, dan diambil dalam campuran misel dan vesikula.Misel adalah agregat dari fosfolipid, garam empedu, dan kolesterol, dan vesikula ditutup dua lapis phospholipids yang di hubungkan dengan kolesterol.5 Kristal kolesterol terbentuk pada permukaan vesikel dan tumbuh didalam gel mucin. Kristal kolesterol direkatkan oleh protein empeduuntuk membuat batu empedu.6-9 Kosentrasi relative kolesterol, garam empedu dan fosfolipid menentukan kelarutan kolesterol dalam empedu.10 Presipitat kolesterol disebabkan ketidak seimbangan dari ketiga komponen pada empedu; kolesterol, garam empedu dan phospholipid.11 Perubahan dalam komposisi empedu berkaitan erat dengan gangguan metabolism lemak di hati.

Namun, selama pembentukan batu empedu kolesterol, perbedaan tautan pada gangguan metabolism kolesterol lipoprotein dan efeknya pada pembentukan batu masih kontroversi.12 Beberapa peneliti melaporkan bahwa pasien batu kandung empedu memiliki hyperlipidemia.13-15

(18)

Berdasarkan data diatas peneliti ingin mengetahui profil lipid pada pasien-pasien dengan penyakit batu kandung empedu yang berobat ke bagian bedah digestif RS HAM/FK USU. Sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian yang memberikan data mengenai profil lipid serum pada penderita dengan diagnosis batu kandung empedu.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana profil lipid serum pada pasien dengan diagnosa batu kandung empedu yang berobat ke bagian bedah digestif RSUP H.Adam Malik/ FK USU dan RS Jejaring FK USU.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui profil lipid serum pasien dengan diagnosa batu kandung empedu yang berobat ke bagian bedah digestif RS H.Adam Malik/ FK USU dan RS Jejaring FK USU

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Untuk memberikan data bagi para klinisi untuk penatalaksanaan pasien maupun peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian.

(19)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BATU EMPEDU

Batu empedu atau cholelithiasis adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau kedua-duanya.Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur dari cairan empedu yang mengendap dan membentuk suatu material mirip batu di dalam kandung empedu atau saluran empedu.Komponen utama dari cairan empedu adalah bilirubin, garam empedu, fosfolipid dan kolesterol. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu bisa berupa batu kolesterol, batu pigmen yaitu coklat atau pigmen hitam, atau batu campuran.1

Lokasi batu empedu bisa bermacam – macam yakni di kandung empedu, duktus sistikus, duktus koledokus, ampula vateri, di dalam hati.Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang terletak tepat dibawah lobus kanan hati.Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk kesaluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis.

Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada banyak orang,duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri sebelum bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh serabut otot sirkular, dikenal sebagai sfingter oddi.

Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis.Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simptomatis, pasien biasanya dating dengan keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium atau nyeri/kolik pada perut kanan atas atau perikondrium yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang beberapa jam. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul

16

2.2 DIAGNOSA BATU EMPEDU 2.2.1 ANAMNESIS

(20)

tiba-tiba.Kadang pasien dengan mata dan tubuh menjadi kuning, badan gatal-gatal, kencing berwarna seperti teh, tinja berwarna seperti dempul dan penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, scapula, atau kepuncak bahu, disertai mual dan muntah.Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.16

2.2.2 PEMERIKSAAN FISIK

Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan dalam pemeriksaan fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolelitiasis akut, pasien akan mengalami nyeri palpasi/nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneous dan sclera dan bisa teraba hepar.16

2.2.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium.Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi lekositosis. Apabila terjadi sindrom mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus koledokus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amylase serum biasanya meningkat sedang setiap kali terjadi serangan akut.

2.2.4 PENCITRAAN

16

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan

(21)

kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.16

Pemeriksaan ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatic maupun ekstra hepatic.

Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.1

Kolesistografi, untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relative murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu.Cara ini memerlukan lebih banyak waktu dan persiapan dibandingkan ultrasonografi. Pemeriksaan kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.1,16

Penataan hati dengan HIDA, metode ini bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi di duktus sistikus misalnya karena batu.Juga dapat berguna untuk membedakan batu empedu dengan beberapa nyeri abdomen akut. HIDA normalnya akan diabsorpsi di hati dan kemudian akan di sekresi ke kantong empedu dan dapat dideteksi dengan kamera gamma. Kegagalan dalam mengisi kantong empedu menandakan adanya batu sementara HIDA terisi ke dalam duodenum.1,17

Computed Tomografi (CT) juga merupakan metode pemeriksaan yang akurat untuk menentukan adanya batu empedu, pelebaran saluran empedu dan koledokolitiasis. Walupun demikian, teknik ini jauh lebih mahal disbanding USG.

Percutaneous Transhepatic Cholangiographi (PTC) dan Endoscopic Retrograde Cholangio- pancreatography (ERCP) merupakan metode kolangiografi direk yang amat bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi bilier dan penyebab obstruksinya seperti koledokolitiasis.Selain untuk diagnosis ERCP juga dapat digunakan untuk terapi dengan melakukan sfingterotomi ampula vateri diikuti ekstraksi batu. Tes invasive ini melibatkan opasifikasi lansung batang saluran empedu dengan

17

(22)

kanulasi endoskopi ampula vateri dan suntikan retrograde zat kontras. Resiko ERCP pada hakekatnya dari endoskopi dan mecakup sedikit penambahan insidens kolangitis dalam saluran empedu yang tersumbat sebagian.17,18

2.3 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, sekitar 10-15 % penduduk dewasa mendertia batu empedu, dengan angka kejadian pada pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pada pria. Setiap tahun, sekitar 1 juta pasien batu empedu ditemukan dan 500.000 – 600.000 pasien kolesistektomi, dengan total biaya sekitar US$4 trilyun.19

Balzer dkk,20

Resiko untuk terkena batu empedu meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia> 60 tahun lebih cenderung untuk terkena batu empedu dibandingkan dengan orang usia yang lebih muda.

melakukan penelitian epdiemiologi untuk mengetahui seberapa banyak populasi penderita batu empedu di Jerman. Dilaporkan bahwa dari 11.840 otopsi ditemukan 13,1% pria dan 33,7% wanita menderita batu empedu. Faktor etnis dan genetic berperan penting dalam pembentukan batu empedu.Selain itu, penyakit batu empedu juga relative rendah di Okinawa Jepang. Sementara itu, 89 % wanita suku Indian Pima di Arizona Selatan yang berusia diatas 65 tahun mempunyai batu empedu. Batu empedu dapat terjadi dengan atau tanpa factor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak factor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya batu empedu.

2.3.1 Jenis Kelamin

Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena batu empedu dibandingkan dengan pria.Ini dikarenakan oleh hormone esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena batu empedu. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitis pengosongan kandung empedu.

2.3.2 Usia

(23)

2.3.3 Berat badan (BMI)

Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi batu empedu. Ini dikarenakan dengan tingginy BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/pengosongan kandung empedu.

2.3.4 Makanan

Intake rendah klorida, kehilangan berat yang cepat (seperti setelah operasi gastrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

2.3.5 Riwayat keluarga

Orang dengan riwayat keluarga batu empedu mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga

2.3.6 Aktifitas fisik

Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadi batu empedu.Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.

2.3.7 Penyakit usus halus

Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan batu empedu adalah crhon disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik

(24)

2.3.8 Nutrisi intravena jangka lama

Nutirisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu

2.4 PATOFISIOLOGI

Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90 % batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran ( batu yang mengandung 20-50% kolesterol). 10 % sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung

<20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan stasis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan kosentrasi kalsium dalam kandung empedu.10

Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang terbentuk dalam kandung empedu, kemudian lama kelamaan tersebut bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu. Factor motilitas kandung empedu dan biliary stasis merupakan predisposisi pembentukan batu campuran.16,21

2.4.1. PATOFISIOLOGI BATU KOLESTEROL

Tiga hal yang memudahkan terjadinya batu kolesterol di kandung empedu yaitu supersaturasi kolesterol, pembetukan inti kolesterol dan disfungsi kandung empedu.22

(25)

2.4.1.1 Supersaturasi kolesterol

Secara normal, komposisi empedu terdiri atas 70 % garam empedu, 22% fosfolipid (terutama lesitin), 4% kolesterol, 3% protein,dan 0,3% bilirubin.18 Terbentuknya batu empedu tergantung dari keseimbangan kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin tinggi kadar kolesterol atau semakin rendah kandungan garam empedu, akan membuat kondisi di dalam kandung empedu jenuh akan kolesterol (supersaturasi kolesterol). Kolesterol disintesis dihati dan diekskresikan dalam bentuk garam empedu.Dengan meningkatnya sintesis dan sekresi kolesterol, resiko terbentuknya empedu juga meningkat.Penurunan berat badan yang terlalu cepat (karena hati mensintesis kolesterol lebih banyak), maka esterogen dan kontrasepsi (menurunkan sintesis garam empedu) menyebabkan supersaturasi kolesterol.

2.4.1.2. Pembentukan inti kolesterol

Nampaknya faktor pembentukan inti kolesterol mempunyai peran lebih besar dalam proses pembentukan dibandingkan faktor supersaturasi. Kolesterol baru dapat dimetabolisme di dalam usus dalam bentuk terlarut air.Dan empedu memainkan peran tersebut.Kolesterol diangkut dalam bentuk misel dan vesikel.Misel merupakan agregat yang berisi fosfolipid (terutama lesitin), garam empedu dan kolesterol. Apabila saturasi kolesterol lebih tinggi, maka akan diangkut dalam bentuk vesikel.

Vesikel ibarat sebuah lingkaran dua lapis. Apabila kosentrasi kolesterol sangat banyak, dan supaya kolesterol dapat terangkut, maka vesikel akan memperbanyak lapisan lingkarannya, sehingga disebut sebagai vesikel berlapis-lapis (vesicles multilamellar). Pada akhirnya, di dalam kandung empedu, pengangkut kolesterol, baik misel dan vesikel, akan bergabung menjadi vesikel multilapis. Vesikel ini dengan adanya protein musin akan membentuk Kristal kolesterol. Kristal kolesterol yang terfragmentasi pada akhirnya akan di lem (disatukan) oleh protein empedu membentuk batu kolesterol.

(26)

2.4.1.3. Penurunan fungsi kandung empedu

Menurunnya kemampuan kontraksi dan kerusakan dinding kandung empedu, memudahkan seseorang menderita batu empedu. Kontraksi kandung empedu yang melemah akan menyebabkan stasis empedu. Stasis empedu akan membuat musin yang di produksi di kandung empedu terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu tertampung dalam kandung empedu. Musin tersebut akan semakin kental dan semakin pekat sehingga semakin menyulitkan proses pengosongan cairan empedu. Bila daya kontraksi kandung empedu menurun dan di dalam kandung empedu tersebut sudah ada Kristal, maka Kristal tersebut tidak akan dapat dibuang keluar ke duodenum. Beberapa kondisi yang dapat menganggu daya kontraksi kandung empedu, yaitu hipomotilitas, parenteral total (menyebabkan aliran empedu menjadi lambat), kehamilan, cedera medulla spinalis dan diabetes melitus.

(27)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional untuk mengetahui gambaran profil lipid serum pada pasien dengan diagnosa batu kandung empedu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sub Bagian Bedah Digestif Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H Adam Malik dan RS Jejaring FK USU selama periode April 2012 sampai Juli 2012.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian semua penderita batu kandung empedu yang datang ke poliklinik bedah digestif RSUP H Adam Malik dan RS Jejaring FK USU. Sampel penelitian adalah penderita batu kandung empedu yang datang ke poliklinik bedah digestif RSUP H Adam Malik dan RS Jejaring FK USU, termasuk dalam kriteria inklusi, selama kurun waktu April 2012 sampai Juli 2012.

3.4 Kriteria Inklusi

• Penderita yang telah didiagnosa batu kandung empedu dengan menggunakan USG / CT Scan dibagian bedah digestif FK USU/RSUP H Adam Malik dan RS Jejaring FK USU.

3.5 Kriteria Ekslusi

• Penderita yang mendapat terapi hipolipidemia.

3.6 Besar Sampel

Seluruh penderita batu kandung empedu yang masuk ke dalam inklusi

(28)

3.7 Variabel Penelitian

Variabel Dependen : Batu kandung empedu Variabel Independen : Profil lipid serum

3.8 Definisi Operasional

• Batu kandung empedu yang di tegakkan dengan USG / CT Scan

• Batu empedu adalah batu yang dijumpai di dalam kandung empedu.

• Profil lipid serum(Kolesterol total, Triglycerides, HDL(High Density Lipoprotein) dan LDL(Low Density Lipoprotein) ) diambil pada pasien sebelum dilakukan tindakan cholesistectomy.

3.9 Kerangka Konsep

HIPERLIPIDEMIA

SUPERSATURASI KOLESTEROL

PEMBENTUKAN INTI KOLESTEROL

BATU KANDUNG EMPEDU

(29)

3.10 Data

Data yang diperoleh di presentasikan dalam bentuk tabel dan diagram 3.11 Alur Kerja

USG Batu kandung empedu Profil lipid serum

(30)

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Sampel

Selama periode penelitian yang dilakukan dari bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012, dijumpai 52 penderita batu kandung empedu yang dilakukan pemeriksaan profil lipid serum (kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL). Dari 52 subjek penelitian didapatkan jumlah penderita batu kandung empedu yang sama antara jenis kelamin perempuan dengan laki-laki. Data demografi subjek yang mengikuti penelitian ini ditampilkan dalam tabel 4.1.1 dan 4.1.2.

Dari tabel 4.1.1 diketahui bahwa kelompok usia terbanyak penderita batu kandung empedu adalah pada kelompok usia 41 – 50 tahun. Rata-rata usia penderita batu kandung empedu adalah 49 ± 13,17 tahun, dengan usia tertinggi adalah 82 tahun dan usia terendah adalah 21 tahun.

Dari pengukuran berat badan didapatkan berat badan rata-rata penderita batu kandung empedu adalah 65 ± 6,75 kg. Dari pengukuran tinggi badan didapatkan tinggi badan rata-rata penderita batu kandung empedu adalah 1,61 ± 0,06 m. Dilakukan penghitungan BMI (Body Mass Index) dengan cara Du Bois dan didapatkan BMI rata-rata penderita batu kandung empedu adalah 25,2 ± 2,4 kg/m2. Berdasarkan BMI penderita batu kandung empedu pada penelitian ini didapatkan 1 orang termasuk kategori underweight, 20 orang termasuk kategori mempunyai berat badan yang ideal, dan 31 orang termasuk overweight.

(31)

Tabel 4.1.1. Distribusi pasien berdasarkan usia

Usia (Tahun)

Jumlah Proporsi

21-30 2 2/52

31-40 10 10/52

41-50 20 20/52

51-60 7 7/52

>61 13 13/52

Total 52

Tabel 4.1.2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Proporsi

Perempuan 26 26/52

Laki – laki 26 26/52

Total 52

Tabel 4.1.3. Distribusi pasien berdasarkan BMI Jumlah Proporsi

Underweight 1 1/52

Ideal 20 20/52

Overweight 31 31/52

Total 52

(32)

Diagram 1. Proporsi kelompok usia penderita batu kandung empedu

Diagram 2. Proporsi jenis kelamin penderita batu kandung empedu 2

10

20 7

13

Kelompok Usia

21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun

>61 tahun

26 26

Jenis Kelamin

Perempuan Laki - laki

(33)

Diagram 3. Proporsi BMI penderita batu kandung empedu

4.2 Profil Lipid Serum pada Penderita Batu kandung empedu

Dari hasil pemeriksaan profil lipid serum penderita batu kandung empedu didapatkan rata-rata kolesterol total adalah 207,48 ± 44,78 mg/dL. Dengan nilai kolesterol total tertinggi adalah 371 mg/dL dan terendah adalah 141 mg/dL. Nilai rata-rata trigliserida adalah 191,03 ± 56,18 mg/dL.

Dengan nilai trigliserida tertinggi adalah 363 mg/dL dan terendah adalah 66 mg/dL. Nilai rata-rata HDL adalah 64,57 ± 17,27 mg/dL. Dengan nilai HDL tertinggi adalah 121 mg/dL dan terendah adalah 18 mg/dL. Nilai rata-rata LDL adalah 136,79 ± 31,34 mg/dL. Dengan nilai LDL tertinggi adalah 243 mg/dL dan terendah adalah 81 mg/dL.

1

20 31

Weight Category

Underweight Ideal

Overweight

(34)

Perbandingan profil lipid serum antara perempuan dengan laki-laki penderita batu kandung empedu ditampilkan dalam tabel 4.2.1.

Tabel 4.2.1. Perbandingan kadar lipid serum antara perempuan dengan laki-laki penderita batu kandung empedu

Kolesterol total (<

200 mg/dL)

Trigliserida ( 40- 200 mg/dL)

HDL (>65 mg/dL) LDL (< 150 mg/dL) Perempuan 218,96 ± 53,67 202,19 ± 63,85 68,58 ± 18,62 145,04 ± 36,76

Laki-laki 196 ± 30,61 179,88 ± 45,86 60,58 ± 15,11 128,54 ± 22,61

p value 0,064 0,154 0,057 0,095

Diagram 4. Perbandingan kadar lipid serum antara perempuan dengan laki-laki penderita batu kandung empedu

Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan dengan laki-laki penderita batu kandung empedu menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Perbandingan kadar lipid

0 50 100 150 200 250

Kolesterol total Trigliserida HDL LDL

Perempuan Laki-laki

(35)

serum antara penderita batu kandung empedu usia ≤45 tahun dengan >45 tahun didapatkan penderita batu kandung empedu ≤45 tahun sebanyak 22 orang, sedangkan >45 tahun sebanyak 30 orang. Data ditampilkan dalam tabel 4.2.2.

Tabel 4.2.2. Perbandingan kadar lipid serum antara penderita batu kandung empedu usia ≤45 tahun dengan >45 tahun

Kolesterol total (<

200 mg/dL)

Trigliserida( 40- 200 mg/dL)

HDL (

>65 mg/dL)

LDL ( < 150 mg/dL)

≤45 tahun 205,5 ± 33,76 196,22 ± 38,09 66,13 ± 11,34 134,95 ± 24,44

>45 tahun 208,93 ± 51,92 187,23 ± 66,81 63,43 ± 20,69 138,13 ± 35,92

p value 0,788 0,574 0,582 0,722

Diagram 5. Perbandingan kadar lipid serum antara penderita batu kandung empedu dengan usia ≤45 tahun dengan >45 tahun

Perbandingan kadar lipid serum antara kelompok penderita batu kandung empedu ≤45 tahun dengan >45 tahun menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05). Perbandingan kadar lipid

0 50 100 150 200 250

Kolesterol total Trigliserida HDL LDL

≤45 tahun

>45 tahun

(36)

serum antara perempuan usia ≤45 tahun dengan >45 tahun didapatkan jumlah penderita batu kandung empedu yang sama, yaitu sebanyak 13 orang. Data ditampilkan dalam tabel 4.2.3.

Tabel 4.2.3. Perbandingan kadar lipid serum antara perempuan ≤45 tahun dengan perempuan >45 tahun penderita batu kandung empedu

Kolesterol total (<

200 mg/dL)

Trigliserida( 40- 200 mg/dL)

HDL (

>65 mg/dL)

LDL ( < 150 mg/dL) Perempuan ≤45

tahun

208,92 ± 31,42 202,38 ± 32,98 66 ± 11,41 138,61 ± 23,45

Perempuan >45 tahun

229 ± 69,25 202 ± 86,05 71,15 ± 24,04 151,46 ± 46,64

p value 0,011 0,033 0,033 0,024

Diagram 6. Perbandingan kadar lipid serum antara perempuan ≤45 tahun dengan perempuan >45 tahun

0 50 100 150 200 250

Kolesterol total Trigliserida HDL LDL

Perempuan ≤45 tahun Perempuan >45 tahun

(37)

Perbandingan kadar lipid serum antara kelompok perempuan ≤45 tahun dengan >45 tahun menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Perbandingan kadar lipid serum penderita batu kandung empedu antara kelompok overweight dengan yang tidak didapatkan penderita batu kandung empedu yang overweight sebanyak 31 orang, sedangkan yang tidak overweight sebanyak 21 orang.

Data ditampilkan dalam tabel 4.2.4.

Tabel 4.2.4. Perbandingan kadar lipid serum antara penderita batu kandung empedu yang overweight dengan yang tidak

Kolesterol total (<

200 mg/dL)

Trigliserida ( 40-200 mg/dL)

HDL (

>65 mg/dL)

LDL (

< 150 mg/dL) Overweight 215 ± 39,18 199,48 ± 50,87 64,87 ± 17,65 142,48 ± 27,97 Tidak overweight 196,38 ± 50,93 178,57 ± 62,38 64,14 ± 17,11 128,38 ± 34,74

p value 0,143 0,191 0,883 0,112

Diagram 7. Perbandingan kadar lipid serum antara penderita batu kandung empedu yang overweight dengan yang tidak

0 50 100 150 200 250

Kolesterol total Trigliserida HDL LDL

Overweight Tidak

(38)

Perbandingan kadar lipid serum penderita batu kandung empedu yang overweight dengan yang tidak menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna ( p> 0,05).

(39)

BAB V. PEMBAHASAN

Penyakit batu kandung empedu lebih sering ditemukan pada populasi negara-negara barat dibanding dengan di Asia dan Afrika. Hal ini telah berubah selama beberapa dekade terkahir di negara-negara Asia, dengan peningkatan menonjol dalam prevalensi batu kandung empedu kolesterol.

Trend ini terjadi akibat dari meningkatnya konsumsi lemak, diet rendah serat, dan peningkatan gaya hidup sedentarian dalam populasi Asia.23

Perbandingan antara perempuan : laki-laki penderita batu kandung empedu pada penelitian ini didapatkan jumlah yang sama penderita batu kandung empedu. Secara global, perbandingan penderita batu kandung empedu antara perempuan dengan laki-laki adalah 2:1.

Batu kandung empedu jarang ditemukan pada dua dekade awal kehidupan dan insidennya meningkat seiring dengan usia, terutama pada usia diatas 40 tahun.25 Hal ini sesuai dimana pada penelitian ini didapatkan kelompok usia terbanyak penderita batu kandung empedu adalah pada kelompok usia 41 – 50 tahun. Dari sudut pandang biokimia, dengan seiring bertambahnya usia, terdapat peningkatan saturasi kolesterol empedu akibat dari meningkatnya sekresi kolesterol dari hepar akibat meningkatnya kadar HMG-Co-A reduktase. Juga terjadi penurunan sintesis dari asam empedu akibat dari penurunan aktivitas enzim 7 α-hidroksilase.24

Berdasarkan BMI rata-rata (25,2 ± 2,4 kg/m

Pada penelitian ini perbandingan profil lipid serum antara kelompok usia ≤45 tahun dengan >45 tahun tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05).

2), penderita batu kandung empedu pada penelitian ini dapat dikategorikan sebagai overweight. Dengan penderita batu kandung empedu yang overweight lebih banyak dibanding dengan yang mempunyai berat badan yang ideal maupun underweight.Kadar lipid serum penderita batu kandung empedu dengan overweight lebih tinggi daripada yang tidak overweight, tetapi tidak terdapat hubungan bermakna.Dari literatur dikatakan bahwa obesitas merupakan faktor risiko dari penyakit batu kandung empedu. Sekurangnya 25%

individu obese terdapat bukti mempunyai penyakit batu kandung empedu.Terutama pada perempuan dengan obesitas, mempunyai risiko yang meningkat untuk pembentukkan batu kandung empedu (risiko batu kandung empedu dua kali lipat pada perempuan dengan BMI >30 kg/m2 dibanding

(40)

dengan perempuan dengan BMI normal). Hal ini didasari oleh karena obesitas dikaitkan dengan peningkatan sintesis kolesterol dalam liver dan tingginya sekresi kedalam empedu.

Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan dengan laki-laki penderita batu kandung empedu pada penelitian ini menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Akan tetapi, dapat dilihat dari diagram 4 bahwa perempuan penderita batu kandung empedu mempunyai nilai profil lipid serum yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki penderita batu kandung empedu.

Perbedaan ini terutama didasari oleh hormon esterogen, dimana esterogen menstimulasi enzim HMG- Co-A reduktase, menyebabkan peningkatan sekresi kolesterol empedu dan oleh karena itu menempatkan perempuan pada risiko tinggi terhadap super saturation.Pada masa hamil, empedu mempunyai kolesterol yang lebih tinggi dan kandung empedu tidak berkontraksi secara normal.Salah satu penelitian di Cina, menyebutkan bahwa batu kandung empedu ditemukan lebih sering pada perempuan multipara (12,2%) dibanding dengan perempuan nulipara (1,3%) pada usia yang sama.

Progesteron juga dapat berperan terhadap penyakit batu kandung empedu dengan cara menginhibisi kontraksi kandung empedu dan menyokong hipomotilitas dan stasis kandung empedu.

Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan usia ≤45 tahun dengan >45 tahun menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).Dimana terdapat nilai profil lipid serum yang lebih tinggi pada kelompok perempuan >45 tahun. Salah satu alasannya adalah, pada perempuan menopause yang mendapat terapi pengganti estrogen terdapat peningkatan insiden batu kandung empedu.

Sindrom metabolik merupakan faktor risiko untuk penyakit batu kandung empedu. Sindrom metabolik didefinisikan sebagai hadirnya sekurang-kurangnya tiga fitur: obesitas abdominal (lingkar perut ≥90 cm pada laki-laki atau ≥80 cm pada perempuan) , tingginya tekanan darah (tekanan darah

≥130/85 mmHg atau mendapat pengobatan hipertensi), tingginya glukosa darah puasa (glukosa darah puasa ≥100 mg/dL atau mendapat pengobatan hiperglikemia) , peningkatan trigliserida (trigliserida

≥150 mg/dL atau mendapat pengobatan hipertrigliseridemia) dan penurunan kadar HDL (HDL <40 mg/dL pada laki-laki atau <50 mg/dL pada perempuan) (AHA, 2005). Batu kandung empedu terutama batu kandung empedu kolesterol merupakan masalah metabolik, dimana berhubungan dengan

26

(41)

abnormalitas lipid. Rendahnya HDL dan hipertrigliseridemia membawa peningkatan risiko untuk berkembangnya batu kandung empedu.27

Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak terdapatnya perbedaan yang bermakna nilai profil lipid serum antara penderita batu kandung empedu laki-laki dengan perempuan, walaupun dapat dilihat bahwa perempuan penderita batu kandung empedu mempunyai nilai prodil lipid serum yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Keunggulan dari penelitian ini adalah dengan jumlah subjek penelitian yang cukup dengan karakteristik subjek penelitian yang berbeda baik, sehingga hasil dari penelitian ini dapat mewakili populasi.

(42)

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Dari penelitian Profil Lipid Serum Penderita Batu kandung empedu di RSUP H Adam Malik dan RS jejaring FK USU dari bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012 dijumpai52penderita batu kandung empedu yang dilakukan pemeriksaan profil lipid serum (kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL). Rata-rata usia penderita batu empedu adalah 49 ± 13,17tahun dengan kelompok usia terbanyak penderita batu empedu adalah pada kelompok usia 41 – 50 tahun.

Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan dengan laki-laki penderita batu empedu menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan ≤45 tahun dengan >45 tahun menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).

6.2. Saran

1. Karena telah diketahuinya faktor-faktor risiko penyakit batu kandung empedu (jenis kelamin, usia, obesitas) dari penelitian ini, maka perlu dilakukan skrinning penyakit batu kandung empedu terhadap masyarakat yang mempunyai risiko-risiko seperti yang disebutkan diatas.

2. Perlu pencatatan data pasien yang lebih lengkap meliputi diet, kebiasaan merokok dan minum alkohol, aktivitas fisik, riwayat penyakit batu kandung empedu dalam keluarga, pengobatan yang diberikan kepada pasien, serta nilai glukosa darah sebagai faktor-faktor risiko lain dari penyakit batu kandung empedu.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat nilai profil lipid serum penderita batu kandung empedu dan berbagai faktor-faktor risiko lain yang dapat menyebabkan penyakit batu kandung empedu.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Lesmana L. Batu empedu. Dalam :Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2000:380-384.

2. Murshid KR. Asymptomatic gallstones: should we operate?.The Saudi J of Gastroenterol 2007;

13:57-69

3. Tsunoda K, Shirai Y, Hatakeyama K : Prevalence of cholesterol gallstones positively correlates with percapita daily calorie intake. Hepato-Gastroenterology 2004;51:2171-2174

4. Ahmed A, Ramsey CC, Keedde EB. Management of gallstones and their complications. Am Fam Phys 200;61:1673-1680

5. N. A. Channa. Pak Arm Forces Med J.2008;58:197 6. M. C. Carey. Recenti Prog. Med.1992;83:379 7. T. Juvonen. Scand. J. Gastroenterol.1995;29:577 8. K. J. Ho. Ala. J. Med. Sci.1977;14:132

9. J. Ahlberg. Acta Chir Scand.1979;145:373

10. W. H. Admirand and D. M. Small. J.Clin. Invest.1968;47:1043.

11. D.M. Small. Gastroenterol.1967;52:607

12. G. Heiss, I. Tamir, C. E. Davis, and H. A. Tyroler. Circulation.1980;61:302 13. R. F. Borgman and S. F. Lightsey. AM. J. Vet. Res.1970;40:150

14. A. Saraya, M. Irshad, B. M. Gandhi and R. K. Tandon. Top Gastroenterol.1995;16:16

15. Z. Halpern, M. Rubin, G. Harach, I. Grotto, A. Moseer, A. Dvir, D. Lichtenberg, and T. Gilat.

Liver.1993;13:246

16. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2005:570-579

17. Maryan Lee F, Chiang W. Cholelithiasis. Available from : http://www.emedicine.com/emerg/Gastrointestinal/topic97.htm.

18. Beckingham IJ. Gallstone. BMJ 2001;322:91-94

19. Murshid KR. Asymptomatic gallstones: should we operate?.The Saudi J of Gastroenterol 2007;13:57-69

20. Balzer K. et al. Epidemiology of gallstone in a German industrial town (Essen) from 1940 to 1975. Digestion.1986;33(4):189-97

21. Yekeler E, Akyol Y. Cholelithiasis. Dalam: New England Journal of Medicine. Available from : http://content.nejm.org/cgi/content/full/351/22/2318#F1

(44)

22. Johnston DE.,Kaplan MM.Pathogenesis and treatment of gallstones. N Engl J Med 1993;328:412-421

23. Tsunoda K, Shirai Y, Hatakeyama K. Prevalence of Cholesterol Gallstones Positively Correlates with per Capita Daily Calorie Intake. Hepatogastroenterology.2004;Sep-Oct;51(59):1271-4.

24. Einarsson K, Nilsell K, Leijd B, et al. Influence of Age on Secretion of Cholesterol and Synthesis of Bile Acids by the Liver. N Engl J Med.1985; 313:277-282.

25. Shaffer EA. Epidemiology and Risk Factors for Gallstone Disease: Has the Paradigm Changed in the 21st Century? Curr Gastroenterol Rep.2005;7:132-140.

26. Hulley S, Grady D, Bush T, et al. Randomized Trial of Estrogen Plus Progestin for Secondary Prevention of Coronary Heart Disease in Postmenopausal Women. JAMA.1998;280:605-613.

27. The Rome Group for Epidemiology and Prevention of Cholelithiasis (GREPCO). The

epidemiology of gallstone disease in Rome, Italy. Part II. Factors associated with the disease.

Hepatology.1988;8:907-913.

(45)

Lampiran 1

a. Nama lengkap : Dr. Bayu Irvia Satria SusunanPeneliti

Peneliti

b. Fakultas : Kedokteran

c. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Pembimbing I

a. Nama lengkap : Dr. Liberti Sirait SpB-KBD

b. Pangkat/Gol/NIP : Pembina Utama/IVa/195604131987021001 c. Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Ilmu Bedah

d. Fakultas : Kedokteran

e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara f. Bidang Keahlian : Bedah Digestif

(46)

Lampiran 2

NO

Jadwal Penelitian

Jenis Kegiatan

Bulan Ke

1 2 3 4

1 Persiapan

2 Pengumpulan Data 3 Pengolahan Data 4 Penyusunan Laporan 5 Seminar

6 Penggandaan laporan

(47)

Lampiran 3

Naskah Penjelasan kepada Orangtua/Kerabat Pasien Lainnya

Yth. Bapak / Ibu ………..……….……

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri.Kami dokter Bayu Irvia Satria dan kawan-kawan, bertugas di Departemen Ilmu Bedah FK USU / RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang melaksanakan penelitian tentang profil lipid serum pada penderita batu kandung empedu yang disesuaikan dengan usiadan kondisi yang di derita anak/kerabat Bapak / Ibu.

Bersama ini kami mohon izin kepada Bapak/Ibu orang tua/kerabat dari ____________________

untuk melakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak/kerabat Bapak / Ibu tersebut.Kami juga memohon izin kepada Bapak / Ibu untuk melakukan pemeriksaan tersebut diatas pada anak/kerabat yang sedang menjalani penanganan dari penyakit yang dideritanya tersebut.

Persetujuan keikutsertaan Bapak/Ibu terhadap pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan penelitian ini dituangkan dalam naskah Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami sampaikan.Atas perhatian Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.

Hormat kami, Peneliti

(Dr. Bayu Irvia Satria)

(48)

Lampiran 4 Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………..……

Umur : ……… tahun L / P

Alamat :………..………..

Hubungan dengan pasien : Bapak/Ibu/anak/hubungan kerabat lainnya

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan PERSETUJUAN

untuk dilakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak/kerabat Bapak / Ibu tersebut. Kami juga memohon izin kepada Bapak / Ibu untuk melakukan pemeriksaanterhadap anak/kerabatsaya :

Nama : ………., Umur :……...…… tahun

Alamat Rumah :……...………..

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, ………2012 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr... …………..………...

(49)

Lampiran 5 Persetujuan dari Komisi Etika Penelitian

PERSETUJUAN KOMISI ETIK TENTANG PELAKSANAAN PENELITIAN BIDANG KESEHATAN

Nomor :...

Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, setelah dilaksanakan pembahasan dan penilaian usulan penelitian yang berjudul :

PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP H.ADAM MALIK DAN RS JEJARING FK USU

Yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian dengan:

Ketua Pelaksana/Peneliti Utama : dr. Bayu Irvia Satria

Institusi : Departemen Ilmu Bedah FK USU

Dapat disetujui pelaksanaannya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik.

Medan,...

Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU

(...)

Ketua

(50)

Lampiran 6

FORMULIR DATA PENELITIAN

IDENTITAS PASIEN

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

No. Rekam Medis :

PEMERIKSAAN KLINIS Body Mass Index (kg/m2) :

Anamnesis :

Pemeriksaan Fisik : Tanda vital : Status generalis : Pemeriksaan Penunjang : Profil Lipid Serum

Kolesterol total : Trigliserida :

HDL :

LDL :

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan suatu sikap kedisiplinan kerja pengawai agar produktivitas kerja dari masing – masing pengawai tersebut dapat

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN, DAN PERSANDIAN.

MATRIX memiliki teknologi produk pewarna rambut yang dapat memberikan hasil warna dan kondisi rambut yang sempurna setelah dilakukan proses pewarnaan pada

Aksen, ornamen islam/Islamic Village kurang terlihat sudah terselessaikan dengan Melalui desain perancangan tempat penyimpanan tas ini yang memiliki konsep logo

Konsekwensi ini mengindikasikan kebutuhan anak didik/siswa tersebut, mengenai jenis motivasi, maka dapat dikatakan bahwa bila siswa menunjukkan tingkah laku belajar karena

Pada penulisan ilmiah ini penulis mencoba membuat suatu aplikasi secara komputerisasi pada Toko Grosir Sony yang digunakan dalam pencatatan penjualan. Yang Terdiri dari data

Sedangkan bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri, misalnya lembaran besi atau baja