• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Diabetes Melitus dengan angka kejadian Stroke Fase Akut di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Diabetes Melitus dengan angka kejadian Stroke Fase Akut di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2010"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Diabetes Melitus dengan Angka

Kejadian Stroke fase Akut

di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2010

Oleh:

ANGGI SAKTINA SARI BATUBARA

080100357

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Penelitian dengan Judul:

Hubungan Diabetes Melitus dengan angka kejadian

Stroke Fase Akut

di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2010

Yang dipersiapkan oleh:

ANGGI SAKTINA SARI BATUBARA

0801000357

Penelitian ini telah diperiksa dan telah disetujui

Medan, Desember 2011

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(dr. Kiking Ritarwan, SpS (K))

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Diabetes Melitus dengan angka kejadian Stroke Akut di

RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2010

Nama : Anggi Saktina Sari Batubara

NIM : 080100357

Pembimbing Penguji I

(dr. Kiking Ritarwan, SpS (K)) (dr. Sri Sofyani, Sp.A (K))

NIP : 196811171997021002 NIP : 196508281996032004

Penguji II

(dr.Rusdiana. M.Kes )

NIP : 197109152001122002

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Diabetes merupakan salah satu faktor resiko stroke, dan frekuensi diabetes

cukup tinggi pada penderita stroke. Stroke merupakan salah satu penyebab

kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia dengan perbandingan

antara cacat dan mati dari penderita stroke adalah empat berbanding satu.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan diabetes mellitus dengan

peningkatan angka kejadian stroke iskemik akut.

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian studi potong

lintang (Cross Sectional Study ) dengan sampel yang diambil dari data rekam medis tahun 2010 sebesar 85 orang, 44 orang penderita stroke iskemik dan 41

orang penderita stroke hemoragik. Semua sampel yang digunakan telah menjalani

pemeriksaanCT – scan dan pemeriksan KGD

Dari 44 orang penderita stroke iskemik akut (26 laki – laki dan 18

perempuan, dengan umur tersering 46 – 65) 33 orang (75%) ditemukan

mengalami diabetes mellitus. Dan dari 41 orang penderita stroke hemoragik (30

laki – laki dan 11 perempuan, dengan umur tersering 46 – 65) 13 orang(31.7%)

ditemukan mengalami diabetes mellitus.

Terdapat hubungan diabetes mellitus dengan peningkatan kejadian stroke

iskemik akut dengan resiko 75% lebih besar dibanding yang tidak menderita

diabetes mellitus.

(5)

ABSTRACT

Diabetes is a risk factor for stroke, and high frequency of diabetes in patients with stroke. Stroke is one cause of death and major neurological disability in Indonesia with a comparison between disability and death from stroke patients is four to one. This study aims to look at the relationship of diabetes mellitus with an increased incidence of acute ischemic stroke.

This study is analytic with a cross-sectional study with samples taken from medical records of 2010 by 85 people, 44 people ischemic stroke patients and 41 people with hemorrhagic stroke. All samples used had undergone CT - scan and examination blood sugar levels.

Of the 44 people with acute ischemic stroke (26 male and 18 female, with the most common age 46-65) 33 people (75%) were found to have diabetes mellitus. And from 41 people with hemorrhagic stroke (30 male and 11 female, with the most common age 46-65) 13 people (31.7%) were found to have diabetes mellitus.

There is a relationship of diabetes mellitus with an increased incidence of acute ischemic stroke with 75% greater risk than those without diabetes mellitus.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas khadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis ini

saya buat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan salah satu tugas akhir

dalam menyelesaikan pendidikan kedokteran saya di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Saya memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus untuk

kedua orang tua saya, Drs.H. Ibrahim Sakty Batubara dan Hj.Wimaslina Khairani

Lubis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, membekali

pendidikan saya baik secara materil dan non materil serta selalu mengajarkan

kepada saya untuk selalu berbagi, bertanggung jawab, memberikan dorongan,

semangat, nasehat serta doa yang tulus agar saya dapat menyelesaikan pendidikan.

Saya mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada

dosen pembimbing saya dr. Kiking Ritarwan. SpS (K) yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu, membimbing serta memberikan arahan kepada saya

dalam pembuatan dan penyelesaian Karya Tulis ini.

Kepada sahabat kecil saya Adinda Soraya Nasution, Diah Permata Sari,

Yordan Sianipar, Iqbal Lisdy Siregar, Royen Akbar, M. Amru, Novi Yanti dan

semua sahabat – sahabat saya di Fakultas Kedokteran, Yulia Handayani, Natasha

Margareth Pangaribuan, Rr,Anisa Lidya, Putri Handayani, Siti Rizky Alqoriah,

Qadrina Alaydrus, Justiawan Nazwan dan rekan – rekan di Community saya, TIB

yang mungkin tidak bisa saya ucapkan satu persatu, serta semua orang yang telah

membantu dan mendoakan saya, saya ucapkan terima kasih yang sebesar–

besarnya.

Saya menyadari keterbatasan dan kekurangan saya dalam penulisan dan

penelitian ini, untuk itu saya mengaharapkan adanya masukan yang berharga dari

semua pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat bagi kita

semua.

Medan, 15 Desember 2011 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

2.2.1. Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya…...…6

2.2.2. Berdasarkan Stadium atau Pertimbangan Waktu………7

(8)

2.2.4. Berdasarkan Klasifikasi Gambaran Klinis tipe iskemik...7

2.3. Faktor Resiko………8

2.4. Diabetes Melitus………8

2.4.1. Epidemiologi………..9

2.4.2. Klasifikasi……….………..…..10

2.5. Pengaturan Glukosa Darah……….………...11

2.6. Penilaian Pengontrolan Glukosa Darah……….………...14

2.7. Patofisiologi Diabetes Melitus dengan Komplikasi Stroke...….14

BAB 3: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep………….………...………17

3.1.1. Variabel yang Diamati……….………..17

3.2. Hipotesis……….………..17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………...20

4.3. Populasi dan Sampel………...20

4.3.1. Kriteria Insklusi dan Eksklusi………..…….20

4.3.2. Besar Sampel………...21

4.4. Teknik Pengumpulan Data……….21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data….………...……22

(9)

5.2. Pembahasan………..26 5.2.1. Karakteristik Sampel Terhadap Stroke Iskemik………..26 5.2.2. Hubungan DM dengan Peningkatan Angka Kejadian

Stroke Iskemik akut……….28 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar .2.1. Sekresi Insulin………...12

Gambar .2.2. Sekresi Glukagon………..12

Gambar.2.3. Patofisiologi Stroke dengan Faktor Resiko DM.………16

(12)

DAFTAR SINGKATAN

% : Persen

ASNA :ASEAN Neurological Association Dkk : Dan kawan – kawan

DM :Diabetes Melitus

DMG : Diabetes Melitus Gestasional

GH :Growth Hormone

IDDM : Diabetes Mellitus yang Tergantung Insulin IRT : Ibu Rumah Tangga

KGD : Kadar Gula Darah LACI : Lacunar Infark

LDL :Low Density Lipoprotein

NIIDM : Diabetes Mellitus yang Tak Tergantung Insulin GTT :Glucose Tolerance Test

PACI : Partial Anterior Circulation Infark PIS : Perdarahan Intraserebral

PNS : Pegawai Negeri Sipil

POCI : Posterior Circulation Infark PSA : Perdarahan SubArakhnoid

RIND :Reversible Ischemic Neurological Deficit SD : Sekolah Dasar

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 : Lembar Check List

Lampiran 3 : Lembar Ethical Clearance

Lampiran 4 : Surat Izin Survey ke Rumah Sakit

Lampiran 5 : Surat Izin Pengambilan Data Rekam Medis RSUP.H.Adam Malik Medan

(14)

ABSTRAK

Diabetes merupakan salah satu faktor resiko stroke, dan frekuensi diabetes

cukup tinggi pada penderita stroke. Stroke merupakan salah satu penyebab

kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia dengan perbandingan

antara cacat dan mati dari penderita stroke adalah empat berbanding satu.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan diabetes mellitus dengan

peningkatan angka kejadian stroke iskemik akut.

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian studi potong

lintang (Cross Sectional Study ) dengan sampel yang diambil dari data rekam medis tahun 2010 sebesar 85 orang, 44 orang penderita stroke iskemik dan 41

orang penderita stroke hemoragik. Semua sampel yang digunakan telah menjalani

pemeriksaanCT – scan dan pemeriksan KGD

Dari 44 orang penderita stroke iskemik akut (26 laki – laki dan 18

perempuan, dengan umur tersering 46 – 65) 33 orang (75%) ditemukan

mengalami diabetes mellitus. Dan dari 41 orang penderita stroke hemoragik (30

laki – laki dan 11 perempuan, dengan umur tersering 46 – 65) 13 orang(31.7%)

ditemukan mengalami diabetes mellitus.

Terdapat hubungan diabetes mellitus dengan peningkatan kejadian stroke

iskemik akut dengan resiko 75% lebih besar dibanding yang tidak menderita

diabetes mellitus.

(15)

ABSTRACT

Diabetes is a risk factor for stroke, and high frequency of diabetes in patients with stroke. Stroke is one cause of death and major neurological disability in Indonesia with a comparison between disability and death from stroke patients is four to one. This study aims to look at the relationship of diabetes mellitus with an increased incidence of acute ischemic stroke.

This study is analytic with a cross-sectional study with samples taken from medical records of 2010 by 85 people, 44 people ischemic stroke patients and 41 people with hemorrhagic stroke. All samples used had undergone CT - scan and examination blood sugar levels.

Of the 44 people with acute ischemic stroke (26 male and 18 female, with the most common age 46-65) 33 people (75%) were found to have diabetes mellitus. And from 41 people with hemorrhagic stroke (30 male and 11 female, with the most common age 46-65) 13 people (31.7%) were found to have diabetes mellitus.

There is a relationship of diabetes mellitus with an increased incidence of acute ischemic stroke with 75% greater risk than those without diabetes mellitus.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis

yang utama di Indonesia dengan perbandingan antara cacat dan mati dari

penderita stroke adalah empat berbanding satu. Serangan otak ini merupakan

kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat.

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat,

berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih yang langsung

menimbulkan kematian, dan semata – mata disebabkan oleh gangguan peredaran

darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung

sementara, beberapa detik hingga beberapa jam ( kebanyakan 10 – 20 menit ), tapi

kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas (transient ischaemia attack = TIA) (Mansjoer, 2000,).

Insiden stroke di Amerika Serikat kurang lebih 700.000 pertahunnya dan

merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner serta

kanker (Caplan, 2000; dalam Ritarwan, 2002). Sekitar 20% stroke adalah stroke

hemoragik dan sekitar 85% dari semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau

infark. (Gofir, 2009).

Dari data penderita rawat inap di bangsal nurologi Rumah Sakit Haji Adam

Malik Medan pada tahun 2010 diperoleh bahwa 365 pasien stroke yang opname,

251 pasien (68 %) merupakan stroke iskemik dan 114 pasien (32%) merupakan

stroke hemoragik. (Departemen Neurologi, 2006).

. Stroke Iskemik paling sering disebabkan oleh proses aterotrombosis dan

emboli kardiogenik, sedangkan 2/3 kasus stroke hemoragik berhubungan dengan

hipertensi dan 20% karena perdarahan subarachnoid (Misbach, 1999; dalam

(17)

Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survey

ASNA(ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada penderita stoke akut yang dirawat rumah sakit

(hospital based study). Penderita laki – laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun yaitu 11.8%, usia 45 – 64 tahun berjumlah 54.2%,

dan diatas usia 65 tahun 33.5% (Misbach, 2007).

. Kenaikan kadar glukosa darah ditemukan pada 43% penderita stroke akut,

dan 25% diantaranya adalah penderita diabetes dan dalam jumlah yang sama

(25%) ditemukan kenaikan Hemoglobin A1c pada serum. Setengahnya lagi (50%)

yaitu penderita non – diabetes dengan respon hiperglikemia akibat stroke

(Misbach, 1999; dalam Bangun, 2008)

Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuria,

polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau

hiperglikemia kronik. Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak & protein, dan resiko timbulnya gangguan

mikrovaskular atau makrovaskular meningkat. Hiperglisemia timbul akibat

berkurangnya insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke sel – sel otot,

jaringan adiposa atau hepar dan metabolismenya juga terganggu. Dalam keadaan

normal, kira – kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna

menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira – kira 30 – 40%

diubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu,

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel hingga energi terutama diperoleh dari

metabolisme protein dan lemak ( Suherman, 2007).

Diabetes mellitus merupakan faktor resiko untuk stroke, frekuensi diabetes

cukup tinggi pada penderita stroke. Pada penderita stroke aterotrombotik

(iskemik) dijumpai 30% dengan diabetes mellitus, dari sisanya ditemukan 59%

dengan toleransi glukosa yang abnormal. Mereka menyimpulkan bahwa 70%

penderita stroke yang mereka selidiki menderita diabetes mellitus yang nyata atau

yang tersembunyi (Gertler dkk, 1975). Dari 50 penderita TIA atau stroke yang

mereka selidiki, 20% sebelumnya telah diketahui menderita diabetes mellitus,

(18)

Mereka menyimpulkan bahwa 62% penderitanya mempunyai abnormalitas

glikemik. Angka kejadian (prevalensi) diabetes pada orang dewasa di Amerika

Serikat ialah 6%, angka ini meningkat menjadi 16% pada golongan usia 65 tahun

ke atas (Riddle dan hart, 1982; WHO,1980; dalam Lumbantobing, 2007).

Dalam suatu penelitian prospektif analisis stroke telah menunjukkan

prevalensi tinggi dari yang didiagnosa diabetes (17 %) dan baru didiagnosa

diabetes (11.4%) pada pasien dengan stroke akut di unit rumah sakit stroke.

Angka ini secara signifikan lebih tinggi dari prevalensi angka dalam kelompok

usia sebanding (Kiers dkk, 1992).

Dalam sebuah penelitian prospektif di rumah sakit. Seorang peneliti,

menggunakan tata kriteria diagnostik mencatat demografi, faktor risiko dan jenis

stroke dan kematian yang terjadi selama periode-pasien. HASIL: Seratus enam

puluh tiga pasien dengan stroke iskemik akut yang terdaftar dalam penelitian.

Diabetes mellitus tipe 2 ditemukan pada 90 (55.2%) pasien (Hamidon, 2003).

Dari penelitian Copenhagen Stroke dimana 75% pasien diabetes diketahui mengalami DM terlebih dahulu baru mengalami stroke, padahal 25% DM

didiagnosis pada pasien yang rawat inap rumah sakit dengan penyakit stroke.

Sejak diabetes diketahui mampu menaikkan resiko aterosklerosis, hal itu terlihat

bahwa DM menjadi faktor resiko yang paling essensial pada sistem vaskular khususnya stroke iskemik. Pasien dengan DM – stroke memiliki resiko kematian

lebih tinggi daripada pasien stroke tanpa DM (Antonios and Silliman , 2005 ). Empat puluh enam koma empat persen pasien DM ditemukan pada pasien

yang mengalami stroke. Hasil penelitian lain dari Barrett – Connor dkk

menyatakan DM merupakan faktor resiko tersering untuk stroke. Dari penelitian

Bener terlihat pasien hipertensi dengan DM memiliki faktor resiko mengalami

stroke (Bener dkk, 2005 ).

Prevalensi stroke pada diabetes meningkat dari 6.1% menjadi 21.1%. Dalam

penelitian ini, stroke ditemukan pada 2.55% dari penderita diabetes dan

merupakan 5.51% dari semua komplikasi neurologi pada pasien diabetes.

Kejadian ini lebih rendah dari stroke yang ditemukan dalam penelitian kami

(19)

stroke dengan diabetes tidak terdiagnosis sebelumnya ketika dirawat di bawah

divisi saraf dan belum termasuk dalam penelitian kami. Risiko stroke (terutama

thromboembolik) pada penderita diabetes adalah dua sampai enam kali

dibandingkan dengan pasien non diabetes (Zargar dkk, 2009)

Hiperglikemi sebagai petanda dari stroke yang lebih berat sehingga outcome

yang buruk diantara pasien – pasien dengan hiperglikemia dapat merupakan

sebagian dari gambar keseriusan yang terjadi pada pembuluh darah itu sendiri

(Adams dkk, 2007; dalam Bangun, 2008).

Oleh karena angka terjadinya kasus ini sangat tinggi maka saya melakukan

penelitian ini di Bangsal Rawat Inap Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP

H. Adam Malik Medan sebagai bahan untuk karya tulis ilmiah saya untuk

mencapai Standar Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia (KIPDI

III).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas,

dirumuskanlah masalah penelitian apakah penderita diabetes mellitus dapat

meningkatkan angka kejadian stroke fase akut di Bangsal Rawat Inap Bagian Ilmu

Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan angka kejadian

stroke fase akut selama dalam perawatan di rumah sakit.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui faktor resiko pada pasien stroke.

b. Untuk mengetahui pengaruh diabetes mellitus pada pasien stroke.

c. Untuk mengetahui peningkatan angka kejadian stroke pada penderita

(20)

1.4. Manfaat penelitian

a. Manfaat bagi peneliti dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam bidang penelitian

b. Manfaat bagi orang lain dapat menjadi informasi dan referensi untuk

penelitian selanjutnya

c. Manfaat bagi masyarakat adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukkan kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Stroke

Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda

klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak

fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (Gofir, 2009)

Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan stroke

berlangsung sampai satu minggu (Misbach, 1999; dalam Bangun, 2009).

2.2. Klasifikasi Stroke

Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda

klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak

fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi

bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain

penyebab vaskuler. Defenisi ini mencakup stroke akibat infark otak (stroke

iskemik), perdarahan intraserebral (PIS) non traumatik, perdarahan

intraventrikuler dan beberapa kasus perdarahan subarakhnoid (PSA) (Gofir,

2009).

Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke

mempunyai cara pengobatan, preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun

patogenesisnya serupa. Adapun klasifikasi tersebut menurut Misbach (1999)

dalam Ritarwan (2002) adalah:

2.2.1. Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya

1. Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak

terkontrol di otak. Sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik.

a. Perdarahan Intraserebral (PIS).

(22)

2. Stroke Iskemik yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.

Sehingga dapat menyebabkan jaringan otak mati. Sekitar 85% dari semua

stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark.

a.Transient Ischemic Attack (TIA). b. Trombosis Serebri.

c. Embolia Serebri.

2.2.2. Berdasarkan Stadium atau Pertimbangan Waktu

1. Transient Ischemic Attack (TIA) adalah Suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari 24 jam dan

disebabkan oleh thrombus atau emboli.

2. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND) adalah Gejala neurologik yang timbul dan akan menghilang dalam waktu lebih dari 24

jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.

3. Stroke In Evolution (Progressing Stroke) adalah Gejala/tanda neurologist

fokal terus memburuk setelah 48 jam.

4. Complete Stroke Non-Hemmorhagic adalah Kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.

2.2.3. Berdasarkan Sistem Pembuluh Darah

1. Sistem Karotis.

2. Sistem Vertebrobasiler.

2.2.4. Berdasarkan Klasifikasi Gambaran Klinis tipe iskemik (Gofir, 2009) 1. Partial Anterior Circulation Infark (PACI).

2. Total Anterior Circulation Infark (TACI). 3. Lacunar Infark (LACI).

4. Posterior Circulation Infark (POCI).

Selain itu stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu, stroke perdarahan

(hemoragik) dan stroke iskemik. Dua kategori ini memiliki Suatu kondisi yang

berlawanan dimana pada stroke hemoragik, kranium yang tertutup memiliki darah

yang terlalu banyak. Sedangkan pada stroke iskemik terjadi gangguan ketersedian

(23)

sekitar 85% dari semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark. (Gofir,

2009).

2.3. Faktor Resiko

Menurut The WHO Task Force on Stroke and other Cerebrovascular Disorders (1989), Faktor stroke iskemik adalah (Gofir, 2009):

2.3.1. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi:

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Etnis /Ras

4. Hereditas

2.3.2. Faktor Resiko yang Dapat Dimodifikasi:

1. Hipertensi.

8. Peningkatan kadar lemak darah (kolesterol, trigliserida, LDL).

9. Hiperurisemia.

10. Infeksi.

2.4. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan – gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang bertalian dengan defisiensi

absolute atau relatif aktivitas dan/atau sekresi insulin. Gejala – gejala yang khas

adalah poliuria, polidipsia, polifagia (WHO, 2000)

Diabetes mellitus telah lama menjadi perhatian dari WHO. Penelitian

pertama diabetes berskala internasional yang disponsori secara langsung oleh

(24)

Diabetes. Pengembangan diabetes mellitus bertalian dengan peningkatan angka

kematian dan resiko tinggi berkembangnya penyulit – penyulit vaskuler, ginjal,

retina, dan neuropati, yang dapat mengakibatkan kecacatan serta kematian dini

(WHO, 2000).

Diabetes mellitus atau DM merupakan masalah endokrinologis yang

menonjol dalam pelayanan kesehatan dan juga sudah terbukti sebagai faktor

resiko stroke dengan peningkatan resiko relatif pada stroke iskemik 1.6 sampai 8

kali dan pada stroke hemoragik 1.02 hingga 1.67 kali (Antonios & Silliman,

2005).

Penelitian prospektif terhadap 3642 pasien yang diamati selama 10.4 tahun

mendapatkan resiko stroke berkurang dengan 12% untuk setiap 1% pengurangan

hemoglobin A1C, walaupun tidak signifikan secara statistic (P=0.035) (Stratton

dkk, 2000). Pada penelitian ini HbA1C menurun dari median 7.9% ke 7.0%.

Kemungkinan resiko stroke dapat diperkecil lagi jika penanganan diabetes yang

terjadi lebih agresif (Antonios dan Silliman, 2005).

2.4.1. Epidemiologi

Tingkat prevalensi diabetes mellitus sangat tinggi. Diduga terdapat sekitar

16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosa 600.000

kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat

dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetic. Pada usia yang sama, penderita diabetes paling sedikit 2.5 kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak

menderita serangan jantung.

Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena

penyakit vascular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren adalah

komplikasi yang paling utama. Selain itu, kematian fetus intrauterine pada ibu – ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol juga meningkat (Price dan Wilson,

2006).

Diabetes yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan gangguan siklus

haid pada wanita. Pengobatan terbaik adalah dengan mengendalikan kadar gula

(25)

Kadar gula kulit (glukosa kulit) merupakan 55% kadar gula darah (glukosa

darah) pada orang biasa. Pada diabetes, rasio meningkat sampai 69 – 71% dari

glukosa darah yang sudah meninggi. Pada penderita yang sudah diobati pun rasio

melebihi 55% keadaan ini yang dinamakan sebagai diabetes kulit (Juanda dkk,

2007).

2.4.2. Klasifikasi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat (Price dan Wilson, 2006). Diabetes dibagi menjadi :

a. Diabetes Mellitus Tipe – 1

Diabetes tipe – 1 adalah diabetes mellitus yang tergantung insulin

(IDDM). IDDM ditandai dengan defisiensi mutlak insulin, onset

gejala yang berat timbul secara mendadak, cenderung menjadi

ketosis, dan untuk menopang kehidupan tergantung pada insulin dari

luar. Usia saat timbulnya gejala klinis biasanya dibawah 30 tahun,

meskipun gangguan dapat terjadi di semua usia. Sering dikenal

denganjuvenile – onset diabetes(WHO, 2000). b. Diabetes Mellitus tipe – 2

Diabetes tipe – 2 adalah diabetes mellitus yang tak tergantung insulin

(NIIDM). Mencakup hampir 85% dari semua kasus diabetes di

negara – negara maju, dan sebagian besar kasus di negara – negara

berkembang. Diagnosa untuk orang – orang eropa biasanya dibuat

sesudah usia 40 tahun. Diagnosa dapat ditegakkan bila kadar glukosa

darah puasa meningkat sampai batas yang diterima sebagai

diagnostik diabetes. DM tipe – 2 ini kebanyakan disebabkan oleh

kerusakan sel beta pankreas (WHO, 2000).

c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

Diabetes Gestasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau

baru ditemukan pada waktu hamil. Komplikasi yang dapat terjadi

pada ibu yang menderita diabetes gestasional adalah preeklampsi,

(26)

Sedangkan pada janin dapat meningkatkan resiko terjadinya

hiperbilirubinemia, trauma persalinan, hipoglikemia, hipokalsemia,

dan dapat juga menyebabkan kecacatan dan kematian pada janin.

(Saifuddin dkk, 2008)

d. Tipe khusus lain, seperti (Price dkk., 2006) : · Kelainan genetik pada sel beta.

· Kelainan genetik pada kerja insulin : Sindrom resistensi insulin berat.

· Penyakit pada eksokrin pankreas.

· Penyakit endokrin :Cushing Syndrom, Akromegali. · Obat- obatan yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta. · Infeksi.

2.5. Pengaturan Glukosa Darah

Karbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi monosakarida dan

diabsorbsi, terutama dalam duodenum dan jejunum prosimal. Setelah diabsorbsi,

kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan

kembali lagi ke kadar semula. Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian

besar bergantung pada hati yang (1) mengekstraksi glukosa, (2) menyintesis

glukosa, dan (3) melakukan glikolisis. Jumlah glukosa yang yang diambil dan

dilepaskan oleh hati dan digunakan oleh jaringan-jaringan perifer bergantung pada

keseimbangan fisiologis beberapa hormon yaitu (1) hormon yang merendahkan

kadar glukosa darah, yaitu insulin yang dibentuk oleh sel-sel beta di pulau

langerhans pankreas (Gambar 2.1), dan (2) hormon yang meningkatkan kadar

glukosa darah, ada glukagon yang disekresi oleh sel- sel alfa pulau langerhans,

epinefrin yang disekresikan oleh medulla adrenal dan jaringan kromafin lain,

glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal dan Growth Hormone

(GH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior (Gambar 2.2) (Price dan

(27)
(28)

Dikutip dari: Price Sylvia A. and M.Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses

-Proses Penyakit Edisi 6.Vol. II. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes

Melitus. pp. 63: 1259 – 1274. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Peningkatan kadar gula darah berbanding lurus dengan diabetes mellitus

yang dapat kita ketahui dari tes toleransi glukosa oral (OGTT). Kemampuan

sesorang untuk mengatur kadar glukosa plasma agar tetap dalam batas – batas

normal dapat ditentukan melalui tes (1) kadar glukosa serum puasa, dan (2)

respons glukosa serum terhadap pemberian glukosa (Tabel 2.1) (Price dan Wilson,

2006).

TABEL 2.1. Tes Toleransi Glukosa

Kadar Dalam Plasma Glukosa Normal GTT* DM

Gula Darah Puasa 70-110 110-125 >126

2 Jam Setelah Pemberian 110-140 140-199 >200

Glukosa 75 gr

*GTT : Gangguan Toleransi Glukosa

Dikutip dari: Lumbantobing, S.M, 2007. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Balai Penerbit

FKUI: Jakarta.

Diagnosa DM dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium gula

darah puasa dan pemeriksaan gula darah setelah makan (beban glukosa).

Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD) puasa dan sewaktu. Pasien diminta puasa

8-10 jam sebelum pemeriksaan gula darah. Pada umumnya pasien juga akan

diminta untuk mengumpulkan sample urinnya. Hal ini ditujukan untuk mendeteksi

adanya glukosa dalam urin. Karena selama kadar glukosa dalam plasma tidak

melebihi 160 – 180 mg/dl, glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir

semuanya direabsorbsi oleh tubulus ginjal. Bila kadar glukosa dalam darah

melebihi dari 180 mg/dl maka sebagian akan dibuang melalui urin atau yang biasa

(29)

gejala awal DM. perubahan pola hidup dan pemeriksaan laboratorium berkala

sangat dianjurkan.

2.6. Penilaian Pengontrolan Glukosa Darah

Metode yang digunakan untuk menetukan pengontrolan glukosa darah pada

semua tipe diabetes adalah dengan pengukuran glikat hemoglobin. Hemoglobin

pada keadaan normal tidak mengandung glukosa ketika pertama kali keluar dari

sumsum tulang. Selama 120 hari masa hidup hemoglobin dalam eritrosit,

normalnya hemoglobin sudah mengandung glukosa. Bila kadar glukosa

meningkat diatas normal, maka jumlah glikat hemoglobin juga akan meningkat.

Dapat dilakukan test HbA1C untuk menetukan kadar glukosa dalam hemoglobin

(Tabel 2.2) (Price dan Wilson, 2006).

TABEL 2.2. Tes HbA1c

Dikutip dari: Price Sylvia A. and M.Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses

-Proses Penyakit Edisi 6.Vol. II. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes

Melitus. pp. 63: 1259 – 1274. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Kontrol hiperglikemia yang tidak adekuat dapat didefinisikan sebagai kadar

hemoglobin A1c >7.0 %. Sampai saat ini tujuan umum penanganan diabetes

dengan target HbA1C ke 7.0% masih dipakai pada orang dewasa untuk mencegah

resiko makrovaskular.

(30)

Komplikasi jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh – pembuluh

kecil (mikroangiopati) dan pembuluh – pembuluh besar (makroangiopati).

Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan

arteriola retina (retinopati diabetic), glomerulus ginjal (nefropati diabetic) dan saraf – saraf perifer(neuropati diabetic), otot – otot serta kulit.

Makroangiopati mempunyai gambaran histopatologi berupa arterosklerosis.

Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh defisiensi insulin tidak

dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi

glukosa setelah makan karbohidrat. Sehingga terjadilah hiperglikemia berat dan

apabila melebihi ambang batas reabsorbsi oleh ginjal maka timbullah glikosuria.

Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan

pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa

hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan

berat badan berkurang (polifagia) mungkin akan timbul dengan hasil akhir

dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit. Ketika tubuh kehilangan cairan maka

darah mengalami kepekatan yang membuat darah menggumpal atau dengan kata

lain mengalami trombosis. Trombosis adalah proses kompleks yang berhubungan

dengan proses terjadinya aterosklerosis yang selanjutnya dapat menghasilkan

penyempitan pembuluh darah yang mengarah ke otak (Gambar 3.3) (Price dan

(31)

Gambar.2.3. Patofisiologi Stroke dengan Faktor Resiko DM

Defisiensi Insulin

Penurunan Pemakaian Glukosa

Hiperglikemia

Glikosuria

Osmotik Diuresis

Dehidrasi

Viskositas Darah

Trombosis

Artherosklerosis

Makrovaskuler

Jantung

Serebral

Ekstremitas

Stroke

(32)

Ringkasan dari : Price Sylvia A. and M.Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis

Proses - Proses Penyakit Edisi 6.Vol. II. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan

Diabetes Melitus. pp. 63: 1259 – 1274. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, peneliti menilai peranan Diabetes Melitus terhadap

angka kejadian stroke iskemik akut, dengan menggunakan data rekam medis yang

lengkap di Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP. H.Adam Malik Medan

tahun 2010. Dalam data rekam medis tersebut dilihat riwayat penyakit Diabetes

Melitus pada pasien yang menderita stroke fase akut untuk menilai keterkaitannya

dalam peningkatan angka kejadian stroke fase akut.

Gambar.3.1. Kerangka Konsep

3.1.1. Variabel yang diamati

1. Variabel terikat /dependen: Kejadian stroke fase akut 2. Variabel bebas /independent: Diabetes Melitus.

3.2. Hipotesis

1. H0: Tidak ada hubungan antara diabetes mellitus dengan peningkatan angka

kejadian stroke fase akut.

(33)

2. Ha: Ada hubungan antara diabetes mellitus dengan peningkatan angka

kejadian stroke fase akut.

3.3. Definisi Operasional Variabel

1. Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional

otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (Gofir,

2009) .

2. Stroke iskemik merupakan tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir, 2003).

3. Stroke Hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di otak yang terjadi karena tekanan darah ke otak yang tiba-tiba meninggi, sehingga menekan

pembuluh darah ( Sutrisno, 2007).

4. Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan stroke berlangsung sampai satu minggu (Misbach, 1999; dalam Bangun, 2009).

5. Diabetes Melitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan – gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang bertalian dengan

defisiensi absolute atau relatif aktivitas dan/atau sekresi insulin. Gejala –

gejala yang khas adalah poliuria, polidipsia, polifagia (WHO, 2000).

6.Kadar Gula Darah Normal di definisikan apabila kadar glukosa sewaktu dalam plasma 110 – 140 mg/dl

7. Gangguan Kadar Gula Darah didefinisikan apabila kadar glukosa sewaktu dalam plasma antara 140 – 199 mg/dL .

8.Diagnosa diabetes mellitus apabila glukosa sewaktu >200 mg/dL.

9. Karakteristik sampel penelitian yang digunakan untuk membandingkan sampel antara stroke iskemik dan hemoragik adaah:

(34)

b) Bedasarkan umur, yaitu dari usia < 45 tahun, 46 – 65 tahun, dan

>66 tahun.

c) Bedasarkan pekerjaan, yaitu PNS yang dikategorikan didalamnya

adalah semua pekerjaan yang digaji oleh pemerintah, lalu

wiraswasta yang dikategorikan didalamnya adalah semua pekerjaan

yang tidak berhubungan dengan pemerintahan, seperti pedagang,

pengusaha, pekerja BUMN, pegawai bank swasta, petani, tukang

becak, buruh serta pekerjaan lainnya yang tidak digaji oleh

pemerintah. Kemudian pensiunan, yang dikategorikan didalamnya

adalah semua pegawai negeri maupun pegawai swasta yang sudah

tidak bekerja lagi dikarenakan usia yang sudah mengalami penuan

dan tidak bisa lagi bekerja maksimal. Dan IRT, yang dikategorikan

didalamnya adalah semua wanita yang sudah menikah, menjaga

anak, mengatur keperluan suami serta mengurus keperluan rumah

tangga, dan tidak kerja mencari nafkah diluar.

3.3.1. Cara Pengukuran dengan Menggunakan Lembar Check List, untuk:

1. Mendiagnosa Strokedapat dilakukan pemeriksaan CT scan otak

2. Diabetes Melitus dapat dilakukan pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD) sewaktu

3.3.2. Alat Ukur

1. Ct scan Otak.

2. Pemeriksaan Kadar Gula Darah dalam Plasma

3.3.3. Kategori

1. Gambaran Hipodens untuk stroke Iskemik, dan hiperdens untuk stroke

hemoragik

2. Untuk DM, hasil KGD sewaktu : - 110 – 140 mg/dl (Normal)

- 140 – 199 mg/dl (GTT)

(35)

3.3.4. Skala Pengukuran :

1. Skala Nominal,untuk gambaran CT scan.

2. Skala Ordinal,untuk pemeriksaan KGD.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian studi

potong lintang (Cross Sectional Study ).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai dari pemilihan judul dan pengerjaan proposal

penelitian ini (Februari – Mei 2011) sampai pembuatan laporan hasil penelitian

(Agustus – Desember 2011). Penelitian ini dilakukan di Departemen Neurologi

FK – USU/ RSUP. H. Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian yang berupa data sekunder (rekam medis) diambil dari

populasi pasien stroke fase akut di rawat inap mulai tanggal 1 Januari 2010 – 31

Desember 2010 di Departemen Neurologi FK – USU/ RSUP. H. Adam Malik

Medan dan sudah dilakukan pemeriksaan CT. Scan otak dan pemeriksaan Kadar

Gula Darah. Berdasarkan hasil survey yang di dapat, pasien stroke berjumlah 365

orang, dengan stroke iskemik akut berjumlah 251 orang (68%), dan stroke

hemoragik 114 orang (32 %).

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non-probability sampling

yang jenis consecutive sampling dimana semua subjek yang memenuhi berdasarkan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan teori dan

(36)

4.3.1. Kriteria Insklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Insklusi

a. Pasien stroke yang ditegakkan dengan CT Scan otak.

b. Onset serangan < 1 minggu

2. Kriteria Eksklusi

a. Penderita stroke berulang

b. Penderita TIA

4.3.2. Besar Sampel

Besar sampel dapat dihitung melalui rumus (Sastroasmoro, 2008) :

n = Z α 2P.Q d2

n = 1 . 9 62 x 0 . 6 8 x 0 . 3 2 0 . 12

n = 8 3 . 5 = 8 4 O r a n g

dimana :

n = Jumlah Sample

Z α = Nilai distribusi normal baku Z yang besarnya tergantung

pada nila α. Tingkat kepercayaan 95%, maka α = 1.96.

P = Proporsi penderita stroke 0.68 (Prevalensi dari data rawat

inap Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP H. Adam

Malik Medan pada tahun 2010).

Q = (1 – p ) = (1 – 0.68) = 0.32

d = Tingkat ketepatan absolut yang dapat ditolerir. Ditetapkan

10% = 0.1

(37)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder atau rekam medik di Departemen

Neurologi FK – USU/ RSUP. H. Adam Malik Medan mulai tanggal 1 Januari

2010 – 31 Desember 2010. Data – data yang telah didapat harus diambil sesuai

dengan besar sampel secara konsekutif dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Meminta rekam medis yang sesuai dengan variabel bebas dan variabel

terikat. Data yang didapat harus terlebih dahulu diidentifikasi kriteria inklusi dan

tidak ada kriteria eksklusi. Menconteng pada bagian lembar check list yang sesuai.

Hasil penelitian akan dikelola dan dianalisa secara statistik dengan menggunakan

program komputer windows SPSS. Analisis dan penyajian data untuk melihat adanya hubungan diabetes mellitus dengan kejadian stroke dapat menggunakan

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik yang berlokasi di jalan

bunga lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan.

Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes

No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Dengan predikat Rumah sakit kelas A, RSUP Haji

Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah

pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau

sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi.

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6

September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit

pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diperoleh dari data rekam medik dalam kurun waktu 1

Januari sampai 31 Desember 2010 sebesar 85 sampel. Pada table 5.1 dapat dilihat

laki – laki 56 (65.9 %) dan perempuan 29 orang (34.1 %). Dari distribusi umur

dapat dilihat umur yang paling muda adalah 42 tahun dan yang paling tua adalah

84 tahun dengan rata –rata umur 60.67 ± 10.01 tahun. Kemudian untuk pekerjaan

dari data yang diambil terdapat 30 orang (35.3 %) Pegawai Negeri Sipil (PNS), 14

orang (16.5 %) wiraswasta, 26 orang (30.6 %) pensiunan, dan 15 orang (17.6 %)

(39)

berdasarkan hasil CT – scan, yaitu stroke iskemik 44 orang (51.8%) dan stroke hemoragik 41 orang (48.2%).

Tabel 5.1. Deskripsi Karakteristik Sampel

No Karakteristik Stroke Iskemik Stroke Hemoragik Total n % n % n % 1. Jenis Kelamin

Laki – laki 26 59.1 30 73.2 56 65.9

Perempuan 18 40.9 11 26.8 29 34.1

Total 44 100 41 100 85 100 2. Umur

< 45 1 2.3 1 2.4 2 2.4

46 – 65 31 70.5 26 63.4 57 67.1

> 66 12 27.3 14 34.1 26 30.6

Total 44 100 41 100 85 100 3. Jenis Pekerjaan

PNS 15 34.1 15 36.6 30 35.3

Wiraswasta 9 20.5 5 12.2 14 16.5

Pensiunan 13 29.5 13 31.7 26 30.6

IRT 7 15.9 8 19.5 15 17.6

Total 44 100 41 100 85 100

Berdasarkan jenis stroke dapat dilihat dari 56 orang laki - laki terlihat 26

(40)

stroke hemoragik. Dan diantara 29 orang perempuan terlihat 18 orang (40.9 %)

menderita stroke iskemik sementara 11 orang (26.8 %) menderita stroke

hemoragik. Menurut karakteristik umur, penderita stroke iskemik yang berumur

<45 tahun sebanyak 1 orang (2.3 %), yang berumur 46 – 65 tahun sebanyak 31

orang (70.5 %), dan yang > 66 tahun sebanyak 12 orang (27.3 %). Sementara

penderita stroke hemoragik yang berumur < 45 tahun sebanyak 1 orang (2.4 %),

yang berumur 46 – 65 sebanyak 26 orang (63.4 %), dan yang berumur > 66

sebanyak 14 orang (34.1 %).

Berdasarkan jenis stroke dapat dilihat dari 30 orang yang bekerja sebagai

PNS ada 15 orang (34.1 %) menderita stroke iskemik dan 15 orang ( 36.6 %)

menderita stroke hemoragik, dari 14 orang yang bekerja sebagai wiraswasta ada 9

orang (20.5 %) menderita stroke iskemik dan 5 orang (12.2 %) menderita stroke

hemoragik, dari 26 orang yang sudah pensiun ada 13 orang (29.5 %) menderita

stroke iskemik dan 13 orang (31.7 %) menderita stroke hemoragik. Dan dari 15

orang yang menjadi IRT ada 7 orang (15.9 %) yang ,menderita stroke iskemik dan

8 orang (19.5 %) yang menderita stroke hemoragik.

5.1.3. Hubungan DM dengan Peningkatan Angka Kejadian Stroke Iskemik

Penelitian ini menggunakan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu untuk

melihat ada tidaknya kenaikkan kadar gula darah pada penderita stroke yang telah

melewati pemeriksaan CT – scan. Hal ini dikarenakan pada data rekam medis tidak banyak yang memenuhi pemeriksaan kadar gula darah puasa. Pada table 5.2.

dari sampel ada 23 orang (27.1 %) yang normal atau dengan kata lain tidak

mengalami peningkatan kadar gula darah, ada 16 orang (18.8 %) yang mengalami

gangguan toleransi glukosa, dan ada 46 orang (54.1 %) yang menderita DM.

Kemudian dari 23 pasien dengan kadar gula darah normal ada 5 orang (11.4 %)

yang menderita stroke iskemik dan 18 orang (43.9 %) menderita stroke

hemoragik, dari 16 orang dengan gangguan toleransi glukosa ada 6 orang (13.6

%) yang menderita stroke iskemik dan 10 orang (24.4 %) menderita stroke

hemoragik, dan dari 46 orang ada 33 orang (75 %) menderita stroke iskemik dan

(41)

Tabel 5.2. Hubungan DM dengan Peningkatan Angka Kejadian Stroke Iskemik

Pemeriksaan KGD Stroke Iskemik Stroke Hemoragik Total p Sewaktu n % n % n %

Normal 5 11.4 18 43.9 23 27.1

GTT 6 13.6 10 24.4 16 18.8 0.000

DM 33 75.0 13 31.7 46 54.1

Total 44 100 41 100 85 100

* Analisis statistikchi – square dengan Sig <0.005

Melalui analisis statistik chi – square mengunakan program komputer

SPSS for windows dijumpai adanya hubungan DM dengan peningkatan angka kejadian stroke iskemik pada penelitian ini (p = 0.000).

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini diperoleh 44 orang penderita stroke iskemik dan 41

orang penderita stroke hemoragik dengan perbandingan kasus 51.8% dengan

48.2% dimana dapat dilihat stroke iskemik sedikit lebih dominan dibanding stroke

hemoragik. Hal yang sama juga didapat pada penelitian Ritarwan (2002) dengan

lokasi yang sama bahwa perbandingan stroke iskemik dengan stroke hemoragik

adalah 68.9% berbanding 31.1%.

(42)

Berdasarkan jenis kelamin dari 56 orang laki - laki terlihat 26 orang

(59.1%) menderita stroke iskemik sementara 30 orang ( 73.2 %) menderita stroke

hemoragik. Dan diantara 29 orang perempuan terlihat 18 orang (40.9 %)

menderita stroke iskemik sementara 11 orang ( 26.8 %) menderita stroke

hemoragik. Dari penelitian ini dijumpai jenis kelamin laki – laki lebih dominan

terkena stroke dibanding perempuan dengan perbandingan 65.9% dengan 34.1%.

Hal yang sama juga dijumpai pada penelitian Krisnarta (2007) di lokasi yang

sama dengan hasil laki - lebih lebih dominan dibanding perempuan, persentasi

laki – laki dan perempuan sebesar 68.4% dengan 31.6%. Dan juga pada hasil

penelitian Ritarwan (2002) dengan perbandingan laki – laki dan perempuan

sebesar 64.4% dengan 35.6%.

Dari hasil uji analisis statistik chi – square menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian stroke fase akut (p

= 0.171). Hal yang sama juga dilaporkan oleh Hamidon (2003) dan Zargar (2009)

yang menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan stroke fase akut

(p > 0.005).

Pada karakteristik berdasarkan umur dapat dilihat rata – rata sampel yang

menderita stroke 60.67 ± 10.01 tahun dengan umur termuda 42 tahun dan yg

paling tua 84 tahun. Hal yang serupa juga dilaporkan oleh Siswonoto (2008) yang

pada penelitiannya menemukan penderita stroke pada rata rata umur 60.5 ± 10.65,

dan Feigin,dkk. (1998) juga melaporkan umur rata - rata pada penderita stroke

iskemik 67.8 ± 9.2 tahun. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa stroke biasanya

terjadi pada kelompok umur dewasa sampai lansia. Hal tersebut sesuai yang

tercantum di Buku Ajar Neurologi Klinis, edisi pertama dimana dinyatakan,

bertambahnya usia menyebabkan terjadinya kemunduran pada organ manusia

yang terjadi secara alamiah.

Sebaran penderita stroke iskemik yang berumur < 45 tahun sebanyak 1

orang (2.3 %), yang berumur 46 – 65 tahun sebanyak 31 orang (70.5 %), dan yang

> 66 tahun sebanyak 12 orang (27.3 %). Sementara penderita stroke hemoragik

yang berumur < 45 tahun sebanyak 1 orang (2.4 %), yang berumur 46 – 65

(43)

Dari hasil pengolahan analisis statistik chi – square tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian stroke fase akut

(p=0.784). Hal yang sama juga dilaporkan oleh Ritarwan (2002) yang menyatakan

tidak ada hubungan antara umur dengan stroke fase akut (p > 0.005). Namun pada

penelitian Hamidon (2003) dan Zargar (2009) melaporkan adanya hubungan umur

dengan stroke iskemik (p < 0.005). Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan oleh

perbedaan pengelompokkan usia pada masing – masing penelitian.

Berdasarkan pekerjaan pada kelompok stroke iskemik didapatkan 30 orang

yang bekerja sebagai PNS ada 15 orang (34.1 %) menderita stroke iskemik dan 15

orang (36.6 %) menderita stroke hemoragik, dari 14 orang yang bekerja sebagai

wiraswasta ada 9 orang (20.5 %) menderita stroke iskemik dan 5 orang (12.2 %)

menderita stroke hemoragik, dari 26 orang yang sudah pensiun ada 13 orang (29.5

%) menderita stroke iskemik dan 13 orang (31.7 %) menderita stroke hemoragik.

Dan dari 15 orang yang menjadi IRT ada 7 orang (15.9 %) yang menderita stroke

iskemik dan 8 orang (19.5 %) yang stroke hemoragik.

Dari hasil uji analisis statistik chi – square tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara pekerjaan seseorang dengan peningkatan kejadian stroke

iskemik akut (p = 0.776). Hal yang sama juga dilaporkan oleh Bangun (2008)

bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara pekerjaan dengan stroke iskemik

(P>0.005).

5.2.2. Hubungan DM dengan Peningkatan Angka Kejadian Stroke Iskemik Akut

Metode yang baik dan biasa digunakan untuk menentukan pengontrolan

glukosa pada semua tipe diabetes adalah pengukuran glikat hemoglobin (HbA1c)

namun karena keterbatasan sampel yang melakukan pemeriksaan HbA1c di

lapangan maka pada penelitian ini pemeriksaan yang digunakan adalah

pemeriksaan kadar gula darah yang diambil sewaktu atau setelah pemberian

glukosa 75 gram. Untuk pemeriksaan stroke digunakan pemeriksaan CT – scan

yang memberikan hasil adanya gambaran hipodens dan hiperdens. Dari hasil

(44)

ada 23 orang (27.1 %) yang kadar gula darahnya normal, 16 orang (18.8 %) yang

mengalami gangguan toleransi glukosa, dan ada 46 orang (54.1 %) yang

menderita DM. Kemudian dari 23 pasien dengan kadar gula darah normal ada 5

orang (11.4 %) yang menderita stroke iskemik dan 18 orang (43.9 %) menderita

stroke hemoragik, dari 16 orang dengan gangguan toleransi glukosa ada 6 orang

(13.6 %) yang menderita stroke iskemik dan 10 orang (24.4 %) menderita stroke

hemoragik, dan dari 46 orang yang menderita DM ada 33 orang (75 %) menderita

stroke iskemik dan 13 orang (31.7 %) menderita stroke hemoragik.

Melalui uji analisis statistik chi – square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara DM dengan peningkatan angka kejadian stroke fase akut

(p=0.000). Penelitian ini membuktikan bahwa DM dapat meningkatkan resiko

mengalami stroke fase akut sebesar 54.1% dengan persentasi mengalami stroke

iskemik sebesar 75% dan stroke hemoragik sebesar 31.7%. Hal yang sama juga

dilaporkan oleh Hamidon (2003) di Malaysia melalui penelitian prospektif dari

163 pasien stroke iskemik dan 55 pasien stroke hemoragik ditemukan 90 orang

(55.2%) dengan DM (p = 0.001). Pada penelitian retrospektif oleh Zargar (2009)

di Kashmir melaporkan dari 599 pasien DM ditemukan 33 orang (5.51%)

mengalami stroke (p < 0.001). Kejadian ini lebih rendah dari stroke yang

ditemukan dalam penelitian ini mungkin karena pasien diabetes dengan stroke dan

juga pasien stroke dengan diabetes tidak terdiagnosis sebelumnya ketika dirawat

di bawah divisi saraf.

Hasil ini sesuai dengan patofisiologi stroke iskemik dimana komplikasi

jangka panjang dari diabetes mellitus dapat menyebabkan pembuluh – pembuluh

besar (makroangiopati) mempunyai gambaran histopatologi berupa

arterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh

defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang

normal, atau toleransi glukosa setelah diberi 75 gram glukosa. Sehingga terjadilah

hiperglikemia berat dan apabila melebihi ambang batas reabsorbsi oleh ginjal

maka timbullah glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik

yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).

(45)

kalori negatif dan berat badan berkurang (polifagia) mungkin akan timbul dengan

hasil akhir dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit. Ketika tubuh kehilangan

cairan maka darah mengalami kepekatan yang membuat darah menggumpal atau

dengan kata lain mengalami trombosis. Trombosis adalah proses kompleks yang

berhubungan dengan proses terjadinya aterosklerosis yang selanjutnya dapat

menghasilkan penyempitan pembuluh darah yang mengarah ke otak dengan

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa :

1. Dari 85 sampel yang dianalisa dijumpai 51.8 % pasien dengan stroke

iskemik dan 48.2 % stroke hemoragik.

2. Berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat distribusi terbanyak

penderita stroke berjenis kelamin laki – laki lebih dominan daripada

perempuan yaitu sebesar 65.9% banding 34.1% dan rentang umur yang

paling sering mengalami stroke antara 46 – 65 tahun dengan persentasi

sebesar 67.1%.

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan umur

dengan kejadian stroke fase akut

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan

kejadian stroke fase akut

5. Terdapat peningkatan angka kejadian stroke akibat diabetes mellitus

sebesar 54.1%, dengan persentasi mengalami stroke iskemik sebesar 75%

dan stroke hemoragik sebesar 31.7%

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara diabetes mellitus dengan

(47)

6.2. Saran

1. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan besar sampel 85 orang dan waktu penelitian yang pendek dan hanya menggunakan data

rekam medis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan sampel yang besar dan waktu yang lebih panjang dengan

melibatkan banyak pusat penelitian.

2. Evaluasi (pengukuran) kadar gula darah pada penderita stroke sebaiknya

tidak hanya dengan pemeriksaan glukosa sewaktu saja, sebaiknya juga

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Antonios N, Silliman S, 2005, Diabetes Mellitus and Stroke, Northeast Florida

Medicine, Spring 2005.

Bangun, R., 2008. Hubungan Kadar Albumin Serum dan Outcome Fungsional

Penderita Stroke Iskemik dengan dan Tanpa Diabetes.

Bener, A., Kamran, S., Elouzi, E.B., Hamad, A., Heller, R.F.,2005. Association

between stroke and acute myocardial infarction and its related risk factors:

hypertension and diabetes.

Caplan LR.2000. Caplan's Stroke: A Clinical Approach. Boston Butterwoth

Heinemann. Dalam: Ritarwan, Kiking, 2002. Pengaruh Suhu Tubuh

Terhadap Outcome Penderita Stoke yang Dirawat di RSUP.H.Adam

Malik. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUP H. Adam Malik

Medan.

Feigin, V,. 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan

Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Ghazali, M.V., Satromihardjo, S., Soedjarwo, S.R., Soelaryo, T., Pramulyo, H.,

2006. Studi Cross – sectional. In : Sastromihardjo, S., Ismael, S., ed Dasar

(49)

Gofir, A., Indera., Noor, A., Utomo. A.B., 2009. Manajemen Stroke Evidence

Based Medicine. Pustaka Cendekia Press: Yogyakarta.

Hamidon, B.B., Raymond, A.A. 2003. The Impact of Diabetes Mellitus on

In-hospital Stroke Mortality. Department of Medicine, Faculty of Medicine

Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM): Kuala Lumpur.

Juanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed 5.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta :323.

Kiers,L., Davis, S.M., Larkins, Hopper,R.J.,Tress, B.,Rossiter, S.C., Carlin, J.,

Ratnaike, S., 1992. Stroke topography and outcome in relation to

hyperglycaemia and diabetes.

Krisnarta. S,. 2007. Kerangka Konsep Hubungan Kelainan Jantung dengan Stroke

Iskemik di RSUP. H.Adam Malik. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK USU.

RSUP.H.Adam Malik Medan.

Lumbantobing, S.M, 2007. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Balai

Penerbit FKUI: Jakarta.

Mansjoer, A., Suprohaita, S.W., Dkk. 2000,.Stroke. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga jilid 2, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI: Jakarta,

17.

Misbach, J., 1999. Stroke, Aspek Diagnostik, Pathofisiologi, Manajemen. Dalam

: Bangun, R., 2008. Hubungan Kadar Albumin Serum dan Outcome

Fungsional Penderita Stroke Iskemik dengan dan Tanpa Diabetes.

Ritarwan, Kiking, 2002. Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita

Stoke yang Dirawat di RSUP.H.Adam Malik. Bagian Ilmu Penyakit Saraf

(50)

Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., Wiknjosastro, G.H. 2008. Ilmu Kebidanan

ed.4. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta :851.

Sastroasmoro, S, Ismail, Sofyan, 2008. Dasar – Dasar Metode Penelitian Klinis.

Jakarta: Binarupa Aksara

Siswonoto.S.,2008 Hubungan Kadar Molondialdehid Plasma dengan Keluaran

Klinis Stroke Iskemik akut. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Universitas

Diponegoro, Semarang.

Sjahrir, H., 2003. Stroke Iskemik. Medan: Yandira Agung.

Suherman, Suharti. K. 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi Dan Terapi, Fakultas Kedokteran UI Edisi 5. Balai Penerbit FKUI, Jakarta : 485.

Price Sylvia A. and M.Wilson Lorraine. 2006. PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis

Proses - Proses Penyakit Edisi 6.Vol. II. Pankreas: Metabolisme Glukosa

dan Diabetes Melitus. pp. 63: 1259 – 1274. Penerbit Buku Kedokteran

EGC: Jakarta.

Wahyuni, A.S., 2007. Metodologi Penarikan Sampel dan Besar Sampel.. in:

Wahyuni, A.S., Statistika Kedokteran (disertai dengan aplikasi SPSS).

Jakarta: Bamboedoea Communication .114.

WHO Expert Committee on Diabetes Mellitus. Second Report. World Health

Organization Geneva. Dalam: Lumbantobing. S.M. 2007. STROKE

Bencana Perdaran Darah di Otak. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 14.

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. 2007. Ilmu Kandungan ed 2.

(51)

Zargar,A.H., Sofi,F.H., Laway,B.A., Masoodi,S.R., Shah,N.A., Ahmad, F., 2009.

20 - Profile of Neurological Problems in Diabetes Meliitus: Retrospective

Analysis of Data From 1294 Patients. Health Administrator Vol: XXII

(52)

LAMPIRAN 2

LEMBAR HASIL

No. No.

MR

Umur Diagnosis

Jenis Kelamin

Hasil CT – Scan untuk

stroke iskemik

Pemeriksaan Kadar Gula Darah

(DM)

(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

Gambar

TABEL 5.2. Hubungan DM dengan Peningkatan Angka Kejadian Stroke
Gambar.3.1. Kerangka Konsep………………………………………………..17
Gambar .2.1. Sekresi Insulin
TABEL 2.2. Tes HbA1c
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Christensen dkk (2002) yang menyatakan bahwa tekanan darah pada stroke hemoragik lebih tinggi daripada stroke iskemik,

Dari data yang diperoleh dari 89 sampel yang dianalisa, penderita stroke lebih tinggi ditemukan profil usia 60-74 tahun sebanyak 37 orang (41,6%), stroke iskemik lebih

Kejadian Otitis Media Akut pada usia &gt;12 – 19 tahun berjumlah 2 kasus atau 20% dari semua kasus yang ditemukan pada tahun 2010 atau 5,13% jika dibandingkan dengan seluruh kasus

Hubungan peningkatan jumlah leukosit dengan stroke iskemik akut Pada penelitian ini, sampel dengan stroke iskemik akut ditentukan dari hasil pembacaan Ct-Scan saja karena

Kejadian mukositis oral paling banyak dijumpai pada anak laki- laki, kelompok umur 5-10 tahun, anak dengan malnutrisi ringan, dan anak yang menjalani kemoterapi fase

Simpulan: Terdapat hubungan antara letak lesi stroke dengan kejadian depresi pada pasien rawat jalan penyakit stroke. Kata kunci : depresi, stroke rawat jalan, lesi

Saya akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Letak Lesi Stroke dengan Kejadian Depresi pada Pasien Rawat Jalan Penyakit Stroke Tahun 2015”.. Saya mengadakan

Dari data yang diperoleh dari 89 sampel yang dianalisa, penderita stroke lebih tinggi ditemukan profil usia 60-74 tahun sebanyak 37 orang (41,6%), stroke iskemik lebih