• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kelainan Jantung Dengan Stroke Iskemik Pada Pasien Rawat Inap Di Bagian Neurologi FK-USU/RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kelainan Jantung Dengan Stroke Iskemik Pada Pasien Rawat Inap Di Bagian Neurologi FK-USU/RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KELAINAN JANTUNG DENGAN STROKE ISKEMIK

PADA PASIEN RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

FK-USU/ RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

Oleh:

KRISNARTA SEMBIRING

070100121

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN KELAINAN JANTUNG DENGAN STROKE ISKEMIK

PADA PASIEN RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

FK-USU/ RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

KRISNARTA SEMBIRING

070100121

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KELAINAN JANTUNG DENGAN STROKE ISKEMIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

FK-USU/RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

Nama : KRISNARTA SEMBIRING NIM : 070100121

Pembimbing Penguji I

(dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K)) (dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM, M.Pd.Ked)

NIP: 19681117 199702 1 002 NIP: 19670527 199903 2 001

Penguji II

(Prof. dr. Abdul Rachman Saragih, Sp.THT-KL(K)) NIP: 19471130 198003 1 002

Medan, 29 November 2010 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Kelainan jantung merupakan salah satu faktor risiko dari stroke iskemik. Penelitian di Pakistan menunjukkan bahwa riwayat infark miokardium memiliki hubungan yang bermakna dengan stroke iskemik. Penelitian di Rusia menunjukkan bahwa hipertrofi ventrikel kiri, iskemik miokardium dan atrial fibrillation memiliki hubungan yang bermakna dengan stroke iskemik. Namun, penelitian mengenai hubungan kelainan jantung dengan stroke iskemik di Indonesia masih terbatas.

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan di Bagian Neurologi FK-USU/ RSUP Haji Adam Malik Medan dalam kurun waktu Juli sampai September 2010. Sebanyak 46 sampel dipilih dengan teknik consecutive sampling berdasarkan kriteria inklusi. Dari masing-masing sampel diambil data berupa hasil CT scan dan skor NIHSS terkait stroke iskemik dan hasil elektrokardiografi terkait kelainan jantung. Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan kelainan jantung dengan stroke iskemik.

Dari 46 sampel yang dianalisis, dijumpai 41,3% stroke iskemik dan 58,7% bukan stroke iskemik. Umur rata-rata penderita stroke iskemik 56,95 (SD 12,36) tahun. Terdapat 68,4% laki-laki dan 31,6% perempuan. Penderita stroke iskemik dengan elektrokardiogram abnormal sebanyak 62,3% dan 36,8% diantaranya normal. Jenis kelainan jantung yang paling sering dijumpai adalah kelainan anatomis, terutama iskemik (33,3%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelainan jantung dengan stroke iskemik (p 0.606).

Sebagian besar sampel yang menderita stroke iskemik pada penelitian ini berusia 17-60 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Kelainan jantung yang paling sering dijumpai adalah iskemik miokardium. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelainan jantung dengan stroke iskemik.

(5)

ABSTRACT

The prevalence of stroke in Indonesia reaches the number of 8,3 per 1.000 population. Stroke is the leading cause of death in every age group in Indonesia. Cardiac disorder is one of the risk factor for ischemic stroke. A study in Pakistan showed that myocardial infarction history had a significant relationship with ischemic stroke. A study in Russia showed that left ventricle hypertrophy, myocardial ischemic and atrial fibrillation had a significant relationship with ischemic stroke. But there is a limited study about the relationship between cardiac disorder and ischemic stroke in Indonesia.

This study is a cross sectional study which was conducted at Department of Neurology, School of Medicine, North Sumatera University/ Adam Malik General Hospital Medan, from July to September 2010. There were 46 samples which were chosen with consecutive sampling technique based on inclusion criteria. CT scan result and NIHSS score-associated with ischemic stroke-and electrocardiography result-associated with cardiac disorder-were collected from each sample as the data. Chi square test was used to estimate the relationship between cardiac disorder and ischemic stroke.

From the total subjects analyzed, 41,3% were ischemic stroke and 58,7% were not ischemic stroke. The mean age of ischemic stroke patients was 56,95 (SD 12,36) years old. There were 68,4% males and 31,6% females. Ischemic stroke patients with abnormal electrocardiography result were 62,3% and the rest were normal. The type of cardiac disorder that was most frequent detected were anatomic disorders, especially ischemic (33,3%). There was no significant relationship between cardiac disorder and ischemic stroke (p 0.606)

Most of the samples with ischemic stroke in this study were 17-60 years old and were men. The most frequent detected cardiac disorder was myocardial ischemic. There was no significant relationship between cardiac disorder and ischemic stroke.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini, saya ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp. S(K) sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

3. Prof. dr. Abdul Rachman Saragih, Sp. THT-KL (K) dan dr. Isti Ilmiati Fujiati, Msc. CM-FM, MPd. Ked. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki karya tulis ilmiah ini

4. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama saya mengikuti pendidikan sarjana kedokteran

5. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) RSUP Haji Adam Malik Medan

6. Kepala Instalasi Rindu A-4 beserta seluruh tenaga medis yang telah bekerjasama dengan baik selama saya melakukan penelitian

7. Ayahanda A. Sembiring dan Ibunda D. br. Ginting yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik saya, serta bibi dan saudara sepupu yang telah memberikan dukungan selama saya mengerjakan penulisan karya ilmiah ini 8. Teman-teman yang tergabung dalam kelompok bimbingan dr. Kiking

(7)

9. Teman-teman yang lain, yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu, yang telah membenatu saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang menggunakannya.

Medan, 29 November 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN…...………. i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah……….. 3

1.3. Tujuan Penelitian……… 3

1.3.1. Tujuan Umum……… 3

1.3.2. Tujuan Khusus……….. 3

1.4. Manfaat Penelitian………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 4

2.1. Definisi Stroke……… 4

2.2. Klasifikasi Stroke……… 4

2.3. Stroke Iskemik……… 5

2.4. Klasifikasi Stroke Iskemik……….. 5

2.5. Faktor Risiko Terjadinya Stroke Iskemik………... 6

2.6. Kelainan Jantung sebagai Faktor Risiko Terjadinya Stroke Iskemik………... 7

2.7. Patogenesis Kardioemboli……….. 8

2.8. Patogenesis Stroke Iskemik Akibat Kardioemboli………. 10

2.9. National Institutes of Health Stroke Scale………. 12

2.10. Elektrokardiografi dan Elektrokardiogram………. 14

2.11. Peran EKG dalam Penanganan Awal Stroke Iskemik……… 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL….. 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 17

3.2. Variabel dan Definisi Operasional……… 17

3.2.1. Variabel Bebas………... 17

3.2.2. Variabel Terikat………. 18

3.3. Hipotesis………. 18

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 19

4.1. Jenis Penelitian……..………. 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………. 19

(9)

4.4. Teknik Pengumpulan Data……… 20

4.5. Pengolahan dan Analisa Data………. 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 21

5.1. Hasil Penelitian………... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel……….. 21

5.1.3. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Umur………. 24

5.1.4. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelamin………. 25

5.1.5. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Gambaran Elektrokardiogram (EKG)… 25 5.1.6. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelainan Jantung……….. 26

5.1.7. Hubungan Kelainan Jantung dengan Stroke Iskemik. 27 5.2. Pembahasan……… 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 31

6.1. Kesimpulan………. 31

6.2. Saran………... 31

DAFTAR PUSTAKA………. 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. National Institute of Health Stroke Scale……….. 12 2.2. Pemeriksaan Penunjang dalam Penanganan Awal Stroke

Iskemik……… 15

5.1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

dan Umur………...……… 22

5.2. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Gambaran

EKG………... 23

5.3. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Umur………. 25 5.4. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik

Berdasarkan Jenis Kelamin………. 25 5.5. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik

Berdasarkan Gambaran Elektrokardiogram……… 26 5.6. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Gambaran elektrokardiogram normal………... 14

Gambar 2.2 Gambaran elektrokardiogram dari atrial flutter………... 15

Gambar 2.3 Gambaran elektrokardiogram dari fibrilasi atrial………. 15 Gambar 2.4 Gambaran elektrokardiogram dari infark miokardium

anterior……….. 16

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Kelainan Jantung dengan

Stroke Iskemik……….. 17 Gambar 5.1 Diagram Karakteristik Sampel Berdasarkan Penyakit

yang Diderita………. 23 Gambar 5.2 Diagram Hasil Interpretasi Gambaran EKG

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Ethical Clearance

Lampiran 4 Lembar Check List

Lampiran 5 Data Induk Penelitian

(13)

ABSTRAK

Prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Kelainan jantung merupakan salah satu faktor risiko dari stroke iskemik. Penelitian di Pakistan menunjukkan bahwa riwayat infark miokardium memiliki hubungan yang bermakna dengan stroke iskemik. Penelitian di Rusia menunjukkan bahwa hipertrofi ventrikel kiri, iskemik miokardium dan atrial fibrillation memiliki hubungan yang bermakna dengan stroke iskemik. Namun, penelitian mengenai hubungan kelainan jantung dengan stroke iskemik di Indonesia masih terbatas.

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan di Bagian Neurologi FK-USU/ RSUP Haji Adam Malik Medan dalam kurun waktu Juli sampai September 2010. Sebanyak 46 sampel dipilih dengan teknik consecutive sampling berdasarkan kriteria inklusi. Dari masing-masing sampel diambil data berupa hasil CT scan dan skor NIHSS terkait stroke iskemik dan hasil elektrokardiografi terkait kelainan jantung. Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan kelainan jantung dengan stroke iskemik.

Dari 46 sampel yang dianalisis, dijumpai 41,3% stroke iskemik dan 58,7% bukan stroke iskemik. Umur rata-rata penderita stroke iskemik 56,95 (SD 12,36) tahun. Terdapat 68,4% laki-laki dan 31,6% perempuan. Penderita stroke iskemik dengan elektrokardiogram abnormal sebanyak 62,3% dan 36,8% diantaranya normal. Jenis kelainan jantung yang paling sering dijumpai adalah kelainan anatomis, terutama iskemik (33,3%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelainan jantung dengan stroke iskemik (p 0.606).

Sebagian besar sampel yang menderita stroke iskemik pada penelitian ini berusia 17-60 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Kelainan jantung yang paling sering dijumpai adalah iskemik miokardium. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelainan jantung dengan stroke iskemik.

(14)

ABSTRACT

The prevalence of stroke in Indonesia reaches the number of 8,3 per 1.000 population. Stroke is the leading cause of death in every age group in Indonesia. Cardiac disorder is one of the risk factor for ischemic stroke. A study in Pakistan showed that myocardial infarction history had a significant relationship with ischemic stroke. A study in Russia showed that left ventricle hypertrophy, myocardial ischemic and atrial fibrillation had a significant relationship with ischemic stroke. But there is a limited study about the relationship between cardiac disorder and ischemic stroke in Indonesia.

This study is a cross sectional study which was conducted at Department of Neurology, School of Medicine, North Sumatera University/ Adam Malik General Hospital Medan, from July to September 2010. There were 46 samples which were chosen with consecutive sampling technique based on inclusion criteria. CT scan result and NIHSS score-associated with ischemic stroke-and electrocardiography result-associated with cardiac disorder-were collected from each sample as the data. Chi square test was used to estimate the relationship between cardiac disorder and ischemic stroke.

From the total subjects analyzed, 41,3% were ischemic stroke and 58,7% were not ischemic stroke. The mean age of ischemic stroke patients was 56,95 (SD 12,36) years old. There were 68,4% males and 31,6% females. Ischemic stroke patients with abnormal electrocardiography result were 62,3% and the rest were normal. The type of cardiac disorder that was most frequent detected were anatomic disorders, especially ischemic (33,3%). There was no significant relationship between cardiac disorder and ischemic stroke (p 0.606)

Most of the samples with ischemic stroke in this study were 17-60 years old and were men. The most frequent detected cardiac disorder was myocardial ischemic. There was no significant relationship between cardiac disorder and ischemic stroke.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan kecacatan pada usia dewasa dan merupakan penyebab kematian tersering kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik (Lipska dkk., 2007; van der Worp dkk., 2007). Diperkirakan 5,5 juta orang meninggal oleh karena stroke di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien selamat dari fase akut stroke dan 50-70% diantaranya menderita kecacatan kronis dengan derajat yang bervariasi (WHO, 2004).

(16)

Secara garis besar, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik (Davenport dan Dennis,2000; van der Worp dkk., 2007). Ada banyak faktor risiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, diabetes mellitus, merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol (Arboix dkk., 2001; Lipska dkk., 2007; Yamamoto dkk., 1998). Kelainan jantung yang dapat menjadi faktor risiko stroke terbagi menjadi kelainan jantung risiko tinggi, misalnya fibrilasi atrial dan risiko sedang, misalnya atrial flutter (Sjahrir, 2003). Banyak penderita penyakit jantung yang harus kembali dirawat di rumah sakit bukan karena penyakit jantungnya, melainkan karena stroke yang dideritanya kemudian. Tak jarang pula pasien-pasien tersebut mendapat serangan stroke yang berulang sepanjang hidupnya.

Untuk dapat mengetahui kelainan jantung yang menjadi faktor risiko dari stroke, diperlukan sarana penunjang diagnostik. Ada banyak sarana penunjang diagnostik yang dapat digunakan untuk menilai kelainan jantung, baik fungsi maupun strukturnya. Beberapa sarana penunjang diagnostik tersebut antara lain foto polos dada, elektrokardiografi, ekokardiografi, magnetic resonance imaging (MRI), single-photon emission computed tomography (SPECT) dan positron emission tomography (PET) (Mollema dkk., 2010). Dari sekian banyak sarana penunjang diagnostik, elektrokardiografi merupakan salah satu sarana penunjang diagnostik yang sering digunakan karena biaya pelaksanaannya yang murah serta prosedurnya yang mudah dilakukan, cepat dan tidak invasif. Prosedur yang cepat dan tepat sangatlah membantu karena diagnosis yang cepat dan tepat terhadap kelainan jantung akan dapat mengurangi insidensi stroke di dunia, khususnya di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

(17)

pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah hubungan antara kelainan jantung dengan stroke iskemik.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara kelainan jantung dengan stroke iskemik pada pasien rawat inap di Bagian Neurologi FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik sampel yang menderita stroke iskemik di Bagian Neurologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan jenis kelamin dan umur.

2. Mengetahui jenis-jenis kelainan jantung yang merupakan faktor risiko stroke iskemik pada pasien rawat inap di Bagian Neurologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Bagi klinisi dan masyarakat secara umum, memberikan informasi mengenai faktor risiko stroke iskemik yang terkait dengan kelainan jantung sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara dini.

2. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan mengenai stroke iskemik dan faktor risikonya terutama yang berkaitan dengan kelainan jantung.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Stroke

WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler (Hatano, 1976 dalam Davenport dan Dennis, 2000).

2.2. Klasifikasi Stroke

Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut Misbach (1999) dalam Ritarwan (2002), klasifikasi tersebut antara lain:

1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya: 1.1. Stroke iskemik

a. Transient Ischemic Attack (TIA) b. Trombosis serebri

c. Emboli serebri 1.2. Stroke hemoragik

a. Perdarahan intraserebral b. Perdarahan subarakhnoid

2. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu: 2.1. Serangan iskemik sepintas atau TIA

Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

2.2. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.

(19)

Gejala neurologik yang makin lama makin berat. 2.4. Completed stroke

Gejala klinis yang telah menetap. 3. Berdasarkan sistem pembuluh darah:

Sistem karotis dan sistem vertebrobasiler.

Stroke juga umumnya diklasifikasikan menurut patogenesisnya. Dalam hal ini stroke terbagi dalam dua klasifikasi, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Berdasarkan penelitian, dijumpai prevalensi stroke iskemik lebih besar dibandingkan dengan stroke hemoragik. Menurut Sudlow dan Warlow (1996) dalam Davenport dan Dennis (2000), 80% dari seluruh kejadian stroke pada orang kulit putih merupakan stroke iskemik.

2.3. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Caplan, 2000 dalam Sjahrir, 2003).

2.4. Klasifikasi Stroke Iskemik

Klasifikasi dari subtipe stroke iskemik oleh Adams, dkk. (1993) dalam Sjahrir (2003) diuraikan sebagai berikut:

1. Aterosklerosis arteri besar (emboli/trombosis) 2. Kardioemboli (risiko tinggi/risiko sedang) 3. Oklusi pembuluh darah kecil (lakunar)

4. Stroke akibat dari penyebab lain yang menentukan 5. Stroke akibat dari penyakit lain yang tidak menentukan

a. Ada dua atau lebih penyebab teridentifikasi b. Tidak ada evaluasi

c. Evaluasi tidak komplit

(20)

yang konsisten dengan salah satu subtipe dan penyebab etiologi lain dapat disingkirkan. Diagnosis possible dipakai apabila penemuan gejala klinis dan data neuroimaging cenderung pada salah satu subtipe, tetapi pemeriksaan lainnya tidak dilakukan.

2.5. Faktor Risiko Terjadinya Stroke Iskemik

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya stroke iskemik diantaranya:

1. Non modifiable risk factors: a. Umur

b. Jenis kelamin c. Keturunan/genetik 2. Modifiable risk factors

a. Behaviour - Merokok - Diet tidak sehat - Peminum alkohol - Pemakaian obat-obatan b. Physiological risk factors

- Hipertensi - Penyakit jantung - Diabetes mellitus - Infeksi, arteritis, trauma - Gangguan ginjal

- Obesitas - Polisitemia

- Kelainan pembuluh darah

Adapun faktor risiko utama penyebab stroke iskemik adalah: 1. Hipertensi

2. Merokok

(21)

4. Kelainan jantung 5. Kolesterol

(Feigin, dkk., 1998; Goldstein dkk., 2006; Sjahrir, 2003).

2.6. Kelainan Jantung sebagai Faktor Risiko Terjadinya Stroke Iskemik

Penyumbatan pada pembuluh darah yang merupakan penyebab terjadinya stroke iskemik dapat dikarenakan terbentuknya atherotromboemboli (50%), kelainan pada pembuluh darah kecil intrakranial (25%), kardioemboli (20%) atau karena penyebab lain (5%) (Davenport dan Dennis, 2000). Beberapa kelainan jantung merupakan sumber dari kardioemboli tersebut. Caplan (1994) dalam Japardi (2002) mengelompokkan penyakit jantung sebagai sumber emboli menjadi 3, yaitu:

1. Kelainan dinding jantung, seperti kardiomiopati, hipokinesis dan akinesis dinding ventrikel pasca infark miokardium, aneurisma atrium, aneurisma ventrikel, miksoma atrium dan tumor lainnya, defek septum dan patensi foramen ovale.

2. Kelainan katup, seperti kelainan katup mitral rematik, penyakit aorta, katup protesis, endokarditis bakterial, endokarditis trombotik nonbakterial, prolaps katup mitral dan kalsifikasi anulus mitral.

3. Kelainan irama, terutama fibrilasi atrium dan sindroma sick sinus.

Caplan (1994) dalam Japardi (2002) juga membagi bahan emboli yang berasal dari jantung menjadi beberapa tipe, yaitu:

1. Trombus merah, terutama mengandung fibrin dan biasanya timbul akibat adanya aneurisma ventrikel.

2. Trombus putih, terdiri dari agregasi platelet dan fibrin. Biasanya timbul akibat infark miokardium.

3. Vegetasi endokarditis marantik.

4. Bakteri dan debris dari vegetasi endokarditis.

(22)

Sjahrir (2003) membagi kelainan jantung sebagai faktor risiko kardioemboli menjadi dua kelompok besar, yaitu:

1. Risiko tinggi

a. Prostetik katup mekanik

b. Mitral stenosis dengan fibrilasi atrial c. Fibrilasi atrial

d. Left atrial appendage thrombus e. Sick sinus syndrome

f. Infark miokardium baru ( kurang dari 4 minggu) g. Trombus ventrikel kiri

h. Kardiomiopati dilatasi

i. Akinesis segmen vebtrikular kiri j. Miksoma atrial

k. Infeksi endokarditis 2. Risiko sedang

a. Prolapsus katup mitral b. Kalsifikasi anulus mitral

c. Mitral stenosis tanpa fibrilasi atrial d. Turbulensi atrium kiri

e. Aneurisma septum atrium f. Patensi foramen ovale g. Atrial flutter

h. Katup kardiak biprostetik

i. Trombotik endokarditis nonbakerial j. Gagal jantung kongestif

k. Hipokinetik segmen ventrikular kiri

l. Infark miokardium antara 4 minggu sampai 6 bulan

2.7. Patogenesis Kardioemboli

(23)

trombus yang menempel pada endokardium yang rusak (oleh sebab apapun), akan menyebabkan reaksi inotropik lokal pada miokardium tempatnya melekat tersebut. Hal ini akan menyebabkan kontraksi dinding jantung yang tidak merata yang selanjutnya mengakibatkan terlepasnya material emboli. Luasnya perlekatan trombus mempengaruhi proses terjadinya emboli. Perlekatan trombus yang luas seperti pada aneurisma ventrikel kurang berisiko untuk terjadinya emboli. Sebaliknya, trombus yang melekat pada permukaan yang sempit seperti pada kardiomiopati dilatasi lebih mudah terlepas dan menimbulkan emboli. Trombus pada endokarditis trombotik nonbakterial cenderung menyebabkan emboli karena sifat trombus yang terbentuk lebih mobil dan menonjol, berdekatan dengan daerah yang hiperkinesis, mengalami pencairan di tengahnya dan lebih rapuh.

Mekanisme kedua terkait dengan faktor aliran darah. Pada aliran laminar dengan kecepatan arus yang tinggi akan terbentuk trombus yang terutama mengandung trombosit karena pada arus yang berkecepatan tinggi, adhesi trombosit dan permukaan trombus di subendotelial tidak tergantung pada fibrinogen. Pada kecepatan arus yang tinggi terjadi penurunan deposit fibrin sementara agregasi trombosit meningkat. Sebaliknya, pada arus berkecepatan rendah seperti pada stasis aliran darah akan terbentuk trombus yang sebagian besar mengandung fibrin, karena pada kecepatan arus yang rendah pembentukan trombus membutuhkan fibrinogen. Stasis darah di atrium merupakan faktor predisposisi terjadinya emboli pada penderita fibrilasi atrium, fraksi ejeksi yang rendah, gagal jantung, infark miokardium dan kardiomiopati dilatasi.

(24)

2.8. Patogenesis Stroke Iskemik Akibat Kardioemboli

Emboli yang telah terbentuk akan keluar dari ventrikel kiri dan mengikuti aliran darah ke arkus aorta. Sekitar 90% emboli tersebut akan menuju otak melalui arteri karotis komunis (90%) dan arteri vertebralis (10%). Emboli melalui arteri karotis cenderung lebih banyak karena penampangnya lebih lurus dibandingkan dengan arteri vertebralis sehingga aliran darah melalui arteri karotis lebih banyak (300 ml/menit) dibandingkan dengan aliran darah yang melalui arteri vertebralis (100 ml/menit).

Emboli sering menyumbat di percabangan arteri, karena diameter arteri di bagian distal percabangan lebih kecil daripada di bagian proksimalnya. Kondisi ini terutama dijumpai pada percabangan arteri serebi media bagian distal, arteri basilaris dan arteri serebri posterior.

Emboli kebanyakan terdapat di arteri serebri media. Emboli yang berulang pun lebih sering terdapat pada arteri tersebut. Hal ini dikarenakan arteri serebri media merupakan percabangan langsung dari arteri karotis interna dan menerima sekitar 80% dari darah yang masuk ke arteri karotis interna (Japardi, 2002).

(25)

juga memasuki sel dan memperburuk kerusakan mitokondria. Kehilangan homeostasis ion selular tersebut akan menyebabkan kematian sel.

Identifikasi dari dua tahap kegagalan fungsi neuron tersebut telah melahirkan konsep iskemik penumbra. Yang dimaksud dengan iskemik penumbra adalah daerah pada otak yang telah mencapai tahap kerusakan reversibel dimana terdapat kegagalan elektrik neuron tapi belum memasuki tahap kerusakan ireversibel dimana terdapat kegagalan homeostasis neuron. Berdasarkan konsep tersebut, jaringan iskemik penumbra dapat diselamatkan dengan memberikan agen penghancur trombus, sehingga perfusi ke otak kembali normal atau dengan memberikan agen yang dapat melindungi neuron yang rentan tersebut dari kerusakan yang lebih parah atau kombinasi dari keduanya. Meskipun ada bukti mengenai validitas konsep iskemik penumbra tersebut, masih belum diketahui seberapa lama neuron yang telah mengalami kerusakan tersebut dapat bertahan. Hal ini menyebabkan rentang waktu penanganannya tidak dapat dipastikan. Didapati pula variasi rentang waktu penanganan pada masing-masing pasien dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi durasi waktu penanganan tersebut (Davenport dan Dennis, 2000).

Menurut Smith, dkk. (2005), kematian neuron otak dapat dikarenakan dua hal, yaitu:

1. Necrotic pathway, dimana terjadi kerusakan sitoskeletal yang cepat yang diakibatkan oleh kegagalan energi sel.

2. Apoptotic pathway, dimana neuron terprogram untuk mati.

(26)

penghancuran membran dan mengganggu fungsi vital neuron yang lain. Pada kondisi iskemik dengan derajat yang lebih ringan, apoptosis neuron dapat terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian.

2.9. National Institutes of Health Stroke Scale

Pemeriksaan neurologik dalam penanganan kegawatdaruratan, termasuk kasus stroke iskemik, haruslah cepat, tepat dan menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau sistem skoring yang formal seperti National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS). NIHSS tidak hanya menilai derajat defisit neurologis, tetapi juga memfasilitasi komunikasi antara pasien dan tenaga medis, mengidentifikasi kemungkinan sumbatan pembuluh darah, menentukan prognosis awal dan komplikasi serta menentukan intervensi yang diperlukan. Skor NIHSS <20 mengindikasikan stroke dalam tingkat ringan sampai sedang. Skor NIHSS ≥20 mengindikasikan stroke dalam tingkat yang parah (Adams, dkk., 2007).

(27)

Sumber: Adams, dkk., 2007

(28)

2.10. Elektrokardiografi dan Elektrokardiogram

Elektrokardiografi adalah sebuah metode untuk merekam aktivitas listrik dari otot jantung. Grafik dari rekaman aktivitas listrik tersebut dinamakan elektrokardiogram (ECG atau EKG). Aktivitas listrik jantung dapat dideteksi dengan menggunakan elektroda metal yang ditempatkan pada ekstremitas dan pada dinding dada. Informasi tersebut kemudian akan diamplifikasi dan direkam oleh elektrokardiograf. Elektroda metal tersebut berfungsi sebagai penyadap yang memungkinkan EKG menampilkan aktivitas listrik jantung dari beberapa sudut pandang (Goldberger, 2005).

2.11. Peran EKG Dalam Penanganan Awal Stroke Iskemik

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak kelainan jantung yang potensial menyebabkan kardioemboli dan menjadi faktor risiko stroke iskemik. Oleh karena itu, pemeriksaan jantung sangat penting dalam penanganan awal pasien stroke iskemik. Pemeriksaan enzim jantung dan EKG memegang peranan penting. Foto polos dada ikut berperan, meskipun tidak signifikan. Jantung juga perlu terus dipantau karena pada pasien stroke iskemik, kelainan jantung dapat menjadi komplikasi selain berperan sebagai faktor risiko (Adams, dkk., 2007). Menurut Jabaudon, dkk. (2004), pada pasien stroke akut dan transient ischemic attack dapat diterapkan metode pemantauan elektrokardiografi dengan teknik event-loop recording untuk mendeteksi fibrilasi atrial dan atrial flutter yang mungkin tidak terdeteksi dengan menggunakan teknik elektrokardiografi rutin ataupun dengan holter.

(29)

Tabel 2.2. Pemeriksaan penunjang dalam penanganan awal stroke iskemik

Sumber: Adams, dkk., 2007

Gambar 2.2. Gambaran elektrokardiogram dari atrial flutter (Jones, 2005)

(30)
(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang hubungan kelainan jantung dengan stroke iskemik dapat dijabarkan sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 3.1. Kerangka konsep hubungan kelainan jantung dengan stroke iskemik

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti mencakup variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

3.2.1. Variabel bebas

Kelainan jantung adalah kondisi abnormal dari jantung, baik aktivitas maupun strukturnya. Pada penelitian ini, kelainan jantung yang dinilai adalah kelainan jantung yang merupakan faktor risiko terbentuknya kardioemboli. Kelainan jantung yang dimaksud diantaranya fibrilasi atrial, infark miokardium, atrial flutter dan gagal jantung kongestif (Caplan, 1994 dalam Japardi, 2002; Sjahrir, 2003).

Cara menilai kelainan jantung pada penelitian ini adalah dengan melihat gambaran elektrokardiogram pasien yang telah diinterpretasikan oleh dokter spesialis jantung.

Alat ukur yang digunakan untuk menilai adanya kelainan jantung adalah lembaran check list yang dilampirkan pada bagian akhir proposal ini.

Hasil dari pengukuran terhadap kelainan jantung berupa ada tidaknya kelainan jantung. Adanya kelainan jantung apabila ditemukan gambaran elektrokardiogram yang abnormal. Tidak adanya kelainan jantung apabila ditemukan gambaran elektrokardiogram yang normal.

(32)

Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai kelainan jantung adalah skala pengukuran nominal.

3.2.2. Variabel terikat

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Caplan, 2000 dalam Sjahrir, 2003).

Cara menilai stroke iskemik pada penelitian ini adalah dengan melihat hasil CT scan kepala atau dengan menggunakan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS).

Alat ukur yang digunakan untuk menilai adanya stroke iskemik adalah lembaran check list yang dilampirkan pada bagian akhir proposal ini.

Hasil dari pengukuran terhadap stroke iskemik berupa ada tidaknya stroke iskemik. Adanya stroke iskemik apabila hasil CT Scan menunjukkan gambaran hipodens pada bagian otak yang mengalami iskemik dan/atau dari skor NIHSS yang menunjukkan adanya stroke iskemik. Tidak adanya stroke iskemik apabila hasil CT Scan menunjukkan gambaran yang normal dan/atau dari skor NIHSS yang normal.

Skala pengukuran yang digunakan untuk pasien dengan stroke iskemik adalah skala pengukuran nominal.

3.3. Hipotesis

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik yang menilai hubungan antara kelainan jantung dengan stroke iskemik. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana pengumpulan data dilakukan dari observasi gambaran elektrokardiogram pasien rawat inap di rumah sakit dan dari gambaran CT scan dan/ atau skor National Institute of Health Stroke Scale.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagian Neurologi FK-USU/RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 19 Juli sampai dengan 17 September 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah pasien rawat inap di Bagian Neurologi FK-USU/RSUP Haji Adam Malik Medan. Perkiraan besar sampel minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus di bawah ini (Madiyono, dkk., 2008):

dimana:

n = Besar sampel minimal.

Zα = Tingkat kepercayaan. Digunakan 95%, nilai dalam rumus: 1,96.

P = Proporsi penderita stroke dengan kelainan jantung dalam populasi. Karena proporsi penderita stroke dengan kelainan jantung dalam populasi tidak diketahui, digunakan nilai 0,5. Q = 1-P, nilai dalam rumus: 0,5.

(34)

Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh jumlah sampel minimal adalah 43 orang.

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling, dimana semua pasien yang dirawat inap di Bagian Neurologi FK-USU/RSUP Haji Adam Malik Medan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel mencapai 45 orang (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).

Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah pasien yang sedang dirawat inap di Bagian Neurologi FK-USU/RSUP Haji Adam Malik Medan dalam kurun waktu 19 Juli sampai dengan 17 September 2010 dan menjalani pemeriksaan elektrokardiografi.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Dari setiap subjek dalam populasi yang telah ditetapkan sebelumnya, dilakukan penilaian berdasarkan kriteria pemilihan sampel. Apabila subjek memenuhi kriteria maka subjek tersebut diikutsertakan dalam penelitian sebagai sampel. Dari masing-masing sampel akan dilihat gambaran CT Scan dan skor NIHSS terkait dengan stroke iskemik. Selain itu, dari masing-masing sampel akan dilihat gambaran elektrokardiografi terkait kelainan jantung. Data mengenai stroke iskemik dan kelainan jantung tersebut merupakan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah meiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki instalasi rawat inap untuk bagian neurologi, yaitu Rawat Inap Terpadu (Rindu) A-4. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga meiliki ruang rawat khusus penderita stroke, yaitu Stroke Corner. Kedua ruangan tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

(36)

Selanjutnya sampel dibagi ke dalam dua kelompok besar berdasarkan hasil CT-scan menjadi kelompok stroke iskemik (41,3%) dan kelompok bukan stroke iskemik (58,7%).

Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

No. Karakteristik sampel

Kelompok Jumlah

Stroke

Berdasarkan penyakit yang diderita, tiga kasus terbanyak adalah stroke iskemik (41,3%), diikuti SOL intrakranial (15,2%) dan stroke hemoragik (8,7%), seperti yang terlihat dalam pada gambar 5.1.

(37)

Gambar 5.1. Diagram Karakteristik Sampel Berdasarkan Penyakit yang Diderita

Tabel 5.2. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Gambaran EKG

Gambaran EKG Kelompok Jumlah

Stroke 3. Kelainan anatomis&

irama

1 5,3 1 3,7 2 4,3

Jumlah 19 100 27 100 46 100

Terdapat sembilan jenis kelainan jantung yang dijumpai pada sampel dalam penelitian ini, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.2. Tiga jenis kelainan jantung yang paling sering dijumpai pada sampel dalam penelitian ini adalah iskemik miokardium (21,6%), Left Ventricle Hypertrophy (LVH) (11,8%) dan sinus takikardia (11,8%).

Stroke iskemik; SOL medula spinalis;

(38)

Gambar 5.2. Diagram Hasil Interpretasi Gambaran EKG Sampel.

5.1.3. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Umur

Umur rata-rata sampel yang menderita stroke iskemik pada panelitian ini adalah 56,95 (SD 12,36) tahun, dimana umur sampel yang paling tua adalah 85 tahun dan yang paling muda adalah 32 tahun. Pada tabel 5.3 terlihat distribusi terbanyak penderita stroke iskemik yang diteliti adalah pada kelompok 17-60 tahun, yaitu sebanyak 63,2%.

AF; 2%

Dilatasi atrial; 2%

Iskemik; 25,50%

(39)

Tabel 5.3. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Umur

No. Umur Frekuensi Persentase

1. <17 tahun 0 0

2. 17-60 tahun 12 63,2

3. >60 tahun 7 36,8

Jumlah 19 100

5.1.4. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut jenis kelaminnya, dijumpai sampel yang menderita stroke iskemik yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 68,4% dan perempuan sebanyak 31,6% seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-laki 13 68,4

2. Perempuan 6 31,6

Jumlah 19 100

5.1.5. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Gambaran Elektrokardiogram (EKG)

(40)

Tabel 5.5. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Gambaran Elektrokardiogram

Gambaran EKG Frekuensi Persentase

1. Normal 7 36,8

5.1.6. Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelainan Jantung

Berdasarkan tabel 5.6, tiga jenis kelainan jantung yang paling sering dijumpai pada sampel dengan stroke iskemik pada penelitian ini adalah iskemik miokardium (33,3%), iskemik miokardium dan LVH (16,7%) dan LVH (16,7%).

Tabel 5.6 Distribusi Sampel yang Menderita Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelainan Jantung

No. Jenis kelainan jantung Frekuensi Persentase

1. Iskemik 4 33,3 7. Sinus takikardia &

iskemik

1 8,3

(41)

5.1.7. Hubungan Kelainan Jantung dengan Stroke Iskemik

Pada penelitian ini, dijumpai penderita stroke iskemik dengan kelainan jantung sebanyak 63,2%, sedangkan penderita stroke iskemik tanpa kelainan jantung sebanyak 36,8%. Sampel yang tidak menderita stroke iskemik dengan kelainan jantung sebanyak 44,4%, sedangkan sampel tanpa stroke iskemik dan kelainan jantung sebanyak 55,6%.

Hubungan antara kelainan jantung dengan stroke iskemik dinilai dengan analisis statistik chi square (x2) menggunakan program komputer SPSS for Windows. Dari hasil uji statistik, dijumpai tidak ada hubungan antara yang signifikan antara kelainan jantung dengan stroke iskemik pada penelitian ini (p 0.606).

Tabel 5.7. Hubungan Kelainan Jantung dengan Stroke Iskemik

Gambaran EKG

Hasil CT-Scan p-value*

Stroke iskemik Bukan stroke iskemik

0.606

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Normal 7 36,8 12 44,4

Abnormal 12 63,2 15 55,6

Jumlah 19 100 27 100

*Chi square dengan x=0.266 dan df=1

5.2. Pembahasan

(42)

tersebut berbeda dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini karena pada penelitian tersebut sampel yang diambil hanyalah pasien rawat inap yang menderita stroke.

Berdasarkan jenis kelamin, dijumpai jenis kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan dengan perempuan pada kasus stroke iskemik dengan perbandingan 68,4% berbanding 31,6%. Dominasi jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan juga dilaporkan pada beberapa penelitian lain. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yamamoto dan Bogousslavsky (1998) di Swiss, perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 75,5% berbanding 24,5%. Hal tersebut juga dilaporkan dalam penelitian yang dilakukan di Spanyol oleh Arboix, dkk. (2001) dimana perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 57,7% berbanding 42,3%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Feigin, dkk. (1998) di Rusia juga dijumpai dominasi jenis kelamin laki dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 60% berbanding 40%. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Kamal, dkk. (2010) di Pakistan dijumpai bahwa kasus stroke iskemik lebih banyak dijumpai pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan perbandingan 69,2% berbanding 30,8%.

(43)

Pada penelitian ini, sampel dengan stroke iskemik ditentukan dari hasil pembacaan CT-scan saja karena hasil pemeriksaan menurut National Institute of Health Stroke Scale tidak ditemukan di lapangan. Sedangkan ada tidaknya kelainan jantung pada sampel dinilai dari hasil pembacaan elektrokardiogram. Dari hasil statistik dengan uji chi square, tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara kelainan jantung dengan kejadian stroke iskemik pada penelitian ini (p 0.606).

Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Feigin, dkk. (1998) dimana pada penelitian tersebut dijumpai kelainan jantung seperti hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung iskemik dan atrial fibrillation memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke iskemik. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kamal, dkk. (2009) di Pakistan, dimana pada penelitian tersebut, adanya riwayat infark miokardium memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke iskemik.

Berdasarkan teori, adanya kelainan jantung yaitu kelainan anatomis (misalnya kelainan dinding jantung dan kelainan katup) dan kelainan irama (misalnya atrial fibrillation) akan meningkatkan risiko terbentuknya emboli melalui beberapa mekanisme yang terkait faktor mekanis, faktor aliran darah dan faktor trombolisis. Emboli tersebut akan memasuki sirkulasi dan jika menyumbat arteri yang mendarahi otak akan menimbulkan manifestasi klinis berupa stroke iskemik (Japardi, 2002). Jadi, secara teori terdapat hubungan antara kelainan jantung dengan stroke iskemik.

Perbedaan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan dengan teori mungkin dikarenakan sampel pada penelitian ini terlalu kecil dan waktu penelitian yang terlalu singkat. Penelitian ini hanya melibatkan 46 sampel dengan waktu penelitian dua bulan. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Feigin, dkk. (1998) melibatkan 237 sampel dengan waktu penelitian satu tahun dan penelitian yang dilakukan oleh Kamal, dkk. (2010) melibatkan 545 sampel dengan waktu penelitian lima bulan.

(44)
(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan umur, 63,2% sampel yang menderita stroke iskemik berumur 17-60 tahun dan 36,8% berumur lebih dari 60 tahun.

2. Berdasarkan jenis kelamin, 68,4% sampel yang menderita stroke iskemik berjenis kelamin laki-laki dan 31,6% berjenis kelamin perempuan.

3. Jenis kelainan jantung yang paling sering dijumpai pada sampel yang menderita stroke iskemik pada penelitian ini adalah kelainan anatomis berupa iskemik miokardium (33,3%).

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kelainan jantung dengan kejadian stroke iskemik (p 0.606).

6.2. Saran

1. Penelitian ini masih merupakan penelitian cross sectional dengan besar sampel yang kecil dan waktu penelitian yang pendek. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan waktu penelitian yang lebih panjang dengan melibatkan beberapa rumah sakit di dalam suatu daerah.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, H.P., et al., 2007. Guidelines for Early Management of Adults with Ischemic stroke. Circulation, 115: e478-e534.

Arboix, A., Padilla, I., Massons, J., Garcia-Eroles, L., Comes, E., and Targa, C., 2001. Clinical Study of 222 Patients with Pure Motor Stroke. J Neurol Nourosurg Psychiatry, 71: 239-242.

Davenport, R. & Dennis, M., 2000. Neurological Emergencies: Acute Stroke. J Neurol Neurosurg Psychiatry, 68: 277-288.

Feigin, V.L., Wiebers, D.O., Nikitin, Y.P., O’Fallon, M., and Whisnant, J.P., 1998. Risk Factors for Ischemic Stroke in a Russian Community: a Population-based Case-Control. Stroke, 29: 34-39.

Fischer, U., et. al., 2005. NIHSS Score and Arteriographic Findings in Acute Ischemic Stroke. Stroke, 36: 2121-2125.

Goldberger, A.L., 2005. Electrocardiography. In: Kasper, D.L., Braunwald, E., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Longo, D.L., and Jameson, J.L. ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill, 1311-1319.

Goldstein, L.B., et al., 2006. Primary Prevention of Ischemic Stroke. Stroke, 37: 1583-1633.

(47)

Jabaudon, D., Sztajzel, J., Sievert, K., Landis, T., and Sztajzel, R., 2004. Usefulness of Ambulatory 7-Day ECG Monitoring for the Detection of atrial Fibrillation and Flutter After Acute Stroke and Transient Ischemic Attack. Stroke, 35: 1647-1651.

Japardi, I., 2002. Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi31.pdf. [Accessed 11 Mar 2010].

Japardi, I., 2002. Patogenesa Stroke Kardioemboli. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi33.pdf.

[Accessed 11 Mar 2010].

Jones, A.S., 2005. ECG Notes, Interpretation and Management Guide. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Kamal, A.K., et al., 2009. The Burden of Stroke and Transient Ischemic Attack in Pakistan: a Community-based Prevalence Study. BMC Neurology, 9: 58.

Lipska, K., et al., 2007. Risk Factors for Acute Ischaemic Stroke in Young Adults in South India. J Neurol Neurosurg Psychiatry, 78: 959-963.

(48)

Mollema, S.A., et al., 2010. Viability Assessment with Global Left Ventricular Longitudinal Strain Predicts Recovery of Left Ventricular Function After Acute Myocardial Infarction. Circ Cardiovasc Imaging, 3: 15-23.

Ritarwan, K., 2002. Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2008. Pemilihan Subjek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. ed. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto, 78-91.

Sjahrir, H., 2003. Stroke Iskemik. Medan: Yandira Agung.

Smith, W.S., Johnston, S.C., and Easton, J.D., 2005. Cerebrovascular Disease. In: Kasper, D.L., Braunwald, E., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Longo, D.L., and Jameson, J.L. ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill, 2372-2393.

Van der Worp, H.B. & van Gijn, J., 2007. Acute Ischemic Stroke. N Engl J Med, 357: 572-579.

World Health Organization, 2004. Atlas Country Resources for Neurological Disorders 2004. Department of Mental Health and Substance Abuse, World Health Organization.

(49)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Krisnarta Sembiring Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 30 Desember 1998 Agama : Kristen Protestan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri No. 040448 Kabanjahe 2. SMP Negeri 1 Kabanjahe

3. SMA Negeri 1 Matauli Pandan Riwayat Pelatihan : -

(50)

LAMPIRAN 4

LEMBAR CHECK LIST

No. No. MR

Umur Diagnosis Jenis kelamin

Kelainan jantung Gambaran

EKG

Stroke iskemik

CT-Scan

(51)

LAMPIRAN 4

(52)

50

SOL medula spinalis +

myelitis Normo EKG 1 -

SR + iskemik miokard inferior + LVH +

(53)

LAMPIRAN 6

OUTPUT SPSS UNTUK UJI CHI SQUARE

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Gambaran EKG * Hasil

CT-Scan

46 100.0% 0 .0% 46 100.0%

Gambaran EKG * Hasil CT-Scan Crosstabulation

Hasil CT-Scan

Total Stroke iskemik

Bukan stroke iskemik

Gambaran EKG Normal Count 7 12 19

% within Hasil CT-Scan 36.8% 44.4% 41.3%

Tidak normal Count 12 15 27

% within Hasil CT-Scan 63.2% 55.6% 58.7%

Total Count 19 27 46

(54)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .266a 1 .606

Continuity Correctionb .045 1 .832

Likelihood Ratio .267 1 .605

Fisher's Exact Test .763 .418

Linear-by-Linear Association

.260 1 .610

N of Valid Cases 46

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.85.

Gambar

Tabel 2.1. National Institute of Health Stroke Scale
Gambar 2.1. Gambaran elektrokardiogram normal (Jones, 2005)
Tabel 2.2. Pemeriksaan penunjang dalam penanganan awal stroke iskemik
Gambar 2.4. Gambaran elektrokardiogram dari infark miokardium anterior (Jones,  2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.9 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Stroke Iskemik dengan Infark yang Rawat Inap di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2012

Jenis stroke yang terjadi pada responden yang obesitas dan menderita stoke adalah stroke iskemik yaitu 100%.. Kata kunci: stroke, obesitas, Indeks

Namun tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel kelompok usia suami diatas 35 tahun dengan istri yang mengalami kelainan kromosom pada abortus

Simpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara migrain dan kejadian stroke iskemik di RSUD Dr.. Kata kunci: migrain,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan tingkat keparahan stroke pada pasien stroke iskemik yang dirawat inap di Departemen Neurologi RSUP H.. Adam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan obesitas dan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke iskemik di RSUP Haji Adam Malik Medan6. Adapun manfaat

Pasien stroke iskemik maupun hemoragik paling banyak sampai di rumah sakit adalah setelah 1 – 7 hari, gejala klinis stroke iskemik paling banyak ditemui adalah

Populasi penelitian adalah Semua data pasien yang dinyatakan berdasarkan diagnosa dokter sesuai hasil pemeriksaan CT Scan menderita penyakit stroke iskemik dengan